Bakar Batu merupakan adat istiadat memasak makanan menggunakan batu panas. Bakar Batu berfungsi sebagai tradisi makan bersama, berkumpul, mengungkapkan rasa syukur, saling berbagi, dan damai. Bakar Batu merupakan warisan nenek moyang suku Lani yang dilakukan apabila merasa bingung, takut, lemah dan sakit. Ritual ini dilakukan untuk` mencari petunjuk sehingga mereka terlibat dalam kuasa gelap. Kontekstualisasi misi tehadap budaya Bakar Batu Suku Lani bukanlah Bakar Batu yang bertujuan makan bersama melainkan Bakar Batu yang mengadakan ritual gaib yang bertentangan dengan Alkitab. Rumusan masalahnya adalah Bagaimana implementasi kontekstualisasi misi terhadap budaya Bakar Batu Suku Lani bagi jemaat Jigunikime? Tujuan penelitian untuk menjelaskan bahwa dengan memakai model kontekstualisasi misi yang tepat, maka jemaat Jigunikime dapat memberitakan Injil melalui kontekstualisasi budaya Bakar Batu. Metode yang digunakan adalah metode penelitian studi kasus dan analisis isi dengan pendekatan kualitatif. Respondennya adalah 60 jemaat dari usia 25 tahun ke atas. Dari 60 jemaat yang aktif ke gereja hanya 35 orang, Jadi, sampel yang diambil 35 orang jemaat. Instrumen pengumpulan informasi yang dipakai dalam riset ini adalah angket dan wawancara. Hasil yang didapat dalam riset ini yaitu jemaat Jigunikime dapat memakai 3 model kontekstualisasi misi yakni transformasi: Melalui kebudayaan, Allah berhubungan dengan seseorang saat seseorang diperbaharui Allah, hingga budayanya pula diperbaharui (2 kor 5:17). dan model akomodasi: tindakan menghormati serta keterbukaan kepada budaya asli yang dilakukan di dalam tindakan, sikap, dan pendekatan praktis kontekstualisasi misi. Serta model transendental, menjadi tekanan utamanya adalah pengalaman individu sehingga praktisi kontekstualisasi harus orang dari budaya itu sendiri.
{"title":"Kontekstualisasi Misi Terhadap Budaya Bakar Batu Suku Lani dan Implementasinya bagi Gereja Injili di Indonesia (GIDI) Jemaat Jigunikime Puncak Jaya Papua","authors":"Debertje Setriani Manafe, Tekies Morib, Risart Pelamonia","doi":"10.52157/mak.v1i1.170","DOIUrl":"https://doi.org/10.52157/mak.v1i1.170","url":null,"abstract":"Bakar Batu merupakan adat istiadat memasak makanan menggunakan batu panas. Bakar Batu berfungsi sebagai tradisi makan bersama, berkumpul, mengungkapkan rasa syukur, saling berbagi, dan damai. Bakar Batu merupakan warisan nenek moyang suku Lani yang dilakukan apabila merasa bingung, takut, lemah dan sakit. Ritual ini dilakukan untuk` mencari petunjuk sehingga mereka terlibat dalam kuasa gelap. Kontekstualisasi misi tehadap budaya Bakar Batu Suku Lani bukanlah Bakar Batu yang bertujuan makan bersama melainkan Bakar Batu yang mengadakan ritual gaib yang bertentangan dengan Alkitab. Rumusan masalahnya adalah Bagaimana implementasi kontekstualisasi misi terhadap budaya Bakar Batu Suku Lani bagi jemaat Jigunikime? Tujuan penelitian untuk menjelaskan bahwa dengan memakai model kontekstualisasi misi yang tepat, maka jemaat Jigunikime dapat memberitakan Injil melalui kontekstualisasi budaya Bakar Batu. Metode yang digunakan adalah metode penelitian studi kasus dan analisis isi dengan pendekatan kualitatif. Respondennya adalah 60 jemaat dari usia 25 tahun ke atas. Dari 60 jemaat yang aktif ke gereja hanya 35 orang, Jadi, sampel yang diambil 35 orang jemaat. Instrumen pengumpulan informasi yang dipakai dalam riset ini adalah angket dan wawancara. Hasil yang didapat dalam riset ini yaitu jemaat Jigunikime dapat memakai 3 model kontekstualisasi misi yakni transformasi: Melalui kebudayaan, Allah berhubungan dengan seseorang saat seseorang diperbaharui Allah, hingga budayanya pula diperbaharui (2 kor 5:17). dan model akomodasi: tindakan menghormati serta keterbukaan kepada budaya asli yang dilakukan di dalam tindakan, sikap, dan pendekatan praktis kontekstualisasi misi. Serta model transendental, menjadi tekanan utamanya adalah pengalaman individu sehingga praktisi kontekstualisasi harus orang dari budaya itu sendiri.","PeriodicalId":446290,"journal":{"name":"Makarios: Jurnal Teologi Kontekstual","volume":"22 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124201269","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tuan