Pendahuluan Infeksi saluran pernafasan akut masih menjadi masalah kesehatan dunia,Penyakit infeksi saluran pernafasan akut gampang tertular pada balita yang dimana dalam lingkunganya belum memenuhi criteria berperilaku hidup bersih dan sehat, Hal ini menjadi permasalahan yang seringkali di jumpai pada masyarakat sekitar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada balita. Metode penelitian ini yaitu analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. populasi dalam penelitian adalah Semua Ibu yang memiliki balita Di RW03 Desa Candimulyo Jombang, sejumlah 96 Ibu Balita dengan tehnik proposional random sampling. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu perilaku hidup bersih dan sehat dan variabel dependen yaitu infeksi saluran pernafasan akut. Dengan instrument penelitian menggunakan kuesioner. Pengolahan data menggunakan Editing, Scoring, Tabulatin. Tehnik analisa data menggunakan uji rank spearman. Hasil penelitian menunjukan bahwa 61 responden ber PHBS sedang sejumlah 61 orang (79,2%), 16 responden berPHBS baik (20,8%) dan 50 responden (64,9%) pernah mengalami penyakit ISPA, 27 (35,1%) responden tidak pernah mengalami ISPA. Hasil uji rank spearman di dapatkan nilai p<0,05yaitu p=0,001 sehingga H1 diterima. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu ada hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada balita. Kata kunci: ISPA, PHBS, Balita
{"title":"HUBUNGAN PERILAKU HIDUP BERSIH DAN SEHAT DENGAN KEJADIAN INFEKSI SALURAN PERNAFASAN AKUT PADA BALITA","authors":"Abdul Hamid","doi":"10.52646/SNJ.V1I2.73","DOIUrl":"https://doi.org/10.52646/SNJ.V1I2.73","url":null,"abstract":"Pendahuluan Infeksi saluran pernafasan akut masih menjadi masalah kesehatan dunia,Penyakit infeksi saluran pernafasan akut gampang tertular pada balita yang dimana dalam lingkunganya belum memenuhi criteria berperilaku hidup bersih dan sehat, Hal ini menjadi permasalahan yang seringkali di jumpai pada masyarakat sekitar. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada balita. Metode penelitian ini yaitu analitik korelasi dengan pendekatan cross sectional. populasi dalam penelitian adalah Semua Ibu yang memiliki balita Di RW03 Desa Candimulyo Jombang, sejumlah 96 Ibu Balita dengan tehnik proposional random sampling. Variabel independen dalam penelitian ini yaitu perilaku hidup bersih dan sehat dan variabel dependen yaitu infeksi saluran pernafasan akut. Dengan instrument penelitian menggunakan kuesioner. Pengolahan data menggunakan Editing, Scoring, Tabulatin. Tehnik analisa data menggunakan uji rank spearman. Hasil penelitian menunjukan bahwa 61 responden ber PHBS sedang sejumlah 61 orang (79,2%), 16 responden berPHBS baik (20,8%) dan 50 responden (64,9%) pernah mengalami penyakit ISPA, 27 (35,1%) responden tidak pernah mengalami ISPA. Hasil uji rank spearman di dapatkan nilai p<0,05yaitu p=0,001 sehingga H1 diterima. Kesimpulan dari penelitian ini yaitu ada hubungan antara perilaku hidup bersih dan sehat dengan kejadian infeksi saluran pernafasan akut pada balita. \u0000Kata kunci: ISPA, PHBS, Balita","PeriodicalId":282632,"journal":{"name":"Sentani Nursing Journal","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127924113","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan: Fraktur adalah patah tulang atau terganggunya kesinambungan jaringan tulang disebabkan oleh trauma langsung maupun tidak langsung. Fraktur memerlukan perlakuan dengan segera dan tindakan pembedahan adalah salah satu tindakan yang bisa dilakukan, namun tindakan pembedahan tersebut bisa menyebabkan kecemasan. Kecemasan dapat dicegah dan diminimalisirkan dengan pemberian discharge planning seperti obat-obatan, perawatan luka, nutrisi, tindakan non farmakologi dan kontrol kembali. Metode: menggunakan quasi eksperimen dengan rancangan pre-post test tanpa kelompok kontrol. Sebanyak 30 responden yang diambil dengan metode teknik random sampling. Pengukuran kecemasan menggunakan kuesioner Skala Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), serta analisis data menggunakan uji Wilcoxon. Hasil: sebelum dilakukan discharge planning dengan kriteria kecemasan berat 8 orang atau (26,7%), kecemasan sedang 22 orang atau (73,3%), sedangkan kecemasan sesudah dilakukan discharge planning responden mengalami kriteria kecemasan sedang 8 orang atau (26,7%), kecemasan ringan 22 orang atau (73,3%). Dan pengaruh discharge planning ρ =0,000. Kesimpulan: dari hasil penelitian diketahui terdapat pengaruh sebelum dan setelah dilakukan discharge planning terhadap penurunan kecemasan pasien post orif fraktur. Diharapkan discharge planning dapat menjadi salah satu cara dalam menurunkan tingkat kecemasan pasien. Kata kunci: Discharge planning, Kecemasan, Fraktur
