Pub Date : 2023-05-31DOI: 10.22146/jnteti.v12i2.5145
AG Pradnya Sidhawara, Sunu Wibirama, Dwi Joko Suroso
Multimedia learning is defined as the process of forming a knowledge mental model from words and pictures. It is important to measure cognitive process during multimedia learning. Differences in learners’ capabilities can be investigated through cognitive processes to improve the learning process. However, conventional methods such as interviews or behavioural assessment do not provide an objective measurement of cognitive processes during multimedia learning. Some advance methods to measure cognitive processes takes into account learner’s eye movement during learning process. In such a case, eye-tracking can be used as an alternative method to measure cognitive processes because eye movement has become a major part of human cognitive function. Another issue is related to the learners with different gender, which might have different styles of interaction with the source of information. Unfortunately, the effect of gender disparities in multimedia learning has not been widely studied. To address this research gap, this study examines the effect of gender differences based on eye-tracking metrics during multimedia learning. Based on the experimental results, `time until first fixation` on the text-type area of interest (AOI), `number of fixations` on the image type AOI, and `transition` from text-type AOI to image-type as well as `transition` between Image AOIs provided notable distinctions for each gender group (p < 0.05). It was found that male learners preferred to access information from images. In contrast, female learners tended to do a thorough inspection on textual and pictorial information during multimedia learning. This study can be used as an alternative method for collecting cognitive process indicators in multimedia learning.
{"title":"Eye-Tracking Study on the Gender Effect Towards Cognitive Processes During Multimedia Learning","authors":"AG Pradnya Sidhawara, Sunu Wibirama, Dwi Joko Suroso","doi":"10.22146/jnteti.v12i2.5145","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jnteti.v12i2.5145","url":null,"abstract":"Multimedia learning is defined as the process of forming a knowledge mental model from words and pictures. It is important to measure cognitive process during multimedia learning. Differences in learners’ capabilities can be investigated through cognitive processes to improve the learning process. However, conventional methods such as interviews or behavioural assessment do not provide an objective measurement of cognitive processes during multimedia learning. Some advance methods to measure cognitive processes takes into account learner’s eye movement during learning process. In such a case, eye-tracking can be used as an alternative method to measure cognitive processes because eye movement has become a major part of human cognitive function. Another issue is related to the learners with different gender, which might have different styles of interaction with the source of information. Unfortunately, the effect of gender disparities in multimedia learning has not been widely studied. To address this research gap, this study examines the effect of gender differences based on eye-tracking metrics during multimedia learning. Based on the experimental results, `time until first fixation` on the text-type area of interest (AOI), `number of fixations` on the image type AOI, and `transition` from text-type AOI to image-type as well as `transition` between Image AOIs provided notable distinctions for each gender group (p < 0.05). It was found that male learners preferred to access information from images. In contrast, female learners tended to do a thorough inspection on textual and pictorial information during multimedia learning. This study can be used as an alternative method for collecting cognitive process indicators in multimedia learning.","PeriodicalId":31477,"journal":{"name":"Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90739785","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-05-31DOI: 10.22146/jnteti.v12i2.4755
Angga Cahya Putra, Sasongko Pramonohadi, Sarjiya
Deregulasi industri listrik telah terjadi di banyak negara. Tujuan utama di balik deregulasi ini adalah memperkenalkan kompetisi yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan di industri pasokan listrik. Perubahan yang signifikan akan terjadi pada nilai pembangkitan dan fungsi saluran transmisi. Pelanggan akan berpartisipasi menyambut pasar bebas dan hal ini menyebabkan banyak perusahaan yang ingin membangun pembangkit sendiri dalam skema operasi wheeling untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Wheeling menjadi solusi dari permasalahan tersebut. Metode aliran daya akan digunakan setelah penambahan wheeling pada sistem. Tujuan penggunaan metode ini adalah mengetahui kondisi sistem setelah wheeling ditambahkan karena peta aliran daya akan berubah saat ada pelaku wheeling. Metode studi aliran daya memberikan informasi besarnya daya total yang dibangkitkan oleh generator, tetapi tidak memberikan informasi daya yang dialirkan oleh generator di setiap jaringan transmisi. Untuk mengetahui alokasi daya yang dialirkan oleh generator di setiap jaringan transmisi, metode power tracing akan digunakan. Metode ini dapat memberikan informasi alokasi daya yang dialirkan oleh generator di setiap jaringan transmisi pada sistem. Penelitian ini akan membahas metode power tracing menggunakan metode algortima genetika (AG). AG adalah satu dari beberapa metode optimisasi dan mengasumsikan alokasi daya yang dialirkan oleh generator sebagai masalah yang akan dioptimisasi. Penentuan harga wheeling menggunakan metode Long Run Marginal Cost (LRMC). Metode ini memproyeksikan biaya masa depan dengan memperhatikan perubahan beban yang terjadi setiap saat dalam kurun waktu yang ditentukan. Pada makalah ini metode LRMC dibandingkan dengan metode penetuan biaya wheeling lainnya, yaitu metode MW-Mile. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa metode LRMC lebih murah dibandingkan dengan metode MW-Mile. Dari perspektif ekonomi, penentuan biaya wheeling menggunakan metode LRMC lebih murah 14%-20% daripada metode MW-Mile.
