首页 > 最新文献

Justicia Islamica最新文献

英文 中文
A Discourse of Mabims New Criteria: Reading Difference Frequency Between Wujud al-Hilal and Imkan ar-Rukyat 论马比姆斯的新标准:乌朱德·希拉尔与伊姆坎·鲁贾特的阅读差异频率
Pub Date : 2022-06-28 DOI: 10.21154/justicia.v19i1.3394
Shofwatul Aini
In determining the beginning of the month of the Hijri calendar, the Indonesian government has used the criterion of crescent visibility (Imkan ar-Rukyat) adopted from the MABIMS agreement. This criterion has three conditions. Namely, the crescent should be at least at 20; the elongation is minimum at 30; the age of the crescent must be more than eight hours after conjunction. In August 2016, MABIMS made a great deal to revise this criterion. The new criterion has two conditions. Namely, the crescent should be at least 30, and the elongation is minimum at 6,40. This new criterion is planned to apply in Indonesia for the next few years and is wished to be accepted by all communities. The emergence of this new criterion leads to two main questions. First, how many frequencies of differences between this new criterion compared to the Wujud al-Hilal criterion, and the second is how if this new criterion is applied in Indonesia. This research used the elevation of the crescent to determine the frequency of differences between the new criterion compared to the Wujud al-Hilal criterion. It then analyzed it based on the former and the new criterion of the Imkan ar-Rukyat and the Wujud al-Hilal. The result shows significant differences between the new and Wujud al-Hilal criterion. If this new criterion is used in Indonesia, the togetherness of the beginning of the month of the Hijri calendar will decrease.Dalam menentukan awal bulan hijriyah, pemerintah Indonesia telah lama menggunakan kriteria Imkan ar-Rukyat yang diadopsi dari MABIMS yaitu syarat minimal tinggi hilal 20, sudut elongasi minimal 30, dan umur hilal minimal 8 jam setelah ijtimak. Pada bulan Agustus 2016 MABIMS telah menyepakati kriteria tersebut untuk direvisi dengan kriteria yang baru yaitu syarat awal bulan adalah tinggi hilal minimal 30, dan elongasi minimal 6,40. Kriteria yang baru ini rencananya akan diberlakukan di Indonesia dan diharapkan dapat diterima oleh semua pihak. Dengan adanya kriteria baru ini, ada dua rumusan masalah yang ingin diteliti lebih lanjut yaitu yang pertama adalah bagaimana frekuensi perbedaan kriteria baru ini dengan kriteria Wujud al-Hilal, dan yang kedua adalah bagaimana kriteria baru ini jika diterapkan di Indonesia. Untuk mengetahui frekuensi perbedaan kriteria baru ini dengan kriteria Wujud al-Hilal, penelitian ini menganalisisnya berdasarkan data timggi hilal dengan menggunakan acuan tiga kriteria yaitu Wujud al-Hilal, Imkan ar-Rukyat MABIMS yang lama, dan Imkan ar-Rukyat MABIMS yang baru. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi perbedaan kriteria Imkan ar-Rukyat yang baru dengan kriteria Wujud al-Hilal semakin banyak. Selanjutnya jika kriteria Imkan ar-Rukyat MABIMS yang baru ini diterapkan di Indonesia, maka potensi kebersamaan dalam awal bulan hijriyah di Indonesia akan semakin berkurang.
在确定回历月初时,印尼政府使用了MABIMS协议中采用的新月能见度标准(Imkan ar Rukyat)。这个标准有三个条件。也就是说,新月形应至少为20;伸长率在30时最小;新月的年龄必须在结合后8小时以上。2016年8月,MABIMS对该标准进行了大量修订。新标准有两个条件。也就是说,新月形应至少为30,伸长率最小为6,40。这一新标准计划在未来几年在印度尼西亚适用,并希望被所有社区接受。这一新标准的出现引出了两个主要问题。首先,与Wujud-al-Hilal标准相比,这一新标准之间的差异频率有多少,第二,如果这一新准则在印度尼西亚适用,情况如何。本研究使用新月的高程来确定新标准与Wujud-al-Hilal标准之间的差异频率。在此基础上,分别从伊姆坎·阿尔鲁基特和乌贾德·希拉尔两个标准对其进行了分析。结果表明,新准则与Wujud-al-Hilal准则存在显著差异。如果在印度尼西亚使用这一新标准,回历月初的团聚度将降低。在确定收获月份的开始时,印尼政府长期以来一直使用MABIMS采用的ar Rukyat Iman标准,即最小条件损失20,最小长度角30,以及在ijtimak后至少损失8小时的年龄。2016年8月,MABIMS同意了该标准的修订,并采用了一个新的标准,即当月的初始条件是高最小损失30,最小伸长率6.40。这一新标准将在印度尼西亚实施,并有望得到各方的接受。有了这个新标准,我们还想进一步探讨20多个问题,第一个问题是这个新标准的频率与Wujud-al-Hilal标准的不同,第二个问题是这一新标准在印度尼西亚的应用。为了找出这些新标准与Wujud al-Hilal标准不同的频率,本研究基于缺失的身高数据,使用尖锐的三个标准对其进行了分析:Wujud al Hilal、旧的MABIMS图像ar Rukyat和新的MABIMS图像ar Rukyat。研究表明,新ar Rukyat图像的标准与Wujud al-Hilal标准之间的差异频率正在增加。接下来,如果新的MRI标准在印度尼西亚应用,那么在印尼绿色月初趋同的可能性将下降。
{"title":"A Discourse of Mabims New Criteria: Reading Difference Frequency Between Wujud al-Hilal and Imkan ar-Rukyat","authors":"Shofwatul Aini","doi":"10.21154/justicia.v19i1.3394","DOIUrl":"https://doi.org/10.21154/justicia.v19i1.3394","url":null,"abstract":"In determining the beginning of the month of the Hijri calendar, the Indonesian government has used the criterion of crescent visibility (Imkan ar-Rukyat) adopted from the MABIMS agreement. This criterion has three conditions. Namely, the crescent should be at least at 20; the elongation is minimum at 30; the age of the crescent must be more than eight hours after conjunction. In August 2016, MABIMS made a great deal to revise this criterion. The new criterion has two conditions. Namely, the crescent should be at least 30, and the elongation is minimum at 6,40. This new criterion is planned to apply in Indonesia for the next few years and is wished to be accepted by all communities. The emergence of this new criterion leads to two main questions. First, how many frequencies of differences between this new criterion compared to the Wujud al-Hilal criterion, and the second is how if this new criterion is applied in Indonesia. This research used the elevation of the crescent to determine the frequency of differences between the new criterion compared to the Wujud al-Hilal criterion. It then analyzed it based on the former and the new criterion of the Imkan ar-Rukyat and the Wujud al-Hilal. The result shows significant differences between the new and Wujud al-Hilal criterion. If this new criterion is used in Indonesia, the togetherness of the beginning of the month of the Hijri calendar will decrease.Dalam menentukan awal bulan hijriyah, pemerintah Indonesia telah lama menggunakan kriteria Imkan ar-Rukyat yang diadopsi dari MABIMS yaitu syarat minimal tinggi hilal 20, sudut elongasi minimal 30, dan umur hilal minimal 8 jam setelah ijtimak. Pada bulan Agustus 2016 MABIMS telah menyepakati kriteria tersebut untuk direvisi dengan kriteria yang baru yaitu syarat awal bulan adalah tinggi hilal minimal 30, dan elongasi minimal 6,40. Kriteria yang baru ini rencananya akan diberlakukan di Indonesia dan diharapkan dapat diterima oleh semua pihak. Dengan adanya kriteria baru ini, ada dua rumusan masalah yang ingin diteliti lebih lanjut yaitu yang pertama adalah bagaimana frekuensi perbedaan kriteria baru ini dengan kriteria Wujud al-Hilal, dan yang kedua adalah bagaimana kriteria baru ini jika diterapkan di Indonesia. Untuk mengetahui frekuensi perbedaan kriteria baru ini dengan kriteria Wujud al-Hilal, penelitian ini menganalisisnya berdasarkan data timggi hilal dengan menggunakan acuan tiga kriteria yaitu Wujud al-Hilal, Imkan ar-Rukyat MABIMS yang lama, dan Imkan ar-Rukyat MABIMS yang baru. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa frekuensi perbedaan kriteria Imkan ar-Rukyat yang baru dengan kriteria Wujud al-Hilal semakin banyak. Selanjutnya jika kriteria Imkan ar-Rukyat MABIMS yang baru ini diterapkan di Indonesia, maka potensi kebersamaan dalam awal bulan hijriyah di Indonesia akan semakin berkurang.","PeriodicalId":31294,"journal":{"name":"Justicia Islamica","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47470231","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Family Expectation and Poverty Alleviation Program: Approaches to Family Development Laws, Sustainable Development Goals, and Maqāṣid Sharīa 家庭期望与扶贫项目:家庭发展法律、可持续发展目标与Maqāṣid share的探讨
Pub Date : 2022-06-26 DOI: 10.21154/justicia.v19i1.3227
Lilis Hidayati Yuli Astutik, Iffatin Nur, M. Mashuri
This research intends to evaluate Family Expectation Program to alleviate poverty through the lens of Population and Family Development Laws, Sustainable Development Goals, and Maqāṣid Sharīa. Poverty becomes a problem in human life and brings implications for individual and social lives. This condition has made the United Nations initiate the Sustainable Development Goals (SDGs) program, which among others, aims to alleviate poverty worldwide. As a member country of the United Nations, Indonesia welcomes this initiative by preparing several national poverty alleviation programs, including Program Keluarga Harapan (PKH)/ Conditional Cash Transfer Program. This study used a qualitative research approach with a case study and multi-site design to evaluate this program. Through the study locus in Tulungagung and Trenggalek Regencies, East Java, the results of this study indicate that the PKH program in the two locations is following the objectives of Islamic law, including the protection of religion (hifẓ al- dīn), the protection of human soul and body (hifẓ al-nafs), the protection of wealth (hifẓ al-māl), the protection of mind (intelligence) (hifẓ al-'aql), the protection of lineage (hifẓ al-nasl), and the protection of honor (hifẓ al-'irḍ). The results of this research hopefully contribute to setting up the poverty alleviation-based -government policies through family development programs to pursue Sustainable Development Goals (SDGs) based on the values of maqāṣid sharīa.Kajian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap Program Keluarga Harapan (PKH) dalam mengentaskan kemiskinan melalui pendekatan Undang-Undang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga,  Sustainable Development Goals (SDGs), dan maqāṣid sharīa. Kondisi kemiskinan telah menjadi masalah dalam kehidupan manusia dan berimplikasi terhadap kehidupan individu maupun sosial. Kondisi ini membuat PBB menginisiasi program Sustainable Development Goals (SDGs) yang antara lain bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan di seluruh dunia. Sebagai salah satu negara anggota PBB, Indonesia menyambut positif inisiasi ini dengan menyiapkan beberapa program pengentasan kemiskinan yang dijalankan secara nasional, antara lain Program Keluarga Harapan (PKH). Sebagai upaya evaluasi Program Keluarga Harapan (PKH) dalam pengentasan kemiskinan, kajian ini merupakan kajian dengan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis studi kasus dan rancangan multisitus. Melalui lokus kajian di Kabupaten Tulungagung dan Trenggalek Provinsi Jawa Timur, hasil kajian ini menunjukkan bahwa program PKH di kedua lokasi tersebut sesuai dengan tujuan syariat Islam antara lain perlindungan terhadap agama (hifẓ al- dīn), jiwa dan raga (hifẓ al-nafs), harta (hifẓ al-māl) , kecerdasan (hifẓ al-'aql), keturunan (hifẓ al-nasl), dan kehormatan (hifẓ al-'irḍ). Melalui kajian ini, berkontribusi membantu pemerintah dalam perumusan kebijakan yang berorientasi pada pengentasan kemiskinan melalui program pembangunan keluarg
本研究旨在通过人口和家庭发展法、可持续发展目标和Maqā。贫困成为人类生活中的一个问题,并给个人和社会生活带来影响。这种情况促使联合国启动了可持续发展目标(SDGs)计划,该计划旨在缓解全球贫困。作为联合国的一个成员国,印度尼西亚欢迎这一倡议,制定了几个国家扶贫方案,包括Keluarga Harapan(PKH)方案/有条件现金转移方案。本研究采用定性研究方法,结合案例研究和多站点设计对该项目进行评估。通过位于东爪哇省图伦贡和特伦加莱克县的研究地点,本研究结果表明,这两个地区的库尔德工人党计划正在遵循伊斯兰法的目标,包括保护宗教(hifẓal-dīn)、保护人的灵魂和身体,-保护心智(智力)(hifẓal-'aql这项研究的结果有望有助于通过家庭发展计划制定基于扶贫的政府政策,以追求基于maqāŘid sharīa价值观的可持续发展目标人口发展和家庭发展、可持续发展目标和maqāŘid sharīa。贫困已成为人类生活中的一个问题,并对个人或社会生活产生影响。这一条件使联合国能够启动可持续发展目标(SDGs)计划,除其他外,旨在消除全球贫困。作为联合国成员国之一,印度尼西亚欢迎这一积极举措,制定了一些国家实施的消除贫困方案,包括希望之家方案。为了评估家庭希望计划(PKH)在减贫方面的作用,本研究采用了案例研究和多站点计划的定性方法。通过在东爪哇省的Tulungungagung和TreTretrade两个县的研究结果,本研究的结果表明,这两个地区的PKH计划符合伊斯兰教的目的——伊斯兰条件,特别是宗教保护(hif7827;al-diin)、灵魂和精神(hif7828;al-nafs)、财产(hif7837;al-māl)、智力(hif7827:al-'aql)、计划生育(hif78二十七;al-nasl)、贫困、贫困和贫困通过这项研究,它有助于帮助政府通过家庭发展计划制定消除贫困的政策,努力实现基于maqāŘid sharīa价值观的可持续发展目标。
{"title":"Family Expectation and Poverty Alleviation Program: Approaches to Family Development Laws, Sustainable Development Goals, and Maqāṣid Sharīa","authors":"Lilis Hidayati Yuli Astutik, Iffatin Nur, M. Mashuri","doi":"10.21154/justicia.v19i1.3227","DOIUrl":"https://doi.org/10.21154/justicia.v19i1.3227","url":null,"abstract":"This research intends to evaluate Family Expectation Program to alleviate poverty through the lens of Population and Family Development Laws, Sustainable Development Goals, and Maqāṣid Sharīa. Poverty becomes a problem in human life and brings implications for individual and social lives. This condition has made the United Nations initiate the Sustainable Development Goals (SDGs) program, which among others, aims to alleviate poverty worldwide. As a member country of the United Nations, Indonesia welcomes this initiative by preparing several national poverty alleviation programs, including Program Keluarga Harapan (PKH)/ Conditional Cash Transfer Program. This study used a qualitative research approach with a case study and multi-site design to evaluate this program. Through the study locus in Tulungagung and Trenggalek Regencies, East Java, the results of this study indicate that the PKH program in the two locations is following the objectives of Islamic law, including the protection of religion (hifẓ al- dīn), the protection of human soul and body (hifẓ al-nafs), the protection of wealth (hifẓ al-māl), the protection of mind (intelligence) (hifẓ al-'aql), the protection of lineage (hifẓ al-nasl), and the protection of honor (hifẓ al-'irḍ). The results of this research hopefully contribute to setting up the poverty alleviation-based -government policies through family development programs to pursue Sustainable Development Goals (SDGs) based on the values of maqāṣid sharīa.Kajian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi terhadap Program Keluarga Harapan (PKH) dalam mengentaskan kemiskinan melalui pendekatan Undang-Undang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga,  Sustainable Development Goals (SDGs), dan maqāṣid sharīa. Kondisi kemiskinan telah menjadi masalah dalam kehidupan manusia dan berimplikasi terhadap kehidupan individu maupun sosial. Kondisi ini membuat PBB menginisiasi program Sustainable Development Goals (SDGs) yang antara lain bertujuan untuk mengentaskan kemiskinan di seluruh dunia. Sebagai salah satu negara anggota PBB, Indonesia menyambut positif inisiasi ini dengan menyiapkan beberapa program pengentasan kemiskinan yang dijalankan secara nasional, antara lain Program Keluarga Harapan (PKH). Sebagai upaya evaluasi Program Keluarga Harapan (PKH) dalam pengentasan kemiskinan, kajian ini merupakan kajian dengan pendekatan penelitian kualitatif dengan jenis studi kasus dan rancangan multisitus. Melalui lokus kajian di Kabupaten Tulungagung dan Trenggalek Provinsi Jawa Timur, hasil kajian ini menunjukkan bahwa program PKH di kedua lokasi tersebut sesuai dengan tujuan syariat Islam antara lain perlindungan terhadap agama (hifẓ al- dīn), jiwa dan raga (hifẓ al-nafs), harta (hifẓ al-māl) , kecerdasan (hifẓ al-'aql), keturunan (hifẓ al-nasl), dan kehormatan (hifẓ al-'irḍ). Melalui kajian ini, berkontribusi membantu pemerintah dalam perumusan kebijakan yang berorientasi pada pengentasan kemiskinan melalui program pembangunan keluarg","PeriodicalId":31294,"journal":{"name":"Justicia Islamica","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41420920","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Criticizing The Muslim Divorce Tradition in Lombok: An Effort to Control The Women's Rights 批判龙目岛穆斯林离婚传统:控制妇女权利的努力
Pub Date : 2022-06-26 DOI: 10.21154/justicia.v19i1.3168
Abdullah Abdullah, Hijrah Hijrah, Hery Zarkasih
This research aims to identify the divorce tradition in Lombok Muslim life and find solutions to the problems occurring. This is field research using observation, interview, and documentation methods. In this study, the researchers directly observed and interviewed audiences. Moreover, the researchers discovered some problems of Muslim divorce tradition in Lombok Island, namely, the report from a husband to a religious personage or community leader about the divorce between him and his wife. The second problem is pecelekan (bringing back a woman to her parents after her husband has divorced her). The third problem is eliminating the man’s livelihood responsibility after divorcing his wife. In Lombok Island, the divorce can automatically stop the relationship between the husband and wife. In other words, there is no responsibility anymore for a husband after a husband says divorce to his wife. However, separation of spouse by divorce in Islam does not automatically abolish the husband’s responsibilities. The woman in ‘iddah period still obtains her rights. Nevertheless, in Lombok, divorce causes the divorced wife to lose her rights. This research contributes to finding two solutions to solve these problems. The first way is by socializing intensively with all of society, and the second is through the active role of religious personage to control women’s rights in Lombok society.Tujuan penelitian adalah untuk meegetahui tentang budaya talak/cerai dalam kehidupan muslim di Lombok dan untuk mencari solusi atas permasalahan yang ditemukan. Penelitian ini adalah penelitian lapangan. Penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi, yaitu peneliti secara langsung turun ke lapangan untuk mengobservasi dan menginterview pelaku talak. Dalam Penelitian ini, peneliti menemukan permasalahan-permasalahan tentang budaya talak muslim di Pulau Lombok. Permsalahan-permasalahan tersebut adalah sebagai berikut; Pertama: Laporan Laki-laki kepada Tuan Guru atau Tokoh Masyarakat tentang telah terjadinya talak antara dia (suami) dengan istrinya. Kedua, melakukan budaya pecelekan yaitu mengembalikan perempuan kepada orangtuanya setelah terjadinya talak. Ketiga, menghilangkan tanggungjawab seorang suami pada istrinya yang tertalak setelah seorang laki-laki mentalak istrinya. Di Pulau Lombok, talak itu bisa membuat hubungan antara suami dan istri terhenti secara otomatis. Jadi, tidak ada lagi tanggungjawab bagi seorang suami setelah seorang suami mengucapkan talak pada istrinya. Padahal perpisahan pasangan dengan talak dalam Islam tidak menghilangkan tanggungjawab suami. Perempuan yang masih dalam masa iddah harusnya masih memperoleh hak-haknya. Tetapi di Lombok, Talak menyebabkan hak-hak istri yang tertalak hilang. Penelitian ini memberikan solusi sebagai berikut; pertama: melakukan sosialisasi secara terus-menerus pada masyarakat tentang hukum yang benar. Kedua, memberikan peran kepada tuan guru atau tokoh masyarakat untuk mengontrol hak-hak perempu