{"title":"PENGARUH DISCHARGE PLANNING TERHADAP PENURUNAN KECEMASAN PADA PASIEN POST ORIF FRAKTUR DI RUANG ORTOPEDI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAYAPURA","authors":"La ode Tamsir, R. Nompo","doi":"10.52646/snj.v2i2.76","DOIUrl":"https://doi.org/10.52646/snj.v2i2.76","url":null,"abstract":"Pendahuluan: Fraktur adalah patah tulang atau terganggunya kesinambungan jaringan tulang disebabkan oleh trauma langsung maupun tidak langsung. Fraktur memerlukan perlakuan dengan segera dan tindakan pembedahan adalah salah satu tindakan yang bisa dilakukan, namun tindakan pembedahan tersebut bisa menyebabkan kecemasan. Kecemasan dapat dicegah dan diminimalisirkan dengan pemberian discharge planning seperti obat-obatan, perawatan luka, nutrisi, tindakan non farmakologi dan kontrol kembali. Metode: menggunakan quasi eksperimen dengan rancangan pre-post test tanpa kelompok kontrol. Sebanyak 30 responden yang diambil dengan metode teknik random sampling. Pengukuran kecemasan menggunakan kuesioner Skala Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), serta analisis data menggunakan uji Wilcoxon. Hasil: sebelum dilakukan discharge planning dengan kriteria kecemasan berat 8 orang atau (26,7%), kecemasan sedang 22 orang atau (73,3%), sedangkan kecemasan sesudah dilakukan discharge planning responden mengalami kriteria kecemasan sedang 8 orang atau (26,7%), kecemasan ringan 22 orang atau (73,3%). Dan pengaruh discharge planning ρ =0,000. Kesimpulan: dari hasil penelitian diketahui terdapat pengaruh sebelum dan setelah dilakukan discharge planning terhadap penurunan kecemasan pasien post orif fraktur. Diharapkan discharge planning dapat menjadi salah satu cara dalam menurunkan tingkat kecemasan pasien. \u0000Kata kunci: Discharge planning, Kecemasan, Fraktur","PeriodicalId":282632,"journal":{"name":"Sentani Nursing Journal","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132533716","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Penyakit kejiwaan yang berhubungan dengan masalah kedarurtan psikiatri adalah depresi, bipolar, skizofrenia dan psikosis lainnya, demensia. Kedaruratan psikiatri adalah gangguan pikiran, perasaan, atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik segera. Masalah yang dapat terjadi akibat kondisi kedaruratan psikiatri yaitu perilaku kekerasan, bunuh diri, delirium dan sindrom neuroleptik maligna. Saat ini di dunia terdapat lebih dari 264 juta orang terkena depresi, 45 juta orang terkena bipolar, 20 juta orang terkena skizofrenia dan psikosis lainya, 50 juta orang terkena demensia.Tujuan penelitian: Dapat mengetahui gambaran pengetahuan perawat tentang kedaruratan psikiatri di Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura. Metode penelitian: Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, populasi adalah seluruh perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura yaitu 135 perawat dan tekinik pengambilan sampel menggunakan rumus solvin sehingga jumlah sampel adalah 101 perawat. Instrument yang digunakan adalah kuesioner pengetahuan perawat tentang kedaruratan psikiatri yang telah di uji validitas dan reliabilitas dengan hasil uji kuesioner telah valid dan reliabel. Hasil: Karakteristik responden mayoritas umur kurang dari (<) 40 tahun (89.1 %), jenis kelamin perempuan (72.3 %), lama kerja kurang dari (<) 5 tahun (61.4 %), pendidikan D III keperawatan (71.3 %). Dari 101 perawat 38 perawat memiliki kategori pengetahuan baik (37.6 %), 45 perawat memiliki kategori pengetahuan cukup (37.6%) dan 18 perawat memiliki kategori pengetahuan kurang (17.8 %). Kesimpulan: Mayoritas perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura memiliki pengetahuan cukup (37.6%) tentang kedaruratan psikiatri. Kata kunci: Kedaruratan psikiatri, Pengetahuan, Perawat
