Fadma Aji Pramudita, Novi Helena Chatarina Daulima, Giur Hargiana
Hipertensi masih menjadi perhatian dunia yang menjadi kontributor pertama penyebab penyakit jantung, stoke, gagal ginjal dan kematian premature yang bersama-sama menjadi penyebab kematian dan kecacatan. Pasien dengan didiagnosa hipertensi yang mengalami kecemasan karena perubahan kondisi dan ketakutan perkembangan penyakitnya. Acceptance Commitment Therapy (ACT) menjadi salah satu terapi keperawatan yang dapat digunakan untuk membantu menurunkan kecemasan pada hipertensi. Tujuan penelitian yaitu untuk menggambarkan manfaat penerapan Acceptance Commitment Therapy terhadap penurunan kecemasan pada klien hipertensi. Metode studi kasus digunakan melihat manfaat dari penerapan Acceptance Commitment Therapy. Hasil: setelah diterapkan pemberian Acceptance Commitment Therapy sebanyak 2 sesi terjadi penurunan tanda dan gejala kecemasan. Kesimpulan: Pemberian terapi Acceptance Commitment Therapy dapat membantu menurunkan tingkat kecemasan pada pasien hipertensi.
{"title":"Reducing Anxiety with Acceptance and Commitment Therapy (ACT) in Hypertensive Clients","authors":"Fadma Aji Pramudita, Novi Helena Chatarina Daulima, Giur Hargiana","doi":"10.31965/jks.v2i2.1416","DOIUrl":"https://doi.org/10.31965/jks.v2i2.1416","url":null,"abstract":"Hipertensi masih menjadi perhatian dunia yang menjadi kontributor pertama penyebab penyakit jantung, stoke, gagal ginjal dan kematian premature yang bersama-sama menjadi penyebab kematian dan kecacatan. Pasien dengan didiagnosa hipertensi yang mengalami kecemasan karena perubahan kondisi dan ketakutan perkembangan penyakitnya. Acceptance Commitment Therapy (ACT) menjadi salah satu terapi keperawatan yang dapat digunakan untuk membantu menurunkan kecemasan pada hipertensi. Tujuan penelitian yaitu untuk menggambarkan manfaat penerapan Acceptance Commitment Therapy terhadap penurunan kecemasan pada klien hipertensi. Metode studi kasus digunakan melihat manfaat dari penerapan Acceptance Commitment Therapy. Hasil: setelah diterapkan pemberian Acceptance Commitment Therapy sebanyak 2 sesi terjadi penurunan tanda dan gejala kecemasan. Kesimpulan: Pemberian terapi Acceptance Commitment Therapy dapat membantu menurunkan tingkat kecemasan pada pasien hipertensi.","PeriodicalId":270312,"journal":{"name":"Jurnal Keperawatan Sumba (JKS)","volume":"338 ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140474919","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pneumonia adalah suatu penyakit infeksi yang dapat menyebabkan kematian, seringkali muncul di negara-negara berkembang. Penyakit ini menyerang saluran pernapasan bagian bawah dan menunjukkan gejala berupa batuk dan kesulitan bernafas. Permasalahan keperawatan yang sering timbul pada pasien pneumonia adalah kurang efektifnya pembersihan saluran nafas akibat akumulasi sekret berlebihan. Beberapa solusi telah diidentifikasi untuk mengatasi masalah ini, termasuk melakukan fisioterapi dada dan mengajarkan teknik batuk yang efektif. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan asuhan keperawatan medikal bedah pada pasien pneumonia yang mengalami kesulitan membersihkan saluran nafas. Metode penelitian yang digunakan adalah kombinasi studi literatur dan studi kasus. Data dikumpulkan melalui Google Scholar dan Semantic Scholar dengan kata kunci bersihan saluran nafas, sekret, sputum, dan pneumonia. Studi melibatkan satu responden dalam kasus studi, yang memenuhi kriteria sebagai pasien pneumonia dengan kesadaran kompos mentis, mengalami sesak napas ringan, dan tanpa komplikasi berat. Selama tiga hari, dilakukan asuhan keperawatan dan intervensi fisioterapi dada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah tiga hari, frekuensi pernafasan menurun dari 28x/menit menjadi 20x/menit, SPO2 mencapai 99%, pasien merasa nyaman, dan tidak ada keluhan batuk. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa fisioterapi dada dan teknik batuk efektif dapat membantu mengatasi akumulasi sekret pada pasien pneumonia. Selain itu, kolaborasi antara perawat dan dokter penting untuk menentukan penggunaan mukolitik atau terapi medis lainnya.
