Pub Date : 2020-08-30DOI: 10.31100/jurkam.v4i2.763
Rosliana Rosliana
Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) Mengetahui gambaran pelaksanaan teknik ice breaking di Institut Pemerintahan Dalam Negeri Sulawesi Selatan (2) Mengetahui gambaran tingkat kejenuhan belajar mahasiswa sebelum dan sesudah diberikan teknik ice breaking di Institut Pemerintahan Dalam Negeri Sulawesi Selatan. (3) Mengetahui apakah ada pengaruh teknik ice breaking dapat mengurangi tingkat kejenuhan belajar mahasiswa di Institut Pemerintahan Dalam Negeri Sulawesi Selatan.Penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimen (True Experimental Designs) dalam bentuk Pretest-Posttest Control Group Design.Teknik pengumpulan data melalui angket, dan observasi. Analisis data menggunakan analisis statistic deskriptif non parametric wilcoxon signed ranks test. Sampel kelompok eksperimen 15 praja dan sampel kelompok kontrol 15 praja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pelaksanaan teknik ice breaking dalam bimbingan kelompok dilakukan melalui tahap persiapan, tahap peralihan, pelaksanaan kegiatan dan tahap pengakhiran termasuk pretest dan posttest. Pelaksanaan ice breaking,mahasiswa mengikuti dengan antusias serta aktif berpartisipasi dalam setiap permainan yang diberikan. (2)Tingkat kejenuhan belajar mahasiswa di Institut Pemerintahan dalam Negeri Sulawesi Selatan sebelum diterapkan teknik ice breaking dalam bimbingan kelompok berada pada kategori sangat tinggi,dan setelah diterapkan teknik ice breaking dalam bimbingan kelompok berada pada kategori rendah (3) Ada pengaruh yang signifikan terhadap penerapan teknik ice breaking dalam bimbingan kelompok dalam mengurangi kejenuhan belajar mahasiswa di Institut Pemerintahan dalam Negeri Sulawesi Selatan. Artinya, teknik ice breaking dalam bimbingan kelompok dapat mengurangi kejenuhan belajar mahasiswa.
本研究的目的是(1)了解南苏拉威西国立政府(2)在苏拉威西南苏拉威西国立国立政府机构(south Sulawesi state state institute)的破冰技术实施实施的情况(破冰技术)。(3)了解冰断技术是否有影响,可以降低南苏拉威西联邦内务学院学生学习疲劳的程度。本研究采用了一种实验方法,采用了前期控制组设计的形式。数据收集技术通过扣篮和观察。数据分析使用了wilcoxon特征测试的非参数统计分析。实验小组15 praja样本和控制小组15 praja样本。研究结果表明:(1)通过准备阶段、转变阶段、活动进行和结束阶段,包括前期和后期,在小组指导中实施破冰技术。ice - breaking的表现,学生们热情地关注并积极参与每一场比赛。(2)在政府研究所学生留学饱和度南苏拉威西之前应用冰中突发技术指导小组在非常高的类别,然后应用技术指导小组在类别中冰突发低(3)有显著的影响冰突发指导小组中减少饱和技术应用在政府研究所学生留学南苏拉威西。这意味着团体教学中的冰破技术可以减少学生的学习饱成度。
{"title":"Pengaruh Teknik Ice Breaking Dalam Bimbingan Kelompok Untuk Mengurangi Kejenuhan Belajar Mahasiswa","authors":"Rosliana Rosliana","doi":"10.31100/jurkam.v4i2.763","DOIUrl":"https://doi.org/10.31100/jurkam.v4i2.763","url":null,"abstract":"Tujuan penelitian ini adalah untuk (1) Mengetahui gambaran pelaksanaan teknik ice breaking di Institut Pemerintahan Dalam Negeri Sulawesi Selatan (2) Mengetahui gambaran tingkat kejenuhan belajar mahasiswa sebelum dan sesudah diberikan teknik ice breaking di Institut Pemerintahan Dalam Negeri Sulawesi Selatan. (3) Mengetahui apakah ada pengaruh teknik ice breaking dapat mengurangi tingkat kejenuhan belajar mahasiswa di Institut Pemerintahan Dalam Negeri Sulawesi Selatan.Penelitian ini menggunakan pendekatan eksperimen (True Experimental Designs) dalam bentuk Pretest-Posttest Control Group Design.Teknik pengumpulan data melalui angket, dan observasi. Analisis data menggunakan analisis statistic deskriptif non parametric wilcoxon signed ranks test. Sampel kelompok eksperimen 15 praja dan sampel kelompok kontrol 15 praja. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pelaksanaan teknik ice breaking dalam bimbingan kelompok dilakukan melalui tahap persiapan, tahap peralihan, pelaksanaan kegiatan dan tahap pengakhiran termasuk pretest dan posttest. Pelaksanaan ice breaking,mahasiswa mengikuti dengan antusias serta aktif berpartisipasi dalam setiap permainan yang diberikan. (2)Tingkat kejenuhan belajar mahasiswa di Institut Pemerintahan dalam Negeri Sulawesi Selatan sebelum diterapkan teknik ice breaking dalam bimbingan kelompok berada pada kategori sangat tinggi,dan setelah diterapkan teknik ice breaking dalam bimbingan kelompok berada pada kategori rendah (3) Ada pengaruh yang signifikan terhadap penerapan teknik ice breaking dalam bimbingan kelompok dalam mengurangi kejenuhan belajar mahasiswa di Institut Pemerintahan dalam Negeri Sulawesi Selatan. Artinya, teknik ice breaking dalam bimbingan kelompok dapat mengurangi kejenuhan belajar mahasiswa.","PeriodicalId":32217,"journal":{"name":"JURKAM Jurnal Konseling Andi Matappa","volume":"25 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90378624","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-03-11DOI: 10.31100/jurkam.v4i1.510
Ahmad Rofi Suryahadikusumah, D. Diana
Konseling melalui WhatsApp menjadi trend dalam praktik konseling di sekolah. Banyak penelitian mengenai pengembangan model konseling melalui WhatsApp dan menguji efektifitasnya, sementara kajian terhadap proses konselingnya belum tersentuh oleh sebuah riset. Di lain pihak, banyak yang masih meragukan kebenaran proses komunikasi yang terjadi dalam WhatsApp merupakan proses komunikasi konseling. Penelitian bertujuan untuk menganalisis proses komunikasi konseling yang merujuk kepada dimensi komunikasi efektif dalam konseling. pendekatan mix method digunakan dengan one phase design. Penelitian dilakukan kepada 25 responden yang merupakan siswa SMK PGRI 2 Palembang yang memanfaatkan konseling melalui WhatsApp di sekolah tersebut. Metode kuantitatif digunaka untuk mensurvey ketercapaian aspek komunikasi dalam konseling melalui WhatsApp, sedangkan metode kualitatif digunakan untuk mendalami pola komunikasi yang terjadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek rasa nyaman dan keterbukaan merupakan pengalaman yang paling dirasakan responden, sedangkan 50 % responden mengakui kurang merasakan dimensi empati. Penelitian merekomendasikan untuk1) tetap menggunakan prinsip dalam konseling dalam konseling melalui WhatsApp, terutama dalam pembentukan rapport,2) memahami penggunaan kata – kata , emoticon, dan gaya bahasa dalam komunikasi digital, 3) mengggunakan pendekatan naratif dan solution focused ketika melakukan konseling melalui WhatsApp. Kata kunci: komunikasi konseling, WhatsAppAbstract: Counseling through WhatsApp has become a trend in counseling practices in schools. Much research on the development of counseling models through WhatsApp and its effectiveness is discussed, while the study of the counseling process has not been touched by a study. On the other hand, many still doubt the communication process that occurs in WhatsApp is a counseling communication process. Research aim to analyze counseling communication processes that discuss the dimensions of effective communication in counseling. The mixed method is used with a one-phase design. The study was conducted on 25 respondents who were students of SMK PGRI 2 Palembang who use counseling through WhatsApp at their school. Quantitative methods used for surveying aspects of communication in counseling through WhatsApp, while qualitative methods are used to explore patterns of communication that occur. The results showed that the aspects of comfort and openness were the most considered experiences of respondents, while 50% of respondents considered lacking the empathy dimension. Research recomendating to 1) use principles in counseling in WhatsApp counseling, especially in rapport relations, 2) mastering the use of words, emoticons, and language styles in digital communication, 3) use narrative approaches and solutions focused on compiling counseling through WhatsApp.
