Pub Date : 2023-12-20DOI: 10.29244/jitl.25.2.78-85
M. Ardiansyah, K. Munibah, Siti Nur Saniinah
Pemantauan tanaman padi di Indonesia didukung oleh pemerintah daerah di tingkat kecamatan. Praktik tersebut membutuhkan dana yang besar dan dinilai kurang efisien. Opsi lain adalah pemanfaatan data Penginderaan Jauh menggunakan citra satelit gratis Sentinel-2 untuk memantau pertumbuhan padi secara spasio temporal dan pada wilayah yang lebih luas. Citra Sentinel-2 didesain untuk mendukung pemantauan pertanian. Untuk memantau fase tumbuh padi dapat dilakukan dengan klasifikasi berbasis piksel, tetapi pendekatan ini memiliki keterbatasan munculnya salt and pepper yang mengganggu hasil dan akurasi klasifikasi. Pendekatan klasifikasi Object-Based Image Analysis dapat mengatasi fenomena ini dan lebih baik dalam meniru persepsi manusia terhadap objek. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi fase tumbuh padi pada citra Sentinel-2 dengan pendekatan klasifikasi berbasis objek, dan memantau sebaran spasio temporal fase tumbuh padi. Citra Sentinel-2 dengan 10 akuisisi bulan Mei – Agustus 2021 dianalisis dengan pendekatan berbasis objek dan fase tumbuh padi diklasifikasi dengan pendekatan SVM. Hasil analisis menunjukkan bahwa fase tumbuh padi dapat diidentfikasi dan diklasifikasi dengan baik tanpa fenomena salt and pepper dengan pendekatan berbasis objek dari citra multi-temporal Sentinel-2. Ketelitian model klasifikasi SVM cukup baik dengan rata-rata akurasi 81,60. Klasifikasi SVM berbasis objek dapat memetakan sebaran fase tumbuh padi konsisten dan berlanjut dari citra multi-temporal Sentinel-2.
{"title":"Klasifikasi Fase Tumbuh Padi dengan Pendekatan Berbasis Objek Menggunakan Citra Sentinel-2","authors":"M. Ardiansyah, K. Munibah, Siti Nur Saniinah","doi":"10.29244/jitl.25.2.78-85","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jitl.25.2.78-85","url":null,"abstract":"Pemantauan tanaman padi di Indonesia didukung oleh pemerintah daerah di tingkat kecamatan. Praktik tersebut membutuhkan dana yang besar dan dinilai kurang efisien. Opsi lain adalah pemanfaatan data Penginderaan Jauh menggunakan citra satelit gratis Sentinel-2 untuk memantau pertumbuhan padi secara spasio temporal dan pada wilayah yang lebih luas. Citra Sentinel-2 didesain untuk mendukung pemantauan pertanian. Untuk memantau fase tumbuh padi dapat dilakukan dengan klasifikasi berbasis piksel, tetapi pendekatan ini memiliki keterbatasan munculnya salt and pepper yang mengganggu hasil dan akurasi klasifikasi. Pendekatan klasifikasi Object-Based Image Analysis dapat mengatasi fenomena ini dan lebih baik dalam meniru persepsi manusia terhadap objek. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi fase tumbuh padi pada citra Sentinel-2 dengan pendekatan klasifikasi berbasis objek, dan memantau sebaran spasio temporal fase tumbuh padi. Citra Sentinel-2 dengan 10 akuisisi bulan Mei – Agustus 2021 dianalisis dengan pendekatan berbasis objek dan fase tumbuh padi diklasifikasi dengan pendekatan SVM. Hasil analisis menunjukkan bahwa fase tumbuh padi dapat diidentfikasi dan diklasifikasi dengan baik tanpa fenomena salt and pepper dengan pendekatan berbasis objek dari citra multi-temporal Sentinel-2. Ketelitian model klasifikasi SVM cukup baik dengan rata-rata akurasi 81,60. Klasifikasi SVM berbasis objek dapat memetakan sebaran fase tumbuh padi konsisten dan berlanjut dari citra multi-temporal Sentinel-2.","PeriodicalId":485819,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan","volume":"127 11","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"138953625","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-19DOI: 10.29244/jitl.25.2.46-55
