Pub Date : 2022-12-27DOI: 10.31186/jipi.24.2.82-87
D. E. Kusbianto, Naufal Cahya Kurniawan, Ayu Puspita Arum, Didik Pujdi Restanto
Biji tanaman Vanili (V.planifolia) merupakan produk tanaman perkebunan yang dapat dimanfaatkan sebagai campuran produk makanan dan industri. Dalam pengembangannya petani vanili melakukan perbanyakkan dengan cara stek. Proses stek tanaman vanili memiliki kendala dalam hal serangan patogen dan lamanya pertumbuhan, sehingga perbanyakan secara stek dinilai tidak dapat memenuhi permintaan bibit. Kultur jaringan merupakan teknologi yang dapat mengatasi permasalahan pada proses perbanyakan vanili. Penelitian berlangsung di bulan Januari – Juni 2022 di Universitas Jember Kampus Bondowoso dengan tujuan mengetahui respon terhadap penambahan hormon. Rancangan RAL digunakan dengan 2 faktor berupa BAP dan 2,4-D yang dikombinasikan. 3 taraf konsentrasi BAP yang diujikan yaitu 0 ppm (K1); 0,5 ppm (K2); dan 1 ppm (K3). Pengujian 2,4-D juga menggunakan 3 taraf mulai dari konsentrasi 0,5 ppm (D1), 1 ppm (D2) dan 1,5 ppm (D3). Hasil data kemudian dianalisa menggunakan anova dengan taraf 5% dan pengujian berdasarkan taraf 5% DMRT. Hasil olah data menunjukkan interaksi yang berbeda nyata terhadap perlakuan. Perlakuan tanpa hormon memiliki pembentukkan tunas lebih lama dan kombinasi 2,4-D dengan konsentrasi lebih tinggi menyebabkan penghambatan dalam pemanjangan tunas. Perlakuan K2D1 berdasarkan variabel pengamatan merupakan hormon yang memiliki respon terbaik.
{"title":"RESPON BAP DAN 2,4-D TERHADAP INDUKSI TUNAS TANAMAN VANILI (Vanilla planifolia)","authors":"D. E. Kusbianto, Naufal Cahya Kurniawan, Ayu Puspita Arum, Didik Pujdi Restanto","doi":"10.31186/jipi.24.2.82-87","DOIUrl":"https://doi.org/10.31186/jipi.24.2.82-87","url":null,"abstract":"Biji tanaman Vanili (V.planifolia) merupakan produk tanaman perkebunan yang dapat dimanfaatkan sebagai campuran produk makanan dan industri. Dalam pengembangannya petani vanili melakukan perbanyakkan dengan cara stek. Proses stek tanaman vanili memiliki kendala dalam hal serangan patogen dan lamanya pertumbuhan, sehingga perbanyakan secara stek dinilai tidak dapat memenuhi permintaan bibit. Kultur jaringan merupakan teknologi yang dapat mengatasi permasalahan pada proses perbanyakan vanili. Penelitian berlangsung di bulan Januari – Juni 2022 di Universitas Jember Kampus Bondowoso dengan tujuan mengetahui respon terhadap penambahan hormon. Rancangan RAL digunakan dengan 2 faktor berupa BAP dan 2,4-D yang dikombinasikan. 3 taraf konsentrasi BAP yang diujikan yaitu 0 ppm (K1); 0,5 ppm (K2); dan 1 ppm (K3). Pengujian 2,4-D juga menggunakan 3 taraf mulai dari konsentrasi 0,5 ppm (D1), 1 ppm (D2) dan 1,5 ppm (D3). Hasil data kemudian dianalisa menggunakan anova dengan taraf 5% dan pengujian berdasarkan taraf 5% DMRT. Hasil olah data menunjukkan interaksi yang berbeda nyata terhadap perlakuan. Perlakuan tanpa hormon memiliki pembentukkan tunas lebih lama dan kombinasi 2,4-D dengan konsentrasi lebih tinggi menyebabkan penghambatan dalam pemanjangan tunas. Perlakuan K2D1 berdasarkan variabel pengamatan merupakan hormon yang memiliki respon terbaik.","PeriodicalId":389025,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130647982","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-27DOI: 10.31186/jipi.24.2.120-125
Yusnaweti Yusnaweti, Yulfidesi Yulfidesi, J. Jamilah, S. Suryani, Minhaminda Minhaminda, Rona Tri Madani
SOIL-Leucaena leucocephala LEAF COMPOST MIXTURE AS AMENDMENT IN POLYBAG-GROWING MEDIA FOR IMPROVEMENT OIL PALM SEEDLINGS AT MAIN NURSERY STAGE]. Production of oil palm seedling in the nursery mainly utilises top soil as polybag medium. These soils have low fertility especially N and organic matter content. The aim of this study was to determine the effects of top soil and leaf compost incorporation as amendment in polybag medium for oil palm seedlings growth at the nursery stage. This research was carried out at the Paranet House Experimental Garden and Laboratory of the Faculty of Animal Husbandry, Muhammadiyah University, West Sumatra from March to July 2022 using a standard period for oil palm seedling production in main nursery stage with five soil-leaf compost mixture (control, 1: 1, 1: 2, 1: 3, and 1: 4 v/v) as treatments. The treatments were arranged in a Completely Randomized Design (CRD) with three replications and each replication consisted of four polybags. The results showed that soil-leaf compost mixture (1: 4) was the best ratio for the growth of oil palm seedlings.
