Pub Date : 2020-11-11DOI: 10.46496/medula.v8i1.15023
Melaha Ray Sampebulu, Tety Yuniarty Sudiro, H. M. Zamrud
ABSTRAKLatar Belakang. Stroke adalah gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak atau secara cepat dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam yang disebabkan karena terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan ataupun karena sumbatan dengan gejala dan tanda sesuai di bagian otak yang terkena. Banyak faktor yang dapat meningkatkan kejadian stroke diantaranya perilaku merokok dan konsumsi kopi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan merokok dan konsumsi kopi terhadap kejadian stroke di RSUD Kota Kendari. Metode. Rancangan penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain studi cross-sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan bagian Poli Saraf tahun 2019 di RSUD Kota Kendari yang berjumlah 78 pasien. Dengan menggunakan rumus Slovin besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 65 sampel dengan teknik pengambilan sampel secara Incidental Sampling. Data diperoleh dari hasil pengajuan pertanyaan dengan menggunakan alat kuisioner secara terstruktur dengan persetujuan dari subjek yang ingin diteliti dan data sekunder diperoleh dari data rekam medis pasien yang ingin diteliti. Analisis data menggunakan program SPSS dengan uji Chi square dengan derajat kemaknaan 0,05. Hasil. Analisis univariat menunjukkan bahwa dari 65 responden, terdapat 37 responden yang mengalami stroke (56,9 %) dan terdapat 28 responden yang tidak mengalami stroke (43,1 %). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara merokok dan kejadian stroke dengan p value sebesar 0,000 (p value < 0,05) dan tidak ada hubungan antara konsumsi kopi dan kejadian stroke dengan p value sebesar 0,062 (p value > 0,05). Kesimpulan. Ada hubungan antara merokok dengan kejadian stroke, dan tidak ada hubungan antara konsumsi kopi dan kejadian stroke.Kata Kunci: Stroke, Merokok, Konsumsi kopi
{"title":"Analisis Hubungan Merokok dan Konsumsi Kopi Terhadap Tingkat Kejadian Stroke di RSUD Kota Kendari","authors":"Melaha Ray Sampebulu, Tety Yuniarty Sudiro, H. M. Zamrud","doi":"10.46496/medula.v8i1.15023","DOIUrl":"https://doi.org/10.46496/medula.v8i1.15023","url":null,"abstract":"ABSTRAKLatar Belakang. Stroke adalah gangguan fungsional otak yang terjadi secara mendadak atau secara cepat dengan tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam yang disebabkan karena terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan ataupun karena sumbatan dengan gejala dan tanda sesuai di bagian otak yang terkena. Banyak faktor yang dapat meningkatkan kejadian stroke diantaranya perilaku merokok dan konsumsi kopi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis hubungan merokok dan konsumsi kopi terhadap kejadian stroke di RSUD Kota Kendari. Metode. Rancangan penelitian ini merupakan studi analitik dengan desain studi cross-sectional. Populasi penelitian ini adalah seluruh pasien rawat jalan bagian Poli Saraf tahun 2019 di RSUD Kota Kendari yang berjumlah 78 pasien. Dengan menggunakan rumus Slovin besar sampel dalam penelitian ini sebanyak 65 sampel dengan teknik pengambilan sampel secara Incidental Sampling. Data diperoleh dari hasil pengajuan pertanyaan dengan menggunakan alat kuisioner secara terstruktur dengan persetujuan dari subjek yang ingin diteliti dan data sekunder diperoleh dari data rekam medis pasien yang ingin diteliti. Analisis data menggunakan program SPSS dengan uji Chi square dengan derajat kemaknaan 0,05. Hasil. Analisis univariat menunjukkan bahwa dari 65 responden, terdapat 37 responden yang mengalami stroke (56,9 %) dan terdapat 28 responden yang tidak mengalami stroke (43,1 %). Hasil analisis bivariat menunjukkan bahwa ada hubungan antara merokok dan kejadian stroke dengan p value sebesar 0,000 (p value < 0,05) dan tidak ada hubungan antara konsumsi kopi dan kejadian stroke dengan p value sebesar 0,062 (p value > 0,05). Kesimpulan. Ada hubungan antara merokok dengan kejadian stroke, dan tidak ada hubungan antara konsumsi kopi dan kejadian stroke.Kata Kunci: Stroke, Merokok, Konsumsi kopi","PeriodicalId":40595,"journal":{"name":"MedULA","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-11-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42599340","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-11-11DOI: 10.46496/medula.v8i1.15015
Prajitno Sugianto
ABSTRACT Background: Omphalocele (also known as exomphalus) is a condition that is seen in newborn infants, and is thought to result from failure of the intestines to return to the abdomen after the migration into the umbilical cord. Omphalocele is often associated with the presence of other congenital anomalies. One study says that a small of defect omphalocele is often accompanied by intestinal disorders and have a better prognosis. Purpose(s): Based on this study the researcher wants to review the relationship between the size of omphalocele defect and the presence of associated congenital anomaly in Hasan Sadikin Hospital. Methods: This is a retrospective cross-sectional study. All patient with omphalocele between February 2007 – March 2012 were included in this study. Data collected were patient demographics, size of omphalocele defect and congenital anomalies identified. In this study, patients were designated as those with large (greater than 4 cm) or small (4 cm and less) defect omphaloceles. This study analyzed correlation between size of defect with associated anomaly using Fisher exact test and p < 0.05 is considered to be significant. Results: There were 52 omphalocele cases (24 girls, 