Pub Date : 2019-07-10DOI: 10.20885/IJCR.VOL4.ISS1.ART2
I. Yanti
Verifikasi metode analisis TBC (P-Tert Butylcatechol) dalam air limbah menggunakan Spektrofotometer UV-Vis dengan acuan ASTM D 1157-59 telah dilakukan. Verifikasi metode dilakukan untuk membuktikan bahwa metode yang digunakan dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabakan. Parameter dari verifikasi metode berupa linieritas, presisi, akurasi, dan limit deteksi. Hasil verifikasi metode TBC dalam air limbah industri telah memenuhi syarat dengan hasil uji linieritas sebesar 0,99999~1, uji akurasi standar 10 ppm; 15 ppm; dan 20 ppm sebesar 104,34%; 101,36%; 98,16%, hasil presisi standar 10 ppm; 15 ppm; dan 20 ppm sebesar 0,12903; 0,08430; 0,08429, uji limit deteksi sebesar 0,09447, dan pemantauan konsentrasi sampel air limbah masih berada di bawah ambang batas dengan rata-rata konsentrasi sampel IH-7004 sebesar 3,23 ppm dan sampel S-8503 sebesar 2,28 ppm hasilnya menunjukkan sudah berada di bawah nilai ambang batas yang telah ditentukan yaitu 16 ppm.
{"title":"Verifikasi Metode Analisis TBC (p-tert butylcatechol) pada Air Limbah Industri dari Proses Polimerisasi","authors":"I. Yanti","doi":"10.20885/IJCR.VOL4.ISS1.ART2","DOIUrl":"https://doi.org/10.20885/IJCR.VOL4.ISS1.ART2","url":null,"abstract":"Verifikasi metode analisis TBC (P-Tert Butylcatechol) dalam air limbah menggunakan Spektrofotometer UV-Vis dengan acuan ASTM D 1157-59 telah dilakukan. Verifikasi metode dilakukan untuk membuktikan bahwa metode yang digunakan dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabakan. Parameter dari verifikasi metode berupa linieritas, presisi, akurasi, dan limit deteksi. Hasil verifikasi metode TBC dalam air limbah industri telah memenuhi syarat dengan hasil uji linieritas sebesar 0,99999~1, uji akurasi standar 10 ppm; 15 ppm; dan 20 ppm sebesar 104,34%; 101,36%; 98,16%, hasil presisi standar 10 ppm; 15 ppm; dan 20 ppm sebesar 0,12903; 0,08430; 0,08429, uji limit deteksi sebesar 0,09447, dan pemantauan konsentrasi sampel air limbah masih berada di bawah ambang batas dengan rata-rata konsentrasi sampel IH-7004 sebesar 3,23 ppm dan sampel S-8503 sebesar 2,28 ppm hasilnya menunjukkan sudah berada di bawah nilai ambang batas yang telah ditentukan yaitu 16 ppm.","PeriodicalId":33936,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Chemical Research","volume":"24 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83455944","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-07-09DOI: 10.20885/IJCR.VOL3.ISS2.ART3
Meike Mulwandari, Harry Supriadi, Febi Indah Fajarwati
Telah dilakukan penentuan kadar logam B3 dalam sampel pupuk cair dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN). Metode ini dilakukan dengan proses penembakan sinar gamma pada selongsong-selongsong yang sudah dipersiapkan. Selongsong yang terdiri dari sampel, standar dan blanko dimasukkan dalam Reaktor Kartini untuk diiradiasi dengan menggunakan sumber neutron (fluks neutron 5,85 . 1010 n cm-2 s-1) pada fasilitasi radiasi Lazy Susan selama 2 x 6 jam dengan daya 100 kW. Setelah itu dilakukan pendinginan sesuai dengan waktu paruh suatu unsur. Kemudian dilakukan pencacahan dengan menggunakan detektor HPGe pada umur menengah dan umur panjang. Berdasarkan hasil analisis secara kualitatif pada umur menengah mengandung unsur-unsur logam B3 seperti Sm, Ce, La, U, Th, Cd, K, As, Br dan Na untuk standar sedangkan unsur-unsur logam B3 yang terkandung didalam sampel 1, sampel 2 dan blanko yaitu Sm, Ce, La, Th, As, Br, K dan Na. Berdasarkan hasil analisis kualitatif pada umur panjang terdapat unsur-unsur logam B3 seperti Cr, Cs, Fe, Zn dan Co pada standar. Pada sampel 1 terdapat unsur-unsur logam Cr, Fe, Zn dan Co. Pada sampel 2 terdapat unsur-unsur logam Fe, Zn dan Co sedangkan pada blanko hanya terdapat unsur logam Cr. Hasil analisis kuantitatif pada umur menengah diperoleh unsur yang paling banyak yaitu unsur K dengan kadar sebesar 44121,6370 ± 948,966 dan presisi 2,1508%. Sedangkan unsur yang paling sedikit yaitu unsur Sm diperoleh nilai kadar sebesar 0,0190 ± 0,003 dan presisi 14,3074%. Adapun hasil analisis kuantitatif pada umur panjang diperoleh unsur yang paling banyak yaitu unsur Zn dengan kadar sebesar 267,1754 ± 7,384 dan presisi 2,7638%. Sedangkan unsur yang paling sedikit yaitu unsur Cr diperoleh nilai kadar sebesar 0,2250 ± 0,270 dan presisi 0,1215%.