{"title":"Algoritma Genetika dalam Penentuan Alokasi Biaya Wheeling Menggunakan LRMC dan MW-Mile","authors":"Angga Cahya Putra, Sasongko Pramonohadi, Sarjiya","doi":"10.22146/jnteti.v12i2.4755","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jnteti.v12i2.4755","url":null,"abstract":"Deregulasi industri listrik telah terjadi di banyak negara. Tujuan utama di balik deregulasi ini adalah memperkenalkan kompetisi yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas layanan di industri pasokan listrik. Perubahan yang signifikan akan terjadi pada nilai pembangkitan dan fungsi saluran transmisi. Pelanggan akan berpartisipasi menyambut pasar bebas dan hal ini menyebabkan banyak perusahaan yang ingin membangun pembangkit sendiri dalam skema operasi wheeling untuk memenuhi kebutuhan sendiri. Wheeling menjadi solusi dari permasalahan tersebut. Metode aliran daya akan digunakan setelah penambahan wheeling pada sistem. Tujuan penggunaan metode ini adalah mengetahui kondisi sistem setelah wheeling ditambahkan karena peta aliran daya akan berubah saat ada pelaku wheeling. Metode studi aliran daya memberikan informasi besarnya daya total yang dibangkitkan oleh generator, tetapi tidak memberikan informasi daya yang dialirkan oleh generator di setiap jaringan transmisi. Untuk mengetahui alokasi daya yang dialirkan oleh generator di setiap jaringan transmisi, metode power tracing akan digunakan. Metode ini dapat memberikan informasi alokasi daya yang dialirkan oleh generator di setiap jaringan transmisi pada sistem. Penelitian ini akan membahas metode power tracing menggunakan metode algortima genetika (AG). AG adalah satu dari beberapa metode optimisasi dan mengasumsikan alokasi daya yang dialirkan oleh generator sebagai masalah yang akan dioptimisasi. Penentuan harga wheeling menggunakan metode Long Run Marginal Cost (LRMC). Metode ini memproyeksikan biaya masa depan dengan memperhatikan perubahan beban yang terjadi setiap saat dalam kurun waktu yang ditentukan. Pada makalah ini metode LRMC dibandingkan dengan metode penetuan biaya wheeling lainnya, yaitu metode MW-Mile. Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa metode LRMC lebih murah dibandingkan dengan metode MW-Mile. Dari perspektif ekonomi, penentuan biaya wheeling menggunakan metode LRMC lebih murah 14%-20% daripada metode MW-Mile.","PeriodicalId":31477,"journal":{"name":"Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi","volume":"19 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84511269","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-05-31DOI: 10.22146/jnteti.v12i2.4679
Roy Bayu Negara, F. D. Wijaya, Lesnanto Multa Putranto, Mohd. Brado Frasetyo
Pembangkit energi terbarukan (renewable energy, RE) saat ini banyak digunakan oleh masyarakat sebagai upaya untuk mengurangi emisi. Untuk itu, dikembangkan sistem microgrid bersumber pada RE yang berdampingan dengan energi konvensional. Akan tetapi, sistem energi listrik tersebut cenderung mengalami gangguan transien seperti hubung singkat, beban bertambah, dan turunnya keluaran generator. Gangguan tersebut dapat menyebabkan turunnya tegangan dan tidak stabilnya frekuensi, sehingga diperlukan upaya untuk mempertahankan stabilitas sistem dengan menggunakan superconducting fault current limiter (SFCL). Pemilihan SFCL didasari oleh kemampuannya membatasi arus gangguan serta kecepatannya dalam memberikan perlindungan selama terjadinya gangguan transien. Model SFCL yang digunakan adalah SFCL tipe bridge dengan komponen utamanya adalah dua induktor. Pada model ini, dalam kondisi normal, arus mengalir melalui dua induktor. Ketika terjadi gangguan (fault), arus akan mengalir melalui satu induktor. Penelitian ini dilakukan dalam skenario terjadi gangguan. Pada saat kondisi terjadi gangguan, nilai tegangan tanpa SFCL tipe bridge adalah 2,5 V. Ketika SFCL tipe bridge digunakan, nilai tegangannya sebesar 207 V. Nilai arus terukur pada kondisi tanpa SFCL tipe bridge adalah 30 kA dan ketika menggunakan SFCL tipe bridge adalah 1,1 kA. Nilai frekuensi pada kondisi tanpa SFCL tipe bridge adalah 49,7 Hz hingga 50,2 Hz dan ketika menggunakan SFCL tipe bridge adalah 49,9 Hz sampai 50,1 Hz. Penelitian ini juga menambahkan perhitungan economic feasibility untuk mengetahui kelayakan sistem microgrid saat menggunakan SFCL tipe bridge. Perhitungannya terdiri atas empat bagian, yaitu net present value (NPV), profitability index (PI), discounted payback period (DPP), dan internal rate of return (IRR). Economic feasibility yang diperoleh yaitu nilai NPV sebesar US$6.865.405, nilai PI sebesar 2,4, nilai DPP selama empat tahun, dan nilai IRR sebesar 28,59%. Nilai yang diperoleh dibandingkan dengan standar kelayakan dan disimpulkan bahwa microgrid dengan adanya SFCL dapat dikatakan layak.