28 boys), median birth weight 2710gr (range 1300gr–4000gr). Twenty seven patients were classified as small defect, with 25 classified as large defect. Anomaly found in the small defect groups consists of facial anomaly (7%); cardiac anomaly (7%); intestinal disorder (22%,P=0,02) include patent omphalomesentericus duct, anorectal malformation and cloaca extrophi; limb anomaly (7%). Meanwhile, anomalies identified in the large defect group consist of facial anomaly (8%); cardac defect (32%) include dextrocardi and tetralogi Fallot; limb anomaly (16%).In this study, cardiac defects was significantly higher in the large defect group, meanwhile intestinal diorder is statistically significant in small defect groups. Conclusion: Small defect omphalocele correlates with an increased prevalence of associated gastrointestinal anomalies and a lower prevalence of cardiac anomalies.Keyword: Omphalocele; Exomphalus; Associated congenital anomalies; Defect size
{"title":"Ukuran Omfalokel: Apakah Berhubungan dengan Anomali Kongenital ?","authors":"Prajitno Sugianto","doi":"10.46496/medula.v8i1.15015","DOIUrl":"https://doi.org/10.46496/medula.v8i1.15015","url":null,"abstract":"ABSTRACT Background: Omphalocele (also known as exomphalus) is a condition that is seen in newborn infants, and is thought to result from failure of the intestines to return to the abdomen after the migration into the umbilical cord. Omphalocele is often associated with the presence of other congenital anomalies. One study says that a small of defect omphalocele is often accompanied by intestinal disorders and have a better prognosis. Purpose(s): Based on this study the researcher wants to review the relationship between the size of omphalocele defect and the presence of associated congenital anomaly in Hasan Sadikin Hospital. Methods: This is a retrospective cross-sectional study. All patient with omphalocele between February 2007 – March 2012 were included in this study. Data collected were patient demographics, size of omphalocele defect and congenital anomalies identified. In this study, patients were designated as those with large (greater than 4 cm) or small (4 cm and less) defect omphaloceles. This study analyzed correlation between size of defect with associated anomaly using Fisher exact test and p < 0.05 is considered to be significant. Results: There were 52 omphalocele cases (24 girls, 28 boys), median birth weight 2710gr (range 1300gr–4000gr). Twenty seven patients were classified as small defect, with 25 classified as large defect. Anomaly found in the small defect groups consists of facial anomaly (7%); cardiac anomaly (7%); intestinal disorder (22%,P=0,02) include patent omphalomesentericus duct, anorectal malformation and cloaca extrophi; limb anomaly (7%). Meanwhile, anomalies identified in the large defect group consist of facial anomaly (8%); cardac defect (32%) include dextrocardi and tetralogi Fallot; limb anomaly (16%).In this study, cardiac defects was significantly higher in the large defect group, meanwhile intestinal diorder is statistically significant in small defect groups. Conclusion: Small defect omphalocele correlates with an increased prevalence of associated gastrointestinal anomalies and a lower prevalence of cardiac anomalies.Keyword: Omphalocele; Exomphalus; Associated congenital anomalies; Defect size","PeriodicalId":40595,"journal":{"name":"MedULA","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-11-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45062453","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-11-11DOI: 10.46496/medula.v8i1.15028
Andi Noor Kholidha S, I. P. Sudayasa, Laode Anugrah Alhadzah Effendy
ABSTRAKLatar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juat jiwa pertahun. Salah satu penyebab kejadian penyakit tidak menular adalah hipertensi. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 140 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih atau sama dengan 90 mmHg. Berdasarkan umur, hipertensi paling banyak terjadi pada kelompok usia produktif sebesar 73.639 kasus. Pada tahun 2018 prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥18 tahun menurut provinsi, Indonesia memiliki persentase 8,4%. Data profil kesehatan Sulawesi Tenggara tahun 2017 sebesar 11.265 kasus, kasus hipertensi di Puskemas Katobu sebanyak 539 kasus. Tujuan: Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok, tingkat stres, dan riwayat keluarga hipertensi dengan kejadian hipertensi pada masyarakat usia produktif di Puskesmas Katobu, kabupaten Muna. Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan case-control study. Kelompok kasus adalah penderita hipertensi berdasarkan diagnosis dokter puskesmas, kelompok kontrol adalah individu sehat yang tidak menderita hipertensi bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Katobu Kabupaten Muna. Jumlah sampel adalah 136 sampel terdiri dari 68 kelompok kasus dan 68 kelompok kontrol. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Hasil: Hasil analisis bivariat kebiasaan merokok menunjukkan bahwa nilai p-value sebesar 0,000 dengan nilai OR 5.435. Hasil analisis pada stres menunjukkan bahwa nilai p-value sebesar 0,001, dengan nilai OR 3.429. Sedangkan analisis pada riwayat menunjukkan bahwa nilai p-value sebesar 0,000, dengan nilai OR 9.112. Simpulan: Simpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan kebiasaan merokok, stres, dan riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi pada masyarakat usia produktif di Puskesmas Katobu Kabupaten Muna. .Kata kunci. Hipertensi, merokok, riwayat keluarga hipertensi, stres, dan usia produktif.
