Pub Date : 2022-07-07DOI: 10.24114/konseling.v20i1.19443
J. Nuraini, U. Hasanah, N. A. Mashabi, Mirdat Silitonga
Salah satu keberhasilan yang diharapkan dimiliki dari seorang mahasiswa adalah kesiapan terhadap persiapan karir. Yaitu untuk dapat memasuki dunia kerja yang sesuai dengan keahlian dan minatnya. Beragamnya pilihan dalam dunia pekerjaan membuat mahasiswa mengalami kebingungan dalam memilih dan memutuskan jenjang karir yang akan digelutinya. Dalam proses pemilihan karir, keluarga terutama orangtua memiliki peran penting dalam menyalurkan aspirasi karir terhadap anak dengan memberikan dukungan dan informasi pengalam atau pengetahuan yang dimiliki orangtua. Penelitian ini dibuat untuk memperoleh pengetahuan tentang pengaruh dukungan aspirasi karir dari orangtua sebagai guru terhadap motivasi belajar mata kuliah kependidikan. Penelitian dilaksanakan di Prodi Pendidikan Vokasional Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta. Metode pendekatan yang digunakan adalah kuisioner dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengambilan data menggunakan proportionate random sampling dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 148 responden. Hasil uji regresi dengan taraf signifikan 0,05 Fhitung (88,65) > Ftabel (3,91), nilai signifikan 0,05 dengan thitung (9,42) > ttabel (1,655). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variable dukungan aspirasi karir dari keluarga terhadap variabel motivasi belajar mata kuliah kependidikan mahasiswa Pendidikan Vokasional Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta. Berdasarkan hasil pengujian koefisien determinan diperoleh hasil 37,78% yang dapat disimpulkan bahwa variable dukungan aspirasi karir dari keluarga memberikan sumbangan efektif terhadap motivasi belajar mata kuliah kependidikan dan 62,22% dipengaruhi oleh faktor lain.
{"title":"PENGARUH DUKUNGAN ASPIRASI KARIR SEBAGAI GURU DARI KELUARGA TERHADAP MOTIVASI BELAJAR MATA KULIAH KEPENDIDIKAN","authors":"J. Nuraini, U. Hasanah, N. A. Mashabi, Mirdat Silitonga","doi":"10.24114/konseling.v20i1.19443","DOIUrl":"https://doi.org/10.24114/konseling.v20i1.19443","url":null,"abstract":"Salah satu keberhasilan yang diharapkan dimiliki dari seorang mahasiswa adalah kesiapan terhadap persiapan karir. Yaitu untuk dapat memasuki dunia kerja yang sesuai dengan keahlian dan minatnya. Beragamnya pilihan dalam dunia pekerjaan membuat mahasiswa mengalami kebingungan dalam memilih dan memutuskan jenjang karir yang akan digelutinya. Dalam proses pemilihan karir, keluarga terutama orangtua memiliki peran penting dalam menyalurkan aspirasi karir terhadap anak dengan memberikan dukungan dan informasi pengalam atau pengetahuan yang dimiliki orangtua. Penelitian ini dibuat untuk memperoleh pengetahuan tentang pengaruh dukungan aspirasi karir dari orangtua sebagai guru terhadap motivasi belajar mata kuliah kependidikan. Penelitian dilaksanakan di Prodi Pendidikan Vokasional Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta. Metode pendekatan yang digunakan adalah kuisioner dengan pendekatan kuantitatif. Teknik pengambilan data menggunakan proportionate random sampling dengan jumlah sampel penelitian sebanyak 148 responden. Hasil uji regresi dengan taraf signifikan 0,05 Fhitung (88,65) > Ftabel (3,91), nilai signifikan 0,05 dengan thitung (9,42) > ttabel (1,655). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara variable dukungan aspirasi karir dari keluarga terhadap variabel motivasi belajar mata kuliah kependidikan mahasiswa Pendidikan Vokasional Kesejahteraan Keluarga Fakultas Teknik Universitas Negeri Jakarta. Berdasarkan hasil pengujian koefisien determinan diperoleh hasil 37,78% yang dapat disimpulkan bahwa variable dukungan aspirasi karir dari keluarga memberikan sumbangan efektif terhadap motivasi belajar mata kuliah kependidikan dan 62,22% dipengaruhi oleh faktor lain. ","PeriodicalId":31376,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Pendidikan dan Konseling","volume":"81 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88012977","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-07DOI: 10.24114/konseling.v20i1.34199
Stevan Marcellino Purnama
Emotional intelligence is an ability needed in the daily life to confront various situation and condition, especially for both secular and christian musicians which have demand and pressure in living their life phases. Some researches find that most people who deals with the music direclty, either playing or listening to it, have good emotional intelligence. Yet, it does not certify that all secular and christian musicians have good emotional and vice versa. This research is done to know the emotional intelligence differences between secular musicians and christian musicians in Salatiga. The emotional intelligence is measured using emotional intelligence scale according to Goleman (2003) which is developed by Perwitasari (2015). The sample is collected using purposive sampling technique. The subject of the research consists of 36 secular musicians and 37 christian musicians in Salatiga. The data analysis is done by hypothesis test using Independent Sample T-Test which is processed with the help of SPSS 25.0 version. According to the hypothesis test using Independent Sample T-Test shows that the significance value is p = 0,200 (p > 0.05) which means there is not any emotional intelligence differences between secular musicians and christian musicians in Salatiga.