可再生能源目前已被广泛用于减少排放。为此,开发的微电网系统与传统能源并存。然而,电力系统往往经历短暂的连系、增加的重量和发电机输出的下降等短暂中断。故障可能会导致电压下降和频率不稳定,因此需要努力使用故障当前限制器(SFCL)来保持系统的稳定。SFCL的选择是基于它在短暂中断期间限制干扰流动和速度提供保护的能力。SFCL模型是桥型SFCL,桥的主要组成部分是双座。在这个模型中,在正常情况下,电流通过两个吸入器。当故障发生时,电流将通过一个吸入器。这项研究是在有干扰的情况下进行的。在中断状态下,没有SFCL类型的电压值为2.5 V。当使用SFCL类型的桥时,它的电压是207 V。在没有SFCL类型桥的情况下计算流量的值为30 kA,而使用SFCL类型桥的时间为1.1 kA。没有SFCL类型桥的情况下的频率为49.7 Hz到50.2 Hz,使用SFCL类型桥的频率为49.9 Hz到50.1 Hz。这项研究还增加了经济特征计算,以确定微网格系统在使用SFCL桥型时的可行性。计算包括四个部分:now now value (NPV)、profitabiindex (PI)、discounted period (DPP)和内部回报率(IRR)。Economic feasility收购为NPV $ 6,865,405, PI值为2.4,DPP四年成绩为2859%,IRR值为2859%。所获得的价值与价值标准进行比较,并得出结论,带有SFCL的微网格实际上是可行的。
{"title":"Pemanfaatan SFCL tipe Bridge untuk Meningkatkan Stabilitas Transien Microgrid dan Economic Feasibility","authors":"Roy Bayu Negara, F. D. Wijaya, Lesnanto Multa Putranto, Mohd. Brado Frasetyo","doi":"10.22146/jnteti.v12i2.4679","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jnteti.v12i2.4679","url":null,"abstract":"Pembangkit energi terbarukan (renewable energy, RE) saat ini banyak digunakan oleh masyarakat sebagai upaya untuk mengurangi emisi. Untuk itu, dikembangkan sistem microgrid bersumber pada RE yang berdampingan dengan energi konvensional. Akan tetapi, sistem energi listrik tersebut cenderung mengalami gangguan transien seperti hubung singkat, beban bertambah, dan turunnya keluaran generator. Gangguan tersebut dapat menyebabkan turunnya tegangan dan tidak stabilnya frekuensi, sehingga diperlukan upaya untuk mempertahankan stabilitas sistem dengan menggunakan superconducting fault current limiter (SFCL). Pemilihan SFCL didasari oleh kemampuannya membatasi arus gangguan serta kecepatannya dalam memberikan perlindungan selama terjadinya gangguan transien. Model SFCL yang digunakan adalah SFCL tipe bridge dengan komponen utamanya adalah dua induktor. Pada model ini, dalam kondisi normal, arus mengalir melalui dua induktor. Ketika terjadi gangguan (fault), arus akan mengalir melalui satu induktor. Penelitian ini dilakukan dalam skenario terjadi gangguan. Pada saat kondisi terjadi gangguan, nilai tegangan tanpa SFCL tipe bridge adalah 2,5 V. Ketika SFCL tipe bridge digunakan, nilai tegangannya sebesar 207 V. Nilai arus terukur pada kondisi tanpa SFCL tipe bridge adalah 30 kA dan ketika menggunakan SFCL tipe bridge adalah 1,1 kA. Nilai frekuensi pada kondisi tanpa SFCL tipe bridge adalah 49,7 Hz hingga 50,2 Hz dan ketika menggunakan SFCL tipe bridge adalah 49,9 Hz sampai 50,1 Hz. Penelitian ini juga menambahkan perhitungan economic feasibility untuk mengetahui kelayakan sistem microgrid saat menggunakan SFCL tipe bridge. Perhitungannya terdiri atas empat bagian, yaitu net present value (NPV), profitability index (PI), discounted payback period (DPP), dan internal rate of return (IRR). Economic feasibility yang diperoleh yaitu nilai NPV sebesar US$6.865.405, nilai PI sebesar 2,4, nilai DPP selama empat tahun, dan nilai IRR sebesar 28,59%. Nilai yang diperoleh dibandingkan dengan standar kelayakan dan disimpulkan bahwa microgrid dengan adanya SFCL dapat dikatakan layak.","PeriodicalId":31477,"journal":{"name":"Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi","volume":"39 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84008978","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Arrester merupakan sebuah perangkat yang berfungsi untuk melindungi peralatan dari kegagalan dielektrik yang disebabkan oleh impuls petir, switching surge, ataupun lonjakan tegangan yang melebihi kemampuan dielektrik suatu peralatan. Pada sebagian besar arrester dipasang alat penghitung kerja arrester (event counter) yang berfungsi untuk menghitung frekuensi arrester telah bekerja. Di kondisi lingkungan lembap dan polusi tinggi, pada bagian isolator sangat mudah terjadi surface discharge. Surface discharge merupakan discharge yang terjadi pada suatu daerah yang berhubungan langsung dengan permukaan dielektrik yang memiliki medan listrik berlebih, sehingga memicu terjadinya discharge. Surface discharge yang berlangsung secara terus-menerus dapat mengakibatkan flashover. Flashover yang mengenai bagian dari event counter dapat membuat event counter mengalami error sehingga tidak menunjukkan angka yang benar. Di samping itu, kinerja event counter akan terganggu. Untuk itu, perlu dilakukan pengujian isolator arrester dengan tiga skema, yaitu isolator kondisi bersih, isolator kondisi lembap, serta isolator dengan kondisi lembap dan berpolutan. Pada pengujian ini, digunakan polutan dengan nilai equivalent salt deposit density (ESDD) sebesar 4,69 mg/cm2 dan nilai nonsoluble deposit density (NSDD) sebesar 1,8841 mg/cm2. Berdasarkan hasil pengujian, diketahui bahwa terjadi penurunan kemampuan isolasi arrester dalam menahan tegangan yang diakibatkan oleh kelembapan dan polutan. Kelembapan memberikan penurunan breakdown voltage (BDV) sebesar 5,8 kV setiap kenaikan kelembapan 5%, sedangkan polutan memberikan penurunan BDV sebesar 59 kV ketika isolator diberi polutan.