{"title":"Implementasi Fisioterapi Dada terhadap Masalah Bersihan Jalan Nafas Tidak Efektif pada Pasien Pneumonia","authors":"Julian Magdalena Moy, S. Santoso, Wanto Paju","doi":"10.31965/jks.v2i2.1440","DOIUrl":"https://doi.org/10.31965/jks.v2i2.1440","url":null,"abstract":"Pneumonia adalah \u0000suatu penyakit infeksi yang dapat menyebabkan kematian, seringkali muncul di negara-negara berkembang. Penyakit ini menyerang saluran pernapasan bagian bawah dan menunjukkan gejala berupa batuk dan kesulitan bernafas. Permasalahan keperawatan yang sering timbul pada pasien pneumonia adalah kurang efektifnya pembersihan saluran nafas akibat akumulasi sekret berlebihan. Beberapa solusi telah diidentifikasi untuk mengatasi masalah ini, termasuk melakukan fisioterapi dada dan mengajarkan teknik batuk yang efektif. Tujuan penelitian ini adalah untuk menggambarkan asuhan keperawatan medikal bedah pada pasien pneumonia yang mengalami kesulitan membersihkan saluran nafas. Metode penelitian yang digunakan adalah kombinasi studi literatur dan studi kasus. Data dikumpulkan melalui Google Scholar dan Semantic Scholar dengan kata kunci bersihan saluran nafas, sekret, sputum, dan pneumonia. Studi melibatkan satu responden dalam kasus studi, yang memenuhi kriteria sebagai pasien pneumonia dengan kesadaran kompos mentis, mengalami sesak napas ringan, dan tanpa komplikasi berat. Selama tiga hari, dilakukan asuhan keperawatan dan intervensi fisioterapi dada. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah tiga hari, frekuensi pernafasan menurun dari 28x/menit menjadi 20x/menit, SPO2 mencapai 99%, pasien merasa nyaman, dan tidak ada keluhan batuk. Kesimpulan dari penelitian ini adalah bahwa fisioterapi dada dan teknik batuk efektif dapat membantu mengatasi akumulasi sekret pada pasien pneumonia. Selain itu, kolaborasi antara perawat dan dokter penting untuk menentukan penggunaan mukolitik atau terapi medis lainnya.","PeriodicalId":270312,"journal":{"name":"Jurnal Keperawatan Sumba (JKS)","volume":"9 3","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140477295","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Dewi Suryaningsi, Wirda Y. Dulahu, Ani Fitriani A. Maru
Kepuasan pasien adalah suatu hal yang hasilnya sangat bervariasi, dikarenakan terkait dengan harapan/persepsi masing-masing dari personal. Tingkat kepuasan sendiri akan masuk kategori terpenuhi jika pelayanan yang diberikan sudah sesuai atau sudah masukkategori dengan yang diharapkan oleh pasien. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis Kepuasan Pasien BerdasarkanPendidikan dan Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Paleleh Kabupaten Buol. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasional dengan desain penelitian cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 99 responden, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Penelitian ini menggunakan program SPSS dengan uji statistik kurskal walis dan uji chi- square yakni kedua uji ini merupakan uji komparatif non parametrik, dengan hasil penelitian hubungan kepuasan pasien terhadap pendidikan didapatkan hasil p = 0,000 alpha p <0,05 dan pada pekerjaan diperoleh p = 0,000 alpha <0,05. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan ada hubungan pendidikan dengan kepuasan pasien danada hubungan pekerjaan dengan kepuasan pasien di wilayah kerja Puskesmas Paleleh Kabupaten Buol. Kata kunci: Kepuasan pasien, pendidikan, pekerjaan
患者满意度的结果千差万别,因为它与每个人的期望/看法有关。如果所提供的服务符合病人的期望或已进入病人期望的范畴,那么满意度本身将被归类为满足。本研究的目的是分析布奥勒省 Paleleh 健康中心工作区病人的教育和职业满意度。本研究采用描述性相关方法和横截面研究设计。研究对象为 99 名受访者,抽样技术为意外抽样。本研究使用 SPSS 程序,使用瓦利斯(walis)游标统计检验法和秩方检验法,这两种检验法都是非参数比较检验法,患者对教育的满意度与工作的满意度之间的关系研究结果为 p = 0.000 alpha p <0.05,p = 0.000 alpha <0.05。根据研究结果,可以得出结论:在布奥勒省 Paleleh 卫生中心工作区,教育与患者满意度之间存在关系,工作与患者满意度之间存在关系。关键词患者满意度、教育、就业
{"title":"Analisis Kepuasan Pasien Berdasarkan Pendidikan dan Pekerjaan di Puskemas Paleleh Kabupaten Buol","authors":"Dewi Suryaningsi, Wirda Y. Dulahu, Ani Fitriani A. Maru","doi":"10.31965/jks.v2i2.1417","DOIUrl":"https://doi.org/10.31965/jks.v2i2.1417","url":null,"abstract":"Kepuasan pasien adalah suatu hal yang hasilnya sangat bervariasi, dikarenakan terkait dengan harapan/persepsi masing-masing dari personal. Tingkat kepuasan sendiri akan masuk kategori terpenuhi jika pelayanan yang diberikan sudah sesuai atau sudah masukkategori dengan yang diharapkan oleh pasien. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis Kepuasan Pasien BerdasarkanPendidikan dan Pekerjaan di Wilayah Kerja Puskesmas Paleleh Kabupaten Buol. \u0000Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasional dengan desain penelitian cross-sectional. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 99 responden, dengan teknik pengambilan sampel menggunakan accidental sampling. Penelitian ini menggunakan program SPSS dengan uji statistik kurskal walis dan uji chi- square yakni kedua uji ini merupakan uji komparatif non parametrik, dengan hasil penelitian hubungan kepuasan pasien terhadap pendidikan didapatkan hasil p = 0,000 alpha p <0,05 dan pada pekerjaan diperoleh p = 0,000 alpha <0,05. Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan ada hubungan pendidikan dengan kepuasan pasien danada hubungan pekerjaan dengan kepuasan pasien di wilayah kerja Puskesmas Paleleh Kabupaten Buol. \u0000Kata kunci: Kepuasan pasien, pendidikan, pekerjaan","PeriodicalId":270312,"journal":{"name":"Jurnal Keperawatan Sumba (JKS)","volume":"69 2","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140470889","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Hipertensi merupakan tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya ≥ 140 mmHg dan tekanan diastolik ≥90 mmHg. Hipertensi tergolong penyakit kronis yang dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi seperti stroke, penyakit jantung koroner dan gagal ginjal, sehingga perlu dilakukan pengkajian kemampuan pengetahuan pencegahan komplikasi hipertensi. Tujuan: Untuk menganalisis Pengaruh edukasi konseling dan pembinaan kesehatan berbasis teori Health Belief Model terhadap pengetahuan pencegahan komplikasi hipertensi di Semarang. Metode: Penelitian ini menggunakan pre test dan post test design pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria pasien menderita hipertensi berusia > 46 tahun yang berobat di Puskesmas Kedung Mundu Semarang. Jumlah sampel masing-masing kelompok sebanyak 48 responden. Responden diberikan sebanyak 20 pertanyaan untuk mengukur pengetahuan pencegahan komplikasi hipertensi. Analisis data menggunakan Mann Whitney. Hasil: Hasil penelitian membuktikan bahwa karakteristik responden paling banyak berusia usia lansia akhir 43 responden (44,8%), berjenis kelamin laki-laki 53 responden (55,2%), berpendidikan SMA sederajat 39 repsonden (40,6%), bekerja sebagai swasta 55 responden (57,3%), dan menderita hipertensi antara 1 tahun sampai 5 tahun 63 repsonden (65,6%). Tingkat pengetahuan pencegahan komplikasi hipertensi pada kelompok perlakuan lebih tinggi sebesar 37,40 (Baik) dibandingkan dengan kelompok kontrol sebesar 31,77 (Baik). Terdapat perbedaan signifikan pada kelompok perlakuan pre test dan post test dengan nilai P-Value sebesar 0,000 < 0,05. Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok kontrol pre test dan post test dengan nilai P-Value sebesar 0,000 < 0,05. Hasil penelitian terbukti bahwa terdapat perbedaan pengetahuan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan nilai P-Value sebesar 0,000 < 0,05. Kesimpulan: Edukasi konseling berbasis teori Health Belief Model dinilai efektif dalam meningkatkan pengetahuan pencegahan komplikasi hipertensi.
{"title":"Pengaruh Edukasi Konseling Berbasis Teori Health Belief Model Terhadap Pengetahuan Pencegahan Komplikasi Hipertensi di Semarang","authors":"Farid Talango, Betty Kusdhiarningsih","doi":"10.31965/jks.v2i2.1425","DOIUrl":"https://doi.org/10.31965/jks.v2i2.1425","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Hipertensi merupakan tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya ≥ 140 mmHg dan tekanan diastolik ≥90 mmHg. Hipertensi tergolong penyakit kronis yang dapat meningkatkan risiko terjadinya komplikasi seperti stroke, penyakit jantung koroner dan gagal ginjal, sehingga perlu dilakukan pengkajian kemampuan pengetahuan pencegahan komplikasi hipertensi. Tujuan: Untuk menganalisis Pengaruh edukasi konseling dan pembinaan kesehatan berbasis teori Health Belief Model terhadap pengetahuan pencegahan komplikasi hipertensi di Semarang. Metode: Penelitian ini menggunakan pre test dan post test design pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. Pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling dengan kriteria pasien menderita hipertensi berusia > 46 tahun yang berobat di Puskesmas Kedung Mundu Semarang. Jumlah sampel masing-masing kelompok sebanyak 48 responden. Responden diberikan sebanyak 20 pertanyaan untuk mengukur pengetahuan pencegahan komplikasi hipertensi. Analisis data menggunakan Mann Whitney. Hasil: Hasil penelitian membuktikan bahwa karakteristik responden paling banyak berusia usia lansia akhir 43 responden (44,8%), berjenis kelamin laki-laki 53 responden (55,2%), berpendidikan SMA sederajat 39 repsonden (40,6%), bekerja sebagai swasta 55 responden (57,3%), dan menderita hipertensi antara 1 tahun sampai 5 tahun 63 repsonden (65,6%). Tingkat pengetahuan pencegahan komplikasi hipertensi pada kelompok perlakuan lebih tinggi sebesar 37,40 (Baik) dibandingkan dengan kelompok kontrol sebesar 31,77 (Baik). Terdapat perbedaan signifikan pada kelompok perlakuan pre test dan post test dengan nilai P-Value sebesar 0,000 < 0,05. Hasil penelitian membuktikan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan pada kelompok kontrol pre test dan post test dengan nilai P-Value sebesar 0,000 < 0,05. Hasil penelitian terbukti bahwa terdapat perbedaan pengetahuan antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol dengan nilai P-Value sebesar 0,000 < 0,05. Kesimpulan: Edukasi konseling berbasis teori Health Belief Model dinilai efektif dalam meningkatkan pengetahuan pencegahan komplikasi hipertensi.","PeriodicalId":270312,"journal":{"name":"Jurnal Keperawatan Sumba (JKS)","volume":"17 ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-01-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140470594","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