{"title":"KOMPOSISI CAMPURAN TANAH-KOMPOS DAUN LAMTORO SEBAGAI AMANDEMEN PADA MEDIA TUMBUH POLIBAG UNTUK PERTUMBUHAN BIBIT KELAPA SAWIT PADA TAHAP PEMBIBITAN UTAMA","authors":"Yusnaweti Yusnaweti, Yulfidesi Yulfidesi, J. Jamilah, S. Suryani, Minhaminda Minhaminda, Rona Tri Madani","doi":"10.31186/jipi.24.2.120-125","DOIUrl":"https://doi.org/10.31186/jipi.24.2.120-125","url":null,"abstract":"SOIL-Leucaena leucocephala LEAF COMPOST MIXTURE AS AMENDMENT IN POLYBAG-GROWING MEDIA FOR IMPROVEMENT OIL PALM SEEDLINGS AT MAIN NURSERY STAGE]. Production of oil palm seedling in the nursery mainly utilises top soil as polybag medium. These soils have low fertility especially N and organic matter content. The aim of this study was to determine the effects of top soil and leaf compost incorporation as amendment in polybag medium for oil palm seedlings growth at the nursery stage. This research was carried out at the Paranet House Experimental Garden and Laboratory of the Faculty of Animal Husbandry, Muhammadiyah University, West Sumatra from March to July 2022 using a standard period for oil palm seedling production in main nursery stage with five soil-leaf compost mixture (control, 1: 1, 1: 2, 1: 3, and 1: 4 v/v) as treatments. The treatments were arranged in a Completely Randomized Design (CRD) with three replications and each replication consisted of four polybags. The results showed that soil-leaf compost mixture (1: 4) was the best ratio for the growth of oil palm seedlings.","PeriodicalId":389025,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia","volume":"13 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122461738","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-27DOI: 10.31186/jipi.24.2.102-108
E. Susilo, H. Pujiwati
Penggunaan herbisida sintetik dalam jangka panjang dengan aplikasi yang tidak tepat dan minimnya pengetahuan maka dapat menyebabkan dampak negatif bagi lingkungan dan tidak ekonomis. Penggunaan bioherbisida salah satu solusi yang bisa diterapkan. Keuntungan bioherbisida diantaranya mudah, sederhana, murah, dan aman. Tanaman sorgum dikenal sebagai tanaman multi manfaat yaitu sebagai pangan, pakan, pupuk organik, dan bioherbisida yang baik karena ramah lingkungan. Kandungan alelokimia diduga berbeda pada setiap organ yang berbeda. Penelitian bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak air yang bersumber dari tanaman ratun yang terfermentasi selama enam bulan yang diproduksi di lahan rawa sebagai bioherbisida. Penelitian dilaksanakan di lahan rawa di Kandang Limun dan Bentiring Permai Kota Bengkulu Propinsi Bengkulu, Nopember 2020 sampai Mei 2021 dan percobaan bioassay Oktober 2022. Penelitian menerapkan Rancangan Acak Lengkap, pola faktor tunggal. Perlakuannya yaitu berupa ekstrak air ratun tanaman sorgum terfermentasi selama enam bulan, tarafnya adalah kontrol, daun, batang, dan akar. Percobaan diulang 4 kali dan unit percobaan berupa cawan petri. Setiap cawan petri diaplikasi 10 ml, disemai 25 benih kacang hijau varietas Vima 1, dan diinkubasi 3 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak air berasal dari tanaman ratun yang telah terfermentasi selama enam bulan masih mampu menghasilkan daya hambat yang baik terhadap terhadap test plant. Sumber ekstrak air yang berasal dari organ ratun batang maupun akar tanaman sorgum yang telah mengalami fermentasi mempunyai potensi lebih baik sebagai sumber bioherbisida daripada yang berasal dari daun maupun kontrol. Oleh karena itu, untuk penggunaan ekstrak air ini disarankan menggunakan organ akar atau batang tanaman ratun.