ABSTRAKLatar背景。非传染性疾病(PTM)是全世界造成36个第一灵魂死亡的原因。非传染性疾病的病因之一是高血压。高血压是指收缩压升高大于或等于140毫米汞柱或舒张压升高大于等于90毫米汞柱。根据年龄,高血压发生在73639例的生产年龄组。根据该省的数据,2018年,基于医学诊断的高血压在≥18岁人群中的患病率为8.4%。2017年,南苏拉威西岛的健康状况数据为11265例,卡托布中心的高血压病例为539例。目的:本研究旨在了解穆纳首府Puskesmas Katobu生产年龄人群的吸烟习惯、压力水平和高血压家族史与高血压发生之间的关系。方法:本研究采用病例对照研究方法进行观察性分析研究。根据中央医生的诊断,病例组为高血压患者,对照组为居住在Katobu Kabupaten Muna工作区的未患局部高血压的健康人。样本数量为136个样本,包括68个病例组和68个对照组。使用有目的的采样方法的采样技术。结果:吸烟习惯的双变量分析显示,p值为0.000,OR为5.435。应力分析表明,p值为0.001,OR为3.429。而历史分析表明,p值为0000,OR为9.112。这项研究的结论是,在Katobu Kabupaten Muna中心的生产年龄人群中,吸烟习惯、压力和家族史与高血压的发生之间存在关系。关键字。高血压、吸烟、高血压家族史、压力和生产年龄。
{"title":"Hubungan Kebiasaan Merokok, Stres dan Riwayat Keluarga dengan Kejadian Hipertensi Pada Masyarakat Usia Produktif di Puskesmas Katobu Kabupaten Muna","authors":"Andi Noor Kholidha S, I. P. Sudayasa, Laode Anugrah Alhadzah Effendy","doi":"10.46496/medula.v8i1.15028","DOIUrl":"https://doi.org/10.46496/medula.v8i1.15028","url":null,"abstract":"ABSTRAKLatar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juat jiwa pertahun. Salah satu penyebab kejadian penyakit tidak menular adalah hipertensi. Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih atau sama dengan 140 mmHg atau tekanan darah diastolik lebih atau sama dengan 90 mmHg. Berdasarkan umur, hipertensi paling banyak terjadi pada kelompok usia produktif sebesar 73.639 kasus. Pada tahun 2018 prevalensi hipertensi berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥18 tahun menurut provinsi, Indonesia memiliki persentase 8,4%. Data profil kesehatan Sulawesi Tenggara tahun 2017 sebesar 11.265 kasus, kasus hipertensi di Puskemas Katobu sebanyak 539 kasus. Tujuan: Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui hubungan kebiasaan merokok, tingkat stres, dan riwayat keluarga hipertensi dengan kejadian hipertensi pada masyarakat usia produktif di Puskesmas Katobu, kabupaten Muna. Metode: Penelitian ini adalah penelitian analitik observasional dengan pendekatan case-control study. Kelompok kasus adalah penderita hipertensi berdasarkan diagnosis dokter puskesmas, kelompok kontrol adalah individu sehat yang tidak menderita hipertensi bertempat tinggal di wilayah kerja Puskesmas Katobu Kabupaten Muna. Jumlah sampel adalah 136 sampel terdiri dari 68 kelompok kasus dan 68 kelompok kontrol. Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Hasil: Hasil analisis bivariat kebiasaan merokok menunjukkan bahwa nilai p-value sebesar 0,000 dengan nilai OR 5.435. Hasil analisis pada stres menunjukkan bahwa nilai p-value sebesar 0,001, dengan nilai OR 3.429. Sedangkan analisis pada riwayat menunjukkan bahwa nilai p-value sebesar 0,000, dengan nilai OR 9.112. Simpulan: Simpulan dari penelitian ini adalah terdapat hubungan kebiasaan merokok, stres, dan riwayat keluarga dengan kejadian hipertensi pada masyarakat usia produktif di Puskesmas Katobu Kabupaten Muna. .Kata kunci. Hipertensi, merokok, riwayat keluarga hipertensi, stres, dan usia produktif.","PeriodicalId":40595,"journal":{"name":"MedULA","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-11-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47926805","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRAKLatar Belakang: Pengelolaan obat merupakan salah satu segi manajemen rumah sakit yang sangat penting dalam penyediaan pelayanan kesehatan secara paripurna. Ketidakefisienan dalam pengelolaan obat akan memberi dampak negatif bagi rumah sakit, baik secara medik, sosial maupun secara ekonomi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi pengelolaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Angkatan Darat dr. R. Ismoyo Kendari Tahun 2018 yang meliputi tahap seleksi, perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi dan penggunaan. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif non eksperimental dengan pengambilan data secara retrospektif dan concurent menggunakan metode randomized sampling. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi dan panduan wawancara. Lembar observasi digunakan untuk mendokumentasikan data yang diperoleh terkait data pengelolaan obat sedangkan panduan wawancara digunakan untuk mendukung data observasi yang diperoleh melalui lembar observasi. Hasil: Hasil penelitian menunjukan bahwa kesesuaian item obat yang tersedia dengan DOEN sebesar 59,06%, presentase jumlah item obat yang direncanakan dan yang diadakan sebesar 100%, presentase kesalahan faktur sebesar 3,22%, frekuensi tertundanya pembayaran faktur 0%, ketepatan data jumlah obat pada kartu stok 100%, presentase stok mati sebesar 1,64%, nilai Turn Over Ratio (TOR) adalah 4,85 kali, presentase peresepan dengan nama generik sebesar 90,5% dan presentase peresepan antibiotik sebesar 20,83%. Simpulan: Pengelolaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Angkatan Darat dr. R. Ismoyo Kendari Tahun 2018 pada tahap perencanaan dan tahap penggunaan sudah efisien, sedangkan tahap seleksi, pengadaan, penyimpanan dan tahap distribusi belum efisien.Kata Kunci: Pengelolaan Obat, Instalasi Farmasi, RSAD dr. R. Ismoyo
