Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting dapat terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun. Stunting yang telah tejadi bila tidak diimbangi dengan catch-up growth (tumbuh kejar) mengakibatkan menurunnya pertumbuhan, masalah stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan meningkatnya risiko kesakitan, kematian dan hambatan pada pertumbuhan baik motorik maupun mental. Upaya penanganan stunting dengan mengoptimalkan kondisi pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK) dapat dilaksanakan di Posyandu. Posyandu sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan memiliki peran strategis, namun karena kader posyandu memiliki latar belakang pendidikan serta sosial budaya yang beragam pengetahuan dan keterampilannya perlu terus menerus mendapatkan pembaruan. Pada kasus stunting, berbagai penelitian menunjukkan pengetahuan dan keterampilan kader terkait stunting dan upaya pencegahannya sebagian besar belum baik, karena itu upaya peningkatan kapasitas kader posyandu penting dilakukan.
{"title":"PENINGKATAN KAPASITAS KADER POSYANDU DALAM MENDETEKSI DAN MENCEGAH STUNTING","authors":"Maya Indriati","doi":"10.38037/am.v4i1.66","DOIUrl":"https://doi.org/10.38037/am.v4i1.66","url":null,"abstract":"Stunting merupakan masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting dapat terjadi mulai janin masih dalam kandungan dan baru nampak saat anak berusia dua tahun. Stunting yang telah tejadi bila tidak diimbangi dengan catch-up growth (tumbuh kejar) mengakibatkan menurunnya pertumbuhan, masalah stunting merupakan masalah kesehatan masyarakat yang berhubungan dengan meningkatnya risiko kesakitan, kematian dan hambatan pada pertumbuhan baik motorik maupun mental. Upaya penanganan stunting dengan mengoptimalkan kondisi pada 1000 hari pertama kehidupan (HPK) dapat dilaksanakan di Posyandu. Posyandu sebagai bentuk pemberdayaan masyarakat bidang kesehatan memiliki peran strategis, namun karena kader posyandu memiliki latar belakang pendidikan serta sosial budaya yang beragam pengetahuan dan keterampilannya perlu terus menerus mendapatkan pembaruan. Pada kasus stunting, berbagai penelitian menunjukkan pengetahuan dan keterampilan kader terkait stunting dan upaya pencegahannya sebagian besar belum baik, karena itu upaya peningkatan kapasitas kader posyandu penting dilakukan.","PeriodicalId":332191,"journal":{"name":"Jurnal Abdi Masada","volume":"12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134974623","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kemitraan antara dukun bayi dengan bidan terjadi di Indonesia tanpa menghilangkan eksistensi dukun World Health Organozation (WHO) dan United Nation Childrens Fund (UNICEF) merekomendasikan pemberian ASI Ekslusif sampai bayi berumur 6 bulan (DepKes RI, 2014). Pemerintah Indosnesia melalui keputusan Mentri Kesehatan No. 450/MenKes/SK VI/2004 tanggal 7 April 2004 telah menetapkan pemberian ASI esklusif selama 6 bulan dan dianjurkan sampai dengan anak berusia 2 tahun atau lebih dengan pemberian makana tambahan yang sesuai (KemenKes RI, 2014).
Berdasarkan data sentra laktasi di Indonesia tahun 2015, mencatat bahwa pada tahun 2010-2015 hanya 48% ibu yang memberikan ASI ekslusif hal tersebut menunjukan pemberian ASI ekslusif di Indonesia masih sangat rendah. Indonesia sendiri rata-rata ibu memberikan ASI hanya dua bulan, sedangkan pemberian susu formula meningkat tiga kali lipat. Peresentase bayi yang menyusu ekslusif 0-6 bulan hanya 61,5%. Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat dalam mendorong peningkatan pemberian ASI ekslusif masih relative rendah (Kemenkes, 2015).
Air Susu Ibu (ASI) ekslusif berdasarkan peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau menggantikan dengan makanan atau minumam lain (kecuali obat, vitamin dan mineral). Pengaturan pemberian ASI ekslusif bertjuan untuk menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI ekslusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia enam bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya. Memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI ekslusif kepada bayinya, meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat, pemerintah daerah dan pemerintah terhadap ASI ekslusif.
