Pub Date : 2022-04-29DOI: 10.61330/vedajyotih.v1i1.7
Yang Mengaturnya, Dalam Perspektif, Paradigma PARĀVIDYĀ-APARĀVIDYĀ, Prasanthy Devi Maheswari, Veda Jyotih, J. Agama, dan Sains
Banyak sarjana mendefinisikan bahwa “ilmu adalah pengetahuan sistematis tentang fisika atau dunia material yang diperoleh melalui pengamatan dan percobaan”. Sehingga di luar definisi itu dipandang bukan ilmu. Belakangan ini disadari definisi seperti itu tidak dapat memenuhi semua kebutuhan manusia akan ilmu pengetahuan yang meliputi kebutuhan lahiriah dan rohaniah. Mānava Dharmaśastra V.109; “Tubuh dibersihkan dengan air, pikiran disucikan dengan kebenaran, dan jiwa manusia dengan pelajaran suci dan tapa brata, serta kecerdasan dengan pengetahuan yang benar”. Memahami kebutuhan manusia terhadap ilmu pengetahuan yang holisik inilah, maka Veda menyediakan fasilitas keduanya yang dinyatakan oleh Mundaka Upaniśad sebagai paradigma Parāvidyā dan Aparāvidyā. Keunggulan paradigma Parāvidyā dan Aparāvidyā adalah tingkat ketelitiannya dan keunggulan aksiologinya. Jika dunia ilmu pengetahuan sepakat menggunakan paradigma Parāvidyā dan Aparāvidyā, maka dunia tidak akan dieksploitasi liar. Sehingga ada jaminan aksiologis atas keselamatan manusia dari bencana egoisme dalam mengeksploitasi dunia. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, objek studinya adalah studi pustaka atas pandangan para ilmuan terhadap proses terciptanya alam semesta dan hubungannya dengan manusia. Data-data diperoleh melalui berbagai pustaka yang relevan dengan penelitian ini. Teori yang digunakan adalah teori-teori Advaita Vedānta, dan teknik analisa data digunakan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menemukan bahwa para ilmuwan di era post-modern sekarang ini perlu mempertimbangkan satu paradigma baru yang mana di dalam Veda disebut paradigma Parāvidyā dan Aparāvidyā. Paradigma inilah yang digadang-gadang menjadi paradigma holistik oleh para ilmuwan post-modern. Walaupun paradigma ini adalah paradigma purba dalam Veda, namun dibutuhkan oleh dunia modern.
{"title":"ASAL-USUL, UNSUR-UNSUR DAN PROSES PENCIPTAAN ALAM SEMESTA SERTA KETERATURAN YANG MENGATURNYA DALAM PERSPEKTIF PARADIGMA PARĀVIDYĀ-APARĀVIDYĀ","authors":"Yang Mengaturnya, Dalam Perspektif, Paradigma PARĀVIDYĀ-APARĀVIDYĀ, Prasanthy Devi Maheswari, Veda Jyotih, J. Agama, dan Sains","doi":"10.61330/vedajyotih.v1i1.7","DOIUrl":"https://doi.org/10.61330/vedajyotih.v1i1.7","url":null,"abstract":"Banyak sarjana mendefinisikan bahwa “ilmu adalah pengetahuan sistematis tentang fisika atau dunia material yang diperoleh melalui pengamatan dan percobaan”. Sehingga di luar definisi itu dipandang bukan ilmu. Belakangan ini disadari definisi seperti itu tidak dapat memenuhi semua kebutuhan manusia akan ilmu pengetahuan yang meliputi kebutuhan lahiriah dan rohaniah. Mānava Dharmaśastra V.109; “Tubuh dibersihkan dengan air, pikiran disucikan dengan kebenaran, dan jiwa manusia dengan pelajaran suci dan tapa brata, serta kecerdasan dengan pengetahuan yang benar”. \u0000Memahami kebutuhan manusia terhadap ilmu pengetahuan yang holisik inilah, maka Veda menyediakan fasilitas keduanya yang dinyatakan oleh Mundaka Upaniśad sebagai paradigma Parāvidyā dan Aparāvidyā. Keunggulan paradigma Parāvidyā dan Aparāvidyā adalah tingkat ketelitiannya dan keunggulan aksiologinya. Jika dunia ilmu pengetahuan sepakat menggunakan paradigma Parāvidyā dan Aparāvidyā, maka dunia tidak akan dieksploitasi liar. Sehingga ada jaminan aksiologis atas keselamatan manusia dari bencana egoisme dalam mengeksploitasi dunia. \u0000Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, objek studinya adalah studi pustaka atas pandangan para ilmuan terhadap proses terciptanya alam semesta dan hubungannya dengan manusia. Data-data diperoleh melalui berbagai pustaka yang relevan dengan penelitian ini. Teori yang digunakan adalah teori-teori Advaita Vedānta, dan teknik analisa data digunakan analisis deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menemukan bahwa para ilmuwan di era post-modern sekarang ini perlu mempertimbangkan satu paradigma baru yang mana di dalam Veda disebut paradigma Parāvidyā dan Aparāvidyā. Paradigma inilah yang digadang-gadang menjadi paradigma holistik oleh para ilmuwan post-modern. Walaupun paradigma ini adalah paradigma purba dalam Veda, namun dibutuhkan oleh dunia modern.","PeriodicalId":298696,"journal":{"name":"Veda Jyotih: Jurnal Agama dan Sains","volume":"35 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115984307","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-29DOI: 10.61330/vedajyotih.v1i1.10