N. M. Ariani, Ni Luh PT. Putriyani Dewi, Dewa Kadek Adi Surya Antara
Gangguan terhadap penglihatan masih banyak terjadi di masa pandemi COVID-19, mulai dari gangguan penglihatan ringan hingga kebutaan adalah masalah yang cukup serius terjadi di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Penyebab utama kebutaan di dunia dan juga sebagai penyebab utama kebutaan tertinggi di Indonesia dengan ketajaman visual kurang dari 6/60 adalah penyakit katarak. Riset memiliki tujuan untuk mengetahui gambaran kualitas hidup pasien post operasi katarak di Poliklinik RS Mata Bali Mandara. Desain pada riset ini menggunakan deskriptif kuantitatif dengan cross sectional. Sampel riset ini menggunakan consecutive sampling dengan jumlah 130 orang. Hasil dari riset ini adalah ditemukan data karakteristik yaitu responden terbanyak berada pada kategori usia manula (>65 tahun) yaitu 54 responden (41,5%), dominan dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 92 responden (70,8%) dan berada dalam kategori pendidikan menengah (Perguruan SMP/SMA) yaitu sebanyak 63 responden (48,5%) dan mempunyai kualitas hidup pada kategori baik yaitu sebanyak 83 responden (63,8%). Ke depannya dari pihak rumah sakit agar lebih memberikan penjelasan yang lebih detail dari awal sebelum operasi dan tolak ukur keberhasilan serta kemungkinan yang terjadi.
{"title":"Gambaran Kualitas Hidup Pasien Post Operasi Katarak di Poliklinik RS Mata Bali Mandara Provinsi Bali","authors":"N. M. Ariani, Ni Luh PT. Putriyani Dewi, Dewa Kadek Adi Surya Antara","doi":"10.31965/jks.v2i1.1058","DOIUrl":"https://doi.org/10.31965/jks.v2i1.1058","url":null,"abstract":"Gangguan terhadap penglihatan masih banyak terjadi di masa pandemi COVID-19, mulai dari gangguan penglihatan ringan hingga kebutaan adalah masalah yang cukup serius terjadi di seluruh dunia termasuk di Indonesia. Penyebab utama kebutaan di dunia dan juga sebagai penyebab utama kebutaan tertinggi di Indonesia dengan ketajaman visual kurang dari 6/60 adalah penyakit katarak. Riset memiliki tujuan untuk mengetahui gambaran kualitas hidup pasien post operasi katarak di Poliklinik RS Mata Bali Mandara. Desain pada riset ini menggunakan deskriptif kuantitatif dengan cross sectional. Sampel riset ini menggunakan consecutive sampling dengan jumlah 130 orang. Hasil dari riset ini adalah ditemukan data karakteristik yaitu responden terbanyak berada pada kategori usia manula (>65 tahun) yaitu 54 responden (41,5%), dominan dengan jenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 92 responden (70,8%) dan berada dalam kategori pendidikan menengah (Perguruan SMP/SMA) yaitu sebanyak 63 responden (48,5%) dan mempunyai kualitas hidup pada kategori baik yaitu sebanyak 83 responden (63,8%). Ke depannya dari pihak rumah sakit agar lebih memberikan penjelasan yang lebih detail dari awal sebelum operasi dan tolak ukur keberhasilan serta kemungkinan yang terjadi.","PeriodicalId":270312,"journal":{"name":"Jurnal Keperawatan Sumba (JKS)","volume":"80 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122530399","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pneumonia merupakan suatu penyakit yang menginfeksi bagian saluran pernapasan, dimana disertai gejala batuk dan pilek serta sesak napas, pada penderita pneumonia, jika tidak ditangani dengan maksimal mungkin bisa menyebabkan komplikasi seperti dehidrasi dan kesulitan bernapas ringan sampai berat bahkan sampai kematian. Untuk menangani masalah tersebut ada beberapa solusi yang dapat menurunkan sesak napas seperti latihan pernapasan (PLB) pursed lips breathing dan (DBE) deep breathingexercise . Tujuan: menggambarkan asuhan keperawatan medikal bedah pada pasien pneumonia dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi. Metode: kombinasi studi literatur dan studi kasus. Data based yang digunakan adalah google scholar dengan kata kunci pursed lips breathing, deep breathing exercise, diaphragm breathing, pneumonia. Jumlah pasien 1 responden dalam studi kasus, dengan kriteria pasien pneumonia, kesadaran compos mentis, mengalami sesak napas ringan dan tidak mengalami komplikasi yang berat, dilakukan asuhan keperawatan dan intervensi latihan pernapasan (PLB) pursed lips breathing dan (DBE) deep breathing exercise selama 3 hari. Hasil: Terdapat 9 artikel dengan metode penelitian langsung yang didapatkan sebagai studi literatur. Dan setelah dilakukan proses asuhan keperawatan selama 3 hari pasien merasa nyaman dan tidak mengeluh sesak napas. Kesimpulan: pemberian PLB dan DBE mengurangi sesak napas pada pasien pneumonia, Perawat dapat memberikan intervensi (PLB) pursed lips breathing dan (DBE) deep breathing exercise dan juga berkolaborasi dengan dokter tentang pemberian terapi lainnya.