{"title":"Analysis Of Communication Process In Counseling Through Whatsapp","authors":"Ahmad Rofi Suryahadikusumah, D. Diana","doi":"10.31100/jurkam.v4i1.510","DOIUrl":"https://doi.org/10.31100/jurkam.v4i1.510","url":null,"abstract":"Konseling melalui WhatsApp menjadi trend dalam praktik konseling di sekolah. Banyak penelitian mengenai pengembangan model konseling melalui WhatsApp dan menguji efektifitasnya, sementara kajian terhadap proses konselingnya belum tersentuh oleh sebuah riset. Di lain pihak, banyak yang masih meragukan kebenaran proses komunikasi yang terjadi dalam WhatsApp merupakan proses komunikasi konseling. Penelitian bertujuan untuk menganalisis proses komunikasi konseling yang merujuk kepada dimensi komunikasi efektif dalam konseling. pendekatan mix method digunakan dengan one phase design. Penelitian dilakukan kepada 25 responden yang merupakan siswa SMK PGRI 2 Palembang yang memanfaatkan konseling melalui WhatsApp di sekolah tersebut. Metode kuantitatif digunaka untuk mensurvey ketercapaian aspek komunikasi dalam konseling melalui WhatsApp, sedangkan metode kualitatif digunakan untuk mendalami pola komunikasi yang terjadi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aspek rasa nyaman dan keterbukaan merupakan pengalaman yang paling dirasakan responden, sedangkan 50 % responden mengakui kurang merasakan dimensi empati. Penelitian merekomendasikan untuk1) tetap menggunakan prinsip dalam konseling dalam konseling melalui WhatsApp, terutama dalam pembentukan rapport,2) memahami penggunaan kata – kata , emoticon, dan gaya bahasa dalam komunikasi digital, 3) mengggunakan pendekatan naratif dan solution focused ketika melakukan konseling melalui WhatsApp. Kata kunci: komunikasi konseling, WhatsAppAbstract: Counseling through WhatsApp has become a trend in counseling practices in schools. Much research on the development of counseling models through WhatsApp and its effectiveness is discussed, while the study of the counseling process has not been touched by a study. On the other hand, many still doubt the communication process that occurs in WhatsApp is a counseling communication process. Research aim to analyze counseling communication processes that discuss the dimensions of effective communication in counseling. The mixed method is used with a one-phase design. The study was conducted on 25 respondents who were students of SMK PGRI 2 Palembang who use counseling through WhatsApp at their school. Quantitative methods used for surveying aspects of communication in counseling through WhatsApp, while qualitative methods are used to explore patterns of communication that occur. The results showed that the aspects of comfort and openness were the most considered experiences of respondents, while 50% of respondents considered lacking the empathy dimension. Research recomendating to 1) use principles in counseling in WhatsApp counseling, especially in rapport relations, 2) mastering the use of words, emoticons, and language styles in digital communication, 3) use narrative approaches and solutions focused on compiling counseling through WhatsApp.","PeriodicalId":32217,"journal":{"name":"JURKAM Jurnal Konseling Andi Matappa","volume":"3 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-03-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90547785","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-03-11DOI: 10.31100/jurkam.v4i1.382
R. S. Qamaria, Fidia Astuti
Ketika kasus bullying mulai dikeluhkan orangtua peserta didik maka sorotan tajam akan ditujukan kepada pihak sekolah. Oleh karena itu, pihak sekolah diharapkan mampu menjalankan tujuan konsep pendidikan yang ada sehingga kasus bullying bisa dicegah kemunculannya. Pihak sekolah dituntut untuk melakukan pengawasan yang efektif kepada seluruh peserta didik sehingga peluang bullying bisa ditiadakan terjadi di lingkungan sekolah. Bertolak pada sekolah yang diteliti maka diperoleh fakta bahwa guru-guru wali kelas mengalami kesulitan membedakan perilaku anak-anak yang sewajarnya dan tindakan bullying itu sendiri di kalangan peseta didik. Pemahaman guru yang minim terkait konsep bullying menjadi salah satu pencetus tindakan bullying menjamur di kalangan peserta didik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk merumuskan sebuah langkah sistematis untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada para guru dalam bentuk pelatihan anti bullying yang menekankan pada pengenalan konsep dasar bullying sehingga guru bisa mampu berperan aktif dalam mencegah perilaku bullying. Hasil penelitian membuktikan bahwa pelatihan anti-bullying yang diberikan kepada guru telah meningkatkan pengetahuan guru mengenai definisi, bentuk, faktor, dampak, cara mengidentifikasi, dan guru terlibat dalam upaya mencegah bullying dengan memanfaatkan fungsi bystander (saksi) di sekolah.