背景:药物管理是医院公平医疗服务的一个重要方面。效率低下的医疗、社会和经济将对医院产生负面影响。目的:该研究旨在对2018年陆军医院(dr. R. Ismoyo Kendari陆军医院)的药品安装进行药物管理评估,其中包括选拔、计划、采购、储存、分销和使用阶段。方法:本研究是一种非实验的描述性研究,采用回顾性数据检索和用随机抽样方法进行对照。所使用的工具是一份观察和访谈指南。观察表是用来记录药物管理数据所获得的数据,而访谈指南则用来支持通过观察表获得的观察数据。结果:研究结果显示,项目的一致性59,06%大啊,可用的药物,药物的计划和项目数量的百分比高达100%,举行3,22%大小的百分比错误的发票,发票付款延迟频率0%,毒品数量的准确数据100% 1,64%大小的百分比死库存,库存卡翻过来Ratio值(TOR)是4.85次,百分比peresepan 90,5%大小一般的名字和百分比peresepan 20,83%大小的抗生素。得出结论:2018年陆军医院(dr. R. Ismoyo)药厂的药品管理已经很有效,而选择、采购、储存和分销的阶段还没有那么有效。关键词:药物管理、药物安装、RSAD博士R. Ismoyo
{"title":"Evaluasi Pengelolaan Obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Angkatan Darat dr. R. Ismoyo Kendari Tahun 2018","authors":"S. Sabarudin, Sunandar Ihsan, Fifi Nirmala, Andi Nafisah Tendri Adjeng, Dzulhijjah Dzulhijjah","doi":"10.46496/medula.v8i1.15024","DOIUrl":"https://doi.org/10.46496/medula.v8i1.15024","url":null,"abstract":"ABSTRAKLatar Belakang: Pengelolaan obat merupakan salah satu segi manajemen rumah sakit yang sangat penting dalam penyediaan pelayanan kesehatan secara paripurna. Ketidakefisienan dalam pengelolaan obat akan memberi dampak negatif bagi rumah sakit, baik secara medik, sosial maupun secara ekonomi. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk melakukan evaluasi pengelolaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Angkatan Darat dr. R. Ismoyo Kendari Tahun 2018 yang meliputi tahap seleksi, perencanaan, pengadaan, penyimpanan, distribusi dan penggunaan. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif non eksperimental dengan pengambilan data secara retrospektif dan concurent menggunakan metode randomized sampling. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi dan panduan wawancara. Lembar observasi digunakan untuk mendokumentasikan data yang diperoleh terkait data pengelolaan obat sedangkan panduan wawancara digunakan untuk mendukung data observasi yang diperoleh melalui lembar observasi. Hasil: Hasil penelitian menunjukan bahwa kesesuaian item obat yang tersedia dengan DOEN sebesar 59,06%, presentase jumlah item obat yang direncanakan dan yang diadakan sebesar 100%, presentase kesalahan faktur sebesar 3,22%, frekuensi tertundanya pembayaran faktur 0%, ketepatan data jumlah obat pada kartu stok 100%, presentase stok mati sebesar 1,64%, nilai Turn Over Ratio (TOR) adalah 4,85 kali, presentase peresepan dengan nama generik sebesar 90,5% dan presentase peresepan antibiotik sebesar 20,83%. Simpulan: Pengelolaan obat di Instalasi Farmasi Rumah Sakit Angkatan Darat dr. R. Ismoyo Kendari Tahun 2018 pada tahap perencanaan dan tahap penggunaan sudah efisien, sedangkan tahap seleksi, pengadaan, penyimpanan dan tahap distribusi belum efisien.Kata Kunci: Pengelolaan Obat, Instalasi Farmasi, RSAD dr. R. Ismoyo","PeriodicalId":40595,"journal":{"name":"MedULA","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-11-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44127626","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-11-11DOI: 10.46496/medula.v8i1.15014
Waode Sitti Asfiah Udu, Murni Safitri M, Raja Al Fath Widya Iswara
Latar Belakang: kekerasan terhadap anak mencakup semua bentuk perlakuan yang salah baik secara fisik dan/atau emosional, seksual, penelantaran, dan eksploitasi yang berdampak atau berpotensi membahayakan kesehatan anak, perkembangan anak, atau harga diri anak dalam konteks hubungan tanggung jawab. Kekerasan fisik merupakan salah satu jenis kekerasan yang masih mendominasi sebaran jenis kekerasan pada anak. Berdasarkan jenis kelamin, kasus kekerasan terhadap anak lebih banyak terjadi pada anak perempuan di semua jenis kekerasan Tujuan : Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan jumlah luka kekerasan fisik pada anakMetode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik. Subyek terdiri dari 120 anak yang tercatat dalam Visum et Repertum korban kekerasan fisik pada anak di Rumah Sakit Bhayangkara Kendari. Data yang dikumpulkan mencakup karakteristik jenis kelamin, usia, jenis perlukaan dan jumlah luka. Untuk melihat keeratan hubungan dilakukan analisis dengan menggunakan uji Chi Square.Hasil : Subyek terdiri dari 85 (70,8%) anak laki-laki dan 35 (29,2%) dengan rentang usia 0-10 tahun sebanyak 5 (4,2%) anak dan usia 10-18 tahun sebanyak 115 (95,8%) anak. Jenis luka didominasi oleh luka memar sebanyak 45 (37,5%) dan gabungan antara jenis luka memar dan lecet sebanyak 31 (25,8%). Mayoritas subyek memiliki satu jenis luka tunggal sebanyak 52 (43,3%) anak. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan jumlah luka kekerasan fisik pada anak (p> 0,05).Kesimpulan : Jenis kelamin tidak berhubungan dengan jumlah luka kekerasan fisik pada anak. Kata kunci: Jenis kelamin, Jumlah Luka, Kekerasan fisik, Anak.