{"title":"PERBEDAAN KECERDASAN EMOSI PADA MUSISI SEKULER DAN MUSISI GEREJA DI KOTA SALATIGA","authors":"Stevan Marcellino Purnama","doi":"10.24114/konseling.v20i1.34199","DOIUrl":"https://doi.org/10.24114/konseling.v20i1.34199","url":null,"abstract":"Emotional intelligence is an ability needed in the daily life to confront various situation and condition, especially for both secular and christian musicians which have demand and pressure in living their life phases. Some researches find that most people who deals with the music direclty, either playing or listening to it, have good emotional intelligence. Yet, it does not certify that all secular and christian musicians have good emotional and vice versa. This research is done to know the emotional intelligence differences between secular musicians and christian musicians in Salatiga. The emotional intelligence is measured using emotional intelligence scale according to Goleman (2003) which is developed by Perwitasari (2015). The sample is collected using purposive sampling technique. The subject of the research consists of 36 secular musicians and 37 christian musicians in Salatiga. The data analysis is done by hypothesis test using Independent Sample T-Test which is processed with the help of SPSS 25.0 version. According to the hypothesis test using Independent Sample T-Test shows that the significance value is p = 0,200 (p > 0.05) which means there is not any emotional intelligence differences between secular musicians and christian musicians in Salatiga.","PeriodicalId":31376,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Pendidikan dan Konseling","volume":"25 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80202878","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-30DOI: 10.24114/konseling.v20i1.36766
Putu Ayu Ratih Pradnyanawati, Desira Swandi Indah Ni Luh
Siswa selama mengikuti proses belajar di sekolah mempunyai kewajiban untuk menyelesaikan tugas akademik dengan tepat waktu, namun masih sering dijumpai siswa lyang melakukan prokrastinasi akademik yang berdampak pada penurunan prestasi akademik. Prokrastinasi akademik yaitu kecenderungan keterlambatan untuk mengawali maupun mengakhiri tugas yang berkaitan dengan bidang akademik. Beberapa hal dapat berperan terhadap prokrastinasi akademik siswa antara lain kecenderungan kecanduan gawai dan self-regulated learning. Tujuan penelitian yaitu mengetahui peran kecenderungan kecanduan gawai dan self-regulated learning terhadap prokrastinasi akademikl siswa SMAN X di Kabupaten Badung yang diambill dengan teknik simple random sampling. Penelitian inii menggunakan metode lkuantitatif. Subjek penelitian sebanyak 273 siswa SMAN X di Kabupaten Badung. Alat ukur pada penelitian menggunakan Skala Prokrastinasi Akademik, Skalai Kecenderungan Kecanduan Gawai, dan Skala Self-Regulated Learning. Tekniki analisisl data memakai regresi berganda. Uji regresi berganda membuktikan bahwa nilaii koefisieni regresi sebesari 0,185 dan nilaii signifikansii sebesari 0,009 (p<0,05). Nilai koefisien beta terstandarisasi pada variabel kecenderungan kecanduan gawai sebesar 0,134 dan pada variabel self-regulated learning sebesar -0,125. Hasil dari analisis data menyatakan kecenderungan kecanduan gawai dan self-regulated learning secara bersama-samai berperanl terhadap prokrastinasi akademik siswa SMAN X di Kabupaten Badung.
