Kualitas tidur dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kondisi lingkungan, kondisi tubuh, aktivitas fisik, dan gaya hidup. Mahasiswa kedokteran lebih cenderung menderita kualitas tidur yang buruk dibandingkan dengan mahasiswa lainnya. Kualitas tidur yang buruk dapat dikaitkan dengan masalah emosional seperti kecemasan. Mahasiwa kepaniteraan klinik merupakan salah satu populasi yang rentan terhadap kualitas tidur yang buruk dan terjadinya kecemasan. Namun, penelitian terkait masih minim ditemukan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mempelajari hubungan kualitas tidur dengan tingkat kecemasan pada staff klinik di Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta. Desain penelitian ini berupa deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Kualitas tidur pada responden akan dinilai menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) sedangkan tingkat kecemasan pada responden dinilai menggunakan kuesioner Beck Anxiety Inventory (BAI). Partisipan dalam penelitian ini sebanyak 10 orang dengan usia rata-rata 22,63 tahun. Mayoritas responden adalah perempuan, atau 78 (75%). Kualitas tidur sebagian besar responden adalah baik yaitu sebanyak 61 (58,7%) orang. Tingkat kecemasan yang dialami mayoritas responden berada dalam kategori rendah yaitu sebanyak 94 (90,4%) orang. Terdapat hubungan yang signifikan (p = 0,009) antara kualitas tidur dan tingkat kecemasan dengan kekuatan korelasi lemah dan arah korelasi positif (r = 0,254). Semakin baik tidur Anda, semakin sedikit kecemasan yang Anda miliki.
{"title":"The Relationship Between Sleep Quality With Anxiety Level Clinical Clerkship Students of The Medical Faculty Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta","authors":"Abdul Wahid Adnan A, Mila Citrawati","doi":"10.33476/jky.v30i2.2554","DOIUrl":"https://doi.org/10.33476/jky.v30i2.2554","url":null,"abstract":"Kualitas tidur dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti kondisi lingkungan, kondisi tubuh, aktivitas fisik, dan gaya hidup. Mahasiswa kedokteran lebih cenderung menderita kualitas tidur yang buruk dibandingkan dengan mahasiswa lainnya. Kualitas tidur yang buruk dapat dikaitkan dengan masalah emosional seperti kecemasan. Mahasiwa kepaniteraan klinik merupakan salah satu populasi yang rentan terhadap kualitas tidur yang buruk dan terjadinya kecemasan. Namun, penelitian terkait masih minim ditemukan. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk mempelajari hubungan kualitas tidur dengan tingkat kecemasan pada staff klinik di Fakultas Kedokteran UPN Veteran Jakarta. Desain penelitian ini berupa deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional. Kualitas tidur pada responden akan dinilai menggunakan kuesioner Pittsburgh Sleep Quality Index (PSQI) sedangkan tingkat kecemasan pada responden dinilai menggunakan kuesioner Beck Anxiety Inventory (BAI). Partisipan dalam penelitian ini sebanyak 10 orang dengan usia rata-rata 22,63 tahun. Mayoritas responden adalah perempuan, atau 78 (75%). Kualitas tidur sebagian besar responden adalah baik yaitu sebanyak 61 (58,7%) orang. Tingkat kecemasan yang dialami mayoritas responden berada dalam kategori rendah yaitu sebanyak 94 (90,4%) orang. Terdapat hubungan yang signifikan (p = 0,009) antara kualitas tidur dan tingkat kecemasan dengan kekuatan korelasi lemah dan arah korelasi positif (r = 0,254). Semakin baik tidur Anda, semakin sedikit kecemasan yang Anda miliki.","PeriodicalId":347843,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran YARSI","volume":"66 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139351747","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Introduction: Alcohol consumption can cause damage to the gastric mucosa. Floret plantain has antioxidant properties that can prevent damage to stomach cells. This study aims to find out the effect of floret extract of plantain on the histopathological features of Wistar rat’s stomach given ethanol 40%.Methods: This study used the Post-test only group design method. The sample consists of 30 male Wistar rats were divided into 5 groups namely C- was given food and drink standardly, group C+ was given a placebo aquadest 1.8ml/200g/day after 60 minutes given 40% ethanol of 1.8ml/200g/day, group T1, T2, and T3 were given floret extract at a dose (140mg/kg body weight, 280mg/kg body weight and 560mg/kg body weight) and after 60 minutes was given 40% ethanol. The treatment was carried out for 30 days, and then the samples were terminated in order to observe the histopathological microscopically magnification 400x and analyzed with Barthel-Manja criteria. Data were analyzed using Kruskal Wallis and Mann Whitney.Results: The mean of gastric mucosal damage in the C-, C+, T1, T2, and T3 were groups respectively 1.03±0.26, 1.46±0.27, 1.40±0.56, 1.46±0.32, 1.83±0.26. The Kruskal Wallis test results showed significant differences (p=0.02). The Mann Whitney test results showed significant differences in group C- and C+, C+, and T3, while the C+ and T1, T2 showed no significance.Conclusions: Dosing 140mg/kg body weight, 280mg/kg body weight and 560mg/kg body weight were unable to prevent stomach damage to Wistar rats given 40% ethanol.Suggestion : further research and toxicity test.