本研究旨在找出龙目岛穆斯林生活中的离婚传统,并找出解决问题的方法。这是一种实地调查,采用观察、访谈和文献记录的方法。在本研究中,研究者直接对受众进行观察和访谈。此外,研究人员还发现了龙目岛穆斯林离婚传统的一些问题,即丈夫向宗教人士或社区领袖报告他与妻子之间的离婚。第二个问题是pecelekan(在丈夫离婚后把女人带回到父母身边)。第三个问题是离婚后男方的生活责任被解除。在龙目岛,离婚可以自动终止夫妻关系。换句话说,丈夫对妻子说离婚后,丈夫就没有责任了。然而,在伊斯兰教中,因离婚而使配偶分离并不自动废除丈夫的责任。iddah时期的妇女仍然获得了她的权利。然而,在龙目岛,离婚导致离婚的妻子失去了她的权利。本研究有助于找到解决这些问题的两种解决方案。第一种方式是通过与社会各界的密切交往,第二种方式是通过宗教人士的积极作用来控制龙目岛社会中的妇女权利。龙目岛,龙目岛,龙目岛,龙目岛,龙目岛,龙目岛,龙目岛,龙目岛,龙目岛,龙目岛。Penelitian ini adalah Penelitian lapangan。Penelitian ini menggunakan方法观测,wanancara dan dokumentasi, yitu peneliti secara lang - sung turun ke lapangan untuk mengoservasi dan menggunakan采访pelaku talak。Dalam Penelitian ini, peneliti menemukan permasalahan-permasalahan tantanbudaya talak穆斯林在龙目岛。Permsalahan-permasalahan tersebut adalah sebagai berikut;印尼语:Laporan Laki-laki kepada Tuan Guru atau Tokoh Masyarakat tentang telah terjadinya talak antara dia (suami) dengan istrinya。我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。Ketiga, menghilangkan tanggungjawab seorang suami pada istrinya yang tertalak seorah seorang laki-laki mentalak istrinya。龙目岛,印尼国家旅游局成员,印尼国家旅游局局长,印尼国家旅游局局长,印尼国家旅游局局长。加迪,我的天,我的天,我的天,我的天,我的天,我的天,我的天。Padahal perpisahan pasangan dengan talak dalam Islam tidak menghilangkan tanggungjawab suami。Perempuan yang masih dalam masa iddah harusnya masih memperoleh hak-haknya。Tetapi di Lombok, Talak menyebabkan hak-hak istri yang tertalak hilang。Penelitian ini memberikan solusi sebagai berikut;Pertama: melakukan sosialisasi secara terus-menerus pada masyarakat tentang hukum Yang benar。龙目岛,龙目岛,龙目岛,龙目岛,龙目岛,龙目岛,龙目岛,龙目岛
{"title":"Criticizing The Muslim Divorce Tradition in Lombok: An Effort to Control The Women's Rights","authors":"Abdullah Abdullah, Hijrah Hijrah, Hery Zarkasih","doi":"10.21154/justicia.v19i1.3168","DOIUrl":"https://doi.org/10.21154/justicia.v19i1.3168","url":null,"abstract":"This research aims to identify the divorce tradition in Lombok Muslim life and find solutions to the problems occurring. This is field research using observation, interview, and documentation methods. In this study, the researchers directly observed and interviewed audiences. Moreover, the researchers discovered some problems of Muslim divorce tradition in Lombok Island, namely, the report from a husband to a religious personage or community leader about the divorce between him and his wife. The second problem is pecelekan (bringing back a woman to her parents after her husband has divorced her). The third problem is eliminating the man’s livelihood responsibility after divorcing his wife. In Lombok Island, the divorce can automatically stop the relationship between the husband and wife. In other words, there is no responsibility anymore for a husband after a husband says divorce to his wife. However, separation of spouse by divorce in Islam does not automatically abolish the husband’s responsibilities. The woman in ‘iddah period still obtains her rights. Nevertheless, in Lombok, divorce causes the divorced wife to lose her rights. This research contributes to finding two solutions to solve these problems. The first way is by socializing intensively with all of society, and the second is through the active role of religious personage to control women’s rights in Lombok society.Tujuan penelitian adalah untuk meegetahui tentang budaya talak/cerai dalam kehidupan muslim di Lombok dan untuk mencari solusi atas permasalahan yang ditemukan. Penelitian ini adalah penelitian lapangan. Penelitian ini menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi, yaitu peneliti secara langsung turun ke lapangan untuk mengobservasi dan menginterview pelaku talak. Dalam Penelitian ini, peneliti menemukan permasalahan-permasalahan tentang budaya talak muslim di Pulau Lombok. Permsalahan-permasalahan tersebut adalah sebagai berikut; Pertama: Laporan Laki-laki kepada Tuan Guru atau Tokoh Masyarakat tentang telah terjadinya talak antara dia (suami) dengan istrinya. Kedua, melakukan budaya pecelekan yaitu mengembalikan perempuan kepada orangtuanya setelah terjadinya talak. Ketiga, menghilangkan tanggungjawab seorang suami pada istrinya yang tertalak setelah seorang laki-laki mentalak istrinya. Di Pulau Lombok, talak itu bisa membuat hubungan antara suami dan istri terhenti secara otomatis. Jadi, tidak ada lagi tanggungjawab bagi seorang suami setelah seorang suami mengucapkan talak pada istrinya. Padahal perpisahan pasangan dengan talak dalam Islam tidak menghilangkan tanggungjawab suami. Perempuan yang masih dalam masa iddah harusnya masih memperoleh hak-haknya. Tetapi di Lombok, Talak menyebabkan hak-hak istri yang tertalak hilang. Penelitian ini memberikan solusi sebagai berikut; pertama: melakukan sosialisasi secara terus-menerus pada masyarakat tentang hukum yang benar. Kedua, memberikan peran kepada tuan guru atau tokoh masyarakat untuk mengontrol hak-hak perempu","PeriodicalId":31294,"journal":{"name":"Justicia Islamica","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47010822","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 2
Maqāṣid al-Sharīa in The Study of Hadith and Its Implication for The Renewal of Islamic Law: Study on Jasser Auda’s Thought Maqāṣid al- sharura《圣训研究及其对伊斯兰教法复兴的启示》——对亚塞尔·奥达思想的研究
Pub Date : 2022-06-26 DOI: 10.21154/justicia.v19i1.3269
Ahmad Syafi'i Sulaiman Jamrozi, Suad Fikriawan, Syamsul Anwar, M. Ardiansyah
This article examines Jasser Auda's maqaṣid approach to studying hadith and its implications for the renewal of Islamic law. Generally speaking, one way to gain a closer understanding of the purpose of the hadīth is through contextualizing the Prophetic narrations (hadīth), primarily when the scripture cannot be understood textually. Using a descriptive-analytic and critical approach, this study showed that the conception of Auda’s maqāṣid could solve the problem. First, Auda, in this terms, offers a way of reading the scripture based on the intent in applying Islamic law and how its implications when maqāṣid are a primary consideration in reading and applying the law. Second, the theoretical approach as a result of Auda's academic research is the validation of several ijtihad methodologies which will practically produce the Anthropocentric Maqāṣid, namely the Maqāṣid model considering the development of world governance thinking within the framework of nation-states on the one hand, and making human values such as freedom, equality, justice, democracy as a source of maṣlaḥah on the other. The logical consequence of this Anthropocentric Maqāṣid idea necessitates drawing legal conclusions (istinbath al-ahkam) based on maṣlaḥah, no longer on the text.Artikel ini bertujuan untuk mengkaji pendekatan maqaṣid Jasser Auda dalam kajian hadis dan implikasinya bagi pembaruan hukum Islam. Secara umum, untuk lebih memahami tujuan hadts, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah melalui kontekstualisasi riwayat-riwayat Nabi (hadith), terutama ketika kitab suci tidak dapat dipahami secara tekstual. Dengan menggunakan pendekatan deskriptif-analitik dan kritis, penelitian ini menunjukkan bahwa konsepsi maqāṣid Auda dapat menjadi solusi dari permasalahan tersebut. Pertama, Auda dalam hal ini menawarkan cara membaca kitab suci berdasarkan niat dalam penerapan hukum Islam dan bagaimana implikasinya ketika maqāṣid menjadi pertimbangan utama dalam membaca dan menerapkan hukum. Kedua, Pendekatan teoritis sebagai hasil penelitian akademis Auda adalah validasi dari beberapa metodologi ijtihad yang secara praktis akan menghasilkan Maqāsid Antroposentris, yaitu model Maqāṣid yang mempertimbangkan perkembangan pemikiran tata kelola dunia dalam kerangka negara-bangsa di satu sisi, dan menjadikan nilai-nilai kemanusiaan seperti kebebasan, kesetaraan, keadilan, demokrasi sebagai sumber maṣlaḥah di sisi lain. Konsekuensi logis dari pemikiran Maqāṣid Antroposentris ini mengharuskan penarikan kesimpulan hukum (istinbath al-ahkam) berdasarkan maṣlaḥah, bukan lagi pada teks
本文考察了Jasser Auda研究圣训的maqaŘid方法及其对伊斯兰法律更新的影响。一般来说,要想更深入地理解《圣经》的目的,一种方法是将先知的叙述(《圣经》)置于情境中,主要是在无法从文本上理解圣经的情况下。本研究采用描述性、分析性和批判性的方法,表明Auda的maqāřid概念可以解决这个问题。首先,Auda在这方面提供了一种阅读经文的方式,基于应用伊斯兰法律的意图,以及当maqāŘid是阅读和应用法律的主要考虑因素时,其含义如何。其次,奥达学术研究的理论方法是对几种ijtihad方法的验证,这些方法将实际产生以人类为中心的Maqā,另一方面,民主是马的源泉。这种以人类为中心的马思想的逻辑后果需要基于马而不是文本得出法律结论(istinbath al-ahkam)。本文旨在研究maqaņid Jasser Auda在研究现状中的方法及其对伊斯兰法律更新的启示。总的来说,为了理解冥王的目的,一种被击败的方法是通过先知的历史背景,尤其是当《圣经》在文本上无法理解时。本研究采用描述性分析和批判性方法,表明maqāŞid Auda的概念可以解决这个问题。首先,Auda提供了一种阅读《圣书》的方法,基于伊斯兰法律应用的意图,以及当maqāŘid成为阅读和应用法律的主要考虑因素时它的含义。其次,奥达学术研究的理论方法是对一些ijtihad方法论的验证,这些方法论将在实践中产生Maqāsid Antroposentris,这是一种MakāŘid模型,一方面考虑了世界各国治理体系的演变,另一方面,民主是疟疾的根源。MaqāŘid Antroposentris思想的逻辑结果要求撤回基于mağlağah的法律(istinbath al-ahkam),而不是基于文本