{"title":"Pelatihan Anti Bullying Mampu Meningkatkan Pemahaman Guru Dalam Mencegah Perilaku Bullying","authors":"R. S. Qamaria, Fidia Astuti","doi":"10.31100/jurkam.v4i1.382","DOIUrl":"https://doi.org/10.31100/jurkam.v4i1.382","url":null,"abstract":"Ketika kasus bullying mulai dikeluhkan orangtua peserta didik maka sorotan tajam akan ditujukan kepada pihak sekolah. Oleh karena itu, pihak sekolah diharapkan mampu menjalankan tujuan konsep pendidikan yang ada sehingga kasus bullying bisa dicegah kemunculannya. Pihak sekolah dituntut untuk melakukan pengawasan yang efektif kepada seluruh peserta didik sehingga peluang bullying bisa ditiadakan terjadi di lingkungan sekolah. Bertolak pada sekolah yang diteliti maka diperoleh fakta bahwa guru-guru wali kelas mengalami kesulitan membedakan perilaku anak-anak yang sewajarnya dan tindakan bullying itu sendiri di kalangan peseta didik. Pemahaman guru yang minim terkait konsep bullying menjadi salah satu pencetus tindakan bullying menjamur di kalangan peserta didik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk merumuskan sebuah langkah sistematis untuk memberikan pengetahuan dan keterampilan kepada para guru dalam bentuk pelatihan anti bullying yang menekankan pada pengenalan konsep dasar bullying sehingga guru bisa mampu berperan aktif dalam mencegah perilaku bullying. Hasil penelitian membuktikan bahwa pelatihan anti-bullying yang diberikan kepada guru telah meningkatkan pengetahuan guru mengenai definisi, bentuk, faktor, dampak, cara mengidentifikasi, dan guru terlibat dalam upaya mencegah bullying dengan memanfaatkan fungsi bystander (saksi) di sekolah.","PeriodicalId":32217,"journal":{"name":"JURKAM Jurnal Konseling Andi Matappa","volume":"22 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-03-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84679152","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-02-29DOI: 10.31100/jurkam.v4i1.506
Isna Tania, Daharnis Daharnis, Afrizal Sano
Di Sekolah Menengah Kejuruan ada siswa yang belum mencapai perkembangan karier yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi siswa tentang program studi keahlian yang ditempati dan perencanaan karier siswa serta menguji hubungan antara persepsi siswa tentang program studi keahlian yang ditempati dengan perencanaan karier. Penelitian ini adalah penelitian korelasional, dengan sampel 260 siswa yang dipilih dengan teknik Proportional Random Sampling. Instrumen yang digunakan adalah skala model likert. Analisis deskriptif dilakukan dengan menentukan nilai skor dan persentase. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment. Temuan penelitian menunjukkan: (1) persepsi siswa tentang program studi keahlian yang ditempati berada pada kategori positif, (2) perencanaan karier siswa berada pada kategori baik, (3) terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi siswa tentang program studi keahlian yang ditempati dengan perencanaan karier, dengan koefisien korelasi 0,801 pada taraf signifikansi 0,000. Penelitian ini merekomendasikan perlunya peningkatan perencanaan karier siswa yang dapat dilakukan antara lain dengan mengubah persepsi siswa tentang program studi keahlian yang ditempatinya.
{"title":"Karier Siswa: Kajian Berdasarkan Program Studi Keahlian di SMK","authors":"Isna Tania, Daharnis Daharnis, Afrizal Sano","doi":"10.31100/jurkam.v4i1.506","DOIUrl":"https://doi.org/10.31100/jurkam.v4i1.506","url":null,"abstract":"Di Sekolah Menengah Kejuruan ada siswa yang belum mencapai perkembangan karier yang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan persepsi siswa tentang program studi keahlian yang ditempati dan perencanaan karier siswa serta menguji hubungan antara persepsi siswa tentang program studi keahlian yang ditempati dengan perencanaan karier. Penelitian ini adalah penelitian korelasional, dengan sampel 260 siswa yang dipilih dengan teknik Proportional Random Sampling. Instrumen yang digunakan adalah skala model likert. Analisis deskriptif dilakukan dengan menentukan nilai skor dan persentase. Pengujian hipotesis penelitian menggunakan rumus korelasi Pearson Product Moment. Temuan penelitian menunjukkan: (1) persepsi siswa tentang program studi keahlian yang ditempati berada pada kategori positif, (2) perencanaan karier siswa berada pada kategori baik, (3) terdapat hubungan yang signifikan antara persepsi siswa tentang program studi keahlian yang ditempati dengan perencanaan karier, dengan koefisien korelasi 0,801 pada taraf signifikansi 0,000. Penelitian ini merekomendasikan perlunya peningkatan perencanaan karier siswa yang dapat dilakukan antara lain dengan mengubah persepsi siswa tentang program studi keahlian yang ditempatinya.","PeriodicalId":32217,"journal":{"name":"JURKAM Jurnal Konseling Andi Matappa","volume":"20 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-02-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84145102","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-02-28DOI: 10.31100/jurkam.v4i1.481
Yeni Anna Appulembang, Agustina Agustina
Adolescence is a period where their seems to be separated from the role of their parents and more independent in making their own decisions. But this time, the family plays a role in the behavior of adolescents in the decision making process, one of which is related to education in the selection of majors degree in university that will determine the future of their children. This research aims to determine the role of family support In adolescent for career decision making in major degree a in university. Causal comparative study was used and a sample 301 college student in grade one was selected through nonprobability sampling. This research was used two research tolls such as the role family was used Family Asessment Device (FAD) and decision making was used Career Decision-Making Profile. The result in this research found that score of the role of family based on mean hipotetic is lower than mean empiric. It means that, the role of family low category. In this research also showed the result used simple regression , F value 0.790 and p value 0.099 > 0.05. it means there is no significant the role of family support in adolescent for decision making in major degree in university.