{"title":"Peran Kecenderungan Kecanduan Gawai dan Self-Regulated Learning terhadap Prokrastinasi Akademik Siswa SMAN X di Kabupaten Badung","authors":"Putu Ayu Ratih Pradnyanawati, Desira Swandi Indah Ni Luh","doi":"10.24114/konseling.v20i1.36766","DOIUrl":"https://doi.org/10.24114/konseling.v20i1.36766","url":null,"abstract":"Siswa selama mengikuti proses belajar di sekolah mempunyai kewajiban untuk menyelesaikan tugas akademik dengan tepat waktu, namun masih sering dijumpai siswa lyang melakukan prokrastinasi akademik yang berdampak pada penurunan prestasi akademik. Prokrastinasi akademik yaitu kecenderungan keterlambatan untuk mengawali maupun mengakhiri tugas yang berkaitan dengan bidang akademik. Beberapa hal dapat berperan terhadap prokrastinasi akademik siswa antara lain kecenderungan kecanduan gawai dan self-regulated learning. Tujuan penelitian yaitu mengetahui peran kecenderungan kecanduan gawai dan self-regulated learning terhadap prokrastinasi akademikl siswa SMAN X di Kabupaten Badung yang diambill dengan teknik simple random sampling. Penelitian inii menggunakan metode lkuantitatif. Subjek penelitian sebanyak 273 siswa SMAN X di Kabupaten Badung. Alat ukur pada penelitian menggunakan Skala Prokrastinasi Akademik, Skalai Kecenderungan Kecanduan Gawai, dan Skala Self-Regulated Learning. Tekniki analisisl data memakai regresi berganda. Uji regresi berganda membuktikan bahwa nilaii koefisieni regresi sebesari 0,185 dan nilaii signifikansii sebesari 0,009 (p<0,05). Nilai koefisien beta terstandarisasi pada variabel kecenderungan kecanduan gawai sebesar 0,134 dan pada variabel self-regulated learning sebesar -0,125. Hasil dari analisis data menyatakan kecenderungan kecanduan gawai dan self-regulated learning secara bersama-samai berperanl terhadap prokrastinasi akademik siswa SMAN X di Kabupaten Badung.","PeriodicalId":31376,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Pendidikan dan Konseling","volume":"26 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84797818","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-30DOI: 10.24114/konseling.v20i1.36541
C. Margareth
Keberhasilan proses produksi akan ditentukan oleh kemampuan seorang pemimpin seksi/regu dalam menjalankan tugasnya. Salah satu aspek yang dapat mempengaruhi keterikatan kerja dari pemimpin adalah Sumberdaya pribadi (personal resources) yang merupakan bentuk evaluasi diri positif yang dihubungkan dengan resiliensi dan merujuk kepada perasaan individu terhadap kemampuannya untuk mengontrol dan memberikan dampak terhadap situasi disekitarnya. Salah satu konsep yang dapat digunakan untuk menggambarkan aspek sumberdaya pribadi adalah modal psikologis (Psychological Capital/ PsyCap). Hasil observasi dan wawancara di PT. XXX menunjukkan bahwa peneliti mengindikasikan bahwa para pemimpin seksi/ regu cenderung kurang memiliki modal psikologis dalam melaksanakan perannya sebagai pemimpin. Berdasarkan hasil analisa kebutuhan yang telah dilakukan, maka peneliti akan mengadakan pelatihan tentang modal psikologis untuk meningkatkan keterikatan kerja pada pemimpin seksi/regu, dengan mengacu kepada 4 aspek/dimensi modal psikologis menurut Luthan, Youssef-Morgan, dan Avolio (2014). Berdasarkan hasil pelatitan didapatkan hasil bahwa skor pengetahuan karyawan meningkat namun kemampuan penerapan dan sikap belum mencerminkan aspek modal psikologi yang dilatihkan. Maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan yang diberikan kepada peserta belum efektif untuk meningkatkan keterikatan kerja melalui modal psikologis.