背景:针对儿童的暴力行为包括一切形式的身体和/或情感、性、堕胎和剥削,这些行为会影响或可能危及儿童健康、儿童发展或儿童在负责任关系中的自尊。身体暴力是仍然主导暴力侵害儿童传播的暴力类型之一。基于性别,在所有类型的暴力中,更多的暴力侵害儿童的案件发生在女孩身上目的:了解性别与儿童身体伤害的数量之间是否存在关系方法:本研究是一项观察性分析研究。受试者包括120名在Visum et Repertum登记的儿童,他们是Bhayangkara Kendari医院对儿童实施身体暴力的受害者。收集的数据涵盖了性别、年龄、需求类型和伤口数量的特征。结果:受试者由85名(70.8%)男孩和35名(29.2%)男孩组成,0-10岁年龄段为5名(4.2%)儿童,10-18岁年龄段115名(95.8%)儿童。损伤类型以瘀伤45例(37.5%)为主,瘀伤与滑脱结合31例(25.8%)。大多数受试者在52名(43.3%)儿童中有一处单一伤口。结论:性别与儿童身体损伤次数无明显相关性(p>0.05)。关键词:性别,伤口数量,身体暴力,儿童。
{"title":"Hubungan Antara Jenis Kelamin dengan Jumlah Luka Kasus Kekerasan Fisik pada Anak","authors":"Waode Sitti Asfiah Udu, Murni Safitri M, Raja Al Fath Widya Iswara","doi":"10.46496/medula.v8i1.15014","DOIUrl":"https://doi.org/10.46496/medula.v8i1.15014","url":null,"abstract":"Latar Belakang: kekerasan terhadap anak mencakup semua bentuk perlakuan yang salah baik secara fisik dan/atau emosional, seksual, penelantaran, dan eksploitasi yang berdampak atau berpotensi membahayakan kesehatan anak, perkembangan anak, atau harga diri anak dalam konteks hubungan tanggung jawab. Kekerasan fisik merupakan salah satu jenis kekerasan yang masih mendominasi sebaran jenis kekerasan pada anak. Berdasarkan jenis kelamin, kasus kekerasan terhadap anak lebih banyak terjadi pada anak perempuan di semua jenis kekerasan Tujuan : Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara jenis kelamin dengan jumlah luka kekerasan fisik pada anakMetode : Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik. Subyek terdiri dari 120 anak yang tercatat dalam Visum et Repertum korban kekerasan fisik pada anak di Rumah Sakit Bhayangkara Kendari. Data yang dikumpulkan mencakup karakteristik jenis kelamin, usia, jenis perlukaan dan jumlah luka. Untuk melihat keeratan hubungan dilakukan analisis dengan menggunakan uji Chi Square.Hasil : Subyek terdiri dari 85 (70,8%) anak laki-laki dan 35 (29,2%) dengan rentang usia 0-10 tahun sebanyak 5 (4,2%) anak dan usia 10-18 tahun sebanyak 115 (95,8%) anak. Jenis luka didominasi oleh luka memar sebanyak 45 (37,5%) dan gabungan antara jenis luka memar dan lecet sebanyak 31 (25,8%). Mayoritas subyek memiliki satu jenis luka tunggal sebanyak 52 (43,3%) anak. Tidak terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan jumlah luka kekerasan fisik pada anak (p> 0,05).Kesimpulan : Jenis kelamin tidak berhubungan dengan jumlah luka kekerasan fisik pada anak. Kata kunci: Jenis kelamin, Jumlah Luka, Kekerasan fisik, Anak.","PeriodicalId":40595,"journal":{"name":"MedULA","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-11-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44306946","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-11-11DOI: 10.46496/medula.v8i1.15025
Agussalim Ali, Syafruddin Gaus, Muhammad Ramli Ahmad
ABSTRAKLatar Belakang Pemberian adjuvan seperti opioid, lidokain, midazolam dan pelumpuh otot dosis kecil bersama propofol mampu meningkatkan keberhasilan insersi LMA. Petidin adalah opioid yang memiliki aktivitas seperti anestetik lokal dengan harga relatif murah dibanding opioid lain. Tujuan penelitian Membandingkan skor insersi LMA antara antara pemberian petidin-propofol intravena dengan fentanil-propofol intravena.Metode Lima puluh empat pasien ASA PS 1 dan 2 dengan rentang umur 17-60 tahun, BMI 18,5-30 kg/m2 dan mallampati I-II yang direncanakan operasi elektif dengan prosedur GA-LMA diacak kedalam 2 grup dengan menggunakan desain acak tersamar ganda. Grup P mendapatkan petidin 1 mg/kgBB 10 menit sebelum induksi dan grup F mendapatkan fentanil 1 µg/kgBB 3 menit sebelum induksi. Induksi menggunakan propofol 2 mg/kgBB selama 60 detik. Ventilasi dengan oksigen 100% melalui sungkup muka selama 60 detik dilakukan setelah refleks bulu mata hilang, selanjutnya dilakukan insersi LMA dan penilaian skor insersi LMA berdasarkan Lund & Stovener (gerakan anggota tubuh, laringospasme, menelan, batuk dan tersedak).Hasil Skor insersi LMA sangat memuaskan pada kelompok P lebih kecil dibandingkan kelompok F (29,6% vs 48,1%), namun tidak bermakna setelah uji statistik Chi-Square (p=0,264).Simpulan Skor insersi LMA dengan pemberian petidin-propofol intravena samabaiknya dengan pemberian fentanil-propofol intravena.Kata kunci :laryngeal mask airway, fentanyl, petidin, , propofol,
{"title":"Perbandingan Skor Insersi LMA antara Pemberian Petidin-propofol dan Fentanil-propofol Intravena","authors":"Agussalim Ali, Syafruddin Gaus, Muhammad Ramli Ahmad","doi":"10.46496/medula.v8i1.15025","DOIUrl":"https://doi.org/10.46496/medula.v8i1.15025","url":null,"abstract":"ABSTRAKLatar Belakang Pemberian adjuvan seperti opioid, lidokain, midazolam dan pelumpuh otot dosis kecil bersama propofol mampu meningkatkan keberhasilan insersi LMA. Petidin adalah opioid yang memiliki aktivitas seperti anestetik lokal dengan harga relatif murah dibanding opioid lain. Tujuan penelitian Membandingkan skor insersi LMA antara antara pemberian petidin-propofol intravena dengan fentanil-propofol intravena.Metode Lima puluh empat pasien ASA PS 1 dan 2 dengan rentang umur 17-60 tahun, BMI 18,5-30 kg/m2 dan mallampati I-II yang direncanakan operasi elektif dengan prosedur GA-LMA diacak kedalam 2 grup dengan menggunakan desain acak tersamar ganda. Grup P mendapatkan petidin 1 mg/kgBB 10 menit sebelum induksi dan grup F mendapatkan fentanil 1 µg/kgBB 3 menit sebelum induksi. Induksi menggunakan propofol 2 mg/kgBB selama 60 detik. Ventilasi dengan oksigen 100% melalui sungkup muka selama 60 detik dilakukan setelah refleks bulu mata hilang, selanjutnya dilakukan insersi LMA dan penilaian skor insersi LMA berdasarkan Lund & Stovener (gerakan anggota tubuh, laringospasme, menelan, batuk dan tersedak).Hasil Skor insersi LMA sangat memuaskan pada kelompok P lebih kecil dibandingkan kelompok F (29,6% vs 48,1%), namun tidak bermakna setelah uji statistik Chi-Square (p=0,264).Simpulan Skor insersi LMA dengan pemberian petidin-propofol intravena samabaiknya dengan pemberian fentanil-propofol intravena.Kata kunci :laryngeal mask airway, fentanyl, petidin, , propofol,","PeriodicalId":40595,"journal":{"name":"MedULA","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-11-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44846816","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-11-11DOI: 10.46496/medula.v8i1.15027
