Fanny Hidayati, Ramadhani Ayu Purnama, Harry Praptoyo, S. Sunarti
Kebutuhan masyarakat akan kayu solid yang semakin meningkat, memberikan peluang bagi jenis pohon cepat tumbuh seperti Acacia mangium untuk digunakan sebagai bahan semi konstruksi maupun konstruksi. Secara umum, kualitas kayu dipengaruhi oleh sifat pertumbuhan terutama kecepatan pertumbuhan. Pengaruh kecepatan pertumbuhan terhadap sifat-sifat kayu mangium belum banyak di diteliti. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisika dan mekanika kayu mangium pada kecepatan tumbuh yang berbeda serta hubungan antara kerapatan dasar dengan sifat-sifat lain yang diuji. Sembilan pohon mangium umur 4 tahun yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Adapun sifat-sifaf kayu yang diuji adalah kerapatan dasar, perubahan dimensi, rasio T/R, keteguhan lengkung statis (MOE dan MOR), keteguhan tekan sejajar dan tegak lurus serat. Selanjutnya data yang diperoleh diuji dengan one-way ANOVA. Sebagai hasilnya, sifat fisika dan mekanika kayu yang diuji menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada tiga kategori kecepatan tumbuh yang berbeda, kecuali pada penyusutan radialnya. Selanjutnya, kerapatan dasar berkorelasi positif secara signifikan terhadap penyusutan radial dan tangensial serta kekuatan tekan sejajar dan tegak lurus serat. Hal ini menunjukkan bahwa kerapatan dasar merupakan indikatoryang bagus untuk mempredikasi sifat fisika dan mekanika kayu mangium. Effect of Growth Rate on Physical and Mechanical Properties of 4-year-old Acacia mangium Wood from Wonogiri, Central JavaAbstractIncreasing solid wood demand provides an opportunity to fast-growing wood species such as Acacia mangium as semi construction and construction materials. In general, the quality of wood is affected by growth characteristics such as radial growth rate. The study about effect of growth rate on the properties of mangium wood is limited in Indonesia. Therefore, this study aimed to determine the physical and mechanical properties of mangium wood at different growth rates. Furthermore, relationship between basic density and other properties was clarified. The nine mangium trees of 4-year-old used in this study were planted in Wonogiri Regency, Central Java. Basic density, shrinkage, T/R ratio, static bending strength (MOE and MOR), compressive strength parallel and perpendicular to grain were determined. The results were analyzed with one-way ANOVA. As a result, the physical and mechanical properties of the woods showed no significant difference in three different categories of growth rates, except for radial shrinkage. Furthermore, the basic density is positively significant correlated with radial and tangential shrinkage and also compressive strength parallel and perpendicular to grain. Based on these results, it is suggesting that basic density is a good indicator for predicting physical and mechanical properties of mangium wood.
{"title":"Pengaruh Kecepatan Pertumbuhan terhadap Sifat Fisika dan Mekanika Kayu Acacia Mangium Umur 4 Tahun Asal Wonogiri, Jawa Tengah","authors":"Fanny Hidayati, Ramadhani Ayu Purnama, Harry Praptoyo, S. Sunarti","doi":"10.22146/JIK.40162","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/JIK.40162","url":null,"abstract":"Kebutuhan masyarakat akan kayu solid yang semakin meningkat, memberikan peluang bagi jenis pohon cepat tumbuh seperti Acacia mangium untuk digunakan sebagai bahan semi konstruksi maupun konstruksi. Secara umum, kualitas kayu dipengaruhi oleh sifat pertumbuhan terutama kecepatan pertumbuhan. Pengaruh kecepatan pertumbuhan terhadap sifat-sifat kayu mangium belum banyak di diteliti. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sifat fisika dan mekanika kayu mangium pada kecepatan tumbuh yang berbeda serta hubungan antara kerapatan dasar dengan sifat-sifat lain yang diuji. Sembilan pohon mangium umur 4 tahun yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah. Adapun sifat-sifaf kayu yang diuji adalah kerapatan dasar, perubahan dimensi, rasio T/R, keteguhan lengkung statis (MOE dan MOR), keteguhan tekan sejajar dan tegak lurus serat. Selanjutnya data yang diperoleh diuji dengan one-way ANOVA. Sebagai hasilnya, sifat fisika dan mekanika kayu yang diuji menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada tiga kategori kecepatan tumbuh yang berbeda, kecuali pada penyusutan radialnya. Selanjutnya, kerapatan dasar berkorelasi positif secara signifikan terhadap penyusutan radial dan tangensial serta kekuatan tekan sejajar dan tegak lurus serat. Hal ini menunjukkan bahwa kerapatan dasar merupakan indikatoryang bagus untuk mempredikasi sifat fisika dan mekanika kayu mangium. Effect of Growth Rate on Physical and Mechanical Properties of 4-year-old Acacia mangium Wood from Wonogiri, Central JavaAbstractIncreasing solid wood demand provides an opportunity to fast-growing wood species such as Acacia mangium as semi construction and construction materials. In general, the quality of wood is affected by growth characteristics such as radial growth rate. The study about effect of growth rate on the properties of mangium wood is limited in Indonesia. Therefore, this study aimed to determine the physical and mechanical properties of mangium wood at different growth rates. Furthermore, relationship between basic density and other properties was clarified. The nine mangium trees of 4-year-old used in this study were planted in Wonogiri Regency, Central Java. Basic density, shrinkage, T/R ratio, static bending strength (MOE and MOR), compressive strength parallel and perpendicular to grain were determined. The results were analyzed with one-way ANOVA. As a result, the physical and mechanical properties of the woods showed no significant difference in three different categories of growth rates, except for radial shrinkage. Furthermore, the basic density is positively significant correlated with radial and tangential shrinkage and also compressive strength parallel and perpendicular to grain. Based on these results, it is suggesting that basic density is a good indicator for predicting physical and mechanical properties of mangium wood.","PeriodicalId":31295,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Kehutanan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43234187","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Akurasi pendugaan simpanan karbon hutan rawa gambut dapat ditingkatkan melalui pengukuran masing-masing gudang/sumber karbon dan berbagai macam tipologi hutannya. Pengukuran tersebut berkaitan dengan besarnya kandungan dan fraksi simpanan karbon pada masing-masing gudang karbon. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kandungan dan potensi simpanan karbon pada masing-masing gudang karbon di tipologi gambut. Pengukuran simpanan karbon dilakukan pada lima gudang karbon yakni vegetasi (tingkat permudaan pohon), serasah, tumbuhan bawah, nekromasa dan tanah. Hasil penelitian menunjukkan kandungan karbon adalah 50% dari berat kering biomassa. Kandungan karbon tidak dipengaruhi oleh gudang karbon dan tipologi gambut. Pada tanah gambut, kedalaman gambut mempengaruhi besarnya kandungan karbon sehingga besarnya faktor konversi harus memperhatikan kedalaman masing-masing tipologi gambut. Potensi simpanan karbon terbesar pada tipologi hutan sekunder dengan kedalaman gambut antara 3-3,5 m sebesar 3.722,08 Mg/ha sedangkan potensi simpanan karbon terendah pada tipologi semak belukar dengan kedalaman gambut 3-3,5 m sebesar 2243,49 Mg/ha. Pada hutan gambut, gudang karbon tanah menyumbang >95% dari simpanan karbon total. Gudang karbon nekromasa memberikan sumbangan simpanan karbon terkecil. Fraksi simpanan karbon pada masing-masing gudang karbon berturut-turut adalah tanah> vegetasi> serasah> tumbuhan bawah> nekromasa.Carbon Stocks Potential of Peatland Forests Typologies in Central KalimantanAbstractAccuracy of carbon stocks estimation can be enhanced by measuring each carbon pools in various forest peatland typologies. The carbon stocks measurement is associated with the amount of contents and fractions of carbon stocks. The research objectives were to obtain the information of carbon contents and carbon stocks potentials in each carbon pool in the peat typologies. Carbon stocks measurement was conducted in five carbon pools which were: vegetation (tree stages), litter, understory, necromass, and soil. The results showed that the carbon contents reached more than 50% of its dry weight. The carbon contents were not affected by the carbon pools and peat typologies. In the soil carbon pools, peat depth affected the amount of carbon content so that the magnitude of the conversion factor should concentrate to the depth of each peat typology. The greatest potential of carbon stocks was found in the secondary forest (3,733.08 Mg/ha) with the peat depths between 3-3.5 m, while the lowest potential of carbon stocks found in the bush typology (2243.49 Mg/ha) with the peat depths between 3-3.5 m. In the peat typology, soil carbon stocks contributed more than 95% of total carbon stocks whereas necromass carbon stocks contributed the smallest amount of carbon. The fractions of carbon stocks in each carbon pools were soil> vegetation> litter> understorey> necromass, respectively.