{"title":"Penentuan Kadar Logam B3 Dalam Pupuk Cair Dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN)","authors":"Meike Mulwandari, Harry Supriadi, Febi Indah Fajarwati","doi":"10.20885/IJCR.VOL3.ISS2.ART3","DOIUrl":"https://doi.org/10.20885/IJCR.VOL3.ISS2.ART3","url":null,"abstract":"Telah dilakukan penentuan kadar logam B3 dalam sampel pupuk cair dengan Metode Analisis Aktivasi Neutron (AAN). Metode ini dilakukan dengan proses penembakan sinar gamma pada selongsong-selongsong yang sudah dipersiapkan. Selongsong yang terdiri dari sampel, standar dan blanko dimasukkan dalam Reaktor Kartini untuk diiradiasi dengan menggunakan sumber neutron (fluks neutron 5,85 . 1010 n cm-2 s-1) pada fasilitasi radiasi Lazy Susan selama 2 x 6 jam dengan daya 100 kW. Setelah itu dilakukan pendinginan sesuai dengan waktu paruh suatu unsur. Kemudian dilakukan pencacahan dengan menggunakan detektor HPGe pada umur menengah dan umur panjang. Berdasarkan hasil analisis secara kualitatif pada umur menengah mengandung unsur-unsur logam B3 seperti Sm, Ce, La, U, Th, Cd, K, As, Br dan Na untuk standar sedangkan unsur-unsur logam B3 yang terkandung didalam sampel 1, sampel 2 dan blanko yaitu Sm, Ce, La, Th, As, Br, K dan Na. Berdasarkan hasil analisis kualitatif pada umur panjang terdapat unsur-unsur logam B3 seperti Cr, Cs, Fe, Zn dan Co pada standar. Pada sampel 1 terdapat unsur-unsur logam Cr, Fe, Zn dan Co. Pada sampel 2 terdapat unsur-unsur logam Fe, Zn dan Co sedangkan pada blanko hanya terdapat unsur logam Cr. Hasil analisis kuantitatif pada umur menengah diperoleh unsur yang paling banyak yaitu unsur K dengan kadar sebesar 44121,6370 ± 948,966 dan presisi 2,1508%. Sedangkan unsur yang paling sedikit yaitu unsur Sm diperoleh nilai kadar sebesar 0,0190 ± 0,003 dan presisi 14,3074%. Adapun hasil analisis kuantitatif pada umur panjang diperoleh unsur yang paling banyak yaitu unsur Zn dengan kadar sebesar 267,1754 ± 7,384 dan presisi 2,7638%. Sedangkan unsur yang paling sedikit yaitu unsur Cr diperoleh nilai kadar sebesar 0,2250 ± 0,270 dan presisi 0,1215%.","PeriodicalId":33936,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Chemical Research","volume":"85 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78117665","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-07-09DOI: 10.20885/IJCR.VOL3.ISS2.ART4
Auliya Ayu Farah Dilla, Wahyu Rachmi Pusparini, M. Kurniawan
Telah dilakukan penelitian tentang ekstraksi disporsium (Dy) pada konsemtrat itrium dalam keasaman klorida menggunakan cyanex 572 dari logam tanah jarang hasil olah pasir senotim menggunakan ekstraktan campuran cyanex 572 dengan kerosen serta campuran cyanex 572 dengan dodekan. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan kondisi optimum proses dengan variasi konsentrasi keasaman umpan (HCl), variasi konsentrasi ekstraktan, variasi konsentrasi umpan dan variasi konsentrasi penambahan garam (NaCl) menggunakan spektrometer X-ray fluorescence. Kondisi optimum dari proses ekstrasi konsentrat itrium mengandung disporsium (Dy) dengan ekstraktan campuran cyanex 572 dengan kerosen yaitu keasaman umpan 4 M, konsentrasi ekstraktan Cyanex 50%, konsentrasi massa umpan 0.015 g/mL dan konsetrasi penambahan garam NaCl 3.5 M. Dan dengan ekstraktan campuran Cyanex 572 dengan dodekan kondisi optimum dicaai pada keasaman umpan 4 M, konsentrasi ekstraktan Cyanex 60%, konsentrasi massa umpan 0.015 g/mL dan konsetrasi penambahan garam NaCl 3.5 M.