dan hamba dalam masyarakat Sumba Timur merupakan suatu stratifikasi sosial, tuan disebut sebagai Maramba, sedangkan hamba disebut sebagai Ata. Kedua stratifikasi tersebut merupakan kasta yang sangat berbeda, kasta Maramba merupakan kasta yang dimiliki oleh kaum bangsawan yang mempunyai harta kekayaan yang banyak, sehingga kasta Ata merupakan kasta yang dimiliki oleh masyarakat miskin yang tidak mempunyai apa-apa dan harus bergantung kepada kaum Maramba, sehingga kehidupan kaum Ata sangat ditentukan oleh kaum Maramba. Persoalan stratifikasi kasta yang masih berlangsung hingga saat ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian ini guna memberikan pemahaman yang benar sesuai kebenaran Firman Tuhan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur dan wawancara. Tujuan penelitian ini untuk menyoroti tradisi tuan dan hamba sesuai kebenaran Firman Tuhan serta menjadikan tradisi tersebut sebagai sarana kontekstualisasi misi sehingga berita Injil dapat disampaikan bagi masyarakat Sumba Timur khususnya yang masih melaksanakan tradisi tuan dan hamba. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa tradisi tuan dan hamba dapat menjadi sarana kontekstualisasi misi melalui dua model, yaitu adaptasi dan prossesio. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa tradisi tuan dan hamba sampai saat ini masih dilestarikan, dan ditemukan adanya konsep-konsep tertentu yang bertentangan dengan ajaran Firman Tuhan, oleh karena masyarakat yang melestarikan tradisi ini pun masih memeluk kepercayaan suku, maka upaya kontekstualisasi misi melalui tradisi tuan dan hamba diharapkan dapat berkontribusi untuk menolong para hamba Tuhan, khususnya para Penginjil dalam menyampaikan kabar keselamatan bagi masyarakat Sumba Timur, khususnya bagi mereka yang masih yang belum mendengar Injil.
{"title":"Kontekstualisasi Misi Melalui Tradisi Tuan Dan Hamba di Sumba Timur","authors":"Chresty Thessy Tupamahu, Arnita Laia, Fanny Lista Hataa, Gloria Brigita Karubuy","doi":"10.52157/mak.v1i1.159","DOIUrl":"https://doi.org/10.52157/mak.v1i1.159","url":null,"abstract":"Tuan dan hamba dalam masyarakat Sumba Timur merupakan suatu stratifikasi sosial, tuan disebut sebagai Maramba, sedangkan hamba disebut sebagai Ata. Kedua stratifikasi tersebut merupakan kasta yang sangat berbeda, kasta Maramba merupakan kasta yang dimiliki oleh kaum bangsawan yang mempunyai harta kekayaan yang banyak, sehingga kasta Ata merupakan kasta yang dimiliki oleh masyarakat miskin yang tidak mempunyai apa-apa dan harus bergantung kepada kaum Maramba, sehingga kehidupan kaum Ata sangat ditentukan oleh kaum Maramba. Persoalan stratifikasi kasta yang masih berlangsung hingga saat ini mendorong penulis untuk melakukan penelitian ini guna memberikan pemahaman yang benar sesuai kebenaran Firman Tuhan. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi literatur dan wawancara. Tujuan penelitian ini untuk menyoroti tradisi tuan dan hamba sesuai kebenaran Firman Tuhan serta menjadikan tradisi tersebut sebagai sarana kontekstualisasi misi sehingga berita Injil dapat disampaikan bagi masyarakat Sumba Timur khususnya yang masih melaksanakan tradisi tuan dan hamba. Berdasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa tradisi tuan dan hamba dapat menjadi sarana kontekstualisasi misi melalui dua model, yaitu adaptasi dan prossesio. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa tradisi tuan dan hamba sampai saat ini masih dilestarikan, dan ditemukan adanya konsep-konsep tertentu yang bertentangan dengan ajaran Firman Tuhan, oleh karena masyarakat yang melestarikan tradisi ini pun masih memeluk kepercayaan suku, maka upaya kontekstualisasi misi melalui tradisi tuan dan hamba diharapkan dapat berkontribusi untuk menolong para hamba Tuhan, khususnya para Penginjil dalam menyampaikan kabar keselamatan bagi masyarakat Sumba Timur, khususnya bagi mereka yang masih yang belum mendengar Injil.","PeriodicalId":446290,"journal":{"name":"Makarios: Jurnal Teologi Kontekstual","volume":"15 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128158769","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}