{"title":"Studi Pengaruh Kelembapan dan Polutan pada Kinerja Isolator Arrester 20 kV","authors":"Naufal Hilmi Fauzan, Sasongko Pramonohadi, Muhammad Ariq Achnida Syam, Rafi Ramadhana Ardiantara","doi":"10.22146/jnteti.v12i2.6324","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jnteti.v12i2.6324","url":null,"abstract":"Arrester merupakan sebuah perangkat yang berfungsi untuk melindungi peralatan dari kegagalan dielektrik yang disebabkan oleh impuls petir, switching surge, ataupun lonjakan tegangan yang melebihi kemampuan dielektrik suatu peralatan. Pada sebagian besar arrester dipasang alat penghitung kerja arrester (event counter) yang berfungsi untuk menghitung frekuensi arrester telah bekerja. Di kondisi lingkungan lembap dan polusi tinggi, pada bagian isolator sangat mudah terjadi surface discharge. Surface discharge merupakan discharge yang terjadi pada suatu daerah yang berhubungan langsung dengan permukaan dielektrik yang memiliki medan listrik berlebih, sehingga memicu terjadinya discharge. Surface discharge yang berlangsung secara terus-menerus dapat mengakibatkan flashover. Flashover yang mengenai bagian dari event counter dapat membuat event counter mengalami error sehingga tidak menunjukkan angka yang benar. Di samping itu, kinerja event counter akan terganggu. Untuk itu, perlu dilakukan pengujian isolator arrester dengan tiga skema, yaitu isolator kondisi bersih, isolator kondisi lembap, serta isolator dengan kondisi lembap dan berpolutan. Pada pengujian ini, digunakan polutan dengan nilai equivalent salt deposit density (ESDD) sebesar 4,69 mg/cm2 dan nilai nonsoluble deposit density (NSDD) sebesar 1,8841 mg/cm2. Berdasarkan hasil pengujian, diketahui bahwa terjadi penurunan kemampuan isolasi arrester dalam menahan tegangan yang diakibatkan oleh kelembapan dan polutan. Kelembapan memberikan penurunan breakdown voltage (BDV) sebesar 5,8 kV setiap kenaikan kelembapan 5%, sedangkan polutan memberikan penurunan BDV sebesar 59 kV ketika isolator diberi polutan.","PeriodicalId":31477,"journal":{"name":"Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi","volume":"264 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75935460","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-05-29DOI: 10.22146/jnteti.v12i2.7443
Kamirul, E. A. Anggari, Dicka Ariptian, Rahayu, A. Herawan, M. Soedjarwo, Chusnul Tri, Judianto
This work introduces a novel noise removal algorithm for satellite imageries based on superpixel segmentation followed by statistics-based filtering. The algorithm worked in three main steps. First, the noisy input image was divided into subregions by employing simple linear iterative clustering (SLIC)-based superpixel segmentation. Then, the statistical property of each subregion was calculated, including their standard deviations and maximum values. Last, an adaptive statistics-based stripe noise removal was performed for each subregion by constructing adaptive filter sizes according to calculated properties. The algorithm was tested using real satellite imageries taken by the LAPAN-A2 and LAPAN-A3 satellites. Its performance was then compared to three existing methods in terms of image quality and computation speed. Extensive experiments on two datasets of 3-channel images captured by the LAPAN-A2 satellite showed that the algorithm was capable of reducing the stripe pattern as measured using the peak-signal-to-noise-ratio (PSNR) metric without introducing additional artifacts, which commonly appeared on over-corrected regions. Moreover, compared to existing methods, the proposed algorithm ran 42 to 103 times faster and provided better image quality by 2.46%, measured using the structural similarity metric (SSIM). The code of this work and the datasets used for the testing are publicly available on www.github.com/dancingpixel/SPSNR.
{"title":"Superpixel-Based Stripe Noise Removal for Satellite Imageries","authors":"Kamirul, E. A. Anggari, Dicka Ariptian, Rahayu, A. Herawan, M. Soedjarwo, Chusnul Tri, Judianto","doi":"10.22146/jnteti.v12i2.7443","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jnteti.v12i2.7443","url":null,"abstract":"This work introduces a novel noise removal algorithm for satellite imageries based on superpixel segmentation followed by statistics-based filtering. The algorithm worked in three main steps. First, the noisy input image was divided into subregions by employing simple linear iterative clustering (SLIC)-based superpixel segmentation. Then, the statistical property of each subregion was calculated, including their standard deviations and maximum values. Last, an adaptive statistics-based stripe noise removal was performed for each subregion by constructing adaptive filter sizes according to calculated properties. The algorithm was tested using real satellite imageries taken by the LAPAN-A2 and LAPAN-A3 satellites. Its performance was then compared to three existing methods in terms of image quality and computation speed. Extensive experiments on two datasets of 3-channel images captured by the LAPAN-A2 satellite showed that the algorithm was capable of reducing the stripe pattern as measured using the peak-signal-to-noise-ratio (PSNR) metric without introducing additional artifacts, which commonly appeared on over-corrected regions. Moreover, compared to existing methods, the proposed algorithm ran 42 to 103 times faster and provided better image quality by 2.46%, measured using the structural similarity metric (SSIM). The code of this work and the datasets used for the testing are publicly available on www.github.com/dancingpixel/SPSNR.","PeriodicalId":31477,"journal":{"name":"Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi","volume":"2 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83675033","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-05-25DOI: 10.22146/jnteti.v12i2.7097