Wahyu Iskandar, Hendrayanto, Zulkarnaen Muhammad Nizar, Y. Jung
Dinamika perubahan tutupan lahan dapat mempengaruhi aliran permukaan dan selanjutnya erosi permukaan. Tebang habis, sebagai bentuk penerapan sistem silvikultur tentunya akan menurunkan evapotranspirasi dan menyebabkan meningkatnya jumlah air permukaan. Pemodelan dengan USLE menujukkan bahwa penggunaan tutupan lahan mempengaruhi mempengaruhi peningkatan erosi permukaan. Erosi dapat mencuci unrsur hara dan tentunya berdampak terhadap penurunan kesuburan tanah. Penelitian ini memetakan tingkat bahaya erosi di area konsesi hutan tanaman industri di Kalimantan Tengah. Dalam penelitian ini tercatat laju erosi di area tegakan Akasia (Acacia mangium), Ekaliptus (Eucaliptus pellita), Daerah Pelestarian Satwa Liar (DPSL) sebagai kawasan tidak terganggu, Penebangan dan Jalan Sarad berturut-turut: 3.0, 3.2, 1.5, 4.8 dan 5.0 (ton ha-1 tahun-1). Meskipun tingkat erosi terbilang tinggi seperti di area Penebangan dan Jalan Sarad, Tingkat Bahaya Erosi (TBE) masih rendah. Berdasarkan hasil analisis contoh tanah, hampir seluruh area memiliki tingkat kemasaman yang tinggi dan bertaraf kesuburan rendah.
{"title":"Tingkat Bahaya Erosi dan Status Kesuburan Lahan di Area Konsesi Hutan Tanaman Industri di Kalimantan Tengah","authors":"Wahyu Iskandar, Hendrayanto, Zulkarnaen Muhammad Nizar, Y. Jung","doi":"10.29244/jitl.25.2.46-55","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jitl.25.2.46-55","url":null,"abstract":"Dinamika perubahan tutupan lahan dapat mempengaruhi aliran permukaan dan selanjutnya erosi permukaan. Tebang habis, sebagai bentuk penerapan sistem silvikultur tentunya akan menurunkan evapotranspirasi dan menyebabkan meningkatnya jumlah air permukaan. Pemodelan dengan USLE menujukkan bahwa penggunaan tutupan lahan mempengaruhi mempengaruhi peningkatan erosi permukaan. Erosi dapat mencuci unrsur hara dan tentunya berdampak terhadap penurunan kesuburan tanah. Penelitian ini memetakan tingkat bahaya erosi di area konsesi hutan tanaman industri di Kalimantan Tengah. Dalam penelitian ini tercatat laju erosi di area tegakan Akasia (Acacia mangium), Ekaliptus (Eucaliptus pellita), Daerah Pelestarian Satwa Liar (DPSL) sebagai kawasan tidak terganggu, Penebangan dan Jalan Sarad berturut-turut: 3.0, 3.2, 1.5, 4.8 dan 5.0 (ton ha-1 tahun-1). Meskipun tingkat erosi terbilang tinggi seperti di area Penebangan dan Jalan Sarad, Tingkat Bahaya Erosi (TBE) masih rendah. Berdasarkan hasil analisis contoh tanah, hampir seluruh area memiliki tingkat kemasaman yang tinggi dan bertaraf kesuburan rendah.","PeriodicalId":485819,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan","volume":" 35","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"138962481","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-19DOI: 10.29244/jitl.25.2.56-63
Iffah Izzatuddinillah
Daerah aliran sungai merupakan sebuah ruang yang memiliki peran penting dalam menjaga lingkungan dan kestabilan hidrologi suatu wilayah. Penyebab-penyebab yang kerap terjadi adalah konversi lahan dalam bentuk vegetasi menjadi non vegetasi sehingga menurunkan fungsi idrologi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan, kestabilan fungsi hidrologi DAS Air Bengkulu dan arahan pengelolaan DAS Air Bengkulu. Metode analisis yang digunakan adalah interpretasi visual citra, perhitungan statistik KRA dan arahan pengelolaan DAS. Berdasarkan hasil analisis perubahan penggunaan lahan pada tahun 