{"title":"POTENTIAL OF RATUN ORGANS OF FERMENTED SORGUM (Sorghum bicolor L.) PRODUCED IN SWAMP AS BIOHERBICIDE","authors":"E. Susilo, H. Pujiwati","doi":"10.31186/jipi.24.2.102-108","DOIUrl":"https://doi.org/10.31186/jipi.24.2.102-108","url":null,"abstract":"Penggunaan herbisida sintetik dalam jangka panjang dengan aplikasi yang tidak tepat dan minimnya pengetahuan maka dapat menyebabkan dampak negatif bagi lingkungan dan tidak ekonomis. Penggunaan bioherbisida salah satu solusi yang bisa diterapkan. Keuntungan bioherbisida diantaranya mudah, sederhana, murah, dan aman. Tanaman sorgum dikenal sebagai tanaman multi manfaat yaitu sebagai pangan, pakan, pupuk organik, dan bioherbisida yang baik karena ramah lingkungan. Kandungan alelokimia diduga berbeda pada setiap organ yang berbeda. Penelitian bertujuan untuk mengetahui potensi ekstrak air yang bersumber dari tanaman ratun yang terfermentasi selama enam bulan yang diproduksi di lahan rawa sebagai bioherbisida. Penelitian dilaksanakan di lahan rawa di Kandang Limun dan Bentiring Permai Kota Bengkulu Propinsi Bengkulu, Nopember 2020 sampai Mei 2021 dan percobaan bioassay Oktober 2022. Penelitian menerapkan Rancangan Acak Lengkap, pola faktor tunggal. Perlakuannya yaitu berupa ekstrak air ratun tanaman sorgum terfermentasi selama enam bulan, tarafnya adalah kontrol, daun, batang, dan akar. Percobaan diulang 4 kali dan unit percobaan berupa cawan petri. Setiap cawan petri diaplikasi 10 ml, disemai 25 benih kacang hijau varietas Vima 1, dan diinkubasi 3 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak air berasal dari tanaman ratun yang telah terfermentasi selama enam bulan masih mampu menghasilkan daya hambat yang baik terhadap terhadap test plant. Sumber ekstrak air yang berasal dari organ ratun batang maupun akar tanaman sorgum yang telah mengalami fermentasi mempunyai potensi lebih baik sebagai sumber bioherbisida daripada yang berasal dari daun maupun kontrol. Oleh karena itu, untuk penggunaan ekstrak air ini disarankan menggunakan organ akar atau batang tanaman ratun.","PeriodicalId":389025,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia","volume":"84 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131866103","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-27DOI: 10.31186/jipi.24.2.95-101
D. Suleman, Namriah, Syamsul Alam, M. Algifari
Inceptisol termasuk salah satu ordo tanah yang tersebar luas dan potensil untuk pengembangan pertanian di Sulawesi Tenggara, namun memiliki kendala kesuburan tanah rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan sifat kimia tanah setelah diberi kompos ampas sagu dan hasil kacang hijau (Vigna radiata L.). Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Halu Oleo. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok terdiri dari 5 perlakuan kompos ampas sagu yakni A0 = tanpa kompos ampas sagu sebagai kontrol, A1 = 100 g/polybag, A2 = 200 g/polybag, A3 = 300 g/polybag, A4 = 400 g/polybag dan diulang 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian 400 g/polybag kompos ampas sagu meningkatkan pH tanah dan C-organik masing-masing 5,02 dan 2,23%. Peningkatan juga terjadi pada N-total (0,24%), P-tersedia (19,85 ppm), K-tersedia (0,24 me/100g) dan KTK (11,99 me/100g). Aplikasi 300 g/polybag kompos ampas sagu (A3) menunjukkan hasil terbaik pada jumlah polong dan bobot 100 biji kacang hijau
{"title":"CHANGE OF SOIL CHEMICAL PROPERTIES AMENDED WITH SAGO WASTE AND THE YIELD OF MUNG BEAN IN INCEPTISOL","authors":"D. Suleman, Namriah, Syamsul Alam, M. Algifari","doi":"10.31186/jipi.24.2.95-101","DOIUrl":"https://doi.org/10.31186/jipi.24.2.95-101","url":null,"abstract":"Inceptisol termasuk salah satu ordo tanah yang tersebar luas dan potensil untuk pengembangan pertanian di Sulawesi Tenggara, namun memiliki kendala kesuburan tanah rendah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan sifat kimia tanah setelah diberi kompos ampas sagu dan hasil kacang hijau (Vigna radiata L.). Penelitian dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian, Universitas Halu Oleo. Penelitian menggunakan Rancangan Acak Kelompok terdiri dari 5 perlakuan kompos ampas sagu yakni A0 = tanpa kompos ampas sagu sebagai kontrol, A1 = 100 g/polybag, A2 = 200 g/polybag, A3 = 300 g/polybag, A4 = 400 g/polybag dan diulang 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian 400 g/polybag kompos ampas sagu meningkatkan pH tanah dan C-organik masing-masing 5,02 dan 2,23%. Peningkatan juga terjadi pada N-total (0,24%), P-tersedia (19,85 ppm), K-tersedia (0,24 me/100g) dan KTK (11,99 me/100g). Aplikasi 300 g/polybag kompos ampas sagu (A3) menunjukkan hasil terbaik pada jumlah polong dan bobot 100 biji kacang hijau","PeriodicalId":389025,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia","volume":"16 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121770066","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian bertujuan untuk mempelajari mekanisme fisiologis yang terkait dengan skema ketahanan kekeringan pada empat kultivar padi gogo lokal Sulawesi Tengah. Penelitian lapangan dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) faktorial dua faktor dengan tiga blok sebagai ulangan. Faktor pertama adalah empat kultivar padi gogo yaitu Habo, Hiwanggu, Sunggul, dan Lambara. Sedangkan faktor kedua adalah interval penyiraman yaitu satu hari, dua hari, empat hari, dan delapan hari sekali. Variabel yang menjadi fokus kajian adalah kadar lengas tanah, kadar air relatif daun, konduktansi stomata, konsentrasi karbon dioksida daun, laju transpirasi, laju fotosintesis, dan hasil gabah per rumpun. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis regresi dengan variabel bebas adalah kadar lengas tanah sedangkan variabel tidak bebas adalah kadar air relatif daun, konduktansi stomata, konsentrasi karbon dioksida daun, laju transpirasi, laju fotosintesis, dan hasil gabah per rumpun. Hubungan antar variabel pengamatan ditentukan dengan analisis korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok kulivar padi gogo tahan kering (Habo dan Sunggul) memerlukan kadar lengas tanah optimum yang lebih rendah jika dibandingkan dengan kelompok kultivar padi gogo tidak tahan kering (Hiwanggu dan Lambara) untuk memaksimalkan kadar air relatif, konduktansi stomata, karbon dioksida, laju transpirasi, dan laju fotosintesis. Kadar lengas tanah yang menyebabkan hasil gabah per rumpun maksimum pada Habo, Sunggul, Hiwanggu, dan Lambara secara berurutan adalah 23.41%, 23.00%, 27.14%, dan 26.67%.
