Perawatan jalan tambang merupakan kegiatan penting yang dilakukan sebagai salah satu usaha untuk menjaga kelancaran operasional truk dan memenuhi pencapaian target produksi. Selain faktor desain jalan tambang, geometri dan drainase, fokus utama perawatan jalan yang dilakukan adalah menjaga permukaan jalan dengan undulasi seminimal mungkin. Metode yang dapat digunakan untuk mengukur dan memonitor kondisi permukaan jalan, secara real time adalah dengan memanfaatkan data Road Analysis Control (RAC) dari controller Vims yang mengukur perubahan tekanan pada sensor di suspensi truk seperti parameter rack, pitch dan bias. Kombinasi dari ketiga parameter ini akan menjadi dasar pengkategorisasi kondisi permukaan setiap segmen jalan yang disebut Road Severity Index (RSI). Data pemetaan RSI ini akan dimonitor langsung oleh pengawas jalan tambang melalui perangkat gawainya secara real time dan digunakan sebagai dasar dalam menentukan strategi prioritas perawatan jalan dan arah kerja grader. Tujuan yang ingin dicapai pada akhirnya adalah jalan tambang yang terpelihara dengan baik sehingga kondisi operasional lebih aman, waktu siklus lebih cepat, keausan mekanis alat berat berkurang, kenyamanan operator dalam berkendara meningkat dan berkurangnya konsumsi bahan bakar dari kegiatan hauling.
{"title":"PENGGUNAAN PETA ROAD SEVERITY INDEX SEBAGAI PANDUAN ARAH KERJA GRADER DALAM PERAWATAN JALAN TAMBANG","authors":"I. Nyoman, D. Kusuma","doi":"10.36986/impj.v5i2.116","DOIUrl":"https://doi.org/10.36986/impj.v5i2.116","url":null,"abstract":"Perawatan jalan tambang merupakan kegiatan penting yang dilakukan sebagai salah satu usaha untuk menjaga kelancaran operasional truk dan memenuhi pencapaian target produksi. Selain faktor desain jalan tambang, geometri dan drainase, fokus utama perawatan jalan yang dilakukan adalah menjaga permukaan jalan dengan undulasi seminimal mungkin. Metode yang dapat digunakan untuk mengukur dan memonitor kondisi permukaan jalan, secara real time adalah dengan memanfaatkan data Road Analysis Control (RAC) dari controller Vims yang mengukur perubahan tekanan pada sensor di suspensi truk seperti parameter rack, pitch dan bias. Kombinasi dari ketiga parameter ini akan menjadi dasar pengkategorisasi kondisi permukaan setiap segmen jalan yang disebut Road Severity Index (RSI). Data pemetaan RSI ini akan dimonitor langsung oleh pengawas jalan tambang melalui perangkat gawainya secara real time dan digunakan sebagai dasar dalam menentukan strategi prioritas perawatan jalan dan arah kerja grader. Tujuan yang ingin dicapai pada akhirnya adalah jalan tambang yang terpelihara dengan baik sehingga kondisi operasional lebih aman, waktu siklus lebih cepat, keausan mekanis alat berat berkurang, kenyamanan operator dalam berkendara meningkat dan berkurangnya konsumsi bahan bakar dari kegiatan hauling. ","PeriodicalId":479697,"journal":{"name":"Indonesian Mining Professionals Journal","volume":"24 21","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-03-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140372738","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kondisi jalan pada operasional pertambangan