2010-2015 terjadi peningkatan luas didominasi lahan permukiman 674.97 ha, perkebunan 606.98 ha dan penurunan dominan pada lahan hutan 1,177.25 ha. Pada periode 2015-2020 peningkatan signifikan pada lahan tegalan/ladang 1,383.09 ha, serta penurunan dominan pada lahan perkebunan dengan luas 1,202.91 ha. Karateristik hidrologi dilihat dari hasil analisis koefisesn regim aliran (KRA), hasil analisis KRA pada tahun 2012 dengan nilai 33.03 kelas rendah, tahun 2015 dengan nilai 25.91 kelas rendah dan tahun 2020 dengan nilai 313.49 kelas sangat tinggi. Berdasarkan skenario penggunaan lahan, kelas rendah pada tahun 2012 dan 2015, termasuk klasifikasi baik sehingga hidrologi DAS berjalan sesuai dengan fungsinya dengan penggunaan lahan dominan perkebunan yang mengalami peningkatan pada tahun 2010 sebesar 62.65 % dan tahun 2015 dengan nilai 63.82%, namun kondisi KRA tahun 2020 tergolong buruk, penggunaan lahan yang menyebabkan nilai KRA sangat tinggi, disebabkan oleh perubahan penggunaan lahan hutan yaitu 19.77% dan perkebunan 61.51% mengalami penurunan luas, sedangkan permukiman, ladang/tegalan, semak belukar, dan tambang meningkat. Berdasarkan analisis keselarasan, kelas KRA, penggunaan lahan dan pola ruang, Skenario RTRW menghasilkan nilai selaras yaitu 65%, transisi 16% dan tidak selaras 19%. Mayoritas penggunaan lahan yang tidak selaras dengan pola ruang adalah berasal dari hutan, pertambangan dan perkebunan. Maka perlu dilakukan pengelolaan DAS Air Bengkulu terhadap lahan yang tidak selaras dengan arahan penggunaan lahan dan konservasi.
{"title":"Analisis Penggunaan Lahan dan Pola Ruang Berbasis Koefisien Regim Aliran (KRA) pada DAS Air Bengkulu","authors":"Iffah Izzatuddinillah","doi":"10.29244/jitl.25.2.56-63","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jitl.25.2.56-63","url":null,"abstract":"Daerah aliran sungai merupakan sebuah ruang yang memiliki peran penting dalam menjaga lingkungan dan kestabilan hidrologi suatu wilayah. Penyebab-penyebab yang kerap terjadi adalah konversi lahan dalam bentuk vegetasi menjadi non vegetasi sehingga menurunkan fungsi idrologi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan penggunaan lahan, kestabilan fungsi hidrologi DAS Air Bengkulu dan arahan pengelolaan DAS Air Bengkulu. Metode analisis yang digunakan adalah interpretasi visual citra, perhitungan statistik KRA dan arahan pengelolaan DAS. Berdasarkan hasil analisis perubahan penggunaan lahan pada tahun 2010-2015 terjadi peningkatan luas didominasi lahan permukiman 674.97 ha, perkebunan 606.98 ha dan penurunan dominan pada lahan hutan 1,177.25 ha. Pada periode 2015-2020 peningkatan signifikan pada lahan tegalan/ladang 1,383.09 ha, serta penurunan dominan pada lahan perkebunan dengan luas 1,202.91 ha. Karateristik hidrologi dilihat dari hasil analisis koefisesn regim aliran (KRA), hasil analisis KRA pada tahun 2012 dengan nilai 33.03 kelas rendah, tahun 2015 dengan nilai 25.91 kelas rendah dan tahun 2020 dengan nilai 313.49 kelas sangat tinggi. Berdasarkan skenario penggunaan lahan, kelas rendah pada tahun 2012 dan 2015, termasuk klasifikasi baik sehingga hidrologi DAS berjalan sesuai dengan fungsinya dengan penggunaan lahan dominan perkebunan yang mengalami peningkatan pada tahun 2010 sebesar 62.65 % dan tahun 2015 dengan nilai 63.82%, namun kondisi KRA tahun 2020 tergolong buruk, penggunaan lahan yang menyebabkan nilai KRA sangat tinggi, disebabkan oleh perubahan penggunaan lahan hutan yaitu 19.77% dan perkebunan 61.51% mengalami penurunan luas, sedangkan permukiman, ladang/tegalan, semak belukar, dan tambang