Armanto Makmun, Fira Permata
ABSTRAKLatar belakang: Hipertensi atau secara awam disebut sebagai tekanan darah tinggi adalah masalah kesehatan global, termasuk di Indonesia karena prevalensi nya tinggi. Hipertensi atau yang disebut the silent killer yang merupakan salah satu factor resiko paling berpengaruh penyebab penyakit jantung (cardio vascular). Mengetahui factor penyebab atau factor risiko terjadinya hipertensi merupakan hal penting untuk pencegahan dan penatalaksanaan hipertensi yang adekuat dalam upaya menurunkan risiko penyakit kardio vaskular. Faktor risiko terjadinya hipertensi antara lain seperti usia, gender, IMT, ras, dan life style. Tujuan Penelitian: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien Hipertensi di Puskesmas Layang. Metode Penelitian: Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan desain penelitian cross sectional untuk melihat gambaran karakteristik pasien Hipertensi yang ada di Puskesmas Layang. Karakteristik yang dimaksud berupa jenis kelamin, usia, dan Indeks Massa Tubuh (IMT). Hasil Penelitian: Dari 112 orang dapat diketahui bahwa jumlah pasien laki-laki dengan Hipertensi yaitu berjumlah 47 orang (41,96%) dan jumlah pasien perempuan dengan Hipertensi yaitu berjumlah 65 orang (58,03%). Jumlah pasien Hipertensi dengan usia <40 tahun yaitu sebanyak 3 orang (2,67%), interval usia 40-45 tahun yaitu sebanyak 5 orang (4,46%), pada interval usia 46-50 tahun yaitu sebanyak 9 orang (8,03%), dan pada usia >50 tahun sebanyak 95 orang (84,82%). Jumlah pasien Hipertensi dengan IMT underweight sebanyak 5 orang (4,46%), IMT Normal sebanyak 30 orang (26,78%), Overweight sebanyak 34 orang (30,35%), Obesitas I sebanyak 42 orang (37,5%), dan Obesitas II sebanyak 1 orang (0,89%). Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan karakteristik pasien Hipertensi berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki, berdasarkan usia didapatkan pada usia>50 tahun lebih banyak dibandingkan usia di bawahnya dan berdasarkan karakteristik IMT pada penderita Hipertensi didapatkan jumlah pasien dengan status gizi yang obesitas I jauh lebih banyak dibandingkan status gizi yang lain. Berdasarkan hasil yang didapatkan dapat dipahami bahwa dengan mengetahui beberapa factor resiko yang berperan terhadap peningkatan terjadinya Hipertensi, maka kita juga dapat secara langsung mengendalikan terjadinya kasus Hipertensi tersebut. Dengan mengacu kepada hasil yang didapatkan, maka dapat dikatakan bahwa tidak hanya dengan menggunakan obat dapat mengendalikan kasus-kasus Hipertensi, tetapi dengan mengontrol beberapa factor resiko juga dapat menurunkan kejadian penyakit Hipertensi.Kata Kunci: Hipertensi, Karakteristik Pasien Hipertensi, Puskesmas Layang
{"title":"Karakteristik Pasien Hipertensi di Puskesmas Layang","authors":"Armanto Makmun, Fira Permata","doi":"10.46496/medula.v8i1.15027","DOIUrl":"https://doi.org/10.46496/medula.v8i1.15027","url":null,"abstract":"ABSTRAKLatar belakang: Hipertensi atau secara awam disebut sebagai tekanan darah tinggi adalah masalah kesehatan global, termasuk di Indonesia karena prevalensi nya tinggi. Hipertensi atau yang disebut the silent killer yang merupakan salah satu factor resiko paling berpengaruh penyebab penyakit jantung (cardio vascular). Mengetahui factor penyebab atau factor risiko terjadinya hipertensi merupakan hal penting untuk pencegahan dan penatalaksanaan hipertensi yang adekuat dalam upaya menurunkan risiko penyakit kardio vaskular. Faktor risiko terjadinya hipertensi antara lain seperti usia, gender, IMT, ras, dan life style. Tujuan Penelitian: Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran karakteristik pasien Hipertensi di Puskesmas Layang. Metode Penelitian: Penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan desain penelitian cross sectional untuk melihat gambaran karakteristik pasien Hipertensi yang ada di Puskesmas Layang. Karakteristik yang dimaksud berupa jenis kelamin, usia, dan Indeks Massa Tubuh (IMT). Hasil Penelitian: Dari 112 orang dapat diketahui bahwa jumlah pasien laki-laki dengan Hipertensi yaitu berjumlah 47 orang (41,96%) dan jumlah pasien perempuan dengan Hipertensi yaitu berjumlah 65 orang (58,03%). Jumlah pasien Hipertensi dengan usia <40 tahun yaitu sebanyak 3 orang (2,67%), interval usia 40-45 tahun yaitu sebanyak 5 orang (4,46%), pada interval usia 46-50 tahun yaitu sebanyak 9 orang (8,03%), dan pada usia >50 tahun sebanyak 95 orang (84,82%). Jumlah pasien Hipertensi dengan IMT underweight sebanyak 5 orang (4,46%), IMT Normal sebanyak 30 orang (26,78%), Overweight sebanyak 34 orang (30,35%), Obesitas I sebanyak 42 orang (37,5%), dan Obesitas II sebanyak 1 orang (0,89%). Kesimpulan: Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, didapatkan karakteristik pasien Hipertensi berdasarkan jenis kelamin menunjukkan bahwa perempuan lebih banyak dibandingkan laki-laki, berdasarkan usia didapatkan pada usia>50 tahun lebih banyak dibandingkan usia di bawahnya dan berdasarkan karakteristik IMT pada penderita Hipertensi didapatkan jumlah pasien dengan status gizi yang obesitas I jauh lebih banyak dibandingkan status gizi yang lain. Berdasarkan hasil yang didapatkan dapat dipahami bahwa dengan mengetahui beberapa factor resiko yang berperan terhadap peningkatan terjadinya Hipertensi, maka kita juga dapat secara langsung mengendalikan terjadinya kasus Hipertensi tersebut. Dengan mengacu kepada hasil yang didapatkan, maka dapat dikatakan bahwa tidak hanya dengan menggunakan obat dapat mengendalikan kasus-kasus Hipertensi, tetapi dengan mengontrol beberapa factor resiko juga dapat menurunkan kejadian penyakit Hipertensi.Kata Kunci: Hipertensi, Karakteristik Pasien Hipertensi, Puskesmas Layang","PeriodicalId":40595,"journal":{"name":"MedULA","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-11-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42472532","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-11-28DOI: 10.46496/medula.v6i3.9654