sangat berpengaruh terhadap kondisi alat berat yang beroperasi di area pertambangan tersebut. PT Kaltim Prima Coal (KPC) salah satu tambang batu bara terbesar di Indonesia yang sudah menerapkan digitalisasi pada proses operasinya. Tools yang digunakan adalah Fleet Management System (FMS) dan MineCare Maintenance System, dimana dapat melakukan monitoring dan identifikasi terhadap kualitas kondisi jalan. Dalam proses evaluasi dapat dilakukan secara real-time dengan cara memanfaatkan fitur notifikasi event (machine fault alert) sehingga memberikan informasi nilai parameter temperature pada sistem pengereman yang diterjemahkan sebagai anomali terhadap segmen jalan yang melebihi standar kemiringan jalan. Salah satu dampak yang terjadi adalah overheating pada system pengereman dimana operator tidak mengaktifkan Automatic Retarder Control (ARC) pada jalan turunan, selain itu juga berdampak terhadap Fuel Burn Rate (FBR) yang menagakibatkan konsumsi bahan bakar menjadi lebih besar (FBR saat ARC aktif adalah 0 liter). Event dan segment jalan dapat langsung dikonfirmasi secara real-time pada system yang terintegrasi (MineCare & Dispatch). Dari pengamatan, seringnya event brake overheating terjadi pada segmen jalan CP725-CP757 (307m), melihat event ini team Condition Monitoring (Como) memberikan informasi ke team operation untuk menginstruksikan kepada operator untuk mengaktifkan ARC dan membuat rambu-rambu (Aktifkan ARC) pada segmen jalan tersebut sampai jalan tersebut dimodifikasi sesuai standard yang ditentukan. Dari hasil pemantauan secara real-time dan dilakukan analisan oleh team COMO makan event yang terjadi di segment tersebut berkurang sebanyak 60% yang artinya juga bedampak pada Fuel efesiensi, dan penurunan Physical Availability (PA) jika terjadi kegagalan pada komponen Final Drive.
采矿作业中的道路状况在很大程度上影响着采矿区重型设备的运行状况。PT Kaltim Prima Coal(KPC)是印尼最大的煤矿之一,在其运营过程中实施了数字化。所使用的工具是车队管理系统(FMS)和 MineCare 维护系统,它们可以监控和识别道路状况的质量。在评估过程中,可利用事件通知功能(机器故障警报)进行实时评估,从而提供有关制动系统温度参数值的信息,并将其转化为超过道路坡度标准的路段的异常情况。在下坡路段,如果操作员没有启动自动缓速器控制(ARC),则会造成制动系统过热,此外还会对燃油燃烧率(FBR)产生影响,从而导致更高的燃油消耗(ARC 启动时的燃油燃烧率为 0 升)。事件和路段可在集成系统(MineCare & Dispatch)中实时确认。通过观察,制动器过热事件经常发生在 CP725-CP757 路段(307 米),看到这一事件,状态监测团队(Como)会向运营团队提供信息,指示操作员激活 ARC,并在该路段设置标志(激活 ARC),直到道路按照规定标准进行改造。从 COMO 团队的实时监控和分析结果来看,该路段发生的事件减少了 60%,这意味着它还会对燃油效率产生影响,如果主减速器组件出现故障,则会降低物理可用性(PA)。
{"title":"EVALUASI HAUL ROAD DESIGN DAN OPERASI TAMBANG DILIHAT DARI ASPEK MAINTENANCE DENGAN MINECARE REAL-TIME ANALYSIS STUDY CASE PT KALTIM PRIMA COAL","authors":"Harry Rahmaddian, B. Arifin","doi":"10.36986/impj.v5i2.120","DOIUrl":"https://doi.org/10.36986/impj.v5i2.120","url":null,"abstract":"Kondisi jalan pada operasional pertambangan sangat berpengaruh terhadap kondisi alat berat yang beroperasi di area pertambangan tersebut. PT Kaltim Prima Coal (KPC) salah satu tambang batu bara terbesar di Indonesia yang sudah menerapkan digitalisasi pada proses operasinya. Tools yang digunakan adalah Fleet Management System (FMS) dan MineCare Maintenance System, dimana dapat melakukan monitoring dan identifikasi terhadap kualitas kondisi jalan. Dalam proses evaluasi dapat dilakukan secara real-time dengan