Industri permainan telah mengalami perkembangan pesat dalam beberapa tahun terakhir, ditandai dengan munculnya berbagai jenis permainan yang menarik dan inovatif. Salah satu tren yang sedang meningkat adalah popularitas game midcore yang berhasil menarik perhatian pemain dari berbagai kelompok. Karena daya tariknya, banyak studio game beralih ke pengembangan game midcore untuk mengeksplorasi potensi pasar yang luas dan mencapai kesuksesan yang lebih besar. Salah satu tantangan utama yang dihadapi dalam pengembangan game midcore oleh perusahaan adalah perancangan dan pembuatan komponen antarmuka pengguna (UI) yang efektif. Bagian UI merupakan aspek kritis dalam permainan karena secara langsung mempengaruhi pengalaman bermain dan keterlibatan pemain. Di samping itu, pada saat ini belum ada standar universal atau framework yang sepenuhnya mendukung pengembangan UI pada game midcore. Kurangnya alat bantu yang efisien dapat menyebabkan penundaan dan peningkatan beban kerja pada tim pengembang, yang akhirnya dapat berdampak pada keseluruhan pengalaman bermain dan kualitas produk. Dalam menghadapi tantangan pengembangan UI pada game midcore, penelitian ini menyajikan solusi dengan menerapkan design pattern untuk mengembangkan komponen UI game yang akan menjadi framework pada Unity Engine. Hasil validasi menunjukkan bahwa penggunaan framework ini menyebabkan efisiensi pada waktu pengembangan dan interaction cost. Efisiensi interaction cost sebesar 10% hingga 66% dan waktu pengembangan sebesar 28% hingga 91%. Selain itu, dari hasil survei pelanggan menggunakan metode perhitungan Customer Satisfaction Score (CSAT), diperoleh tingkat kepuasan pelanggan sebesar 78%. Nilai 78% dalam skala CSAT dianggap sebagai tingkat kepuasan "excellent response," yang menyiratkan bahwa menurut pelanggan, framework ini telah memiliki performa yang sangat baik.
{"title":"Peningkatan Fleksibilitas dan Kecepatan Pengembangan Permainan Melalui Penerapan Pola Desain Pada Komponen Unity UI","authors":"Adam Shidqul Aziz, Andhik Ampuh Yunanto, Umi Sa'adah, Sabila Jamal, Fadilah Fahrul Hardiansyah, Desy Intan Permatasari, None Nailussa`ada","doi":"10.34148/teknika.v12i3.679","DOIUrl":"https://doi.org/10.34148/teknika.v12i3.679","url":null,"abstract":"Industri permainan telah mengalami perkembangan pesat dalam beberapa tahun terakhir, ditandai dengan munculnya berbagai jenis permainan yang menarik dan inovatif. Salah satu tren yang sedang meningkat adalah popularitas game midcore yang berhasil menarik perhatian pemain dari berbagai kelompok. Karena daya tariknya, banyak studio game beralih ke pengembangan game midcore untuk mengeksplorasi potensi pasar yang luas dan mencapai kesuksesan yang lebih besar. Salah satu tantangan utama yang dihadapi dalam pengembangan game midcore oleh perusahaan adalah perancangan dan pembuatan komponen antarmuka pengguna (UI) yang efektif. Bagian UI merupakan aspek kritis dalam permainan karena secara langsung mempengaruhi pengalaman bermain dan keterlibatan pemain. Di samping itu, pada saat ini belum ada standar universal atau framework yang sepenuhnya mendukung pengembangan UI pada game midcore. Kurangnya alat bantu yang efisien dapat menyebabkan penundaan dan peningkatan beban kerja pada tim pengembang, yang akhirnya dapat berdampak pada keseluruhan pengalaman bermain dan kualitas produk. Dalam menghadapi tantangan pengembangan UI pada game midcore, penelitian