{"title":"Maqāṣid al-Sharīa in The Study of Hadith and Its Implication for The Renewal of Islamic Law: Study on Jasser Auda’s Thought","authors":"Ahmad Syafi'i Sulaiman Jamrozi, Suad Fikriawan, Syamsul Anwar, M. Ardiansyah","doi":"10.21154/justicia.v19i1.3269","DOIUrl":"https://doi.org/10.21154/justicia.v19i1.3269","url":null,"abstract":"This article examines Jasser Auda's maqaṣid approach to studying hadith and its implications for the renewal of Islamic law. Generally speaking, one way to gain a closer understanding of the purpose of the hadīth is through contextualizing the Prophetic narrations (hadīth), primarily when the scripture cannot be understood textually. Using a descriptive-analytic and critical approach, this study showed that the conception of Auda’s maqāṣid could solve the problem. First, Auda, in this terms, offers a way of reading the scripture based on the intent in applying Islamic law and how its implications when maqāṣid are a primary consideration in reading and applying the law. Second, the theoretical approach as a result of Auda's academic research is the validation of several ijtihad methodologies which will practically produce the Anthropocentric Maqāṣid, namely the Maqāṣid model considering the development of world governance thinking within the framework of nation-states on the one hand, and making human values such as freedom, equality, justice, democracy as a source of maṣlaḥah on the other. The logical consequence of this Anthropocentric Maqāṣid idea necessitates drawing legal conclusions (istinbath al-ahkam) based on maṣlaḥah, no longer on the text.Artikel ini bertujuan untuk mengkaji pendekatan maqaṣid Jasser Auda dalam kajian hadis dan implikasinya bagi pembaruan hukum Islam. Secara umum, untuk lebih memahami tujuan hadts, salah satu cara yang dapat ditempuh adalah melalui kontekstualisasi riwayat-riwayat Nabi (hadith), terutama ketika kitab suci tidak dapat dipahami secara tekstual. Dengan menggunakan pendekatan deskriptif-analitik dan kritis, penelitian ini menunjukkan bahwa konsepsi maqāṣid Auda dapat menjadi solusi dari permasalahan tersebut. Pertama, Auda dalam hal ini menawarkan cara membaca kitab suci berdasarkan niat dalam penerapan hukum Islam dan bagaimana implikasinya ketika maqāṣid menjadi pertimbangan utama dalam membaca dan menerapkan hukum. Kedua, Pendekatan teoritis sebagai hasil penelitian akademis Auda adalah validasi dari beberapa metodologi ijtihad yang secara praktis akan menghasilkan Maqāsid Antroposentris, yaitu model Maqāṣid yang mempertimbangkan perkembangan pemikiran tata kelola dunia dalam kerangka negara-bangsa di satu sisi, dan menjadikan nilai-nilai kemanusiaan seperti kebebasan, kesetaraan, keadilan, demokrasi sebagai sumber maṣlaḥah di sisi lain. Konsekuensi logis dari pemikiran Maqāṣid Antroposentris ini mengharuskan penarikan kesimpulan hukum (istinbath al-ahkam) berdasarkan maṣlaḥah, bukan lagi pada teks","PeriodicalId":31294,"journal":{"name":"Justicia Islamica","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43682295","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 2
Public Perception and Effectiveness of Punishment for Khalwat Perpetrators in Aceh 亚齐省Khalwat犯罪者的公众认知和惩罚效果
Pub Date : 2022-06-26 DOI: 10.21154/justicia.v19i1.3304
Bastiar Bastiar, Asmuni Asmuni, B. Bukhari
This study examines the public's perception of khalwat and the effectiveness of punishment against perpetrators’ violation of khalwat in Aceh. This study is a normative-empirical study with qualitative data. Data sources are the Constitution of 1945, Law No. 1 of 1946 on the Criminal Code, Law No. 8 of 1981 on the Criminal Procedure Code, and Qanun Aceh No. 6 of 2014 on the Jinayat Law. Field data are sourced from the community, leaders, religious leaders, academics, the Syar'iyah Court, and khalwat perpetrators. The results showed that generally, the community supports the establishment of the rule of jinayat khalwat for the sake of benefit. The establishment of Qanun Jinayat reflects the Islamic life of the Acehnese people so that the protection of self-respect and their families is inseparable. The application of penalties for khalwat violations has not been effective in all regions of Aceh province. However, some areas implement the punishment effectively, proven by the decrease in cases of khalwat violations. However, the application of punishment to khalwat perpetrators did not positively affect other parts of the region—the number of jinayat khalwat that occurred increased. Therefore, punishment for khalwat perpetrators must be able to change the perpetrator’s behavior and become a lesson for the general public. Moreover, the government is advised to be more aggressive in socializing this Qanun. This research provides information and input for the government, law enforcement, and the community in Aceh.Penelitian ini mengkaji persepsi masyarakat tentang khalwat dan efektivitas hukuman terhadap pelaku pelanggaran khalwat di Aceh. Kajian ini adalah kajian normatif-empiris dengan jenis data kualitatif. Data dokumen berupa peraturan perundang-undangan, Sementara data lapangan bersumber dari masyarakat, tokoh, agama, akademisi, Mahkamah Syar’iyah dan pelaku khalwat. Hasil penelitian menunjukkan; umumnya masyarakat mendukung pembentukan aturan jinayat khalwat demi kemaslahatan. Pembentukan Qanun Jinayat merupakan refleksi kehidupan masyarakat Aceh yang Islami sehingga perlindungan terhadap kehormatan diri dan keluarganya tidak dapat dipisahkan. Umumnya masyarakat mendukung pembentukan aturan jinayat khalwat demi kemaslahatan. Pembentukan Qanun Jinayat merupakan refleksi kehidupan masyarakat Aceh yang Islami sehingga perlindungan terhadap kehormatan diri dan keluarganya tidak dapat dipisahkan. Penerapan hukuman terhadap pelanggaran Khalwat belum efektif di semua daerah di provinsi Aceh, meski demikian ada sebagian wilayah yang efektif jika dilihat dari penurunan kasus. Namun, penerapan hukuman terhadap pelaku khalwat tidak memberikan efek positif di sebagian wilayah yang lain. Jumlah jinayat khalwat yang terjadi justru meningkat. Karenanya, hukuman bagi pelaku khalwat harus mampu merubah prilaku pelaku, menjadi pelajaran bagi masyarakat umum, dan pemerintah disarankan lebih gencar mensosialisasikan Qanun ini, khususnya sosialisasi terhadap pengatu
本研究考察了公众对哈瓦特的看法,以及对亚齐省违反哈瓦特的肇事者的惩罚效果。本研究采用定性数据进行规范-实证研究。数据来源为1945年《宪法》、1946年《刑法》第1号法、1981年《刑事诉讼法》第8号法和2014年《迦南亚齐法》第6号法。实地数据来自社区、领袖、宗教领袖、学者、伊斯兰法庭和khalwat犯罪者。结果表明,总体而言,社区出于利益考虑,支持“吉纳亚特·哈尔沃特”统治的建立。甘农寺的建立反映了亚齐人的伊斯兰生活,使自尊与家庭的保护密不可分。在亚齐省的所有地区,对违反节的行为实施惩罚的情况并不有效。然而,一些地区有效地执行了惩罚,违反节的案件减少证明了这一点。然而,对khalwat犯罪者的惩罚并没有对该地区的其他地区产生积极影响——发生的jinayat khalwat的数量增加了。因此,对khalwat犯罪者的惩罚必须能够改变犯罪者的行为,并成为公众的教训。此外,建议政府更积极地将这些甘农社会化。这项研究为亚齐省的政府、执法部门和社区提供了信息和投入。Penelitian ini mengkaji persepi masyarakat tentang khalwat danfektivitas hukuman terhadap pelaku pelanggaran khalwdi Aceh。数据定性的实证分析与实证分析。Data dokumen berupa peraturan perundang-undangan, Sementara Data lapangan bersumber dari masyarakat, tokoh, agama, akademisi, Mahkamah Syar 'iyah dan pelaku khalwat。Hasil penelitian menunjukkan;Umumnya masyarakat mendukung pembentukan aturan jinayat khalwat demi kemaslahatan。彭本图坎Qanun Jinayat merupakan refleksi kehidupan masyarakat Aceh yang Islami seingga perlindungan terhadap kehormatan diri dan keluganya tidak dapat dipisahkan。Umumnya masyarakat mendukung pembentukan aturan jinayat khalwat demi kemaslahatan。彭本图坎Qanun Jinayat merupakan refleksi kehidupan masyarakat Aceh yang Islami seingga perlindungan terhadap kehormatan diri dan keluganya tidak dapat dipisahkan。在印尼亚齐省,印尼人民有权利保护自己的国家,有权利保护自己的国家,有权利保护自己的国家。南门,日本中央人民政府的一名高级官员说:“我认为这是一个积极的决定。”Jumlah jinayat khalwat yang terjadi justru meningkat。Karenanya, hukuman bagi pelaku khalu harus mampu pelajan bagi masyarakat umum, dan peremerintah disarankan lebih gencar mensosialisaskan qanunini, khususnya sosialisasi terhadap pengaturan, hikmah pelarangan khalwat dan danpak buruk khalwat。在亚齐省,人们可以在网上了解亚齐省的信息
{"title":"Public Perception and Effectiveness of Punishment for Khalwat Perpetrators in Aceh","authors":"Bastiar Bastiar, Asmuni Asmuni, B. Bukhari","doi":"10.21154/justicia.v19i1.3304","DOIUrl":"https://doi.org/10.21154/justicia.v19i1.3304","url":null,"abstract":"This study examines the public's perception of khalwat and the effectiveness of punishment against perpetrators’ violation of khalwat in Aceh. This study is a normative-empirical study with qualitative data. Data sources are the Constitution of 1945, Law No. 1 of 1946 on the Criminal Code, Law No. 8 of 1981 on the Criminal Procedure Code, and Qanun Aceh No. 6 of 2014 on the Jinayat Law. Field data are sourced from the community, leaders, religious leaders, academics, the Syar'iyah Court, and khalwat perpetrators. The results showed that generally, the community supports the establishment of the rule of jinayat khalwat for the sake of benefit. The establishment of Qanun Jinayat reflects the Islamic life of the Acehnese people so that the protection of self-respect and their families is inseparable. The application of penalties for khalwat violations has not been effective in all regions of Aceh province. However, some areas implement the punishment effectively, proven by the decrease in cases of khalwat violations. However, the application of punishment to khalwat perpetrators did not positively affect other parts of the region—the number of jinayat khalwat that occurred increased. Therefore, punishment for khalwat perpetrators must be able to change the perpetrator’s behavior and become a lesson