Pub Date : 2020-09-17DOI: 10.38052/GAMALIEL.V2I2.52
Simon Simon
ABSTRAK - Artikel ini menyoroti respon orang Kristen terhadap pemberitaan televisi terkait Covid-19. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan konten analisis. Hasil dari temuan artikel ini mengungkapkan bahwa pemberitaan televisi terkat Covid-19 lebih cenderung memberitakan angka-angka kematian dibandingkan dengan peliputan pasian yang sembuh. Kemudian dalam pemberitaan Covid-19 kepada pemirsa, narasi ketakutan sering digemakanoleh televisi dibandingkan narasi yang sifatnya menyemangati atau mengajak untuk bersikap optimisme. Selain itu, pemberitaan televisi dalam negeri masih lebih dominan mengekor pada pemberitaan media luar negeri. Berdasarkan fakta pemberitaan televisi tentang Covid-19 ini maka orang Kristen perlu meresponinya dengan hati dan pikiran tetap tenang yang diperoleh melalui perenungan Firman Tuhan dan iman yang teguh kepada Allah, melakukan pembanding informasi dari apayang ditonton, serta tidak ikut tersugesti atau terpengaruh. ABSTRACT - This article highlights how Christians have responded to television coverage regarding Covid-19. The method used is descriptive qualitative method with content analysis approach. The results of the findings of this article reveal that television coverage related to Covid-19 is more likely to report mortality rates than coverage of patients who recover. Then in Covid-19 reporting to viewers, narratives of fear are often echoed by television compared to narratives that are encouraging or inviting to be optimistic. In addition, domestic television coverage is still more dominant following foreign media coverage. Seeing this fact in relation to television coverage of Covid-19, Christians should respond with a calm heart and mind, make comparisons of information about what they watch, and not be suggested or influenced. This can be applied by Christians when the Word of God is firmly meditate on and believed and becomes a guide for their life.
{"title":"RESPON ORANG KRISTEN TERHADAP PEMBERITAAN TELEVISI MENGENAI COVID-19","authors":"Simon Simon","doi":"10.38052/GAMALIEL.V2I2.52","DOIUrl":"https://doi.org/10.38052/GAMALIEL.V2I2.52","url":null,"abstract":"ABSTRAK - Artikel ini menyoroti respon orang Kristen terhadap pemberitaan televisi terkait Covid-19. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan konten analisis. Hasil dari temuan artikel ini mengungkapkan bahwa pemberitaan televisi terkat Covid-19 lebih cenderung memberitakan angka-angka kematian dibandingkan dengan peliputan pasian yang sembuh. Kemudian dalam pemberitaan Covid-19 kepada pemirsa, narasi ketakutan sering digemakanoleh televisi dibandingkan narasi yang sifatnya menyemangati atau mengajak untuk bersikap optimisme. Selain itu, pemberitaan televisi dalam negeri masih lebih dominan mengekor pada pemberitaan media luar negeri. Berdasarkan fakta pemberitaan televisi tentang Covid-19 ini maka orang Kristen perlu meresponinya dengan hati dan pikiran tetap tenang yang diperoleh melalui perenungan Firman Tuhan dan iman yang teguh kepada Allah, melakukan pembanding informasi dari apayang ditonton, serta tidak ikut tersugesti atau terpengaruh. ABSTRACT - This article highlights how Christians have responded to television coverage regarding Covid-19. The method used is descriptive qualitative method with content analysis approach. The results of the findings of this article reveal that television coverage related to Covid-19 is more likely to report mortality rates than coverage of patients who recover. Then in Covid-19 reporting to viewers, narratives of fear are often echoed by television compared to narratives that are encouraging or inviting to be optimistic. In addition, domestic television coverage is still more dominant following foreign media coverage. Seeing this fact in relation to television coverage of Covid-19, Christians should respond with a calm heart and mind, make comparisons of information about what they watch, and not be suggested or influenced. This can be applied by Christians when the Word of God is firmly meditate on and believed and becomes a guide for their life.","PeriodicalId":336785,"journal":{"name":"Jurnal Gamaliel : Teologi Praktika","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-09-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128352749","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-09-15DOI: 10.38052/GAMALIEL.V2I2.50
William Christopher Hariandja