cara memanfaatkan fitur notifikasi event (machine fault alert) sehingga memberikan informasi nilai parameter temperature pada sistem pengereman yang diterjemahkan sebagai anomali terhadap segmen jalan yang melebihi standar kemiringan jalan. Salah satu dampak yang terjadi adalah overheating pada system pengereman dimana operator tidak mengaktifkan Automatic Retarder Control (ARC) pada jalan turunan, selain itu juga berdampak terhadap Fuel Burn Rate (FBR) yang menagakibatkan konsumsi bahan bakar menjadi lebih besar (FBR saat ARC aktif adalah 0 liter). Event dan segment jalan dapat langsung dikonfirmasi secara real-time pada system yang terintegrasi (MineCare & Dispatch). Dari pengamatan, seringnya event brake overheating terjadi pada segmen jalan CP725-CP757 (307m), melihat event ini team Condition Monitoring (Como) memberikan informasi ke team operation untuk menginstruksikan kepada operator untuk mengaktifkan ARC dan membuat rambu-rambu (Aktifkan ARC) pada segmen jalan tersebut sampai jalan tersebut dimodifikasi sesuai standard yang ditentukan. Dari hasil pemantauan secara real-time dan dilakukan analisan oleh team COMO makan event yang terjadi di segment tersebut berkurang sebanyak 60% yang artinya juga bedampak pada Fuel efesiensi, dan penurunan Physical Availability (PA) jika terjadi kegagalan pada komponen Final Drive.","PeriodicalId":479697,"journal":{"name":"Indonesian Mining Professionals Journal","volume":"43 6","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-03-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140368817","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
A. Kahfi, Dwi P. Fransiskus, Wijanarko K. Adi, Ahmad Prayogi, Luqman S. Purwosasongko
The coking coal mine at the research site is in the Pamaluan formation East Kalimantan. The condition of the mine has many complexities and challenges, such as natural slope condition (30º-35º), narrow pit area and low out pit dump capacity limited by land compensation issue, overburden material, geological structure, coal with very thin layers (<1 m) and consist multiple products in a layer, small number of strips and large number of blocks and high SR pit and SR balance in short range. In mine planning at the research location, many improvements need to be made so that all aspects, starting with mine planning and operations, can run smoothly and profits can be as expected. Some of the improvements that have been made at the mine such as build mine planning concepts, build fleet allocation rules, structural and stratigraphical geology modelling and improve drill & blast plan, implementation dynamic mine planning and optimize mining digital product. By implementing these improvements, significant positive impacts have been achieved, such as Consistently maintain mine planning compliance (accuracy) >97%, Maintain fleet productivity performance in range of 95% - 110%, Consistently achieving production targets >97%, Able to maintain SR balance by achieving weekly coal plan with the range of 94 - 103%, Achieving blasting performance results with a value of >97% and Maintain work safety aspects with no accidents and loss time injury.