Putu Ayu Sawitri, Wayan Chandra Sety Dewi, A. Amalia, I. Sudayasa, Gayuh Agastia
ABSTRAK Latar Belakang: Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang dapat diolah menjadi berbagai macam obat. Salah satunya adalah cocor bebek (Kalanchoe pinnata). Kalanchoe pinnata mengandung fenol total, Flavonoid, Lycophenes dan β–Carotenes dan diketahui memiliki berbagai macam aktivitas farmakologi antara lain penyembuh luka, anti-diabetes, anti- inflamasi dan analgesik yang baik, bahkan secara empiris efektif sebagai antipiretik. Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata) terhadap kadar gula darah tikus diabetes. Metode : Daun cocor bebek yang sudah dikeringkan diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol. Tikus yang digunakan sebanyak 15 ekor yang dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok I sebagai kontrol positif diberikan suspense glibenclamide ,dan kelompok II, III, dan IV sebagai kelompok perlakuan yang diberikan suspense ekstrak etanol daun cocor bebek dengan masing-masing konsentrasi 10%, 20%, 30% b/v. Dan kelompok V sebagai kontrol negatif diberikan NaCMC 1% b/v. Hasil : Hasil penelitian berdasarkan analisis uji normalitas Shapiro-Wilk dilanjutkan dengan uji beda T berpasangan menujukkan bahwa pemberian ekstrak daun cocor bebek dengan konsentrasi 5%,10%,15% b/v dapat berpengaruh sebagai antidiabetik dan khusus untuk konsentrasi ekstrak 30% memiliki pengaruh yang lebih baik dan memiliki kemiripan dengan kelompok kontrol positif yang diberi obat glibenclamide. Simpulan : pemberian ekstrak daun cocoe bebek, berpengaruh terhadap penuruan kadar gula darah tikus model diabetik. Daun cocor bebek dapat dikembangkan menjadi produk herbal anti diabetik alias Cobek Antik. Kata kunci: antidiabetik, cocor bebek, gula darah, Kalanchoe pinnata, tikus diabetik
{"title":"COBEK ANTIK : The Effect of Cocor Bebek Leaves Extract to Blood Sugar Level on Diabetic Model Rat","authors":"Putu Ayu Sawitri, Wayan Chandra Sety Dewi, A. Amalia, I. Sudayasa, Gayuh Agastia","doi":"10.46496/medula.v6i3.9654","DOIUrl":"https://doi.org/10.46496/medula.v6i3.9654","url":null,"abstract":"ABSTRAK Latar Belakang: Indonesia merupakan negara yang memiliki keanekaragaman hayati yang dapat diolah menjadi berbagai macam obat. Salah satunya adalah cocor bebek (Kalanchoe pinnata). Kalanchoe pinnata mengandung fenol total, Flavonoid, Lycophenes dan β–Carotenes dan diketahui memiliki berbagai macam aktivitas farmakologi antara lain penyembuh luka, anti-diabetes, anti- inflamasi dan analgesik yang baik, bahkan secara empiris efektif sebagai antipiretik. Tujuan: penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian ekstrak daun cocor bebek (Kalanchoe pinnata) terhadap kadar gula darah tikus diabetes. Metode : Daun cocor bebek yang sudah dikeringkan diekstraksi dengan metode maserasi menggunakan pelarut etanol. Tikus yang digunakan sebanyak 15 ekor yang dibagi menjadi 5 kelompok. Kelompok I sebagai kontrol positif diberikan suspense glibenclamide ,dan kelompok II, III, dan IV sebagai kelompok perlakuan yang diberikan suspense ekstrak etanol daun cocor bebek dengan masing-masing konsentrasi 10%, 20%, 30% b/v. Dan kelompok V sebagai kontrol negatif diberikan NaCMC 1% b/v. Hasil : Hasil penelitian berdasarkan analisis uji normalitas Shapiro-Wilk dilanjutkan dengan uji beda T berpasangan menujukkan bahwa pemberian ekstrak daun cocor bebek dengan konsentrasi 5%,10%,15% b/v dapat berpengaruh sebagai antidiabetik dan khusus untuk konsentrasi ekstrak 30% memiliki pengaruh yang lebih baik dan memiliki kemiripan dengan kelompok kontrol positif yang diberi obat glibenclamide. Simpulan : pemberian ekstrak daun cocoe bebek, berpengaruh terhadap penuruan kadar gula darah tikus model diabetik. Daun cocor bebek dapat dikembangkan menjadi produk herbal anti diabetik alias Cobek Antik. Kata kunci: antidiabetik, cocor bebek, gula darah, Kalanchoe pinnata, tikus diabetik","PeriodicalId":40595,"journal":{"name":"MedULA","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47218528","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-11-28DOI: 10.46496/medula.v6i3.9647
Juminten Saimin, A. R. Amalia, A. Azizah, M. Faisal, Defa Agripratama Ali
ABSTRAKKebutuhan gizi ibu hamil meningkat seiring dengan bertambahnya umur kehamilan. Pemenuhanasupan gizi dan pola makanan yang tepat berperan penting terhadap kesehatan ibu dan janin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pola konsumsi makanan pada ibu hamil didaerah pesisir Kota Kendari. Metode: Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan metode cross-sectional. Pengambilan sampel secara consecutive sampling yang dilakukan pada ibu hamil trimester ketiga di daerah pesisir Kota Kendari pada bulan September-Desember 2016. Data diambil menggunakan food frequency questionaire (FFQ) pada 50 responden ibu hamil. Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa makanan yang tersering dikonsumsi adalah nasi (100%) dan ikan segar (94%). Sayuran yang paling sering dikonsumsi adalah bayam (52%). Makanan yang jarang dikonsumsi adalah ikan asin (34%). Sebagian besar responden tidak pernah mengkonsumsi kerang (98%). Sumber karbohidrat yang tersering dikonsumsi adalah nasi (100%) dengan skor 50, sumber protein tersering adalah ikan segar (94%) dengan skor 46,5 dan sayuran tersering adalah bayam (52%) dengan skor 31,8.Simpulan: Ibu hamil di daerah pesisir Kota Kendari mempunyai pola konsumsi makanan yang banyak dari sumber karbohidrat dan protein, serta sayuran. Perlu senantiasa dilakukan penyuluhanpemenuhan gizi seimbang dan variasi makanan dari bahan makanan lokal. Kata kunci: daerah pesisir, food frequency questionnaire, ibu hamil, pola konsumsi