ini menyajikan solusi dengan menerapkan design pattern untuk mengembangkan komponen UI game yang akan menjadi framework pada Unity Engine. Hasil validasi menunjukkan bahwa penggunaan framework ini menyebabkan efisiensi pada waktu pengembangan dan interaction cost. Efisiensi interaction cost sebesar 10% hingga 66% dan waktu pengembangan sebesar 28% hingga 91%. Selain itu, dari hasil survei pelanggan menggunakan metode perhitungan Customer Satisfaction Score (CSAT), diperoleh tingkat kepuasan pelanggan sebesar 78%. Nilai 78% dalam skala CSAT dianggap sebagai tingkat kepuasan \"excellent response,\" yang menyiratkan bahwa menurut pelanggan, framework ini telah memiliki performa yang sangat baik.","PeriodicalId":52620,"journal":{"name":"Teknika","volume":"109 2","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-07","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135545448","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-11-06DOI: 10.34148/teknika.v12i3.702
Yosefina Finsensia Riti, Yulia Wahyuningsih, Josephine Roosandriantini, Paulus William Siswanto
Warisan budaya merupakan salah satu bagian yang penting dalam budaya Indonesia dan perlu dilestarikan keberadaanya, salah satu warisan budaya yang perlu dilestarikan yaitu Rumah adat. Informasi terkait rumah adat juga cenderung dicari oleh masyarakat untuk kepentingan pendidikan dalam dunia pengenalan budaya, arsitektur, maupun dalam bidang pariwisata. Hingga saat ini masih banyak daerah di Indonesia yang masih memiliki rumah adatnya dengan tujuan untuk mempertahankan nilai budaya, sebagai tempat pertemuan acara adat, maupun sebagai objek wisata. Salah satunya adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang memiliki beragam rumah adat seperti Sao Ngada (Suku Bajawa), Sao Ria (Suku Ende), Ume Kbubu (Suku Timor), Sao Ata Mosa Lakitana (Sumba), dan Mbaru Niang (Suku Wae Rebo). Keanekagaraman bentuk, kemiripan material penyusun, dan kemiripan bangunan dapat membuat sebagian masyarakat awam kesulitan dalam membedakan jenis atau nama antara rumah adat yang satu dengan rumah adat yang lain. Oleh karena itu diperlukan teknologi digital yang dapat mengindentifikasi dan mengklasifikasikan rumah adat, sehingga dapat membantu wisatawan, maupun masyarakat umum yang mempelajari seputar rumah adat dalam membedakan jenis rumah adat tertentu. Dalam Penelitian ini model deep learning diterapkan untuk identifikasi dan klasifikasi rumah adat, dengan menggunakan algoritma Convolutional Neural Network (CNN) dan Capsule Networks (CapsNet). Penelitian ini bertujuan membandingkan algoritma deep learning, CNN menggunakan arsitektur Resnet50V2 dan CapsNet, dimana dataset yang digunakan terdiri dari 500 data rumah adat di NTT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CNN memiliki nilai akurasi sekitar 98% dengan nilai loss sekitar 0,72, sedangkan CapsNet memiliki nilai akurasi sekitar 72% dengan nilai loss sekitar 1,73%. Berdasarkan hasil klasifikasi tersebut dalam kasus ini, disimpulkan bahwa CNN lebih baik dalam mengklasifikasikan objek rumah adat dibandingkan dengan CapsNet. Oleh karena itu untuk pekerjaan lebih lanjut dapat dilakukan perbaikan parameter tuning untuk algoritma CapsNet dan juga dapat mengimplementasikan CNN dalam pembuatan aplikasi untuk identifikasi dan klasifikasi objek rumah adat sehingga dapat membantu Masyarakat umum dalam membedakan jenis rumah adat melalui aplikasi tersebut.