ABSTRAK - Salah satu masalah utama yang dihadapi Gereja adalah bagaimana peran wanita dalam kepemimpinan Gereja dipahami. Ada dua pandangan utama mengenai hal ini, yakni: 1) wanita dapat membantu dan melayani Gereja, tetapi tidak memenuhi syarat untuk mengambil jabatan Gerejawi dan menerima tahbisan, serta 2) wanita dapat membantu dan melayani Gereja karena memenuhi syarat untuk menduduki jabatan Gerejawi dan menerima tahbisan. Pandangan ini telah menjadi perdebatan dalam perjalanan Gereja sepanjang zaman. Ada perdebatan apakah teks-teks Rasul Paulus menyetujui atau menentang pandangan tentang diakon wanita. Harus diakui bahwa fungsi jabatan diakon adalah fenomena historis dalam kehidupan Gereja. Namun, kalau jabatan itu juga ternyata pernah dipegang oleh beberapa wanita, maka Gereja ‘tidak seharusnya’ melarang tahbisan diakon bagi wanita. Tentu, tidak mungkin semua tokoh wanita yang pernah terlibat dalam pelayanan Rasul Paulus akan saya bahas. Dalam artikel ini, saya hanya akan membahas mengenai Febe. Mengapa harus tokoh Febe yang dipilih? Karena Febe dengan jelas disebut oleh Rasul Paulus sebagai “pelayan jemaat di Kengkrea”, sebuah definisi bagi arti diakon itu sendiri. ABSTRACT - One of the main problems that facing by the Church is how the role of women in Church leadership is understood. There are two main views on this matter, namely: 1) women can help and serve the Church, but do not qualify for taking ecclesiastical positions and cannot be ordained, and 2) women can help and serve the Church with the ordination position because they are eligible to occupy ecclesiastical positions. This view has been a debate in the course of the Church throughout the ages. There is debate as to whether Paul's texts agree or oppose the view of female deacons. It must be recognized that the function of the office of deacon is a historical phenomenon in the life of the Church. However, if that position also turns out to have been held by several women, then the Church "should not" prohibit the ordination of deacons for women. Of course, it is unlikely that all the women who have been involved in Paul's ministry will be discussed. In this artikel, I will only discuss about Phoebe. Why should Phoebe be chosen? Because Phoebe is clearly referred to by Paul as "servant of the church at Cenchreae", a definition for the meaning of the deacon itself .
摘要——教会面临的主要问题之一是如何理解妇女在教会领导下的作用。关于这一点,有两种主要的观点:1)妇女可以帮助和服务教会,但没有资格担任教会职务并接受圣职,2)妇女可以协助和服务教会,因为她们有资格担任教会职务并接受圣职。这种观点在教会的各个时代的进程中一直是有争议的。关于变魔术的观点,人们争论使徒保罗的文本是赞成还是反对。必须承认,执事的职能是教会生活中的历史现象。然而,如果这个职位也曾被一些妇女授予,那么教会“不应该”禁止任命女性。当然,我不可能考虑所有参与使徒保罗事奉的女性角色。在这篇文章中,我将只讨论菲比。为什么要选择菲比呢?因为菲比被使徒保罗明确地称为“肯塔基会众的执事”,这是执事本身的定义。被教会忽视的一个主要问题是,教会领袖中女性的角色是可以理解的。有两个主要观点》一书在这没关系,namely: 1)能帮助妇女和金黄色,the Church,但不要qualify for教会著作的应试阵地和不能成为ordained, 2)能帮助妇女和金黄色,the Church with the ordination位置,因为他们正在去占领教会著作eligible阵地。这一观点在教堂的各个方面都是有争议的。保罗的短信是否一致,是否暴露了女性耳聋的观点,这是可以接受的。这必须证明执事办公室的功能是教会生活中历史上的现象。悬浮,如果那个职位也被塞外妇女所取代,那么教会“不应该”证明聋哑妇女的提议。当然,所有被保罗部录取的妇女都不太可能被开除。在这篇文章中,我只会谈论菲比。菲比为什么会被选中?因为菲比显然是被保罗称为“教堂在仪式上的仆人”,是对执事意义的定义。
{"title":"KAJIAN SINGKAT ATAS “TAHBISAN” DALAM DIRI FEBE YANG TERDAPAT DALAM ROMA 16:1-2","authors":"William Christopher Hariandja","doi":"10.38052/GAMALIEL.V2I2.50","DOIUrl":"https://doi.org/10.38052/GAMALIEL.V2I2.50","url":null,"abstract":"ABSTRAK - Salah satu masalah utama yang dihadapi Gereja adalah bagaimana peran wanita dalam kepemimpinan Gereja dipahami. Ada dua pandangan utama mengenai hal ini, yakni: 1) wanita dapat membantu dan melayani Gereja, tetapi tidak memenuhi syarat untuk mengambil jabatan Gerejawi dan menerima tahbisan, serta 2) wanita dapat membantu dan melayani Gereja karena memenuhi syarat untuk menduduki jabatan Gerejawi dan menerima tahbisan. Pandangan ini telah menjadi perdebatan dalam perjalanan Gereja sepanjang zaman. Ada perdebatan apakah teks-teks Rasul Paulus menyetujui atau menentang pandangan tentang diakon wanita. Harus diakui bahwa fungsi jabatan diakon adalah fenomena historis dalam kehidupan Gereja. Namun, kalau jabatan itu juga ternyata pernah dipegang oleh beberapa wanita, maka Gereja ‘tidak seharusnya’ melarang tahbisan diakon bagi wanita. Tentu, tidak mungkin semua tokoh wanita yang pernah terlibat dalam pelayanan Rasul Paulus akan saya bahas. Dalam artikel ini, saya hanya akan membahas mengenai Febe. Mengapa harus tokoh Febe yang dipilih? Karena Febe dengan jelas disebut oleh Rasul Paulus sebagai “pelayan jemaat di Kengkrea”, sebuah definisi bagi arti diakon itu sendiri. ABSTRACT - One of the main problems that facing by the Church is how the role of women in Church leadership is understood. There are two main views on this matter, namely: 1) women can help and serve the Church, but do not qualify for taking ecclesiastical positions and cannot be ordained, and 2) women can help and serve the Church with the ordination position because they are eligible to