Staphylococcus aureus adalah bakteri patogen pada manusia yang menyebabkan berbagai manifestasi klinis. Infeksi sering terjadi baik di lingkungan yang didapat masyarakat maupun yang didapat di rumah sakit dan pengobatan tetap sulit untuk dikelola karena munculnya strain yang resistan terhadap beberapa obat seperti MRSA. Salah satu manifestasi klinis akibat infeksi bakteri tyersebut adalah bisul, kulit melepuh, dan jerawat. Jerawat merupkan salah satu masalah kesehatan kulit yang menggangu. Tingkat keparahan jerawat dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya dipengaruhi oleh jumlah produksi kelenjar minyak. Minyak, kotoran atau debu, dan keringat dapat menyumbat pori serta adanya bakteri penyebab jerawat (P. acne) dapat menimbulkan jerawat. Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) merupakan tanaman liar yang berpotensi sebagai tanaman obat. Centella asiatica L. mengandung senyawa glikosida saponin yang diketahui memiliki aktivitas sebagai antibakteri. Penelitian ini diawali dengan proses ekstraksi kandungan centolloid dari pegagan dengan diekstraksi dengan etanol 96% menggunakan alat soxhlet pada suhu 60-80oC. Kemudian ekstrak yang diperoleh dipekatkan menggunakan rotary evaporator pada suhu 60oC sampai diperoleh ekstrak kental. Ekstrak yang diperoleh diformulasikan ke dalam sediaan gel kemudian diuji aktivitas antibakterinya secara in vitro mengunakan metode difusi agar. Sediaan gel ekstrak etanol pegagan stabil hingga penyimpanan dalam jangka waktu 30 hari terlihat dari organoleptis, pH, homogenitas, dan daya sebar yang tidak berubah dari awal pembuatan. Daya hambat sediaan gel ekstrak etanol pegagan adalah 25 mm termasuk dalam katagori daya hambat kuat yaitu >20 mm, sama dengan daya hambat kontrol positif dalam penelitian ini yaitu clindamicyn sebesar 30 mm.
{"title":"Uji Aktivitas Antibakteri Sediaan Gel Ekstrak Etanol Pegagan (Centela Asiatica L.) Terhadap Bakteri Staphylococcus Aureus Secara in vitro","authors":"Iif Hanifa Nurrosyidah, Retna Hermawati, Milu Asri","doi":"10.36932/J-PHAM.V2I1.8","DOIUrl":"https://doi.org/10.36932/J-PHAM.V2I1.8","url":null,"abstract":"Staphylococcus aureus adalah bakteri patogen pada manusia yang menyebabkan berbagai manifestasi klinis. Infeksi sering terjadi baik di lingkungan yang didapat masyarakat maupun yang didapat di rumah sakit dan pengobatan tetap sulit untuk dikelola karena munculnya strain yang resistan terhadap beberapa obat seperti MRSA. Salah satu manifestasi klinis akibat infeksi bakteri tyersebut adalah bisul, kulit melepuh, dan jerawat. Jerawat merupkan salah satu masalah kesehatan kulit yang menggangu. Tingkat keparahan jerawat dipengaruhi oleh banyak faktor salah satunya dipengaruhi oleh jumlah produksi kelenjar minyak. Minyak, kotoran atau debu, dan keringat dapat menyumbat pori serta adanya bakteri penyebab jerawat (P. acne) dapat menimbulkan jerawat. Pegagan (Centella asiatica (L.) Urban) merupakan tanaman liar yang berpotensi sebagai tanaman obat. Centella asiatica L. mengandung senyawa glikosida saponin yang diketahui memiliki aktivitas sebagai antibakteri. Penelitian ini diawali dengan proses ekstraksi kandungan centolloid dari pegagan dengan diekstraksi dengan etanol 96% menggunakan alat soxhlet pada suhu 60-80oC. Kemudian ekstrak yang diperoleh dipekatkan menggunakan rotary evaporator pada suhu 60oC sampai diperoleh ekstrak kental. Ekstrak yang diperoleh diformulasikan ke dalam sediaan gel kemudian diuji aktivitas antibakterinya secara in vitro mengunakan metode difusi agar. Sediaan gel ekstrak etanol pegagan stabil hingga penyimpanan dalam jangka waktu 30 hari terlihat dari organoleptis, pH, homogenitas, dan daya sebar yang tidak berubah dari awal pembuatan. Daya hambat sediaan gel ekstrak etanol pegagan adalah 25 mm termasuk dalam katagori daya hambat kuat yaitu >20 mm, sama dengan daya hambat kontrol positif dalam penelitian ini yaitu clindamicyn sebesar 30 mm.","PeriodicalId":433767,"journal":{"name":"Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika","volume":"14 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128424022","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
wahyu kasifa, M. Rohmah, Djelang Zainuddin Fickri, Khurin In Wahyuni
Ketidakseimbangan hemostasis akan meningkatan agregasi trombosit, hiperkoagulasi, dan penurunan aktivitas fibrinolisis yang menyebabkan terbentuknya sumbatan (trombus) pada pembuluh darah. Adanya gangguan tersebut menyebabkan akan menimbulkan sejumlah penyakit seperti Ateroskelrosis, Infark miokard, Iskemia, Stroke dan Diabetes Tipe II. Terapi yang selama ini digunakan diantaranya Streptokinase dan Nattokinase yang memiliki efek samping berupa Perdarahan, sehingga diperlukan penelitian untuk mencari agen fibrinolisis dari bahan alam. Alkaloid merupakan salah satu senyawa yang memiliki aktivitas sebagai fibrinolisis yang menghambat TNF-α agar tidak terjadi sekresi PAI-1 yang menghambat plasminogen sehingga menjadi plasmin yang dapat mendegradasi fibrin. Salah satu tanaman yang memiliki kandungan senyawa alkaloid yaitu rimpang lengkuas merah (Alpinia purpurata (Velli) K.Schum). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan dan pengaruh persen fibrinolisis pada pemberian ekstrak alkaloid total Rimpang Lengkuas Merah pada konsentrasi 0,1 mg/ml, 0,5 mg/ml, 1 mg/ml. jenis penelitian ini menggunakan experimental control study dengan rancangan acak lengkap (RAL) pada 25 subjek secara in vitro. Penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama ekstraksi dan pemisahan alkaloid total Rimpang Lengkuas Merah didapatkan sebanyak 4,2%. Tahap kedua uji fitokimia dengan parameter yang diuji alkaloid positif dan sedangkan flavonoid, tannin dan saponin negatif. Tahap ketiga pengujian aktivitas fibrinolisis dengan banyaknya persen lisis bekuan (fibrinolisis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,017<0,05) antar kelompok kontrol (Kontrol positif dan negatif) dengan kelompok perlakuan (Alkaloid total ekstrak Rimpang Lengkuas Merah konsentrasi 0,1 mg/ml, 0,5 mg/ml dan 1 mg/ml). Pemberian alkaloid total ekstrak Rimpang Lengkuas Merah memiliki pengaruh (Fhitung =5,180 > Ftabel) dan terdapat hubungan cukup kuat (r=0,473) antar konsentrasi perlakuan terhadap persen fibrinolisis. Aktivitas fibrinolisis yang maksimal terjadi pada konsentrasi 1 mg/ml ekstrak alkaloid total Rimpang lengkuas merah.
{"title":"Uji Aktivitas Fibrinolisis Ekstrak Alkaloid Total Rimpang Lengkuas Merah (Alpinia Purpurata (Vielli) K.Schum) Secara In Vitro","authors":"wahyu kasifa, M. Rohmah, Djelang Zainuddin Fickri, Khurin In Wahyuni","doi":"10.36932/j-pham.v2i1.29","DOIUrl":"https://doi.org/10.36932/j-pham.v2i1.29","url":null,"abstract":"Ketidakseimbangan hemostasis akan meningkatan agregasi trombosit, hiperkoagulasi, dan penurunan aktivitas fibrinolisis yang menyebabkan terbentuknya sumbatan (trombus) pada pembuluh darah. Adanya gangguan tersebut menyebabkan akan menimbulkan sejumlah penyakit seperti Ateroskelrosis, Infark miokard, Iskemia, Stroke dan Diabetes Tipe II. Terapi yang selama ini digunakan diantaranya Streptokinase dan Nattokinase yang memiliki efek samping berupa Perdarahan, sehingga diperlukan penelitian untuk mencari agen fibrinolisis dari bahan alam. Alkaloid merupakan salah satu senyawa yang memiliki aktivitas sebagai fibrinolisis yang menghambat TNF-α agar tidak terjadi sekresi PAI-1 yang menghambat plasminogen sehingga menjadi plasmin yang dapat mendegradasi fibrin. Salah satu tanaman yang memiliki kandungan senyawa alkaloid yaitu rimpang lengkuas merah (Alpinia purpurata (Velli) K.Schum). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan dan pengaruh persen fibrinolisis pada pemberian ekstrak alkaloid total Rimpang Lengkuas Merah pada konsentrasi 0,1 mg/ml, 0,5 mg/ml, 1 mg/ml. jenis penelitian ini menggunakan experimental control study dengan rancangan acak lengkap (RAL) pada 25 subjek secara in vitro. Penelitian ini terbagi menjadi tiga tahap. Tahap pertama ekstraksi dan pemisahan alkaloid total Rimpang Lengkuas Merah didapatkan sebanyak 4,2%. Tahap kedua uji fitokimia dengan parameter yang diuji alkaloid positif dan sedangkan flavonoid, tannin dan saponin negatif. Tahap ketiga pengujian aktivitas fibrinolisis dengan banyaknya persen lisis bekuan (fibrinolisis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan (p=0,017<0,05) antar kelompok kontrol (Kontrol positif dan negatif) dengan kelompok perlakuan (Alkaloid total ekstrak Rimpang Lengkuas Merah konsentrasi 0,1 mg/ml, 0,5 mg/ml dan 1 mg/ml). Pemberian alkaloid total ekstrak Rimpang Lengkuas Merah memiliki pengaruh (Fhitung =5,180 > Ftabel) dan terdapat hubungan cukup kuat (r=0,473) antar konsentrasi perlakuan terhadap persen fibrinolisis. Aktivitas fibrinolisis yang maksimal terjadi pada konsentrasi 1 mg/ml ekstrak alkaloid total Rimpang lengkuas merah.","PeriodicalId":433767,"journal":{"name":"Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika","volume":"91 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124593617","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Diabetes adalah suatu penyakit, dimana tubuh penderitanya tidak bisa mengendalikan tingkat gula (glukosa) dalam darahnya. Penderita diabetes tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau tubuh yang tak mampu menggunakan insuin secara efektif, sehingga terjadi kelebihan gula di dalam darah. Kelebihan gula yang kronis di dalam darah (hiperglikemia) menjadi racun bagi tubuh.Tanaman ngokilo dipercaya mampu mengobati penyakit diabetes militus. Penelitian terdahulu menjelaskan bahwa ekstrak daun keji beling dapat menurunkan kadar glukosa darah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Potensi Ekstrak Etanol Daun Ngokilo (Stachytarpheta mutabilis, Vahl ) sebagai Penurun Kadar Glukosa Darah pada Tikus Putih (Rattus norvegicus). Pengujian dilakukan dengan metode eksperimen menggunakan mencit (Rattus norvegicus) jantan strain Swiss Webster usia 2-3 bulan dengan barat badan 30-40 gram sebagai hewan uji. Penelitian ini menggunakan empat perbandingan dosis ekstrak daun ngokilo yakni 1:10:30:50 dan kontrol menggunakan aguadest. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun ngokilo mempunyai nilai F Hitung 27.907 > F Tabel 2.60. Hal ini menunjukkan bahwa variable bebas (perbedaan konsentrasi ekstrak etanol daun ngokilo) terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat (kadar gula darah). Artinya ekstrak daun ngokilo mempunyai efektivitas dalam menurunkan kadar gula darah mencit.