{"title":"GAMBARAN PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG KEDARURATAN PSIKIATRI DI RUMAH SAKIT JIWA DAERAH ABEPURA","authors":"Mariam M S Bano, Muh Rhomandoni, S. Sudarsono","doi":"10.52646/snj.v1i2.74","DOIUrl":"https://doi.org/10.52646/snj.v1i2.74","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Penyakit kejiwaan yang berhubungan dengan masalah kedarurtan psikiatri adalah depresi, bipolar, skizofrenia dan psikosis lainnya, demensia. Kedaruratan psikiatri adalah gangguan pikiran, perasaan, atau perilaku yang membutuhkan intervensi terapeutik segera. Masalah yang dapat terjadi akibat kondisi kedaruratan psikiatri yaitu perilaku kekerasan, bunuh diri, delirium dan sindrom neuroleptik maligna. Saat ini di dunia terdapat lebih dari 264 juta orang terkena depresi, 45 juta orang terkena bipolar, 20 juta orang terkena skizofrenia dan psikosis lainya, 50 juta orang terkena demensia.Tujuan penelitian: Dapat mengetahui gambaran pengetahuan perawat tentang kedaruratan psikiatri di Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura. Metode penelitian: Jenis penelitian ini adalah deskriptif kuantitatif, populasi adalah seluruh perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura yaitu 135 perawat dan tekinik pengambilan sampel menggunakan rumus solvin sehingga jumlah sampel adalah 101 perawat. Instrument yang digunakan adalah kuesioner pengetahuan perawat tentang kedaruratan psikiatri yang telah di uji validitas dan reliabilitas dengan hasil uji kuesioner telah valid dan reliabel. Hasil: Karakteristik responden mayoritas umur kurang dari (<) 40 tahun (89.1 %), jenis kelamin perempuan (72.3 %), lama kerja kurang dari (<) 5 tahun (61.4 %), pendidikan D III keperawatan (71.3 %). Dari 101 perawat 38 perawat memiliki kategori pengetahuan baik (37.6 %), 45 perawat memiliki kategori pengetahuan cukup (37.6%) dan 18 perawat memiliki kategori pengetahuan kurang (17.8 %). Kesimpulan: Mayoritas perawat di Rumah Sakit Jiwa Daerah Abepura memiliki pengetahuan cukup (37.6%) tentang kedaruratan psikiatri. \u0000Kata kunci: Kedaruratan psikiatri, Pengetahuan, Perawat","PeriodicalId":282632,"journal":{"name":"Sentani Nursing Journal","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132618713","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Kecerdasan emosional adalah kemampuan pengendalian diri, semangat dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri. Kecerdasan emosional yang baik akan membuat individu melakukan penyelesaian masalah dan penyesuaian diri terhadap stres dengan cara yang adaptif. Individu yang mempunyai pengendalian diri yang baik, maka akan dapat mengelola emosi yang dirasakan dengan baik. Tujuan Penelitian: Mengidentifikasi kecerdasan emosional mahasiswa sebelum dilakukan psikoedukasi tentang mekanisme koping, mengidentifikasi kecerdasan emosional mahasiswa setelah dilakukan psikoedukasi tentang mekanisme koping, mengetahui pengaruh psikoedukasi tentang mekanisme koping terhadap kecerdasan emosional mahasiswa AKPER RS Marthen Indey. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode Quasi Eksperiment One Group Pre Test-Post Test Non Control Group, dengan menggunakan uji analisa Wilcoxon. Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Maret 2021. Menggunakan total sampling sebanyak 64 orang. Hasil: Tingkat kecerdasan emosional sebelum diberikan psikoedukasi tentang mekanisme koping dengan kriteria tinggi 2 orang (3.1%) dan sedang 62 orang (96.9%). Tingkat kecerdasan emosional setelah diberikan psikoedukasi tentang mekanisme koping dengan kriteria tinggi 1 orang (1.6%), sedang 61 orang (95.3%), dan rendah 2 orang (3.1%). Hasil uji pengaruh menggunakan Wilcoxon r (Asymp. Sig. (2-tailed)) = 0.180 > 0.005. Kesimpulan: Peneliti menyimpulkan tidak ada pengaruh psikoedukasi tentang mekanisme koping terhadap kecerdasan emosional Mahasiswa AKPER RS Marthen Indey. Kata Kunci: Kecerdasan Emosional, Mekanisme Koping, Psikoedukasi
{"title":"PENGARUH PSIKOEDUKASI TENTANG MEKANISME KOPING TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL MAHASISWA AKPER RS MARTHEN INDEY","authors":"T. Rahmayani, R. Nompo, Arvia Arvia","doi":"10.52646/snj.v2i2.78","DOIUrl":"https://doi.org/10.52646/snj.v2i2.78","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Kecerdasan emosional adalah kemampuan pengendalian diri, semangat dan ketekunan, serta kemampuan untuk memotivasi diri sendiri. Kecerdasan emosional yang baik akan membuat individu melakukan penyelesaian masalah dan penyesuaian diri terhadap stres dengan cara yang adaptif. Individu yang mempunyai pengendalian diri yang baik, maka akan dapat mengelola emosi yang dirasakan dengan baik. Tujuan Penelitian: Mengidentifikasi kecerdasan emosional mahasiswa sebelum dilakukan psikoedukasi tentang mekanisme koping, mengidentifikasi kecerdasan emosional mahasiswa setelah dilakukan psikoedukasi tentang mekanisme koping, mengetahui pengaruh psikoedukasi tentang mekanisme koping terhadap kecerdasan emosional mahasiswa AKPER RS Marthen Indey. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan metode Quasi Eksperiment One Group Pre Test-Post Test Non Control Group, dengan menggunakan uji analisa Wilcoxon. Penelitian dilakukan pada bulan Januari sampai dengan Maret 2021. Menggunakan total sampling sebanyak 64 orang. Hasil: Tingkat kecerdasan emosional sebelum diberikan psikoedukasi tentang mekanisme koping dengan kriteria tinggi 2 orang (3.1%) dan sedang 62 orang (96.9%). Tingkat kecerdasan emosional setelah diberikan psikoedukasi tentang mekanisme koping dengan kriteria tinggi 1 orang (1.6%), sedang 61 orang (95.3%), dan rendah 2 orang (3.1%). Hasil uji pengaruh menggunakan Wilcoxon r (Asymp. Sig. (2-tailed)) = 0.180 > 0.005. Kesimpulan: Peneliti menyimpulkan tidak ada pengaruh psikoedukasi tentang mekanisme koping terhadap kecerdasan emosional Mahasiswa AKPER RS Marthen Indey. \u0000Kata Kunci: Kecerdasan Emosional, Mekanisme Koping, Psikoedukasi","PeriodicalId":282632,"journal":{"name":"Sentani Nursing Journal","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125238226","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Peran orang tua pada anak yang sakit dengan menjaga kesehatan membutuhkan pengetahuan dalam pemberian obat. Pemberian obat yang salah meliputi waktu dan cara pemberian mengakibatkan kelebihan atau kekurangan dosis obat yang berdampak pada kesembuhan serta gangguan kesehatan lainnya. Tujuan penelitian: Diketahui pengetahuan orang tua tentang pemberian obat oral cair pada anak di Ruang Kanak - Kanak Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura. Metode penelitian: Deskriptif kuantitatif di Ruang Anak–Anak RSUD Jayapura denganpopulasi pada orang tua pasien anak yang dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2019. Data diperoleh menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan chi square. Hasil penelitian: Pengetahuan orang tua tentang pemberian obat oral cair pada anak di Ruang Kanak – Kanak RSUD Jayapura dalam kategori pengetahuan baik sebanyak 21 orang (53,8%), pengetahuan cukup sebanyak 13 orang (33,3%) dan pengetahuan kurang sebanyak 5 orang (12,8%). Simpulan: Dapat disimpulkan bahwa pengetauan orang tua tentang pemberian obat oral cair tertinggi yaitu pengetahuan baik. Kata kunci : Pengetahuan, Obat Oral Cair, Orang Tua
{"title":"PENGETAHUAN ORANG TUA TENTANG PEMBERIAN OBAT ORAL CAIR PADA ANAK DI RUANG KANAK - KANAK RUMAH SAKIT UMUM DAERAH JAYAPURA","authors":"Roy M. Wangguway, Nurhidayah Amir, Dewi Suhardi","doi":"10.52646/snj.v1i2.75","DOIUrl":"https://doi.org/10.52646/snj.v1i2.75","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Peran orang tua pada anak yang sakit dengan menjaga kesehatan membutuhkan pengetahuan dalam pemberian obat. Pemberian obat yang salah meliputi waktu dan cara pemberian mengakibatkan kelebihan atau kekurangan dosis obat yang berdampak pada kesembuhan serta gangguan kesehatan lainnya. Tujuan penelitian: Diketahui pengetahuan orang tua tentang pemberian obat oral cair pada anak di Ruang Kanak - Kanak Rumah Sakit Umum Daerah Jayapura. Metode penelitian: Deskriptif kuantitatif di Ruang Anak–Anak RSUD Jayapura denganpopulasi pada orang tua pasien anak yang dilaksanakan pada bulan Agustus - Oktober 2019. Data diperoleh menggunakan kuesioner dan dianalisis menggunakan chi square. Hasil penelitian: Pengetahuan orang tua tentang pemberian obat oral cair pada anak di Ruang Kanak – Kanak RSUD Jayapura dalam kategori pengetahuan baik sebanyak 21 orang (53,8%), pengetahuan cukup sebanyak 13 orang (33,3%) dan pengetahuan kurang sebanyak 5 orang (12,8%). Simpulan: Dapat disimpulkan bahwa pengetauan orang tua tentang pemberian obat oral cair tertinggi yaitu pengetahuan baik. \u0000Kata kunci : Pengetahuan, Obat Oral Cair, Orang Tua","PeriodicalId":282632,"journal":{"name":"Sentani Nursing Journal","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114290822","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Skizofrenia merupakan penyakit mental yang serius. Penyakit ini disebabkan oleh gangguan konsentrasi neurotransmiter otak, perubahan reseptor sel-sel otak, dan kelainan otak struktural. Pasien akan memiliki pemikiran, perasaan, emosi, ucapan, dan perilaku yang tidak normal, yang memengaruhi kehidupan, pekerjaan, kegiatan sosial, dan kemampuan untuk mengurus diri mereka sehari-hari sehingga mereka membutuhkan keluarga dalam membantu proses pemulihan selama berada di rumah. Peran keluarga merupakan pendukung penting dalam proses pemulihan pasien skizofrenia terutama untuk mencegah terjadinya kekambuhan. Sikap keluarga yang tidak menerima pasien skizofrenia atau bersikap bermusuhan dengan pasien akan membuat kekambuhan terjadi. Tujuan: mengidentifikasi gambaran peran keluarga dalam merawat pasien gangguan jiwa skizofrenia yang mengalami kekambuhan di Rumah Sakit Jiwa Abepura. Metode