{"title":"PROMOSI KESEHATAN UNTUK MENINGKATKAN PENGETAHUAN IBU NIFAS DALAM PEMBERIAN ASI EKSLUSIF DI WILAYAH KERJA UPT PUSKESMAS IBRAHIM ADJIE KOTA BANDUNG","authors":"Sri Hennyati, Adisti Nurul","doi":"10.38037/am.v4i1.68","DOIUrl":"https://doi.org/10.38037/am.v4i1.68","url":null,"abstract":"Kemitraan antara dukun bayi dengan bidan terjadi di Indonesia tanpa menghilangkan eksistensi dukun World Health Organozation (WHO) dan United Nation Childrens Fund (UNICEF) merekomendasikan pemberian ASI Ekslusif sampai bayi berumur 6 bulan (DepKes RI, 2014). Pemerintah Indosnesia melalui keputusan Mentri Kesehatan No. 450/MenKes/SK VI/2004 tanggal 7 April 2004 telah menetapkan pemberian ASI esklusif selama 6 bulan dan dianjurkan sampai dengan anak berusia 2 tahun atau lebih dengan pemberian makana tambahan yang sesuai (KemenKes RI, 2014).
 Berdasarkan data sentra laktasi di Indonesia tahun 2015, mencatat bahwa pada tahun 2010-2015 hanya 48% ibu yang memberikan ASI ekslusif hal tersebut menunjukan pemberian ASI ekslusif di Indonesia masih sangat rendah. Indonesia sendiri rata-rata ibu memberikan ASI hanya dua bulan, sedangkan pemberian susu formula meningkat tiga kali lipat. Peresentase bayi yang menyusu ekslusif 0-6 bulan hanya 61,5%. Hal ini disebabkan kesadaran masyarakat dalam mendorong peningkatan pemberian ASI ekslusif masih relative rendah (Kemenkes, 2015).
 Air Susu Ibu (ASI) ekslusif berdasarkan peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 adalah ASI yang diberikan kepada bayi sejak dilahirkan selama enam bulan, tanpa menambahkan dan/atau menggantikan dengan makanan atau minumam lain (kecuali obat, vitamin dan mineral). Pengaturan pemberian ASI ekslusif bertjuan untuk menjamin pemenuhan hak bayi untuk mendapatkan ASI ekslusif sejak dilahirkan sampai dengan berusia enam bulan dengan memperhatikan pertumbuhan dan perkembangannya. Memberikan perlindungan kepada ibu dalam memberikan ASI ekslusif kepada bayinya, meningkatkan peran dan dukungan keluarga, masyarakat, pemerintah daerah dan pemerintah terhadap ASI ekslusif.","PeriodicalId":332191,"journal":{"name":"Jurnal Abdi Masada","volume":"19 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134974619","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kejadian gawat darurat biasanya terjadi sangat cepat dan tiba-tiba sehingga sulit diprediksi kapan dan dimana terjadi. Kejadian gawat darurat misalnya adalah kecelakaan yang dapat terjadi kapan dan dimana saja. Anak-anak usia prasekolah khususnya berisiko mengalami kecelakaan di dalam rumah. Bayi yang kecil mungkin tercekik makanan atau benda kecil, anak kecil yang baru belajar jalan mungkin jatuh dari tangga, menarik air panas dari dalam kompor, menelan racun yang terdapat pada peralatan rumah tangga seperti bahan pemutih, ataupun tercekik tas plastik.1
Banyak kejadian yang menyebabkan kecelakaan yang memerlukan pertolongan pertama. Dalam keadaan gawat darurat, penanganan korban kecelakaan dalam waktu satu jam pertama merupakan waktu yang sangat penting untuk penanganan menyelamatkan korban kecelakaan dan menghindari kondisi buruk atau kematian. Disinilah pengetahuan dan keterampilan melakukan pertolongan pertama dibutuhkan oleh siapa saja. Adapun kecelakaan yang sering terjadi pada anak balita seperti tersedak, terjatuh, tertusuk benda tajam, luka bakar, keracunan, memar, tenggelam, dan lain-lain.2
Orang tua yang mempelajari dan memahami pertolongan pertama akan mengerti langkah apa yang harus dilakukan ketika anak mengalami cedera di rumah tangga. Pertolongan pertama merupakan tindakan pertolongan yang diberikan terhadap korban dengan tujuan mencegah keadaan bertambah buruk sebelum korban mendapatkan perawatan dari tenaga medis.4