{"title":"PENGARUH EKSTRAK DAUN NGOKILO (Stachytarpheta mutabilis, Vahl ) TERHADAP PENYAKIT DIABETES MELLITUS","authors":"Kustini Kustini","doi":"10.36932/j-pham.v2i1.19","DOIUrl":"https://doi.org/10.36932/j-pham.v2i1.19","url":null,"abstract":"Diabetes adalah suatu penyakit, dimana tubuh penderitanya tidak bisa mengendalikan tingkat gula (glukosa) dalam darahnya. Penderita diabetes tidak bisa memproduksi insulin dalam jumlah yang cukup atau tubuh yang tak mampu menggunakan insuin secara efektif, sehingga terjadi kelebihan gula di dalam darah. Kelebihan gula yang kronis di dalam darah (hiperglikemia) menjadi racun bagi tubuh.Tanaman ngokilo dipercaya mampu mengobati penyakit diabetes militus. Penelitian terdahulu menjelaskan bahwa ekstrak daun keji beling dapat menurunkan kadar glukosa darah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Potensi Ekstrak Etanol Daun Ngokilo (Stachytarpheta mutabilis, Vahl ) sebagai Penurun Kadar Glukosa Darah pada Tikus Putih (Rattus norvegicus). Pengujian dilakukan dengan metode eksperimen menggunakan mencit (Rattus norvegicus) jantan strain Swiss Webster usia 2-3 bulan dengan barat badan 30-40 gram sebagai hewan uji. Penelitian ini menggunakan empat perbandingan dosis ekstrak daun ngokilo yakni 1:10:30:50 dan kontrol menggunakan aguadest. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun ngokilo mempunyai nilai F Hitung 27.907 > F Tabel 2.60. Hal ini menunjukkan bahwa variable bebas (perbedaan konsentrasi ekstrak etanol daun ngokilo) terbukti berpengaruh secara signifikan terhadap variabel terikat (kadar gula darah). Artinya ekstrak daun ngokilo mempunyai efektivitas dalam menurunkan kadar gula darah mencit. ","PeriodicalId":433767,"journal":{"name":"Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125501948","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Isolasi zat aktif dari herba menimbulkan pandangan baru bahwa tiap herba memiliki zat aktif (satu atau lebih). Carica papaya L memiliki zat aktif yang berhasil diisolasi, zat – zat tersebut dapat menggantikan pemakaian herba untuk tujuan pengobatan. Escherichia coli merupakan bakteri yang banyak terdapat di usus besar (colon) manusia dan sebagai flora normal colon, sifat Escherichia coli dapat menyebabkan infeksi primer pada usus besar sehingga menyebabkan penyakit diare. Sampel yang digunakan adalah Daun Pepaya tua berwarna hijau tua yang diperoleh dari UPT Materia Medika Batu. Dicuci bersih kemudian dikeringkan, kemudian dihaluskan dengan cara diblender. Proses ekstraksi menggunakan metode maserasi. Pengujian dilakukan dengan menggunakan 5 konsentrasi dan kontrol negatif. Metode pengujian antibakteri yang digunakan adalah difusi kertas cakram. Diameter zona hambat pada tiap konsentrasi dianalisis menggunakan statistik menggunakan uji ANOVA. Berdasarkan hasil pengujian dengan melakukan replikasi sebanyak 6 kali pada konsentrasi 20 µ g/mL dengan rata – rata 7,25 mm, 40 µ g/mL dengan rata – rata 7,43 mm, 60µ g/mL dengan rata – rata 7,7 mm, 80 µ g/mL dengan rata – rata 7,8 dan 100 µ g/mL dengan rata – rata 7,9 mm dengan kategori sedang. Dapat dikatakan terdapat pengaruh aktivitas antibakteri pada Daun Pepaya (Carica papaya L) dengan bakteri Escherichia coli maka, semakin tinggi konsentrasi maka daya hambat yang dihasilkan semakin tinggi.