{"title":"Potensi Simpanan Karbon pada Beberapa Tipologi Hutan Rawa Gambut di Kalimantan Tengah","authors":"M.Abdul Qirom, Tri Wira Yuwati, Purwanto Budi Santosa, Wawan Halwany, Dony Rachmanadi","doi":"10.22146/JIK.40150","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/JIK.40150","url":null,"abstract":"Akurasi pendugaan simpanan karbon hutan rawa gambut dapat ditingkatkan melalui pengukuran masing-masing gudang/sumber karbon dan berbagai macam tipologi hutannya. Pengukuran tersebut berkaitan dengan besarnya kandungan dan fraksi simpanan karbon pada masing-masing gudang karbon. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan kandungan dan potensi simpanan karbon pada masing-masing gudang karbon di tipologi gambut. Pengukuran simpanan karbon dilakukan pada lima gudang karbon yakni vegetasi (tingkat permudaan pohon), serasah, tumbuhan bawah, nekromasa dan tanah. Hasil penelitian menunjukkan kandungan karbon adalah 50% dari berat kering biomassa. Kandungan karbon tidak dipengaruhi oleh gudang karbon dan tipologi gambut. Pada tanah gambut, kedalaman gambut mempengaruhi besarnya kandungan karbon sehingga besarnya faktor konversi harus memperhatikan kedalaman masing-masing tipologi gambut. Potensi simpanan karbon terbesar pada tipologi hutan sekunder dengan kedalaman gambut antara 3-3,5 m sebesar 3.722,08 Mg/ha sedangkan potensi simpanan karbon terendah pada tipologi semak belukar dengan kedalaman gambut 3-3,5 m sebesar 2243,49 Mg/ha. Pada hutan gambut, gudang karbon tanah menyumbang >95% dari simpanan karbon total. Gudang karbon nekromasa memberikan sumbangan simpanan karbon terkecil. Fraksi simpanan karbon pada masing-masing gudang karbon berturut-turut adalah tanah> vegetasi> serasah> tumbuhan bawah> nekromasa.Carbon Stocks Potential of Peatland Forests Typologies in Central KalimantanAbstractAccuracy of carbon stocks estimation can be enhanced by measuring each carbon pools in various forest peatland typologies. The carbon stocks measurement is associated with the amount of contents and fractions of carbon stocks. The research objectives were to obtain the information of carbon contents and carbon stocks potentials in each carbon pool in the peat typologies. Carbon stocks measurement was conducted in five carbon pools which were: vegetation (tree stages), litter, understory, necromass, and soil. The results showed that the carbon contents reached more than 50% of its dry weight. The carbon contents were not affected by the carbon pools and peat typologies. In the soil carbon pools, peat depth affected the amount of carbon content so that the magnitude of the conversion factor should concentrate to the depth of each peat typology. The greatest potential of carbon stocks was found in the secondary forest (3,733.08 Mg/ha) with the peat depths between 3-3.5 m, while the lowest potential of carbon stocks found in the bush typology (2243.49 Mg/ha) with the peat depths between 3-3.5 m. In the peat typology, soil carbon stocks contributed more than 95% of total carbon stocks whereas necromass carbon stocks contributed the smallest amount of carbon. The fractions of carbon stocks in each carbon pools were soil> vegetation> litter> understorey> necromass, respectively.","PeriodicalId":31295,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Kehutanan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46773770","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Indeks PenulisIndeks SubjekDaftar Nama Mitra Bestari JIK Vol.9 tahun 2015Instruction to AuthorsInstruksi Untuk Para PenulisSampul Belakang
作者索引对象:Bestari JIK Vol
{"title":"Halaman Belakang","authors":"Jurnal Ilmu Kehutanan","doi":"10.22146/jik.10200","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jik.10200","url":null,"abstract":"Indeks PenulisIndeks SubjekDaftar Nama Mitra Bestari JIK Vol.9 tahun 2015Instruction to AuthorsInstruksi Untuk Para PenulisSampul Belakang","PeriodicalId":31295,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Kehutanan","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-03-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68343315","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tanaman talas (Colocasia esculenta L. Shott ) merupakan salah satu tanaman yang merupakan jenis tanaman pangan fungsional. Tanaman talas menurut Permenhut P.35/2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu termasuk dalam kelompok tanaman pati-patian. Berdasarkan pengetahuan lokal yang masyarakat miliki, agrofrestri talas telah diaplikasikan di lahan-lahan kering hutan rakyat. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi pertumbuhan dan produktivitas talas di bawah beberapa jenis tegakan hutan rakyat dengan sistem agroforestri. Penelitian dilakukan dengan metode survei dan obsevasi lapangan. Jenis agroforestri yang diteliti adalah agroforestri sengon+talas, jabon+talas, manglid+talas serta monokultur talas sebagai kontrol. Pengukuran pertumbuhan dan produksi dilakukan terhadap sampel tanaman talas. Pengukuran pertumbuhan meliputi pertumbuhan tinggi, jumlah daun,berat basah batang dan daun, berat kering batang dan daun. Parameter produktivitas talas adalah berat basah umbi dan berat kering umbi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis tegakan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawah talas dalam sistem agrofrestri. Jenis tegakan jabon memberikan hasil biomassa tanaman talas (366,57 g/tanaman) paling baik dibanding pada tegakan sengon (266,15 g/tanaman), manglid (175,64 g kg/tanaman) dan monokultur (182,98 g/tanaman). Intensitas cahaya di bawah tegakan jabon dalam sistem agroforestri adalah 41,17%. Jenis tegakan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawah talas dalam sistem agrofrestri. Jenis tegakan jabon memberikan hasil produksi berupa berat basah dan berat kering umbi talas (2.333,0 g/tanaman/ 884,3 g/tanaman) paling baik dibanding di bawah tegakan sengon (1.597,0 g/tanaman/ 535,7 g/tanaman), manglid (607,6 g/tanaman/ 213,6 g/tanaman) dan monokultur talas (739,4 g/tanaman/ 256,3 g/tanaman).Kata kunci: agroforestri, hutan rakyat, produktivitas, tegakan, talas hutan.Productivity of taro (Colocasia esculenta L. Shott) under three species stands using agroforestry system in community forest siteAbstractTaro (Colocasia esculenta L. Shott ) is a functional food plant. Based on Permenhut P.35/2007 with regard to Non Wood Forest Product, taro is categorized as a starch plant. According to the knowledge of local people, the agroforestry of taro has been applied on dry land of private forest. The objective of this research was to evaluate the growth and productivity of taro under three tree species of the private forest using agroforestry system. Survey and field observation were conducted in this research. Agroforestry systems were observed on sengon+taro, jabon+taro, manglid+taro, and monoculture of taro as a control. Growth and production of taro plants were measured, including height growth, number of leaves, wet and dry weight of leaves and stems. Wet and dry weight of tuber were recorded to calculate the taro production. Tree species showed significant effects on growth and production of taro plant in agroforestry