Cyntiya Laxmi Haura, I. Yanti, Muh Pauzan
Formalin merupakan zat kimia berbahaya yang memiliki bau menyengat, tidak memiliki warna atau jernih, dan mudah terbakar. Formalin, yang seharusnya digunakan untuk bahan pengawet mayat, banyak disalahgunakan oleh oknum pedagang, salah satunya untuk mengawetkan makanan. Formalin memiliki efek berbahaya jika masuk ke dalam tubuh manusia. Oleh karena itu, dibutuhkan alat praktis yang dapat mendeteksi keberadaan formalin dalam makanan. Pembuatan alat pendeteksi formalin menggunakan sistem inferensi fuzzy metode Mamdani sangat bermanfaat untuk mendeteksi formalin dan tingkat keamanan makanan secara cepat dan ekonomis. Alat pendeteksi formalin ini menggunakan deret sensor, yaitu sensor HCHO dan sensor MQ-7, yang dipadukan dengan sistem pakar, yaitu logika fuzzy. Sensor HCHO bekerja seperti indra pencium untuk mendeteksi formalin pada makanan, sedangkan sensor MQ-7 digunakan untuk mendeteksi karbon monoksida (CO). Pada proses pengujian, dibutuhkan pemanas (heater) untuk membuat sampel makanan mengalami penguapan. Uap inilah yang dideteksi oleh kedua sensor gas tersebut dan diposes dengan logika fuzzy metode Mamdani. Untuk mengetahui akurasi alat, hasil pengujian menggunakan alat dibandingkan dengan pengujian pada kit formalin dan Fuzzy Logic Toolbox pada MATLAB. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kadar formalin yang paling sedikit pada sampel tahu adalah sampel H, yaitu sebesar 0,60 ppm, sedangkan kadar formalin yang paling banyak pada sampel tahu adalah sampel E, yaitu sebesar 13,64 ppm. Kadar formalin yang paling sedikit pada ikan asin adalah sampel P, sebesar 7,14 ppm, sedangkan kadar formalin yang paling banyak pada sampel ikan asin adalah sampel T, yaitu sebesar 193,81 ppm. Jika dibandingkan dengan hasil dari kit formalin, dari pengujian sebanyak dua puluh sampel, diperoleh nilai akurasi sebesar 95%. Keluaran yang dihasilkan oleh alat hampir sama dengan yang dihasilkan MATLAB, yaitu 85% memiliki selisih 0,01 dan 15% memiliki selisih 0,02. Rata-rata error antara keluaran alat dan MATLAB adalah 0,77%.
{"title":"Alat Pendeteksi Formalin Menggunakan Deret Sensor HCHO dan MQ-7 dengan Logika Fuzzy","authors":"Cyntiya Laxmi Haura, I. Yanti, Muh Pauzan","doi":"10.22146/jnteti.v12i2.7097","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jnteti.v12i2.7097","url":null,"abstract":"Formalin merupakan zat kimia berbahaya yang memiliki bau menyengat, tidak memiliki warna atau jernih, dan mudah terbakar. Formalin, yang seharusnya digunakan untuk bahan pengawet mayat, banyak disalahgunakan oleh oknum pedagang, salah satunya untuk mengawetkan makanan. Formalin memiliki efek berbahaya jika masuk ke dalam tubuh manusia. Oleh karena itu, dibutuhkan alat praktis yang dapat mendeteksi keberadaan formalin dalam makanan. Pembuatan alat pendeteksi formalin menggunakan sistem inferensi fuzzy metode Mamdani sangat bermanfaat untuk mendeteksi formalin dan tingkat keamanan makanan secara cepat dan ekonomis. Alat pendeteksi formalin ini menggunakan deret sensor, yaitu sensor HCHO dan sensor MQ-7, yang dipadukan dengan sistem pakar, yaitu logika fuzzy. Sensor HCHO bekerja seperti indra pencium untuk mendeteksi formalin pada makanan, sedangkan sensor MQ-7 digunakan untuk mendeteksi karbon monoksida (CO). Pada proses pengujian, dibutuhkan pemanas (heater) untuk membuat sampel makanan mengalami penguapan. Uap inilah yang dideteksi oleh kedua sensor gas tersebut dan diposes dengan logika fuzzy metode Mamdani. Untuk mengetahui akurasi alat, hasil pengujian menggunakan alat dibandingkan dengan pengujian pada kit formalin dan Fuzzy Logic Toolbox pada MATLAB. Hasil pengujian menunjukkan bahwa kadar formalin yang paling sedikit pada sampel tahu adalah sampel H, yaitu sebesar 0,60 ppm, sedangkan kadar formalin yang paling banyak pada sampel tahu adalah sampel E, yaitu sebesar 13,64 ppm. Kadar formalin yang paling sedikit pada ikan asin adalah sampel P, sebesar 7,14 ppm, sedangkan kadar formalin yang paling banyak pada sampel ikan asin adalah sampel T, yaitu sebesar 193,81 ppm. Jika dibandingkan dengan hasil dari kit formalin, dari pengujian sebanyak dua puluh sampel, diperoleh nilai akurasi sebesar 95%. Keluaran yang dihasilkan oleh alat hampir sama dengan yang dihasilkan MATLAB, yaitu 85% memiliki selisih 0,01 dan 15% memiliki selisih 0,02. Rata-rata error antara keluaran alat dan MATLAB adalah 0,77%.","PeriodicalId":31477,"journal":{"name":"Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi","volume":"16 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87081213","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-05-24DOI: 10.22146/jnteti.v12i2.6367
Oman Somantri, Ratih Hafsarah Maharrani, Santi Purwaningrum