{"title":"AKTIVITAS ANTIBAKTERI DAUN PEPAYA (Carica Pepaya) MENGGUNAKAN PELARUT ETANOL TERHADAP BAKTERI Escherichia coli","authors":"tri puji is","doi":"10.36932/j-pham.v2i1.14","DOIUrl":"https://doi.org/10.36932/j-pham.v2i1.14","url":null,"abstract":" Isolasi zat aktif dari herba menimbulkan pandangan baru bahwa tiap herba memiliki zat aktif (satu atau lebih). Carica papaya L memiliki zat aktif yang berhasil diisolasi, zat – zat tersebut dapat menggantikan pemakaian herba untuk tujuan pengobatan. Escherichia coli merupakan bakteri yang banyak terdapat di usus besar (colon) manusia dan sebagai flora normal colon, sifat Escherichia coli dapat menyebabkan infeksi primer pada usus besar sehingga menyebabkan penyakit diare. Sampel yang digunakan adalah Daun Pepaya tua berwarna hijau tua yang diperoleh dari UPT Materia Medika Batu. Dicuci bersih kemudian dikeringkan, kemudian dihaluskan dengan cara diblender. Proses ekstraksi menggunakan metode maserasi. Pengujian dilakukan dengan menggunakan 5 konsentrasi dan kontrol negatif. Metode pengujian antibakteri yang digunakan adalah difusi kertas cakram. Diameter zona hambat pada tiap konsentrasi dianalisis menggunakan statistik menggunakan uji ANOVA. Berdasarkan hasil pengujian dengan melakukan replikasi sebanyak 6 kali pada konsentrasi 20 µ g/mL dengan rata – rata 7,25 mm, 40 µ g/mL dengan rata – rata 7,43 mm, 60µ g/mL dengan rata – rata 7,7 mm, 80 µ g/mL dengan rata – rata 7,8 dan 100 µ g/mL dengan rata – rata 7,9 mm dengan kategori sedang. Dapat dikatakan terdapat pengaruh aktivitas antibakteri pada Daun Pepaya (Carica papaya L) dengan bakteri Escherichia coli maka, semakin tinggi konsentrasi maka daya hambat yang dihasilkan semakin tinggi. ","PeriodicalId":433767,"journal":{"name":"Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika","volume":"130 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134618649","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik dengan cara kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat (SSP). Parasetamol bekerja pada tempat yang tidak terdapat peroksid sedangkan pada tempat inflamasi terdapat lekosit yang melepaskan peroksid sehingga efek anti inflamasinya tidak bermakna. Parasetamol berguna untuk nyeri ringan sampai sedang, seperti nyeri kepala, malaria, nyeri paska melahirkan dan keadaan lain. Parasetamol (asetaminofen) mempunyai daya kerja analgetik, antipiretik, tidak mempunyai daya kerja anti radang dan tidak menyebabkan iritasi serta peradangan lambung. Aksi/kerja utama paracetamol adalah dengan cara menghambat sintesis prostaglandin di pusat otak (hipotalamus), tetapi tidak di perifer (jaringan), sehingga tidak mempunyai efek sebagai anti inflamasi. Paracetamol diabsorbsi baik dalam saluran pencernaan ketika digunakan secara per oral, untuk memudahkan pemberian obat dan mempercepat absorbsi maka obat dibuat dalam bentuk sediaan elixir. Sehingga dibutuhkan formulasi yang tepat untuk menjaga paracetamol agar tetap stabil dalam bentuk sediaan elixir. Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui rancang formulasi, cara pembuatan serta evaluasi dalam sediaan elixir paracetamol. Evaluasi dilakukan seminggu setelah pembuatan sediaan elixir. Evaluasi meliputi uji organoleptis, uji kadar bahan aktif, uji pH, uji BJ, uji viskositas, dan uji kandungan mikroba. Hasil dari evaluasi sediaan elixir paracetamol antara lain, pada uji organoleptis elixir paracetamol dari warna ungu tidak mengalami perubahan warna, bau elixir tidak berubah yaitu tetap berbau anggur, dan rasa elixir tetap manis tidak mengalami perubahan rasa. Pada uji pH, sediaan elixir paracetamol dengan pH awal 5,5 mengalami perubahan pH menjadi 5,4. Pada uji BJ, elixir paracetamol memiliki BJ 1,143 g/mL. Uji viskositas dilakukan dengan menggunakan alat viskometer oswald dan diperoleh viskositas dari elixir paracetamol yaitu 5,823 cP. Uji kandungan mikroba dilakukan dengan menggunakan indra penglihatan dan didapatkan data bahwa pada sediaan elixir paracetamol tidak terdapat pertumbuhan mikroba.
{"title":"UJI STABILITAS FISIK FORMULASI ELIXIR PARACETAMOL DENGAN KOMBINASI CO-SOLVENT PROPILEN GLIKOL DAN ETANOL","authors":"Yani Ambari","doi":"10.36932/j-pham.v1i1.1","DOIUrl":"https://doi.org/10.36932/j-pham.v1i1.1","url":null,"abstract":"Parasetamol (asetaminofen) merupakan obat analgetik non narkotik dengan cara kerja menghambat sintesis prostaglandin terutama di Sistem Syaraf Pusat (SSP). Parasetamol bekerja pada tempat yang tidak terdapat peroksid sedangkan pada tempat inflamasi terdapat lekosit yang melepaskan peroksid sehingga efek anti inflamasinya tidak bermakna. Parasetamol berguna untuk nyeri ringan sampai sedang, seperti nyeri kepala, malaria, nyeri paska melahirkan dan keadaan lain. Parasetamol (asetaminofen) mempunyai daya kerja analgetik, antipiretik, tidak mempunyai daya kerja anti radang dan tidak menyebabkan iritasi serta peradangan lambung. Aksi/kerja utama paracetamol adalah dengan cara menghambat sintesis prostaglandin di pusat otak (hipotalamus), tetapi tidak di perifer (jaringan), sehingga tidak mempunyai efek sebagai anti inflamasi. Paracetamol diabsorbsi baik dalam saluran pencernaan ketika digunakan secara per oral, untuk memudahkan pemberian obat dan mempercepat absorbsi maka obat dibuat dalam bentuk sediaan elixir. Sehingga dibutuhkan formulasi yang tepat untuk menjaga paracetamol agar tetap stabil dalam bentuk sediaan elixir. Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk mengetahui rancang formulasi, cara pembuatan serta evaluasi dalam sediaan elixir paracetamol. Evaluasi dilakukan seminggu setelah pembuatan sediaan elixir. Evaluasi meliputi uji organoleptis, uji kadar bahan aktif, uji pH, uji BJ, uji viskositas, dan uji kandungan mikroba. Hasil dari evaluasi sediaan elixir paracetamol antara lain, pada uji organoleptis elixir paracetamol dari warna ungu tidak mengalami perubahan warna, bau elixir tidak berubah yaitu tetap berbau anggur, dan rasa elixir tetap manis tidak mengalami perubahan rasa. Pada uji pH, sediaan elixir paracetamol dengan pH awal 5,5 mengalami perubahan pH menjadi 5,4. Pada uji BJ, elixir paracetamol memiliki BJ 1,143 g/mL. Uji viskositas dilakukan dengan menggunakan alat viskometer oswald dan diperoleh viskositas dari elixir paracetamol yaitu 5,823 cP. Uji kandungan mikroba dilakukan dengan menggunakan indra penglihatan dan didapatkan data bahwa pada sediaan elixir paracetamol tidak terdapat pertumbuhan mikroba.","PeriodicalId":433767,"journal":{"name":"Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika","volume":"76 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-01-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"117335457","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sediaan Sirup merupakan sediaan cair yang berupa larutan yang ditandai dengan rasa manis dengan kandungan sakrosa tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66,0%. Pada penelitian formulasi ini digunakan bahan aktif Chlorpheniramin (CTM) yang merupakan zat yang berwarna putih, tidak berbau, rasa pahit yang mudah larut dalam air,etanol dan kloroform dan stabil pada ph 4-5. Bahan ini dapat digunakan dalam sediaan sirup, tablet kaplet, injeksi vial. Pada penelitian ini CTM digunakan dalam sediaan sirup 60 ml untuk usia 6-12 tahun, dan berkhasiat untuk meredakan gejala alergi. CTM ini akan diformulasikan menjadi bentuk sediaan sirup karena CTM mudah larut dalam air dan sirup sangat disukai untuk anak – anak karena dalam sediaan sirup terdapat sukrosa yang dapat digunakan untuk menutupi rasa pahit dari bahan obat tersebut selain itu sirup lebih mudah ditelan dibandingkan dengan bentuk sediaan padat seperti tablet atau kapsul, sehingga lebih cocok untuk pemberian pada bayi, anak-anak, dan usia lanjut yang susah menelan obat dalam bentuk kapsul atau tablet. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui formulasi sirup dari bahan aktif chlorpheniraminmaleat (CTM) dan untuk mengetahui evaluasi yang dilakukan pada sediaan sirup chlorpheniraminmaleat. Penelitian ini dapat dimulai dengan memformulasikan bahan aktif chlorpheniraminmaleat (CTM) dengan bahan tambahan seperti pemanis, pengawet, buffer, antioksidan, perasa, pewarna, pelarut dan dapar kemudian menentukan kadar sesuai dengan literature kemudian akan di uji skala lab dan skala pilot, selanjutnya akan dilakukan peracikan bahan-bahan tersebut sesuai dengan perhitungan penimbangan yang dilakukan pada laboratorium sediaan liquida stikes rs.anwarmedika dan diakhiri dengan pengujian stabilitas fisik terhadap kualitas sirup CTM, yang meliputi uji organoleptis, pH, BJ, viskositas, kadar bahan aktif dan pengujian mikroba. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sirup berwarna kuning jernih beraroma jeruk dengan rasa jeruk stabil pada ph 4,5 dan terdapat perbedaan antara setelah pembuatan dengan pengujian 1 minggu setelah pembuatan. Pada pengujian setelah pembuatan viskositas sirup bermula 1,811 cps menjadi 1,89 cps, pada uji mikrobiologi bermula tidak ada jamur menjadi terdapat jamur, pada uji kejernihan bermula jernih menjadi keruh hal tersebut terjadi karena kurangnya zat pengawet yang digunakan pada sediaan sirup.