{"title":"Effect of Plantain Floret Extract on Gastric Histopathological : Analysis on Wistar Rats Given Ethanol","authors":"Firda Athaya Nadhirah","doi":"10.33476/jky.v30i2.2054","DOIUrl":"https://doi.org/10.33476/jky.v30i2.2054","url":null,"abstract":"Introduction: Alcohol consumption can cause damage to the gastric mucosa. Floret plantain has antioxidant properties that can prevent damage to stomach cells. This study aims to find out the effect of floret extract of plantain on the histopathological features of Wistar rat’s stomach given ethanol 40%.Methods: This study used the Post-test only group design method. The sample consists of 30 male Wistar rats were divided into 5 groups namely C- was given food and drink standardly, group C+ was given a placebo aquadest 1.8ml/200g/day after 60 minutes given 40% ethanol of 1.8ml/200g/day, group T1, T2, and T3 were given floret extract at a dose (140mg/kg body weight, 280mg/kg body weight and 560mg/kg body weight) and after 60 minutes was given 40% ethanol. The treatment was carried out for 30 days, and then the samples were terminated in order to observe the histopathological microscopically magnification 400x and analyzed with Barthel-Manja criteria. Data were analyzed using Kruskal Wallis and Mann Whitney.Results: The mean of gastric mucosal damage in the C-, C+, T1, T2, and T3 were groups respectively 1.03±0.26, 1.46±0.27, 1.40±0.56, 1.46±0.32, 1.83±0.26. The Kruskal Wallis test results showed significant differences (p=0.02). The Mann Whitney test results showed significant differences in group C- and C+, C+, and T3, while the C+ and T1, T2 showed no significance.Conclusions: Dosing 140mg/kg body weight, 280mg/kg body weight and 560mg/kg body weight were unable to prevent stomach damage to Wistar rats given 40% ethanol.Suggestion : further research and toxicity test.","PeriodicalId":347843,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran YARSI","volume":"6 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139351721","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pandemi COVID-19 masih terus berjalan. Sampai 31 Agustus 2022 WHO mencacat ada 599.825,400 kasus terkonfirmasi COVID-19 dengan 6.469.458 kematian (WHO, 2022). Untuk negara kita, pada sekitar bulan Mei 2022 pernah hanya sekitar 200 kasus per hari dan kematian di bawah 5 orang, sementara di Agustus 2022 angkanya dapat sekitar 5000 orang per hari, naik 25 kali lipat, dan kematian naik beberapa kali kali sampai 20 lebih per hari (WHO, 2022).