Ni Kadek Surpi
abstrak Adi Śaṅkarācārya, seorang tokoh Hindu yang sangat terkenal. Karya dan pemikirannya memberikan pengaruh yang sangat luas dalam filsafat dan teologi. Perjalanan penaklukannya, perjalanan debat yang dikenal Digvijaya Mission dikenang sebagai perjalanan luar biasa. Bukan sekedar menyebarkan doktrin advaita Vedanta, tetapi mengembalikan kejayaan Sanatana Dharma. apa keunggulan utama Śaṅkarācārya sehingga ia mampu mengalahkan debat banyak tokoh terkenal, termasuk tokoh-tokoh utama Buddhist ? Artikel ini menjelaskan tentang perjalanan misi debat Śaṅkarācārya sekaligus keunggulan pemikirannya. Ācārya memasuki tahapan Sanyasi, pada usia masih sangat muda. Bahkan ia dikenal sebagai anak yang jenius. Namun dibalik itu, pertemuannya dengan Ṛṣi Vyasa tampaknya mengobarkan semangat pengabdian sekaligus kepercayaan diri yang tinggi, disamping kemampuan pengetahuan dan spiritualitas yang terasah sempurna walau berusia muda. Kata kunci : Śaṅkarācārya, Digvijaya Mission, tarka-vada abstract Adi Śaṅkarācārya is a very famous Hindu figure. His work and thoughts have had a profound influence on philosophy and theology. His conquest journey, his debating journey known as the Digvijaya Mission, is remembered as an extraordinary journey. Not only spreading Vedanta's Advaita doctrine but restoring the glory of Sanatana Dharma. What is the main advantage of Śaṅkarācārya that he can beat the debate of many famous figures, including prominent Buddhist figures? This article describes the journey of Śaṅkarācārya's debate mission as well as the excellence of his thinking. Ācārya entered the stage of Sanyasi at a very young age. He is known as a genius child. Furthermore, his meeting with Ṛṣi Vyasa seemed to ignite a spirit of devotion as well as high self-confidence for him. Besides that, he also has knowledge and spirituality, which is perfectly honed even though he is young. Keywords: Śaṅkarācārya, Digvijaya Mission, Tarka-vada
抽象阿迪Śa cāṅkarārya,一位非常著名的印度教人物。他的作品和思想对哲学和神学产生了深远的影响。他的胜利之旅,被称为迪维贾雅使命的辩论之旅,被誉为史诗般的旅程。不只是传播advaita Vedanta教义,还恢复了Sanatana Dharma的荣耀。Ś主要优势是什么a cāṅkarārya辩论,这样他就能打败了许多著名人物,包括佛教的主要人物?这篇文章解释了关于旅行任务Ś辩论a cāṅkarārya和卓越的想法。Ācārya进入Sanyasi阶段,岁时还很年轻。就连他也被认为是一个天才男孩。但这背后,与Ṛṣi Vyasa似乎一下子就点燃奉献高,除了知识和能力的自信雕琢完美的精神,即使年轻的。关键词:Śa cāṅkarārya Digvijaya任务,tarka-vada抽象阿迪Śa cāṅkarārya是一个非常著名的印度教的玩偶。他的工作和思想对哲学和神学有深刻的影响。他对旅程的追求,他被称为迪维贾雅使命的演绎旅程,记得这是一段非凡的旅程。不仅传播Vedanta的教义,而且恢复Sanatana Dharma的荣耀。什么是玩advantage》Śa cāṅkarārya那他能打败众多著名的位数之辩论,佛教prominent在内的位数?这个旅程》文章描述了Śa cāṅkarārya的辩论任务卓越》一样好了他的思考。舞台》Ācārya进入Sanyasi at a非常年轻的时代。他是一个天才儿童。Furthermore,他和Ṛ开会iṣa似乎Vyasa ignite奉献的精神为他看到as well as高中。除此之外,他还知道和唯心主义,这是完美的,即使他很年轻。安装:Śa cāṅkarārya Digvijaya任务,Tarka-vada
{"title":"DIGVIJAYA MISSION ŚAṄKARĀCĀRYA SEBAGAI UPAYA MENGEMBALIKAN KEJAYAAN HINDU","authors":"Ni Kadek Surpi","doi":"10.61330/vedajyotih.v1i1.10","DOIUrl":"https://doi.org/10.61330/vedajyotih.v1i1.10","url":null,"abstract":"abstrak \u0000Adi Śaṅkarācārya, seorang tokoh Hindu yang sangat terkenal. Karya dan pemikirannya memberikan pengaruh yang sangat luas dalam filsafat dan teologi. Perjalanan penaklukannya, perjalanan debat yang dikenal Digvijaya Mission dikenang sebagai perjalanan luar biasa. Bukan sekedar menyebarkan doktrin advaita Vedanta, tetapi mengembalikan kejayaan Sanatana Dharma. apa keunggulan utama Śaṅkarācārya sehingga ia mampu mengalahkan debat banyak tokoh terkenal, termasuk tokoh-tokoh utama Buddhist ? Artikel ini menjelaskan tentang perjalanan misi debat Śaṅkarācārya sekaligus keunggulan pemikirannya. Ācārya memasuki tahapan Sanyasi, pada usia masih sangat muda. Bahkan ia dikenal sebagai anak yang jenius. Namun dibalik itu, pertemuannya dengan Ṛṣi Vyasa tampaknya mengobarkan semangat pengabdian sekaligus kepercayaan diri yang tinggi, disamping kemampuan pengetahuan dan spiritualitas yang terasah sempurna walau berusia muda. \u0000Kata kunci : Śaṅkarācārya, Digvijaya Mission, tarka-vada \u0000 \u0000abstract \u0000Adi Śaṅkarācārya is a very famous Hindu figure. His work and thoughts have had a profound influence on philosophy and theology. His conquest journey, his debating journey known as the Digvijaya Mission, is remembered as an extraordinary journey. Not only spreading Vedanta's Advaita doctrine but