for the general public. Moreover, the government is advised to be more aggressive in socializing this Qanun. This research provides information and input for the government, law enforcement, and the community in Aceh.Penelitian ini mengkaji persepsi masyarakat tentang khalwat dan efektivitas hukuman terhadap pelaku pelanggaran khalwat di Aceh. Kajian ini adalah kajian normatif-empiris dengan jenis data kualitatif. Data dokumen berupa peraturan perundang-undangan, Sementara data lapangan bersumber dari masyarakat, tokoh, agama, akademisi, Mahkamah Syar’iyah dan pelaku khalwat. Hasil penelitian menunjukkan; umumnya masyarakat mendukung pembentukan aturan jinayat khalwat demi kemaslahatan. Pembentukan Qanun Jinayat merupakan refleksi kehidupan masyarakat Aceh yang Islami sehingga perlindungan terhadap kehormatan diri dan keluarganya tidak dapat dipisahkan. Umumnya masyarakat mendukung pembentukan aturan jinayat khalwat demi kemaslahatan. Pembentukan Qanun Jinayat merupakan refleksi kehidupan masyarakat Aceh yang Islami sehingga perlindungan terhadap kehormatan diri dan keluarganya tidak dapat dipisahkan. Penerapan hukuman terhadap pelanggaran Khalwat belum efektif di semua daerah di provinsi Aceh, meski demikian ada sebagian wilayah yang efektif jika dilihat dari penurunan kasus. Namun, penerapan hukuman terhadap pelaku khalwat tidak memberikan efek positif di sebagian wilayah yang lain. Jumlah jinayat khalwat yang terjadi justru meningkat. Karenanya, hukuman bagi pelaku khalwat harus mampu merubah prilaku pelaku, menjadi pelajaran bagi masyarakat umum, dan pemerintah disarankan lebih gencar mensosialisasikan Qanun ini, khususnya sosialisasi terhadap pengatu","PeriodicalId":31294,"journal":{"name":"Justicia Islamica","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"67656398","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Legal Transplant: Influence of The Western Legal System in The Muslim Countries 法律移植:西方法律制度对穆斯林国家的影响
Pub Date : 2022-06-20 DOI: 10.21154/justicia.v19i1.2756
S. Wahyuni
{"title":"Legal Transplant: Influence of The Western Legal System in The Muslim Countries","authors":"S. Wahyuni","doi":"10.21154/justicia.v19i1.2756","DOIUrl":"https://doi.org/10.21154/justicia.v19i1.2756","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":31294,"journal":{"name":"Justicia Islamica","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49571883","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Problems of Mudharabah Financing in Islamic Banking After The Implementation of Qanun of Islamic Financial Institutions in Aceh 亚齐实施伊斯兰金融机构Qanun后伊斯兰银行Mudharabah融资的问题
Pub Date : 2022-06-20 DOI: 10.21154/justicia.v19i1.3009
Yusmalinda Yusmalinda, Asmuni Asmuni, Dhiauddin Tanjung
The mudharabah contract has become one of the Islamic banking products legitimated by The National Sharia Board and Financial Services Authority. The Aceh government, through the Qanun of Islamic Financial Institutions, has emphasized that banking practices in Aceh must rely on sharia principles. The consequence of this regulation is that banks are only allowed to use sharia contracts in every financial and financing transaction. This research is an empirical juridical study with a sociological and normative approach. This approach was employed to analyze the use of mudharabah contracts from both practical and theoretical aspects. The results of this study indicate that although the mudharabah contract has been designated as one of the financing products in Islamic banking, the mudharabah contract is not fully applied for financing. The mudharabah contract is only implemented for corporate purposes, not for small traders. This is due to several things, including the high risk in mudharabah financing, low bank confidence in customers, fluctuating profits, and low-risk management. This study aims to analyze the problems of mudharabah financing after implementing the 2018 Qanun of Islamic Financial Institutions in Aceh. The results of this study can answer the main problems in the mudharabah contracts. Thus the mudharabah contract can be optimized in the financing system of Islamic banking in Aceh.Akad mudharabah sudah menjadi salah satu produk perbankan syariah yang mendapatkan legitimasi dari DSN-MUI dan OJK. Pemerintah Aceh melalui qanun lembaga keuangan syariah telah menegaskan bahwa praktik perbankan di Aceh harus menggunakan prinsip-prinsip syariah. Konsekuensi dari peraturan tersebut yaitu pihak perbankan hanya dapat menggunakan akad bernuansa syariah dalam setiap transaksi keuangan dan pembiayaan. Penelitian ini merupakan kajian yuridis empiris dengan pendekatan sosiologi dan normatif. Pendekatan ini digunakan untuk menganalisis penggunaan akad mudhrabah baik dari aspek praktik dan teoritis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, meskipun akad mudharabah telah ditetapkan sebagai salah satu produk pembiayaan pada perbankan syariah, namun nyatanya akad mudharabah tidak sepenuhnya di gunakan dalam pembiayaan, akad mudharabah hanya digunakan untuk korporasi saja, tidak untuk pedagang kecil dan UMKM. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal; pertama, tingginya resiko dalam pembiayaan mudharabah; kedua, rendahnya kepercayaan perbankan terhadap nasabah; ketiga, keuntungan yang fluktuatif; keempat, lemahnya manajemen resiko. Penelitian ini berkontribusi untuk mengatasi  persoalan pembiayaan mudharabah pasca penerapan qanun lembaga keuangan syariah tahun 2018 di Aceh. Sehingga dengan hasil penelitian ini dapat menjadi jalan keluar terhadap permasalahan utama dalam akad mudharabah, dan akad mudharabah dapat dioptimalkan dalam sistem pembiayaan pada perbankan syariah di Aceh.
穆哈拉巴合同已成为国家伊斯兰教法委员会和金融服务管理局合法化的伊斯兰银行产品之一。亚齐政府通过伊斯兰金融机构理事会强调,亚齐的银行业务必须依赖伊斯兰教法原则。这项规定的后果是,银行只允许在每次金融和融资交易中使用伊斯兰教法合同。本研究是一项社会学和规范方法的实证法律研究。该方法被用于从实践和理论两个方面分析mudharabah合同的使用。本研究的结果表明,尽管穆哈拉巴合同已被指定为伊斯兰银行业的融资产品之一,但穆哈拉巴合同并没有完全用于融资。mudharabah合同仅用于企业目的,不适用于小型贸易商。这是由于几个因素造成的,包括mudharabah融资的高风险、银行对客户的信心低、利润波动和低风险管理。本研究旨在分析在亚齐实施2018年伊斯兰金融机构Qanun后穆哈拉巴融资的问题。本研究的结果可以回答mudharabah合同中的主要问题。因此,预测契约可以在亚齐伊斯兰银行的融资系统中得到优化。亚齐政府通过企业融资渠道确认,亚齐的银行业务必须采用企业原则。该规则的后果是,银行在每次金融和融资交易中只能使用审慎账户。本研究是一项实证法律研究,采用社会学和规范方法。这种方法是用来从实践和理论的角度分析一个好的翻译akade的使用。研究结果表明,虽然抵押账户已被设定为企业银行的融资产品之一,但事实证明,抵押账户在融资中并没有得到充分的使用,抵押账户只用于企业,而不用于小贸易商和UMKM。这是因为一些事情;首先,提供赔偿的风险很高;其次,银行对圣经的信任度低;第三,收益波动;第四,风险管理不力。这项研究有助于解决2018年亚齐公司财务办公室实施后的预期融资问题。因此,本研究的结果可以为解决抵押贷款账户中的主要问题提供一条途径,并可以在亚齐的公司银行系统中优化抵押贷款账户。
{"title":"Problems of Mudharabah Financing in Islamic Banking After The Implementation of Qanun of Islamic Financial Institutions in Aceh","authors":"Yusmalinda Yusmalinda, Asmuni Asmuni, Dhiauddin Tanjung","doi":"10.21154/justicia.v19i1.3009","DOIUrl":"https://doi.org/10.21154/justicia.v19i1.3009","url":null,"abstract":"The mudharabah contract has become one of the Islamic banking products legitimated by The National Sharia Board and Financial Services Authority. The Aceh government, through the Qanun of Islamic Financial Institutions, has emphasized that banking practices in Aceh must rely on sharia principles. The consequence of this regulation is that banks are only allowed to use sharia contracts in every financial and financing transaction. This research is an empirical juridical study with a sociological and normative approach. This approach was employed to analyze the use of mudharabah contracts from both practical and theoretical aspects. The results of this study indicate that although the mudharabah contract has been designated as one of the financing products in Islamic banking, the mudharabah contract is not fully applied for financing. The mudharabah contract is only implemented for corporate purposes, not for small traders. This is due to several things, including the high risk in mudharabah financing, low bank confidence in customers, fluctuating profits, and low-risk management. This study aims to analyze the problems of mudharabah financing after implementing the 2018 Qanun of Islamic Financial Institutions in Aceh. The results of this study can answer the main problems in the mudharabah contracts. Thus the mudharabah contract can be optimized in the financing system of Islamic banking in Aceh.Akad mudharabah sudah menjadi salah satu produk perbankan syariah yang mendapatkan legitimasi dari DSN-MUI dan OJK. Pemerintah Aceh melalui qanun lembaga keuangan syariah telah menegaskan bahwa praktik perbankan di Aceh harus menggunakan prinsip-prinsip syariah. Konsekuensi dari peraturan tersebut yaitu pihak perbankan hanya dapat menggunakan akad bernuansa syariah dalam setiap transaksi keuangan dan pembiayaan. Penelitian ini merupakan kajian yuridis empiris dengan pendekatan sosiologi dan normatif. Pendekatan ini digunakan untuk menganalisis penggunaan akad mudhrabah baik dari aspek praktik dan teoritis. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, meskipun akad mudharabah telah ditetapkan sebagai salah satu produk pembiayaan pada perbankan syariah, namun nyatanya akad mudharabah tidak sepenuhnya di gunakan dalam pembiayaan, akad mudharabah hanya digunakan untuk korporasi saja, tidak untuk pedagang kecil dan UMKM. Hal ini disebabkan oleh beberapa hal; pertama, tingginya resiko dalam pembiayaan mudharabah; kedua, rendahnya kepercayaan perbankan terhadap nasabah; ketiga, keuntungan yang fluktuatif; keempat, lemahnya manajemen resiko. Penelitian ini berkontribusi untuk mengatasi  persoalan pembiayaan mudharabah pasca penerapan qanun lembaga keuangan syariah tahun 2018 di Aceh. Sehingga dengan hasil penelitian ini dapat menjadi jalan keluar terhadap permasalahan utama dalam akad mudharabah, dan akad mudharabah dapat dioptimalkan dalam sistem pembiayaan pada perbankan syariah di Aceh.","PeriodicalId":31294,"journal":{"name":"Justicia Islamica","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49101617","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