{"title":"Vaksin Covid-19 bivalen","authors":"Tjandra Yoga Aditama","doi":"10.33476/jky.v30i2.3722","DOIUrl":"https://doi.org/10.33476/jky.v30i2.3722","url":null,"abstract":"Pandemi COVID-19 masih terus berjalan. Sampai 31 Agustus 2022 WHO mencacat ada 599.825,400 kasus terkonfirmasi COVID-19 dengan 6.469.458 kematian (WHO, 2022). Untuk negara kita, pada sekitar bulan Mei 2022 pernah hanya sekitar 200 kasus per hari dan kematian di bawah 5 orang, sementara di Agustus 2022 angkanya dapat sekitar 5000 orang per hari, naik 25 kali lipat, dan kematian naik beberapa kali kali sampai 20 lebih per hari (WHO, 2022).","PeriodicalId":347843,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran YARSI","volume":"46 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139351731","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Bakteri Escherichia coli merupakan salah satu jenis bakteri gram negatif dan bersifat fakultatif anaerob.Bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherich ini biasanya hidup di usus besar manusia berfungsi untuk menjaga kesehatan sistem pencernaan. Bakteri ini umumnya tidak berbahaya,walaupun begitu tingkat kewaspadaan terhadap Escherichia coli perlu tetap diterapkan.Prevalensi infeksi karena bakteri Escherichia coli sangat tinggi di negara berkembang dengan perkiraan angka kejadian lebih dari 100 kasus per 100.000 penduduk (WHO, 2006). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan tujuan untuk mengetahui efek listrik tegangan rendah terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli.Perlakuan menggunakan perlakuan sebanyak lima batch yang masing-masing batch terdiri dari lima tabung. Setiap 1 batch penelitian menggunakan tegangan listrik yang sama selama 1 jam dengan mengevaluasi pemantauan setiap 20 menit, 40 menit, dan 60 menit.Pada batch 1,digunakan tegangan listrik 0,4 volt sebanyak lima tabung,batch ke-2 dilanjutkan dengan tegangan listrik 0,5 volt sebanyak lima tabung,batch ke-3 dengan menggunakan tegangan listrik 0,7 volt,dan batch ke-4 dengan menggunakan tegangan listrik 0,8 volt dan pada batch ke-5 dengan menggunakan tegangan listrik 1 volt sebanyak lima tabung.Dari hasil penelitian ini didapatkan hasil bahwa listrik tegangan rendah dapat membunuh bakteri Eschericia coli dengan tegangan listrik optimal sebesar 0,5 volt,arus listrik 40 mA dan waktu pemantauan optimal yaitu 20 menit.
{"title":"EFEK LISTRIK TEGANGAN RENDAH TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI Escherichia Coli","authors":"Dedy Firmansyah","doi":"10.33476/jky.v30i2.3103","DOIUrl":"https://doi.org/10.33476/jky.v30i2.3103","url":null,"abstract":"Bakteri Escherichia coli merupakan salah satu jenis bakteri gram negatif dan bersifat fakultatif anaerob.Bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherich ini biasanya hidup di usus besar manusia berfungsi untuk menjaga kesehatan sistem pencernaan. Bakteri ini umumnya tidak berbahaya,walaupun begitu tingkat kewaspadaan terhadap Escherichia coli perlu tetap diterapkan.Prevalensi infeksi karena bakteri Escherichia coli sangat tinggi di negara berkembang dengan perkiraan angka kejadian lebih dari 100 kasus per 100.000 penduduk (WHO, 2006). Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan tujuan untuk mengetahui efek listrik tegangan rendah terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli.Perlakuan menggunakan perlakuan sebanyak lima batch yang masing-masing batch terdiri dari lima tabung. Setiap 1 batch penelitian menggunakan tegangan listrik yang sama selama 1 jam dengan mengevaluasi pemantauan setiap 20 menit, 40 menit, dan 60 menit.Pada batch 1,digunakan tegangan listrik 0,4 volt sebanyak lima tabung,batch ke-2 dilanjutkan dengan tegangan listrik 0,5 volt sebanyak lima tabung,batch ke-3 dengan menggunakan tegangan listrik 0,7 volt,dan batch ke-4 dengan menggunakan tegangan listrik 0,8 volt dan pada batch ke-5 dengan menggunakan tegangan listrik 1 volt sebanyak lima tabung.Dari hasil penelitian ini didapatkan hasil bahwa listrik tegangan rendah dapat membunuh bakteri Eschericia coli dengan tegangan listrik optimal sebesar 0,5 volt,arus listrik 40 mA dan waktu pemantauan optimal yaitu 20 menit.","PeriodicalId":347843,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran YARSI","volume":"86 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139351765","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Latar belakang : Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu dari infeksi bakteri yang sering diderita oleh anak. Gejala ISK yang muncul pada anak cukup bervariasi dan sering tidak spesifik sehingga penegakan diagnosis untuk ISK dapat terhambat dan dapat menyebabkan komplikasi gagal ginjal. Tujuan : menunjukkan komplikasi keterlambatan penegakan diagnosis infeksi saluran kemih yang menjadi gagal ginjal akut. Kasus : seorang anak perempuan datang ke IGD dengan keluhan demam sejak tujuh hari sebelum masuk rumah sakit, disertai gejala nyeri seluruh lapang abdomen, nyeri pinggang, buang air kecil sangat sedikit, tidak dapat tidur tiga malam terakhir, lemas dan batuk kering. Dalam pemeriksaan lab didapatkan adanya peningkatan kadar ureum dan kreatinin serta dari ultrasonography sound didapatkan adanya gambaran gagal ginjal akut kanan derajat 2-3 dan kolesistitis kronis. Kesimpulan : keterlambatan infeksi saluran kemih dapat menyebabkan komplikasi berupa gagal ginjal akut, dapat dilakukan pemberian terapi berupa antibiotik untuk lini pertama hingga proses hemodialisa.