{"title":"FORMULASI DAN UJI STABILITAS SEDIAAN SIRUP ANTI ALERGI DENGAN BAHAN AKTIF CHLORPHENIRAMIN MALEAT (CTM)","authors":"Djelang Zainuddin Fickri","doi":"10.36932/J-PHAM.V1I1.4","DOIUrl":"https://doi.org/10.36932/J-PHAM.V1I1.4","url":null,"abstract":"Sediaan Sirup merupakan sediaan cair yang berupa larutan yang ditandai dengan rasa manis dengan kandungan sakrosa tidak kurang dari 64% dan tidak lebih dari 66,0%. Pada penelitian formulasi ini digunakan bahan aktif Chlorpheniramin (CTM) yang merupakan zat yang berwarna putih, tidak berbau, rasa pahit yang mudah larut dalam air,etanol dan kloroform dan stabil pada ph 4-5. Bahan ini dapat digunakan dalam sediaan sirup, tablet kaplet, injeksi vial. Pada penelitian ini CTM digunakan dalam sediaan sirup 60 ml untuk usia 6-12 tahun, dan berkhasiat untuk meredakan gejala alergi. CTM ini akan diformulasikan menjadi bentuk sediaan sirup karena CTM mudah larut dalam air dan sirup sangat disukai untuk anak – anak karena dalam sediaan sirup terdapat sukrosa yang dapat digunakan untuk menutupi rasa pahit dari bahan obat tersebut selain itu sirup lebih mudah ditelan dibandingkan dengan bentuk sediaan padat seperti tablet atau kapsul, sehingga lebih cocok untuk pemberian pada bayi, anak-anak, dan usia lanjut yang susah menelan obat dalam bentuk kapsul atau tablet. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui formulasi sirup dari bahan aktif chlorpheniraminmaleat (CTM) dan untuk mengetahui evaluasi yang dilakukan pada sediaan sirup chlorpheniraminmaleat. Penelitian ini dapat dimulai dengan memformulasikan bahan aktif chlorpheniraminmaleat (CTM) dengan bahan tambahan seperti pemanis, pengawet, buffer, antioksidan, perasa, pewarna, pelarut dan dapar kemudian menentukan kadar sesuai dengan literature kemudian akan di uji skala lab dan skala pilot, selanjutnya akan dilakukan peracikan bahan-bahan tersebut sesuai dengan perhitungan penimbangan yang dilakukan pada laboratorium sediaan liquida stikes rs.anwarmedika dan diakhiri dengan pengujian stabilitas fisik terhadap kualitas sirup CTM, yang meliputi uji organoleptis, pH, BJ, viskositas, kadar bahan aktif dan pengujian mikroba. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa sirup berwarna kuning jernih beraroma jeruk dengan rasa jeruk stabil pada ph 4,5 dan terdapat perbedaan antara setelah pembuatan dengan pengujian 1 minggu setelah pembuatan. Pada pengujian setelah pembuatan viskositas sirup bermula 1,811 cps menjadi 1,89 cps, pada uji mikrobiologi bermula tidak ada jamur menjadi terdapat jamur, pada uji kejernihan bermula jernih menjadi keruh hal tersebut terjadi karena kurangnya zat pengawet yang digunakan pada sediaan sirup.","PeriodicalId":433767,"journal":{"name":"Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika","volume":"78 14","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-01-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"113970328","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Daun salam telah digunakan oleh masyarakat sebagai obat antidiare yang berlandaskan pada pengetahuan empiris. Selain itu, dikarenakan penyebaran daun salam cukup banyak di Indonesia dan mudah diperoleh oleh semua kalangan masyarakat menyebabkan daun ini dapat dijadikan salah satu alternatif pengobatan antidiare. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antidiare pada ekstrak etanol daun salam (Eugenia polyantha Wight) pada mencit putih jantan (Mus musculus) yang diinduksi dengan minyak jarak, untuk mengetahui perbandingan aktivitas antidiare ekstrak daun salam (Eugenia polyantha Wight) pada beberapa dosis tertentu pada mencit putih jantan (Mus musculus) yang diinduksi dengan minyak jarak serta untuk mengetahui harga ED50 dari ekstrak etanol daun salam (Eugenia polyantha Wight) dengan menggunakan anaisis probit. Jenis penelitian uji aktivitas antidiare ini adalah eksperimental laboratoris. Pada penelitian ini bahan yang digunakan adalah suspensi ekstrak etanol daun salam dengan dosis 100 mg/kgBB; 200 mg/kgBB; 400 mg/kgBB; 800 mg/kgBB dan Loperamide HCl dosis 1.3 mg/kgBB. Loperamide HCl disini berfungsi sebagai pembanding (kontrol positif) sedangkan suspensi ekstrak etanol daun salam dosis 100 mg/kgBB; 200 mg/kgBB; 400 mg/kgBB; 800 mg/kgBB digunakan sebagai kelompok uji. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit putih jantan Balb-C dengan jumlah 24 ekor, yang dibagi menjadi 6 kelompok yaitu kelompok kontrol positif dan kontrol negatif, kelompok uji I, uji II, uji III dan uji IV. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Bass yang termodifikasi yaitu dengan menggunakan “castor oil–induced diarrhea” atau metode diare yang diinduksi oleh minyak jarak (Olleum Riccini). Perubahan konsistensi feses, frekuensi defekasi dan bobot feses merupakan parameter yang diteliti pada uji aktivitas antidiare. Dari nilai frekuensi defekasi dan bobot feses maka selanjutnya dapat dianalisis dengan One Way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% serta uji probit untuk melihat ED50. Berdasarkan hasil dari ketiga parameter tersebut maka dapat dilihat bahwa daun salam memiliki aktivitas antidiare. Aktivitas antidiare terbesar terdapat pada daun salam dengan dosis 800 mg/kgBB karena aktivitas antidiarenya tidak berbeda signifikan dengan kontrol positif (Loperamide HCl).