restoring the glory of Sanatana Dharma. What is the main advantage of Śaṅkarācārya that he can beat the debate of many famous figures, including prominent Buddhist figures? This article describes the journey of Śaṅkarācārya's debate mission as well as the excellence of his thinking. Ācārya entered the stage of Sanyasi at a very young age. He is known as a genius child. Furthermore, his meeting with Ṛṣi Vyasa seemed to ignite a spirit of devotion as well as high self-confidence for him. Besides that, he also has knowledge and spirituality, which is perfectly honed even though he is young. \u0000Keywords: Śaṅkarācārya, Digvijaya Mission, Tarka-vada","PeriodicalId":298696,"journal":{"name":"Veda Jyotih: Jurnal Agama dan Sains","volume":"24 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115144392","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-29DOI: 10.61330/vedajyotih.v1i1.2
S. Suyono, Indrayani Ni Made
abstract Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kurangya minat generasi muda dalam belajar berdhamagita, bagai mana dampak Dharmagita terhadap pemehaman nilai-nilai ajaran Agama, serta faktor penghambat dalam pengembangan Dharmagita pada anggota Pesantian Widya Sastra Di desa Rama Murti 2 Kecamatan Seputih Raman. Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini digunakan tehnik pengumpulan data angket dan wawancara. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive snowball sampling. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif non statistik. Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa kemempuan daya seni yang dimiliki, keterbatasan keterampilan dan pengetahuan orang tua, lingkungan, dan kemajuan zaman menjadi factor penyebab kurangnya minat generasi muda dalam belajar dharmagita. Dharmagita mengandung nilai-nilai ajaran Agama Hindu meliputi tattwa, susila, dan upacara dan memberikan dampak yang baik pada pemahamn nilai-nilai ajaran Agama Hindu, akan tetapi, keterbatasan tenaga pengajar, waktu dan minimnya sosialisai menjadi faktor penghambat dalam pengembangan Dharmagita pada Pesantia Widya Satra Di Desa Rama Murti 2. Brkaitan dengan hal tersebut maka dirasa perlu adanya pembinaan dharmagita pada generasi muda, mengembangkan dharmagita sebagai media siar Dharma dan pembinaan yang berkelajutan, model serta penyesuaian waktu yang tepat agar lebih optimal
{"title":"PEMAHAMAN NILAI-NILAI AJARAN AGAMA HINDU MELALUI MEDIA DHARMAGITA","authors":"S. Suyono, Indrayani Ni Made","doi":"10.61330/vedajyotih.v1i1.2","DOIUrl":"https://doi.org/10.61330/vedajyotih.v1i1.2","url":null,"abstract":"abstract \u0000Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan kurangya minat generasi muda dalam belajar berdhamagita, bagai mana dampak Dharmagita terhadap pemehaman nilai-nilai ajaran Agama, serta faktor penghambat dalam pengembangan Dharmagita pada anggota Pesantian Widya Sastra Di desa Rama Murti 2 Kecamatan Seputih Raman. Untuk mendapatkan data dalam penelitian ini digunakan tehnik pengumpulan data angket dan wawancara. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive snowball sampling. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif non statistik. \u0000Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa kemempuan daya seni yang dimiliki, keterbatasan keterampilan dan pengetahuan orang tua, lingkungan, dan kemajuan zaman menjadi factor penyebab kurangnya minat generasi muda dalam belajar dharmagita. Dharmagita mengandung nilai-nilai ajaran Agama Hindu meliputi tattwa, susila, dan upacara dan memberikan dampak yang baik pada pemahamn nilai-nilai ajaran Agama Hindu, akan tetapi, keterbatasan tenaga pengajar, waktu dan minimnya sosialisai menjadi faktor penghambat dalam pengembangan Dharmagita pada Pesantia Widya Satra Di Desa Rama Murti 2. Brkaitan dengan hal tersebut maka dirasa perlu adanya pembinaan dharmagita pada generasi muda, mengembangkan dharmagita sebagai media siar Dharma dan pembinaan yang berkelajutan, model serta penyesuaian waktu yang tepat agar lebih optimal","PeriodicalId":298696,"journal":{"name":"Veda Jyotih: Jurnal Agama dan Sains","volume":"89 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121189672","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-29DOI: 10.61330/vedajyotih.v1i1.11
memandang bahwa, Tuhan Dalam Vedānta, I. G. Suwantana, Veda Jyotih, Jurnal Agama, dan Sains, Achintya Bhedābheda, memandang bahwa Vishnu, personalitas-Nya berbeda, dengan jiva dan jagat, namun pada saat bersamaan, semua ciptaan jiva