Developing Halal Tourism Guidance in Indonesia Based on Maqāṣid al-SharῙ’a Approach 基于Maqāṣid al- shareῙ’a方法的印尼清真旅游指南开发
Pub Date : 2021-11-29 DOI: 10.21154/justicia.v18i2.2650
Haerul Akmal, S. Lahuri, M. Ghozali, Nurizal Nurizal
The increase of the tourism sector in the world, including Indonesia having various lands and cultures, will captivate tourists’ attention. On the other side, with the majority Muslim population, Indonesia should keep its culture and tradition within the Islamic framework. This paper aims to develop Halal tourism in Indonesia by employing the Maqāṣid al-Sharῑa approach in four sectors: hotel, restaurant, tour, travel, and SPA. These sectors are the point of development of Halal tourism in Indonesia based on the Ministry of Tourism and Creative Economy regulation. This study explored the theories related to the five universals of Maqāṣid Al-Sharῑa, including the preservation of din (religion), life, intellect, descendants, and wealth. The analysis results indicate that if the four sectors are used in the five universals of Maqāṣid Al-Sharῑa, the implementation of Shariah tourism is about the Shariah label and the substance of the Shariah objectives. This study guides the developing halal tourism in Indonesia based on Islamic teachings, that is al-Ḍarūriyyat al-Khams on Maqāṣid Al-Sharῑa.Meningkatnya sektor pariwisata di dunia, sebagaimana di Indonesia yang kaya akan tradisi dan budaya, akan memberikan hiburan dan pemandangan yang menarik bagi para wisatawan. Di sisi lain, Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam harus tetap menjaga budaya dan tradisinya dalam kerangka Islam. Makalah ini bertujuan untuk mengembangkan pariwisata Halal di Indonesia dengan pendekatan Maqāṣid Al- Sharῑa pada empat sektor, seperti hotel, restoran, tour and travel, dan spa, sektor-sektor tersebut merupakan titik pengembangan pariwisata Halal di Indonesia berdasarkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Untuk mencapai tujuan penelitian ini penjagaan Maqāṣid Al-Sharῑa, yaitu pelestarian din, pelestarian nyawa, pelestarian akal, pelestarian keturunan dan pelestarian kekayaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jika keempat sektor tersebut digunakan dalam lima penjagaan pada Maqasid al-Sharia, maka implementasi wisata syariah tidak hanya sekedar label syariah, tetapi juga substansi dari Maqāṣid Al-Sharῑa. Kontribusi penelitian ini memberikan pedoman untuk mengembangkan pariwisata halal di Indonesia berdasarkan ajaran Islam, yaitu berdasarkan al-Ḍarūriyyat al-Khams pada Maqāṣid Al-Sharīa.
世界旅游业的增长,包括印度尼西亚拥有不同的土地和文化,将吸引游客的注意力。另一方面,印尼以穆斯林人口为主,应在伊斯兰教框架内保持其文化和传统。本文旨在发展清真旅游在印度尼西亚采用Maqāṣid al-Shar ā a方法在四个部门:酒店,餐厅,旅游,旅游和SPA。根据旅游和创意经济部的规定,这些部门是印尼清真旅游发展的重点。本研究探讨了与Maqāṣid Al-Shar ā a的五个普遍性相关的理论,包括保存din(宗教)、生命、智力、后代和财富。分析结果表明,如果在Maqāṣid Al-Shar ā a的五个普遍性中使用这四个部门,伊斯兰教旅游的实施是关于伊斯兰教的标签和伊斯兰教目标的实质。本研究以伊斯兰教教义为基础,即al-Ḍarūriyyat al- khams on Maqāṣid al- shar ā a,指导印尼发展清真旅游。印度尼西亚国家贸易委员会主席,印度尼西亚国家贸易委员会主席,印度尼西亚国家贸易委员会主席,印度尼西亚国家贸易委员会主席,印度尼西亚国家贸易委员会主席,印度尼西亚国家贸易委员会主席,印度尼西亚国家贸易委员会主席。迪·塞西兰,印度尼西亚,杨mayoritas penduduknya beragama Islam harus tetap menjaga budaya dan tradisinya dalam kerangka Islam。Makalah ini bertujuan untuk mengembangkan pariwisata Halal di Indonesia dengan pendekatan Maqāṣid Al- sharuakan pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa pa paUntuk mencapai tujuan penelitian ini penjagaan Maqāṣid Al-Shar ā a, yitu pelestarian din, pelestarian nyawa, pelestarian akal, pelestarian keturunan dan pelestarian kekayaan。Hasil penelitian menunjukkan bahwa jika keempat sector terseas,但digunakan dalam lima penjagaan paada Maqasid al-Sharia, maka implementasi wisata ysariah tidakya sekedar label ysariah, tetapi juga substansi dari Maqāṣid al- sharuya。Kontribusi penelitian ini成员在印度尼西亚的宗教活动中,在印度尼西亚的宗教活动中,在印度尼西亚的宗教活动中,在印度尼西亚的宗教活动中,在印度尼西亚的宗教活动中,在印度尼西亚的宗教活动中,在-Ḍarūriyyat al- khams的宗教活动中Maqāṣid al- sharshara。
{"title":"Developing Halal Tourism Guidance in Indonesia Based on Maqāṣid al-SharῙ’a Approach","authors":"Haerul Akmal, S. Lahuri, M. Ghozali, Nurizal Nurizal","doi":"10.21154/justicia.v18i2.2650","DOIUrl":"https://doi.org/10.21154/justicia.v18i2.2650","url":null,"abstract":"The increase of the tourism sector in the world, including Indonesia having various lands and cultures, will captivate tourists’ attention. On the other side, with the majority Muslim population, Indonesia should keep its culture and tradition within the Islamic framework. This paper aims to develop Halal tourism in Indonesia by employing the Maqāṣid al-Sharῑa approach in four sectors: hotel, restaurant, tour, travel, and SPA. These sectors are the point of development of Halal tourism in Indonesia based on the Ministry of Tourism and Creative Economy regulation. This study explored the theories related to the five universals of Maqāṣid Al-Sharῑa, including the preservation of din (religion), life, intellect, descendants, and wealth. The analysis results indicate that if the four sectors are used in the five universals of Maqāṣid Al-Sharῑa, the implementation of Shariah tourism is about the Shariah label and the substance of the Shariah objectives. This study guides the developing halal tourism in Indonesia based on Islamic teachings, that is al-Ḍarūriyyat al-Khams on Maqāṣid Al-Sharῑa.Meningkatnya sektor pariwisata di dunia, sebagaimana di Indonesia yang kaya akan tradisi dan budaya, akan memberikan hiburan dan pemandangan yang menarik bagi para wisatawan. Di sisi lain, Indonesia yang mayoritas penduduknya beragama Islam harus tetap menjaga budaya dan tradisinya dalam kerangka Islam. Makalah ini bertujuan untuk mengembangkan pariwisata Halal di Indonesia dengan pendekatan Maqāṣid Al- Sharῑa pada empat sektor, seperti hotel, restoran, tour and travel, dan spa, sektor-sektor tersebut merupakan titik pengembangan pariwisata Halal di Indonesia berdasarkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Untuk mencapai tujuan penelitian ini penjagaan Maqāṣid Al-Sharῑa, yaitu pelestarian din, pelestarian nyawa, pelestarian akal, pelestarian keturunan dan pelestarian kekayaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jika keempat sektor tersebut digunakan dalam lima penjagaan pada Maqasid al-Sharia, maka implementasi wisata syariah tidak hanya sekedar label syariah, tetapi juga substansi dari Maqāṣid Al-Sharῑa. Kontribusi penelitian ini memberikan pedoman untuk mengembangkan pariwisata halal di Indonesia berdasarkan ajaran Islam, yaitu berdasarkan al-Ḍarūriyyat al-Khams pada Maqāṣid Al-Sharīa.","PeriodicalId":31294,"journal":{"name":"Justicia Islamica","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41813020","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 1
Gender Construction in The Perspective of Living Fiqh in Indonesia 印尼生活Fiqh视角下的性别建构
Pub Date : 2021-11-29 DOI: 10.21154/justicia.v18i2.2488
Arifah Millati Agustina
This article aims to comprehensively explain the uniqueness of the emergence of gender issues in Indonesia and contribute to the development of Islamic law in terms of the discovery of Islamic legal products, and introduce local culture underlying the forming of laws depending on place and era, including gender issues, where western and eastern cultures certainly differ in various sides. Living fiqh on gender is a term for a concept of fiqh responding to women’s issues through interpretation, taking into account Indonesia’s local culture. Living fiqh is a term for strengthening Islamic legal products prioritizing the principle of locality. This study used a qualitative method to respond to the concept of living fiqh in Indonesia. The first step in this research was to explore the genealogy of gender issues in Indonesia, compared to the history of gender issues in the west. After that, the differences in the causes of gender issues in Indonesia and the west were classified. Finally, the products of fiqh on gender in Indonesian madzhab were found. In this article, the author argues that the products of fiqh on gender in Indonesia have relations with Indonesian culture. Besides, fiqh on gender in Indonesia emerged from the women activists’ anxiety against discrimination in marriage and rules. Fiqh on Indonesian madhab contributes to minimizing gender inequality emerging massively after strengthening colonialism and the influence of transnational Islam changing the interpretation of the scripture and madhab fanaticism.Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan keunikan munculnya isu gender di Indonesia dan memberikan kontribusi bagi pengembangan hukum Islam dalam hal penemuan produk hukum Islam di Indonesia (KHI), juga mengenalkan budaya lokal yang turut menjadi alasan atas terbentuknya hukum yang sangat mempertimbangkan pada tempat dan waktu; termasuk isu gender, dimana budaya barat dan timur memiliki perbedaan dari berbagai sisi. Living fiqh gender adalah sebuah istilah untuk konsep fiqh yang merespon isu-isu perempuan dengan mempertimbangkan budaya lokal Indonesia. Living fiqh merupakan salah satu bentuk istilah penguatan produk hukum Islam yang mengedepankan asas lokalitas. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif untuk merespon konsep living fiqh di Indonesia. langkah dalam penelitian ini adalah menggali ganeologi isu gender di Indonesia, kemudian membandingkan dengan sejarah isu gender di barat, setelah itu penulis akan mengklasifikasikan perbedaan penyebab isu gender di Indonesia dan barat beserta fikih ‘ala madzhab Indonesia. Dalam artikel ini, penulis menemukan terdapat produk fikih gender yang memiliki relasi dengan budaya Indonesia, fiqih gender di Indonesia muncul berawal dari kegelisahan para aktivis perempuan terhadap diskriminasi dalam perkawinan beserta aturanya. Hukum ala madzhab Indonesia berkontribusi meminimalisir ketimpangan gender yang muncul secara masif setelah menguatnya pengaruh kolonialisme dan Islam transnas
本文旨在全面解释性别问题在印度尼西亚出现的独特性,并在伊斯兰法律产品的发现方面为伊斯兰法律的发展做出贡献,并介绍不同地点和时代法律形成的当地文化,包括性别问题,东西方文化在各个方面当然存在差异。性别生活法是一个概念,通过解释妇女问题,考虑到印度尼西亚的当地文化。活律法是加强伊斯兰法律产品的术语,优先考虑地方原则。本研究采用定性的方法来回应印度尼西亚生活qh的概念。本研究的第一步是探索印尼性别问题的谱系,并与西方性别问题的历史进行比较。之后,对印尼与西方性别问题成因的差异进行了分类。最后,找到了印尼madzhab中关于性别的fiqh产品。在本文中,笔者认为印尼的性别服饰产品与印尼文化有关。此外,印度尼西亚的性别问题源于妇女活动家对婚姻和规则歧视的焦虑。在加强殖民主义和跨国伊斯兰教的影响改变了对经文的解释和马德哈布的狂热之后,印度尼西亚马德哈布上的伊斯兰教有助于最大限度地减少性别不平等。Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan keunikan munculnya isu gender di Indonesia成员kontribusi bagi pengembangan hukum Islam dalam hal penemuan产品hukum Islam di Indonesia (KHI), juga mengenalkan budaya地方yang turut menjadi alasan atas terbentuknya hukum yang sangat成员perpertimbangkan pada tempat dan waktu;Termasuk isu gender, dimana budaya barat Dan timur memiliki perbedai和dari berbagai sisi。生活性别adalah sebuah istilah untuk konsep fiqh yang merespon isu-isu perpertimbangkan budaya印度尼西亚当地。活的fiqh merupakan salah satu bentuk istilah企鹅产品hukum Islam yang mengedepankan as lokalitas。Dalam penelitian ini penulis menggunakan方法定性分析了印度尼西亚的一种生活方式。印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚。Dalam artikel ini, penulis menemukan terdapat productfikih gender yang memiliki relasi dengan budaya Indonesia, fiqih gender di Indonesia muncul berawal dari kegelishan para aktivis perperan terhadap diskriminasi Dalam perkawinan beserta aturanya。Hukum ala madzhab印度尼西亚berkontribusi minimimalisir ketimpangan性别yang muncul secara masif setelah menguatnya pengaruh殖民主义dan Islam跨民族yang mengubah interpretasi terhadap kitab sui dan fanatisme madzhab。
{"title":"Gender Construction in The Perspective of Living Fiqh in Indonesia","authors":"Arifah Millati Agustina","doi":"10.21154/justicia.v18i2.2488","DOIUrl":"https://doi.org/10.21154/justicia.v18i2.2488","url":null,"abstract":"This article aims to comprehensively explain the uniqueness of the emergence of gender issues in Indonesia and contribute to the development of Islamic law in terms of the discovery of Islamic legal products, and introduce local culture underlying the forming of laws depending on place and era, including gender issues, where western and eastern cultures certainly differ in various sides. Living fiqh on gender is a term for a concept of fiqh responding to women’s issues through interpretation, taking into account Indonesia’s local culture. Living fiqh is a term for strengthening Islamic legal products prioritizing the principle of locality. This study used a qualitative method to respond to the concept of living fiqh in Indonesia. The first step in this research was to explore the genealogy of gender issues in Indonesia, compared to the history of gender issues in the west. After that, the differences in the causes of gender issues in Indonesia and the west were classified. Finally, the products of fiqh on gender in Indonesian madzhab were found. In this article, the author argues that the products of fiqh on gender in Indonesia have relations with Indonesian culture. Besides, fiqh on gender in Indonesia emerged from the women activists’ anxiety against discrimination in marriage and rules. Fiqh on Indonesian madhab contributes to minimizing gender inequality emerging massively after strengthening colonialism and the influence of transnational Islam changing the interpretation of the scripture and madhab fanaticism.Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan keunikan munculnya isu gender di Indonesia dan memberikan kontribusi bagi pengembangan hukum Islam dalam hal penemuan produk hukum Islam di Indonesia (KHI), juga mengenalkan budaya lokal yang turut menjadi alasan atas terbentuknya hukum yang sangat mempertimbangkan pada tempat dan waktu; termasuk isu gender, dimana budaya barat dan timur memiliki perbedaan dari berbagai sisi. Living fiqh gender adalah sebuah istilah untuk konsep fiqh yang merespon isu-isu perempuan dengan mempertimbangkan budaya lokal Indonesia. Living fiqh merupakan salah satu bentuk istilah penguatan produk hukum Islam yang mengedepankan asas lokalitas. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif untuk merespon konsep living fiqh di Indonesia. langkah dalam penelitian ini adalah menggali ganeologi isu gender di Indonesia, kemudian membandingkan dengan sejarah isu gender di barat, setelah itu penulis akan mengklasifikasikan perbedaan penyebab isu gender di Indonesia dan barat beserta fikih ‘ala madzhab Indonesia. Dalam artikel ini, penulis menemukan terdapat produk fikih gender yang memiliki relasi dengan budaya Indonesia, fiqih gender di Indonesia muncul berawal dari kegelisahan para aktivis perempuan terhadap diskriminasi dalam perkawinan beserta aturanya. Hukum ala madzhab Indonesia berkontribusi meminimalisir ketimpangan gender yang muncul secara masif setelah menguatnya pengaruh kolonialisme dan Islam transnas","PeriodicalId":31294,"journal":{"name":"Justicia Islamica","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43094862","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 4
Epistemology of Islam Nusantara: Transformation of Islamic Legal Thought in Nahdlatul Ulama (NU) 伊斯兰努桑塔拉的认识论:伊斯兰法律思想在努桑塔拉大学的转变
Pub Date : 2021-11-29 DOI: 10.21154/justicia.v18i2.3095
L. Aminuddin, Isnatin Ulfah
The term Islam Nusantara has created pros and cons among Islamic leaders in Indonesia. For Nahdlatul Ulama (NU), Islam Nusantara is not a new teaching or sect in Islam, so that there is no need to worry. Meanwhile, other groups think that the term Islam Nusantara will reduce the universal of Islam. Therefore, this study focuses on how NU’s concept of Islam Nusantara and how the epistemological construction of Islam Nusantara and its application. This study found that Islam Nusantara is Islam practiced in Indonesia with the epistemological basis of maqāşid al-sharīa, manhaj al-fikr ahl al-sunnah wa al-jamā’ah, and al-‘urf. The epistemological foundation resulted in the typical ijtihad of Islam Nusantara. In the field of constitutional law, the results of the ijtihad Islam Nusantara gave birth to the concept that Indonesia is a peaceful country (dār al-şulḥ or dār al-salām). Meanwhile, in social, cultural, and religious realms, the epistemology of Islam Nusantara gave birth to the tradition of halal bi halal and tahlilan. In the circumstances of fiqh, there are several results of ijtihad, such as imsāk (holding all things that may breakfast 10 minutes before Shubuh prayer).Term Islam Nusantara telah menimbulkan pro dan kontra di kalangan para tokoh Islam di Indonesia. Bagi Nahdlatul Ulama (NU), Islam Nusantara bukanlah ajaran atau sekte baru dalam Islam sehingga tidak perlu dikhawatirkan. Sedangkan kelompok lain menilai, istilah Islam Nusantara akan mereduksi Agama Islam yang universal. Oleh karena itu, penelitian ini akan difokuskan pada bagaimanakah konsep NU tentang Islam Nusantara dan bagaimana pula kontrusksi epistemologis Islam Nusantara serta penerapannya. Penelitian ini menemukan bahwa Islam Nusantara adalah Islam yang dipraktikkan di Indonesia dengan landasan epistemologis al-maqāşid al-sharī’ah, manhaj al-fikr ahl al-sunnah wa al-jamā’ah dan al-‘urf. Landasan epistemologis tersebut melahirkan hasil ijtihad khas Islam Nusantara. Pada ranah ketatanegaraan hasil ijtihad Islam Nusantara melahirkan konsep Indonesia adalah negara damai(dār al-şulḥ atau dār al-salām). Sedangkan dalam ranah sosial, budaya dan keagamaan, epistemologis Islam Nusantara melahirkan tradisi halal bihalal, tahlilan. Dalam masalah fiqh muncul beberapa hasil ijtihad seperti imsāk (menahan semua hal yang membatalkan puasa 10 menit sebelum adzan shubuh).