{"title":"PENDIDIKAN KESEHATAN PENANGANAN PERTAMA PADA KECELAKAAN (P3K) CEDERA ANAK BALITA","authors":"Dyah Triwidiyantari, Ranti Fatmawanti","doi":"10.38037/am.v4i1.69","DOIUrl":"https://doi.org/10.38037/am.v4i1.69","url":null,"abstract":"Kejadian gawat darurat biasanya terjadi sangat cepat dan tiba-tiba sehingga sulit diprediksi kapan dan dimana terjadi. Kejadian gawat darurat misalnya adalah kecelakaan yang dapat terjadi kapan dan dimana saja. Anak-anak usia prasekolah khususnya berisiko mengalami kecelakaan di dalam rumah. Bayi yang kecil mungkin tercekik makanan atau benda kecil, anak kecil yang baru belajar jalan mungkin jatuh dari tangga, menarik air panas dari dalam kompor, menelan racun yang terdapat pada peralatan rumah tangga seperti bahan pemutih, ataupun tercekik tas plastik.1
 Banyak kejadian yang menyebabkan kecelakaan yang memerlukan pertolongan pertama. Dalam keadaan gawat darurat, penanganan korban kecelakaan dalam waktu satu jam pertama merupakan waktu yang sangat penting untuk penanganan menyelamatkan korban kecelakaan dan menghindari kondisi buruk atau kematian. Disinilah pengetahuan dan keterampilan melakukan pertolongan pertama dibutuhkan oleh siapa saja. Adapun kecelakaan yang sering terjadi pada anak balita seperti tersedak, terjatuh, tertusuk benda tajam, luka bakar, keracunan, memar, tenggelam, dan lain-lain.2
 Orang tua yang mempelajari dan memahami pertolongan pertama akan mengerti langkah apa yang harus dilakukan ketika anak mengalami cedera di rumah tangga. Pertolongan pertama merupakan tindakan pertolongan yang diberikan terhadap korban dengan tujuan mencegah keadaan bertambah buruk sebelum korban mendapatkan perawatan dari tenaga medis.4","PeriodicalId":332191,"journal":{"name":"Jurnal Abdi Masada","volume":"65 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134974618","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tuti Surtimanah, Irfan Nafis Sjamsuddin, Ejeb Ruhyat, Gugum Pamungkas
Transformasi kesehatan dicanangkan kementerian Kesehatan Tahun 2022 diantaranya pengembangan Posyandu Prima sebagai salah satu transformasi pelayanan kesehatan primer. Posyandu Prima adalah wadah pemberdayaan masyarakat yang memberikan pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan lainnya sesuai dengan kebutuhan secara terintegrasi di Desa dan Kelurahan. Posyandu Prima bekedudukan di tingkat Desa atau Kelurahan. Pengabdian Masyarakat bertujuan mengembangkan Posyandu Prima di Desa Girimekar. Kegiatan dimulai dengan advokasi kepada Kepala Puskesmas Cilengkrang, Kepala Desa dan Sekretaris Desa, serta Bidan di Desa Girimekar. Selanjutnya dilakukan sosialisasi kepada 27 orang kader dari seluruh Posyandu di Desa Girimekar serta pelatihan kepada 4 orang kader calon pelaksana Posyandu prima dan satu orang Bidan di Desa Girimekar. Terbentuk Posyandu Prima dengan terbitnya Peraturan Desa, serta kepengurusan Posyandu Prima dengan terbitnya Surat keputusan Kepala Desa. Posyandu Prima sudah mulai buka dua minggu satu kali, namun koordinasi dengan Posyandu tingkat RW untuk pemberdayaan masyarakat melalui kunjungan keluarga belum dimulai. Agar Posyandu prima berjalan berkesinambungan sesuai kegiatan yang ditetapkan, telah dilakukan advokasi kepada Kepala Puskesmas dan pengelola Upaya Kesehatan Bersumber-daya Masyarakat di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung agar dilakukan pembinaan secara berkelanjutan.