{"title":"THE HARMONIZING MINE PLANNING IN THE EAST KALIMANTAN COKING COAL MINE: THE CHALLENGES AND IMPROVEMENTS","authors":"A. Kahfi, Dwi P. Fransiskus, Wijanarko K. Adi, Ahmad Prayogi, Luqman S. Purwosasongko","doi":"10.36986/impj.v5i2.121","DOIUrl":"https://doi.org/10.36986/impj.v5i2.121","url":null,"abstract":"The coking coal mine at the research site is in the Pamaluan formation East Kalimantan. The condition of the mine has many complexities and challenges, such as natural slope condition (30º-35º), narrow pit area and low out pit dump capacity limited by land compensation issue, overburden material, geological structure, coal with very thin layers (<1 m) and consist multiple products in a layer, small number of strips and large number of blocks and high SR pit and SR balance in short range. In mine planning at the research location, many improvements need to be made so that all aspects, starting with mine planning and operations, can run smoothly and profits can be as expected. Some of the improvements that have been made at the mine such as build mine planning concepts, build fleet allocation rules, structural and stratigraphical geology modelling and improve drill & blast plan, implementation dynamic mine planning and optimize mining digital product. By implementing these improvements, significant positive impacts have been achieved, such as Consistently maintain mine planning compliance (accuracy) >97%, Maintain fleet productivity performance in range of 95% - 110%, Consistently achieving production targets >97%, Able to maintain SR balance by achieving weekly coal plan with the range of 94 - 103%, Achieving blasting performance results with a value of >97% and Maintain work safety aspects with no accidents and loss time injury. ","PeriodicalId":479697,"journal":{"name":"Indonesian Mining Professionals Journal","volume":"116 9","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-03-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140370383","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Industri pertambangan adalah industri dengan tingkat risiko keselamatan yang tinggi sehingga dapat mengancam keselamatan para pekerjanya. Dalam rangka mewujudkan nihil kecelakaan pada kegiatan operasionalnya, salah satu perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan dan energi melakukan pengembangan pada sistem analisa data kecelakaan sebagai upaya untuk mengetahui lebih spesifik penyebab kasus kecelakaan yang terjadi. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menghindari kasus kecelakaan dengan penyebab yang sama terulang kembali serta menetapkan rekomendasi perbaikan dan pencegahan yang tepat sasaran. Metode Human Factors Analysis and Classification System (HFACS) adalah suatu alat analisa kecelakaan yang digunakan untuk menganalisa suatu kecelakaan pada aspek Human Factor. HFACS dikembangkan oleh Wiegmann dan Shappell untuk analisis kecelakaan penerbangan militer dan sipil. Metode ini berdasarkan pada model kesalahan manusia yang menjelaskan empat tingkat kegagalan manusia, yaitu: (1) tindakan tidak aman, (2) prasyarat untuk tindakan tidak aman, (3) kepemimpinan tidak aman, dan (4) pengaruh organisasi. Analisa kecelakaan menggunakan metode HFACS menunjukkan pelanggaran yang bersifat pengecualian serta kesalahan pengambilan keputusan menjadi penyebab tertinggi untuk tindakan tidak aman. Pada prasyarat untuk tindakan tidak aman yang berkontribusi tertinggi adalah keadaan fisik dan mental operator, dan kebugaran untuk bekerja. Pada faktor kepemimpinan antara lain: pengawasan tidak memadai dan kegagalan untuk memperbaiki masalah. Pengaruh organisasi yang berkontribusi terhadap kasus kecelakaan adalah perencanaan yang kurang, serta kurangnya penegakan norma dan aturan. Hasil uji koefisien kontingensi diperoleh nilai α = 0,047 yang menunjukkan terdapat asosiasi pada setiap tahapan sehingga semua kegagalan mempengaruhi kegagalan di tingkat lainnya. Hasil analisa tersebut ditindaklanjuti dengan menetapkan tindakan perbaikan dan pencegahan berdasarkan kegagalan pada tingkatan personal dan organisasi.