{"title":"GAGAL GINJAL AKUT AKIBAT INFEKSI SALURAN KEMIH PADA REMAJA : LAPORAN KASUS","authors":"A. Puspitasari","doi":"10.33476/jky.v30i2.2783","DOIUrl":"https://doi.org/10.33476/jky.v30i2.2783","url":null,"abstract":"Latar belakang : Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan salah satu dari infeksi bakteri yang sering diderita oleh anak. Gejala ISK yang muncul pada anak cukup bervariasi dan sering tidak spesifik sehingga penegakan diagnosis untuk ISK dapat terhambat dan dapat menyebabkan komplikasi gagal ginjal. Tujuan : menunjukkan komplikasi keterlambatan penegakan diagnosis infeksi saluran kemih yang menjadi gagal ginjal akut. Kasus : seorang anak perempuan datang ke IGD dengan keluhan demam sejak tujuh hari sebelum masuk rumah sakit, disertai gejala nyeri seluruh lapang abdomen, nyeri pinggang, buang air kecil sangat sedikit, tidak dapat tidur tiga malam terakhir, lemas dan batuk kering. Dalam pemeriksaan lab didapatkan adanya peningkatan kadar ureum dan kreatinin serta dari ultrasonography sound didapatkan adanya gambaran gagal ginjal akut kanan derajat 2-3 dan kolesistitis kronis. Kesimpulan : keterlambatan infeksi saluran kemih dapat menyebabkan komplikasi berupa gagal ginjal akut, dapat dilakukan pemberian terapi berupa antibiotik untuk lini pertama hingga proses hemodialisa.","PeriodicalId":347843,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran YARSI","volume":"47 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139351794","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The N-acetyltransferase 2 (NAT2) polymorphism in coding region has been studies intensively. However, there are limited studies for promoter region of NAT2 gene. Several reported study showed that the promoter region polymorphism of NAT2 gene is genotyped by PCR-sequencing approach. In this paper, we describe TaqMan based assays for the NAT2 polymorphism genotyping in promoter region with following SNP: rs4646243 [T>C], rs4646244 [T>A], rs4646267 [A>G], rs4345600 [A>G], and rs4646246 [A>G]. Our result showed a good separation cluster, trailing cluster and some mix cluster. TaqMan genotyping assay has shown a sensitivity and specificity to detect polymorphism in NAT2 promoter region.
{"title":"TaqMan Genotyping Assay Method for Single Nucleotide Polymorphisms (SNPs) detection in promoter region of N-Acetyltransferase 2 (NAT2) gene","authors":"Kinasih Prayuni","doi":"10.33476/jky.v30i2.2121","DOIUrl":"https://doi.org/10.33476/jky.v30i2.2121","url":null,"abstract":"The N-acetyltransferase 2 (NAT2) polymorphism in coding region has been studies intensively. However, there are limited studies for promoter region of NAT2 gene. Several reported study showed that the promoter region polymorphism of NAT2 gene is genotyped by PCR-sequencing approach. In this paper, we describe TaqMan based assays for the NAT2 polymorphism genotyping in promoter region with following SNP: rs4646243 [T>C], rs4646244 [T>A], rs4646267 [A>G], rs4345600 [A>G], and rs4646246 [A>G]. Our result showed a good separation cluster, trailing cluster and some mix cluster. TaqMan genotyping assay has shown a sensitivity and specificity to detect polymorphism in NAT2 promoter region.","PeriodicalId":347843,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran YARSI","volume":"72 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-08-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139351684","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk memeriksa indeks memori melalui alat QRMA (Quantum Resonance Magnetic Analyzer) ,pemeriksaan MMSE (Mini Mental State Examination) dan MoCA Ina (Montreal Cognitive Assestment versi Indonesia) terhadap karyawan Universitas YARSI. Hasil penelitian Indeks Memori terhadap 30 karyawan Univerisitas YARSI secara QRMA diperoleh nilai normal (Z