{"title":"PENGEMBANGAN POSYANDU PRIMA DI DESA GIRIMEKAR KABUPATEN BANDUNG","authors":"Tuti Surtimanah, Irfan Nafis Sjamsuddin, Ejeb Ruhyat, Gugum Pamungkas","doi":"10.38037/am.v4i1.71","DOIUrl":"https://doi.org/10.38037/am.v4i1.71","url":null,"abstract":"Transformasi kesehatan dicanangkan kementerian Kesehatan Tahun 2022 diantaranya pengembangan Posyandu Prima sebagai salah satu transformasi pelayanan kesehatan primer. Posyandu Prima adalah wadah pemberdayaan masyarakat yang memberikan pelayanan kesehatan dasar dan pelayanan lainnya sesuai dengan kebutuhan secara terintegrasi di Desa dan Kelurahan. Posyandu Prima bekedudukan di tingkat Desa atau Kelurahan. Pengabdian Masyarakat bertujuan mengembangkan Posyandu Prima di Desa Girimekar. Kegiatan dimulai dengan advokasi kepada Kepala Puskesmas Cilengkrang, Kepala Desa dan Sekretaris Desa, serta Bidan di Desa Girimekar. Selanjutnya dilakukan sosialisasi kepada 27 orang kader dari seluruh Posyandu di Desa Girimekar serta pelatihan kepada 4 orang kader calon pelaksana Posyandu prima dan satu orang Bidan di Desa Girimekar. Terbentuk Posyandu Prima dengan terbitnya Peraturan Desa, serta kepengurusan Posyandu Prima dengan terbitnya Surat keputusan Kepala Desa. Posyandu Prima sudah mulai buka dua minggu satu kali, namun koordinasi dengan Posyandu tingkat RW untuk pemberdayaan masyarakat melalui kunjungan keluarga belum dimulai. Agar Posyandu prima berjalan berkesinambungan sesuai kegiatan yang ditetapkan, telah dilakukan advokasi kepada Kepala Puskesmas dan pengelola Upaya Kesehatan Bersumber-daya Masyarakat di Dinas Kesehatan Kabupaten Bandung agar dilakukan pembinaan secara berkelanjutan.","PeriodicalId":332191,"journal":{"name":"Jurnal Abdi Masada","volume":"141 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134974622","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kehamilan diartikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. . Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan. Selama proses kehamilan terdapat beberapa perubahan yang dapat terjadi dan dialami oleh ibu hamil. Perubahan ini berupa perubahan sistem tubuh ibu yang membutuhkan adaptasi baik fisik ataupun psikologis. Perubahan yang sering dialami ibu selama kehamilan adalah mual muntah, pusing, nyeri punggung, flek hitam pada wajah, kram pada kaki, kenaikan berat badan, insomnia, dan sering berkemih (Irianti, 2013). Pada kehamilan akupresur sering digunakan sebagai alternatif pengobatan non farmakologi untuk mengatasi ketidaknyamanan ibu selama kehamilan karena pengaruh perubahan-perubahan fisiologis. Perubahan fisiologis dalam kehamilan yang dapat menggunakan akupresure sebagai alternatif diantaranya seperti pusing, meningkatkan kualitas tidur, mual muntah, mengurangi kecemasan, dan nyeri punggung. Proses pengobatan dengan teknik akupresur menitik beratkan pada titik – titik saraf tubuh, di kedua telapak tangan dan kaki kita terdapat titik akupresur untuk jantung, paru – paru, ginjal, mata, hati, kelenjar tiroid, pankreas, sinus, dan otak (hasanudin Kep, 2015).
Kegiatan intervensi mengajarkan Teknik serta menjelaskan teori akupresur Pericardium PC 6 ( Penekanan dengan ibu jari yang dilakukan dengan lembut membentuk lingkaran , 3 jari di Bawah pergelangan tangan dengan 30 kali putaran / 30 detik ) dilakukan sesering mungkin di saat ibu hamil masih ada rasa mual dan di saat melakukan akupresure ibu hamil harus rileks , posisi duduk nyaman dan tenang, akupuntur ini dilakukan selama 2 minggu.