occupy ecclesiastical positions. This view has been a debate in the course of the Church throughout the ages. There is debate as to whether Paul's texts agree or oppose the view of female deacons. It must be recognized that the function of the office of deacon is a historical phenomenon in the life of the Church. However, if that position also turns out to have been held by several women, then the Church \"should not\" prohibit the ordination of deacons for women. Of course, it is unlikely that all the women who have been involved in Paul's ministry will be discussed. In this artikel, I will only discuss about Phoebe. Why should Phoebe be chosen? Because Phoebe is clearly referred to by Paul as \"servant of the church at Cenchreae\", a definition for the meaning of the deacon itself .","PeriodicalId":336785,"journal":{"name":"Jurnal Gamaliel : Teologi Praktika","volume":"212 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-09-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123392294","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-09-15DOI: 10.38052/GAMALIEL.V2I2.54
Jaka Maryanto, Kezia Yemima
ABSTRAK - Pelayanan publik di Indonesia memiliki masalah dalam pelaksanaannya karena karakteristik masyarakat yang variatif dan kelemahan pelaksana. Solusi untuk permasalahan ini adalah PNS Kristen harus menerapkan model kepemimpinan alkitabiah. Salah satu model kepemimpinan alkitabiah adalah model kepemimpinan Nehemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengaplikasikan model kepemimpinan Nehemia dalam pelayanan publik yang dilakukan oleh PNS Kristen. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode grounded theory . Penelitian ini menghasilkan model kepemimpinan SMART 2 SMART. Model kepemimpinan SMART 2 SMART merupakan aplikasi model kepemimpinan Nehemia dalam konteks pelayanan publik di Indonesia. ABSTRACT – Public service in Indonesia had a problem in its implementation because difference need in community and the weakness of the executive. The solution of this problem is christian government employees must apply the biblical leadership model. One of the biblical leadership models is the Nehemiah leadership model. This research aims to apply the Nehemiah leadership model in public service done by christian government employees. This research uses a qualitative approach with the grounded theory method. This research produces the SMART 2 SMART leadership model. SMART 2 SMART leadership model is Nehemiah leadership model that be applied in Indonesia public service context
{"title":"KEPEMIMPINAN KONTINGENSI ALKITABIAH BAGI PENYELENGARA NEGARA KRISTEN DALAM PELAYANAN PUBLIK","authors":"Jaka Maryanto, Kezia Yemima","doi":"10.38052/GAMALIEL.V2I2.54","DOIUrl":"https://doi.org/10.38052/GAMALIEL.V2I2.54","url":null,"abstract":"ABSTRAK - Pelayanan publik di Indonesia memiliki masalah dalam pelaksanaannya karena karakteristik masyarakat yang variatif dan kelemahan pelaksana. Solusi untuk permasalahan ini adalah PNS Kristen harus menerapkan model kepemimpinan alkitabiah. Salah satu model kepemimpinan alkitabiah adalah model kepemimpinan Nehemia. Penelitian ini bertujuan untuk mengaplikasikan model kepemimpinan Nehemia dalam pelayanan publik yang dilakukan oleh PNS Kristen. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode grounded theory . Penelitian ini menghasilkan model kepemimpinan SMART 2 SMART. Model kepemimpinan SMART 2 SMART merupakan aplikasi model kepemimpinan Nehemia dalam konteks pelayanan publik di Indonesia. ABSTRACT – Public service in Indonesia had a problem in its implementation because difference need in community and the weakness of the executive. The solution of this problem is christian government employees must apply the biblical leadership model. One of the biblical leadership models is the Nehemiah leadership model. This research aims to apply the Nehemiah leadership model in public service done by christian government employees. This research uses a qualitative approach with the grounded theory method. This research produces the SMART 2 SMART leadership model. SMART 2 SMART leadership model is Nehemiah leadership model that be applied in Indonesia public service context","PeriodicalId":336785,"journal":{"name":"Jurnal Gamaliel : Teologi Praktika","volume":"32 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-09-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128778943","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-09-15DOI: 10.38052/GAMALIEL.V2I2.56
Kezia Yemima