Abstract Each sub in the Vedanta school has its own way of looking at the concept of God. Advaita views the oneness of God, where there is only Brahman. Anything beyond Brahman is illusion (Maya). Meanwhile, Visishthadvaita Vedanta sees that Brahman consists of three Real entities, namely Ishvara, Jiva and Jagat. While Dvaita views that God is directed to Vishnu and is personal. The Dvaitādvaita, Achintya Bhedābheda and Suddha Advaita views also refer to Vishnu and are personal, only the emphasis is different. Dvaitādvaita views that the jiva and the universe are different from Ishvara, because the jiva and the universe have properties, but at the same time they are the same because the existence of the jiva and the universe is dependent on Ishvara. Achintya Bhedābheda views that Vishnu's personality is different from the jiva and the universe, but at the same time all creation (jiva and universe) are inseparable from Vishnu. These similarities and differences are incomprehensible. Suddha Advaita views that there is no difference in quality between Ishvara and jiva, but that the jiva is atomic because it is shrouded in ignorance. Meanwhile, in the contemporary era, mystics try to unite all these views with the term neo-Vedanta. Keywords: God, Vedanta, Brahman, Vishnu, Jiva, Jagat Abstrak Setiap sub dalam aliran Vedanta memiliki cara pandang tersendiri tentang konsep Tuhan. Advaita memandang tentang kemanunggalan Tuhan, dimana yang eksis hanya Brahman. Sesuatu di luar Brahman adalah ilusi (Maya). Sementara Visishthadvaita Vedanta melihat bahwa Brahman terdiri dari tiga entitas Real, yakni Ishvara, Jiva dan Jagat. Sementara Dvaita memandang bahwa Tuhan mengarah pada Vishnu dan bersifat personal. Paham Dvaitādvaita, Achintya Bhedābheda dan Suddha Advaita juga merujuk pada Vishnu dan bersifat personal, hanya penekanannya yang berbeda. Dvaitādvaita memandang bahwa jiva dan jagat berbeda dengan Ishvara, karena jiva dan jagat memiliki guna (sifat), tetapi pada saat bersamaan mereka sama karena keberadaan jiva dan jagat tergantung dari Ishvara. Achintya Bhedābheda memandang bahwa Vishnu personalitas-Nya berbeda dengan jiva dan jagat, namun pada saat bersamaan semua ciptaan (jiva dan jagat) tidak terlepas dari Vishnu. Persamaan dan perbedaan ini tidak bisa dimengerti. Suddha Advaita memandang bahwa tidak ada perbedaan kualitas antara Ishvara dan jiva, tetapi jiva bersifat atomis karena diselimuti oleh kebodohan. Sementara itu, di era kontemporer, para mistik mencoba menyatukan semua pandangan tersebut dengan sebutan neo-Vedanta. Kata Kunci: Tuhan, Vedanta, Brahman, Vishnu, Jiva, Jagat
吠檀多学派的每个分支都有自己看待上帝概念的方式。Advaita认为神是一体的,只有婆罗门。任何超越婆罗门的都是幻觉(玛雅)。同时,Visishthadvaita吠檀多看到婆罗门由三个实体组成,即Ishvara, Jiva和Jagat。而达瓦塔认为,上帝是直接对毗湿奴和个人。Dvaitādvaita, Achintya Bhedābheda和Suddha Advaita的观点也指毗湿奴,是个人的,只是重点不同。Dvaitādvaita认为湿婆和宇宙不同于伊师瓦,因为湿婆和宇宙有属性,但同时它们又是相同的,因为湿婆和宇宙的存在依赖于伊师瓦。阿钦提亚Bhedābheda认为毗湿奴的人格不同于吉瓦和宇宙,但同时所有的创造(吉瓦和宇宙)都与毗湿奴密不可分。这些异同是难以理解的。Suddha Advaita认为Ishvara和jiva在性质上没有区别,但是jiva是原子的,因为它被无知所笼罩。与此同时,在当代,神秘主义者试图用新吠檀多这个词来统一所有这些观点。关键词:神,吠檀多,婆罗门,毗湿奴,Jiva, Jagat Abstrak Setiap sub dalam aliran吠檀多,memiliki cara pandang tersendiri tentang konsep TuhanAdvaita memandang tentang kemanunggalan Tuhan, dimana yang eksis hanya Brahman。Sesuatu di luar Brahman adalah ilusi(玛雅)。Sementara Visishthadvaita Vedanta melihat bahwa Brahman terdiri dari tiga entitas Real, yakni Ishvara, Jiva dan Jagat。Sementara Dvaita memandang bahwa Tuhan mengarah pada Vishnu dan bersifat personal。Paham Dvaitādvaita, Achintya Bhedābheda dan Suddha Advaita juga merujuk pada Vishnu dan bersifat personal, hanya penekanannya yang berbeda。Dvaitādvaita memandang bahwa jiva dan jagat berbeda dengan Ishvara, karena jiva dan jagat memiliki guna (sifat), tetapi paada saat bersamaan mereka karena keberadaan jiva dan jagat tergantung dari Ishvara。Achintya Bhedābheda memandang bahwa毗湿奴人格- nya berbeda dengan jiva dan jagat, namun pada saat bersamaan semua ciptaan (jiva dan jagat) tidak terlepas dari Vishnu。Persamaan dan perbedaan ini tidak bisa dimengerti。Suddha Advaita memandang bahwa tidak ada perbedaan kualitas antara Ishvara dan jiva, tetapi jiva, tetapi jiva是原子,karena diselimuti oleh kebodohan。新吠檀多,新吠檀多,新吠檀多,新吠檀多。Kata Kunci:图汉、吠檀多、婆罗门、毗湿奴、Jiva、Jagat