该研究的目的是研究苏拉威西当地四家库蒂瓦帕迪戈果戈市的干旱耐旱方案的生理学机制。进行实地研究的是使用一个由三个街区组成的两种因素组合(RAKL)的随机设计进行的。第一个因素是四种不同的库蒂瓦帕果果,即Habo, Hiwanggu,和Lambara。第二个因素是每一天、两天、四天和八天的浇水间隔。研究重点研究的变量包括土壤lengas、相对的叶子含水量、气量电导、叶氏二氧化碳浓度、蒸馏率、光合作用速率和谷物产量。进一步分析自由变量回归的数据是土壤含盐量,而非自由变量是树叶的相对含水率、气量导电量、叶叶的二氧化碳浓度、蒸馏率、光合作用速率和谷物产量。观察变量之间的关系是通过关联分析确定的。研究结果表明,kulivar水稻小组的干性(Habo和真正的干性)需要比kultivar稻群更低的最佳含水率(Hiwanggu and Lambara),以最大限度地提高相对的含水率、气量电导、二氧化碳、换气率和光合作用速率。导致作物产量最大的土壤颗粒水平为Habo、real、Hiwanggu和Lambara,顺序为23.41%、233.00%、23.14%和26.67%。
{"title":"TANGGAPAN FISIOLOGIS DAN HASIL EMPAT KULTIVAR PADI GOGO LOKAL SULAWESI TENGAH TERHADAP CEKAMAN KEKERINGAN","authors":"Ruslan Boy, Didik Indra Dewa, Eka Tarwaca Susila Putra, Budiastuti Kurniasih","doi":"10.31186/jipi.24.2.132-144","DOIUrl":"https://doi.org/10.31186/jipi.24.2.132-144","url":null,"abstract":"Penelitian bertujuan untuk mempelajari mekanisme fisiologis yang terkait dengan skema ketahanan kekeringan pada empat kultivar padi gogo lokal Sulawesi Tengah. Penelitian lapangan dilaksanakan menggunakan Rancangan Acak Kelompok Lengkap (RAKL) faktorial dua faktor dengan tiga blok sebagai ulangan. Faktor pertama adalah empat kultivar padi gogo yaitu Habo, Hiwanggu, Sunggul, dan Lambara. Sedangkan faktor kedua adalah interval penyiraman yaitu satu hari, dua hari, empat hari, dan delapan hari sekali. Variabel yang menjadi fokus kajian adalah kadar lengas tanah, kadar air relatif daun, konduktansi stomata, konsentrasi karbon dioksida daun, laju transpirasi, laju fotosintesis, dan hasil gabah per rumpun. Data yang diperoleh selanjutnya dianalisis regresi dengan variabel bebas adalah kadar lengas tanah sedangkan variabel tidak bebas adalah kadar air relatif daun, konduktansi stomata, konsentrasi karbon dioksida daun, laju transpirasi, laju fotosintesis, dan hasil gabah per rumpun. Hubungan antar variabel pengamatan ditentukan dengan analisis korelasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelompok kulivar padi gogo tahan kering (Habo dan Sunggul) memerlukan kadar lengas tanah optimum yang lebih rendah jika dibandingkan dengan kelompok kultivar padi gogo tidak tahan kering (Hiwanggu dan Lambara) untuk memaksimalkan kadar air relatif, konduktansi stomata, karbon dioksida, laju transpirasi, dan laju fotosintesis. Kadar lengas tanah yang menyebabkan hasil gabah per rumpun maksimum pada Habo, Sunggul, Hiwanggu, dan Lambara secara berurutan adalah 23.41%, 23.00%, 27.14%, dan 26.67%.","PeriodicalId":389025,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia","volume":"12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125528123","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-27DOI: 10.31186/jipi.24.2.69-74
Ewa Aulia, Mimi Sutrawati, Tunjung Pamekas
The chili cultivation center in Bengkulu Province, which is located in Pematang Donok Village, Kepahiang Regency, has found many symptoms of yellow curly leaf disease, but there have been no reports of viral species that infect the chili plantations. Sampling was done by purposive sampling method based on the symptoms of chili plants infected with Begomovirus. Virus detection using polymerase chain reaction (PCR) method using general primer Begomovirus (SPG 1/2). The PCR product was sent to First Base, Malaysia for DNA sequencing. Sequencing data were analyzed using MEGA 6 (Molecular Evolutionary Genetics Analysis) software for phylogenetic tree construction. Based on field observations, the incidence of disease ranged from 96.4%-100% and the whitefly vector insect (Bemisia tabaci) was found. PCR using general primers Begomovirus obtained DNA bands measuring 912 bp according to the primary target. Based on the Blastn results, the nucleotide sequences of 3 Begomovirus samples from Pematang Donok Village had nucleotide similarities with the Pepper yellow leaf curl Indonesia virus (PYLCIV) isolates from Bali and Java contained in the GenBank database, with a nucleotide similarity value of 91.77%-98.99%.