研究过在氯化酸酸化中提取氯化酸的共氯化酸572种罕见的土壤金属沉淀物,并使用刚性572合金萃取,以及刚性572化合物与dodean进行。这项研究是为了确定诱饵酸化浓度(HCl)、萃取浓度的变化、诱饵浓度和浓度增加的变化(NaCl)的最佳状态而进行的。itrium含有浓缩提取过程的最佳条件disporsium (Dy)与酸度kerosen就是诱饵混合ekstraktan cyanex 572 4米(13英尺),专注ekstraktan cyanex 50%,质量浓度诱饵0.015 g / mL和konsetrasi添加盐食盐混合3。5米和ekstraktan cyanex 572 dodekan条件最佳dicaai酸度的诱饵4米(13英尺),专注ekstraktan cyanex 60%,质量浓度诱饵0.015 g / mL和konsetrasi添加盐食盐3。5米(16英尺)。
{"title":"Ekstraksi Disporsium (Dy) Pada Konsentrat Itrium Dalam Keasaman Klorida Menggunakan Cyanex 572","authors":"Auliya Ayu Farah Dilla, Wahyu Rachmi Pusparini, M. Kurniawan","doi":"10.20885/IJCR.VOL3.ISS2.ART4","DOIUrl":"https://doi.org/10.20885/IJCR.VOL3.ISS2.ART4","url":null,"abstract":"Telah dilakukan penelitian tentang ekstraksi disporsium (Dy) pada konsemtrat itrium dalam keasaman klorida menggunakan cyanex 572 dari logam tanah jarang hasil olah pasir senotim menggunakan ekstraktan campuran cyanex 572 dengan kerosen serta campuran cyanex 572 dengan dodekan. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan kondisi optimum proses dengan variasi konsentrasi keasaman umpan (HCl), variasi konsentrasi ekstraktan, variasi konsentrasi umpan dan variasi konsentrasi penambahan garam (NaCl) menggunakan spektrometer X-ray fluorescence. Kondisi optimum dari proses ekstrasi konsentrat itrium mengandung disporsium (Dy) dengan ekstraktan campuran cyanex 572 dengan kerosen yaitu keasaman umpan 4 M, konsentrasi ekstraktan Cyanex 50%, konsentrasi massa umpan 0.015 g/mL dan konsetrasi penambahan garam NaCl 3.5 M. Dan dengan ekstraktan campuran Cyanex 572 dengan dodekan kondisi optimum dicaai pada keasaman umpan 4 M, konsentrasi ekstraktan Cyanex 60%, konsentrasi massa umpan 0.015 g/mL dan konsetrasi penambahan garam NaCl 3.5 M.","PeriodicalId":33936,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Chemical Research","volume":"26 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82786701","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-07-07DOI: 10.20885/IJCR.VOL4.ISS1.ART1
Amirul Mukminin, M. Firdaus, Y. Yuniarti, M. Syabani
Katalis CaO dari abu cangkang kelomang (Paguroidea) telah berhasil dibuat melalui proses kalsinasi pada suhu 900°C selama 4 jam. Variasi waktu kalsinasi 2, 3, dan 4 jam dilakukan untuk mempelajari tentang perubahan fasa sampel. Hasil difraksi sinar-X dari abu cangkang kelomang untuk 2 dan 3 jam menunjukkan bahwa puncak-puncak karakteristik CaCO3 kalsit sedangkan untuk 4 jam berupa kalsium oksida (CaO) dengan puncak karaktersitik pada 2 theta = 32,16°; 37,15°; 53,54°; 64,16° dan 67,5° yang dikonfirmasi sesuai dengan standard CaO (JCPDS N. 82-1690). Hasil SEM menunjukkan informasi topografi dari morfologi partikel katalis untuk waktu 2 dan 3 jam berbentuk agregat yang kurang homogen, jika dibandingkan dengan hasil kalsinasi pada waktu yang lebih lama yaitu 4 jam. Sebaran ukuran parikel untuk 2, 3 dan 4 jam masing-masing memberikan ukuran 0,3 mm-1,5 µm, 34,7 µm – 1,25 µm, dan 11,4 µm – 1 µm. Hasil TGA/DSC menunjukan 43,92 % cangkang kelomang mampu terkonversi menjadi CaO dan CaCO3 pada 900°C. Kata kunci: Katalis CaO, katalis heterogen, biodisel