{"title":"TUHAN DALAM VEDĀNTA","authors":"memandang bahwa, Tuhan Dalam Vedānta, I. G. Suwantana, Veda Jyotih, Jurnal Agama, dan Sains, Achintya Bhedābheda, memandang bahwa Vishnu, personalitas-Nya berbeda, dengan jiva dan jagat, namun pada saat bersamaan, semua ciptaan jiva","doi":"10.61330/vedajyotih.v1i1.11","DOIUrl":"https://doi.org/10.61330/vedajyotih.v1i1.11","url":null,"abstract":"Abstract \u0000Each sub in the Vedanta school has its own way of looking at the concept of God. Advaita views the oneness of God, where there is only Brahman. Anything beyond Brahman is illusion (Maya). Meanwhile, Visishthadvaita Vedanta sees that Brahman consists of three Real entities, namely Ishvara, Jiva and Jagat. While Dvaita views that God is directed to Vishnu and is personal. The Dvaitādvaita, Achintya Bhedābheda and Suddha Advaita views also refer to Vishnu and are personal, only the emphasis is different. Dvaitādvaita views that the jiva and the universe are different from Ishvara, because the jiva and the universe have properties, but at the same time they are the same because the existence of the jiva and the universe is dependent on Ishvara. Achintya Bhedābheda views that Vishnu's personality is different from the jiva and the universe, but at the same time all creation (jiva and universe) are inseparable from Vishnu. These similarities and differences are incomprehensible. Suddha Advaita views that there is no difference in quality between Ishvara and jiva, but that the jiva is atomic because it is shrouded in ignorance. Meanwhile, in the contemporary era, mystics try to unite all these views with the term neo-Vedanta. \u0000Keywords: God, Vedanta, Brahman, Vishnu, Jiva, Jagat \u0000 \u0000Abstrak \u0000Setiap sub dalam aliran Vedanta memiliki cara pandang tersendiri tentang konsep Tuhan. Advaita memandang tentang kemanunggalan Tuhan, dimana yang eksis hanya Brahman. Sesuatu di luar Brahman adalah ilusi (Maya). Sementara Visishthadvaita Vedanta melihat bahwa Brahman terdiri dari tiga entitas Real, yakni Ishvara, Jiva dan Jagat. Sementara Dvaita memandang bahwa Tuhan mengarah pada Vishnu dan bersifat personal. Paham Dvaitādvaita, Achintya Bhedābheda dan Suddha Advaita juga merujuk pada Vishnu dan bersifat personal, hanya penekanannya yang berbeda. Dvaitādvaita memandang bahwa jiva dan jagat berbeda dengan Ishvara, karena jiva dan jagat memiliki guna (sifat), tetapi pada saat bersamaan mereka sama karena keberadaan jiva dan jagat tergantung dari Ishvara. Achintya Bhedābheda memandang bahwa Vishnu personalitas-Nya berbeda dengan jiva dan jagat, namun pada saat bersamaan semua ciptaan (jiva dan jagat) tidak terlepas dari Vishnu. Persamaan dan perbedaan ini tidak bisa dimengerti. Suddha Advaita memandang bahwa tidak ada perbedaan kualitas antara Ishvara dan jiva, tetapi jiva bersifat atomis karena diselimuti oleh kebodohan. Sementara itu, di era kontemporer, para mistik mencoba menyatukan semua pandangan tersebut dengan sebutan neo-Vedanta. \u0000Kata Kunci: Tuhan, Vedanta, Brahman, Vishnu, Jiva, Jagat","PeriodicalId":298696,"journal":{"name":"Veda Jyotih: Jurnal Agama dan Sains","volume":"63 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123203176","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-29DOI: 10.61330/vedajyotih.v1i1.9
I KETUT SUBAGIASTA
Pustaka suci Bhagawadgita merupakan salah satu pedoman atau sumber tuntunan kerohanian dan tuntunan kehidupan beragama Hindu di Indonesia. Sebagian besar atau secara umum umat Hindu sudah membaca dan menjadikan sumber pedoman spiritual beragama Hindu, yang sangat kaya nilai-nilai kerohanian, salah satunya sarat dengan nilai-nilai filsafat Hindu. Dengan demikian lapisan masyarakat Hindu di Indonesia penting nilai kerohanian.. Artikel ini menyajikan ada sepuluh nilai sebagai sumber nilai secara filosofis. Nilai lainnya masih ada yang perlu dikaji yang berguna sebagai tuntunan. Secara singkat pada artikel ini dapat disajikan abstraknya yang terkait nilai-nilai filsafat Hindu yang terkandung dalam pustaka suci Bhagawadgita, antara lain: a) nilai fifsafat Ketuhanan, b) nilai filsafat Kemanusiaan, c) nilai filsafat Pendidikan, d) nilai filsafat Ritual/Upacara agama, e) nilai filsafat Etos Kerja, f) nilai filsafat Kesehatan, g) nilai filsafat Meditasi, h) nilai filsafat Pengabdian, i) nilai filsafat Kebenaran, dan j) nilai filsafat Toleransi atau saling menghargai/saling menghormati dengan sesama. Demikian inti isi artikel ini yang dapat dijadikan sumber tuntunan oleh umat Hindu Indonesia secara praktis.