{"title":"AKUPRESURE PC6 MENGURANGI MUAL MUNTAH PADA IBU HAMIL","authors":"Yeti Hernawati","doi":"10.38037/am.v4i1.70","DOIUrl":"https://doi.org/10.38037/am.v4i1.70","url":null,"abstract":"Kehamilan diartikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum kemudian dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. . Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan. Selama proses kehamilan terdapat beberapa perubahan yang dapat terjadi dan dialami oleh ibu hamil. Perubahan ini berupa perubahan sistem tubuh ibu yang membutuhkan adaptasi baik fisik ataupun psikologis. Perubahan yang sering dialami ibu selama kehamilan adalah mual muntah, pusing, nyeri punggung, flek hitam pada wajah, kram pada kaki, kenaikan berat badan, insomnia, dan sering berkemih (Irianti, 2013). Pada kehamilan akupresur sering digunakan sebagai alternatif pengobatan non farmakologi untuk mengatasi ketidaknyamanan ibu selama kehamilan karena pengaruh perubahan-perubahan fisiologis. Perubahan fisiologis dalam kehamilan yang dapat menggunakan akupresure sebagai alternatif diantaranya seperti pusing, meningkatkan kualitas tidur, mual muntah, mengurangi kecemasan, dan nyeri punggung. Proses pengobatan dengan teknik akupresur menitik beratkan pada titik – titik saraf tubuh, di kedua telapak tangan dan kaki kita terdapat titik akupresur untuk jantung, paru – paru, ginjal, mata, hati, kelenjar tiroid, pankreas, sinus, dan otak (hasanudin Kep, 2015).
 Kegiatan intervensi mengajarkan Teknik serta menjelaskan teori akupresur Pericardium PC 6 ( Penekanan dengan ibu jari yang dilakukan dengan lembut membentuk lingkaran , 3 jari di Bawah pergelangan tangan dengan 30 kali putaran / 30 detik ) dilakukan sesering mungkin di saat ibu hamil masih ada rasa mual dan di saat melakukan akupresure ibu hamil harus rileks , posisi duduk nyaman dan tenang, akupuntur ini dilakukan selama 2 minggu.","PeriodicalId":332191,"journal":{"name":"Jurnal Abdi Masada","volume":"41 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134974620","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Trisno Subekti, Suparni Suparni, Hotman P. Simanjuntak
Permasalahan kesehatan mata di Indonesia terjadi karena kurangnya kesadaran dalam mendeteksi dini adanya kelaian refraksi. Penglihatan merupakan jalur informasi utama, oleh karena itu gangguan penglihatan pada anak menyebabkan terganggunya proses belajar dan aktivitas anak disekolah. Hal itu dapat menyebabkan menurunnya kemampuan anak untuk menyerap materi pembelajaran dan berkurangnya potensi untuk meningkatkan kecerdasan.Tujuan pengabdian masyarakat ini yaitu untuk Edukasi dan Sosialisasi Menjaga Kesehatan Mata Sejak Dini. Pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan di SD Muhammadiyah 7 Antapani Bandung dengan sasaran peserta kegiatan yaitu siswa kelas 4, 5, dan 6. Pengabdian masyarakat ini menghasilkan peningkatan pengetahuan siswa dimana hasil dari pre test siswa yang berpengahuan baik ada 100 orang (69,44%).materi yang disampaikan terkait dengan makanan sehat, dan sosialisasi 20-20-20.