Penelitian: menggunakan deskriptif kuantitatif, dengan jumlah sampel 30 responden, serta analisa data menggunakan prosentase. Hasil: dari 30 responden yang diteliti 15 keluarga (50.0%) berperan dalam merawat kekambuhan pasien skizofrenia dan 15 keluarga (50.0%) tidak berperan dalam merawat kekambuhan pasien skizofrenia. Kesimpulan: penelitian menunjukkan hasil seimbang antara keluarga yang berperan dalam merawat kekambuhan pasien skizofrenia, hal ini mungkin terjadi karena kurangnya informasi atau pengetahuan mengenai perawatan pasien skizofrenia di rumah, dan stigma yang masih melekat pada masyarakat seperti: dikucilkan, tidak dapat berproduktifitas, tidak berguna, menakutkan, dan lain sebagainya. Kata Kunci: Peran Keluarga, Skizofrenia, Kekambuhan
{"title":"GAMBARAN PERAN KELUARGA DALAM MERAWAT PASIEN GANGGUAN JIWA SKIZOFRENIA YANG MENGALAMI KEKAMBUHANDI INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT JIWA DAERAH ABEPURA","authors":"Haslinda Manda, R. Nompo, Muh Rhomandoni","doi":"10.52646/snj.v1i2.71","DOIUrl":"https://doi.org/10.52646/snj.v1i2.71","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Skizofrenia merupakan penyakit mental yang serius. Penyakit ini disebabkan oleh gangguan konsentrasi neurotransmiter otak, perubahan reseptor sel-sel otak, dan kelainan otak struktural. Pasien akan memiliki pemikiran, perasaan, emosi, ucapan, dan perilaku yang tidak normal, yang memengaruhi kehidupan, pekerjaan, kegiatan sosial, dan kemampuan untuk mengurus diri mereka sehari-hari sehingga mereka membutuhkan keluarga dalam membantu proses pemulihan selama berada di rumah. Peran keluarga merupakan pendukung penting dalam proses pemulihan pasien skizofrenia terutama untuk mencegah terjadinya kekambuhan. Sikap keluarga yang tidak menerima pasien skizofrenia atau bersikap bermusuhan dengan pasien akan membuat kekambuhan terjadi. Tujuan: mengidentifikasi gambaran peran keluarga dalam merawat pasien gangguan jiwa skizofrenia yang mengalami kekambuhan di Rumah Sakit Jiwa Abepura. Metode Penelitian: menggunakan deskriptif kuantitatif, dengan jumlah sampel 30 responden, serta analisa data menggunakan prosentase. Hasil: dari 30 responden yang diteliti 15 keluarga (50.0%) berperan dalam merawat kekambuhan pasien skizofrenia dan 15 keluarga (50.0%) tidak berperan dalam merawat kekambuhan pasien skizofrenia. Kesimpulan: penelitian menunjukkan hasil seimbang antara keluarga yang berperan dalam merawat kekambuhan pasien skizofrenia, hal ini mungkin terjadi karena kurangnya informasi atau pengetahuan mengenai perawatan pasien skizofrenia di rumah, dan stigma yang masih melekat pada masyarakat seperti: dikucilkan, tidak dapat berproduktifitas, tidak berguna, menakutkan, dan lain sebagainya. \u0000Kata Kunci: Peran Keluarga, Skizofrenia, Kekambuhan","PeriodicalId":282632,"journal":{"name":"Sentani Nursing Journal","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127064257","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar Belakang: Konsep diri individu tidaklah bawaan dari lahir tetapi timbul akibat adanya pengalaman, persepsi dan hasil belajar yang dialami oleh setiap individu. Konsep diri seseorang terbentuk dari proses belajar. Konsep diri pada remaja merupakan keadaan dimana remaja mampu menilai dirinya secara fisik, psikis, sosial, emosional, aspirasi, dan prestasi. Keperawatan jiwa konsep diri terdiri dari lima komponen; citra tubuh/ gambaran diri, harga diri, indentitas diri, peran, dan ideal diri. Remaja yang memiliki konsep diri positif cenderung menampilkan tingkah laku sosial yang positif, sedangkan remaja yang konsep diri kurang memandang dirinya negatif sehingga akan timbulnya konsep diri negatif. Dalam mengembangkan potensi diri, individu perlu memahami dirinya sendiri, dan mengetahui kelebihan dan kelemahan yang dimilikinya serta cara memahami dan mengetahui diri sendiri. Tujuan: Untuk mengetahui konsep diri remaja di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Sentani Kabupaten Jayapura. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan persentase, dilakukan pada bulan Januari sampai Februari 2021. Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 33 siswa/I, dengan kuesioner konsep diri yang terdiri dari 43 pernyataan positif dan negatif. Hasil: Konsep diri remaja dengan kriteria positif 31 orang (93.9%) dan konsep diri dengan kriteria negatif 2 orang (6.1%). Kesimpulan: Konsep diri bukanlah aspek yang dibawa sejak lahir, tetapi merupakan aspek yang dibentuk melalui interaksi individu dalam berbagai lingkungan, baik itu lingkungan keluarga maupun lingkungan lain yang lebih luas. Pada dasarnya konsep diri seseorang terbentuk dari lingkungan pertama yang paling dekat dengan individu, yaitu lingkungan keluarga, tetapi lama-kelamaan konsep diri individu akan berkembang melalui hubungan dengan lingkungan yang lebih luas, seperti teman sebaya. Kata Kunci: Konsep Diri, Remaja, SMA