{"title":"NILAI-NILAI FILSAFAT DALAM PUSTAKA SUCI BHAGAVADGITA","authors":"I KETUT SUBAGIASTA","doi":"10.61330/vedajyotih.v1i1.9","DOIUrl":"https://doi.org/10.61330/vedajyotih.v1i1.9","url":null,"abstract":"Pustaka suci Bhagawadgita merupakan salah satu pedoman atau sumber tuntunan kerohanian dan tuntunan kehidupan beragama Hindu di Indonesia. Sebagian besar atau secara umum umat Hindu sudah membaca dan menjadikan sumber pedoman spiritual beragama Hindu, yang sangat kaya nilai-nilai kerohanian, salah satunya sarat dengan nilai-nilai filsafat Hindu. Dengan demikian lapisan masyarakat Hindu di Indonesia penting nilai kerohanian.. Artikel ini menyajikan ada sepuluh nilai sebagai sumber nilai secara filosofis. Nilai lainnya masih ada yang perlu dikaji yang berguna sebagai tuntunan. \u0000Secara singkat pada artikel ini dapat disajikan abstraknya yang terkait nilai-nilai filsafat Hindu yang terkandung dalam pustaka suci Bhagawadgita, antara lain: a) nilai fifsafat Ketuhanan, b) nilai filsafat Kemanusiaan, c) nilai filsafat Pendidikan, d) nilai filsafat Ritual/Upacara agama, e) nilai filsafat Etos Kerja, f) nilai filsafat Kesehatan, g) nilai filsafat Meditasi, h) nilai filsafat Pengabdian, i) nilai filsafat Kebenaran, dan j) nilai filsafat Toleransi atau saling menghargai/saling menghormati dengan sesama. Demikian inti isi artikel ini yang dapat dijadikan sumber tuntunan oleh umat Hindu Indonesia secara praktis.","PeriodicalId":298696,"journal":{"name":"Veda Jyotih: Jurnal Agama dan Sains","volume":"79 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114312035","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-29DOI: 10.61330/vedajyotih.v1i1.4
Vina Melinda
Online learning in the era of the covid-19 pandemic requires Hindu religious teachers and students to get used to the learning process using technology. This study aims to analyze the profile of e-learning used by Hindu religious teachers in the era of the covid-19 pandemic, as well as recommendations for learning media that can be integrated into schools in learning Hinduism. Several e-learning applications have been used well in various schools, but there is no content that characterizes them. The learning content provided by the teacher to students has not integrated scientific knowledge, students are not faced directly with problems that occur in the surrounding environment, even character education and Hindu values are less associated with social problems around students. Researchers recommend developing e-learning based on Socio-Scientific Issues and Hindu values as an alternative solution for the post-millennial generation in online learning. The results of this study can be used as empirical evidence that e-learning needs to be developed, especially the learning content section.
{"title":"E-LEARNING BERBASIS SOCIO-SCIENTIFIC ISSUES DAN NILAI-NILAI HINDU: SOLUSI PEMBELAJARAN DARING SISWA POST-MILLENIAL AGAMA HINDU DI ERA PANDEMI COVID-19","authors":"Vina Melinda","doi":"10.61330/vedajyotih.v1i1.4","DOIUrl":"https://doi.org/10.61330/vedajyotih.v1i1.4","url":null,"abstract":"Online learning in the era of the covid-19 pandemic requires Hindu religious teachers and students to get used to the learning process using technology. This study aims to analyze the profile of e-learning used by Hindu religious teachers in the era of the covid-19 pandemic, as well as recommendations for learning media that can be integrated into schools in learning Hinduism. Several e-learning applications have been used well in various schools, but there is no content that characterizes them. The learning content provided by the teacher to students has not integrated scientific knowledge, students are not faced directly with problems that occur in the surrounding environment, even character education and Hindu values are less associated with social problems around students. Researchers recommend developing e-learning based on Socio-Scientific Issues and Hindu values as an alternative solution for the post-millennial generation in online learning. The results of this study can be used as empirical evidence that e-learning needs to be developed, especially the learning content section.","PeriodicalId":298696,"journal":{"name":"Veda Jyotih: Jurnal Agama dan Sains","volume":"2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129731381","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-29DOI: 10.61330/vedajyotih.v1i1.6