肺炎是一种感染呼吸道部分的疾病,如果对肺炎患者没有最大的治疗,可能会导致脱水和轻度呼吸困难,甚至死亡。为了解决这个问题,有几种方法可以缓解呼吸急促,如呼吸练习(PLB)和(DBE)深度呼吸练习。目的:描述肺炎患者在满足氧气需求时的一种外科护理护理手术。方法:文献研究与案例研究的结合。基于谷歌scholar使用的数据是谷歌scholar,配备了pclip breathing, deep breathing exerse,中间呼吸呼吸,肺炎。在案例研究中,1名患者的病例数量,以肺炎患者、compos mentis意识为标准,呼吸急促,没有严重并发症,进行护理护理和呼吸干预(PLB)呼吸呼吸,(DBE)进行深度呼吸呼吸练习3天。结果:有9篇直接研究方法的文章被称为文献研究。经过3天的护理护理,病人感到舒适,没有抱怨窒息。结论:对肺炎患者进行PLB和DBE诱导呼吸困难,护士可以对采集器进行干预(PLB)呼吸呼吸,(DBE)进行深度呼吸呼吸,并与医生就其他治疗进行合作。
{"title":"Penerapan Intervensi Berdasarkan Evidence Based Nursing: Breathing Exercise (PLB, Deep Breathing, Diaphragm Breathing) terhadap Sesak pada Pasien Pneumonia","authors":"Fransiskus Muda Tukang, S. Santoso, Wanto Paju","doi":"10.31965/jks.v2i1.1286","DOIUrl":"https://doi.org/10.31965/jks.v2i1.1286","url":null,"abstract":"Pneumonia merupakan suatu penyakit yang menginfeksi bagian saluran pernapasan, dimana disertai gejala batuk dan pilek serta sesak napas, pada penderita pneumonia, jika tidak ditangani dengan maksimal mungkin bisa menyebabkan komplikasi seperti dehidrasi dan kesulitan bernapas ringan sampai berat bahkan sampai kematian. Untuk menangani masalah tersebut ada beberapa solusi yang dapat menurunkan sesak napas seperti latihan pernapasan (PLB) pursed lips breathing dan (DBE) deep \u0000breathingexercise\u0000. Tujuan: menggambarkan asuhan keperawatan medikal bedah pada pasien pneumonia dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi. Metode: kombinasi studi literatur dan studi kasus. Data based yang digunakan adalah google scholar dengan kata kunci pursed lips breathing, deep breathing exercise, diaphragm breathing, pneumonia. Jumlah pasien 1 responden dalam studi kasus, dengan kriteria pasien pneumonia, kesadaran compos mentis, mengalami sesak napas ringan dan tidak mengalami komplikasi yang berat, dilakukan asuhan keperawatan dan intervensi latihan pernapasan (PLB) pursed lips breathing dan (DBE) deep breathing exercise selama 3 hari. Hasil: Terdapat 9 artikel dengan metode penelitian langsung yang didapatkan sebagai studi literatur. Dan setelah dilakukan proses asuhan keperawatan selama 3 hari pasien merasa nyaman dan tidak mengeluh sesak napas. Kesimpulan: pemberian PLB dan DBE mengurangi sesak napas pada pasien pneumonia, Perawat dapat memberikan intervensi (PLB) pursed lips breathing dan (DBE) deep breathing exercise dan juga berkolaborasi dengan dokter tentang pemberian terapi lainnya.","PeriodicalId":270312,"journal":{"name":"Jurnal Keperawatan Sumba (JKS)","volume":"102 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"117270162","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Bernadete Mone, Uly Agustine, Petrus Belarminus, S. Santoso
Pendahuluan Stroke merupakan gangguan fungsi otak sebagian atau menyeluruh sebagai akibat dari gangguan aliran darah oleh karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak yang menyebabkan sel-sel otak kekurangan darah, oksigen. Ketidakberdayaan disebabkan oleh pengalaman distres dan perubahan emosional seperti frustasi, marah, takut dan cemas. Stroke mempunyai dampak yang mendalam pada kehidupan psikososial seseorang karena terdapatnya perubahan fisik di dalam dirinya sehingga membuat seseorang mengalami ketidakberdayaan. Tujuan Studi kasus ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan keperawatan jiwa pada pasien stroke dalam pemenuhan kebutuhan psikososial (ketidakberdayaan). Metode kombinasi studi literatur dan studi kasus. Data based yang digunakan adalah google scholar dengan kata kunci mekanisme koping, edukasi positif, ketidakberdayaan, dan stroke. Jumlah pasien 1 responden dalam studi kasus dengan kriteria pasien stroke yang mengalami ketidakmampuan berjalan, tampak gelisah dan merasa tertekan sehingga asuhan keperawatan dan intervensi pertahankan mekanisme koping dan edukasi positif selama 3 hari. Hasil pengkajian didapatkan keluhan pasien tidak mampu berjalan, badan terasa kaku, tampak gelisah, menyatakan rasa malu dan tertekan dan setelah dilakukan asuhan keperawatan hasil evaluasi menunjukan semua masalah teratasi pada hari ke tiga. Kesimpulan Dari penelitian ini kedua intervensi tersebut dapat dijadikan referensi dan mengatasi ketidakberdayaan pada pasien stroke. Saran Diharapkan agar fasilitas kesehatan dapat memberikan pelayanan yang kompefensif khususnya pada psikososial pasien