芋头是一种有用的作物。根据2007年P.35/ 30的声明,棕榈叶属非木材类植物。根据当地社区的知识,塔拉斯农业业已被应用于人民森林的干旱地区。这项研究的目的是在农业森林中对塔拉斯的生长和生产力进行评估。研究是通过调查和现场痴迷的方法进行的。农林复合科是由森松+塔拉斯、贾邦+塔拉斯、曼盖里+塔拉斯和塔拉斯单一文化所研究的。talas作物样本的生长和生产测量。生长测量包括高生长,叶子的数量,茎的湿重量和叶,茎和叶的干重量。芋头生产力参数是块茎的湿重和块茎干的重量。研究结果表明,丙烯酸菌株对农业复合结构下植物的生长和生产有着明显的影响。红塘菌属植物提供的是芋头属植物(266,57 g/植物)、锰属植物(175,64千克/植物)和单一栽培(182,98 g/植物)的生物质。农林复合技术下的光强度为41.17%。杀虫剂的种类对农业工业体系下植物的生长和生产有着明显的影响。jabon的三倍苯甲酸盐提供了最好的产品,即根茎的湿重和干重(2,333.0 g/植物/ 884.3 g/植物)、manglid(植物607,6 g/植物)和单栽培(739,4 g/植物)。关键词:农林业、民间森林、生产力、看卫、森林芋头。三种物种使用社区森林系统是一种功能食品植物。根据2007年1月35日的Permenhut, regard to Non Wood Product, taro categorized as a starch plant。根据当地人民的知识,芋头的农业被应用于私人森林的干旱土地上。这项研究的目标是研究通过农业系统在三棵私人森林中的树的生长和生产。调查和现场观察是这次研究的结果。农化系统观察了芋头+太郎、jabon+taro、manglid+taro以及美国控制芋头的专著。芋头的生长和生产包括生长的高度、树叶的编号、湿和干的树叶重量和茎。塔伯的湿和干的重量被记录到calculate产品的生产。树木物种在农业系统中对芋头的生长和生产产生了重大影响。芋头的最高生物群(366.57 g/plant)是在sengon (266.15 g/plant)、manglid (175.64 g/plant)和芋头(16.98 g/plant)之下发现的。农业系统中翡翠树下的光强度是41.17。塔伯尔的湿和干重量的最终生产是2.333 g/plant和884.3 g/plant
{"title":"Produktivitas Talas (Colocasia esculenta L. Shott) di Bawah Tiga Jenis Tegakan dengan Sistem Agroforestri di Lahan Hutan Rakyat","authors":"A. Sudomo, Aditya Hani","doi":"10.22146/JIK.10166","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/JIK.10166","url":null,"abstract":"Tanaman talas (Colocasia esculenta L. Shott ) merupakan salah satu tanaman yang merupakan jenis tanaman pangan fungsional. Tanaman talas menurut Permenhut P.35/2007 tentang Hasil Hutan Bukan Kayu termasuk dalam kelompok tanaman pati-patian. Berdasarkan pengetahuan lokal yang masyarakat miliki, agrofrestri talas telah diaplikasikan di lahan-lahan kering hutan rakyat. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi pertumbuhan dan produktivitas talas di bawah beberapa jenis tegakan hutan rakyat dengan sistem agroforestri. Penelitian dilakukan dengan metode survei dan obsevasi lapangan. Jenis agroforestri yang diteliti adalah agroforestri sengon+talas, jabon+talas, manglid+talas serta monokultur talas sebagai kontrol. Pengukuran pertumbuhan dan produksi dilakukan terhadap sampel tanaman talas. Pengukuran pertumbuhan meliputi pertumbuhan tinggi, jumlah daun,berat basah batang dan daun, berat kering batang dan daun. Parameter produktivitas talas adalah berat basah umbi dan berat kering umbi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jenis tegakan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawah talas dalam sistem agrofrestri. Jenis tegakan jabon memberikan hasil biomassa tanaman talas (366,57 g/tanaman) paling baik dibanding pada tegakan sengon (266,15 g/tanaman), manglid (175,64 g kg/tanaman) dan monokultur (182,98 g/tanaman). Intensitas cahaya di bawah tegakan jabon dalam sistem agroforestri adalah 41,17%. Jenis tegakan berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan produksi tanaman bawah talas dalam sistem agrofrestri. Jenis tegakan jabon memberikan hasil produksi berupa berat basah dan berat kering umbi talas (2.333,0 g/tanaman/ 884,3 g/tanaman) paling baik dibanding di bawah tegakan sengon (1.597,0 g/tanaman/ 535,7 g/tanaman), manglid (607,6 g/tanaman/ 213,6 g/tanaman) dan monokultur talas (739,4 g/tanaman/ 256,3 g/tanaman).Kata kunci: agroforestri, hutan rakyat, produktivitas, tegakan, talas hutan.Productivity of taro (Colocasia esculenta L. Shott) under three species stands using agroforestry system in community forest siteAbstractTaro (Colocasia esculenta L. Shott ) is a functional food plant. Based on Permenhut P.35/2007 with regard to Non Wood Forest Product, taro is categorized as a starch plant. According to the knowledge of local people, the agroforestry of taro has been applied on dry land of private forest. The objective of this research was to evaluate the growth and productivity of taro under three tree species of the private forest using agroforestry system. Survey and field observation were conducted in this research. Agroforestry systems were observed on sengon+taro, jabon+taro, manglid+taro, and monoculture of taro as a control. Growth and production of taro plants were measured, including height growth, number of leaves, wet and dry weight of leaves and stems. Wet and dry weight of tuber were recorded to calculate the taro production. Tree species showed significant effects on growth and production of taro plant in agroforestry ","PeriodicalId":31295,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Kehutanan","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-03-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68342942","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sri Nugroho Marsoem, Vendy Eko Prasetyo, Joko Sulistyo, S. Sudaryono, Ganis Lukmandaru
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi sifat fisika kayu dari pohon jati yang tumbuh di 3 tempat berbeda (Panggang, Playen, Nglipar) hutan rakyat di kabupaten Gunungkidul. Parameter yang diukur adalah kadar air segar (KAS), kerapatan dasar (KD), dan penyusutan linier maupun volumetrik. Sebanyak 3 pohon di tiap lokasi ditebang kemudian tiap pohon dibagi menjadi 3 potongan di posisi aksial yaitu pangkal, tengah, dan ujung. Tiap potongan tersebut kemudian dibagi 3 dalam posisi radial yaitu dekat hati, tengah, dan dekat kulit. Kisaran nilai KD dan KAS adalah 504-672 kg/cm3 dan 47-125%, secara berturutan. Hasil analisis keragaman menunjukkan sampel Playen bagian ujung cenderung memberikan nilai rerata KD lebih tinggi demikian juga bagian dekat kulit pada arah radial. Sampel Nglipar memberikan nilai kisaran KAS paling rendah (47-70%) sedangkan pada posisi radial nilai rerata tertinggi diamati di dekat hati (100,51%). Kisaran nilai penyusutan longitudinal, radial, dan tangensial adalah 0,39-0,88%; 2,75-3,93%; dan 4,30-6,68%, secara berturutan. Hasil analisis keragaman menunjukkan pengaruh faktor tempat tumbuh dimana sampel Nglipar memberikan nilai penyusutan longitudinal dan tangensial terendah. Nilai penyusutan total dalam kisaran 5,26-15,07%, sedangkan perbandingan penyusutan tangensial dan radial (rasio T/R) antara 1,38-2,13. Secara umum, kerapatan dasar yang diukur mempunyai nilai yang tidak jauh dengan nilai dari beberapa penelitian terhadap jati konvensional serta lebih tinggi dari beberapa jati unggul dari kultur jaringan pohon umur muda. Perlu diperhatikan adalah tingginya penyusutan dan ketidakstabilan dimensi yang diukur di beberapa sampel dalam eksperimen ini.Kata kunci: Tectona grandis, sifat fisika, kerapatan dasar, hutan rakyat, GunungkidulA study of teak wood quality from community forests in Gunungkidul III. Physical propertiesAbstractThe objective of this work is to explore the variation of physical properties of wood from teak trees grown in 3 different sites (Panggang, Playen, Nglipar) from community forests of Gunungkidul Regency. The measured parameters were green moisture content (GMC), basic density (BD), and linear as well as volumetric shrinkage. The three trees were collected at each site then were divided into three axial parts i.e. base, center, and top of the trees. Further, each axial part was divided into 3 radial positions i.e. near pith, middle, and near bark. The range of BD and GMC values were 504-672 kg/cm3 and 47-125%, consecutively. The result of analysis of variance showed that samples of Playen at the top parts tended to give higher average values of all physical properties measured as well as the samples at near bark of radial position. Samples from Nglipar exhibited the lowest range of GMC values (47-70%) whereas the highest values in the radial direction were observed in the near pith samples (100.51%). The range values of longitudinal, radial and tangential shrinkage were 0.39-0.88%; 2.75-3.93%; and