Peningkatan pelayanan sebagai upaya untuk memberikan kenyamanan sebuah tempat wisata, khususnya pesisir pantai selatan pulau Jawa, bagi para pengunjung merupakan sebuah tuntutan bagi para pengelola wisata yang akan memberikan dampak positif di masa depan. Penilaian yang dilakukan untuk mengetahui respons pengunjung wisata pantai mengenai tempat tersebut, memberikan kesan positif atau tidak, menjadi kesulitan tertentu bagi pihak terkait, baik pemerintah maupun pengelola, untuk dapat meningkatkan pelayanan wisata, khususnya pesisir pantai di wilayah selatan pulau Jawa. Penerapan teknologi text mining berbasis machine learning, khususnya sebuah sentiment review, menjadi salah satu solusi yang diusulkan untuk mengatasi permasalahan tersebut, sehingga prediksi potensi wisata dapat diketahui sebelumnya. Pada makalah ini, diusulkan sebuah model sentiment review pesisir pantai dengan menggunakan metode library support vector machine (LibSVM). Proses optimalisasi model mengusulkan sebuah optimasi model yang berbasiskan feature weights menggunakan algoritma particle swarm optimization (PSO) sebagai optimasi model untuk peningkatan akurasi. Upaya peningkatan akurasi pada model yang diusulkan merupakan kontribusi utama pada makalah ini. Hasil penelitian dan eksperimen terhadap model yang diusulkan menghasilkan model terbaik yang diberi nama LibSVM_IG+PSO dengan menggunakan metode LibSVM berbasis information gain (IG) dan PSO, yang menghasilkan tingkat akurasi sebesar 88,97%. Model yang diusulkan ini diharapkan dapat menjadi pendukung keputusan dalam menilai sentimen terhadap pariwisata maritim pesisir pantai yang dapat dimanfaatkan oleh wisatawan, pemerintah, maupun pengelola wisata.
{"title":"Model Library Support Vector Machine (LibSVM) untuk Sentiment Review Penilaian Pesisir Pantai","authors":"Oman Somantri, Ratih Hafsarah Maharrani, Santi Purwaningrum","doi":"10.22146/jnteti.v12i2.6367","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jnteti.v12i2.6367","url":null,"abstract":"Peningkatan pelayanan sebagai upaya untuk memberikan kenyamanan sebuah tempat wisata, khususnya pesisir pantai selatan pulau Jawa, bagi para pengunjung merupakan sebuah tuntutan bagi para pengelola wisata yang akan memberikan dampak positif di masa depan. Penilaian yang dilakukan untuk mengetahui respons pengunjung wisata pantai mengenai tempat tersebut, memberikan kesan positif atau tidak, menjadi kesulitan tertentu bagi pihak terkait, baik pemerintah maupun pengelola, untuk dapat meningkatkan pelayanan wisata, khususnya pesisir pantai di wilayah selatan pulau Jawa. Penerapan teknologi text mining berbasis machine learning, khususnya sebuah sentiment review, menjadi salah satu solusi yang diusulkan untuk mengatasi permasalahan tersebut, sehingga prediksi potensi wisata dapat diketahui sebelumnya. Pada makalah ini, diusulkan sebuah model sentiment review pesisir pantai dengan menggunakan metode library support vector machine (LibSVM). Proses optimalisasi model mengusulkan sebuah optimasi model yang berbasiskan feature weights menggunakan algoritma particle swarm optimization (PSO) sebagai optimasi model untuk peningkatan akurasi. Upaya peningkatan akurasi pada model yang diusulkan merupakan kontribusi utama pada makalah ini. Hasil penelitian dan eksperimen terhadap model yang diusulkan menghasilkan model terbaik yang diberi nama LibSVM_IG+PSO dengan menggunakan metode LibSVM berbasis information gain (IG) dan PSO, yang menghasilkan tingkat akurasi sebesar 88,97%. Model yang diusulkan ini diharapkan dapat menjadi pendukung keputusan dalam menilai sentimen terhadap pariwisata maritim pesisir pantai yang dapat dimanfaatkan oleh wisatawan, pemerintah, maupun pengelola wisata.","PeriodicalId":31477,"journal":{"name":"Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi","volume":"13 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84758666","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-05-24DOI: 10.22146/jnteti.v12i2.6784
B. Sudiarto, Justinus Dipo Nugroho, Faiz Husnayain, Agus R. Utomo, I. M. Ardita, K. K. —. Kompor, Efisiensi Induksi, Perubahan Tegangan Energi, Kualitas Masukan, Daya
Efisiensi dalam penggunaan energi merupakan langkah penting dalam menciptakan ketahanan energi bangsa. Ketergantungan pasokan energi dengan tingkat impor yang tinggi dapat menyebabkan suatu negara lebih mudah mengalami krisis dan ketergantungan. Hal ini juga termasuk dalam penyediaan sumber energi untuk kebutuhan memasak. Kompor induksi listrik merupakan salah satu alternatif kompor selain kompor gas liquefied petroleum gas (LPG) yang digunakan untuk memasak. Dengan kondisi subsidi impor pemerintah yang tinggi untuk pengadaan LPG, diversifikasi sumber energi dalam kebutuhan memasak perlu dilakukan. Memasak dengan kompor induksi lebih efisien daripada memasak dengan kompor gas karena waktu memasak yang lebih singkat dan energi panas yang terbuang lebih sedikit. Efisiensi energi kompor induksi berada pada kisaran 80% atau dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan kompor gas, yakni pada angka 40%. Namun, tingkat efisiensi energi kompor induksi dapat dipengaruhi, salah satunya, oleh tegangan suplai listrik. Dengan kondisi kelistrikan di Indonesia yang memiliki tingkat mutu pelayanan tegangan 220 V ± 10%, efisiensi energi pada kompor induksi dapat berbeda-beda. Penelitian ini menganalisis pengaruh variasi tegangan masukan terhadap efisiensi energi pada kompor induksi. Tegangan masukan divariasikan dari 230 V hingga 200 V dengan perbedaan 10 V menggunakan empat merek kompor induksi. Dari hasil pengujian, dapat diketahui bahwa efisiensi berbanding lurus dengan tegangan masukan. Makin tinggi tegangan masukan, makin tinggi pula efisiensi energi kompor induksi.