ABSTRAK – Pandemi Covid-19 berdampak pada Sekolah Tinggi Teologi (STT). Kegiatan pendidikan, persekutuan maupun kegiatan yang melibatkan banyak mahasiswa dan menimbulkan kerumunan harus dibatasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan strategi pemuridan bagi mahasiswa di sekolah tinggi teologi yang tepat, alkitabiah, dan kontekstual pada era New Normal pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan metode penelitian teologia sistematika kualitatif yaitu metode induktif. Strategi pemuridan mahasiswa teologi yang dihasilkan, yaitu: pertama, para dosen perlu hadir dalam kehidupan mahasiswa yang dilayani menggunakan berbagai media Teknologi Informasi dan Komputer(TIK) dan menyampaikan Kabar Baik dengan sederhana, jelas, sikap yang benar, terbuka, dan gigih menggunakan setiap kesempatan untuk memberitakan kabar baik sampai dapat diterima. Kedua, dosen menggabungkan para mahasiswa yang dilayani dalam Kelompok Tumbuh Bersama Kontekstual (KTBK) yang memiliki kegiatan secara online dan offline . Ketiga, dosen memperlengkapi para mahasiswa melalui pelatihan-pelatihan pelayanan yang dilakukan dengan bantuan TIK. Keempat, pelayan mengutus para mahasiswa untuk bermultiplikasi dengan melakukan hal yang sama melalui pengurapan Roh Kudus. ABSTRACT – Covid-19 Pandemic has an impact on theological colleges. Teaching activities, Fellowship activities and activities that involve many student dan cause crowds must be limited. The purpose of this studied was to formulate appropriate, biblical, and contextual discipleship strategies in theological colleges during the New Normal Covid-19 pandemic era. This studied used qualitative systematic theological research methods, namely the inductive method. The resulting discipleship strategies are: first, the lecturer need to be present in the lives of students who are served using various ICT media and deliver the good news with a simple, clear, right attitude, open and persistent use every opportunity to preach the good news until it can be accepted. Second, the lecturer combine students who are served in the Contextual Bible Group who have online and offline activities. Third, the lecturer equip students through service training conducted with the help of ICT. Fourth, the Lecturer sent students to multiply by doing the same thing through the anointing of the Holy Spirit.
抽象——《3d -19大流行》影响了神学院。教育、奖学金或涉及许多学生和人群的活动必须受到限制。这项研究的目的是在Covid-19大流行的新时代为适当的神学、圣经和语境学生制定训练策略。本研究采用一种系统性的定性神学方法,即归纳法。培养神学学生的策略是:首先,教授需要出现在学生的生活中,他们使用各种信息技术和计算机(TIK),以简单、清晰、正确、开放和坚持不懈的方式,通过各种机会传播好消息,直到被接受。其次,教授将在网络和离线活动中服务的学生结合起来。第三,教授在TIK的帮助下为学生提供服务培训。第四,牧师派学生通过圣灵的膏油来复制。抽象——19大流行对神学收藏品有影响。教学生活动、教学生活动和教群众活动必须受到限制。这项研究的目的是在新常态的Covid-19大大流行时期制定可行的、圣经和意识形态的战略。这门学科的实践实践实践研究方法,缺乏导引方法。The resulting discipleship策略是:第一,境lecturer需要成为现在住的学生是谁用不同媒体信息通信技术和服务交付《good news with a简单,clear,正确的态度,开放和坚持不懈,利用每一个机会去说教是好消息,直到可以成为公认。第二,lecturer联合学习圣经小组的成员都是在线且离线活动的学生。第三,讲师通过培训培训培训培训培训。第四,向导通过在圣灵的膏意下,用同样的方法使学生进行交换。
{"title":"STRATEGI PEMURIDAN MAHASISWA SEKOLAH TINGGI TEOLOGI ERA NEW NORMAL PANDEMI COVID-19","authors":"Kezia Yemima","doi":"10.38052/GAMALIEL.V2I2.56","DOIUrl":"https://doi.org/10.38052/GAMALIEL.V2I2.56","url":null,"abstract":"ABSTRAK – Pandemi Covid-19 berdampak pada Sekolah Tinggi Teologi (STT). Kegiatan pendidikan, persekutuan maupun kegiatan yang melibatkan banyak mahasiswa dan menimbulkan kerumunan harus dibatasi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk merumuskan strategi pemuridan bagi mahasiswa di sekolah tinggi teologi yang tepat, alkitabiah, dan kontekstual pada era New Normal pandemi Covid-19. Penelitian ini menggunakan metode penelitian teologia sistematika kualitatif yaitu metode induktif. Strategi pemuridan mahasiswa teologi yang dihasilkan, yaitu: pertama, para dosen perlu hadir dalam kehidupan mahasiswa yang dilayani menggunakan berbagai media Teknologi Informasi dan Komputer(TIK) dan menyampaikan Kabar Baik dengan sederhana, jelas, sikap yang benar, terbuka, dan gigih menggunakan setiap kesempatan untuk memberitakan kabar baik sampai dapat diterima. Kedua, dosen menggabungkan para mahasiswa yang dilayani dalam Kelompok Tumbuh Bersama Kontekstual (KTBK) yang memiliki kegiatan secara online dan offline . Ketiga, dosen memperlengkapi para mahasiswa melalui pelatihan-pelatihan pelayanan yang dilakukan dengan bantuan TIK. Keempat, pelayan mengutus para mahasiswa untuk bermultiplikasi dengan melakukan hal yang sama melalui pengurapan Roh Kudus. ABSTRACT – Covid-19 Pandemic has an impact on theological colleges. Teaching activities, Fellowship activities and activities that involve many student dan cause crowds must be limited. The purpose of this studied was to formulate appropriate, biblical, and contextual discipleship strategies in theological colleges during the New Normal Covid-19 pandemic era. This studied used qualitative systematic