{"title":"Pelatihan Modal Psikologis untuk Meningkatkan Keterikatan Kerja pada Superintendent & Team Leader PT. XXX","authors":"C. Margareth","doi":"10.24114/konseling.v20i1.36541","DOIUrl":"https://doi.org/10.24114/konseling.v20i1.36541","url":null,"abstract":"Keberhasilan proses produksi akan ditentukan oleh kemampuan seorang pemimpin seksi/regu dalam menjalankan tugasnya. Salah satu aspek yang dapat mempengaruhi keterikatan kerja dari pemimpin adalah Sumberdaya pribadi (personal resources) yang merupakan bentuk evaluasi diri positif yang dihubungkan dengan resiliensi dan merujuk kepada perasaan individu terhadap kemampuannya untuk mengontrol dan memberikan dampak terhadap situasi disekitarnya. Salah satu konsep yang dapat digunakan untuk menggambarkan aspek sumberdaya pribadi adalah modal psikologis (Psychological Capital/ PsyCap). Hasil observasi dan wawancara di PT. XXX menunjukkan bahwa peneliti mengindikasikan bahwa para pemimpin seksi/ regu cenderung kurang memiliki modal psikologis dalam melaksanakan perannya sebagai pemimpin. Berdasarkan hasil analisa kebutuhan yang telah dilakukan, maka peneliti akan mengadakan pelatihan tentang modal psikologis untuk meningkatkan keterikatan kerja pada pemimpin seksi/regu, dengan mengacu kepada 4 aspek/dimensi modal psikologis menurut Luthan, Youssef-Morgan, dan Avolio (2014). Berdasarkan hasil pelatitan didapatkan hasil bahwa skor pengetahuan karyawan meningkat namun kemampuan penerapan dan sikap belum mencerminkan aspek modal psikologi yang dilatihkan. Maka dapat disimpulkan bahwa pelatihan yang diberikan kepada peserta belum efektif untuk meningkatkan keterikatan kerja melalui modal psikologis.","PeriodicalId":31376,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Pendidikan dan Konseling","volume":"32 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90814152","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-30DOI: 10.24114/konseling.v20i1.24867
Ni Putu Dhita Maharani Moniex, N. M. A. Wilani
ABSTRAK Grieving atau berduka merupakan keadaan yang menyebabkan perempuan mengemban status sebagai single mother atau perempuan balu. Perempuan balu merupakan istilah di Bali yang ditujukan kepada perempuan yang menjadi single mother karena kematian pasangan. Menjadi perempuan balu tidak jarang memicu konflik dalam kehidupan karena dalam masa grieving perempuan balu harus mengemban peran ayah di samping tiga perannya yaitu peran domestik, peran produktif, dan peran sosial, serta harus menjalankan awig-awig perempuan balu yang terdapat dalam lingkungan masyarakat. Penambahan peran serta adanya awig-awig membuat kehidupannya semakin tertekan. Keadaan yang tertekan dapat menyebabkan tidak seimbangnya kehidupan individu yang dapat memengaruhi Subjective Well-Being (SWB) individu. SWB merupakan evaluasi kehidupan individu berdasarkan komponen kognitif dan komponen afeksi terhadap kehidupannya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif dan unit analisis individual. Penggalian data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara dan catatan lapangan. Responden dari penelitian ini adalah lima orang perempuan balu dalam masa grieving, memiliki anak laki-laki, bekerja, serta tinggal bersama keluarga suami. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa SWB dari kelima responden menurun setelah kematian suami. Hal ini dilihat dari persepsi perempuan balu pasca kematian suami, permasalahan yang muncul pasca kematian suami serta guncangan emosional pasca kematian suami.