{"title":"GAMBARAN KONSEP DIRI REMAJA DI KELAS XI IPA 1 SMA NEGERI 1 SENTANI KABUPATEN JAYAPURA","authors":"Jusmadini Baaka, R. Nompo, Arvia Arvia","doi":"10.52646/snj.v1i2.72","DOIUrl":"https://doi.org/10.52646/snj.v1i2.72","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Konsep diri individu tidaklah bawaan dari lahir tetapi timbul akibat adanya pengalaman, persepsi dan hasil belajar yang dialami oleh setiap individu. Konsep diri seseorang terbentuk dari proses belajar. Konsep diri pada remaja merupakan keadaan dimana remaja mampu menilai dirinya secara fisik, psikis, sosial, emosional, aspirasi, dan prestasi. Keperawatan jiwa konsep diri terdiri dari lima komponen; citra tubuh/ gambaran diri, harga diri, indentitas diri, peran, dan ideal diri. Remaja yang memiliki konsep diri positif cenderung menampilkan tingkah laku sosial yang positif, sedangkan remaja yang konsep diri kurang memandang dirinya negatif sehingga akan timbulnya konsep diri negatif. Dalam mengembangkan potensi diri, individu perlu memahami dirinya sendiri, dan mengetahui kelebihan dan kelemahan yang dimilikinya serta cara memahami dan mengetahui diri sendiri. Tujuan: Untuk mengetahui konsep diri remaja di kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Sentani Kabupaten Jayapura. Metode Penelitian: Penelitian ini menggunakan persentase, dilakukan pada bulan Januari sampai Februari 2021. Jumlah sampel dalam penelitian ini berjumlah 33 siswa/I, dengan kuesioner konsep diri yang terdiri dari 43 pernyataan positif dan negatif. Hasil: Konsep diri remaja dengan kriteria positif 31 orang (93.9%) dan konsep diri dengan kriteria negatif 2 orang (6.1%). Kesimpulan: Konsep diri bukanlah aspek yang dibawa sejak lahir, tetapi merupakan aspek yang dibentuk melalui interaksi individu dalam berbagai lingkungan, baik itu lingkungan keluarga maupun lingkungan lain yang lebih luas. Pada dasarnya konsep diri seseorang terbentuk dari lingkungan pertama yang paling dekat dengan individu, yaitu lingkungan keluarga, tetapi lama-kelamaan konsep diri individu akan berkembang melalui hubungan dengan lingkungan yang lebih luas, seperti teman sebaya. \u0000Kata Kunci: Konsep Diri, Remaja, SMA","PeriodicalId":282632,"journal":{"name":"Sentani Nursing Journal","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129124500","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
N. Sembiring, Vivi Hermalina Barends, Enos Supriyanto
Latar belakang: Promosi kesehatan tidak hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi disertai dengan upaya-upaya memfasilitasi perubahan perilaku. Peran perawat berdasarkan UU RI Nomor 38 tahun 2014, sebagai penyuluh dan konselor, melakukan pengkajian keperawatan secara holistik ditingkat individu dan keluarga serta ditingkat kelompok dan masyarakat, melakukan pemberdayaan masyarakat, melaksanakan advokasi dalam perawatan pelayanan kesehatan masyarakat, menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat dan melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling. Tujuan: Untuk mengetahui apakah ada pengaruh promosi kesehatan tentang imunisasi pada anak usia 0-5 tahun terhadap peningkatan pengetahuan ibu di Puskesmas Sentani. Jenis Penelitian: Menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan Pra-Eksperimen (pra-experiments design) dengan One group Pretest-Postest. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 1.347 orang ) dengan jumlah sampel sebanyak 93 responden yang diambil dengan menggunakan teknik accidental sampling. Hasil: Uji paired sample T-Test sebesar -10.869 sehingga bisa diambil kesimpulan untuk menerima Ha karena p value < α yaitu 0,000<0,05. Kesimpulan: Terdapat pengaruh promosi kesehatan tentang imunisasi pada anak usia 0-5 tahun terhadap peningkatan pengetahuan ibu di Puskesmas Sentani. Kata kunci: Promosi Kesehatan, Imunisasi, Anak, Pengetahuan
背景:健康促进不仅是社会复苏或仅仅是社会对健康的承认和提高,而且是促进行为改变的努力。根据2014年第38条RI法案,护士的作用,作为顾问和顾问,对个人和家庭、团体和社区进行全面的护理研究,对社会提供支持,对公共卫生保健进行倡导,在公共卫生保健领域建立伙伴关系,促进公共卫生保健和咨询。目的:确定5岁以上儿童免疫接种的健康促进是否对母亲在森塔尼医疗中心的知识增长有影响。类型研究:使用一组预试验设计的定量研究。本研究的人口为1347人,样本人数为93名受访者,他们使用了采样技术进行采样。测试结果:paired T-Test -10.869大样本,这样他们就可以被接受的结论哈,因为p value <α即万< 0。05。结论:0-5岁儿童接种疫苗的健康促进对母亲在圣斯塔尼医疗中心的知识增长的影响。关键词:健康促进、免疫接种、儿童、知识
