Dalam studi tentang sifat dasar manusia, salah satu persoalan mendasar yang menjadi perhatian para pemikir adalah pertanyaan menyoal autentisitas. Khususnya dalam tradisi pemikiran liberal, pertanyaan ini menjadi penting karena keterkaitan eratnya dengan kebebasan individual maupun kapasitas individu untuk secara bebas mewujudkan potensi dan aspirasinya. Artikel ini mencoba menelusuri diskusi konseptual tentang autentisitas dalam sejarah filsafat Barat, khususnya filsafat kontinental Eropa, sejak dari Immanuel Kant, Søren Kierkegaard, Friedrich Nietzsche, Martin Heidegger, hingga Jean-Paul Sartre. Tujuannya bukan untuk mendemonstrasikan perkembangan linear konsep dimaksud sebagai sesuatu yang berprogres, melainkan untuk memahamkan kompleksitasnya dengan mengidentifikasi unsur-unsur yang dikontribusikan dan diperkarakan oleh para pemikir tersebut.
{"title":"Aku Lawan Semua: Autentisitas dan Percabangannya dalam Sejarah Filsafat Barat","authors":"Muhammad R. Nirasma","doi":"10.30998/hnr.v2i2.939","DOIUrl":"https://doi.org/10.30998/hnr.v2i2.939","url":null,"abstract":"Dalam studi tentang sifat dasar manusia, salah satu persoalan mendasar yang menjadi perhatian para pemikir adalah pertanyaan menyoal autentisitas. Khususnya dalam tradisi pemikiran liberal, pertanyaan ini menjadi penting karena keterkaitan eratnya dengan kebebasan individual maupun kapasitas individu untuk secara bebas mewujudkan potensi dan aspirasinya. Artikel ini mencoba menelusuri diskusi konseptual tentang autentisitas dalam sejarah filsafat Barat, khususnya filsafat kontinental Eropa, sejak dari Immanuel Kant, Søren Kierkegaard, Friedrich Nietzsche, Martin Heidegger, hingga Jean-Paul Sartre. Tujuannya bukan untuk mendemonstrasikan perkembangan linear konsep dimaksud sebagai sesuatu yang berprogres, melainkan untuk memahamkan kompleksitasnya dengan mengidentifikasi unsur-unsur yang dikontribusikan dan diperkarakan oleh para pemikir tersebut.","PeriodicalId":325862,"journal":{"name":"Human Narratives","volume":"318 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124502798","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pada dasarnya, akar dari desain, khususnya desain komunikasi visual, adalah seni rupa. Dengan pendekatan fenomenologi, tulisan ini mendiskusikan pengungkapan pengalaman desainer di ranah seni rupa melalui penciptaan karya desain komunikasi visual. Proses penciptaan desainer ini menarik untuk ditelaah, karena dapat menjadi jendela untuk mengakses pengetahuan autentik desainer agar dapat diketahui oleh khalayak. Tulisan ini menggunakan fenomenologi Martin Heidegger sebagai pisau analitis untuk memahami tahapan-tahapan metodis yang dijalani seorang desainer komunikasi visual, sehingga didapatkan pengetahuan yang berbasis pada genetik karya, yakni proses dalam mana karya tersebut dilahirkan oleh sang desainer.
{"title":"Fenomenologi Desain: Pengungkapan Pengalaman Desainer dalam Desain Komunikasi Visual","authors":"Angga Kusuma Dawami, Muhammadiya Rifqi","doi":"10.30998/hnr.v2i2.968","DOIUrl":"https://doi.org/10.30998/hnr.v2i2.968","url":null,"abstract":"Pada dasarnya, akar dari desain, khususnya desain komunikasi visual, adalah seni rupa. Dengan pendekatan fenomenologi, tulisan ini mendiskusikan pengungkapan pengalaman desainer di ranah seni rupa melalui penciptaan karya desain komunikasi visual. Proses penciptaan desainer ini menarik untuk ditelaah, karena dapat menjadi jendela untuk mengakses pengetahuan autentik desainer agar dapat diketahui oleh khalayak. Tulisan ini menggunakan fenomenologi Martin Heidegger sebagai pisau analitis untuk memahami tahapan-tahapan metodis yang dijalani seorang desainer komunikasi visual, sehingga didapatkan pengetahuan yang berbasis pada genetik karya, yakni proses dalam mana karya tersebut dilahirkan oleh sang desainer.","PeriodicalId":325862,"journal":{"name":"Human Narratives","volume":"32 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131623996","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tujuan utama dari pemolisian adalah menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat untuk mencapai keteraturan sosial. Kawasan industri, sebagai tempat terkonsentrasinya sumber daya, merupakan arena sosial yang diwarnai perebutan sumber daya sehingga rawan akan berbagai bentuk gangguan kamtibmas. Tulisan ini bertujuan memberikan pemetaan permasalahan kamtibmas yang umum terjadi di kawasan industri. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Wawancara, observasi, dan studi dokumen digunakan sebagai teknik pengumpulan data. Adapun studi kasus yang dipilih adalah Kawasan Industri Modern Cikande yang terletak Kabupaten Serang, Banten. Hasil analisis menunjukkan adanya gangguan kamtibmas yang dapat dikategorikan menjadi permasalahan terkait lalu lintas, permasalahan sosial, dan permasalahan terkait relasi industrial.