{"title":"SUBJECTIVE WELL-BEING (SWB) PADA PEREMPUAN BALI YANG BERSTATUS PEREMPUAN BALU DALAM MASA GRIEVING (SUATU STUDI FENOMENOLOGI DESKRIPTIF)","authors":"Ni Putu Dhita Maharani Moniex, N. M. A. Wilani","doi":"10.24114/konseling.v20i1.24867","DOIUrl":"https://doi.org/10.24114/konseling.v20i1.24867","url":null,"abstract":"ABSTRAK Grieving atau berduka merupakan keadaan yang menyebabkan perempuan mengemban status sebagai single mother atau perempuan balu. Perempuan balu merupakan istilah di Bali yang ditujukan kepada perempuan yang menjadi single mother karena kematian pasangan. Menjadi perempuan balu tidak jarang memicu konflik dalam kehidupan karena dalam masa grieving perempuan balu harus mengemban peran ayah di samping tiga perannya yaitu peran domestik, peran produktif, dan peran sosial, serta harus menjalankan awig-awig perempuan balu yang terdapat dalam lingkungan masyarakat. Penambahan peran serta adanya awig-awig membuat kehidupannya semakin tertekan. Keadaan yang tertekan dapat menyebabkan tidak seimbangnya kehidupan individu yang dapat memengaruhi Subjective Well-Being (SWB) individu. SWB merupakan evaluasi kehidupan individu berdasarkan komponen kognitif dan komponen afeksi terhadap kehidupannya. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologi deskriptif dan unit analisis individual. Penggalian data dalam penelitian ini menggunakan teknik wawancara dan catatan lapangan. Responden dari penelitian ini adalah lima orang perempuan balu dalam masa grieving, memiliki anak laki-laki, bekerja, serta tinggal bersama keluarga suami. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa SWB dari kelima responden menurun setelah kematian suami. Hal ini dilihat dari persepsi perempuan balu pasca kematian suami, permasalahan yang muncul pasca kematian suami serta guncangan emosional pasca kematian suami. ","PeriodicalId":31376,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Pendidikan dan Konseling","volume":"19 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82889586","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-30DOI: 10.24114/konseling.v20i1.37757
Muhammad Faturrahmansyah, Luh Kadek Pande Ary Susilawati
Kematangan karier merupakan suatu bentuk keberhasilan yang didapatkan indvidu ketika dapat menyelesaikan tugas perkembangan karier yang khas pada tiap fase perkembangan. Kematangan karier dapat dipengaruhi oleh faktor internal yaitu efikasi diri dan faktor eksternal yaitu dukungan sosial. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui peran efikasi diri dan dukungan sosial terhadap kematangan karier siswa SMA kelas XII di Denpasar. Subjek dari penelitian ini adalah siswa SMA kelas XII di Denpasar sebanyak 120 siswa yang dipilih melalui multi-stage cluster sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kematangan karier, skala efikasi diri, dan skala dukungan sosial. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda. Hasil uji regresi berganda menunjukkan koefisien regresi sebesar 0,637 dan koefisien determinasi sebesar 0,406 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) dan nilai koefisien beta terstandarisasi pada variabel efikasi diri sebesar 0,552 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) dan dukungan sosial sebesar 0,189 dengan signifikansi sebesar 0,013 (p<0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa efikasi diri dan dukungan sosial secara bersama-sama berperan meningkatkan kematangan karier pada siswa SMA kelas XII di Denpasar.
{"title":"Peran Efikasi Diri dan Dukungan Sosial Terhadap Kematangan Karier Siswa SMA Kelas XII di Denpasar","authors":"Muhammad Faturrahmansyah, Luh Kadek Pande Ary Susilawati","doi":"10.24114/konseling.v20i1.37757","DOIUrl":"https://doi.org/10.24114/konseling.v20i1.37757","url":null,"abstract":"Kematangan karier merupakan suatu bentuk keberhasilan yang didapatkan indvidu ketika dapat menyelesaikan tugas perkembangan karier yang khas pada tiap fase perkembangan. Kematangan karier dapat dipengaruhi oleh faktor internal yaitu efikasi diri dan faktor eksternal yaitu dukungan sosial. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif yang bertujuan untuk mengetahui peran efikasi diri dan dukungan sosial terhadap kematangan karier siswa SMA kelas XII di Denpasar. Subjek dari penelitian ini adalah siswa SMA kelas XII di Denpasar sebanyak 120 siswa yang dipilih melalui multi-stage cluster sampling. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kematangan karier, skala efikasi diri, dan skala dukungan sosial. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi berganda. Hasil uji regresi berganda menunjukkan koefisien regresi sebesar 0,637 dan koefisien determinasi sebesar 0,406 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) dan nilai koefisien beta terstandarisasi pada variabel efikasi diri sebesar 0,552 dengan signifikansi sebesar 0,000 (p<0,05) dan dukungan sosial sebesar 0,189 dengan signifikansi sebesar 0,013 (p<0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa efikasi diri dan dukungan sosial secara bersama-sama berperan meningkatkan kematangan karier pada siswa SMA kelas XII di Denpasar.","PeriodicalId":31376,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Pendidikan dan Konseling","volume":"53 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"72914065","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-30DOI: 10.24114/konseling.v20i1.24803
M. Z. Permana, Fellia Lesthari
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendalami bagaimana penghayatan gambaran cita-cita serta tujuan hidup pada emerging adulthood. Metode penelitian yang ditetapkan, yakni pada metode kualitatif bersifat induktif. Teknik analisis data yang dilakukan dengan menggunakan teknik analisis tematik melalui tiga tahap, yakni initial code, axial code, dan selective code dengan prinsip keabsahan kredibilitas dan peneliti juga melakukan intercoder analysis. Hasil penelitian ditemukan para partisipan dengan goals yang diinginkan, kondisi saat ini, dan proses yang dilakukan. Lalu ditemukan tema terkait keinginan yang berkaitan dalam hal berkeluarga, meningkatkan finansial, dalam hal pendidikan, dalam hal perubahan sikap, dalam hal perasaan, serta cita-cita yang tidak berhubungan dengan bidang psikologi.
{"title":"“Mengapa Hidup yang Abstrak Membuat Cita-Cita Lebih Abstrak” (Gambaran Cita-Cita Mahasiswa di Fakultas Psikologi UNJANI)","authors":"M. Z. Permana, Fellia Lesthari","doi":"10.24114/konseling.v20i1.24803","DOIUrl":"https://doi.org/10.24114/konseling.v20i1.24803","url":null,"abstract":"Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendalami bagaimana penghayatan gambaran cita-cita serta tujuan hidup pada emerging adulthood. Metode penelitian yang ditetapkan, yakni pada metode kualitatif bersifat induktif. Teknik analisis data yang dilakukan dengan menggunakan teknik analisis tematik melalui tiga tahap, yakni initial code, axial code, dan selective code dengan prinsip keabsahan kredibilitas dan peneliti juga melakukan intercoder analysis. Hasil penelitian ditemukan para partisipan dengan goals yang diinginkan, kondisi saat ini, dan proses yang dilakukan. Lalu ditemukan tema terkait keinginan yang berkaitan dalam hal berkeluarga, meningkatkan finansial, dalam hal pendidikan, dalam hal perubahan sikap, dalam hal perasaan, serta cita-cita yang tidak berhubungan dengan bidang psikologi.","PeriodicalId":31376,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Pendidikan dan Konseling","volume":"19 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82857134","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Bullying diketahui sebagai fenomena yang biasa terjadi di lingkungan sekolah. Terdapat berbagai bentuk bullying seperti bullying secara langsung, bullying relasional, dan cyberbullying. Bullying dapat menimbulkan dampak negatif baik pada fisik, psikologis, relasional, dan akademik. Dampak negatif tersebut bahkan dapat bertahan dalam jangka panjang sampai individu memasuki perguruan tinggi, dan menimbulkan masalah pada penyesuaian diri dengan kehidupan kampus, proses akademik, serta meninggalkan perkuliahan. Namun pada beberapa kasus, perjuangan menghadapi bullying dapat menimbulkan pertumbuhan positif pada individu, yang disebut dengan posttraumatic growth. Tujuan penelitian yaitu mengetahui dan menggali lebih dalam tentang makna pengalaman bullying dan bagaimana proses pencapaian posttraumatic growth pada mahasiswa penyintas bullying. Informan penelitian terdiri dari tiga mahasiswa yang merupakan dari Bali, dengan usia 18-21 tahun dan pernah mengalami bullying semasa sekolah. Metode penelitian ini yaitu kualitatif dengan desain descriptive phenomenological analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna bullying bagi mahasiswa penyintas bullying memiliki dua sisi berbeda, yaitu bullying sebagai hal yang negatif dan bullying sebagai hal yang membawa hikmah positif. Proses yang dilalui untuk mencapai posttraumatic growth yaitu mengalami guncangan psikologis, pemaknaan bullying, transformasi diri, dan kemunculan posttraumatic growth. Posttraumatic growth yang muncul pada mahasiswa penyintas bullying di Bali juga erat kaitannya dengan budaya Bali.