{"title":"DETEKSI MOLEKULER DAN ANALISIS GENETIK BEGOMOVIRUS PADA TANAMAN CABAI DI DESA PEMATANG DONOK","authors":"Ewa Aulia, Mimi Sutrawati, Tunjung Pamekas","doi":"10.31186/jipi.24.2.69-74","DOIUrl":"https://doi.org/10.31186/jipi.24.2.69-74","url":null,"abstract":"The chili cultivation center in Bengkulu Province, which is located in Pematang Donok Village, Kepahiang Regency, has found many symptoms of yellow curly leaf disease, but there have been no reports of viral species that infect the chili plantations. Sampling was done by purposive sampling method based on the symptoms of chili plants infected with Begomovirus. Virus detection using polymerase chain reaction (PCR) method using general primer Begomovirus (SPG 1/2). The PCR product was sent to First Base, Malaysia for DNA sequencing. Sequencing data were analyzed using MEGA 6 (Molecular Evolutionary Genetics Analysis) software for phylogenetic tree construction. Based on field observations, the incidence of disease ranged from 96.4%-100% and the whitefly vector insect (Bemisia tabaci) was found. PCR using general primers Begomovirus obtained DNA bands measuring 912 bp according to the primary target. Based on the Blastn results, the nucleotide sequences of 3 Begomovirus samples from Pematang Donok Village had nucleotide similarities with the Pepper yellow leaf curl Indonesia virus (PYLCIV) isolates from Bali and Java contained in the GenBank database, with a nucleotide similarity value of 91.77%-98.99%.","PeriodicalId":389025,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114930118","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-27DOI: 10.31186/jipi.24.2.88-94
Asis Asis, M. Ramlan, M. Ismail, Lamhot Edy Pakpahan, Sutarni, Abdurahman
[IMPROVEMENT OF PEANUT GROWTH AND PRODUCTIVITY IN DRY LAND THROUGH THE APPLICATION OF DOLOMITE AND NPK FERTILIZERS]. Dry land is commonly characterized by low pH and nutrient availability for peanut growth. Therefore, application of dolomite and NPK fertilizer might correct its characteristics. This study aimed to determine the appropriate dose of dolomite and NPK fertilizers to increase growth and productivity of peanut in dry land. This study was carried out from November 2019 to February 2020 at the Meteorological, Climatological, and Geophysical Agency, Indrapuri Experimental Garden, Aceh Besar, Aceh and used a randomized block design (RBD) with two factors and three replications. The first factor was three dosages of dolomite (i.e., 0, 250, and 500 kg/ha) and the second factor was three levels of NPK fertilizers (i.e., 0 kg/ha Urea+ 0 kg/ha SP36+ 0 kg/ha KCl), 25 kg/ha Urea + 50 kg/ha SP36 + 50 kg/ha KCl, and 50 kg/ha Urea + 100 kg/ha SP36 + 100 kg/ha KCl). The results showed that application of dolomite or NPK fertilizers had a significant effect on peanut yield components. Application of dolomite at 500 kg/ha or NPK fertilizers at 50 kg/ha Urea + 100 kg/ha SP36 + 100 kg/ha KCl increased peanut productivity by 10% and 9.23%, respectively compared to the control.