青春期是一个他们似乎从父母的角色中分离出来的时期,他们在做自己的决定时更加独立。但这一次,家庭在青少年的决策过程中扮演了一个角色,其中一个是与选择专业的教育有关的大学学位,这将决定他们孩子的未来。本研究旨在探讨家庭支持在大学生职业决策中的作用。采用因果比较研究方法,采用非概率抽样的方法选取301名高一学生作为样本。本研究采用两种研究方式,即角色家庭采用家庭评估量表(family assessment Device, FAD),决策采用职业决策量表(Career decision - making Profile)。本研究结果发现,基于平均人格的家庭角色得分低于平均经验。也就是说,家庭的作用范畴低。在本研究中也显示了采用简单回归的结果,F值0.790,p值0.099 > 0.05。说明家庭支持对大学生专业学位决策的影响不显著。
{"title":"Fungsi Keluarga Terhadap Pengambilan Keputusan Remaja dalam Pemilihan Jurusan","authors":"Yeni Anna Appulembang, Agustina Agustina","doi":"10.31100/jurkam.v4i1.481","DOIUrl":"https://doi.org/10.31100/jurkam.v4i1.481","url":null,"abstract":"Adolescence is a period where their seems to be separated from the role of their parents and more independent in making their own decisions. But this time, the family plays a role in the behavior of adolescents in the decision making process, one of which is related to education in the selection of majors degree in university that will determine the future of their children. This research aims to determine the role of family support In adolescent for career decision making in major degree a in university. Causal comparative study was used and a sample 301 college student in grade one was selected through nonprobability sampling. This research was used two research tolls such as the role family was used Family Asessment Device (FAD) and decision making was used Career Decision-Making Profile. The result in this research found that score of the role of family based on mean hipotetic is lower than mean empiric. It means that, the role of family low category. In this research also showed the result used simple regression , F value 0.790 and p value 0.099 > 0.05. it means there is no significant the role of family support in adolescent for decision making in major degree in university.","PeriodicalId":32217,"journal":{"name":"JURKAM Jurnal Konseling Andi Matappa","volume":"8 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-02-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75978336","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-02-28DOI: 10.31100/jurkam.v4i1.479
Insan Suwanto
Konseling kelompok dapat dijadikan sebagai sarana untuk membantu individu dalam mencapai perkembangan dan bantuan untuk mengatasi persoalan psikologis. Cognitive behavior therapy sebagai pendekatan dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok dapat pula dijadikan sebagai sarana modifikasi perilaku individu untuk menentang pikiran (dan emosi) yang salah. Bibliotherapy sebagai sebuah teknik dalam kegiatan layanan konseling kelompok menjadi salah satu alternatif kebutuhan menangani permasalahan perkembangan individual dalam kehidupan bermasyarakat. Bibliotherapy mencakup tiga tahapan yang berfokus pada identifikasi, katarsis, dan wawasan. Individu mengidentifikasi bacaan yang disesuaikan dengan karakter, berkaitan dengan masalah yang dihadapi, dan pengalaman yang menuju pada pelepasan katarsis. Metode dalam artikel ini menggunakan studi literatur dan kajian penelitian terkait. Artikel ini dapat dijadikan sebagai referensi peneliti selanjutnya untuk membangun kerangka kerja teoritis dan metodologi.