“伊斯兰努桑塔拉”一词在印度尼西亚的伊斯兰领袖中产生了赞成和反对的声音。对于Nahdlatul Ulama (NU)来说,伊斯兰努桑塔拉不是一个新的教义或伊斯兰教派,所以没有必要担心。与此同时,其他团体认为伊斯兰努桑塔拉一词会降低伊斯兰教的普遍性。因此,本研究的重点是NU对伊斯兰教的认识论建构以及伊斯兰教的认识论建构及其应用。本研究发现,伊斯兰努桑塔拉是在印度尼西亚实践的伊斯兰教,其认识论基础为maqāşid al- sharshara、manhaj al-fikr ahl al-sunnah wa al- jamir ' ah和al- ' urf。这一认识论基础产生了伊斯兰教典型的伊智哈德。在宪法领域,伊智哈德伊斯兰努桑塔拉的结果产生了印度尼西亚是一个和平国家的概念(dār al- uljah或dār al-salām)。同时,在社会、文化和宗教领域,伊斯兰努桑塔拉的认识论催生了清真比清真和塔利兰的传统。在fiqh的情况下,有几个伊智提哈德的结果,如imsāk(在Shubuh祈祷前10分钟持有所有可能早餐的东西)。Term Islam Nusantara telah menimbulkan pro dan kontra di kalangan para tokoh Islam di Indonesia。伊斯兰教教主(NU),伊斯兰教教主,伊斯兰教教主,伊斯兰教教主,伊斯兰教教主,伊斯兰教教主,伊斯兰教教主,伊斯兰教教主,伊斯兰教教主。Sedangkan kelompok lain menilai, islah Islam Nusantara akan mereduksi Agama Islam yang universal。在认识论上,伊斯兰教的认识论是:伊斯兰教的认识论是:伊斯兰教的认识论。Penelitian ini menemukan bahwa Islam Nusantara adalah Islam yang dipraktikkan di Indonesia dengan landasan认识论al-maqāşid al- shari ' ah, manhaj al-fikr ahl al-sunnah wa al- jami ' ah dan - ' urf。Landasan认识论是简洁的,但melahirkan hasil ijtihad khas Islam Nusantara。padadranah ketatanegaraan hasil ijtihad Islam Nusantara melahirkan konsep印度尼西亚adalah negara damai(dār al- ul - atau dār al-salām)。伊斯兰认识论;伊斯兰教知识论;伊斯兰教知识论;伊斯兰教知识论;Dalam masalah fiqh muncul beberapa hasil ijtihad seperti imsāk (menahan semua hal yang membatalkan puasa 10 menit sebelum adzan shubuh)。
{"title":"Epistemology of Islam Nusantara: Transformation of Islamic Legal Thought in Nahdlatul Ulama (NU)","authors":"L. Aminuddin, Isnatin Ulfah","doi":"10.21154/justicia.v18i2.3095","DOIUrl":"https://doi.org/10.21154/justicia.v18i2.3095","url":null,"abstract":"The term Islam Nusantara has created pros and cons among Islamic leaders in Indonesia. For Nahdlatul Ulama (NU), Islam Nusantara is not a new teaching or sect in Islam, so that there is no need to worry. Meanwhile, other groups think that the term Islam Nusantara will reduce the universal of Islam. Therefore, this study focuses on how NU’s concept of Islam Nusantara and how the epistemological construction of Islam Nusantara and its application. This study found that Islam Nusantara is Islam practiced in Indonesia with the epistemological basis of maqāşid al-sharīa, manhaj al-fikr ahl al-sunnah wa al-jamā’ah, and al-‘urf. The epistemological foundation resulted in the typical ijtihad of Islam Nusantara. In the field of constitutional law, the results of the ijtihad Islam Nusantara gave birth to the concept that Indonesia is a peaceful country (dār al-şulḥ or dār al-salām). Meanwhile, in social, cultural, and religious realms, the epistemology of Islam Nusantara gave birth to the tradition of halal bi halal and tahlilan. In the circumstances of fiqh, there are several results of ijtihad, such as imsāk (holding all things that may breakfast 10 minutes before Shubuh prayer).Term Islam Nusantara telah menimbulkan pro dan kontra di kalangan para tokoh Islam di Indonesia. Bagi Nahdlatul Ulama (NU), Islam Nusantara bukanlah ajaran atau sekte baru dalam Islam sehingga tidak perlu dikhawatirkan. Sedangkan kelompok lain menilai, istilah Islam Nusantara akan mereduksi Agama Islam yang universal. Oleh karena itu, penelitian ini akan difokuskan pada bagaimanakah konsep NU tentang Islam Nusantara dan bagaimana pula kontrusksi epistemologis Islam Nusantara serta penerapannya. Penelitian ini menemukan bahwa Islam Nusantara adalah Islam yang dipraktikkan di Indonesia dengan landasan epistemologis al-maqāşid al-sharī’ah, manhaj al-fikr ahl al-sunnah wa al-jamā’ah dan al-‘urf. Landasan epistemologis tersebut melahirkan hasil ijtihad khas Islam Nusantara. Pada ranah ketatanegaraan hasil ijtihad Islam Nusantara melahirkan konsep Indonesia adalah negara damai(dār al-şulḥ atau dār al-salām). Sedangkan dalam ranah sosial, budaya dan keagamaan, epistemologis Islam Nusantara melahirkan tradisi halal bihalal, tahlilan. Dalam masalah fiqh muncul beberapa hasil ijtihad seperti imsāk (menahan semua hal yang membatalkan puasa 10 menit sebelum adzan shubuh).","PeriodicalId":31294,"journal":{"name":"Justicia Islamica","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47710063","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
引用次数: 0
期刊
Justicia Islamica
全部 Acc. Chem. Res. ACS Applied Bio Materials ACS Appl. Electron. Mater. ACS Appl. Energy Mater. ACS Appl. Mater. Interfaces ACS Appl. Nano Mater. ACS Appl. Polym. Mater. ACS BIOMATER-SCI ENG ACS Catal. ACS Cent. Sci. ACS Chem. Biol. ACS Chemical Health & Safety ACS Chem. Neurosci. ACS Comb. Sci. ACS Earth Space Chem. ACS Energy Lett. ACS Infect. Dis. ACS Macro Lett. ACS Mater. Lett. ACS Med. Chem. Lett. ACS Nano ACS Omega ACS Photonics ACS Sens. ACS Sustainable Chem. Eng. ACS Synth. Biol. Anal. Chem. BIOCHEMISTRY-US Bioconjugate Chem. BIOMACROMOLECULES Chem. Res. Toxicol. Chem. Rev. Chem. Mater. CRYST GROWTH DES ENERG FUEL Environ. Sci. Technol. Environ. Sci. Technol. Lett. Eur. J. Inorg. Chem. IND ENG CHEM RES Inorg. Chem. J. Agric. Food. Chem. J. Chem. Eng. Data J. Chem. Educ. J. Chem. Inf. Model. J. Chem. Theory Comput. J. Med. Chem. J. Nat. Prod. J PROTEOME RES J. Am. Chem. Soc. LANGMUIR MACROMOLECULES Mol. Pharmaceutics Nano Lett. Org. Lett. ORG PROCESS RES DEV ORGANOMETALLICS J. Org. Chem. J. Phys. Chem. J. Phys. Chem. A J. Phys. Chem. B J. Phys. Chem. C J. Phys. Chem. Lett. Analyst Anal. Methods Biomater. Sci. Catal. Sci. Technol. Chem. Commun. Chem. Soc. Rev. CHEM EDUC RES PRACT CRYSTENGCOMM Dalton Trans. Energy Environ. Sci. ENVIRON SCI-NANO ENVIRON SCI-PROC IMP ENVIRON SCI-WAT RES Faraday Discuss. Food Funct. Green Chem. Inorg. Chem. Front. Integr. Biol. J. Anal. At. Spectrom. J. Mater. Chem. A J. Mater. Chem. B J. Mater. Chem. C Lab Chip Mater. Chem. Front. Mater. Horiz. MEDCHEMCOMM Metallomics Mol. Biosyst. Mol. Syst. Des. Eng. Nanoscale Nanoscale Horiz. Nat. Prod. Rep. New J. Chem. Org. Biomol. Chem. Org. Chem. Front. PHOTOCH PHOTOBIO SCI PCCP Polym. Chem.
×
引用
GB/T 7714-2015
复制
MLA
复制
APA
复制
导出至
BibTeX EndNote RefMan NoteFirst NoteExpress
×
0
微信
客服QQ
Book学术公众号 扫码关注我们
反馈
×
意见反馈
请填写您的意见或建议
请填写您的手机或邮箱
×
提示
您的信息不完整,为了账户安全,请先补充。
现在去补充
×
提示
您因"违规操作"
具体请查看互助需知
我知道了
×
提示
现在去查看 取消
×
提示
确定
Book学术官方微信
Book学术文献互助
Book学术文献互助群
群 号:481959085
Book学术
文献互助 智能选刊 最新文献 互助须知 联系我们:info@booksci.cn
Book学术提供免费学术资源搜索服务,方便国内外学者检索中英文文献。致力于提供最便捷和优质的服务体验。
Copyright © 2023 Book学术 All rights reserved.
ghs 京公网安备 11010802042870号 京ICP备2023020795号-1