{"title":"UJI AKTIVITAS ANTIDIARE EKSTRAK ETANOL DAUN SALAM (Eugenia polyantha Wight) PADA MENCIT PUTIH (Mus musculus) JANTAN GALUR BALB-C","authors":"Yani Ambari","doi":"10.36932/j-pham.v1i1.5","DOIUrl":"https://doi.org/10.36932/j-pham.v1i1.5","url":null,"abstract":"Daun salam telah digunakan oleh masyarakat sebagai obat antidiare yang berlandaskan pada pengetahuan empiris. Selain itu, dikarenakan penyebaran daun salam cukup banyak di Indonesia dan mudah diperoleh oleh semua kalangan masyarakat menyebabkan daun ini dapat dijadikan salah satu alternatif pengobatan antidiare. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antidiare pada ekstrak etanol daun salam (Eugenia polyantha Wight) pada mencit putih jantan (Mus musculus) yang diinduksi dengan minyak jarak, untuk mengetahui perbandingan aktivitas antidiare ekstrak daun salam (Eugenia polyantha Wight) pada beberapa dosis tertentu pada mencit putih jantan (Mus musculus) yang diinduksi dengan minyak jarak serta untuk mengetahui harga ED50 dari ekstrak etanol daun salam (Eugenia polyantha Wight) dengan menggunakan anaisis probit. Jenis penelitian uji aktivitas antidiare ini adalah eksperimental laboratoris. Pada penelitian ini bahan yang digunakan adalah suspensi ekstrak etanol daun salam dengan dosis 100 mg/kgBB; 200 mg/kgBB; 400 mg/kgBB; 800 mg/kgBB dan Loperamide HCl dosis 1.3 mg/kgBB. Loperamide HCl disini berfungsi sebagai pembanding (kontrol positif) sedangkan suspensi ekstrak etanol daun salam dosis 100 mg/kgBB; 200 mg/kgBB; 400 mg/kgBB; 800 mg/kgBB digunakan sebagai kelompok uji. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencit putih jantan Balb-C dengan jumlah 24 ekor, yang dibagi menjadi 6 kelompok yaitu kelompok kontrol positif dan kontrol negatif, kelompok uji I, uji II, uji III dan uji IV. Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode Bass yang termodifikasi yaitu dengan menggunakan “castor oil–induced diarrhea” atau metode diare yang diinduksi oleh minyak jarak (Olleum Riccini). Perubahan konsistensi feses, frekuensi defekasi dan bobot feses merupakan parameter yang diteliti pada uji aktivitas antidiare. Dari nilai frekuensi defekasi dan bobot feses maka selanjutnya dapat dianalisis dengan One Way ANOVA dengan taraf kepercayaan 95% serta uji probit untuk melihat ED50. Berdasarkan hasil dari ketiga parameter tersebut maka dapat dilihat bahwa daun salam memiliki aktivitas antidiare. Aktivitas antidiare terbesar terdapat pada daun salam dengan dosis 800 mg/kgBB karena aktivitas antidiarenya tidak berbeda signifikan dengan kontrol positif (Loperamide HCl).","PeriodicalId":433767,"journal":{"name":"Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika","volume":"97 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-01-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127224029","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Nyamuk adalah penyebar berbagai macam penyakit. Nyamuk merupakan sumber penularan penyakit demam berdarah, malaria, chikungunya, dan kaki gajah (filariasis). Salah satu tanaman yang memiliki potensi sebagai anti nyamuk adalah minyak sereh wangi (Citronella Oil). Sereh wangi mengandung minyak atsiri dengan komponen geraniol (20-40%), citronellal (25-50%), dan citronellol (10-15) yang menimbulkan aroma, sehingga dapat digunakan sebagai repelen atau penangkal nyamuk. Minyak sereh wangi (Citronella Oil) merupakan insektisida alami yang murah dan efektif, selain itu juga dapat digunakan secara aman dan praktis, sehingga dapat dikembangkan menjadi lotion anti nyamuk. Untuk menjaga stabilitas minyak sereh wangi (Citronella Oil) dalam bentuk lotion, maka dibutuhkan formulasi lotion anti nyamuk yang tepat. Tujuan dari percobaan ini antara lain untuk mengetahui formulasi lotion dari bahan aktif oleum citronella dan mengetahui hasil evaluasi yang dilakukan pada lotion citronella. Metode yang digunakan dalam pembuatan lotion citronella adalah metode peleburan. Evaluasi dilakukan seminggu setelah pembuatan sediaan lotion, meliputi uji organoleptis, uji pH, uji berat jenis, uji homogenitas, uji daya sebar, dan uji ukuran partikel. Hasil dari evaluasi sediaan lotion dengan bahan aktif citronella antara lain, pada uji organoleptis lotion tidak mengalami perubahan yaitu lotion berwarna putih, memiliki bau khas citronella dan bertekstur lembut. Hasil dari uji pH, lotion tidak mengalami perubahan pH yaitu pH 7. Pada uji daya sebar, lotion citronella pada konsentrasi 18% tersebar secara merata atau homogen. Hasil dari uji homogenitas, lotion citronella pada konsentrasi 18% tidak memperlihatkan adanya butir-butir kasar pada kaca transparan. Pada uji berat jenis menggunakan alat piknometer diperoleh hasil berat jenis dari lotion citronella yaitu 23,8 g/mL. Terakhir pada uji ukuran partikel, lotion citronella memiliki ukuran partikel yang seragam.
{"title":"STUDI FORMULASI SEDIAAN LOTION ANTI NYAMUK OLEUM CITRONELLA","authors":"Melawati Olevia Ningrum","doi":"10.36932/j-pham.v1i1.2","DOIUrl":"https://doi.org/10.36932/j-pham.v1i1.2","url":null,"abstract":"Nyamuk adalah penyebar berbagai macam penyakit. Nyamuk merupakan sumber penularan penyakit demam berdarah, malaria, chikungunya, dan kaki gajah (filariasis). Salah satu tanaman yang memiliki potensi sebagai anti nyamuk adalah minyak sereh wangi (Citronella Oil). Sereh wangi mengandung minyak atsiri dengan komponen geraniol (20-40%), citronellal (25-50%), dan citronellol (10-15) yang menimbulkan aroma, sehingga dapat digunakan sebagai repelen atau penangkal nyamuk. Minyak sereh wangi (Citronella Oil) merupakan insektisida alami yang murah dan efektif, selain itu juga dapat digunakan secara aman dan praktis, sehingga dapat dikembangkan menjadi lotion anti nyamuk. Untuk menjaga stabilitas minyak sereh