score 0,442 – 0, 871) adalah 9 orang (30%) , menurun ringan 17 orang (56,67%) dan menurun sedang-berat 4 orang (13,33%). Selanjutnya hasil analisa MMSE dengan nilai normal (26 sampai 30) adalah 18 orang (60%) dan penurunan ringan 12 (40%) . Adapun analisa secara MoCA Ina dengan nilai normal (26 sampai 30) menunjukkan tingkatan normal 9 orang (30%), menurun ringan 17 orang (56,67%) dan menurun sedang-berat 4 orang (13,33%). Dari ketiga parameter di atas terdapat 7 orang (23,33%) dengan semua pemeriksaan menunjukkan hasil yang normal. Terdapat 11 orang (36,67%) dari ke tiga hasil pemeriksaan menunjukkan penurunan fungsi kognitif dan penurunan indeks memori terutama pada mereka yang berusia di atas 45 tahun. Selanjutnya 10 orang (33,33%) dengan ke dua parameter pemeriksaan yang mengalami penurunan, serta 2 orang (6,67%) dengan satu parameter pemeriksaan mengalami penurunan memori. Berdasarkan kepustakaan, usia berhubungan dengan penurunan fungsi memori/daya ingat. Tapi pada penelitian ini kami menemukan responden usia kurang dari 40 tahun mengalami penurunan kognitif pada ke 3 parameter terutama fungsi atensi dan fungsi visuo spatial. Pemeriksaan MMSE terutama untuk menilai fungsi kognitif secara umum (fungsi atensi, bahasa,memori/daya ingat, visuo spatial dan fungsi eksekutif. Sedangkan MoCA Ina merupakan parameter untuk menilai gangguan fungsi kognitif dengan kekhususan fungsi atensi dan visuo spatial. Dari pemeriksaan Indeks memori secara QRMA, pemeriksaan MMSE dan pemeriksaan MoCA Ina, menunjukkan telah terjadi penurunan indeks memori pada karyawan yang umumnya berusia lebih dari 45 tahun, hal ini di pastikan akibat adanya sel neuron yang mengalami degeneratif akibat pengaruh stres oksidatif sehingga berpengaruh terhadap kualitas kesehatan secara keseluruhan.
{"title":"Pemeriksaan Indeks Memori, MMSE (Mini Mental State Examination) dan MoCA-Ina (Montreal Cognitive Assestment Versi Indonesia) Pada Karyawan Universitas Yarsi","authors":"Anna Luthfiana, H. Harliansyah","doi":"10.33476/jky.v27i2.1116","DOIUrl":"https://doi.org/10.33476/jky.v27i2.1116","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk memeriksa indeks memori melalui alat QRMA (Quantum Resonance Magnetic Analyzer) ,pemeriksaan MMSE (Mini Mental State Examination) dan MoCA Ina (Montreal Cognitive Assestment versi Indonesia) terhadap karyawan Universitas YARSI. Hasil penelitian Indeks Memori terhadap 30 karyawan Univerisitas YARSI secara QRMA diperoleh nilai normal (Z score 0,442 – 0, 871) adalah 9 orang (30%) , menurun ringan 17 orang (56,67%) dan menurun sedang-berat 4 orang (13,33%). Selanjutnya hasil analisa MMSE dengan nilai normal (26 sampai 30) adalah 18 orang (60%) dan penurunan ringan 12 (40%) . Adapun analisa secara MoCA Ina dengan nilai normal (26 sampai 30) menunjukkan tingkatan normal 9 orang (30%), menurun ringan 17 orang (56,67%) dan menurun sedang-berat 4 orang (13,33%). Dari ketiga parameter di atas terdapat 7 orang (23,33%) dengan semua pemeriksaan menunjukkan hasil yang normal. Terdapat 11 orang (36,67%) dari ke tiga hasil pemeriksaan menunjukkan penurunan fungsi kognitif dan penurunan indeks memori terutama pada mereka yang berusia di atas 45 tahun. Selanjutnya 10 orang (33,33%) dengan ke dua parameter pemeriksaan yang mengalami penurunan, serta 2 orang (6,67%) dengan satu parameter pemeriksaan mengalami penurunan memori. Berdasarkan kepustakaan, usia berhubungan dengan penurunan fungsi memori/daya ingat. Tapi pada penelitian ini kami menemukan responden usia kurang dari 40 tahun mengalami penurunan kognitif pada ke 3 parameter terutama fungsi atensi dan fungsi visuo spatial. Pemeriksaan MMSE terutama untuk menilai fungsi kognitif secara umum (fungsi atensi, bahasa,memori/daya ingat, visuo spatial dan fungsi eksekutif. Sedangkan MoCA Ina merupakan parameter untuk