{"title":"PENGEMBANGAN SISTEM ANALISA DATA KECELAKAAN UNTUK INDUSTRI PERTAMBANGAN DENGAN MENGGUNAKAN METODE HUMAN FACTOR ANALYSIS AND CLASSIFICATION SYSTEM (HFACS)","authors":"A. Kurniawan, D. Setiawan, Ronny P Tambunan","doi":"10.36986/impj.v5i2.117","DOIUrl":"https://doi.org/10.36986/impj.v5i2.117","url":null,"abstract":"Industri pertambangan adalah industri dengan tingkat risiko keselamatan yang tinggi sehingga dapat mengancam keselamatan para pekerjanya. Dalam rangka mewujudkan nihil kecelakaan pada kegiatan operasionalnya, salah satu perusahaan yang bergerak dibidang pertambangan dan energi melakukan pengembangan pada sistem analisa data kecelakaan sebagai upaya untuk mengetahui lebih spesifik penyebab kasus kecelakaan yang terjadi. Hal ini dilakukan dengan tujuan untuk menghindari kasus kecelakaan dengan penyebab yang sama terulang kembali serta menetapkan rekomendasi perbaikan dan pencegahan yang tepat sasaran. Metode Human Factors Analysis and Classification System (HFACS) adalah suatu alat analisa kecelakaan yang digunakan untuk menganalisa suatu kecelakaan pada aspek Human Factor. HFACS dikembangkan oleh Wiegmann dan Shappell untuk analisis kecelakaan penerbangan militer dan sipil. Metode ini berdasarkan pada model kesalahan manusia yang menjelaskan empat tingkat kegagalan manusia, yaitu: (1) tindakan tidak aman, (2) prasyarat untuk tindakan tidak aman, (3) kepemimpinan tidak aman, dan (4) pengaruh organisasi. Analisa kecelakaan menggunakan metode HFACS menunjukkan pelanggaran yang bersifat pengecualian serta kesalahan pengambilan keputusan menjadi penyebab tertinggi untuk tindakan tidak aman. Pada prasyarat untuk tindakan tidak aman yang berkontribusi tertinggi adalah keadaan fisik dan mental operator, dan kebugaran untuk bekerja. Pada faktor kepemimpinan antara lain: pengawasan tidak memadai dan kegagalan untuk memperbaiki masalah. Pengaruh organisasi yang berkontribusi terhadap kasus kecelakaan adalah perencanaan yang kurang, serta kurangnya penegakan norma dan aturan. Hasil uji koefisien kontingensi diperoleh nilai α = 0,047 yang menunjukkan terdapat asosiasi pada setiap tahapan sehingga semua kegagalan mempengaruhi kegagalan di tingkat lainnya. Hasil analisa tersebut ditindaklanjuti dengan menetapkan tindakan perbaikan dan pencegahan berdasarkan kegagalan pada tingkatan personal dan organisasi.","PeriodicalId":479697,"journal":{"name":"Indonesian Mining Professionals Journal","volume":"75 9","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-03-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140371447","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Aries Gusti, Umbu Dasa, Adittama Prasetya Nugraha, dan M. Okky Anriansyah
Rencana operasi penambangan PT. Barasentosa Lestari (BSL), Sinarmas Mining tahun 2022 berada di Blok Belani yang terdapat 2 (dua) pit yaitu pit Pinang dan pit Satelit dan 3 (tiga) disposal yaitu disposal OPD Lowwall, disposal OPD Highwall dan disposal IPD Satelit. Karakteristik lokasi disposal OPD Lowwall sisi utara merupakan zona rawa dengan kandungan air yang tinggi. Dengan karakteristik material rawa tersebut, proses penimbunan di area ini akan memicu pergerakan rawa dan timbunan yang berdampak terhadap aspek keselamatan, lingkungan, produksi dan juga akan berdampak kepada eksternal dan citra perusahaan. Sehingga dibutuhkan perencanaan dan penanganan yang tepat agar kapasitas volume disposal bisa optimal. Analisis geoteknik dilakukan terhadap rencana optimalisasi disposal OPD Lowwall dengan pendahuluan investigasi base timbunan zona rawa menggunanakan uji CPTu untuk mengetahui insitu strength, zona tekanan pori yg berlebih (zones of excess pore pressure) batas material soft serta laju konsolidasi untuk memberikan batasan FoS yang aman (FoS > 1,3). Kondisi material disposal dengan kondisi undrained juga menjadi faktor dalam penentuan slope stability analysis. Rekomendasi geoteknik adalah membuat counterweight pada zona rawa disposal OPD Lowwall sisi utara agar kapasitas dapat dioptimalkan lagi dengan tambahan kapasitas 900 kbcm di RL+35 – RL+80 dengan overall slope 50. Tahapan awal adalah membuat parit yang mengelilingi zona rawa untuk release aliran creek dari timur ke barat. Kemudian dimulai dari utara pekerjaan cut dan remove material soft dengan ketebalan 4 m di RL+26 sebanyak 45 kbcm di zona rawa. Pekerjaan cut diikuti pekerjaan fill secara paralel dengan material fill yaitu hard clay. Pekerjaan fill dilakukan dengan ketinggian per 3 m dari base RL+26 sampai RL+35 sebanyak 87.600 bcm.