{"title":"Permasalahan Kamtibmas di Kawasan Industri: Sebuah Pemetaan dalam Perspektif Ilmu Kepolisian","authors":"Yoga Putra Prima Setya","doi":"10.30998/hnr.v2i2.747","DOIUrl":"https://doi.org/10.30998/hnr.v2i2.747","url":null,"abstract":"Tujuan utama dari pemolisian adalah menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat untuk mencapai keteraturan sosial. Kawasan industri, sebagai tempat terkonsentrasinya sumber daya, merupakan arena sosial yang diwarnai perebutan sumber daya sehingga rawan akan berbagai bentuk gangguan kamtibmas. Tulisan ini bertujuan memberikan pemetaan permasalahan kamtibmas yang umum terjadi di kawasan industri. Penelitian dilakukan dengan pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Wawancara, observasi, dan studi dokumen digunakan sebagai teknik pengumpulan data. Adapun studi kasus yang dipilih adalah Kawasan Industri Modern Cikande yang terletak Kabupaten Serang, Banten. Hasil analisis menunjukkan adanya gangguan kamtibmas yang dapat dikategorikan menjadi permasalahan terkait lalu lintas, permasalahan sosial, dan permasalahan terkait relasi industrial.","PeriodicalId":325862,"journal":{"name":"Human Narratives","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126427494","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Hingga saat ini Indonesia semakin terkoneksi dengan negara-negara lain di Asia Tenggara dengan dimulainya Masyarakat Ekonomi ASEAN. Salah satu perkara yang menjadi perhatian para pakar dan pemangku kepentingan adalah kurang kompetitifnya Indonesia dibandingkan negara-negara tetangga dalam praktik ekonomi yang terintegrasi tersebut. Terlebih, di dalam negeri Indonesia sendiri pembangunan ekonomi dan pembangunan manusia antardaerah, khususnya antara pusat dan daerah, terlihat jelas ketimpangannya. Artikel ini berusaha mengidentifikasi faktor-faktor penentu kesiapan daerah di Indonesia untuk berpartisipasi dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN. Sebagai studi kasus, dipilih Provinsi Kalimantan Timur. Pengumpulan data dilakukan baik secara kualitatif melalui wawancara mendalam, maupun secara kuantitatif melalui kuesioner. Informan kunci dalam penelitian ini terdiri atas instansi-instansi yang menjadi pemangku kepentingan di Provinsi Kalimantan Timur. Analisis data dilakukan melalui analisis SWOT.