{"title":"Kajian Fenomenologi Tentang Makna Bullying Dan Pencapaian Posttraumatic Growth Pada Mahasiswa Penyintas Bullying Di Bali","authors":"Cokorde Istri Dian Laksmi Dewi, Luh Kadek Pande Ary Susilawati","doi":"10.24114/konseling.v20i1.36767","DOIUrl":"https://doi.org/10.24114/konseling.v20i1.36767","url":null,"abstract":"Bullying diketahui sebagai fenomena yang biasa terjadi di lingkungan sekolah. Terdapat berbagai bentuk bullying seperti bullying secara langsung, bullying relasional, dan cyberbullying. Bullying dapat menimbulkan dampak negatif baik pada fisik, psikologis, relasional, dan akademik. Dampak negatif tersebut bahkan dapat bertahan dalam jangka panjang sampai individu memasuki perguruan tinggi, dan menimbulkan masalah pada penyesuaian diri dengan kehidupan kampus, proses akademik, serta meninggalkan perkuliahan. Namun pada beberapa kasus, perjuangan menghadapi bullying dapat menimbulkan pertumbuhan positif pada individu, yang disebut dengan posttraumatic growth. Tujuan penelitian yaitu mengetahui dan menggali lebih dalam tentang makna pengalaman bullying dan bagaimana proses pencapaian posttraumatic growth pada mahasiswa penyintas bullying. Informan penelitian terdiri dari tiga mahasiswa yang merupakan dari Bali, dengan usia 18-21 tahun dan pernah mengalami bullying semasa sekolah. Metode penelitian ini yaitu kualitatif dengan desain descriptive phenomenological analysis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa makna bullying bagi mahasiswa penyintas bullying memiliki dua sisi berbeda, yaitu bullying sebagai hal yang negatif dan bullying sebagai hal yang membawa hikmah positif. Proses yang dilalui untuk mencapai posttraumatic growth yaitu mengalami guncangan psikologis, pemaknaan bullying, transformasi diri, dan kemunculan posttraumatic growth. Posttraumatic growth yang muncul pada mahasiswa penyintas bullying di Bali juga erat kaitannya dengan budaya Bali.","PeriodicalId":31376,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Pendidikan dan Konseling","volume":"494 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"76703970","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-31DOI: 10.24114/konseling.v19i2.30715
Dany Stefanus Rungkat, Rudangta Arianti
Organisasi yang sukses memerlukan karyawan yang akan melakukan tugas mereka melebihi pekerjaan yang telah ditetapkan dan diharapkan. Pemimpin transformasional akan mengubah perilaku para bawahannya agar dapat mengubah cara kerja menjadi lebih baik dengan memotivasi para bawahannya. Perilaku - perilaku yang dihasilkan ini dapat memunculkan sikap organizational citizenship behavior. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara kepemimpinan transformasional dengan organizational citizenship behavior pada perawat di RS ‘’X’’ Manado. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif korelasional. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik sampling insidental, dengan jumlah sampel 65 perawat. Alat ukur yang digunakan adalah Skala Organizational Citizenship Behavior punya Organ yang dikembangkan oleh Podsakoff, dkk dan Skala Kepemimpinan Transformasional oleh Bass & Avolio yang dimodifikasi oleh penulis. Hasil koefisien korelasi antara kepemimpinan transformasional dengan OCB sebesar 0,832, dan nilai signifikansi 0,000 (p < 0,05) yang berarti bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan transformasional dengan OCB. Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan peneliti diterima
{"title":"HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN TRANSFORMASIONAL DENGAN ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR PADA PERAWAT","authors":"Dany Stefanus Rungkat, Rudangta Arianti","doi":"10.24114/konseling.v19i2.30715","DOIUrl":"https://doi.org/10.24114/konseling.v19i2.30715","url":null,"abstract":"Organisasi yang sukses memerlukan karyawan yang akan melakukan tugas mereka melebihi pekerjaan yang telah ditetapkan dan diharapkan. Pemimpin transformasional akan mengubah perilaku para bawahannya agar dapat mengubah cara kerja menjadi lebih baik dengan memotivasi para bawahannya. Perilaku - perilaku yang dihasilkan ini dapat memunculkan sikap organizational citizenship behavior. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui hubungan antara kepemimpinan transformasional dengan organizational citizenship behavior pada perawat di RS ‘’X’’ Manado. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif korelasional. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah teknik sampling insidental, dengan jumlah sampel 65 perawat. Alat ukur yang digunakan adalah Skala Organizational Citizenship Behavior punya Organ yang dikembangkan oleh Podsakoff, dkk dan Skala Kepemimpinan Transformasional oleh Bass & Avolio yang dimodifikasi oleh penulis. Hasil koefisien korelasi antara kepemimpinan transformasional dengan OCB sebesar 0,832, dan nilai signifikansi 0,000 (p < 0,05) yang berarti bahwa ada hubungan yang positif dan signifikan antara kepemimpinan transformasional dengan OCB. Hal tersebut menunjukkan bahwa hipotesis yang diajukan peneliti diterima","PeriodicalId":31376,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Pendidikan dan Konseling","volume":"191 ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"72430365","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-12-31DOI: 10.24114/konseling.v19i2.30714
Sepdi Putera Anugerahnu, Rudangta Arianti
Psychological well-being dan engagement learning merupakan beberapa hal yang perlu diperhatikan guna meningkatka sistem pendidikan yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara psychological well-being dengan engagement learning pada mahasiswa. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW yang merupakan mahasiswa aktif dan tidak dalam status cuti kuliah, mulai dari angkatan 2016 sampai angkatan 2019. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive quota sampling dengan partisipan sebanyak 91 mahasiswa. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada Skala psychological well-being disusun menurut Carol Ryff (1989) yang bernama psychological well-being scale (PWBS) dan untuk engagement learning diukur menggunakan skala Engaged Learning Index (ELI) yang disusun berdasarkan penelitian Schreiner & Louis (2006). Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara PWB dengan engagement learning (r= 0498; p < 0,05), hal ini menujukan bahwa semakin tinggi psychological well-being pada mahasiswa maka semakin tinggi pula engagement learning pada mahasiswa tersebut, begitu pula sebaliknya. Dengan hasil tambahan bahwa PWB memiliki kontribusi sebesar 24,8% terhadap engagement learning.
{"title":"HUBUNGAN ANTARA PSYCHOLOGICAL WELL-BEING DENGAN ENGAGEMENT LEARNING PADA MAHASISWA","authors":"Sepdi Putera Anugerahnu, Rudangta Arianti","doi":"10.24114/konseling.v19i2.30714","DOIUrl":"https://doi.org/10.24114/konseling.v19i2.30714","url":null,"abstract":"Psychological well-being dan engagement learning merupakan beberapa hal yang perlu diperhatikan guna meningkatka sistem pendidikan yang lebih baik. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti hubungan antara psychological well-being dengan engagement learning pada mahasiswa. Populasi pada penelitian ini adalah mahasiswa Fakultas Psikologi UKSW yang merupakan mahasiswa aktif dan tidak dalam status cuti kuliah, mulai dari angkatan 2016 sampai angkatan 2019. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah purposive quota sampling dengan partisipan sebanyak 91 mahasiswa. Alat ukur yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada Skala psychological well-being disusun menurut Carol Ryff (1989) yang bernama psychological well-being scale (PWBS) dan untuk engagement learning diukur menggunakan skala Engaged Learning Index (ELI) yang disusun berdasarkan penelitian Schreiner & Louis (2006). Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa terdapat hubungan positif yang signifikan antara PWB dengan engagement learning (r= 0498; p < 0,05), hal ini menujukan bahwa semakin tinggi psychological well-being pada mahasiswa maka semakin tinggi pula engagement learning pada mahasiswa tersebut, begitu pula sebaliknya. Dengan hasil tambahan bahwa PWB memiliki kontribusi sebesar 24,8% terhadap engagement learning.","PeriodicalId":31376,"journal":{"name":"Jurnal Psikologi Pendidikan dan Konseling","volume":"43 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88901186","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}