{"title":"Studi Mutu Kayu Jati di Hutan Rakyat Gunungkidul III. Sifat Fisika Kayu","authors":"Sri Nugroho Marsoem, Vendy Eko Prasetyo, Joko Sulistyo, S. Sudaryono, Ganis Lukmandaru","doi":"10.22146/jik.10162","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jik.10162","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi sifat fisika kayu dari pohon jati yang tumbuh di 3 tempat berbeda (Panggang, Playen, Nglipar) hutan rakyat di kabupaten Gunungkidul. Parameter yang diukur adalah kadar air segar (KAS), kerapatan dasar (KD), dan penyusutan linier maupun volumetrik. Sebanyak 3 pohon di tiap lokasi ditebang kemudian tiap pohon dibagi menjadi 3 potongan di posisi aksial yaitu pangkal, tengah, dan ujung. Tiap potongan tersebut kemudian dibagi 3 dalam posisi radial yaitu dekat hati, tengah, dan dekat kulit. Kisaran nilai KD dan KAS adalah 504-672 kg/cm3 dan 47-125%, secara berturutan. Hasil analisis keragaman menunjukkan sampel Playen bagian ujung cenderung memberikan nilai rerata KD lebih tinggi demikian juga bagian dekat kulit pada arah radial. Sampel Nglipar memberikan nilai kisaran KAS paling rendah (47-70%) sedangkan pada posisi radial nilai rerata tertinggi diamati di dekat hati (100,51%). Kisaran nilai penyusutan longitudinal, radial, dan tangensial adalah 0,39-0,88%; 2,75-3,93%; dan 4,30-6,68%, secara berturutan. Hasil analisis keragaman menunjukkan pengaruh faktor tempat tumbuh dimana sampel Nglipar memberikan nilai penyusutan longitudinal dan tangensial terendah. Nilai penyusutan total dalam kisaran 5,26-15,07%, sedangkan perbandingan penyusutan tangensial dan radial (rasio T/R) antara 1,38-2,13. Secara umum, kerapatan dasar yang diukur mempunyai nilai yang tidak jauh dengan nilai dari beberapa penelitian terhadap jati konvensional serta lebih tinggi dari beberapa jati unggul dari kultur jaringan pohon umur muda. Perlu diperhatikan adalah tingginya penyusutan dan ketidakstabilan dimensi yang diukur di beberapa sampel dalam eksperimen ini.Kata kunci: Tectona grandis, sifat fisika, kerapatan dasar, hutan rakyat, GunungkidulA study of teak wood quality from community forests in Gunungkidul III. Physical propertiesAbstractThe objective of this work is to explore the variation of physical properties of wood from teak trees grown in 3 different sites (Panggang, Playen, Nglipar) from community forests of Gunungkidul Regency. The measured parameters were green moisture content (GMC), basic density (BD), and linear as well as volumetric shrinkage. The three trees were collected at each site then were divided into three axial parts i.e. base, center, and top of the trees. Further, each axial part was divided into 3 radial positions i.e. near pith, middle, and near bark. The range of BD and GMC values were 504-672 kg/cm3 and 47-125%, consecutively. The result of analysis of variance showed that samples of Playen at the top parts tended to give higher average values of all physical properties measured as well as the samples at near bark of radial position. Samples from Nglipar exhibited the lowest range of GMC values (47-70%) whereas the highest values in the radial direction were observed in the near pith samples (100.51%). The range values of longitudinal, radial and tangential shrinkage were 0.39-0.88%; 2.75-3.93%; and","PeriodicalId":31295,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Kehutanan","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-03-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68342801","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Salah satu strategi dalam upaya rehabilitasi hutan lindung adalah pemilihan jenis Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang tepat. Selain sesuai dengan lokasi yang akan direhabilitasi, jenis HHBK yang dipilih juga harus mempunyai potensi manfaat secara ekologi sehingga fungsi pokok hutan lindung terjaga. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis pemilihan jenis-jenis HHBK potensial dalam rangka rehabilitasi hutan lindung dengan mengambil studi kasus di hutan lindung KPHL Rinjani Barat, Nusa Tenggara Barat. Penelitian terdiri dari tiga tahap yaitu persiapan (pengumpulan data pendukung dan desk study), pengamatan lapangan (biofisik dan sistem perakaran jenis HHBK), dan analisis data (kesesuaian jenis, nilai Indeks Jangkar Akar dan Indeks Cengkeram Akar). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemilihan jenis HHBK potensial dapat didasarkan pada tingkat kesesuaian jenis di kawasan yang akan direhabilitasi dan potensi sistem perakarannya dalam mencegah longsor dan erosi. Berdasarkan hasil yang diperoleh jenis HHBK yang potensial dikembangkan dalam kerangka rehabilitasi hutan lindung di KPHL Rinjani Barat adalah jenis HHBK penghasil buah seperti durian, mangga, manggis, sukun, alpukat, sawo, dan kemiri. Jenis HHBK sebagai sumber bahan bakar nabati yaitu nyamplung dan penghasil minyak atsiri yaitu kayu putih. Beberapa faktor pembatas yang perlu diperhatikan dalam pengembangan jenis potensial tersebut adalah kemiringan lereng yang curam, tanah dengan tekstur didominasi fraksi pasir dan rendahnya unsur hara, serta iklim berupa bulan kering yang cukup panjang. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak faktor pembatas ini adalah penerapan teknik konservasi tanah air, pemanfaatan pupuk organik, dan pemanfaatan mikoriza.Kata kunci: HHBK, hutan lindung, rehabilitasi, sistem perakaran, Rinjani Barat Selection of Non-Timber Forest Products species for protected forest rehabilitation (Case study in protected forest of Rinjani Barat Forest Management Unit, West Nusa Tenggara ProvinceAbstractOne of the strategies in protected forest rehabilitation is selecting proper Non-Timber Forest Products (NTFPs) species. The selected NTFPs species should have an ecological function to maintain the sustainability of protected forest services. The research aimed to conduct an analysis of NTFPs selection in protected forest rehabilitation framework. The study was located in Rinjani Barat Forest Management Unit (FMU), West Nusa Tenggara Province. The research consisted of three steps, which were preparation (collecting supported data and desk study), field observation (biophysics and root characteristics of NTFPs), and data analysis (species suitability, Index Root Anchoring, and Index Root Binding). The result of the research showed that selection of NTFPs potentials could be based on suitability level in rehabilitation site and roots system prospects, especially in landslide and erosion control. The selected NTFPs species, which were suitable for protected forest rehabi