{"title":"PENINGKATAN PERTUMBUHAN DAN PRODUKTIVITAS KACANG TANAH DI LAHAN KERING MELALUI PEMBERIAN DOLOMIT DAN PUPUK NPK","authors":"Asis Asis, M. Ramlan, M. Ismail, Lamhot Edy Pakpahan, Sutarni, Abdurahman","doi":"10.31186/jipi.24.2.88-94","DOIUrl":"https://doi.org/10.31186/jipi.24.2.88-94","url":null,"abstract":"[IMPROVEMENT OF PEANUT GROWTH AND PRODUCTIVITY IN DRY LAND THROUGH THE APPLICATION OF DOLOMITE AND NPK FERTILIZERS]. Dry land is commonly characterized by low pH and nutrient availability for peanut growth. Therefore, application of dolomite and NPK fertilizer might correct its characteristics. This study aimed to determine the appropriate dose of dolomite and NPK fertilizers to increase growth and productivity of peanut in dry land. This study was carried out from November 2019 to February 2020 at the Meteorological, Climatological, and Geophysical Agency, Indrapuri Experimental Garden, Aceh Besar, Aceh and used a randomized block design (RBD) with two factors and three replications. The first factor was three dosages of dolomite (i.e., 0, 250, and 500 kg/ha) and the second factor was three levels of NPK fertilizers (i.e., 0 kg/ha Urea+ 0 kg/ha SP36+ 0 kg/ha KCl), 25 kg/ha Urea + 50 kg/ha SP36 + 50 kg/ha KCl, and 50 kg/ha Urea + 100 kg/ha SP36 + 100 kg/ha KCl). The results showed that application of dolomite or NPK fertilizers had a significant effect on peanut yield components. Application of dolomite at 500 kg/ha or NPK fertilizers at 50 kg/ha Urea + 100 kg/ha SP36 + 100 kg/ha KCl increased peanut productivity by 10% and 9.23%, respectively compared to the control.\u0000 ","PeriodicalId":389025,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia","volume":"4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128359977","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-27DOI: 10.31186/jipi.24.2.126-131
S. Susilawati, Muhammad Ammar, Irmawati Irmawati, M. U. Harun, E. Sodikin, B. Ichwan
Penelitian bertujuan mendapatkan data pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah pada kondisi suboptimal secara terapung dengan berbagai dosis pupuk NPK. Penelitian dilaksanakan di Embung Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Kecamatan Indralaya Ogan Ilir selama 5 bulan pada tahun 2022. Bahan yang digunakan adalah cabai merah varietas Gada F1, pupuk NPK, tanah jenis alluvial, rakit bambu serta bahan pendukung lainnya. Penelitian disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok menggunakan satu faktor perlakuan yaitu dosis pupuk NPK yang terdiri dari empat dosis perlakuan, yakni P0 = 0 g NPK/polybag; P1 = 5 g NPK/polybag; P2 = 10 g NPK/polybag dan P3 = 15 g NPK/polybag dan tiga kelompok. Pupuk diberikan satu minggu sebelum tanam. Peubah yang diamati adalah karakter pertumbuahn meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, diameter tajuk, panjang buah, diameter buah, berat buah per buah, berat buah per panen, dan Total berat buah per tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman cabai merah secara terapung belum menunjukkan respon dengan penggunaan pupuk NPK. Data tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter belum optimal serta terjadi penurunan masa produktif tanaman sehingga frekuensi panen lebih sedikit dan hasil yang diperoleh tidak optimal. Kesimpulan tanaman cabai merah varietas Gada F1 mengalami penurunan pertumbuhan dan hasil jika dibudidayakan secara terapung sehingga masih diperlukan penelitian untuk mendapatkan varietas cabai dataran rendah yang dapat dibudidayakan secara terapung.
这项研究的目的是获取胡椒植物在亚原子环境下的生长和结果数据,以及额外剂量的NPK肥料。这项研究于2022年在Sriwijaya university农场学院的emmen进行了5个月的研究。使用的红辣椒品种F1狼狼烟、NPK肥料、绿油油、竹筏和其他支持材料。研究是根据小组随机设计的,由一种治疗因素组成的,即NPK化肥剂量,由四种治疗剂量组成,即P0 = 0 g NPK/polybag;P1 = 5 g NPK/polybag;P2 = 10 g NPK/polybag和P3 = 15 g NPK/polybag和三组。他们在种肥料前一周给它们施肥。所观察到的生长变化包括植物的高度、叶子的数量、铅笔芯的直径、水果的长度、水果的长度、果实的重量、果实每收获的重量和果实的总重量。研究表明,漂浮的红辣椒植物对NPK的肥料使用没有反应。植物的高数据、叶子和直径还不理想,作物产量下降,导致收获频率较低,产量较不理想。胡椒植物F1刺花籽品种的结论是,如果漂浮种植,植物的生长和产量就会下降,因此还需要研究研究,才能找到一种可以漂浮种植的低地辣椒品种。