{"title":"Pengaruh Perubahan Tegangan Masukan Terhadap Efisiensi Energi Kompor Induksi","authors":"B. Sudiarto, Justinus Dipo Nugroho, Faiz Husnayain, Agus R. Utomo, I. M. Ardita, K. K. —. Kompor, Efisiensi Induksi, Perubahan Tegangan Energi, Kualitas Masukan, Daya","doi":"10.22146/jnteti.v12i2.6784","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jnteti.v12i2.6784","url":null,"abstract":"Efisiensi dalam penggunaan energi merupakan langkah penting dalam menciptakan ketahanan energi bangsa. Ketergantungan pasokan energi dengan tingkat impor yang tinggi dapat menyebabkan suatu negara lebih mudah mengalami krisis dan ketergantungan. Hal ini juga termasuk dalam penyediaan sumber energi untuk kebutuhan memasak. Kompor induksi listrik merupakan salah satu alternatif kompor selain kompor gas liquefied petroleum gas (LPG) yang digunakan untuk memasak. Dengan kondisi subsidi impor pemerintah yang tinggi untuk pengadaan LPG, diversifikasi sumber energi dalam kebutuhan memasak perlu dilakukan. Memasak dengan kompor induksi lebih efisien daripada memasak dengan kompor gas karena waktu memasak yang lebih singkat dan energi panas yang terbuang lebih sedikit. Efisiensi energi kompor induksi berada pada kisaran 80% atau dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan kompor gas, yakni pada angka 40%. Namun, tingkat efisiensi energi kompor induksi dapat dipengaruhi, salah satunya, oleh tegangan suplai listrik. Dengan kondisi kelistrikan di Indonesia yang memiliki tingkat mutu pelayanan tegangan 220 V ± 10%, efisiensi energi pada kompor induksi dapat berbeda-beda. Penelitian ini menganalisis pengaruh variasi tegangan masukan terhadap efisiensi energi pada kompor induksi. Tegangan masukan divariasikan dari 230 V hingga 200 V dengan perbedaan 10 V menggunakan empat merek kompor induksi. Dari hasil pengujian, dapat diketahui bahwa efisiensi berbanding lurus dengan tegangan masukan. Makin tinggi tegangan masukan, makin tinggi pula efisiensi energi kompor induksi.","PeriodicalId":31477,"journal":{"name":"Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi","volume":"309 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77380555","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Saat ini suplai energi listrik mayoritas menggunakan sumber energi fosil yang dapat habis dan menimbulkan polusi udara. Di Indonesia matahari bersinar cukup lama dan tidak akan habis, sehingga dapat dijadikan sebagai sumber energi alternatif dengan menggunakan teknologi panel surya untuk mengonversi energi cahaya menjadi energi listrik. Tegangan yang dihasilkan oleh panel surya cukup besar, sehingga perlu diturunkan menggunakan konverter DC-DC jenis buck converter. Energi listrik ini dapat disimpan menggunakan baterai. Untuk mempersingkat waktu pengisian, baterai dapat diisi dengan mode cepat. Salah satu jenis baterai yang tepat untuk pengisian mode cepat adalah Lithium-ion karena baterai jenis ini mampu menerima arus yang besar sebesar 1C atau setara dengan kapasitas baterai. Dengan menggunakan sumber panel surya, dihasilkan keluaran yang tidak konstan karena pengaruh suhu dan iradiasi matahari. Selain itu, untuk mencegah adanya pengisian berlebih pada fast charging battery ini, digunakan metode constant current (CC) dengan arus konstan sebesar 10 A dan constant voltage (CV) dengan tegangan konstan sebesar 14,4 V. Duty cycle driver PWM dikontrol menggunakan algoritma adaptive neuro fuzzy inference system (ANFIS) agar didapatkan respons yang lebih cepat untuk mencapai set point yang ditentukan. ANFIS merupakan kombinasi dari dua algoritma, yaitu artificial neural network (ANN) dan fuzzy inference system (FIS). ANFIS dapat memetakan nilai masukan menjadi nilai keluaran yang berasal dari kesimpulan FIS. Penelitian ini dilakukan secara simulasi. Hasil arus pengisian pada saat metode CC adalah 10,01 A dan akan berpindah dari metode CC ke CV pada saat SoC 85% serta tegangan mencapai 14,4 V. Kemudian, metode pengisian berubah menjadi CV dengan tegangan pengisian konstan sebesar 14,4 V. Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya menggunakan kontrol fuzzy, waktu yang dibutuhkan ketika menggunakan kontrol ANFIS untuk mencapai set point adalah 3,2 ms, atau 2,3 ms lebih cepat. Kontrol ANFIS juga mampu mencapai set point dengan error lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan kontrol fuzzy.