I. W. Suja, I. G. R. S. Murti
Penerapan sains dan teknologi modern tanpa kemampuan untuk mengendalikan diri ternyata telah menimbulkan berbagai macam krisis, termasuk krisis lingkungan yang bersifat global. Penulisan artikel ini bertujuan untuk menjelaskan pandangan Hinduisme tentang konservasi lingkungan dan sinerginya dengan sains. Pengumpulan data dilakukan dengan studi literatur. Hasil analisis literatur menunjukkan Hindu kaya akan prinsip-prinsip ekologi, termasuk pemahaman tentang alam sebagai tubuh Tuhan dan penghormatan kepada bumi sebagai seorang ibu. Pandangan tersebut sangat sejalan dengan pandangan sains postmodern, yang tidak lagi mendudukkan manusia sebagai penguasa alam. Strategi yang dapat dilakukan untuk konservasi lingkungan menurut Veda, meliputi: membangun pola pikir (mindset) yang benar tentang alam (satya dan rta), bersikap berdasarkan kesucian dan pengendalian diri (diksa dan tapa), serta bertindak mengharmonisasi diri dengan alam (brahma dan yajna). Implikasi strategi tersebut harus mendudukkan manusia sebagai bagian yang tergantung pada alam, bukan penguasa alam
{"title":"KONSERVASI LINGKUNGAN DALAM SINERGI SAINS DAN AGAMA HINDU","authors":"I. W. Suja, I. G. R. S. Murti","doi":"10.61330/vedajyotih.v1i1.6","DOIUrl":"https://doi.org/10.61330/vedajyotih.v1i1.6","url":null,"abstract":"Penerapan sains dan teknologi modern tanpa kemampuan untuk mengendalikan diri ternyata telah menimbulkan berbagai macam krisis, termasuk krisis lingkungan yang bersifat global. Penulisan artikel ini bertujuan untuk menjelaskan pandangan Hinduisme tentang konservasi lingkungan dan sinerginya dengan sains. Pengumpulan data dilakukan dengan studi literatur. Hasil analisis literatur menunjukkan Hindu kaya akan prinsip-prinsip ekologi, termasuk pemahaman tentang alam sebagai tubuh Tuhan dan penghormatan kepada bumi sebagai seorang ibu. Pandangan tersebut sangat sejalan dengan pandangan sains postmodern, yang tidak lagi mendudukkan manusia sebagai penguasa alam. Strategi yang dapat dilakukan untuk konservasi lingkungan menurut Veda, meliputi: membangun pola pikir (mindset) yang benar tentang alam (satya dan rta), bersikap berdasarkan kesucian dan pengendalian diri (diksa dan tapa), serta bertindak mengharmonisasi diri dengan alam (brahma dan yajna). Implikasi strategi tersebut harus mendudukkan manusia sebagai bagian yang tergantung pada alam, bukan penguasa alam","PeriodicalId":298696,"journal":{"name":"Veda Jyotih: Jurnal Agama dan Sains","volume":"30 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115503199","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Hindu students in the school environment still practice bad ethics such as behaving impolitely and politely, speaking that is not good to hear, students fighting, bullying each other, and being ignorant with their friends at school. Therefore, the role of Hindu religious teachers is important in strengthening Tat Tvam Asi values for Hindu students at SDN Dwipasari, Wanaraya District, Barito Kuala Regency. With Hindu religious teachers providing reinforcement to students regarding the teachings of Tat Tvam Asi values, Hindu students will always have an ethical and polite behavior, have a mutual love for teachers and friends, and protect the natural environment around the school. This study aims to determine, analyze, and describe the role of Hindu religious teachers in strengthening Tat Tvam Asi values for Hindu students. This study uses a qualitative method using purposive techniques in determining the informants who will be used as instruments. In data collection techniques, researchers used several methods, namely observation, interviews, and documentation. While the data analysis technique used includes three steps, namely data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results of the research are the role of Hindu religious teachers in strengthening Tat Tvam Asi values for Hindu students, namely: roles as educators, teachers, mentors, role models, and motivators.