theological research methods, namely the inductive method. The resulting discipleship strategies are: first, the lecturer need to be present in the lives of students who are served using various ICT media and deliver the good news with a simple, clear, right attitude, open and persistent use every opportunity to preach the good news until it can be accepted. Second, the lecturer combine students who are served in the Contextual Bible Group who have online and offline activities. Third, the lecturer equip students through service training conducted with the help of ICT. Fourth, the Lecturer sent students to multiply by doing the same thing through the anointing of the Holy Spirit.","PeriodicalId":336785,"journal":{"name":"Jurnal Gamaliel : Teologi Praktika","volume":"62 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-09-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133537853","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-03-30DOI: 10.38052/gamaliel.v2i1.49
Yuliati Yuliati, S. Santoso
Mahasiswa Kristen sering memprioritaskan mata kuliah lain yang sesuai dengan program studinya dibandingkan dengan Pendidikan Agama Kristen (PAK) yang merupakan mata kuliah umum. Kebijakan Kampus Merdeka berpotensi membuat mahasiswa Kristen tidak lagi memilih mata kuliah PAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh PAK terhadap pemahaman mahasiswa Kristen semester satu Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Uniersitas Sebelas Maret Surakarta tentang Kristologi Alkitabiah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode Quasi Eksperimen. Populasi yaitu mahasiswa Kristen angkatan 2019 yang mengambil Mata Kuliah PAK di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) sebanyak 30 mahasiswa. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pertama, PAK berpengaruh meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang Kristologi alkitabiah sebesar 47,9%. Kedua, Pembelajaran PAK memerlukan metode pengajaran yang beragam dan intensitas pengulangan materi yang tinggi.
{"title":"PENGARUH PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DALAM PENINGKATKAN PEMAHAMAN MAHASISWA KRISTEN TENTANG KRISTOLOGI ALKITABIAH","authors":"Yuliati Yuliati, S. Santoso","doi":"10.38052/gamaliel.v2i1.49","DOIUrl":"https://doi.org/10.38052/gamaliel.v2i1.49","url":null,"abstract":"Mahasiswa Kristen sering memprioritaskan mata kuliah lain yang sesuai dengan program studinya dibandingkan dengan Pendidikan Agama Kristen (PAK) yang merupakan mata kuliah umum. Kebijakan Kampus Merdeka berpotensi membuat mahasiswa Kristen tidak lagi memilih mata kuliah PAK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh PAK terhadap pemahaman mahasiswa Kristen semester satu Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Uniersitas Sebelas Maret Surakarta tentang Kristologi Alkitabiah. Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode Quasi Eksperimen. Populasi yaitu mahasiswa Kristen angkatan 2019 yang mengambil Mata Kuliah PAK di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS) sebanyak 30 mahasiswa. Kesimpulan dari penelitian ini adalah pertama, PAK berpengaruh meningkatkan pemahaman mahasiswa tentang Kristologi alkitabiah sebesar 47,9%. Kedua, Pembelajaran PAK memerlukan metode pengajaran yang beragam dan intensitas pengulangan materi yang tinggi.","PeriodicalId":336785,"journal":{"name":"Jurnal Gamaliel : Teologi Praktika","volume":"25 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-03-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121090175","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-09-23DOI: 10.38052/gamaliel.v1i2.41
Kezia Yemima, S. Stefani
Gereja memiliki tugas untuk membina setiap warga gerejanya. Sekolah Minggu merupakan program pembinaan warga gereja bagi anak-anak untuk mengenalkan mereka kepada Tuhan Yesus. Salah satu cara untuk mengenalkan anak-anak kepada Tuhan Yesus adalah khotbah eksposisi narasi. Anak-anak yang dilayani yaitu para generasi Z yang berusia 5-6 tahun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan cara khotbah eksposisi narasi yang kreatif dan kontekstual bagi anak-anak generasi Z usia 5-6 tahun. Penelitian ini menggunakan teknik penelitian kualitatif dengan metode hermeneutika teks Alkitab dan studi literatur. Hasil dari penelitian ini adalah khotbah eksposisi narasi kreatif dan kontekstual bagi anak-anak generasi Z usia 5-6 tahun. Metode khotbah ini merupakan metode khotbah yang isinya didasarkan pada proses hermeneutika yang benar dan disampaikan secara kreatif serta kontekstual sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan anak. Kata kunci: Khotbah Eksposisi Narasi, Generasi Z, Anak 5-6 tahun.