meningkat. Berdasarkan analisis keselarasan, kelas KRA, penggunaan lahan dan pola ruang, Skenario RTRW menghasilkan nilai selaras yaitu 65%, transisi 16% dan tidak selaras 19%. Mayoritas penggunaan lahan yang tidak selaras dengan pola ruang adalah berasal dari hutan, pertambangan dan perkebunan. Maka perlu dilakukan pengelolaan DAS Air Bengkulu terhadap lahan yang tidak selaras dengan arahan penggunaan lahan dan konservasi.","PeriodicalId":485819,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan","volume":"105 19","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"138959426","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-19DOI: 10.29244/jitl.25.2.40-45
Sarah Sakinah Umadi
Konsorsium bakteri penambat nitrogen dan pelarut fosfat dapat dijadikan pupuk hayati untuk meningkatkan ketersediaan hara tanaman seperti nitrogen (N) dan fosfor (P). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakter dan kompatibilitas bakteri penambat nitrogen dan bakteri pelarut fosfat serta membandingkan viabilitasnya dalam media pembawa yang berbeda, yaitu pada biochar berbahan arang sekam dan tongkol jagung. Penelitian ini terdiri dari uji patogenitas (uji hipersensitivitas dan uji aktivitas hemolitik), uji kemampuan penambatan nitrogen (uji Nessler), uji kemampuan pelarut fosfat pada media Pikovskaya padat, uji kompatibilitas, dan uji viabilitas. Hasil penelitian menunjukkan isolat KPB4 merupakan patogen terhadap hewan atau manusia (uji aktivitas hemolitik). Isolat bakteri penambat nitrogen (KBP1, KBP2, dan KBP5) memiliki kelarutan N (ppm) masing-masing 54.86, 77.79, dan 76.28 serta memiliki konsentrasi NH3 (mg/L) masing-masing 66.61, 94.46, dan 92.63. Isolat bakteri pelarut fosfat (BPF9) memiliki indeks pelarutan fosfat sebesar 1.143. Masing-masing isolat bakteri penambat nitrogen kompatibel terhadap terhadap BPF9. Hasil menunjukkan populasi KBP2 dan KBP5 yang masing-masing dikonsorsiumkan dengan BPF 9 pada bahan pembawa biochar tongkol jagung memiliki populasi lebih tinggi (15.5 x 107 CFU/g) setelah 4 minggu penyimpanan. Kata kunci: penambat nitrogen, pelarut fosfat, bakteri konsorsium, biochar
{"title":"Characteristic and viability of nitrogen fixation bacteria and phosphate solubilizing bacteria in carrier media","authors":"Sarah Sakinah Umadi","doi":"10.29244/jitl.25.2.40-45","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jitl.25.2.40-45","url":null,"abstract":"Konsorsium bakteri penambat nitrogen dan pelarut fosfat dapat dijadikan pupuk hayati untuk meningkatkan ketersediaan hara tanaman seperti nitrogen (N) dan fosfor (P). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakter dan kompatibilitas bakteri penambat nitrogen dan bakteri pelarut fosfat serta membandingkan viabilitasnya dalam media pembawa yang berbeda, yaitu pada biochar berbahan arang sekam dan tongkol jagung. Penelitian ini terdiri dari uji patogenitas (uji hipersensitivitas dan uji aktivitas hemolitik), uji kemampuan penambatan nitrogen (uji Nessler), uji kemampuan pelarut fosfat pada media Pikovskaya padat, uji kompatibilitas, dan uji viabilitas. Hasil penelitian menunjukkan isolat KPB4 merupakan patogen terhadap hewan atau manusia (uji aktivitas hemolitik). Isolat bakteri penambat nitrogen (KBP1, KBP2, dan KBP5) memiliki kelarutan N (ppm) masing-masing 54.86, 77.79, dan 76.28 serta memiliki konsentrasi NH3 (mg/L) masing-masing 66.61, 94.46, dan 92.63. Isolat bakteri pelarut fosfat (BPF9) memiliki indeks pelarutan fosfat sebesar 1.143. Masing-masing isolat bakteri penambat nitrogen kompatibel terhadap terhadap BPF9. Hasil