{"title":"Pertumbuhan dan Frekuensi Panen Tanaman Cabai Merah pada Kondisi Suboptimal secara Terapung","authors":"S. Susilawati, Muhammad Ammar, Irmawati Irmawati, M. U. Harun, E. Sodikin, B. Ichwan","doi":"10.31186/jipi.24.2.126-131","DOIUrl":"https://doi.org/10.31186/jipi.24.2.126-131","url":null,"abstract":"Penelitian bertujuan mendapatkan data pertumbuhan dan hasil tanaman cabai merah pada kondisi suboptimal secara terapung dengan berbagai dosis pupuk NPK. Penelitian dilaksanakan di Embung Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya Kecamatan Indralaya Ogan Ilir selama 5 bulan pada tahun 2022. Bahan yang digunakan adalah cabai merah varietas Gada F1, pupuk NPK, tanah jenis alluvial, rakit bambu serta bahan pendukung lainnya. Penelitian disusun berdasarkan Rancangan Acak Kelompok menggunakan satu faktor perlakuan yaitu dosis pupuk NPK yang terdiri dari empat dosis perlakuan, yakni P0 = 0 g NPK/polybag; P1 = 5 g NPK/polybag; P2 = 10 g NPK/polybag dan P3 = 15 g NPK/polybag dan tiga kelompok. Pupuk diberikan satu minggu sebelum tanam. Peubah yang diamati adalah karakter pertumbuahn meliputi tinggi tanaman, jumlah daun, diameter tajuk, panjang buah, diameter buah, berat buah per buah, berat buah per panen, dan Total berat buah per tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman cabai merah secara terapung belum menunjukkan respon dengan penggunaan pupuk NPK. Data tinggi tanaman, jumlah daun dan diameter belum optimal serta terjadi penurunan masa produktif tanaman sehingga frekuensi panen lebih sedikit dan hasil yang diperoleh tidak optimal. Kesimpulan tanaman cabai merah varietas Gada F1 mengalami penurunan pertumbuhan dan hasil jika dibudidayakan secara terapung sehingga masih diperlukan penelitian untuk mendapatkan varietas cabai dataran rendah yang dapat dibudidayakan secara terapung.","PeriodicalId":389025,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia","volume":"04 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129656817","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-27DOI: 10.31186/jipi.24.2.75-81
Rr. Yudhy Harini Bertham, Elvira Elistria Ningrum, R. T. Adiprasetyo
[THE EFFECT OF MICRO-COMPOUND FERTILIZER AND HUMIC ACID ON AVAILABILITY OF P AND UPLAND RICE YIELD IN COASTAL LAND] Indonesia’s coastal areas are potential for the agriculture. However, coastal areas have poor physical, chemical and biological soil properties that unfavorable to the growth and yield of plants. Upland rice is a food crop that can be developed on coastal land using humic acid technology and micro-compound fertilizers. This study aims to determinate the effect of micro-compound fertilizers and humic acid on phosphor availability and upland rice yields on coastal land. This research was conducted from August to December 2021 in Beringin Raya Sub-District Muara Bangka Hulu, Bengkulu City. Soil and plant analysis was carried out in the Soil Science Laboratory, Faculty of Agriculture, Bengkulu University. This research was organized in Randomized Completely Block Design (RCBD) with 2 factors. The first factor is micro-compound fertilizer which consists of 3 levels, namely 0, 70 and 140 g/ha and the second factor is humic acid which consists of 2 levels, namely 0 and 8 L/ha. Each treatment combination was reploicated 4 times. The results showed that there was no interaction between humic acid and micronutrient fertilizer on the observed variables. The application of humic acid at 8 L/ha increased phosphor available by 27.55%, the root colonization by 20.65%, the population of microorganisms by 14.77%, the number of productive tillers of 15.72% and the weight of the pithy grain per plant by 31.50% as compared to control. Also, the application of micronutrient fertilizer at 140 g/ha increased the weight of 1000 seeds, the number of productive tillers, the pithy grains by 7.22, 18.53, and 27.77% respectively as compared control. It is recommended that the upland rice variety can cultivate in coastal land with the application of 140 g/ha micronutrient fertilizer combined with 8 L/ha of humic acid.