{"title":"Pemenuhan Kebutuhan Psikososial (Ketidakberdayaan) pada Pasien Stroke di Ruang Interna Rumah Sakit Umum Daerah Waikabubak Kabupaten Sumba Barat","authors":"Bernadete Mone, Uly Agustine, Petrus Belarminus, S. Santoso","doi":"10.31965/jks.v2i1.1294","DOIUrl":"https://doi.org/10.31965/jks.v2i1.1294","url":null,"abstract":"Pendahuluan \u0000Stroke merupakan gangguan fungsi otak sebagian atau menyeluruh sebagai akibat dari gangguan aliran darah oleh karena sumbatan atau pecahnya pembuluh darah di otak yang menyebabkan sel-sel otak kekurangan darah, oksigen. Ketidakberdayaan disebabkan oleh pengalaman distres dan perubahan emosional seperti frustasi, marah, takut dan cemas. Stroke mempunyai dampak yang mendalam pada kehidupan psikososial seseorang karena terdapatnya perubahan fisik di dalam dirinya sehingga membuat seseorang mengalami ketidakberdayaan. Tujuan Studi kasus ini bertujuan untuk menggambarkan asuhan keperawatan jiwa pada pasien stroke dalam pemenuhan kebutuhan psikososial (ketidakberdayaan). Metode kombinasi studi literatur dan studi kasus. Data based yang digunakan adalah google scholar dengan kata kunci mekanisme koping, edukasi positif, ketidakberdayaan, dan stroke. Jumlah pasien 1 responden dalam studi kasus dengan kriteria pasien stroke yang mengalami ketidakmampuan berjalan, tampak gelisah dan merasa tertekan sehingga asuhan keperawatan dan intervensi pertahankan mekanisme koping dan edukasi positif selama 3 hari. Hasil pengkajian didapatkan keluhan pasien tidak mampu berjalan, badan terasa kaku, tampak gelisah, menyatakan rasa malu dan tertekan dan setelah dilakukan asuhan keperawatan hasil evaluasi menunjukan semua masalah teratasi pada hari ke tiga. Kesimpulan Dari penelitian ini kedua intervensi tersebut dapat dijadikan referensi dan mengatasi ketidakberdayaan pada pasien stroke. Saran Diharapkan agar fasilitas kesehatan dapat memberikan pelayanan yang kompefensif khususnya pada psikososial pasien","PeriodicalId":270312,"journal":{"name":"Jurnal Keperawatan Sumba (JKS)","volume":"45 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131695377","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Helenia Azaria Ribka, Arlies Zenitha Victoria, N. Yono
Fraktur adalah terputusnya jaringan tulang karena trauma akibat tahanan yang lebih besar menyebabkan terjadinya nyeri, krepitasi dan deformitas atau perubahan struktur tulang yang berakibat pada masalah psikologis salah satunya penerimaan diri. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang penerimaan diri pada pasien fraktur berdasarkan karakteristik usia,jenis kelamin, pendidikan, jenis fraktur dan lokasi fraktur. Metode penelitian ini menggunaka teknik analisis studi deskriptif. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 32 responden dengan teknik pengambilan sampel purposie sampling. Alat ukur yang digunakan yaitu kuesioner Skala Penerimaan Diri Berger (Berger’s Self Acceptance Scale). Analisis yang digunakan yaitu analisis univariate dengan tabel distribusi. Hasil penelitian ini didapatkan usia paling banyak remaja akhir 17 responden (53,1%) dengan penerimaan baik pada usia dewasa akhir (15,3%), jenis kelamin laki-laki paling banyak 19 responden (59,4%) dengan penerimaan diri baik pada laki-laki (37,5%), pendidikan tamat sma/smk paling banyak 14 responden (43,8%) dengan penerimaan diri baik pada pendidikan tinggi S1 (100%), jenis fraktur paling banyak fraktur terbuka 19 responden (59,4%) dengan penerimaan diri baik pada fraktur tertutup (37,5%) dan lokasi fraktur paling banyak ekstremitas atas 20 responden (68,8) dengan penerimaan diri baik pada lokasi fraktur ekstremitas atas (37,5%). Mayoritas perimaan diri pada pasien fraktur dalam kategori baik karena dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, pendidikan, jenis dan lokasi fraktur. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat meneliti tentang interensi yang sesuai dengan gambaran penerimaan diri pada pasien fraktur.