{"title":"PERANAN GURU AGAMA HINDU DALAM PENGUATAN NILAI-NILAI TAT TVAM ASI BAGI SISWA HINDU DI SDN DWIPASARI KABUPATEN BARITO KUALA","authors":"Idawaty Sri, Eka Gayatri, I. Gede, Dharma Gunawan, Luh Putu, Muliani Handayani","doi":"10.61330/vedajyotih.v1i1.8","DOIUrl":"https://doi.org/10.61330/vedajyotih.v1i1.8","url":null,"abstract":"Hindu students in the school environment still practice bad ethics such as behaving impolitely and politely, speaking that is not good to hear, students fighting, bullying each other, and being ignorant with their friends at school. Therefore, the role of Hindu religious teachers is important in strengthening Tat Tvam Asi values for Hindu students at SDN Dwipasari, Wanaraya District, Barito Kuala Regency. With Hindu religious teachers providing reinforcement to students regarding the teachings of Tat Tvam Asi values, Hindu students will always have an ethical and polite behavior, have a mutual love for teachers and friends, and protect the natural environment around the school. This study aims to determine, analyze, and describe the role of Hindu religious teachers in strengthening Tat Tvam Asi values for Hindu students. This study uses a qualitative method using purposive techniques in determining the informants who will be used as instruments. In data collection techniques, researchers used several methods, namely observation, interviews, and documentation. While the data analysis technique used includes three steps, namely data reduction, data presentation, and drawing conclusions. The results of the research are the role of Hindu religious teachers in strengthening Tat Tvam Asi values for Hindu students, namely: roles as educators, teachers, mentors, role models, and motivators.","PeriodicalId":298696,"journal":{"name":"Veda Jyotih: Jurnal Agama dan Sains","volume":"30 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130083874","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-04-29DOI: 10.61330/vedajyotih.v1i1.3
B. Setiawan
Pada 8 April 2021 Menteri Agama RI memberikan pernyataan bahwa Candi Prambanan perlu disiapkan untuk menjadi pusat ibadah umat Hindu Nusantara maupun dunia. Untuk itu, diperlukan kajian-kajian penguatan, baik dari filsafat dan theologis, sejarah, ekonomi, sosial, dan budaya. Dalam hal ini, kajian sejarah tentang tentang keberadaan Candi Prambanan perlu disampaikan. Berkaitan dengan hal tersebut, permasalahan yang akan diangkat dalam tulisan ini adalah: (1) Bagaimana perjalanan sejarah Candi Prambanan, sejak diresmikan sebagai tempat peribadatan pada 856 M, masa kelam saat ditinggalkan, dan kondisi saat ini setelah dipugar kembali? (2) Apa yang perlu dilakukan umat Hindu dalam upaya membangkitkan kembali spirit dari Candi Prambanan? Kajian ini bersifat kualitatif dengan metode pengumpulan data dilakukan melalui kajian kepustakaan dan dokumen terkait (desk research). Hasil kajian menunjukkan bahwa pada awalnya Candi Prambanan digunakan sebagai tempat ibadah utama Kerajaan Mataram Kuno. Setelah pusat pemerintahan dipindahkan ke Jawa Timur, Candi Prambanan mulai telantar dan rusak karena tidak terawat. Setelah ratusan tahun terbengkalai dan runtuh karena bencana gempa bumi, reruntuhan Candi Prambanan mulai dipugar oleh Pemerintah Hindia Belanda, dan dilanjutkan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Sebagai sebuah reruntuhan kompleks percandian yang pada akhirnya berhasil dipugar kembali, maka sudah selayaknya apabila Candi Prambanan dapat dikembalikan fungsinya sebagai tempat ibadah umat Hindu. Mengingat Candi Prambanan menjadi salah satu ikon perkembangan peradaban dunia, sehingga harus dikenal oleh masyarakat dunia, maka kegiatan peribadatan umat Hindu yang dilakukan tidak hanya terbatas di lingkup nasional, tetapi juga perlu dikembangkan ke lingkup dunia.
{"title":"CANDI PRAMBANAN: KEJAYAAN, KERUNTUHAN, DAN KEBANGKITANNYA KEMBALI","authors":"B. Setiawan","doi":"10.61330/vedajyotih.v1i1.3","DOIUrl":"https://doi.org/10.61330/vedajyotih.v1i1.3","url":null,"abstract":"Pada 8 April 2021 Menteri Agama RI memberikan pernyataan bahwa Candi Prambanan perlu disiapkan untuk menjadi pusat ibadah umat Hindu Nusantara maupun dunia. Untuk itu, diperlukan kajian-kajian penguatan, baik dari filsafat dan theologis, sejarah, ekonomi, sosial, dan budaya. Dalam hal ini, kajian sejarah tentang tentang keberadaan Candi Prambanan perlu disampaikan. Berkaitan dengan hal tersebut, permasalahan yang akan diangkat dalam tulisan ini adalah: (1) Bagaimana perjalanan sejarah Candi Prambanan, sejak diresmikan sebagai tempat peribadatan pada 856 M, masa kelam saat ditinggalkan, dan kondisi saat ini setelah dipugar kembali? (2) Apa yang perlu dilakukan umat Hindu dalam upaya membangkitkan kembali spirit dari Candi Prambanan? Kajian ini bersifat kualitatif dengan metode pengumpulan data dilakukan melalui kajian kepustakaan dan dokumen terkait (desk research). Hasil kajian menunjukkan bahwa pada awalnya Candi Prambanan digunakan sebagai tempat ibadah utama Kerajaan Mataram Kuno. Setelah pusat pemerintahan dipindahkan ke Jawa Timur, Candi Prambanan mulai telantar dan rusak karena tidak terawat. Setelah ratusan tahun terbengkalai dan runtuh karena bencana gempa bumi, reruntuhan Candi Prambanan mulai dipugar oleh Pemerintah Hindia Belanda, dan dilanjutkan oleh Pemerintah Republik Indonesia. Sebagai sebuah reruntuhan kompleks percandian yang pada akhirnya berhasil dipugar kembali, maka sudah selayaknya apabila Candi Prambanan dapat dikembalikan fungsinya sebagai tempat ibadah umat Hindu. Mengingat Candi Prambanan menjadi salah satu ikon perkembangan peradaban dunia, sehingga harus dikenal oleh masyarakat dunia, maka kegiatan peribadatan umat Hindu yang dilakukan tidak hanya terbatas di lingkup nasional, tetapi juga perlu dikembangkan ke lingkup dunia.","PeriodicalId":298696,"journal":{"name":"Veda Jyotih: Jurnal Agama dan Sains","volume":"220 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-04-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132484973","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}