{"title":"Pendekatan Cognitive Behavior Therapy (Cbt) Teknik Bibliotherapy Sebagai Intervensi Dalam Konseling Kelompok","authors":"Insan Suwanto","doi":"10.31100/jurkam.v4i1.479","DOIUrl":"https://doi.org/10.31100/jurkam.v4i1.479","url":null,"abstract":"Konseling kelompok dapat dijadikan sebagai sarana untuk membantu individu dalam mencapai perkembangan dan bantuan untuk mengatasi persoalan psikologis. Cognitive behavior therapy sebagai pendekatan dalam pelaksanaan layanan konseling kelompok dapat pula dijadikan sebagai sarana modifikasi perilaku individu untuk menentang pikiran (dan emosi) yang salah. Bibliotherapy sebagai sebuah teknik dalam kegiatan layanan konseling kelompok menjadi salah satu alternatif kebutuhan menangani permasalahan perkembangan individual dalam kehidupan bermasyarakat. Bibliotherapy mencakup tiga tahapan yang berfokus pada identifikasi, katarsis, dan wawasan. Individu mengidentifikasi bacaan yang disesuaikan dengan karakter, berkaitan dengan masalah yang dihadapi, dan pengalaman yang menuju pada pelepasan katarsis. Metode dalam artikel ini menggunakan studi literatur dan kajian penelitian terkait. Artikel ini dapat dijadikan sebagai referensi peneliti selanjutnya untuk membangun kerangka kerja teoritis dan metodologi.","PeriodicalId":32217,"journal":{"name":"JURKAM Jurnal Konseling Andi Matappa","volume":"11 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-02-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"91155245","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-02-26DOI: 10.31100/jurkam.v4i1.520
Diniy Hidayatur Rahman, I. Simon, Widya Multisari
The study aims to determine the academic burnout of teachers taking Professional Teacher Education (Pendidikan Profesi Guru) at Universitas Negeri Malang (UM) based on their gender, marital status, and employment status. This is the first study mapping the academic burnout of teachers participating in professional education with various demographic variables. The study applied comparative design. 360 teachers who took their professional education at UM in the even semester 2019 participated in the study. Research data was collected using a demographic questionnaire and School Burnout Inventory that was adapted into Bahasa Indonesia and professional education context. The exploratory factor analysis and Cronbach's Alpha were applied to test the validity and reliability of the instrument. the Mann-Withey U Test and Kruskal Wallis were also used to analyze the data. The results showed that there are no differences in the academic burnout of the subjects in term of gender, marital status, and employment status.
本研究旨在根据性别、婚姻状况、就业状况等因素,确定马来西亚玛琅大学专业教师教育(Pendidikan Profesi Guru)教师的学业倦怠。本研究首次利用不同的人口统计变量对参与专业教育的教师的学业倦怠进行映射。本研究采用比较设计。360名2019年上半年在澳大接受专业教育的教师参与了这项研究。研究数据是使用人口调查问卷和学校倦怠量表收集的,该量表适用于印尼语和专业教育背景。采用探索性因子分析和Cronbach’s Alpha检验仪器的效度和信度。Mann-Withey U Test和Kruskal Wallis也被用来分析数据。结果显示,被试的学业倦怠在性别、婚姻状况、就业状况上均无显著差异。
{"title":"Burnout Akademik Guru Peserta Pendidikan Profesi","authors":"Diniy Hidayatur Rahman, I. Simon, Widya Multisari","doi":"10.31100/jurkam.v4i1.520","DOIUrl":"https://doi.org/10.31100/jurkam.v4i1.520","url":null,"abstract":"The study aims to determine the academic burnout of teachers taking Professional Teacher Education (Pendidikan Profesi Guru) at Universitas Negeri Malang (UM) based on their gender, marital status, and employment status. This is the first study mapping the academic burnout of teachers participating in professional education with various demographic variables. The study applied comparative design. 360 teachers who took their professional education at UM in the even semester 2019 participated in the study. Research data was collected using a demographic questionnaire and School Burnout Inventory that was adapted into Bahasa Indonesia and professional education context. The exploratory factor analysis and Cronbach's Alpha were applied to test the validity and reliability of the instrument. the Mann-Withey U Test and Kruskal Wallis were also used to analyze the data. The results showed that there are no differences in the academic burnout of the subjects in term of gender, marital status, and employment status.","PeriodicalId":32217,"journal":{"name":"JURKAM Jurnal Konseling Andi Matappa","volume":"10 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-02-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"79814671","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-08-30DOI: 10.31100/jurkam.v3i2.459
Ahmad Yusuf, Nurhidayatullah Nurhidayatullah
Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui gambaran kebutuhan siswa terhadap pengembangan model bimbingan belajar Quantum Learning di SMA Negeri 3 Pangkep. (2) Mengetahui gambaran uji keterpakaian (akseptabilitas) dan keberterimaan model bimbingan belajar Quantum Learning di SMA Negeri 3 Pangkep (3) Mengetahui gambaran model bimbingan belajar Quantum Learning yang dikembangkan oleh peneliti. Pendekatan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (research and development). Subjek dalam penelitian terdiri dari ahli praktisi bimbingan konseling, ahli bimbingan konseling dan siswa kelas X sebanyak 40 orang. Pengumpulan data dengan menggunakan instrument skala dan wawancara. Teknik analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pengembangan model bimbingan belajar quantum learning untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa sangat dibutuhkan di SMA Negeri 3 Pangkep.(2) Pengembangan model bimbingan belajar quantum learning untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa melalui uji keterpakaian (akseptabilitas) mendapat penilaian baik dan uji keberterimaan mendapat penilian cukup baik, yaitu dapat diterima dan digunakan di SMA Negeri 3 Pangkep.(3) Pengembangan model bimbingan belajar quantum learning untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa yang dikembangkan berupa buku panduan yang terdiri aspek tujuan, sasaran, sarana pendukung, peran konselor, prosedur pelaksanaan dan evaluasi kegiatan. (4) Penerapan model bimbingan belajar quantum learning memiliki pengaruh terhadap tingkat kemandirian belajar siswa yaitu dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas X di SMA Negeri 3 Pangkep.