wangi (Citronella Oil) dalam bentuk lotion, maka dibutuhkan formulasi lotion anti nyamuk yang tepat. Tujuan dari percobaan ini antara lain untuk mengetahui formulasi lotion dari bahan aktif oleum citronella dan mengetahui hasil evaluasi yang dilakukan pada lotion citronella. Metode yang digunakan dalam pembuatan lotion citronella adalah metode peleburan. Evaluasi dilakukan seminggu setelah pembuatan sediaan lotion, meliputi uji organoleptis, uji pH, uji berat jenis, uji homogenitas, uji daya sebar, dan uji ukuran partikel. Hasil dari evaluasi sediaan lotion dengan bahan aktif citronella antara lain, pada uji organoleptis lotion tidak mengalami perubahan yaitu lotion berwarna putih, memiliki bau khas citronella dan bertekstur lembut. Hasil dari uji pH, lotion tidak mengalami perubahan pH yaitu pH 7. Pada uji daya sebar, lotion citronella pada konsentrasi 18% tersebar secara merata atau homogen. Hasil dari uji homogenitas, lotion citronella pada konsentrasi 18% tidak memperlihatkan adanya butir-butir kasar pada kaca transparan. Pada uji berat jenis menggunakan alat piknometer diperoleh hasil berat jenis dari lotion citronella yaitu 23,8 g/mL. Terakhir pada uji ukuran partikel, lotion citronella memiliki ukuran partikel yang seragam.","PeriodicalId":433767,"journal":{"name":"Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika","volume":"60 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-01-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123584157","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Telah dilakukan penelitian mengenai formulasi dan evaluasi stabilitas fisik suspensi ibuprofen sebagai analgesik dan antipiretik yang ditujukan untuk anak berusia 2-12 menggunakan gom Arab dan natrium karboksimetilselulosa sebagai zat pensuspensi untuk menunjang stabilitas utama suspensi. Konsentrasi gom Arab dan natrium karboksi metilselulosa adalah 2.5 % dan 0.75 % berturut-turut. Evaluasi stabilitas fisik dilakukan selama 1 minggu setelah sediaan dibuat yang meliputi organoleptis, bobot jenis, viskositas, volume sedimentasi, redispersi, pH, dan mikroba serta distribusi ukuran partikel. Dari hasil penelitian diketahui konsentrasi gom Arab dan natrium karboksimetilselulosa mempengaruhi stabilitas fisik suspensi ibuprofen melalui hasil evaluasi telah sesuai dengan spesifikasi.
{"title":"FORMULASI SUSPENSI ANALGESIK-ANTIPIRETIK IBUPROFEN DENGAN SUSPENDING AGENT GOM ARAB DAN CMC-NA","authors":"Umi Fatmawati","doi":"10.36932/j-pham.v1i1.3","DOIUrl":"https://doi.org/10.36932/j-pham.v1i1.3","url":null,"abstract":"Telah dilakukan penelitian mengenai formulasi dan evaluasi stabilitas fisik suspensi ibuprofen sebagai analgesik dan antipiretik yang ditujukan untuk anak berusia 2-12 menggunakan gom Arab dan natrium karboksimetilselulosa sebagai zat pensuspensi untuk menunjang stabilitas utama suspensi. Konsentrasi gom Arab dan natrium karboksi metilselulosa adalah 2.5 % dan 0.75 % berturut-turut. Evaluasi stabilitas fisik dilakukan selama 1 minggu setelah sediaan dibuat yang meliputi organoleptis, bobot jenis, viskositas, volume sedimentasi, redispersi, pH, dan mikroba serta distribusi ukuran partikel. Dari hasil penelitian diketahui konsentrasi gom Arab dan natrium karboksimetilselulosa mempengaruhi stabilitas fisik suspensi ibuprofen melalui hasil evaluasi telah sesuai dengan spesifikasi.","PeriodicalId":433767,"journal":{"name":"Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika","volume":"6 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-01-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134514876","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian formulasi sediaansabun wajah dari ekstrak daun kersen (Muntingia calabura L.) dilakukan untuk mendapatkan sediaan sabun anti jerawat. Kandungan kimia yang terkandung pada daun kersen adalah flvonoid, saponin dan tanin yang telah diuji dan diketahui memiliki efek antijerawat. Pada penelitian ini dilakukan upaya membuat formula sabun anti jerawat yang stabil secara fisika. Variasi ekstrak etanol daun kersen dalam setiap formula masing-masing adalah F1= 5%; F2 = 10%, dan F3 = 15%. Evaluasi yang dilakukan untuk mendapatkan sabun antijerawat ekstrak etanol daun kersen adalah uji tinggi busa, uji iritasi, uji homogenitas, uji viskositas, uji stabilitas fisik (organoleptik) dan kestabilan pH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun kersen dapat diformulasi menjadi sediaan sabun anti jerawat yang stabil.
{"title":"FORMULASI SABUNANTI JERAWATEKSTRAK ETANOL DAUN KERSEN (Muntingia calabura L.)","authors":"W. Sartika, A. Permatasari","doi":"10.36932/j-pham.v1i1.6","DOIUrl":"https://doi.org/10.36932/j-pham.v1i1.6","url":null,"abstract":"Penelitian formulasi sediaansabun wajah dari ekstrak daun kersen (Muntingia calabura L.) dilakukan untuk mendapatkan sediaan sabun anti jerawat. Kandungan kimia yang terkandung pada daun kersen adalah flvonoid, saponin dan tanin yang telah diuji dan diketahui memiliki efek antijerawat. Pada penelitian ini dilakukan upaya membuat formula sabun anti jerawat yang stabil secara fisika. Variasi ekstrak etanol daun kersen dalam setiap formula masing-masing adalah F1= 5%; F2 = 10%, dan F3 = 15%. Evaluasi yang dilakukan untuk mendapatkan sabun antijerawat ekstrak etanol daun kersen adalah uji tinggi busa, uji iritasi, uji homogenitas, uji viskositas, uji stabilitas fisik (organoleptik) dan kestabilan pH. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol daun kersen dapat diformulasi menjadi sediaan sabun anti jerawat yang stabil.","PeriodicalId":433767,"journal":{"name":"Journal of Pharmaceutical Care Anwar Medika","volume":"43 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123022188","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}