{"title":"EDUKASI DAN SOSIALISASI MENJAGA KESEHATAN MATA SEJAK DINI","authors":"Trisno Subekti, Suparni Suparni, Hotman P. Simanjuntak","doi":"10.38037/am.v4i1.72","DOIUrl":"https://doi.org/10.38037/am.v4i1.72","url":null,"abstract":"Permasalahan kesehatan mata di Indonesia terjadi karena kurangnya kesadaran dalam mendeteksi dini adanya kelaian refraksi. Penglihatan merupakan jalur informasi utama, oleh karena itu gangguan penglihatan pada anak menyebabkan terganggunya proses belajar dan aktivitas anak disekolah. Hal itu dapat menyebabkan menurunnya kemampuan anak untuk menyerap materi pembelajaran dan berkurangnya potensi untuk meningkatkan kecerdasan.Tujuan pengabdian masyarakat ini yaitu untuk Edukasi dan Sosialisasi Menjaga Kesehatan Mata Sejak Dini. Pengabdian kepada masyarakat ini dilaksanakan di SD Muhammadiyah 7 Antapani Bandung dengan sasaran peserta kegiatan yaitu siswa kelas 4, 5, dan 6. Pengabdian masyarakat ini menghasilkan peningkatan pengetahuan siswa dimana hasil dari pre test siswa yang berpengahuan baik ada 100 orang (69,44%).materi yang disampaikan terkait dengan makanan sehat, dan sosialisasi 20-20-20.","PeriodicalId":332191,"journal":{"name":"Jurnal Abdi Masada","volume":"47 46 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-05-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134974621","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Jaja Muhammad Jabbar, Nurwidoanto Nurwidoanto, M. R. Dwiva Nursalam, Nopia Siti Nurazizah, Yohana Maria Septalia R
Orang tua sebagai pengasuh utama mempunyai peranan penting untuk kesehatan mata anak karena mereka yang akan membuat keputusan untuk mencari layann kesehatan apabila terjadi gangguan kesehatan mata. Orang tua dituntut untuk mengetahui berbagai permasalahan kesehatan mata termasuk penyakit,pencegahan dan pengobatannya serta melakukan pemeriksaan berkala dan teratur demi menjaga kesehatan mata. Pengetahuan dan sikap mengenai kesehatan mata anak sangat perlu diketahui sejak usia dini untuk mencegah gangguan penglihatan pada anak. Pemeriksaan rutin pada mata sebaiknya dimulai sejak usia dini. Pada anak usia 2,5-5 tahun, skrining mata perlu dilakukan untuk mendeteksi apakah menderita gangguan tajam penglihatan yang nantinya akan mengganggu aktivitas di Sekolahnya.
{"title":"PEMANFAATAN CHART SIMBOL PADA PEMERIKSAAN REFRAKSI MATA","authors":"Jaja Muhammad Jabbar, Nurwidoanto Nurwidoanto, M. R. Dwiva Nursalam, Nopia Siti Nurazizah, Yohana Maria Septalia R","doi":"10.38037/am.v3i1.54","DOIUrl":"https://doi.org/10.38037/am.v3i1.54","url":null,"abstract":"Orang tua sebagai pengasuh utama mempunyai peranan penting untuk kesehatan mata anak karena mereka yang akan membuat keputusan untuk mencari layann kesehatan apabila terjadi gangguan kesehatan mata. Orang tua dituntut untuk mengetahui berbagai permasalahan kesehatan mata termasuk penyakit,pencegahan dan pengobatannya serta melakukan pemeriksaan berkala dan teratur demi menjaga kesehatan mata. Pengetahuan dan sikap mengenai kesehatan mata anak sangat perlu diketahui sejak usia dini untuk mencegah gangguan penglihatan pada anak. Pemeriksaan rutin pada mata sebaiknya dimulai sejak usia dini. Pada anak usia 2,5-5 tahun, skrining mata perlu dilakukan untuk mendeteksi apakah menderita gangguan tajam penglihatan yang nantinya akan mengganggu aktivitas di Sekolahnya.","PeriodicalId":332191,"journal":{"name":"Jurnal Abdi Masada","volume":"11 6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129714171","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Persiapan melahirkan haruslah benar-benar matang agar proses persalinan berlangsung lancar. Di tengah pandemi Covid-19, persiapan ini butuh upaya ekstra demi memastikan keamanan ibu dan bayi dari ancaman virus corona. Untuk itu, peran orang tua dan tenaga kesehatan yang menangani persalinan amat dibutuhkan. Prinsip utama dalam persiapan melahirkan di kala pandemi ini adalah menerapkan protokol kesehatan supaya tak terjangkit Covid-19. Ibu hamil dan keluarganya wajib menjaga kebersihan dengan rajin mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir atau hand sanitizer.Batasi pula aktivitas di luar rumah dan tetap rutin berolahraga dan menjaga pola makan demi kesehatan ibu dan bayi. Persiapan melahirkan bagi ibu hamil juga mencakup rencana pemeriksaan trimester kehamilan atau tiga bulanan. Pelaksanaan sosialisasi dilaksanakan dengan 2 pendekatan yaitu survei daring dengan e-form melalui media whatsapp dan menemui secara lagsung ibu-ibu yang sedang hamil dari rumah ke rumah yang tentu saja dilaksanakan sesuai protokol Kesehatan COVID-19. Dari semua kondisi tersebut, tampak perlu adanya program edukasi untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil untuk persiapan persalinan di masa pandemi Covid-19 agar persalinan aman dan nyaman.