{"title":"Identifikasi Faktor Penentu Kesiapan Daerah di Indonesia untuk Berpartisipasi dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN: Studi Kasus Kalimantan Timur","authors":"Lukman Yudho Prakoso","doi":"10.30998/hnr.v2i2.941","DOIUrl":"https://doi.org/10.30998/hnr.v2i2.941","url":null,"abstract":"Hingga saat ini Indonesia semakin terkoneksi dengan negara-negara lain di Asia Tenggara dengan dimulainya Masyarakat Ekonomi ASEAN. Salah satu perkara yang menjadi perhatian para pakar dan pemangku kepentingan adalah kurang kompetitifnya Indonesia dibandingkan negara-negara tetangga dalam praktik ekonomi yang terintegrasi tersebut. Terlebih, di dalam negeri Indonesia sendiri pembangunan ekonomi dan pembangunan manusia antardaerah, khususnya antara pusat dan daerah, terlihat jelas ketimpangannya. Artikel ini berusaha mengidentifikasi faktor-faktor penentu kesiapan daerah di Indonesia untuk berpartisipasi dalam Masyarakat Ekonomi ASEAN. Sebagai studi kasus, dipilih Provinsi Kalimantan Timur. Pengumpulan data dilakukan baik secara kualitatif melalui wawancara mendalam, maupun secara kuantitatif melalui kuesioner. Informan kunci dalam penelitian ini terdiri atas instansi-instansi yang menjadi pemangku kepentingan di Provinsi Kalimantan Timur. Analisis data dilakukan melalui analisis SWOT.","PeriodicalId":325862,"journal":{"name":"Human Narratives","volume":"176 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131364453","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Berdakwah melalui media visual adalah metode baru dalam berdakwah yang berkembang saat ini. Penelitian ini mengkaji media dakwah visual yang dibuat oleh Muslim Designer Community (MDC), yaitu Banner Dakwah Ramadhan (BANDARA) yang dibuat khusus untuk konten Ramadan. Fokus bahasan pada artikel ini adalah BANDARA 1441. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan semiotika Charles Sanders Peirce. Analisis data diawali dengan melakukan identifikasi setiap elemen desain, kemudian membangun konstuksi pemaknaannya dengan menggunakan relasi antar-elemen desain yang menjadi pembentuk makna utama pada gambar. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara semiosis proposisi yang dibentuk oleh tanda visual mengacu pada objeknya secara indeksikal, mengikuti pola induksi proposisi -> indeksikal -> legisign
{"title":"Representasi Takwa dalam Banner Dakwah Ramadhan","authors":"Ahmad Faiz Muntazori","doi":"10.30998/hnr.v2i2.944","DOIUrl":"https://doi.org/10.30998/hnr.v2i2.944","url":null,"abstract":"Berdakwah melalui media visual adalah metode baru dalam berdakwah yang berkembang saat ini. Penelitian ini mengkaji media dakwah visual yang dibuat oleh Muslim Designer Community (MDC), yaitu Banner Dakwah Ramadhan (BANDARA) yang dibuat khusus untuk konten Ramadan. Fokus bahasan pada artikel ini adalah BANDARA 1441. Metode yang digunakan adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan semiotika Charles Sanders Peirce. Analisis data diawali dengan melakukan identifikasi setiap elemen desain, kemudian membangun konstuksi pemaknaannya dengan menggunakan relasi antar-elemen desain yang menjadi pembentuk makna utama pada gambar. Hasil analisis menunjukkan bahwa secara semiosis proposisi yang dibentuk oleh tanda visual mengacu pada objeknya secara indeksikal, mengikuti pola induksi proposisi -> indeksikal -> legisign","PeriodicalId":325862,"journal":{"name":"Human Narratives","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122685424","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sejak peradaban Barat menjadikan humanisme sebagai acuan tata nilai dalam membentuk kehidupan bermasyarakat mereka, terjadi banyak konfrontasi dengan komunitas Islam. Humanisme yang kemudian melahirkan perlindungan terhadap kebebasan berekspresi sering kali masuk ke wilayah penistaan nilai keagamaan (blasphemy). Artikel ini mencoba menelusuri titik tengkar yang melahirkan hambatan integrasi identitas muslim di Barat. Riset yang dilakukan berjenis kualitatif deskriptif dengan metode penelusuran literatur. Perbandingan humanisme Barat dan Islam dalam artikel ini dilakukan dengan menggunakan studi komparasi yang digagas Ali Syariati. Berdasarkan hasil penelusuran, terdapat perbedaan mendasar yang sulit dikompromikan antara humanisme Barat dan Islam, serta trauma Perang Salib yang masih terasa. Hal tersebut perlu dipahami dengan baik agar bisa memunculkan kesadaran untuk menekan intensitas konflik antara masyarakat Barat dengan komunitas muslim di wilayah mereka.