{"title":"Perbandingan Algoritma Convolutional Neural Netwok dan Capsule Network Dalam Klasifikasi Jenis Rumah Adat","authors":"Yosefina Finsensia Riti, Yulia Wahyuningsih, Josephine Roosandriantini, Paulus William Siswanto","doi":"10.34148/teknika.v12i3.702","DOIUrl":"https://doi.org/10.34148/teknika.v12i3.702","url":null,"abstract":"Warisan budaya merupakan salah satu bagian yang penting dalam budaya Indonesia dan perlu dilestarikan keberadaanya, salah satu warisan budaya yang perlu dilestarikan yaitu Rumah adat. Informasi terkait rumah adat juga cenderung dicari oleh masyarakat untuk kepentingan pendidikan dalam dunia pengenalan budaya, arsitektur, maupun dalam bidang pariwisata. Hingga saat ini masih banyak daerah di Indonesia yang masih memiliki rumah adatnya dengan tujuan untuk mempertahankan nilai budaya, sebagai tempat pertemuan acara adat, maupun sebagai objek wisata. Salah satunya adalah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) yang memiliki beragam rumah adat seperti Sao Ngada (Suku Bajawa), Sao Ria (Suku Ende), Ume Kbubu (Suku Timor), Sao Ata Mosa Lakitana (Sumba), dan Mbaru Niang (Suku Wae Rebo). Keanekagaraman bentuk, kemiripan material penyusun, dan kemiripan bangunan dapat membuat sebagian masyarakat awam kesulitan dalam membedakan jenis atau nama antara rumah adat yang satu dengan rumah adat yang lain. Oleh karena itu diperlukan teknologi digital yang dapat mengindentifikasi dan mengklasifikasikan rumah adat, sehingga dapat membantu wisatawan, maupun masyarakat umum yang mempelajari seputar rumah adat dalam membedakan jenis rumah adat tertentu. Dalam Penelitian ini model deep learning diterapkan untuk identifikasi dan klasifikasi rumah adat, dengan menggunakan algoritma Convolutional Neural Network (CNN) dan Capsule Networks (CapsNet). Penelitian ini bertujuan membandingkan algoritma deep learning, CNN menggunakan arsitektur Resnet50V2 dan CapsNet, dimana dataset yang digunakan terdiri dari 500 data rumah adat di NTT. Hasil penelitian menunjukkan bahwa CNN memiliki nilai akurasi sekitar 98% dengan nilai loss sekitar 0,72, sedangkan CapsNet memiliki nilai akurasi sekitar 72% dengan nilai loss sekitar 1,73%. Berdasarkan hasil klasifikasi tersebut dalam kasus ini, disimpulkan bahwa CNN lebih baik dalam mengklasifikasikan objek rumah adat dibandingkan dengan CapsNet. Oleh karena itu untuk pekerjaan lebih lanjut dapat dilakukan perbaikan parameter tuning untuk algoritma CapsNet dan juga dapat mengimplementasikan CNN dalam pembuatan aplikasi untuk identifikasi dan klasifikasi objek rumah adat sehingga dapat membantu Masyarakat umum dalam membedakan jenis rumah adat melalui aplikasi tersebut.","PeriodicalId":52620,"journal":{"name":"Teknika","volume":"170 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-11-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"135723648","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Cooling bed dalam produksi baja lembaran merupakan salah satu komponen terpenting dalam proses pembuatan baja lembaran (section rolling mill). Fungsinya untuk mendinginkan dan mengatur suhu baja lembaran yang baru saja mengalami proses penggulungan atau pembentukan di rolling mill. Pada proses pengerolan ini, baja panas digulung atau dipadatkan dalam serangkaian gulungan untuk mendapatkan profil atau bentuk yang diinginkan. Penelitian ini dijelaskan tentang sistem kendali pada mesin cooling bed dengan menggunakan Human Machine Interface (HMI) dan control desk. Cooling bed memanfaatkan sistem kendali loop tertutup dengan pengendalian berdasarkan jumlah cycle, dimana cycle yang digunakan sebanyak 4 cycle. Pada pengujian mesin cooling bed ini yang berdasarkan produk baja profil memiliki perbedaan jarak dan juga jumlah maksimal cycle. Proses cycle pada mesin cooling bed ini bertujuan untuk memindahkan baja profil dalam proses pendinginan secara bertahap agar bisa diteruskan menuju mesin pelurus baja (straightening machine). Untuk merubah jumlah cycle pada mesin cooling bed ini dapat diatur melalui counter pada control desk dan juga bisa melalui layar monitor HMI. Penelitian yang dilaksanakan kali ini dapat mengetahui dan menganalisis perbedaan antara jarak cycle mesin cooling bed yang disebabkan oleh perbedaan produk dan ukuran baja profil yang dibuat, jadi setiap masing-masing produk memiliki standar ukurannya sendiri yang dimana standar ukuran tersebut dapat mempengaruhi jumlah cycle pada mesin cooling bed. Pada saat jumlah counter 4 cycle maka produk baja L 150 mm x150 mm x 10 mm bergerak sejauh 50 cm, produk baja H 150 mm x150 mm x 7mm bergerak sejauh 50 cm, produk baja WF 250 mm x125 mm x 6 mm bergerak sejauh 60 cm, produk baja U 250 mm x 125 mm x 6mm bergerak sejauh 55 cm, dan produk baja WF 300 mm x 150 x 6,5 mm bergerak sejauh 65 cm.