{"title":"KHOTBAH EKSPOSISI NARASI YANG KREATIF DAN KONTEKSTUAL BAGI ANAK-ANAK GENERASI Z USIA 5-6 TAHUN","authors":"Kezia Yemima, S. Stefani","doi":"10.38052/gamaliel.v1i2.41","DOIUrl":"https://doi.org/10.38052/gamaliel.v1i2.41","url":null,"abstract":"Gereja memiliki tugas untuk membina setiap warga gerejanya. Sekolah Minggu merupakan program pembinaan warga gereja bagi anak-anak untuk mengenalkan mereka kepada Tuhan Yesus. Salah satu cara untuk mengenalkan anak-anak kepada Tuhan Yesus adalah khotbah eksposisi narasi. Anak-anak yang dilayani yaitu para generasi Z yang berusia 5-6 tahun. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan cara khotbah eksposisi narasi yang kreatif dan kontekstual bagi anak-anak generasi Z usia 5-6 tahun. Penelitian ini menggunakan teknik penelitian kualitatif dengan metode hermeneutika teks Alkitab dan studi literatur. Hasil dari penelitian ini adalah khotbah eksposisi narasi kreatif dan kontekstual bagi anak-anak generasi Z usia 5-6 tahun. Metode khotbah ini merupakan metode khotbah yang isinya didasarkan pada proses hermeneutika yang benar dan disampaikan secara kreatif serta kontekstual sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan anak. Kata kunci: Khotbah Eksposisi Narasi, Generasi Z, Anak 5-6 tahun.","PeriodicalId":336785,"journal":{"name":"Jurnal Gamaliel : Teologi Praktika","volume":"41 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116472313","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-09-23DOI: 10.38052/gamaliel.v1i2.40
Soleman Kawangmani
Allah mengasihi dan menghendaki semua manusia berdosa diselamatkan, termasuk suku Jawa Wong cilik yang memiliki orientasi keagamaan animisme. Rasul Paulus sudah memberikan contoh apologetika kontekstual kepada masyarakat Atena yang animistik dalam teks Kisah Para Rasul 17:16-34. Artinya ada prinsip-prinsip apologetika kontekstual dari teks ini yang dapat direlevansikan dalam pemberitaan Kabar Baik dalam konteks suku Jawa Wong Cilik. Permasalahan penelitian yaitu bagaimana pola apologetika kontekstual untuk memberitakan Kabar Baik kepada suku Jawa Wong Cilik yang memiliki orientasi keagamaan animisme? Tujuan penelitian yaitu untuk menemukan pola apologetika kontekstual untuk memberitakan Kabar Baik kepada suku Jawa Wong Cilik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode hermeneutika/ eksegesa terhadak teks Alkitab dan studi literatur. Hasil penelitian berupa suatu “Pola Apologetika Kontekstual ‘7 Prinsip Rohani’ untuk memberitakan Kabar Baik kepada suku Jawa Wong Cilik”. ‘Tujuh Prinsip Rohani harus digunakan secara holistik, sistematis dan integratif.
{"title":"POLA APOLOGETIKA KONTEKSTUAL UNTUK MEMBERITAKAN KABAR BAIK KEPADA SUKU JAWA WONG CILIK","authors":"Soleman Kawangmani","doi":"10.38052/gamaliel.v1i2.40","DOIUrl":"https://doi.org/10.38052/gamaliel.v1i2.40","url":null,"abstract":"Allah mengasihi dan menghendaki semua manusia berdosa diselamatkan, termasuk suku Jawa Wong cilik yang memiliki orientasi keagamaan animisme. Rasul Paulus sudah memberikan contoh apologetika kontekstual kepada masyarakat Atena yang animistik dalam teks Kisah Para Rasul 17:16-34. Artinya ada prinsip-prinsip apologetika kontekstual dari teks ini yang dapat direlevansikan dalam pemberitaan Kabar Baik dalam konteks suku Jawa Wong Cilik. Permasalahan penelitian yaitu bagaimana pola apologetika kontekstual untuk memberitakan Kabar Baik kepada suku Jawa Wong Cilik yang memiliki orientasi keagamaan animisme? Tujuan penelitian yaitu untuk menemukan pola apologetika kontekstual untuk memberitakan Kabar Baik kepada suku Jawa Wong Cilik. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode hermeneutika/ eksegesa terhadak teks Alkitab dan studi literatur. Hasil penelitian berupa suatu “Pola Apologetika Kontekstual ‘7 Prinsip Rohani’ untuk memberitakan Kabar Baik kepada suku Jawa Wong Cilik”. ‘Tujuh Prinsip Rohani harus digunakan secara holistik, sistematis dan integratif. ","PeriodicalId":336785,"journal":{"name":"Jurnal Gamaliel : Teologi Praktika","volume":"25 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114258364","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-09-23DOI: 10.38052/GAMALIEL.V1I2.29
Ezra Tari
Penelitian ini memaparkan pandangan atau ajaran etis dalam lingkungan kerja. Etika kerja yang membawa bau yang harum dan berdampak bagi banyak orang. Kerja professional tidak menuntut posisi dan jabatan seseorang namun kerja nyata. Dalam 2 Korintus 1:15-16 menceritakan pengikut Kristus mengemban tugas menebarkan bau yang harum. Artinya melayani Tuhan dengan seluruh talenta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian naratif. Di mana metode naratif menceritakan hubungan atau relasi yang terjalin secara logis yang dihubungkan oleh keberadaan subjek dalam cerita tersebutEtika kerja merupakan ciri khas ajaran Kristen berdasar pada jalan yang dilalui manusia. Kerja secara professional adalah panggilan Allah dalam mewujudkan Kerajaan Allah.