{"title":"Hambatan Integrasi Identitas Muslim di Barat: Penelusuran Konsep Humanisme, Perang Salib, dan Tantangan Masa Depan","authors":"Wirawan Sukarwo","doi":"10.30998/HN.V2I1.584","DOIUrl":"https://doi.org/10.30998/HN.V2I1.584","url":null,"abstract":"Sejak peradaban Barat menjadikan humanisme sebagai acuan tata nilai dalam membentuk kehidupan bermasyarakat mereka, terjadi banyak konfrontasi dengan komunitas Islam. Humanisme yang kemudian melahirkan perlindungan terhadap kebebasan berekspresi sering kali masuk ke wilayah penistaan nilai keagamaan (blasphemy). Artikel ini mencoba menelusuri titik tengkar yang melahirkan hambatan integrasi identitas muslim di Barat. Riset yang dilakukan berjenis kualitatif deskriptif dengan metode penelusuran literatur. Perbandingan humanisme Barat dan Islam dalam artikel ini dilakukan dengan menggunakan studi komparasi yang digagas Ali Syariati. Berdasarkan hasil penelusuran, terdapat perbedaan mendasar yang sulit dikompromikan antara humanisme Barat dan Islam, serta trauma Perang Salib yang masih terasa. Hal tersebut perlu dipahami dengan baik agar bisa memunculkan kesadaran untuk menekan intensitas konflik antara masyarakat Barat dengan komunitas muslim di wilayah mereka.","PeriodicalId":325862,"journal":{"name":"Human Narratives","volume":"33 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-02-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121228066","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Analisis kebutuhan merupakan langkah awal bagi tercapainya tujuan pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran bahasa Inggris, karena analisis kebutuhan menyediakan informasi mendalam sebagai acuan mengembangkan pembelajaran. Penelitian ini bermaksud melakukan analisis kebutuhan akan bahasa Inggris pada mahasiswa Desain Komunikasi Visual (DKV). Untuk memperoleh data, peneliti menggunakan kuesioner dengan melibatkan 138 mahasiswa DKV Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) yang dipilih secara acak sebagai responden. Data yang diperoleh kemudian diklasifikasikan berdasarkan tiga kategori bahasa Inggris untuk kebutuhan khusus: kebutuhan bahasa Inggris umum, kebutuhan bahasa Inggris untuk akademik, dan kebutuhan bahasa Inggris untuk pekerjaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam hal kebutuhan bahasa Inggris umum, menonton televisi dan film berbahasa Inggris merupakan kebutuhan yang paling penting, sementara bercakap-cakap dengan orang yang baru dikenal merupakan yang paling kurang penting. Dalam hal kebutuhan bahasa Inggris untuk akademik, mengerti perkuliahan dalam bahasa Inggris adalah kebutuhan yang paling penting, sementara membuat catatan perkuliahan adalah kebutuhan yang paling kurang penting. Adapun dalam hal kebutuhan bahasa Inggris untuk pekerjaan, bercakap-cakap dengan rekan kerja yang berbahasa Inggris adalah kebutuhan yang paling penting, sementara menulis memo atau laporan dalam bahasa Inggris adalah kebutuhan yang paling kurang penting
{"title":"Analisis Kebutuhan Mahasiswa Desain Komunikasi Visual terhadap Bahasa Inggris","authors":"Galuh Raga Paksi, Ismail Bambang Subianto","doi":"10.30998/HN.V2I1.585","DOIUrl":"https://doi.org/10.30998/HN.V2I1.585","url":null,"abstract":"Analisis kebutuhan merupakan langkah awal bagi tercapainya tujuan pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran bahasa Inggris, karena analisis kebutuhan menyediakan informasi mendalam sebagai acuan mengembangkan pembelajaran. Penelitian ini bermaksud melakukan analisis kebutuhan akan bahasa Inggris pada mahasiswa Desain Komunikasi Visual (DKV). Untuk memperoleh data, peneliti menggunakan kuesioner dengan melibatkan 138 mahasiswa DKV Universitas Indraprasta PGRI (Unindra) yang dipilih secara acak sebagai responden. Data yang diperoleh kemudian diklasifikasikan berdasarkan tiga kategori bahasa Inggris untuk kebutuhan khusus: kebutuhan bahasa