扁钢生产中的冷床是扁钢生产过程(型钢轧机)中最重要的部件之一。它的作用是冷却和调节刚刚在轧机中经过轧制或成型工序的扁钢的温度。在轧制过程中,热钢在一系列轧辊中进行轧制或压制,以获得所需的轮廓或形状。本研究介绍了使用人机界面(HMI)和控制台的冷床设备控制系统。冷床采用闭环控制系统,根据循环次数进行控制,使用的循环次数为 4 次。在测试基于型钢产品的冷床时,距离和最大循环次数存在差异。该冷床的循环过程旨在使型钢在冷却过程中逐渐移动,以便将其送至矫直机。要改变冷床机器的循环次数,可以通过控制台上的计数器和人机界面监控屏幕进行调整。通过这次的研究,可以发现和分析出由于产品的不同和型钢制作尺寸的不同所造成的冷床循环距离的差异,因此每种产品都有自己的尺寸标准,而尺寸标准会影响冷床的循环次数。当循环次数为 4 次时,L 150 mm x 150 mm x 10 mm 的钢制品移动 50 厘米,H 150 mm x 150 mm x 7 mm 的钢制品移动 50 厘米,WF 250 mm x 125 mm x 6 mm 的钢制品移动 60 厘米,U 250 mm x 125 mm x 6 mm 的钢制品移动 55 厘米,WF 300 mm x 150 x 6.5 mm 的钢制品移动 65 厘米。
{"title":"SISTEM KENDALI JUMLAH CYCLE PADA MESIN COOLING BED DALAM PROSES PENDINGINAN PRODUK BAJA PROFIL (SECTION MILL)","authors":"Fadel Montoya, Irwanto Irwanto, Okta Hanggar Dwi Prastyo","doi":"10.52561/teknika.v8i2.273","DOIUrl":"https://doi.org/10.52561/teknika.v8i2.273","url":null,"abstract":"Cooling bed dalam produksi baja lembaran merupakan salah satu komponen terpenting dalam proses pembuatan baja lembaran (section rolling mill). Fungsinya untuk mendinginkan dan mengatur suhu baja lembaran yang baru saja mengalami proses penggulungan atau pembentukan di rolling mill. Pada proses pengerolan ini, baja panas digulung atau dipadatkan dalam serangkaian gulungan untuk mendapatkan profil atau bentuk yang diinginkan. Penelitian ini dijelaskan tentang sistem kendali pada mesin cooling bed dengan menggunakan Human Machine Interface (HMI) dan control desk. Cooling bed memanfaatkan sistem kendali loop tertutup dengan pengendalian berdasarkan jumlah cycle, dimana cycle yang digunakan sebanyak 4 cycle. Pada pengujian mesin cooling bed ini yang berdasarkan produk baja profil memiliki perbedaan jarak dan juga jumlah maksimal cycle. Proses cycle pada mesin cooling bed ini bertujuan untuk memindahkan baja profil dalam proses pendinginan secara bertahap agar bisa diteruskan menuju mesin pelurus baja (straightening machine). Untuk merubah jumlah cycle pada mesin cooling bed ini dapat diatur melalui counter pada control desk dan juga bisa melalui layar monitor HMI. Penelitian yang dilaksanakan kali ini dapat mengetahui dan menganalisis perbedaan antara jarak cycle mesin cooling bed yang disebabkan oleh perbedaan produk dan ukuran baja profil yang dibuat, jadi setiap masing-masing produk memiliki standar ukurannya sendiri yang dimana standar ukuran tersebut dapat mempengaruhi jumlah cycle pada mesin cooling bed. Pada saat jumlah counter 4 cycle maka produk baja L 150 mm x150 mm x 10 mm bergerak sejauh 50 cm, produk baja H 150 mm x150 mm x 7mm bergerak sejauh 50 cm, produk baja WF 250 mm x125 mm x 6 mm bergerak sejauh 60 cm, produk baja U 250 mm x 125 mm x 6mm bergerak sejauh 55 cm, dan produk baja WF 300 mm x 150 x 6,5 mm bergerak sejauh 65 cm.","PeriodicalId":52620,"journal":{"name":"Teknika","volume":"22 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139308046","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-10-31DOI: 10.52561/teknika.v8i2.281
A. Purwono, Johanes Wawan Joharwan, Agus Jamaldi, Agus Eka Laksmana
Program Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 menjadi target negara-negara di dunia dalam mengembangkan Rebewable and Green Energy termasuk di Indonesia. Perkembangan tersebut akan lebih efektif bila didukung dengan perkembangan meterial yang ramah lingkungan. Material baru yang unggul dapat dihasilkan dari penggabungan dua atau lebih material yang berbeda sifat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik bahan komposit berpenguat serat gelas dan kain limbah industri garmen sebagai alternatif material pendukung energi terbarukan. Proses pencetakan dilakukan secara hand lay-up menggunakan matrik poliester BQTN 157 Ex Yukalac dengan persentase kandungan pengat 100% serat kain, 100% serat gelas, 25% serat kain / 75% serat gelas, 50% serat kain / 50% serat gelas, 75% serat kain / 25% serat gelas, penguat fraksi volume sebesar 40% digunakan pada masing-masing variasi. Standart ASTM D 5941 digunakan sebagai acuan dalam prosedur pengujian impact. Hasil pengujian menunjukkan bahwa impact strength yang terbaik pada komposit berpenguat 75% gelas / 25% kain, nilainya yaitu 16,05 kJ/m², sedangkan komposit berpenguat 100% gelas dan 50% gelas / 50% kain memiliki impact strength yang hampir sama, nilainya 11,5 kJ/m².