menunjukkan populasi KBP2 dan KBP5 yang masing-masing dikonsorsiumkan dengan BPF 9 pada bahan pembawa biochar tongkol jagung memiliki populasi lebih tinggi (15.5 x 107 CFU/g) setelah 4 minggu penyimpanan. \u0000Kata kunci: penambat nitrogen, pelarut fosfat, bakteri konsorsium, biochar","PeriodicalId":485819,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan","volume":" 53","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"138961175","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-12-19DOI: 10.29244/jitl.25.2.64-70
I. Fitriyani, Rahayu Widyastuti, Sri Malahayati Yusuf, Apsari Putri Wulandari
Kabupaten Bandung memiliki ketinggian tempat antara 675 mdpl – 2,100 mdpl dengan suhu udara berkisar 14oC sampai dengan 30oC. Perbedaan ketinggian tempat dapat menimbulkan perbedaan iklim dan cuaca sehingga dapat mempengaruhi transformasi hara dan populasi mikrob di dalam tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi sifat biologi dan kimia tanah, serta kaitannya antara sifat kimia dan fisika tanah pada berbagai ketinggian tempat di Bandung, Jawa barat. Pengambilan sampel tanah menggunakan metode Purposive Random Sampling dengan 5 kali ulangan. Sampel tanah terganggu diambil pada kedalaman 0-20 cm sebanyak ±1 kg, sedangkan contoh tanah utuh diambil menggunakan ring sampler. Pengambilan sampel tanah meliputi empat ketinggian tempat yaitu ketinggian 600 mdpl penggunaan lahan tanaman kol, ketinggian 1000 dan 1200 mdpl penggunaan lahan tanaman selada, serta ketinggian 1400 mdpl penggunaan lahan perkebunan kopi. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada ketinggian 1000 mdpl populasi bakteri pelarut fosfat (BPF) dapat tumbuh optimum sebesar 93.6 x 103 CFU g-1 dengan pH tanah agak masam, P-Total sangat tinggi, dan P-Tersedia sedang. Populasi fungi dapat tumbuh optimum sampai ketinggian 1200 mdpl. Total populasi fungi berkorelasi tinggi dengan unsur hara P-Total dan N-Total di dalam tanah. Respirasi tanah berkorelasi positif dengan semua parameter yang berhubungan dengan sifat kimia tanah. Nilai bobot isi terendah pada ketinggian 1200 mdpl bersesuaian dengan nilai C-organik dan porositas tertinggi pada ketinggian tersebut.
{"title":"Analisis Korelasi Sifat Biologi, Kimia dan Fisika Tanah pada Berbagai Ketinggian Tempat di Bandung, Jawa Barat","authors":"I. Fitriyani, Rahayu Widyastuti, Sri Malahayati Yusuf, Apsari Putri Wulandari","doi":"10.29244/jitl.25.2.64-70","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jitl.25.2.64-70","url":null,"abstract":"Kabupaten Bandung memiliki ketinggian tempat antara 675 mdpl – 2,100 mdpl dengan suhu udara berkisar 14oC sampai dengan 30oC. Perbedaan ketinggian tempat dapat menimbulkan perbedaan iklim dan cuaca sehingga dapat mempengaruhi transformasi hara dan populasi mikrob di dalam tanah. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi sifat biologi dan kimia tanah, serta kaitannya antara sifat kimia dan fisika tanah pada berbagai ketinggian tempat di Bandung, Jawa barat. Pengambilan sampel tanah menggunakan metode Purposive Random Sampling dengan 5 kali ulangan. Sampel tanah terganggu diambil pada kedalaman 0-20 cm sebanyak ±1 kg, sedangkan contoh tanah utuh diambil menggunakan ring sampler. Pengambilan sampel tanah meliputi empat ketinggian tempat yaitu ketinggian 600 mdpl penggunaan lahan tanaman kol, ketinggian 1000 dan 1200 mdpl penggunaan lahan tanaman selada, serta ketinggian 1400 mdpl penggunaan lahan perkebunan kopi. Hasil analisis menunjukkan bahwa pada ketinggian 1000 mdpl populasi bakteri pelarut fosfat (BPF) dapat tumbuh optimum