{"title":"Fast Charging pada Baterai Li-Ion dengan Kontrol ANFIS","authors":"R. Rakhmawati, Zhafira Rana, Khalisa Permana, Rachma Prilian Eviningsih, Renny Rachmawati","doi":"10.22146/jnteti.v12i2.5143","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jnteti.v12i2.5143","url":null,"abstract":"Saat ini suplai energi listrik mayoritas menggunakan sumber energi fosil yang dapat habis dan menimbulkan polusi udara. Di Indonesia matahari bersinar cukup lama dan tidak akan habis, sehingga dapat dijadikan sebagai sumber energi alternatif dengan menggunakan teknologi panel surya untuk mengonversi energi cahaya menjadi energi listrik. Tegangan yang dihasilkan oleh panel surya cukup besar, sehingga perlu diturunkan menggunakan konverter DC-DC jenis buck converter. Energi listrik ini dapat disimpan menggunakan baterai. Untuk mempersingkat waktu pengisian, baterai dapat diisi dengan mode cepat. Salah satu jenis baterai yang tepat untuk pengisian mode cepat adalah Lithium-ion karena baterai jenis ini mampu menerima arus yang besar sebesar 1C atau setara dengan kapasitas baterai. Dengan menggunakan sumber panel surya, dihasilkan keluaran yang tidak konstan karena pengaruh suhu dan iradiasi matahari. Selain itu, untuk mencegah adanya pengisian berlebih pada fast charging battery ini, digunakan metode constant current (CC) dengan arus konstan sebesar 10 A dan constant voltage (CV) dengan tegangan konstan sebesar 14,4 V. Duty cycle driver PWM dikontrol menggunakan algoritma adaptive neuro fuzzy inference system (ANFIS) agar didapatkan respons yang lebih cepat untuk mencapai set point yang ditentukan. ANFIS merupakan kombinasi dari dua algoritma, yaitu artificial neural network (ANN) dan fuzzy inference system (FIS). ANFIS dapat memetakan nilai masukan menjadi nilai keluaran yang berasal dari kesimpulan FIS. Penelitian ini dilakukan secara simulasi. Hasil arus pengisian pada saat metode CC adalah 10,01 A dan akan berpindah dari metode CC ke CV pada saat SoC 85% serta tegangan mencapai 14,4 V. Kemudian, metode pengisian berubah menjadi CV dengan tegangan pengisian konstan sebesar 14,4 V. Jika dibandingkan dengan penelitian sebelumnya menggunakan kontrol fuzzy, waktu yang dibutuhkan ketika menggunakan kontrol ANFIS untuk mencapai set point adalah 3,2 ms, atau 2,3 ms lebih cepat. Kontrol ANFIS juga mampu mencapai set point dengan error lebih kecil dibandingkan dengan menggunakan kontrol fuzzy.","PeriodicalId":31477,"journal":{"name":"Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi","volume":"119 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85314054","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-05-22DOI: 10.22146/jnteti.v12i2.6632
Muhammad Adib Kamali, W. Lim
The conventional state of charge (SOC) estimation model has several concerns, such as accuracy and reliability. In order to realize robust SOC estimation for embedded applications, this study focuses on three concerns of the existing SOC estimation model: accuracy, robustness, and practicality. In improving the estimation accuracy and robustness, this study took into account the dynamic of the actual SOC caused by the dynamic charging and discharging process. In practice, the charging and discharging processes have characteristics that must be considered to realize robust SOC estimation. The model-based SOC estimation developed based on the virtual battery model causes difficulties for real-time applications. Additionally, model-based SOC estimation cannot be reliably extrapolated to different battery types. In defining the behavior of various types of batteries, the model-based SOC estimation must be updated. Hence, this study utilized data-driven SOC estimation based on an artificial neural network (ANN) and measurable battery data. The ANN model, which has excellent adaptability to nonlinear systems, is utilized to increase accuracy. Additionally, using measurable battery data such as voltage and current signals, the SOC estimation model is suitable for embedded applications. Results indicate that estimating SOC with the proposed model reduced errors with respect to actual datasets. In order to verify the feasibility of the proposed model, an online estimation was out on the embedded system with the use of C2000 real-time microcontrollers. Results show that the proposed model can be executed in an embedded system using measurable battery data.
{"title":"ANN-based State of Charge Estimation of Li-ion Batteries for Embedded Applications","authors":"Muhammad Adib Kamali, W. Lim","doi":"10.22146/jnteti.v12i2.6632","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jnteti.v12i2.6632","url":null,"abstract":"The conventional state of charge (SOC) estimation model has several concerns, such as accuracy and reliability. In order to realize robust SOC estimation for embedded applications, this study focuses on three concerns of the existing SOC estimation model: accuracy, robustness, and practicality. In improving the estimation accuracy and robustness, this study took into account the dynamic of the actual SOC caused by the dynamic charging and discharging process. In practice, the charging and discharging processes have characteristics that must be considered to realize robust SOC estimation. The model-based SOC estimation developed based on the virtual battery model causes difficulties for real-time applications. Additionally, model-based SOC estimation cannot be reliably extrapolated to different battery types. In defining the behavior of various types of batteries, the model-based SOC estimation must be updated. Hence, this study utilized data-driven SOC estimation based on an artificial neural network (ANN) and measurable battery data. The ANN model, which has excellent adaptability to nonlinear systems, is utilized to increase accuracy. Additionally, using measurable battery data such as voltage and current signals, the SOC estimation model is suitable for embedded applications. Results indicate that estimating SOC with the proposed model reduced errors with respect to actual datasets. In order to verify the feasibility of the proposed model, an online estimation was out on the embedded system with the use of C2000 real-time microcontrollers. Results show that the proposed model can be executed in an embedded system using measurable battery data.","PeriodicalId":31477,"journal":{"name":"Jurnal Nasional Teknik Elektro dan Teknologi Informasi","volume":"5 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84569165","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}