{"title":"OPTIMALISASI DISPOSAL OPD LOWWALL PADA ZONA RAWA SANGAT LUNAK DAN JENUH AIR BERDASARKAN REKOMENDASI GEOTEKNIK, PT. BARASENTOSA LESTARI, SINARMAS MINING","authors":"Aries Gusti, Umbu Dasa, Adittama Prasetya Nugraha, dan M. Okky Anriansyah","doi":"10.36986/impj.v5i2.119","DOIUrl":"https://doi.org/10.36986/impj.v5i2.119","url":null,"abstract":"Rencana operasi penambangan PT. Barasentosa Lestari (BSL), Sinarmas Mining tahun 2022 berada di Blok Belani yang terdapat 2 (dua) pit yaitu pit Pinang dan pit Satelit dan 3 (tiga) disposal yaitu disposal OPD Lowwall, disposal OPD Highwall dan disposal IPD Satelit. Karakteristik lokasi disposal OPD Lowwall sisi utara merupakan zona rawa dengan kandungan air yang tinggi. Dengan karakteristik material rawa tersebut, proses penimbunan di area ini akan memicu pergerakan rawa dan timbunan yang berdampak terhadap aspek keselamatan, lingkungan, produksi dan juga akan berdampak kepada eksternal dan citra perusahaan. Sehingga dibutuhkan perencanaan dan penanganan yang tepat agar kapasitas volume disposal bisa optimal. Analisis geoteknik dilakukan terhadap rencana optimalisasi disposal OPD Lowwall dengan pendahuluan investigasi base timbunan zona rawa menggunanakan uji CPTu untuk mengetahui insitu strength, zona tekanan pori yg berlebih (zones of excess pore pressure) batas material soft serta laju konsolidasi untuk memberikan batasan FoS yang aman (FoS > 1,3). Kondisi material disposal dengan kondisi undrained juga menjadi faktor dalam penentuan slope stability analysis. Rekomendasi geoteknik adalah membuat counterweight pada zona rawa disposal OPD Lowwall sisi utara agar kapasitas dapat dioptimalkan lagi dengan tambahan kapasitas 900 kbcm di RL+35 – RL+80 dengan overall slope 50. Tahapan awal adalah membuat parit yang mengelilingi zona rawa untuk release aliran creek dari timur ke barat. Kemudian dimulai dari utara pekerjaan cut dan remove material soft dengan ketebalan 4 m di RL+26 sebanyak 45 kbcm di zona rawa. Pekerjaan cut diikuti pekerjaan fill secara paralel dengan material fill yaitu hard clay. Pekerjaan fill dilakukan dengan ketinggian per 3 m dari base RL+26 sampai RL+35 sebanyak 87.600 bcm. ","PeriodicalId":479697,"journal":{"name":"Indonesian Mining Professionals Journal","volume":"70 6","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-03-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140371476","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Percepatan mined out diperlukan demi mendukung ketercapaian target produksi batubara dan kesiapan area kerja untuk selanjutnya digunakan sebagai lokasi disposal. Seiring dengan kemajuan tambang ke arah highwall ditemukan bahwa seam tipis semakin berkembang yang menyebabkan terhambatnya proses mined out dimana salah satu faktor penyebabnya adalah perulangan rangkaian proses coal getting dari mulai pengupasan material penutup, pembersihan roof (cleaning), hingga pengambilan batubara. Demi meningkatkan produktifitas, percepatan mined out, dan usaha melaksanakan amanat konservasi yang tertuang dalam Undang – Undang No. 3 Tahun 2020, maka dilakukan percobaan pengambilan batubara tanpa proses cleaning yang dapat mengoptimalkan 