{"title":"PENGARUH PROMOSI KESEHATAN TENTANG IMUNISASI PADA ANAK USIA 0-5 TAHUN TERHADAP PENINGKATAN PENGETAHUAN IBU DI PUSKESMAS SENTANI","authors":"N. Sembiring, Vivi Hermalina Barends, Enos Supriyanto","doi":"10.52646/snj.v3i2.79","DOIUrl":"https://doi.org/10.52646/snj.v3i2.79","url":null,"abstract":"Latar belakang: Promosi kesehatan tidak hanya proses penyadaran masyarakat atau pemberian dan peningkatan pengetahuan masyarakat tentang kesehatan saja, tetapi disertai dengan upaya-upaya memfasilitasi perubahan perilaku. Peran perawat berdasarkan UU RI Nomor 38 tahun 2014, sebagai penyuluh dan konselor, melakukan pengkajian keperawatan secara holistik ditingkat individu dan keluarga serta ditingkat kelompok dan masyarakat, melakukan pemberdayaan masyarakat, melaksanakan advokasi dalam perawatan pelayanan kesehatan masyarakat, menjalin kemitraan dalam perawatan kesehatan masyarakat dan melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling. Tujuan: Untuk mengetahui apakah ada pengaruh promosi kesehatan tentang imunisasi pada anak usia 0-5 tahun terhadap peningkatan pengetahuan ibu di Puskesmas Sentani. Jenis Penelitian: Menggunakan jenis penelitian kuantitatif dengan rancangan Pra-Eksperimen (pra-experiments design) dengan One group Pretest-Postest. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 1.347 orang ) dengan jumlah sampel sebanyak 93 responden yang diambil dengan menggunakan teknik accidental sampling. Hasil: Uji paired sample T-Test sebesar -10.869 sehingga bisa diambil kesimpulan untuk menerima Ha karena p value < α yaitu 0,000<0,05. Kesimpulan: Terdapat pengaruh promosi kesehatan tentang imunisasi pada anak usia 0-5 tahun terhadap peningkatan pengetahuan ibu di Puskesmas Sentani. \u0000Kata kunci: Promosi Kesehatan, Imunisasi, Anak, Pengetahuan","PeriodicalId":282632,"journal":{"name":"Sentani Nursing Journal","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114463006","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pendahuluan:Semakin bertambahnya usia lansia akan mengalami berbagai perubahan akibat terjadinya penurunan fungsi fisiologis.Lokasi persendian yang terkena terutama sendi-sendi kecil yaitu sendi jari tangan dan jari kaki.Tujuan penelitian: ini adalah untuk mengetahui pengaruh kompres jahe terhadap penurunan nyeri sendi lansia dengan arthritis gout di dusun Plandi kecamatan Jombang kabupaten Jombang.Metode penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain menggunakan Pre eksperimen one group pre-post test design.teknik sampling purposive sampling, sampel berjumlah 25 responden. Variabel independennya adalah kompres jahe dan variabel dependennya adalah penurunan nyeri.Hasil penelitian: menunjukkan responden dengan tingkat nyeri sedang berjumlah 21 orang (84.0%) dan tingkat nyeri berat berjumlah 4 orang (16.0%). Tabulasi silang didapatkan responden yang tidak mengalami nyeri sebanyak 10 responden (40.0%) yang mengalami nyeri ringan seabanyak 11 orang (44.0%) yang mengalami nyeri sedang sebanyak 3 orang (12.0%) dan yang mengalami nyeri berat ada 1 orang (4.0%). Hasi ujiWilcoxonMantched Paired Test 0,000 (α <0,05). Kesimpulan: dari penelitian ini adalah ada pengaruh kompres jahe terhadap penurunan nyeri sendi lansia dengan arthritis gout di Dusun Plandi Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang. Saran : dapat menjadi referensi penurunan nyeri sendi terapi non farmakologis Kata kunci :Nyeri sendi, kompres jahe, arthritis gout
{"title":"PENGARUH KOMPRES JAHE TERHADAP PENURUNAN NYERI SENDI LANSIA DENGAN ARTHRITIS GOUT","authors":"Whenni Amalia, Imam Fatoni","doi":"10.52646/snj.v2i2.77","DOIUrl":"https://doi.org/10.52646/snj.v2i2.77","url":null,"abstract":"Pendahuluan:Semakin bertambahnya usia lansia akan mengalami berbagai perubahan akibat terjadinya penurunan fungsi fisiologis.Lokasi persendian yang terkena terutama sendi-sendi kecil yaitu sendi jari tangan dan jari kaki.Tujuan penelitian: ini adalah untuk mengetahui pengaruh kompres jahe terhadap penurunan nyeri sendi lansia dengan arthritis gout di dusun Plandi kecamatan Jombang kabupaten Jombang.Metode penelitian: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain menggunakan Pre eksperimen one group pre-post test design.teknik sampling purposive sampling, sampel berjumlah 25 responden. Variabel independennya adalah kompres jahe dan variabel dependennya adalah penurunan nyeri.Hasil penelitian: menunjukkan responden dengan tingkat nyeri sedang berjumlah 21 orang (84.0%) dan tingkat nyeri berat berjumlah 4 orang (16.0%). Tabulasi silang didapatkan responden yang tidak mengalami nyeri sebanyak 10 responden (40.0%) yang mengalami nyeri ringan