{"title":"Gambaran Penerimaan Diri pada Pasien Fraktur","authors":"Helenia Azaria Ribka, Arlies Zenitha Victoria, N. Yono","doi":"10.31965/jks.v2i1.1293","DOIUrl":"https://doi.org/10.31965/jks.v2i1.1293","url":null,"abstract":"Fraktur adalah terputusnya jaringan tulang karena trauma akibat tahanan yang lebih besar menyebabkan terjadinya nyeri, krepitasi dan deformitas atau perubahan struktur tulang yang berakibat pada masalah psikologis salah satunya penerimaan diri. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan tentang penerimaan diri pada pasien fraktur berdasarkan karakteristik usia,jenis kelamin, pendidikan, jenis fraktur dan lokasi fraktur. Metode penelitian ini menggunaka teknik analisis studi deskriptif. Jumlah sampel pada penelitian ini sebanyak 32 responden dengan teknik pengambilan sampel purposie sampling. Alat ukur yang digunakan yaitu kuesioner Skala Penerimaan Diri Berger (Berger’s Self Acceptance Scale). Analisis yang digunakan yaitu analisis univariate dengan tabel distribusi. Hasil penelitian ini didapatkan usia paling banyak remaja akhir 17 responden (53,1%) dengan penerimaan baik pada usia dewasa akhir (15,3%), jenis kelamin laki-laki paling banyak 19 responden (59,4%) dengan penerimaan diri baik pada laki-laki (37,5%), pendidikan tamat sma/smk paling banyak 14 responden (43,8%) dengan penerimaan diri baik pada pendidikan tinggi S1 (100%), jenis fraktur paling banyak fraktur terbuka 19 responden (59,4%) dengan penerimaan diri baik pada fraktur tertutup (37,5%) dan lokasi fraktur paling banyak ekstremitas atas 20 responden (68,8) dengan penerimaan diri baik pada lokasi fraktur ekstremitas atas (37,5%). Mayoritas perimaan diri pada pasien fraktur dalam kategori baik karena dipengaruhi oleh usia, jenis kelamin, pendidikan, jenis dan lokasi fraktur. Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan dapat meneliti tentang interensi yang sesuai dengan gambaran penerimaan diri pada pasien fraktur.","PeriodicalId":270312,"journal":{"name":"Jurnal Keperawatan Sumba (JKS)","volume":"48 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134091435","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kanker ovarium termasuk tumor ganas yang mempunyai histogenisitas yang beraneka ragam pada ovarium dan dapat terjadi pada lapisan ekoderm, mesoderm, maupun endoderm. Pasien dengan kanker ovarium mempunyai dampak psikologis dan dampak fisik. Dampak psikologis salah satunya yaitu kecemasan. Terapi nonfarmakologis untuk menurunkan tingkat kecemasan antara lain hypnosis lima jari dan aromaterapi bunga lavender. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh terapi kombinasi hipnosis lima jari dan aromaterapi lavender terhadap tingkat kecemasan pasien kanker ovarium. Metode penelitian ini yaitu quasy ekserimentaal one grouop preposttest design. Jumlah responden dalam penelitian ini yaitu 30 responden. Teknik sampling yang digunakan yaitu total sampling. Penelitian ini menggunakan alat ukur Hamilton Anxiety of Rating Scale (HARS) untuk mengukur tingkat kecemasan. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden berusia >35-55 tahun berjumlah 14 responden (46,7%), berpendidikan dari perguruan tinggi sebesar 18 responden (60%), yang bekerja maupun tidak bekerja sama yaitu 15 responden bekerja (50%), stadium kanker berada pada stadium I yaitu berjumlah 15 (50%). Hasil uji wilcoxon didapatkan hasil nilai p=0,000, artinya ada pengaruh terapi kombinasi hipnosis lima jari dan aromaterapi lavender terhadap tingkat cemas pasien kanker ovarium. Untuk penelitian selanjutnya yaitu hipnosis lima jari dan aromaterapi lavender dapat dijadikan referensi intervensi keperawatan dalam menurunkan kecemasan. Rekomendasi intervensi keperawatan untuk menurunkan kecemasan pada pasien kanker ovarium dengan terapi nonfarmakologis hipnosis lima jari dan aromaterapi lavender.