{"title":"PERSIAPAN PERSALINAN DI MASA PANDEMI COVID -19","authors":"I. Kartika","doi":"10.38037/am.v3i1.44","DOIUrl":"https://doi.org/10.38037/am.v3i1.44","url":null,"abstract":"Persiapan melahirkan haruslah benar-benar matang agar proses persalinan berlangsung lancar. Di tengah pandemi Covid-19, persiapan ini butuh upaya ekstra demi memastikan keamanan ibu dan bayi dari ancaman virus corona. Untuk itu, peran orang tua dan tenaga kesehatan yang menangani persalinan amat dibutuhkan. Prinsip utama dalam persiapan melahirkan di kala pandemi ini adalah menerapkan protokol kesehatan supaya tak terjangkit Covid-19. Ibu hamil dan keluarganya wajib menjaga kebersihan dengan rajin mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir atau hand sanitizer.Batasi pula aktivitas di luar rumah dan tetap rutin berolahraga dan menjaga pola makan demi kesehatan ibu dan bayi. Persiapan melahirkan bagi ibu hamil juga mencakup rencana pemeriksaan trimester kehamilan atau tiga bulanan. Pelaksanaan sosialisasi dilaksanakan dengan 2 pendekatan yaitu survei daring dengan e-form melalui media whatsapp dan menemui secara lagsung ibu-ibu yang sedang hamil dari rumah ke rumah yang tentu saja dilaksanakan sesuai protokol Kesehatan COVID-19. Dari semua kondisi tersebut, tampak perlu adanya program edukasi untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil untuk persiapan persalinan di masa pandemi Covid-19 agar persalinan aman dan nyaman.","PeriodicalId":332191,"journal":{"name":"Jurnal Abdi Masada","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132910533","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Salah satu masalah gizi yang banyak terjadi pada ibu hamil adalah anemia gizi, yang merupakan masalah gizi mikro terbesar dan tersulit diatasi di seluruh dunia.2 World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa terdapat 52% ibu hamil mengalami anemia di negara berkembang. Di Indonesia (Susenas dan Survei Depkes-Unicef) dilaporkan bahwa dari sekitar 4 juta ibu hamil, separuhnya mengalami anemia gizi dan satu juta lainnya mengalami kekurangan energi kronis. Anemia sering terjadi akibat defisiensi zat besi karena pada ibu hamil terjadi peningkatan kebutuhan zat besi dua kali lipat akibat peningkatan volume darah tanpa ekspansi volume plasma, untuk memenuhi kebutuhan ibu (mencegah kehilangan darah pada saat melahirkan) dan pertumbuhan janin. Hal ini telah dibuktikan di Thailand bahwa penyebab utama anemia pada ibu hamil adalah karena defisiensi besi (43,1%. Demikian pula dengan studi di Tanzania memperlihatkan bahwa anemia ibu hamil berhubungan dengan defisiensi zat besi (p = 0,03), vitamin A (p =0,004) dan status gizi (LILA) (p = 0,003).7 Terdapat korelasi yang erat antara anemia pada saat kehamilan dengan kematian janin, abortus, cacat bawaan, berat bayi lahir rendah, cadangan zat besi yang berkurang pada anak atau anak lahir dalam keadaan anemia gizi.