menilai gangguan fungsi kognitif dengan kekhususan fungsi atensi dan visuo spatial. Dari pemeriksaan Indeks memori secara QRMA, pemeriksaan MMSE dan pemeriksaan MoCA Ina, menunjukkan telah terjadi penurunan indeks memori pada karyawan yang umumnya berusia lebih dari 45 tahun, hal ini di pastikan akibat adanya sel neuron yang mengalami degeneratif akibat pengaruh stres oksidatif sehingga berpengaruh terhadap kualitas kesehatan secara keseluruhan.","PeriodicalId":347843,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran YARSI","volume":"20 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129895244","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Oxyuriasis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Oxyuriasis vermicularis atau Enterobius vermicularis (cacing kremi). Kelembaban udara yang tinggi, dan sanitasi yang masih kurang baik di Indonesia merupakan faktor yang dapat berperan dalam perkembangan dan transmisi dari cacing kremi. Oxyuriasis terjadi pada semua usia, tetapi usia terbanyak terjadi pada anak-anak. Penelitian dilakukan di Kelurahan Tanah Tinggi, Johar baru, Jakarta Pusat karena termasuk daerah yang padat penduduk.Untuk mengetahui keakuratan pemeriksaan anal swab berulang (tiga hari berturut-turut) dibandingkan pemeriksaan anal swab satu kali dalam menegakkan diagnosis oxyuriasis.Jenis Penelitian ini adalah eksperimental yang menggunakan data primer melalui pemeriksaan anal swab yang dilakukan dengan metode pita plastik perekat (cellophane tape) pada 45 anak dengan rentang usia 5-10 tahun dari 3 RW yang berbeda (RW 07, RW 08, dan RW 12) di Kelurahan Tanah Tinggi.Dari 45 anak yang ikut penelitian (anak laki-laki 23 orang dan anak perempuan 22 orang) didapatkan 73,3% termasuk dalam kategori usia muda/prasekolah (5-6 tahun) dan 26,7% pada anak usia sekolah (7–10 tahun). Ada peningkatan keakuratan pada pemeriksaan anal swab berulang (tiga hari berturut-turut) dibandingkan dengan satu kali pemeriksaan. Prevalensi yang didapat adalah 4,44% untuk metode anal swab berulang, sedangkan metode satu kali adalah 2,22%. Pemeriksaan anal swab berulang (tiga hari berturut-turut) lebih akurat dibandingkan pemeriksaan anal swab satu kali dalam menegakkan diagnosis oxyuriasis.
{"title":"Pemeriksaan Anal Swab Berulang untuk Meningkatkan Keakuratan Diagnosis Oxyuris vermicularis pada Anak-anak Di Kelurahan Tanah Tinggi, Johar Baru","authors":"Rika Ferlianti, Elita Donanti, Ambar Hardjanti","doi":"10.33476/jky.v27i2.1120","DOIUrl":"https://doi.org/10.33476/jky.v27i2.1120","url":null,"abstract":"Oxyuriasis adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh Oxyuriasis vermicularis atau Enterobius vermicularis (cacing kremi). Kelembaban udara yang tinggi, dan sanitasi yang masih kurang baik di Indonesia merupakan faktor yang dapat berperan dalam perkembangan dan transmisi dari cacing kremi. Oxyuriasis terjadi pada semua usia, tetapi usia terbanyak terjadi pada anak-anak. Penelitian dilakukan di Kelurahan Tanah Tinggi, Johar baru, Jakarta Pusat karena termasuk daerah yang padat penduduk.Untuk mengetahui keakuratan pemeriksaan anal swab berulang (tiga hari berturut-turut) dibandingkan pemeriksaan anal swab satu kali dalam menegakkan diagnosis oxyuriasis.Jenis Penelitian ini adalah eksperimental yang menggunakan data primer melalui pemeriksaan anal swab yang dilakukan dengan metode pita plastik perekat (cellophane tape) pada 45 anak dengan rentang usia 5-10 tahun dari 3 RW yang berbeda (RW 07, RW 08, dan RW 12) di Kelurahan Tanah Tinggi.Dari 45 anak yang ikut penelitian (anak laki-laki 23 orang dan anak perempuan 22 orang) didapatkan 73,3% termasuk dalam kategori usia muda/prasekolah (5-6 tahun) dan 26,7% pada anak usia sekolah (7–10 tahun). Ada peningkatan keakuratan pada pemeriksaan anal swab berulang (tiga hari berturut-turut) dibandingkan