森林恢复工作的一个策略是选择合适的木材而不是木材。除了适应将被重新定位的地点外,选定的bt类型还必须具有生态效益,以维持森林保护区的基本功能。本研究的目的是分析可能的森林修复的几种困难困难的bt。研究包括三个阶段的准备(支持数据收集和desk研究)、实地观察(HHBK类型的生物物理和建立系统)和数据分析(种类一致、根锚值索引和根抓控索引)。研究表明,可能的HHBK类型的选择可以基于区域内的类型一致性程度以及其防止雪崩和侵蚀的潜在构建系统。根据获得的结果,在KPHL Rinjani west的森林保护框架内可能发展出的HHBK类型是榴莲、芒果、山毛榉、面包果、鳄梨、莎草和榛子等水果来源的HHBK类型。几种HHBK作为植物燃料的来源:nyamplung和它的桉树油在这一潜在类型的发展中需要注意的一些限制因素是陡峭的坡度,土壤的纹理决定了沙子的成分和低营养,以及干燥的月亮的气候。为了减少限制因素的影响,可以采取的措施包括使用土壤保护技术、有机肥料使用和菌根疗法。关键词:HHBK森林公园、康复系统生根,西方林贾尼Selection of Non-Timber森林产品为保护森林发布攻击性物种(Case study in保护了森林林贾尼西部的森林管理单位,韦斯特Nusa Tenggara ProvinceAbstractOne发布攻击性策略》保护了森林的物种是安全Non-Timber selecting,森林产品(NTFPs)。受保护的物种应该有一个生态功能来维持保护森林服务。该研究允许对受保护的森林康复框架进行分析。这项研究所在于西努萨省西森林管理部门。研究包括三种不同的步骤,即收集数据支持和desk研究、现场观测、数据分析(物种支持、根跟踪和根结合)。研究表明,潜在潜在的NTFPs选择可以建立在康复地点和根系统勘探的水平上,特别是土地和破坏控制。受保护的物种,是保护你们西部地区的森林康复的理由,是水果物种,如Durio zibethinus, Mangifera indica, Garcinia mangostana, Arthocarpus altilis, americana, Achras zapota和Aleuritas moluccana;生物燃料物种以及类似梅拉克鲁瓦隆的基本石油物种。在保护森林康复的物种中有一些不相关的因素,包括流水线、流水线、低拖车营养和水路的长度。这些复合材料可以通过实现有机fertilizer和mychorriza的生产技术加以最小化。
{"title":"Pemilihan Jenis Hasil Hutan Bukan Kayu Potensial dalam Rangka Rehabilitasi Hutan Lindung (Studi Kasus Kawasan Hutan Lindung KPHL Rinjani Barat, Nusa Tenggara Barat)","authors":"Ogi Setiawan, Krisnawati Krisnawati","doi":"10.22146/JIK.10165","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/JIK.10165","url":null,"abstract":"Salah satu strategi dalam upaya rehabilitasi hutan lindung adalah pemilihan jenis Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) yang tepat. Selain sesuai dengan lokasi yang akan direhabilitasi, jenis HHBK yang dipilih juga harus mempunyai potensi manfaat secara ekologi sehingga fungsi pokok hutan lindung terjaga. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan analisis pemilihan jenis-jenis HHBK potensial dalam rangka rehabilitasi hutan lindung dengan mengambil studi kasus di hutan lindung KPHL Rinjani Barat, Nusa Tenggara Barat. Penelitian terdiri dari tiga tahap yaitu persiapan (pengumpulan data pendukung dan desk study), pengamatan lapangan (biofisik dan sistem perakaran jenis HHBK), dan analisis data (kesesuaian jenis, nilai Indeks Jangkar Akar dan Indeks Cengkeram Akar). Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemilihan jenis HHBK potensial dapat didasarkan pada tingkat kesesuaian jenis di kawasan yang akan direhabilitasi dan potensi sistem perakarannya dalam mencegah longsor dan erosi. Berdasarkan hasil yang diperoleh jenis HHBK yang potensial dikembangkan dalam kerangka rehabilitasi hutan lindung di KPHL Rinjani Barat adalah jenis HHBK penghasil buah seperti durian, mangga, manggis, sukun, alpukat, sawo, dan kemiri. Jenis HHBK sebagai sumber bahan bakar nabati yaitu nyamplung dan penghasil minyak atsiri yaitu kayu putih. Beberapa faktor pembatas yang perlu diperhatikan dalam pengembangan jenis potensial tersebut adalah kemiringan lereng yang curam, tanah dengan tekstur didominasi fraksi pasir dan rendahnya unsur hara, serta iklim berupa bulan kering yang cukup panjang. Upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi dampak faktor pembatas ini adalah penerapan teknik konservasi tanah air, pemanfaatan pupuk organik, dan pemanfaatan mikoriza.Kata kunci: HHBK, hutan lindung, rehabilitasi, sistem perakaran, Rinjani Barat Selection of Non-Timber Forest Products species for protected forest rehabilitation (Case study in protected forest of Rinjani Barat Forest Management Unit, West Nusa Tenggara ProvinceAbstractOne of the strategies in protected forest rehabilitation is selecting proper Non-Timber Forest Products (NTFPs) species. The selected NTFPs species should have an ecological function to maintain the sustainability of protected forest services. The research aimed to conduct an analysis of NTFPs selection in protected forest rehabilitation framework. The study was located in Rinjani Barat Forest Management Unit (FMU), West Nusa Tenggara Province. The research consisted of three steps, which were preparation (collecting supported data and desk study), field observation (biophysics and root characteristics of NTFPs), and data analysis (species suitability, Index Root Anchoring, and Index Root Binding). The result of the research showed that selection of NTFPs potentials could be based on suitability level in rehabilitation site and roots system prospects, especially in landslide and erosion control. The selected NTFPs species, which were suitable for protected forest rehabi","PeriodicalId":31295,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Kehutanan","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-03-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68342875","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Seresah di lantai hutan memegang peranan penting dalam menjaga produktivitas dan kelestarian hutan selain dapat mengendalikan erosi, mempengaruhi daur hidrologi dan unsur hara juga berfungsi sebagai penyimpan karbon. Kandungan unsur hara dalam seresah/daun sangat dipengaruhi oleh: spesies, genetik, bahan induk, tanah, dan iklim. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan unsur-unsur hara C, N, P, K, Ca, Mg, Na, Fe, Mn, dan Cu dalam seresah daun jati yang baru jatuh pada beberapa tapak. Sampel seresah (daun) diambil dari tanaman jati berumur 10 tahun, dari klon-klon unggul yang berasal dari tapak yang berbeda di Jawa. Analisis C dilakukan dengan metode Walkley dan Black dan N dengan metode Kjeldahl. Analisis P, K, Ca, Mg, Na, Fe, Mn, dan Cu dilakukan dengan mengekstrak sampel dengan campuran asam keras (HClO4 + HNO3), P terekstrak diukur dengan spektrofotometer sedangkan unsur logam dengan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS).Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan C tidak jauh berbeda berkisar 46,49-52,32%, sedangkan kandungan N dan P agak berbeda dengan nilai 0,52-1,28% dan 0,04-0,14%, sedangkan kandungan K, Ca, dan Mg agak berbeda secara berturutan mempunyai nilai 0,06-0,52%, 1,69-2,64% dan 0,10-0,45%, sedangkan Na hampir tidak berbeda berkisar antara 0,018-0,025%. Kandungan Fe dan Mn mempunyai perbedaan yang cukup besar berkisar antara 185-898 ppm dan 63-202 ppm, sedangkan Cu dan Zn tidak banyak berbeda berkisar antara 54-126 ppm dan 32-58 ppm. Hubungan antara kadar unsur yang bersifat mobile (C, N, dan P) pada seresah dan tanah tidak menunjukkan tren yang nyata, sebaliknya unsur yang bersifat immobile (K, Ca, Mg, dan Na) selalu konsisten antara kadar unsur hara di seresah dengan kadar unsur hara di tanah.Kata kunci: : jati, seresah daun, unsur hara, tapak, JawaNutrients content from new fallen leaves of teak from different sitesAbstractLitter on forest floor plays a very important role to maintain forest productivity and sustainability. The litter can control soil erosion, hydrology and nutrient cycles and has a function as carbon storage. The nutrients content in the leaf litter is affected by species, genetic, parent material, soil and climate. The objective of this research was to investigate the nutrient content of C, N, P, K, Ca, Mg, Na, Fe, Mn, and Cu in the litter from different sites. The newly fallen leaves samples were taken from the clonal teak plantation at ten years old, which planted at seven different sites in Java. The carbon (C) analysis was done with Walkley and Black and N with Kjeldahl method. Meanwhile for total P, K, Ca, Mg, Na, Fe, Mn, and Cu, the samples were extracted with mixture between HClO4 and HNO3, extracted P was measured with spectrophotometer and the metals of K, Ca, Mg, Na, Fe, Mn, and Cu were measured with Atomic Absorption Spectroscopy (AAS). The result showed that carbon content was not much different, valued 46.49-52.32%, and N and P had a little bit different value 0.52-1.28% and 0.04-0.14