{"title":"Pengembangan Model Bimbingan Belajar Quantum Learning Untuk Meningkatkan Kemandirian Belajar Siswa","authors":"Ahmad Yusuf, Nurhidayatullah Nurhidayatullah","doi":"10.31100/jurkam.v3i2.459","DOIUrl":"https://doi.org/10.31100/jurkam.v3i2.459","url":null,"abstract":"Tujuan penelitian ini adalah: (1) Mengetahui gambaran kebutuhan siswa terhadap pengembangan model bimbingan belajar Quantum Learning di SMA Negeri 3 Pangkep. (2) Mengetahui gambaran uji keterpakaian (akseptabilitas) dan keberterimaan model bimbingan belajar Quantum Learning di SMA Negeri 3 Pangkep (3) Mengetahui gambaran model bimbingan belajar Quantum Learning yang dikembangkan oleh peneliti. Pendekatan dalam penelitian ini adalah penelitian dan pengembangan (research and development). Subjek dalam penelitian terdiri dari ahli praktisi bimbingan konseling, ahli bimbingan konseling dan siswa kelas X sebanyak 40 orang. Pengumpulan data dengan menggunakan instrument skala dan wawancara. Teknik analisis data secara kualitatif dan kuantitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pengembangan model bimbingan belajar quantum learning untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa sangat dibutuhkan di SMA Negeri 3 Pangkep.(2) Pengembangan model bimbingan belajar quantum learning untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa melalui uji keterpakaian (akseptabilitas) mendapat penilaian baik dan uji keberterimaan mendapat penilian cukup baik, yaitu dapat diterima dan digunakan di SMA Negeri 3 Pangkep.(3) Pengembangan model bimbingan belajar quantum learning untuk meningkatkan kemandirian belajar siswa yang dikembangkan berupa buku panduan yang terdiri aspek tujuan, sasaran, sarana pendukung, peran konselor, prosedur pelaksanaan dan evaluasi kegiatan. (4) Penerapan model bimbingan belajar quantum learning memiliki pengaruh terhadap tingkat kemandirian belajar siswa yaitu dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa kelas X di SMA Negeri 3 Pangkep.","PeriodicalId":32217,"journal":{"name":"JURKAM Jurnal Konseling Andi Matappa","volume":"31 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"73035863","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-08-15DOI: 10.31100/jurkam.v3i2.361
Petrisia Anas Waluwandja, Yenssy Marvilen Fanggidae
This research aims to determine the difference of self-times students of grade X SMA Swasta PGRI Kupang based on modeling and self-management techniques, gender, and interaction of modeling and self-management techniques with gender in Student's self-affiliation needs. The research method used is the Quasi-experiment with the two-factor design research plan or often called 2 X 2 factorial design. The population of this study is all students of grade X private school SMA PGRI Kupang, which amounted to 423 students, with samples of 100 students. Every single group consists of 25 students where each group is divided into male and female groups. Sampling techniques using simple random sampling. The results showed that: (1) There is no difference of self-affiliation students of grade X SMA Swasta PGRI Kupang based on modeling and self management techniques; (2) There is no difference of self-affiliated students of grade X SMA Swasta PGRI Kupang based on students' gender; and (3) No interaction of modeling and self-management techniques with the gender of students in determining the need of self-affiliated students of grade X SMA Swasta PGRI Kupang.