{"title":"KETAHANAN IMPACT KOMPOSIT HYBRID KAIN LIMBAH GARMEN DAN SERAT GELAS SEBAGAI MATERIAL PENDUKUNG ENERGI TERBARUKAN","authors":"A. Purwono, Johanes Wawan Joharwan, Agus Jamaldi, Agus Eka Laksmana","doi":"10.52561/teknika.v8i2.281","DOIUrl":"https://doi.org/10.52561/teknika.v8i2.281","url":null,"abstract":"Program Net Zero Emission (NZE) pada tahun 2060 menjadi target negara-negara di dunia dalam mengembangkan Rebewable and Green Energy termasuk di Indonesia. Perkembangan tersebut akan lebih efektif bila didukung dengan perkembangan meterial yang ramah lingkungan. Material baru yang unggul dapat dihasilkan dari penggabungan dua atau lebih material yang berbeda sifat. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik bahan komposit berpenguat serat gelas dan kain limbah industri garmen sebagai alternatif material pendukung energi terbarukan. Proses pencetakan dilakukan secara hand lay-up menggunakan matrik poliester BQTN 157 Ex Yukalac dengan persentase kandungan pengat 100% serat kain, 100% serat gelas, 25% serat kain / 75% serat gelas, 50% serat kain / 50% serat gelas, 75% serat kain / 25% serat gelas, penguat fraksi volume sebesar 40% digunakan pada masing-masing variasi. Standart ASTM D 5941 digunakan sebagai acuan dalam prosedur pengujian impact. Hasil pengujian menunjukkan bahwa impact strength yang terbaik pada komposit berpenguat 75% gelas / 25% kain, nilainya yaitu 16,05 kJ/m², sedangkan komposit berpenguat 100% gelas dan 50% gelas / 50% kain memiliki impact strength yang hampir sama, nilainya 11,5 kJ/m².","PeriodicalId":52620,"journal":{"name":"Teknika","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139309473","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-10-31DOI: 10.52561/teknika.v8i2.290
Ratu Farah Humainah, Suhendar, Y. Rizky
Sistem transmisi daya berfungsi untuk mengurangi tegangan dari 150 kV menjadi 20 kV sebagai bagian integral dari gardu induk. Saat dalam operasi, gardu induk membutuhkan suplai daya listrik berjenis arus searah / DC (Direct Current) sebagai sarana kontrol untuk mendukung operasionalnya. Arus searah yang diperlukan oleh gardu induk dihasilkan melalui penyearah dan baterai yang terpasang dalam sistem instalasi. Sistem DC ini disusun sejajar dengan beban untuk mendukung fungsi gardu induk. Baterai berperan sebagai sumber cadangan daya DC. Hal ini diupayakan untuk memastikan keandalan, pemeliharaan baterai sangat penting agar dapat menyediakan daya DC dalam situasi gangguan. Perawatan berkala diperlukan agar baterai dapat beroperasi pada kinerja maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keandalan dan kesesuaian baterai 110 V di gardu induk Sepatan setelah melalui proses perawatan. Pengumpulan data dilakukan untuk mendukung penelitian di Gardu Induk Sepatan 150 kV. Pengujian tegangan per-sel baterai 110 Vdc di Gardu Induk Sepatan dengan merek SAFT NIFE, tipe SBLE 300-2, kapasitas 300 Ah, dan jumlah sel 88 menunjukkan bahwa kondisi tegangan rata-rata baterai sebelum BCT (Baterry Capacity Test) sebesar 1,32 V. Pengisian daya dilakukan dengan menggunakan metode boosting baterai dengan rentang tegangan antara 1,30 V hingga 1,45 V. Suhu rata-rata pada baterai 110 Vdc mencapai 29°C, dan berat jenis elektrolit pada pengukuran baterai 110 Vdc mencapai 1,221 gr/cm3. Pengukuran tegangan pada setiap sel baterai 110 Vdc dilakukan selama 5 jam, dan tegangan total yang terukur mencapai 112,7 V. Data tersebut menunjukkan bahwa kondisi baterai 110 Vdc di gardu induk 150 kV Sepatan dianggap selalu baik dan siap digunakan ketika menghadapi permasalahan.