0.05 m lapisan batubara yang umumnya tergerus saat dilakukan proses cleaning tersebut. Penelitian dilakukan di tiga area operasi PT Borneo Indobara yaitu Pit KGH (Seam H), KGR (Seam BL), dan KGB (Seam F) dimana dilakukan uji coba pengambilan batubara tanpa proses cleaning dan dilakukan analisis pengaruhnya terhadap kualitas batubara. Berdasarkan hasil uji kualitas, didapatkan adanya peningkatan pada nilai ash di seluruh area uji dari rata - rata 4.46 menjadi 15.42 dan peningkatan nilai total sulphur (TS) di Pit KGB dan KGH dari 0.13 menjadi 0.30. Peningkatan nilai TS yang signifikan terjadi di Pit KGR dari 0.27 menjadi 3.04. Sementara itu hasil uji kualitas lainnya dapat dikatakan tidak mengalami pemburukan. Kualitas batubara dapat dipertahankan agar sesuai dengan produk yang diharapkan dengan dilakukannya proses pencampuran batubara di area Run of Mine (ROM) dengan rasio 18 : 1 di Pit KGB, 10 : 1 di Pit KGR, dan 17 : 1 di Pit KGH
{"title":"OPTIMALISASI BATUBARA DENGAN MENGHILANGKAN PROSES CLEANING DAN PENGARUHNYA TERHADAP KUALITAS BATUBARA DI PT BORNEO INDOBARA","authors":"S. Kurniawan, Abdullah Alghani","doi":"10.36986/impj.v5i2.118","DOIUrl":"https://doi.org/10.36986/impj.v5i2.118","url":null,"abstract":"Percepatan mined out diperlukan demi mendukung ketercapaian target produksi batubara dan kesiapan area kerja untuk selanjutnya digunakan sebagai lokasi disposal. Seiring dengan kemajuan tambang ke arah highwall ditemukan bahwa seam tipis semakin berkembang yang menyebabkan terhambatnya proses mined out dimana salah satu faktor penyebabnya adalah perulangan rangkaian proses coal getting dari mulai pengupasan material penutup, pembersihan roof (cleaning), hingga pengambilan batubara. Demi meningkatkan produktifitas, percepatan mined out, dan usaha melaksanakan amanat konservasi yang tertuang dalam Undang – Undang No. 3 Tahun 2020, maka dilakukan percobaan pengambilan batubara tanpa proses cleaning yang dapat mengoptimalkan 0.05 m lapisan batubara yang umumnya tergerus saat dilakukan proses cleaning tersebut. Penelitian dilakukan di tiga area operasi PT Borneo Indobara yaitu Pit KGH (Seam H), KGR (Seam BL), dan KGB (Seam F) dimana dilakukan uji coba pengambilan batubara tanpa proses cleaning dan dilakukan analisis pengaruhnya terhadap kualitas batubara. Berdasarkan hasil uji kualitas, didapatkan adanya peningkatan pada nilai ash di seluruh area uji dari rata - rata 4.46 menjadi 15.42 dan peningkatan nilai total sulphur (TS) di Pit KGB dan KGH dari 0.13 menjadi 0.30. Peningkatan nilai TS yang signifikan terjadi di Pit KGR dari 0.27 menjadi 3.04. Sementara itu hasil uji kualitas lainnya dapat dikatakan tidak mengalami pemburukan. Kualitas batubara dapat dipertahankan agar sesuai dengan produk yang diharapkan dengan dilakukannya proses pencampuran batubara di area Run of Mine (ROM) dengan rasio 18 : 1 di Pit KGB, 10 : 1 di Pit KGR, dan 17 : 1 di Pit KGH","PeriodicalId":479697,"journal":{"name":"Indonesian Mining Professionals Journal","volume":"59 6","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2024-03-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"140368959","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}