{"title":"Kandungan Unsur Hara dalam Daun Jati yang Baru Jatuh pada Tapak yang Berbeda","authors":"Haryono Supriyono, Daryono Prehaten","doi":"10.22146/JIK.10169","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/JIK.10169","url":null,"abstract":"Seresah di lantai hutan memegang peranan penting dalam menjaga produktivitas dan kelestarian hutan selain dapat mengendalikan erosi, mempengaruhi daur hidrologi dan unsur hara juga berfungsi sebagai penyimpan karbon. Kandungan unsur hara dalam seresah/daun sangat dipengaruhi oleh: spesies, genetik, bahan induk, tanah, dan iklim. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan unsur-unsur hara C, N, P, K, Ca, Mg, Na, Fe, Mn, dan Cu dalam seresah daun jati yang baru jatuh pada beberapa tapak. Sampel seresah (daun) diambil dari tanaman jati berumur 10 tahun, dari klon-klon unggul yang berasal dari tapak yang berbeda di Jawa. Analisis C dilakukan dengan metode Walkley dan Black dan N dengan metode Kjeldahl. Analisis P, K, Ca, Mg, Na, Fe, Mn, dan Cu dilakukan dengan mengekstrak sampel dengan campuran asam keras (HClO4 + HNO3), P terekstrak diukur dengan spektrofotometer sedangkan unsur logam dengan Atomic Absorption Spectroscopy (AAS).Hasil penelitian menunjukkan bahwa kandungan C tidak jauh berbeda berkisar 46,49-52,32%, sedangkan kandungan N dan P agak berbeda dengan nilai 0,52-1,28% dan 0,04-0,14%, sedangkan kandungan K, Ca, dan Mg agak berbeda secara berturutan mempunyai nilai 0,06-0,52%, 1,69-2,64% dan 0,10-0,45%, sedangkan Na hampir tidak berbeda berkisar antara 0,018-0,025%. Kandungan Fe dan Mn mempunyai perbedaan yang cukup besar berkisar antara 185-898 ppm dan 63-202 ppm, sedangkan Cu dan Zn tidak banyak berbeda berkisar antara 54-126 ppm dan 32-58 ppm. Hubungan antara kadar unsur yang bersifat mobile (C, N, dan P) pada seresah dan tanah tidak menunjukkan tren yang nyata, sebaliknya unsur yang bersifat immobile (K, Ca, Mg, dan Na) selalu konsisten antara kadar unsur hara di seresah dengan kadar unsur hara di tanah.Kata kunci: : jati, seresah daun, unsur hara, tapak, JawaNutrients content from new fallen leaves of teak from different sitesAbstractLitter on forest floor plays a very important role to maintain forest productivity and sustainability. The litter can control soil erosion, hydrology and nutrient cycles and has a function as carbon storage. The nutrients content in the leaf litter is affected by species, genetic, parent material, soil and climate. The objective of this research was to investigate the nutrient content of C, N, P, K, Ca, Mg, Na, Fe, Mn, and Cu in the litter from different sites. The newly fallen leaves samples were taken from the clonal teak plantation at ten years old, which planted at seven different sites in Java. The carbon (C) analysis was done with Walkley and Black and N with Kjeldahl method. Meanwhile for total P, K, Ca, Mg, Na, Fe, Mn, and Cu, the samples were extracted with mixture between HClO4 and HNO3, extracted P was measured with spectrophotometer and the metals of K, Ca, Mg, Na, Fe, Mn, and Cu were measured with Atomic Absorption Spectroscopy (AAS). The result showed that carbon content was not much different, valued 46.49-52.32%, and N and P had a little bit different value 0.52-1.28% and 0.04-0.14","PeriodicalId":31295,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Kehutanan","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-03-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68343014","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Perlakuan panas dikenal sebagai metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan stabilitas dimensi dan menurunkan higroskopisitas. Di sisi lain, perlakuan panas dapat membuat warna kayu menjadi lebih gelap, penurunan sifat mekanika kayu, dan sifat wetabilitas kayu. Oleh karena itu, penelitian mengenai perlakuan panas pada kondisi yang optimum sangat menarik untuk dilakukan agar menghasilkan kayu dengan kualitas yang lebih baik. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh interaksi suhu dan metode perlakuan panas terhadap sifat fisika dan kualitas finishing kayu mahoni. Contoh uji perlakuan dibuat dari kayu mahoni yang berasal dari industri penggergajian kayu rakyat. Penelitian ini menggunakan 2 metode perlakuan panas yaitu metode oven dan penguapan (steaming) pada variasi suhu 90°C, 120°C, dan 150°C selama 2 jam waktu efektif. Pengujian sifat fisika diuji berdasarkan standar ASTM, yang meliputi : kadar air seimbang, perubahan dimensi, perubahan warna, dan wetabilitas. Pengujian finishing meliputi cross cut test, uji delaminasi, dan uji kekilapan (glossy test). Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara suhu dan metode perlakuan panas berpengaruh sangat nyata terhadap perubahan warna, serta berpengaruh nyata terhadap penyusutan radial, cross cut test, dan uji delaminasi. Metode oven menghasilkan contoh uji dengan kadar air dan pengembangan radial yang lebih rendah, warna yang lebih terang, serta uji delaminasi yang lebih baik dibandingkan dengan metode penguapan.Kata kunci: perlakuan panas, metode oven, metode penguapan, suhu, finishing Effect of temperature and heat treatment on physical properties and finishing quality of mahagony woodAbstractHeat treatment is well known as a method for increasing dimensional stability and reducing hygroscopicity of wood. However, heat tratment can cause the color of wood become darker and reduce the wettability, as well as its mechanical properties. Therefore, the optimum condition of heat treatment is essential to be studied to obtain the high quality of properties treated wood. This research focused on investigating the heating temperature and treatment method on physical properties and finishing quality of mahagony wood. Two treatment methods, i.e. oven method and steaming method, were used in this research. The heating temperatures were set at 90°C, 120°C, and 150°C. The effective heating time was 2 h. The wood physical properties were tested according to ASTM standards and wood finishing quality were tested for its cross cut, delamination, and glossy test. The results showed that interaction between treatment method and heating temperature affected significantly on the change in color, radial shrinkage, cross cut test, and delamination test. Oven method resulted in reducing moisture content and radial shrinkage, light color, and better quality of wood, compared to steaming method.