{"title":"Pengaruh Terapi Kombinasi Hipnosis Lima Jari dan Aromaterapi Lavender terhadap Kecemasan Pasien Kanker Ovarium","authors":"Heni Setiyoningsih, Rinda Intan Sari, Dwi Fitriyanti","doi":"10.31965/jks.v2i1.1297","DOIUrl":"https://doi.org/10.31965/jks.v2i1.1297","url":null,"abstract":"Kanker ovarium termasuk tumor ganas yang mempunyai histogenisitas yang beraneka ragam pada ovarium dan dapat terjadi pada lapisan ekoderm, mesoderm, maupun endoderm. Pasien dengan kanker ovarium mempunyai dampak psikologis dan dampak fisik. Dampak psikologis salah satunya yaitu kecemasan. Terapi nonfarmakologis untuk menurunkan tingkat kecemasan antara lain hypnosis lima jari dan aromaterapi bunga lavender. Tujuan penelitian ini yaitu mengetahui pengaruh terapi kombinasi hipnosis lima jari dan aromaterapi lavender terhadap tingkat kecemasan pasien kanker ovarium. Metode penelitian ini yaitu quasy ekserimentaal one grouop preposttest design. Jumlah responden dalam penelitian ini yaitu 30 responden. Teknik sampling yang digunakan yaitu total sampling. Penelitian ini menggunakan alat ukur Hamilton Anxiety of Rating Scale (HARS) untuk mengukur tingkat kecemasan. Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden berusia >35-55 tahun berjumlah 14 responden (46,7%), berpendidikan dari perguruan tinggi sebesar 18 responden (60%), yang bekerja maupun tidak bekerja sama yaitu 15 responden bekerja (50%), stadium kanker berada pada stadium I yaitu berjumlah 15 (50%). Hasil uji wilcoxon didapatkan hasil nilai p=0,000, artinya ada pengaruh terapi kombinasi hipnosis lima jari dan aromaterapi lavender terhadap tingkat cemas pasien kanker ovarium. Untuk penelitian selanjutnya yaitu hipnosis lima jari dan aromaterapi lavender dapat dijadikan referensi intervensi keperawatan dalam menurunkan kecemasan. Rekomendasi intervensi keperawatan untuk menurunkan kecemasan pada pasien kanker ovarium dengan terapi nonfarmakologis hipnosis lima jari dan aromaterapi lavender.","PeriodicalId":270312,"journal":{"name":"Jurnal Keperawatan Sumba (JKS)","volume":"93 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139353714","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Monica Dara Delia Suja, Elisa Murti Puspitaningrum, Verayanti Albertina Bata
Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi yang paling baik bagi bayi hingga berusia 6 bulan. Manfaat ASI sudah banyak dibuktikan secara ilmiah. Faktor dari ibu yang turut berperan dalam pemberian ASI adalah karakteristik ibu seperti usia, pendidikan, pekerjaan, paritas dan tempat tinggal. Pendidikan ibu memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan ASI eksklusif. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional menggunakan data sekunder dari Indonesian Family Life Survey (IFLS) 5. Survei tersebut digunakan sebagai informasi yang berguna dalam mengamati perilaku atau keadaan saat waktu tertentu yang memerlukan intervensi pemerintah contohnya masalah kesehatan. Kriteria inklusi penelitian adalah ibu berusia 15-49 tahun, memiliki anak termuda berusia 6-24 bulan dan tinggal di perkotaan. Total responden dalam penelitian ini adalah 683 responden. Hasil penelitian ini hanya 24,74% ibu di perkotaan yang memberikan ASI eksklusif. Peluang untuk ASI eksklusif lebih besar 1,47 kali pada responden dengan tingkat pendidikan tinggi dibandingkan dengan pendidikan rendah. Tingkat pendidikan ibu memiliki hubungan yang signifikan dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif di perkotaan Indonesia. Pendidikan ibu memiliki peranan yang penting dalam mendukung keberhasilan pemberian ASI eksklusif di perkotaan Indonesia.
{"title":"Tingkat Pendidikan Ibu dan Keberhasilan ASI Eksklusif di Perkotaan Indonesia: Analisis Data IFLS 5","authors":"Monica Dara Delia Suja, Elisa Murti Puspitaningrum, Verayanti Albertina Bata","doi":"10.31965/jks.v1i2.987","DOIUrl":"https://doi.org/10.31965/jks.v1i2.987","url":null,"abstract":"Air Susu Ibu (ASI) merupakan nutrisi yang paling baik bagi bayi hingga berusia 6 bulan. Manfaat ASI sudah banyak dibuktikan secara ilmiah. Faktor dari ibu yang turut berperan dalam pemberian ASI adalah karakteristik ibu seperti usia, pendidikan, pekerjaan, paritas dan tempat tinggal. Pendidikan ibu memiliki peran yang sangat penting dalam keberhasilan ASI eksklusif. Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional menggunakan data sekunder dari Indonesian Family Life Survey (IFLS) 5. Survei tersebut digunakan sebagai informasi yang berguna dalam mengamati perilaku atau keadaan saat waktu tertentu yang memerlukan intervensi pemerintah contohnya masalah kesehatan. Kriteria inklusi penelitian adalah ibu berusia 15-49 tahun, memiliki anak termuda berusia 6-24 bulan dan tinggal di perkotaan. Total responden dalam penelitian ini adalah 683 responden. Hasil penelitian ini hanya 24,74% ibu di perkotaan yang memberikan ASI eksklusif. Peluang untuk ASI eksklusif lebih besar 1,47 kali pada responden dengan tingkat pendidikan tinggi dibandingkan dengan pendidikan rendah. Tingkat pendidikan ibu memiliki hubungan yang signifikan dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif di perkotaan Indonesia. Pendidikan ibu memiliki peranan yang penting dalam mendukung keberhasilan pemberian ASI eksklusif di perkotaan Indonesia.","PeriodicalId":270312,"journal":{"name":"Jurnal Keperawatan Sumba (JKS)","volume":"34 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-07-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127992820","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}