本研究旨在了解SMA Swasta PGRI Kupang小学X年级学生自我归属需求中基于建模与自我管理技术、性别以及建模与自我管理技术与性别的交互作用的自我时间差异。使用的研究方法是准实验与双因素设计研究计划,或常称为2 × 2因子设计。本研究的总体为私立学校SMA PGRI Kupang的所有X年级学生,共423名学生,样本为100名学生。每个小组由25名学生组成,每个小组分为男女两组。使用简单随机抽样的抽样技术。结果表明:(1)基于建模和自我管理技术的小学X级学生自我隶属关系不存在差异;(2) SMA Swasta PGRI Kupang X年级自习学生的性别差异不存在;(3)建模和自我管理技术在决定小学X年级自主学生需求方面与学生性别没有交互作用。
{"title":"Efektivitas Teknik Modeling Dan Self Management Terhadap Self-Affiliation Ditinjau Dari Jenis Kelamin Siswa","authors":"Petrisia Anas Waluwandja, Yenssy Marvilen Fanggidae","doi":"10.31100/jurkam.v3i2.361","DOIUrl":"https://doi.org/10.31100/jurkam.v3i2.361","url":null,"abstract":"This research aims to determine the difference of self-times students of grade X SMA Swasta PGRI Kupang based on modeling and self-management techniques, gender, and interaction of modeling and self-management techniques with gender in Student's self-affiliation needs. The research method used is the Quasi-experiment with the two-factor design research plan or often called 2 X 2 factorial design. The population of this study is all students of grade X private school SMA PGRI Kupang, which amounted to 423 students, with samples of 100 students. Every single group consists of 25 students where each group is divided into male and female groups. Sampling techniques using simple random sampling. The results showed that: (1) There is no difference of self-affiliation students of grade X SMA Swasta PGRI Kupang based on modeling and self management techniques; (2) There is no difference of self-affiliated students of grade X SMA Swasta PGRI Kupang based on students' gender; and (3) No interaction of modeling and self-management techniques with the gender of students in determining the need of self-affiliated students of grade X SMA Swasta PGRI Kupang.","PeriodicalId":32217,"journal":{"name":"JURKAM Jurnal Konseling Andi Matappa","volume":"52 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90770636","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kemampuan verbal memegang peranan penting dalam perkembangan kognitif dan akademis anak. Kemampuan verbal juga mendukung pemahaman anak dalam menguasai mata pelajaran yang berimbas langsung pada kemampuan akademisnya. Model induktif kata bergambar merupakan salah satu metode pembelajaran yang fokus pada penguasaan dan pengembangan kosakata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model induktif kata bergambar dalam meningkatkan kemampuan verbal. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain mengunakan dua kelompok yang diamati. Subjek penelitian adalah siswa kelas 3 sekolah dasar di Kabupaten Kudus yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pengambilan subjek didasarkan pada observasi dan wawancara dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti. Pengukuran dilakukan saat pretes dan posttes menggunakan alat tes WISC. Tes WISC merupakan tes inteligensi yang biasa digunakan untuk mengukur taraf kecerdasan anak usia 5 tahun hingga 15 tahun. Pemberian perlakuan dalam penelitian ini menggunakan metode pembelajaran model induktif kata bergambar. Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian menggunakan analisis uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah perlakuan dengan skor 0,49 yang termasuk pada kategori sedang dengan sumbangan efektif sebesar 27,58%.
{"title":"Model Induktif Kata Bergambar Sebagai Upaya Meningkatkan Kemampuan Verbal Siswa","authors":"Ridwan Budi Pramono, Dwi Astuti, Jayanti Putri Purwaningrum","doi":"10.31100/jurkam.v3i2.369","DOIUrl":"https://doi.org/10.31100/jurkam.v3i2.369","url":null,"abstract":"Kemampuan verbal memegang peranan penting dalam perkembangan kognitif dan akademis anak. Kemampuan verbal juga mendukung pemahaman anak dalam menguasai mata pelajaran yang berimbas langsung pada kemampuan akademisnya. Model induktif kata bergambar merupakan salah satu metode pembelajaran yang fokus pada penguasaan dan pengembangan kosakata. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas model induktif kata bergambar dalam meningkatkan kemampuan verbal. Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan desain mengunakan dua kelompok yang diamati. Subjek penelitian adalah siswa kelas 3 sekolah dasar di Kabupaten Kudus yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Pengambilan subjek didasarkan pada observasi dan wawancara dengan kriteria yang telah ditetapkan oleh peneliti. Pengukuran dilakukan saat pretes dan posttes menggunakan alat tes WISC. Tes WISC merupakan tes inteligensi yang biasa digunakan untuk mengukur taraf kecerdasan anak usia 5 tahun hingga 15 tahun. Pemberian perlakuan dalam penelitian ini menggunakan metode pembelajaran model induktif kata bergambar. Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian menggunakan analisis uji Wilcoxon. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara sebelum dan sesudah perlakuan dengan skor 0,49 yang termasuk pada kategori sedang dengan sumbangan efektif sebesar 27,58%.","PeriodicalId":32217,"journal":{"name":"JURKAM Jurnal Konseling Andi Matappa","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86616707","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}