{"title":"ANALISIS PENYEBAB TERJADI EROR DALAM TEGANGAN BATERAI 110 V PADA GARDU INDUK SEPATAN","authors":"Ratu Farah Humainah, Suhendar, Y. Rizky","doi":"10.52561/teknika.v8i2.290","DOIUrl":"https://doi.org/10.52561/teknika.v8i2.290","url":null,"abstract":"Sistem transmisi daya berfungsi untuk mengurangi tegangan dari 150 kV menjadi 20 kV sebagai bagian integral dari gardu induk. Saat dalam operasi, gardu induk membutuhkan suplai daya listrik berjenis arus searah / DC (Direct Current) sebagai sarana kontrol untuk mendukung operasionalnya. Arus searah yang diperlukan oleh gardu induk dihasilkan melalui penyearah dan baterai yang terpasang dalam sistem instalasi. Sistem DC ini disusun sejajar dengan beban untuk mendukung fungsi gardu induk. Baterai berperan sebagai sumber cadangan daya DC. Hal ini diupayakan untuk memastikan keandalan, pemeliharaan baterai sangat penting agar dapat menyediakan daya DC dalam situasi gangguan. Perawatan berkala diperlukan agar baterai dapat beroperasi pada kinerja maksimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi keandalan dan kesesuaian baterai 110 V di gardu induk Sepatan setelah melalui proses perawatan. Pengumpulan data dilakukan untuk mendukung penelitian di Gardu Induk Sepatan 150 kV. Pengujian tegangan per-sel baterai 110 Vdc di Gardu Induk Sepatan dengan merek SAFT NIFE, tipe SBLE 300-2, kapasitas 300 Ah, dan jumlah sel 88 menunjukkan bahwa kondisi tegangan rata-rata baterai sebelum BCT (Baterry Capacity Test) sebesar 1,32 V. Pengisian daya dilakukan dengan menggunakan metode boosting baterai dengan rentang tegangan antara 1,30 V hingga 1,45 V. Suhu rata-rata pada baterai 110 Vdc mencapai 29°C, dan berat jenis elektrolit pada pengukuran baterai 110 Vdc mencapai 1,221 gr/cm3. Pengukuran tegangan pada setiap sel baterai 110 Vdc dilakukan selama 5 jam, dan tegangan total yang terukur mencapai 112,7 V. Data tersebut menunjukkan bahwa kondisi baterai 110 Vdc di gardu induk 150 kV Sepatan dianggap selalu baik dan siap digunakan ketika menghadapi permasalahan.","PeriodicalId":52620,"journal":{"name":"Teknika","volume":"18 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139308211","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Selama proses produksi, mesin pemotong memproduksi beragam tipe produk baja, seperti Equel Angel, I beam, H beam, WF beam, dan U channel sesuai dengan standar pabrik dan sesuai dengan permintaan pelanggan. Operator QC (Quality Control) memotong sampel baja profil dengan hot saw di pabrik Krakatau Baja Konstruksi. Penelitian ini memastikan bahwa bar baja yang dibuat sesuai dengan kriteria perusahaan melalui penggunaan hot saw. Penelitian ini menggunakan observasi dan wawancara. Saat sebuah mesin menggunakan sensor dan tidak ada operator yang membantunya, mesin tersebut dianggap otomatis. Sistem kontrol mesin hot saw PT. Krakatau Baja Konstruksi sebagian besar adalah semi otomatis. Siemens WinCC digunakan untuk membuat HMI (Human Machine Interface) pada sistem kontrol mesin pemotong besi panas di PT. Krakatau Baja Konstruksi. Hal ini berfungsi sebagai gambar grafis mesin pemotong besi di area cooling bed pabrik produksi baja profil. Kondisi ini memudahkan operator untuk mengoperasikan mesin pemotong besi. Standar kontrol kualitas juga memiliki toleransi untuk batas deviasi toleransi atau patokan baja profil yang ditetapkan oleh PT. Krakatau Baja Konstruksi. Hasil penelitian menjelaskan bahwa semakin besar nilai volume dimensi produk yang dipotong oleh mesin hot saw, maka durasi pemotongannya semakin lama. Hal ini ditunjukkan dengan data volume dimensi produk 200 mm x 200 mm x 20 mm memiliki durasi pemotongan 6,19 detik.