{"title":"PENGARUH PUPUK MIKRO MAJEMUK DAN ASAM HUMAT TERHADAP KETERSEDIAAN P DAN HASIL PADI GOGO DI LAHAN PESISIR","authors":"Rr. Yudhy Harini Bertham, Elvira Elistria Ningrum, R. T. Adiprasetyo","doi":"10.31186/jipi.24.2.75-81","DOIUrl":"https://doi.org/10.31186/jipi.24.2.75-81","url":null,"abstract":"[THE EFFECT OF MICRO-COMPOUND FERTILIZER AND HUMIC ACID ON AVAILABILITY OF P AND UPLAND RICE YIELD IN COASTAL LAND] Indonesia’s coastal areas are potential for the agriculture. However, coastal areas have poor physical, chemical and biological soil properties that unfavorable to the growth and yield of plants. Upland rice is a food crop that can be developed on coastal land using humic acid technology and micro-compound fertilizers. This study aims to determinate the effect of micro-compound fertilizers and humic acid on phosphor availability and upland rice yields on coastal land. This research was conducted from August to December 2021 in Beringin Raya Sub-District Muara Bangka Hulu, Bengkulu City. Soil and plant analysis was carried out in the Soil Science Laboratory, Faculty of Agriculture, Bengkulu University. This research was organized in Randomized Completely Block Design (RCBD) with 2 factors. The first factor is micro-compound fertilizer which consists of 3 levels, namely 0, 70 and 140 g/ha and the second factor is humic acid which consists of 2 levels, namely 0 and 8 L/ha. Each treatment combination was reploicated 4 times. The results showed that there was no interaction between humic acid and micronutrient fertilizer on the observed variables. The application of humic acid at 8 L/ha increased phosphor available by 27.55%, the root colonization by 20.65%, the population of microorganisms by 14.77%, the number of productive tillers of 15.72% and the weight of the pithy grain per plant by 31.50% as compared to control. Also, the application of micronutrient fertilizer at 140 g/ha increased the weight of 1000 seeds, the number of productive tillers, the pithy grains by 7.22, 18.53, and 27.77% respectively as compared control. It is recommended that the upland rice variety can cultivate in coastal land with the application of 140 g/ha micronutrient fertilizer combined with 8 L/ha of humic acid.","PeriodicalId":389025,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia","volume":"255 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123347198","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-12-27DOI: 10.31186/jipi.24.2.109-119
Najirul Hafizah, Jumar Jumar, R. Saputra
Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang banyak dibudidayakan di Indoneisa, salah satunya yaitu di Provinsi Kalimantan Selatan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kualitas kompos limbah solid sawit. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini bertempat di Rumah Kompos Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat dan Laboratorium Tanah Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2021 hingga November 2021. Penelitian ini terdiri dari empat perlakuan yaitu P0= solid sawit + kotoran ayam, P1= solid sawit + kotoran ayam + EM4, P2= solid sawit + kotoran ayam + M21, dan P3= solid sawit + kotoran ayam + Tangguh. Hasil penelitian menunjukkan kualitas kompos limbah solid sawit tanpa biodekomposer sesuai SNI 2004, kecuali pH, C-organik, dan rasio C/N. Kompos limbah solid sawit dengan biodekomposer EM4 sesuai SNI 2004, kecuali pH dan rasio C/N. Kompos limbah solid sawit dengan biodekomposer M21 sesuai SNI 2004, kecuali kadar air, pH, C-organik, dan rasio C/N. Kompos limbah solid sawit dengan biodekomposer Tangguh sesuai SNI, kecuali pH, C-organik, dan rasio C/N. Uji perkecambahan benih edamame pada media kompos limbah solid sawit tanpa biodekomposer 70%, biodekomposer EM4 80%, biodekomposer M21 94%, biodekomposer Tangguh 86%. Total mikroba kompos limbah solid sawit tanpa biodekomposer 3,2 x 106 µg g-1, biodekomposer EM4 2,9 x 105 µg g-1, biodekomposer M21 1,3 x 106 µg g-1, dan biodekomposer Tangguh 8,0 x 105 µg g-1.
{"title":"KUALITAS KOMPOS LIMBAH SOLID SAWIT DENGAN BERBAGAI BIODEKOMPOSER","authors":"Najirul Hafizah, Jumar Jumar, R. Saputra","doi":"10.31186/jipi.24.2.109-119","DOIUrl":"https://doi.org/10.31186/jipi.24.2.109-119","url":null,"abstract":"Kelapa sawit merupakan salah satu tanaman perkebunan yang banyak dibudidayakan di Indoneisa, salah satunya yaitu di Provinsi Kalimantan Selatan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kualitas kompos limbah solid sawit. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kuantitatif dan kualitatif. Penelitian ini bertempat di Rumah Kompos Jurusan Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat dan Laboratorium Tanah Jurusan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat. Penelitian dilaksanakan pada bulan September 2021 hingga November 2021. Penelitian ini terdiri dari empat perlakuan yaitu P0= solid sawit + kotoran ayam, P1= solid sawit + kotoran ayam + EM4, P2= solid sawit + kotoran ayam + M21, dan P3= solid sawit + kotoran ayam + Tangguh. Hasil penelitian menunjukkan kualitas kompos limbah solid sawit tanpa biodekomposer sesuai SNI 2004, kecuali pH, C-organik, dan rasio C/N. Kompos limbah solid sawit dengan biodekomposer EM4 sesuai SNI 2004, kecuali pH dan rasio C/N. Kompos limbah solid sawit dengan biodekomposer M21 sesuai SNI 2004, kecuali kadar air, pH, C-organik, dan rasio C/N. Kompos limbah solid sawit dengan biodekomposer Tangguh sesuai SNI, kecuali pH, C-organik, dan rasio C/N. Uji perkecambahan benih edamame pada media kompos limbah solid sawit tanpa biodekomposer 70%, biodekomposer EM4 80%, biodekomposer M21 94%, biodekomposer Tangguh 86%. Total mikroba kompos limbah solid sawit tanpa biodekomposer 3,2 x 106 µg g-1, biodekomposer EM4 2,9 x 105 µg g-1, biodekomposer M21 1,3 x 106 µg g-1, dan biodekomposer Tangguh 8,0 x 105 µg g-1.","PeriodicalId":389025,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu-Ilmu Pertanian Indonesia","volume":"33 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123345867","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}