seabanyak 11 orang (44.0%) yang mengalami nyeri sedang sebanyak 3 orang (12.0%) dan yang mengalami nyeri berat ada 1 orang (4.0%). Hasi ujiWilcoxonMantched Paired Test 0,000 (α <0,05). Kesimpulan: dari penelitian ini adalah ada pengaruh kompres jahe terhadap penurunan nyeri sendi lansia dengan arthritis gout di Dusun Plandi Kecamatan Jombang Kabupaten Jombang. Saran : dapat menjadi referensi penurunan nyeri sendi terapi non farmakologis \u0000Kata kunci :Nyeri sendi, kompres jahe, arthritis gout","PeriodicalId":282632,"journal":{"name":"Sentani Nursing Journal","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130891034","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Endang M. Embiril, Muh Rhomandoni, R. Rustina, R. Nompo
Latar belakang: Hospitalisasi merupakan suatu proses yang mengharuskan anakdirawat di rumah sakit (RS), mendapatkan perawatan dan pengobatan dan merupakan suatu pengalaman bagi anak yang dapat menyebabkan kecemasan. Metode penelitian: deskriptif kuantitatifdengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Mei – Agustus 2018. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien anak usia 6-12 tahun yang dirawat inap di Ruang Kanak - Kanak dengan jumlah sampel sebanyak 52 orang. Pengambilan data kecemasan menggunakan Skala RCMAS. Hasil penelitian: Hasil penelitian diperoleh bahwa anak yang mengalami hospitalisasi di Ruang Kanak – Kanak terbanyak pada kelompok umur 6 – 9 tahun, yaitu sebanyak 28 orang (53,8%), berjenis kelamin laki – laki sebanyak 30 orang (47,7%), berpendidi di jenjang pendidikan SD sebanyak 38 orang (73,1%) dan sebagiain besar tidak pernah hospitalisasi sebanyak 36 orang (69,2%) dan Lama hospitalisasi anak usia < 3 hari atau kateori baru sebanyak 26 orang (50%) sedangkan responden yang lama hospitalisasi < 3 hari dalam kategori baru sebanyak 26 orang (50%). Kecemasan anak usia sekolah (6-12 Tahun) di Ruang Kanak – Kanak RSUD Abepura terbanyak tidak mengalami cemas sebanyak 27 orang (51,9%) dan anak yang mengalami cemas sebanyak 25 orang (48,1%). Kesimpulan: Ada hubungan hospitalisasi dengan kecemasan anak usia sekolah (6-12 tahun) di Ruang Kanak - kanak RSUD Abepura (p-value = 0,026). Saran: memfasilitasi tempat bermain anak sehingga dampak stressor hospitalisasi, perawat dapat meningkatkan komunikasi theraupetik pada anak dan orang tua memberikan dukungan dengan cara selalu mendampingi anak dan memberikan semangat untuk sembuh
{"title":"HUBUNGAN HOSPITALISASI DENGAN KECEMASAN ANAK USIA SEKOLAH (6-12 TAHUN) DI RUANG KANAK - KANAK RSUD ABEPURA","authors":"Endang M. Embiril, Muh Rhomandoni, R. Rustina, R. Nompo","doi":"10.52646/snj.v1i2.67","DOIUrl":"https://doi.org/10.52646/snj.v1i2.67","url":null,"abstract":"Latar belakang: Hospitalisasi merupakan suatu proses yang mengharuskan anakdirawat di rumah sakit (RS), mendapatkan perawatan dan pengobatan dan merupakan suatu pengalaman bagi anak yang dapat menyebabkan kecemasan. Metode penelitian: deskriptif kuantitatifdengan pendekatan cross sectional yang dilaksanakan pada bulan Mei – Agustus 2018. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien anak usia 6-12 tahun yang dirawat inap di Ruang Kanak - Kanak dengan jumlah sampel sebanyak 52 orang. Pengambilan data kecemasan menggunakan Skala RCMAS. Hasil penelitian: Hasil penelitian diperoleh bahwa anak yang mengalami hospitalisasi di Ruang Kanak – Kanak terbanyak pada kelompok umur 6 – 9 tahun, yaitu sebanyak 28 orang (53,8%), berjenis kelamin laki – laki sebanyak 30 orang (47,7%), berpendidi di jenjang pendidikan SD sebanyak 38 orang (73,1%) dan sebagiain besar tidak pernah hospitalisasi sebanyak 36 orang (69,2%) dan Lama hospitalisasi anak usia < 3 hari atau kateori baru sebanyak 26 orang (50%) sedangkan responden yang lama hospitalisasi < 3 hari dalam kategori baru sebanyak 26 orang (50%). Kecemasan anak usia sekolah (6-12 Tahun) di Ruang Kanak – Kanak RSUD Abepura terbanyak tidak mengalami cemas sebanyak 27 orang (51,9%) dan anak yang mengalami cemas sebanyak 25 orang (48,1%). Kesimpulan: Ada hubungan hospitalisasi dengan kecemasan anak usia sekolah (6-12 tahun) di Ruang Kanak - kanak RSUD Abepura (p-value = 0,026). Saran: memfasilitasi tempat bermain anak sehingga dampak stressor hospitalisasi, perawat dapat meningkatkan komunikasi theraupetik pada anak dan orang tua memberikan dukungan dengan cara selalu mendampingi anak dan memberikan semangat untuk sembuh","PeriodicalId":282632,"journal":{"name":"Sentani Nursing Journal","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121786960","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}