sebesar 93.6 x 103 CFU g-1 dengan pH tanah agak masam, P-Total sangat tinggi, dan P-Tersedia sedang. Populasi fungi dapat tumbuh optimum sampai ketinggian 1200 mdpl. Total populasi fungi berkorelasi tinggi dengan unsur hara P-Total dan N-Total di dalam tanah. Respirasi tanah berkorelasi positif dengan semua parameter yang berhubungan dengan sifat kimia tanah. Nilai bobot isi terendah pada ketinggian 1200 mdpl bersesuaian dengan nilai C-organik dan porositas tertinggi pada ketinggian tersebut.","PeriodicalId":485819,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan","volume":" 11","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-12-19","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"138962750","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-04-01DOI: 10.29244/jitl.25.1.30-39
None Mahmud
Masyarakat yang mendiami sekitar hutan dalam menunjang kehidupan tidak terlepas dari interaksi dengan hutan, tak terkecuali dengan hutan lindung yang memicu kejadian erosi, sedimentasi, banjir dan longsor. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi perusakan antropogenik Hutan Lindung Wosi Rendani (HLWR) dan dampak yang ditimbulkan terhadap sedimen dan erosi. Penelitian dilakukan melalui survey dan analisis data dengan skoring. Kepala KPHL, polisi hutan dan pensiunan pegawai Dinas Kehutanan dipilih dalam pengambilan contoh dengan segaja. Hasil penelitian menunjukkan aktifitas antropogenik di area HLWR meliputi perambahan hutan, penebangan liar, perladangan berpindah dengan cara membakar, pengambilan tanah dan galian C, alih fungsi ke kawasan terbangun. Aktivitas antropogenik berdampak terhadap peningkatan sedimen dari tinggi menjadi sangat tinggi dan erosi berkategori sangat tinggi. Peningkatan sedimen dan erosi disebabkan oleh penyusutan dan perusakan HLWR sekarang tersisa 26% yang jika tidak segera dikelola dengan baik akan menjadi pemicu penyebab banjir maupun banjir bandang.
{"title":"Dampak Perusakan Antropogenik Terhadap Sedimentasi dan Erosi Pada Hutan Lindung Wosi Rendani Di Kabupaten Manokwari","authors":"None Mahmud","doi":"10.29244/jitl.25.1.30-39","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/jitl.25.1.30-39","url":null,"abstract":"Masyarakat yang mendiami sekitar hutan dalam menunjang kehidupan tidak terlepas dari interaksi dengan hutan, tak terkecuali dengan hutan lindung yang memicu kejadian erosi, sedimentasi, banjir dan longsor. Penelitian bertujuan untuk mengidentifikasi perusakan antropogenik Hutan Lindung Wosi Rendani (HLWR) dan dampak yang ditimbulkan terhadap sedimen dan erosi. Penelitian dilakukan melalui survey dan analisis data dengan skoring. Kepala KPHL, polisi hutan dan pensiunan pegawai Dinas Kehutanan dipilih dalam pengambilan contoh dengan segaja. Hasil penelitian menunjukkan aktifitas antropogenik di area HLWR meliputi perambahan hutan, penebangan liar, perladangan berpindah dengan cara membakar, pengambilan tanah dan galian C, alih fungsi ke kawasan terbangun. Aktivitas antropogenik berdampak terhadap peningkatan sedimen dari tinggi menjadi sangat tinggi dan erosi berkategori sangat tinggi. Peningkatan sedimen dan erosi disebabkan oleh penyusutan dan perusakan HLWR sekarang tersisa 26% yang jika tidak segera dikelola dengan baik akan menjadi pemicu penyebab banjir maupun banjir bandang.","PeriodicalId":485819,"journal":{"name":"Jurnal Ilmu Tanah dan Lingkungan","volume":"3 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-04-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135672444","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}