dengan satu kali pemeriksaan. Prevalensi yang didapat adalah 4,44% untuk metode anal swab berulang, sedangkan metode satu kali adalah 2,22%. Pemeriksaan anal swab berulang (tiga hari berturut-turut) lebih akurat dibandingkan pemeriksaan anal swab satu kali dalam menegakkan diagnosis oxyuriasis.","PeriodicalId":347843,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran YARSI","volume":"75 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115152341","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting untuk diperhatikan, karena merupakan penyakit akut dan bahkan dapat menyebabkan kematian pada balita di berbagai negara berkembang termasuk Indonesia. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya ISPA adalah lingkungan dan perilaku masyarakat. Tiga Faktor lingkungan juga dapat disebabkan dari pencemaran udara dalam rumah seperti asap rokok, asap dari dapur karena memasak dengan kayu bakar serta kebiasaan menggunakan obat nyamuk bakar didalam rumah. Beberapa perilaku penduduk yang dapat menimbulkan terjadinya ISPA antara lain meludah sembarangan, membakar sampah, kebiasaan merokok, kebiasaan membuka jendela, dan kebiasaan tidur. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dan desain penelitiannya berupa cross-sectional. Data yang diambil merupakan data primer dengan teknik wawancara terpimpin menggunakan kuesioner mengenai faktor lingkungan rumah dan perilaku. Dari 28 responden warga binaan diketahui bahwa terdapat kejadian ISPA pada 23 orang (82,1%), terdapat rumah tidak sehat 23 rumah (82,1%), dan perilaku kurang baik 12 orang (42,9).Dari hasil analisis didapatkan nilai P=0,007 terhadap lingkungan, dan p=0,03 terhadap perilaku risiko. terdapat hubungan signifikan faktor lingkungan dan perilaku terhadap Kejadian ISPA.
{"title":"Hubungan Faktor Lingkungan dan Perilaku Terhadap Kejadian Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) di Desa Talok Kecamatan Kresek","authors":"A.Muhajir Ariano, Ayu Retno Bashirah, Dhina Lorenza, Muthiah Nabillah, Santi Noor Apriliana, Kholis Ernawati","doi":"10.33476/jky.v27i2.1119","DOIUrl":"https://doi.org/10.33476/jky.v27i2.1119","url":null,"abstract":"Penyakit Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) masih menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat yang penting untuk diperhatikan, karena merupakan penyakit akut dan bahkan dapat menyebabkan kematian pada balita di berbagai negara berkembang termasuk Indonesia. Salah satu faktor yang mempengaruhi terjadinya ISPA adalah lingkungan dan perilaku masyarakat. Tiga Faktor lingkungan juga dapat disebabkan dari pencemaran udara dalam rumah seperti asap rokok, asap dari dapur karena memasak dengan kayu bakar serta kebiasaan menggunakan obat nyamuk bakar didalam rumah. Beberapa perilaku penduduk yang dapat menimbulkan terjadinya ISPA antara lain meludah sembarangan, membakar sampah, kebiasaan merokok, kebiasaan membuka jendela, dan kebiasaan tidur. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif analitik dan desain penelitiannya berupa cross-sectional. Data yang diambil merupakan data primer dengan teknik wawancara terpimpin menggunakan kuesioner mengenai faktor lingkungan rumah dan perilaku. Dari 28 responden warga binaan diketahui bahwa terdapat kejadian ISPA pada 23 orang (82,1%), terdapat rumah tidak sehat 23 rumah (82,1%), dan perilaku kurang baik 12 orang (42,9).Dari hasil analisis didapatkan nilai P=0,007 terhadap lingkungan, dan p=0,03 terhadap perilaku risiko. terdapat hubungan signifikan faktor lingkungan dan perilaku terhadap Kejadian ISPA.","PeriodicalId":347843,"journal":{"name":"Jurnal Kedokteran YARSI","volume":"16 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-12-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126989398","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}