{"title":"Pengaruh Suhu dan Metode Perlakuan Panas terhadap Sifat Fisika dan Kualitas Finishing Kayu Mahoni","authors":"Ragil Widyorini, Khusnul Khotimah, T. A. Prayitno","doi":"10.22146/jik.10160","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jik.10160","url":null,"abstract":"Perlakuan panas dikenal sebagai metode yang dapat digunakan untuk meningkatkan stabilitas dimensi dan menurunkan higroskopisitas. Di sisi lain, perlakuan panas dapat membuat warna kayu menjadi lebih gelap, penurunan sifat mekanika kayu, dan sifat wetabilitas kayu. Oleh karena itu, penelitian mengenai perlakuan panas pada kondisi yang optimum sangat menarik untuk dilakukan agar menghasilkan kayu dengan kualitas yang lebih baik. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh interaksi suhu dan metode perlakuan panas terhadap sifat fisika dan kualitas finishing kayu mahoni. Contoh uji perlakuan dibuat dari kayu mahoni yang berasal dari industri penggergajian kayu rakyat. Penelitian ini menggunakan 2 metode perlakuan panas yaitu metode oven dan penguapan (steaming) pada variasi suhu 90°C, 120°C, dan 150°C selama 2 jam waktu efektif. Pengujian sifat fisika diuji berdasarkan standar ASTM, yang meliputi : kadar air seimbang, perubahan dimensi, perubahan warna, dan wetabilitas. Pengujian finishing meliputi cross cut test, uji delaminasi, dan uji kekilapan (glossy test). Hasil penelitian menunjukkan bahwa interaksi antara suhu dan metode perlakuan panas berpengaruh sangat nyata terhadap perubahan warna, serta berpengaruh nyata terhadap penyusutan radial, cross cut test, dan uji delaminasi. Metode oven menghasilkan contoh uji dengan kadar air dan pengembangan radial yang lebih rendah, warna yang lebih terang, serta uji delaminasi yang lebih baik dibandingkan dengan metode penguapan.Kata kunci: perlakuan panas, metode oven, metode penguapan, suhu, finishing Effect of temperature and heat treatment on physical properties and finishing quality of mahagony woodAbstractHeat treatment is well known as a method for increasing dimensional stability and reducing hygroscopicity of wood. However, heat tratment can cause the color of wood become darker and reduce the wettability, as well as its mechanical properties. Therefore, the optimum condition of heat treatment is essential to be studied to obtain the high quality of properties treated wood. This research focused on investigating the heating temperature and treatment method on physical properties and finishing quality of mahagony wood. Two treatment methods, i.e. oven method and steaming method, were used in this research. The heating temperatures were set at 90°C, 120°C, and 150°C. The effective heating time was 2 h. The wood physical properties were tested according to ASTM standards and wood finishing quality were tested for its cross cut, delamination, and glossy test. The results showed that interaction between treatment method and heating temperature affected significantly on the change in color, radial shrinkage, cross cut test, and delamination test. Oven method resulted in reducing moisture content and radial shrinkage, light color, and better quality of wood, compared to steaming method. ","PeriodicalId":31295,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Kehutanan","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-03-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68342788","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dalam berbagai program pembangunan kehutanan yang mengutamakan fungsi lingkungan, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat lokal diharapkan dapat mewujudkan kelestarian hutan. Salah satu program pembangunan kehutanan adalah Hutan Kemasyarakatan (HKm). Kajian ini bertujuan untuk mengetahui peranan HHBK dalam pembangunan HKm yang dilakukan di Perbukitan Menoreh dengan kasus di Desa Hargorejo, Kokap, Kulon Progo. Data dikumpulkan pada bulan Januari hingga Juni 2013 melalui wawancara secara mendalam terhadap 10 informan dan penyebaran kuesioner terhadap 35 orang anggota kelompok tani yang memiliki lahan garapan di HKm. Jenis tanaman kayu yang dominan dikembangkan adalah tanaman jati, mahoni, dan akasia. Sementara tanaman HHBK yang ditanam adalah tanaman buah (pisang, nangka), tanaman pangan (singkong, jagung, kedelai, kacang tanah), serta tanaman herbal (jahe, kunyit, temulawak). Pengelolaan HKm dilakukan secara swadaya dengan didampingi Yayasan DAMAR. Selain kondisi lingkungan menjadi hijau dan sejuk (66% responden menyatakan lingkungan desa menjadi lebih hijau dan sejuk), debit air bertambah (76% responden menyatakan persediaan air banyak), dampak positif pengelolaan HKm di Desa Hargorejo adalah juga memberikan kontribusi ekonomi pada rumah tangga petani (terjadi pengurangan prosentasi kondisi ekonomi petani kurang baik dari 80% menjadi 52% setelah adanya akses HKm).Kata kunci: HHBK, hutan kemasyarakatan, Menoreh, program pengembangan, manfaat hutanThe roles of Non Timber Forest Products in the development of community forestry in Menoreh Hills (A case of Hargorejo Village, Kokap, Kulon Progo Regency, YogyakartaAbstractDevelopment of Non-Timber Forest Products (NTFPs) in various forestry development program that promotes the function of environmental, social, economic, and culture of local communities is expected to create sustainability. One of the forestry development programs are Community Forest (HKm). This study aimed to determine the role of NTFPs in community forest development which was done in Menoreh Hills in Hargorejo’s Village, Kokap, Kulon Progo’s Regency. Data were collected in January until June 2013 with in-depth interviews to 10 informers and by questioners to 35 members of the group of farmers who had arable land in HKm. The dominant type of timber plants were teak, mahogany, and acacia. Further, the NTFPs plants grown were fruit crops (banana, jackfruit), food crops (cassava, corn, soybeans, peanuts), and herbs (ginger, turmeric, temulawak). The management of HKm was conducted independently by DAMAR fondation. In addition to the condition of being green and cool environment (66% of respondents said the village environment becomes greener and cooler), increased water discharge (76% of respondents expressed a lot of water supplies), the positive impact of community forest management in Hargorejo’s Village was also the contribution to the household economy of farmers (a reduction in the perce
森林结果而不是木材(HHBK)发展到以环境、社会、经济和当地文化功能为重点的森林发展计划,预计将实现森林的可持续发展。林业建设计划之一是社区森林(HKm)。这项研究的目的是确定HHBK在Menoreh山坡上与Hargorejo、Kokap、Kulon Progo等案件的作用。2013年1月至6月,通过对10名告密者的深入采访和对35名拥有HKm耕地的农民成员的调查问卷的展开,收集了数据。主要的木材品种是柚木、桃花心木和金合欢。而种植的HHBK植物有水果(香蕉、菠萝蜜)、作物(木薯、玉米、大豆、花生)和草药(姜、姜黄、temulawak)。HKm的管理是在DAMAR基础的陪同下进行的。除了环境变得绿色和凉爽(66%的受访者指出村庄环境变得更绿,水变凉爽),借记卡(76%的受访者指出很多),积极影响供水管理村里HKm Hargorejo也是发生在农民家庭经济贡献(prosentasi削减80%的农民经济条件不好是52%后访问HKm)的存在。关键词:HHBK森林社区、划伤,开发计划署hutanThe受益非木材森林产品的roles in the development of社区forestry在无花果树山(A case of Hargorejo村,库伦描述性文本丽晶Kokap YogyakartaAbstractDevelopment Non-Timber森林产品(NTFPs)在不同的功能》那个promotes forestry开发项目环境,社会、经济和文化的local communities一点是为了创造可持续发展。森林开发项目之一是社区森林。这项研究是为了确定在哈戈莱霍村的门诺莱丘、科卡普、普罗戈的荣景中所做的社区森林开发的NTFPs的role。数据于2013年1月至6月接受10个线人的采访,询问35名在HKm地区拥有阿拉伯土地的农民。timber植物的主要类型是teak、桃花心木和相思。在更远的地方,NTFPs plants种植的是水果串、食品串、玉米、大豆、花生和腌料。卫生组织的管理是由基础设施赞助的。在加法,to the condition of身为绿和酷环境(66% of respondents说《村绿的环境变成了和冷却器),increased水出院(76% of respondents expressed很多water supply),《Hargorejo积极影响的社区森林管理的村是contribution to the一名士兵economy》也会减少农民(a percentage of少好经济条件》在《访问HKm)之后的农民从80%到52%。
{"title":"Peranan Hasil Hutan Bukan Kayu dalam Pembangunan Hutan Kemasyarakatan di Perbukitan Menoreh (Kasus di Desa Hargorejo, Kokap, Kulonprogo, D.I.Yogyakarta)","authors":"Maria Palmolina","doi":"10.22146/jik.10170","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jik.10170","url":null,"abstract":"Pengembangan Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dalam berbagai program pembangunan kehutanan yang mengutamakan fungsi lingkungan, sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat lokal diharapkan dapat mewujudkan kelestarian hutan. Salah satu program pembangunan kehutanan adalah Hutan Kemasyarakatan (HKm). Kajian ini bertujuan untuk mengetahui peranan HHBK dalam pembangunan HKm yang dilakukan di Perbukitan Menoreh dengan kasus di Desa Hargorejo, Kokap, Kulon Progo. Data dikumpulkan pada bulan Januari hingga Juni 2013 melalui wawancara secara mendalam terhadap 10 informan dan penyebaran kuesioner terhadap 35 orang anggota kelompok tani yang memiliki lahan garapan di HKm. Jenis tanaman kayu yang dominan dikembangkan adalah tanaman jati, mahoni, dan akasia. Sementara tanaman HHBK yang ditanam adalah tanaman buah (pisang, nangka), tanaman pangan (singkong, jagung, kedelai, kacang tanah), serta tanaman herbal (jahe, kunyit, temulawak). Pengelolaan HKm dilakukan secara swadaya dengan didampingi Yayasan DAMAR. Selain kondisi lingkungan