{"title":"Pengaruh Waktu Kalsinasi Abu Cangkang Kelomang (Paguroidea) pada Suhu Tinggi Dalam Pembentukan Katalis Padat CaO","authors":"Amirul Mukminin, M. Firdaus, Y. Yuniarti, M. Syabani","doi":"10.20885/IJCR.VOL4.ISS1.ART1","DOIUrl":"https://doi.org/10.20885/IJCR.VOL4.ISS1.ART1","url":null,"abstract":"Katalis CaO dari abu cangkang kelomang (Paguroidea) telah berhasil dibuat melalui proses kalsinasi pada suhu 900°C selama 4 jam. Variasi waktu kalsinasi 2, 3, dan 4 jam dilakukan untuk mempelajari tentang perubahan fasa sampel. Hasil difraksi sinar-X dari abu cangkang kelomang untuk 2 dan 3 jam menunjukkan bahwa puncak-puncak karakteristik CaCO3 kalsit sedangkan untuk 4 jam berupa kalsium oksida (CaO) dengan puncak karaktersitik pada 2 theta = 32,16°; 37,15°; 53,54°; 64,16° dan 67,5° yang dikonfirmasi sesuai dengan standard CaO (JCPDS N. 82-1690). Hasil SEM menunjukkan informasi topografi dari morfologi partikel katalis untuk waktu 2 dan 3 jam berbentuk agregat yang kurang homogen, jika dibandingkan dengan hasil kalsinasi pada waktu yang lebih lama yaitu 4 jam. Sebaran ukuran parikel untuk 2, 3 dan 4 jam masing-masing memberikan ukuran 0,3 mm-1,5 µm, 34,7 µm – 1,25 µm, dan 11,4 µm – 1 µm. Hasil TGA/DSC menunjukan 43,92 % cangkang kelomang mampu terkonversi menjadi CaO dan CaCO3 pada 900°C. Kata kunci: Katalis CaO, katalis heterogen, biodisel","PeriodicalId":33936,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Chemical Research","volume":"87 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"76119150","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-25DOI: 10.20885//ijcr.vol3.iss2.art2
D. Wijaya, Y. Martono, C. A. Riyanto
Waste of tea is still limited in terms of utilization, potentially to be made into nanocarbon. In this research, nanocarbon synthesis from the waste of tea through carbonation method using furnace and purification with HNO3 with activator substance used is H3PO4. The specific objective of this study was to determine the optimal levels and ratios of ortho-phosphoric acid and to determine the properties and characteristics of nanocarbon from tea waste. Based on the Fourier-Transform Infra-Red (FT-IR) spectra, the best ortho-phosphate acid levels and ratios are 50% and 1:2 (w/w) H3PO4. The x-ray diffraction (XRD) analysis showed that the activated carbon dregs obtained were C graphite which was characterized by the diffraction peak at 2theta: 26.2°; 26.5°; 42.2°; 42.4°; and 44.3°. Based on the Transmission Electron Microscope (TEM) image obtained shows that the activated carbon of the resulting tea waste has a particle size of 20-40 nm.