Inggris umum, kebutuhan bahasa Inggris untuk akademik, dan kebutuhan bahasa Inggris untuk pekerjaan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dalam hal kebutuhan bahasa Inggris umum, menonton televisi dan film berbahasa Inggris merupakan kebutuhan yang paling penting, sementara bercakap-cakap dengan orang yang baru dikenal merupakan yang paling kurang penting. Dalam hal kebutuhan bahasa Inggris untuk akademik, mengerti perkuliahan dalam bahasa Inggris adalah kebutuhan yang paling penting, sementara membuat catatan perkuliahan adalah kebutuhan yang paling kurang penting. Adapun dalam hal kebutuhan bahasa Inggris untuk pekerjaan, bercakap-cakap dengan rekan kerja yang berbahasa Inggris adalah kebutuhan yang paling penting, sementara menulis memo atau laporan dalam bahasa Inggris adalah kebutuhan yang paling kurang penting","PeriodicalId":325862,"journal":{"name":"Human Narratives","volume":"49 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-02-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125866467","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Perkembangan teknologi informasi hari ini kerap menjauhkan masyarakat dari kekayaan nilai moral yang terdapat dalam karya sastra klasik. Salah satu karya sastra klasik yang telah banyak disadur menjadi cerita-cerita pendek adalah Hikayat Bayan Budiman. Makalah ini menyajikan edisi kritis dari Hikayat Bayan Budiman dengan metode pembetulan kesalahan yang terdapat pada teks. Metode tersebut digunakan karena banyaknya kerusakan pada fisik naskah. Dengan menyajikan edisi kritis Hikayat Bayan Budiman, para pembaca akan lebih mudah untuk memahami pesan-pesan yang terdapat di dalamnya. Selain itu, edisi kritis ini juga bisa menjadi patokan bagi para penyadur naskah untuk melakukan adaptasi pada cerita Bayan Budiman untuk dikemas ulang dengan sasaran pembaca yang lebih beragam.
{"title":"Transkrip Edisi Kritis Hikayat Bayan Budiman (Br. 115)","authors":"Widya Oktavia","doi":"10.30998/HN.V2I1.580","DOIUrl":"https://doi.org/10.30998/HN.V2I1.580","url":null,"abstract":"Perkembangan teknologi informasi hari ini kerap menjauhkan masyarakat dari kekayaan nilai moral yang terdapat dalam karya sastra klasik. Salah satu karya sastra klasik yang telah banyak disadur menjadi cerita-cerita pendek adalah Hikayat Bayan Budiman. Makalah ini menyajikan edisi kritis dari Hikayat Bayan Budiman dengan metode pembetulan kesalahan yang terdapat pada teks. Metode tersebut digunakan karena banyaknya kerusakan pada fisik naskah. Dengan menyajikan edisi kritis Hikayat Bayan Budiman, para pembaca akan lebih mudah untuk memahami pesan-pesan yang terdapat di dalamnya. Selain itu, edisi kritis ini juga bisa menjadi patokan bagi para penyadur naskah untuk melakukan adaptasi pada cerita Bayan Budiman untuk dikemas ulang dengan sasaran pembaca yang lebih beragam.","PeriodicalId":325862,"journal":{"name":"Human Narratives","volume":"50 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-02-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130761679","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Upaya menggunakan tanda-tanda visual berangkat dari pemahaman bahwa bahasa visual memiliki karakteristik khas yang dapat menimbulkan efek ketertarikan para pengamatnya. Hal seperti ini terkadang sulit disampaikan dengan bahasa verbal semata. Dalam studi ini, penulis meneliti tanda-tanda visual yang sering ditemukan pada pusat perbelanjaan. Kehadiran sistem tanda di ruang publik tersebut akan dianalisis menggunakan semiotika. Semiotika yang dipilih sebagai kerangka teoretis adalah semiotika Charles Sanders Peirce. Dalam Semiotika Peirce, semiotika didasarkan pada logika, karena logika mempelajari bagaimana orang bernalar, sedangkan penalaran dilakukan melalui tanda-tanda. Tujuan penelitian ini adalah menggali arti dari sistem tanda yang terdapat pada pusat perbelanjaan melalui semiotika Peirce.