{"title":"Description of Food Comsumption Patterns in Pregnant Women in the Coastal Area of Kendari City","authors":"Juminten Saimin, A. R. Amalia, A. Azizah, M. Faisal, Defa Agripratama Ali","doi":"10.46496/medula.v6i3.9647","DOIUrl":"https://doi.org/10.46496/medula.v6i3.9647","url":null,"abstract":"ABSTRAKKebutuhan gizi ibu hamil meningkat seiring dengan bertambahnya umur kehamilan. Pemenuhanasupan gizi dan pola makanan yang tepat berperan penting terhadap kesehatan ibu dan janin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pola konsumsi makanan pada ibu hamil didaerah pesisir Kota Kendari. Metode: Jenis penelitian ini adalah deskriptif observasional dengan metode cross-sectional. Pengambilan sampel secara consecutive sampling yang dilakukan pada ibu hamil trimester ketiga di daerah pesisir Kota Kendari pada bulan September-Desember 2016. Data diambil menggunakan food frequency questionaire (FFQ) pada 50 responden ibu hamil. Hasil: Penelitian ini menunjukkan bahwa makanan yang tersering dikonsumsi adalah nasi (100%) dan ikan segar (94%). Sayuran yang paling sering dikonsumsi adalah bayam (52%). Makanan yang jarang dikonsumsi adalah ikan asin (34%). Sebagian besar responden tidak pernah mengkonsumsi kerang (98%). Sumber karbohidrat yang tersering dikonsumsi adalah nasi (100%) dengan skor 50, sumber protein tersering adalah ikan segar (94%) dengan skor 46,5 dan sayuran tersering adalah bayam (52%) dengan skor 31,8.Simpulan: Ibu hamil di daerah pesisir Kota Kendari mempunyai pola konsumsi makanan yang banyak dari sumber karbohidrat dan protein, serta sayuran. Perlu senantiasa dilakukan penyuluhanpemenuhan gizi seimbang dan variasi makanan dari bahan makanan lokal. Kata kunci: daerah pesisir, food frequency questionnaire, ibu hamil, pola konsumsi","PeriodicalId":40595,"journal":{"name":"MedULA","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48819430","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-11-28DOI: 10.46496/medula.v6i3.9648
Lisna Rosalia Agaus, Reski Vinalia Agaus
ABSTRACTIntroduction: Myristica fragrans has its origins in the Spice Islands of Indonesia, formerly known as the spice islands. Fragrant rich nutmeg is one of the highly prized spices known since antiquity for its aromatic, aphrodisiac, and curative properties. Since ancient times, nutmeg has been used as a remedyfor various ailments or to improve health in general. Purpose: Although the culinary value of this magical spice is well-known, its medicinal and therapeutic values are mostly unheard of. So that, the purpose of this research is to clarify the health benefits of nut meg. Methode: This research is an descriptive research. Result: Health benefits nutmeg is used as a stomachic, stimulant, carminative as well as for intestinal catarrh and colic, headaches, diarrhea, vomiting, nausea, fever, bad breath, to stimulate appetites and to control flatulence. It is also valuable for its aphrodisiac and antiinflammatory properties. Studies show that it can help lower blood pressure and sooth a stomach ache as well as stop diarrhea and (in low dose) help to detoxify the body, stimulate the brain.Conclusion: Nut meg have many health benefits so nut meg must be processed to be a good herbal product which is easilya acessible to the public. Keywords: Health benefits, nutmeg
{"title":"Manfaat Kesehatan Tanaman Pala (Myristica fragrans) (Health Benefits of Nutmeg (Myristica fragrans ))","authors":"Lisna Rosalia Agaus, Reski Vinalia Agaus","doi":"10.46496/medula.v6i3.9648","DOIUrl":"https://doi.org/10.46496/medula.v6i3.9648","url":null,"abstract":"ABSTRACTIntroduction: Myristica fragrans has its origins in the Spice Islands of Indonesia, formerly known as the spice islands. Fragrant rich nutmeg is one of the highly prized spices known since antiquity for its aromatic, aphrodisiac, and curative properties. Since ancient times, nutmeg has been used as a remedyfor various ailments or to improve health in general. Purpose: Although the culinary value of this magical spice is well-known, its medicinal and therapeutic values are mostly unheard of. So that, the purpose of this research is to clarify the health benefits of nut meg. Methode: This research is an descriptive research. Result: Health benefits nutmeg is used as a stomachic, stimulant, carminative as well as for intestinal catarrh and colic, headaches, diarrhea, vomiting, nausea, fever, bad breath, to stimulate appetites and to control flatulence. It is also valuable for its aphrodisiac and antiinflammatory properties. Studies show that it can help lower blood pressure and sooth a stomach ache as well as stop diarrhea and (in low dose) help to detoxify the body, stimulate the brain.Conclusion: Nut meg have many health benefits so nut meg must be processed to be a good herbal product which is easilya acessible to the public. Keywords: Health benefits, nutmeg","PeriodicalId":40595,"journal":{"name":"MedULA","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46806572","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}