{"title":"Synthesis and Characterization of Nano Activated Carbon Tea Waste (Camellia sinensis L.) Viewed from the Content and Ratio of Orthophosphoric Acid","authors":"D. Wijaya, Y. Martono, C. A. Riyanto","doi":"10.20885//ijcr.vol3.iss2.art2","DOIUrl":"https://doi.org/10.20885//ijcr.vol3.iss2.art2","url":null,"abstract":"Waste of tea is still limited in terms of utilization, potentially to be made into nanocarbon. In this research, nanocarbon synthesis from the waste of tea through carbonation method using furnace and purification with HNO3 with activator substance used is H3PO4. The specific objective of this study was to determine the optimal levels and ratios of ortho-phosphoric acid and to determine the properties and characteristics of nanocarbon from tea waste. Based on the Fourier-Transform Infra-Red (FT-IR) spectra, the best ortho-phosphate acid levels and ratios are 50% and 1:2 (w/w) H3PO4. The x-ray diffraction (XRD) analysis showed that the activated carbon dregs obtained were C graphite which was characterized by the diffraction peak at 2theta: 26.2°; 26.5°; 42.2°; 42.4°; and 44.3°. Based on the Transmission Electron Microscope (TEM) image obtained shows that the activated carbon of the resulting tea waste has a particle size of 20-40 nm.","PeriodicalId":33936,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Chemical Research","volume":"54 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78447294","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-05-27DOI: 10.20885/IJCR.VOL3.ISS2.ART1
Z. Zakiyah, Cicik Rahmawati, I. Fatimah
Quantitative analysis in the integrated laboratory of Jombang District Agriculture Office has been done on two samples of organic fertilizer with phosphorus and potassium parameters, considering these two elements are macronutrients which have an important role in the growth and development of plants. Determination of phosphorus level has been done by ascorbic acid method using double beam UV-Visible spectrophotometer, while determination of potassium level has been done by flame photometric method. There are 2 samples code of organic fertilizer, 13/F/16 and 14/F/16. From the result of analysis, the phosphorus level as P2O5 in 13/F/16 sample is 0.275%, while in the 14/F/16 sample is 0.29%. The potassium level as K2O in 13/F/16 sample is 2.58%, while in the 14/F/16 sample is 2.67%. These results meet the requirements for compost quality standards based on SNI 19-7030-2004, because they exceed the minimum requirements, which are 0.10% for phosphorus level and 0.20% for potassium level.
{"title":"Analysis Of Phosphorus And Potassium Levels In Organic Fertilizer In The Integrated Laboratory Of Jombang District Agriculture Office","authors":"Z. Zakiyah, Cicik Rahmawati, I. Fatimah","doi":"10.20885/IJCR.VOL3.ISS2.ART1","DOIUrl":"https://doi.org/10.20885/IJCR.VOL3.ISS2.ART1","url":null,"abstract":"Quantitative analysis in the integrated laboratory of Jombang District Agriculture Office has been done on two samples of organic fertilizer with phosphorus and potassium parameters, considering these two elements are macronutrients which have an important role in the growth and development of plants. Determination of phosphorus level has been done by ascorbic acid method using double beam UV-Visible spectrophotometer, while determination of potassium level has been done by flame photometric method. There are 2 samples code of organic fertilizer, 13/F/16 and 14/F/16. From the result of analysis, the phosphorus level as P2O5 in 13/F/16 sample is 0.275%, while in the 14/F/16 sample is 0.29%. The potassium level as K2O in 13/F/16 sample is 2.58%, while in the 14/F/16 sample is 2.67%. These results meet the requirements for compost quality standards based on SNI 19-7030-2004, because they exceed the minimum requirements, which are 0.10% for phosphorus level and 0.20% for potassium level.","PeriodicalId":33936,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Chemical Research","volume":"140 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-05-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77700365","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}