{"title":"KEGIATAN PENYULUHAN PENTINGNYA TABLET BESI PADA IBU HAMIL DI POSYANDI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GRIYA ANTAPANI KOTA BANDUNG","authors":"Yeti Hernawati","doi":"10.38037/am.v3i1.50","DOIUrl":"https://doi.org/10.38037/am.v3i1.50","url":null,"abstract":"Salah satu masalah gizi yang banyak terjadi pada ibu hamil adalah anemia gizi, yang merupakan masalah gizi mikro terbesar dan tersulit diatasi di seluruh dunia.2 World Health Organization (WHO) melaporkan bahwa terdapat 52% ibu hamil mengalami anemia di negara berkembang. Di Indonesia (Susenas dan Survei Depkes-Unicef) dilaporkan bahwa dari sekitar 4 juta ibu hamil, separuhnya mengalami anemia gizi dan satu juta lainnya mengalami kekurangan energi kronis. Anemia sering terjadi akibat defisiensi zat besi karena pada ibu hamil terjadi peningkatan kebutuhan zat besi dua kali lipat akibat peningkatan volume darah tanpa ekspansi volume plasma, untuk memenuhi kebutuhan ibu (mencegah kehilangan darah pada saat melahirkan) dan pertumbuhan janin. Hal ini telah dibuktikan di Thailand bahwa penyebab utama anemia pada ibu hamil adalah karena defisiensi besi (43,1%. Demikian pula dengan studi di Tanzania memperlihatkan bahwa anemia ibu hamil berhubungan dengan defisiensi zat besi (p = 0,03), vitamin A (p =0,004) dan status gizi (LILA) (p = 0,003).7 Terdapat korelasi yang erat antara anemia pada saat kehamilan dengan kematian janin, abortus, cacat bawaan, berat bayi lahir rendah, cadangan zat besi yang berkurang pada anak atau anak lahir dalam keadaan anemia gizi.","PeriodicalId":332191,"journal":{"name":"Jurnal Abdi Masada","volume":"26 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122007937","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar belakang Pengaruh Zat Besi (Fe) terhadap Kadar Hemoglobin pada remaja puteri. Anemia merupakan kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb) lebih rendah daripada nilai normal menurut umur dan jenis kelamin seseorang yang disebabkan oleh beberapa faktor tertentu, termasuk asupan zat gizi salah satunya zat besi, dengan persentase di Indonesia remaja puteri yang mengalami anemia berjumlah 23,9%. Tingginya prevalensi tersebut diduga berkaitan dengan rendahnya asupan zat besi pada remaja puteri. Pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk mengukur pengaruh zat besi (Fe) terhadap kadar hemoglobin pada remaja puteri. Pelaksanaan sosialisasi dilaksanakan dengan pendekatan yaitu survei daring dengan e-form melalui media whatsapp. Pengetahuan pretest didapatkan dari nilai 24% meningkat setelah posttest menjadi 70 %. Pelaksanaan pengabdian ini berjalan lancar karena didukung oleh pemerintah dan masyarakat sekitar. Pengetahuan manusia sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pendidikan, profesi, usia, minat, pengalaman dan informasi. Oleh karena itu, mengikuti kelas remaja untuk belajar tentang pentingnya mengkonsumsi fe bagi remaja puteri sebagai upaya pencegahan anemia.
{"title":"PENGARUH PEMBERIAN FE TERHADAP KENAIKAN KADAR HAEMOGLOBIN PADA REMAJA PUTERI","authors":"Mira Meliyanti","doi":"10.38037/am.v3i1.47","DOIUrl":"https://doi.org/10.38037/am.v3i1.47","url":null,"abstract":"Latar belakang Pengaruh Zat Besi (Fe) terhadap Kadar Hemoglobin pada remaja puteri. Anemia merupakan kondisi dimana kadar hemoglobin (Hb) lebih rendah daripada nilai normal menurut umur dan jenis kelamin seseorang yang disebabkan oleh beberapa faktor tertentu, termasuk asupan zat gizi salah satunya zat besi, dengan persentase di Indonesia remaja puteri yang mengalami anemia berjumlah 23,9%. Tingginya prevalensi tersebut diduga berkaitan dengan rendahnya asupan zat besi pada remaja puteri. Pengabdian kepada masyarakat ini bertujuan untuk mengukur pengaruh zat besi (Fe) terhadap kadar hemoglobin pada remaja puteri. Pelaksanaan sosialisasi dilaksanakan dengan pendekatan yaitu survei daring dengan e-form melalui media whatsapp. Pengetahuan pretest didapatkan dari nilai 24% meningkat setelah posttest menjadi 70 %. Pelaksanaan pengabdian ini berjalan lancar karena didukung oleh pemerintah dan masyarakat sekitar. Pengetahuan manusia sangat dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pendidikan, profesi, usia, minat, pengalaman dan informasi. Oleh karena itu, mengikuti kelas remaja untuk belajar tentang pentingnya mengkonsumsi fe bagi remaja puteri sebagai upaya pencegahan anemia.","PeriodicalId":332191,"journal":{"name":"Jurnal Abdi Masada","volume":"35 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129711109","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}