{"title":"Analisis Sistem Tanda di Pusat Perbelanjaan berdasarkan Semiotika Charles Sanders Peirce","authors":"Riana Hoseani, Fenti Mariska Yohana","doi":"10.30998/HN.V2I1.578","DOIUrl":"https://doi.org/10.30998/HN.V2I1.578","url":null,"abstract":"Upaya menggunakan tanda-tanda visual berangkat dari pemahaman bahwa bahasa visual memiliki karakteristik khas yang dapat menimbulkan efek ketertarikan para pengamatnya. Hal seperti ini terkadang sulit disampaikan dengan bahasa verbal semata. Dalam studi ini, penulis meneliti tanda-tanda visual yang sering ditemukan pada pusat perbelanjaan. Kehadiran sistem tanda di ruang publik tersebut akan dianalisis menggunakan semiotika. Semiotika yang dipilih sebagai kerangka teoretis adalah semiotika Charles Sanders Peirce. Dalam Semiotika Peirce, semiotika didasarkan pada logika, karena logika mempelajari bagaimana orang bernalar, sedangkan penalaran dilakukan melalui tanda-tanda. Tujuan penelitian ini adalah menggali arti dari sistem tanda yang terdapat pada pusat perbelanjaan melalui semiotika Peirce.","PeriodicalId":325862,"journal":{"name":"Human Narratives","volume":"269 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-02-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121353370","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Peninggalan candi sering kali ditemukan dalam keadaan rusak. Namun di balik sisa-sisa reruntuhannya, masih terlihat jejak proses pembangunannya. Pada awalnya, seseorang yang menjadi pelaksana pembangunan candi (Yajamana), bersama para pekerjanya (Silpin), harus menghubungi Maha Brahma. Kemudian berdasarkan arahan Maha Brahma, mereka akan mencari lokasi yang tepat untuk membangun candi. Lokasi yang paling digemari adalah lahan dekat aliran sungai, khususnya daerah pertemuan dua sungai (tempuran). Material yang digunakan untuk pembanguan candi banyak macamnya, namun yang paling sering ditemukan adalah batu andesit dan batu bata merah. Material batu bata merah biasanya dipergunakan pada candi di areal persawahan, sedangkan batu andesit biasanya pada candi di dekat sungai. Tulisan ini mendiskusikan perbedaan penggunaan material pembangun candi tersebut serta efeknya pada kekuatan dan keindahan bangunan candi. Studi ini menggunakan metode kualitatif. Pengambilan data dilakukan melalui studi literatur, baik terhadap buku, laporan, ataupun artikel serta film semi dokumenter tentang ekskavasi candi di beberapa tempat di Indonesia. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa penggunaan material candi di Indonesia, baik batu andesit maupun batu bata merah, sama-sama menghasilkan kekuatan dan keindahan dengan ciri khas masing-masing. Keduanya dapat digunakan secara terpisah maupun bersamaan, walaupun berbeda fungsi, tergantung lokasi candi.
{"title":"Pilihan Material Bangunan pada Candi","authors":"Bambang Perkasa Alam","doi":"10.30998/HN.V2I1.579","DOIUrl":"https://doi.org/10.30998/HN.V2I1.579","url":null,"abstract":"Peninggalan candi sering kali ditemukan dalam keadaan rusak. Namun di balik sisa-sisa reruntuhannya, masih terlihat jejak proses pembangunannya. Pada awalnya, seseorang yang menjadi pelaksana pembangunan candi (Yajamana), bersama para pekerjanya (Silpin), harus menghubungi Maha Brahma. Kemudian berdasarkan arahan Maha Brahma, mereka akan mencari lokasi yang tepat untuk membangun candi. Lokasi yang paling digemari adalah lahan dekat aliran sungai, khususnya daerah pertemuan dua sungai (tempuran). Material yang digunakan untuk pembanguan candi banyak macamnya, namun yang paling sering ditemukan adalah batu andesit dan batu bata merah. Material batu bata merah biasanya dipergunakan pada candi di areal persawahan, sedangkan batu andesit biasanya pada candi di dekat sungai. Tulisan ini mendiskusikan perbedaan penggunaan material pembangun candi tersebut serta efeknya pada kekuatan dan keindahan bangunan candi. Studi ini menggunakan metode kualitatif. Pengambilan data dilakukan melalui studi literatur, baik terhadap buku, laporan, ataupun artikel serta film semi dokumenter tentang ekskavasi candi di beberapa tempat di Indonesia. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa penggunaan material candi di Indonesia, baik batu andesit maupun batu bata merah, sama-sama menghasilkan kekuatan dan keindahan dengan ciri khas masing-masing. Keduanya dapat digunakan secara terpisah maupun bersamaan, walaupun berbeda fungsi, tergantung lokasi candi.","PeriodicalId":325862,"journal":{"name":"Human Narratives","volume":"32 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-02-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123837471","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}