{"title":"Etika Kerja Profesional Berdasarkan 2 Kor 2:15-16","authors":"Ezra Tari","doi":"10.38052/GAMALIEL.V1I2.29","DOIUrl":"https://doi.org/10.38052/GAMALIEL.V1I2.29","url":null,"abstract":"Penelitian ini memaparkan pandangan atau ajaran etis dalam lingkungan kerja. Etika kerja yang membawa bau yang harum dan berdampak bagi banyak orang. Kerja professional tidak menuntut posisi dan jabatan seseorang namun kerja nyata. Dalam 2 Korintus 1:15-16 menceritakan pengikut Kristus mengemban tugas menebarkan bau yang harum. Artinya melayani Tuhan dengan seluruh talenta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian naratif. Di mana metode naratif menceritakan hubungan atau relasi yang terjalin secara logis yang dihubungkan oleh keberadaan subjek dalam cerita tersebutEtika kerja merupakan ciri khas ajaran Kristen berdasar pada jalan yang dilalui manusia. Kerja secara professional adalah panggilan Allah dalam mewujudkan Kerajaan Allah.","PeriodicalId":336785,"journal":{"name":"Jurnal Gamaliel : Teologi Praktika","volume":"2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131289636","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-09-23DOI: 10.38052/GAMALIEL.V1I2.39
D. Aliyanto, Sinta Kumala Sari
ABSTRAK-Berdasarkan sudut pandang iman Kristen Allah mau semua orang termasuk etnis Tionghoa di Indonesia hidup didalam kasihnya melalui karya Kristus di kayu Salib. Dalam salah satu tradisinya, Etnis Tionghoa tidak bisa dilepaskan dari warna merah. Sedangkan warna merah dalam iman Kristen diwakili dengan darah Yesus. Penelitian ini bertujuan untuk menjadikan makna warna merah dalam tradisi etnis Tionghoa sebagai jembatan komunikasi untuk memperkenalkan makna darah Yesus. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan analisis interaktif dan kontekstualisasi. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Etnis Tionghoa dengan tradisi warna merah yang didalamnya mengandung konsep keselamatan memiliki kemiripan dengan makna teologis darah Yesus (darah berwarna merah). Berdasarkan hasil temuan ini maka makna warna merah dalam tradisi Etnis Tionghoa dapat digunakan oleh orang Kristen sebagai jembatan komunikasi untuk memperkenalkan makna darah Yesus kepada etnis Tionghoa. Kata Kunci: Etnis Tionghoa, Warna Merah, Darah Yesus ABSTRACT-From the point of view of the Christian faith God wants all people, including ethnic Chinese in Indonesia to live in love through the work of Christ on the Cross. In one of its traditions, Chinese Ethnic cannot be released from red. While the red color in the Christian faith is represented by the blood of Jesus. This study aims to make the meaning of red in the Chinese ethnic tradition a communication bridge to introduce the meaning of Jesus' blood. This research uses a quantitative approach methodology with interactive analysis and contextualization. The results of this study indicate that the Chinese ethnic with the red tradition which contains the concept of salvation have similarities with the theological meaning of Jesus' blood (red blood). Based on these findings, the meaning of red in the Chinese ethnic tradition can be used by Christians as a communication bridge to introduce the meaning of Jesus' blood to Chinese etnic. Keywords: Chinese Ethnic, Red Color, Jesus' Blood
{"title":"MAKNA WARNA MERAH DALAM TRADISI ETNIS TIONGHOA SEBAGAI JEMBATAN KOMUNIKASI UNTUK MEMPERKENALKAN MAKNA DARAH YESUS","authors":"D. Aliyanto, Sinta Kumala Sari","doi":"10.38052/GAMALIEL.V1I2.39","DOIUrl":"https://doi.org/10.38052/GAMALIEL.V1I2.39","url":null,"abstract":"ABSTRAK-Berdasarkan sudut pandang iman Kristen Allah mau semua orang termasuk etnis Tionghoa di Indonesia hidup didalam kasihnya melalui karya Kristus di kayu Salib. Dalam salah satu tradisinya, Etnis Tionghoa tidak bisa dilepaskan dari warna merah. Sedangkan warna merah dalam iman Kristen diwakili dengan darah Yesus. Penelitian ini bertujuan untuk menjadikan makna warna merah dalam tradisi etnis Tionghoa sebagai jembatan komunikasi untuk memperkenalkan makna darah Yesus. Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kualitatif dengan analisis interaktif dan kontekstualisasi. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa Etnis Tionghoa dengan tradisi warna merah yang didalamnya mengandung konsep keselamatan memiliki kemiripan dengan makna teologis darah Yesus (darah berwarna merah). Berdasarkan hasil temuan ini maka makna warna merah dalam tradisi Etnis Tionghoa dapat digunakan oleh orang Kristen sebagai jembatan komunikasi untuk memperkenalkan makna darah Yesus kepada etnis Tionghoa. Kata Kunci: Etnis Tionghoa, Warna Merah, Darah Yesus ABSTRACT-From the point of view of the Christian faith God wants all people, including ethnic Chinese in Indonesia to live in love through the work of Christ on the Cross. In one of its traditions, Chinese Ethnic cannot be released from red. While the red color in the Christian faith is represented by the blood of Jesus. This study aims to make the meaning of red in the Chinese ethnic tradition a communication bridge to introduce the meaning of Jesus' blood. This research uses a quantitative approach methodology with interactive analysis and contextualization. The results of this study indicate that the Chinese ethnic with the red tradition which contains the concept of salvation have similarities with the theological meaning of Jesus' blood (red blood). Based on these findings, the meaning of red in the Chinese ethnic tradition can be used by Christians as a communication bridge to introduce the meaning of Jesus' blood to Chinese etnic. Keywords: Chinese Ethnic, Red Color, Jesus' Blood","PeriodicalId":336785,"journal":{"name":"Jurnal Gamaliel : Teologi Praktika","volume":"92 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134208410","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-09-23DOI: 10.38052/gamaliel.v1i2.30
Daniel Fajar Panuntun, Eunike Paramita
ABSTRAKFenomena radikalisme merupakan suatu fenomena yang perlu mendapatkan perhatian serius di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut pemahaman nilai-nilai kebangsaan yang berdasarakan pancasila harus terus disosialisasikan kepada seluruh warga Indonesia. Agama Kristen juga harus aktif dalam mengajarkan pemahaman nilai-nilai kebangsaan. Salah satu peran aktif adalah melalui pemuridan kontekstual/KTBK yang didalamnya terdapat Pembelajaran Alkitab yang kontinu. Melalui penelitian ini diharapkan diketahui hubungan antara pembelajaran Alkitab dalam pemuridan kontekstual terhadap pemahaman nilai-nilai hidup berbangsa.Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan purposive sampling kepada mahasiwa aktif pelaku KTBK di Surakarta. Data yang didapatkan dianalisis dengan uji korelasi tunggal dan uji regresi tunggal. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah bahwa pembelajaran Alkitab dalam pemuridan kontekstual/KTBK memiliki hubungan positif dan berpengaruh signifikan dengan koefisien Y= 25,17 + 0,522x. Kata kunci : Pemuridan, Kontekstual, Yesus, Alkitab, Kebangsaan,
{"title":"HUBUNGAN PEMBELAJARAN ALKITAB TERHADAP NILAI-NILAI HIDUP BERBANGSA DALAM PEMURIDAN KONTEKSTUAL (KELOMPOK TUMBUH BERSAMA KONTEKSTUAL)","authors":"Daniel Fajar Panuntun, Eunike Paramita","doi":"10.38052/gamaliel.v1i2.30","DOIUrl":"https://doi.org/10.38052/gamaliel.v1i2.30","url":null,"abstract":"ABSTRAKFenomena radikalisme merupakan suatu fenomena yang perlu mendapatkan perhatian serius di Indonesia. Berdasarkan hal tersebut pemahaman nilai-nilai kebangsaan yang berdasarakan pancasila harus terus disosialisasikan kepada seluruh warga Indonesia. Agama Kristen juga harus aktif dalam mengajarkan pemahaman nilai-nilai kebangsaan. Salah satu peran aktif adalah melalui pemuridan kontekstual/KTBK yang didalamnya terdapat Pembelajaran Alkitab yang kontinu. Melalui penelitian ini diharapkan diketahui hubungan antara pembelajaran Alkitab dalam pemuridan kontekstual terhadap pemahaman nilai-nilai hidup berbangsa.Penelitian dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan purposive sampling kepada mahasiwa aktif pelaku KTBK di Surakarta. Data yang didapatkan dianalisis dengan uji korelasi tunggal dan uji regresi tunggal. Hasil yang didapatkan dari penelitian ini adalah bahwa pembelajaran Alkitab dalam pemuridan kontekstual/KTBK memiliki hubungan positif dan berpengaruh signifikan dengan koefisien Y= 25,17 + 0,522x. Kata kunci : Pemuridan, Kontekstual, Yesus, Alkitab, Kebangsaan,","PeriodicalId":336785,"journal":{"name":"Jurnal Gamaliel : Teologi Praktika","volume":"16 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127521964","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}