menjadi hijau dan sejuk (66% responden menyatakan lingkungan desa menjadi lebih hijau dan sejuk), debit air bertambah (76% responden menyatakan persediaan air banyak), dampak positif pengelolaan HKm di Desa Hargorejo adalah juga memberikan kontribusi ekonomi pada rumah tangga petani (terjadi pengurangan prosentasi kondisi ekonomi petani kurang baik dari 80% menjadi 52% setelah adanya akses HKm).Kata kunci: HHBK, hutan kemasyarakatan, Menoreh, program pengembangan, manfaat hutanThe roles of Non Timber Forest Products in the development of community forestry in Menoreh Hills (A case of Hargorejo Village, Kokap, Kulon Progo Regency, YogyakartaAbstractDevelopment of Non-Timber Forest Products (NTFPs) in various forestry development program that promotes the function of environmental, social, economic, and culture of local communities is expected to create sustainability. One of the forestry development programs are Community Forest (HKm). This study aimed to determine the role of NTFPs in community forest development which was done in Menoreh Hills in Hargorejo’s Village, Kokap, Kulon Progo’s Regency. Data were collected in January until June 2013 with in-depth interviews to 10 informers and by questioners to 35 members of the group of farmers who had arable land in HKm. The dominant type of timber plants were teak, mahogany, and acacia. Further, the NTFPs plants grown were fruit crops (banana, jackfruit), food crops (cassava, corn, soybeans, peanuts), and herbs (ginger, turmeric, temulawak). The management of HKm was conducted independently by DAMAR fondation. In addition to the condition of being green and cool environment (66% of respondents said the village environment becomes greener and cooler), increased water discharge (76% of respondents expressed a lot of water supplies), the positive impact of community forest management in Hargorejo’s Village was also the contribution to the household economy of farmers (a reduction in the perce","PeriodicalId":31295,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Kehutanan","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2016-03-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68343304","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sri Nugroho Marsoem, Vendy Eko Prasetyo, Joko Sulistyo, Ganis Lukmandaru
Pohon dengan tegangan pertumbuhan yang tinggi dikhawatirkan akan mudah mengalami cacat seperti pecah, retak, dan pelengkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi nilai tegangan pertumbuhan pohon jati yang tumbuh di tiga tempat hutan rakyat Gunungkidul. Nilai pelepasan regangan juga dibahas dari hubungannya dengan kecepatan tumbuh dan berat jenis. Pelepasan regangan pada arah longitudinal dan tangensial ditentukan melalui metode strain-gauge. Nilai pelepasan regangan di permukaan batang berkisar antara -130,5 sampai -999,5 µå sedangkan nilai pelepasan regangan tangensial antara -103 to 1411,5 µå. Beberapa nilai pelepasan regangan longitudinal yang cukup tinggi mengindikasikan adanya kayu tarik. Selanjutnya, variasi dalam pohon untuk tegangan pertumbuhan menunjukkan tidak ada kecenderungan tertentu. Perbedaan nyata diamati dimana sampel dari Nglipar memberikan nilai paling tinggi (-628,25 + -223,73 µå). Meskipun demikian, tidak ada hubungan nyata yang diukur antara nilai pelepasan regangan dihubungkan dengan laju pertumbuhan dan berat jenis. Penyebaran nilai tegangan sisa internal dalam arah radial bervariasi diantara pohon satu dengan lainnya dimana beberapa sampel menunjukkan adanya perbedaan nilai pelepasan regangan yang drastis. Untuk itu, perlu dilakukan usaha untuk mengurangi perbedaan yang mencolok di nilai pelepasan regangan dari pusat ke permukaan batang untuk mencegah cacat yang berkaitan dengan tegangan pertumbuhan.Katakunci: Tectona grandis, tegangan pertumbuhan, pelepasan regangan, sifat kayu, GunungkidulA study of teak wood quality from community forests in Gunungkidul II. Growth-stress measurementAbstractTrees containing large growth stresses, leads to significant losses due to split, checked and also warped. The variation of growth-stress in teak trees grown in the three community forest sites of Gunungkidul regency was observed. The released strain levels were also discussed in relation to the growth-rate and specific gravity. The strains released in the longitudinal and tangential directions were measured by the strain-gauge method. The values of longitudinal released strain at the periphery of the stem were ranged from -130.5 to -999.5 µå whereas tangential released strain were from -103 to 1411.5 µå. Some high values of longitudinal released strain indicated the presence of tension wood. Further, intra-tree variation of growth stress showed no particular tendencies among the samples. There were significant differences in the longitudinal strain as samples from Nglipar site showed the highest amounts (-628.25 + -223.73 µå). However, no significant correlation was found between the values of released strains with the growth-rate and specific gravity. The radial distributions of internal residual-stress were varied among the individuals which some trees exhibited steeper released strain gradients. Thus, it is important to reduce the gradient from pith to periphery of released-strain patterns to prevent the defect rel
{"title":"Studi Mutu Kayu Jati di Hutan Rakyat Gunungkidul II. Pengukuran Tegangan Pertumbuhan","authors":"Sri Nugroho Marsoem, Vendy Eko Prasetyo, Joko Sulistyo, Ganis Lukmandaru","doi":"10.22146/jik.8547","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jik.8547","url":null,"abstract":"Pohon dengan tegangan pertumbuhan yang tinggi dikhawatirkan akan mudah mengalami cacat seperti pecah, retak, dan pelengkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui variasi nilai tegangan pertumbuhan pohon jati yang tumbuh di tiga tempat hutan rakyat Gunungkidul. Nilai pelepasan regangan juga dibahas dari hubungannya dengan kecepatan tumbuh dan berat jenis. Pelepasan regangan pada arah longitudinal dan tangensial ditentukan melalui metode strain-gauge. Nilai pelepasan regangan di permukaan batang berkisar antara -130,5 sampai -999,5 µå sedangkan nilai pelepasan regangan tangensial antara -103 to 1411,5 µå. Beberapa nilai pelepasan regangan longitudinal yang cukup tinggi mengindikasikan adanya kayu tarik. Selanjutnya, variasi dalam pohon untuk tegangan pertumbuhan menunjukkan tidak ada kecenderungan tertentu. Perbedaan nyata diamati dimana sampel dari Nglipar memberikan nilai paling tinggi (-628,25 + -223,73 µå). Meskipun demikian, tidak ada hubungan nyata yang diukur antara nilai pelepasan regangan dihubungkan dengan laju pertumbuhan dan berat jenis. Penyebaran nilai tegangan sisa internal dalam arah radial bervariasi diantara pohon satu dengan lainnya dimana beberapa sampel menunjukkan adanya perbedaan nilai pelepasan regangan yang drastis. Untuk itu, perlu dilakukan usaha untuk mengurangi perbedaan yang mencolok di nilai pelepasan regangan dari pusat ke permukaan batang untuk mencegah cacat yang berkaitan dengan tegangan pertumbuhan.Katakunci: Tectona grandis, tegangan pertumbuhan, pelepasan regangan, sifat kayu, GunungkidulA study of teak wood quality from community forests in Gunungkidul II. Growth-stress measurementAbstractTrees containing large growth stresses, leads to significant losses due to split, checked and also warped. The variation of growth-stress in teak trees grown in the three community forest sites of Gunungkidul regency was observed. The released strain levels were also discussed in relation to the growth-rate and specific gravity. The strains released in the longitudinal and tangential directions were measured by the strain-gauge method. The values of longitudinal released strain at the periphery of the stem were ranged from -130.5 to -999.5 µå whereas tangential released strain were from -103 to 1411.5 µå. Some high values of longitudinal released strain indicated the presence of tension wood. Further, intra-tree variation of growth stress showed no particular tendencies among the samples. There were significant differences in the longitudinal strain as samples from Nglipar site showed the highest amounts (-628.25 + -223.73 µå). However, no significant correlation was found between the values of released strains with the growth-rate and specific gravity. The radial distributions of internal residual-stress were varied among the individuals which some trees exhibited steeper released strain gradients. Thus, it is important to reduce the gradient from pith to periphery of released-strain patterns to prevent the defect rel","PeriodicalId":31295,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Kehutanan","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2015-12-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68344281","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}