{"title":"SISTEM KENDALI HOT SAW PADA PEMOTONGAN SAMPEL BAJA PROFIL","authors":"Asih Awalia, Bagus Dwi Cahyono, Okta Hanggar Dwi Prastyo","doi":"10.52561/teknika.v8i2.272","DOIUrl":"https://doi.org/10.52561/teknika.v8i2.272","url":null,"abstract":"Selama proses produksi, mesin pemotong memproduksi beragam tipe produk baja, seperti Equel Angel, I beam, H beam, WF beam, dan U channel sesuai dengan standar pabrik dan sesuai dengan permintaan pelanggan. Operator QC (Quality Control) memotong sampel baja profil dengan hot saw di pabrik Krakatau Baja Konstruksi. Penelitian ini memastikan bahwa bar baja yang dibuat sesuai dengan kriteria perusahaan melalui penggunaan hot saw. Penelitian ini menggunakan observasi dan wawancara. Saat sebuah mesin menggunakan sensor dan tidak ada operator yang membantunya, mesin tersebut dianggap otomatis. Sistem kontrol mesin hot saw PT. Krakatau Baja Konstruksi sebagian besar adalah semi otomatis. Siemens WinCC digunakan untuk membuat HMI (Human Machine Interface) pada sistem kontrol mesin pemotong besi panas di PT. Krakatau Baja Konstruksi. Hal ini berfungsi sebagai gambar grafis mesin pemotong besi di area cooling bed pabrik produksi baja profil. Kondisi ini memudahkan operator untuk mengoperasikan mesin pemotong besi. Standar kontrol kualitas juga memiliki toleransi untuk batas deviasi toleransi atau patokan baja profil yang ditetapkan oleh PT. Krakatau Baja Konstruksi. Hasil penelitian menjelaskan bahwa semakin besar nilai volume dimensi produk yang dipotong oleh mesin hot saw, maka durasi pemotongannya semakin lama. Hal ini ditunjukkan dengan data volume dimensi produk 200 mm x 200 mm x 20 mm memiliki durasi pemotongan 6,19 detik.","PeriodicalId":52620,"journal":{"name":"Teknika","volume":"10 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139306621","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-10-31DOI: 10.52561/teknika.v8i2.289
J. Prihatin, Irvan Saputra Al Amin Amin, Slamet Pambudi, Karminto Karminto
Standar emisi Euro-4 bagi kendaraan bermotor atau menerapkan sistem bahan bakar injeksi. Kualitas injektor hanya bisa diketahui dengan alat nozzle tester. Permasalahan utama adalah data tekanan hasil pengetesan pada nozzle tester saat sebelum dan setelah dilakukan servis tersebut menjadi acuan terhadap kesesuaian kualitas pengkabutan bahan bakar buku manual mesin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui performa tekanan minimal dan maksimal injektor diesel. Metode yang diterapkan adalah memberikan variasi jenis Bahan Bakar Minyak (BBM), jarak pemompaan dan interval pemompaan pada alat nozzle tester dengan desain eksperimen OA L4. Hasil yang dicapai adalah nilai maksimal tekanan kerja pada jack nozzle tester adalah 145 kg/cm2 dan minimal 126,6 kg/cm2. Komposisi ke-1 dengan variasi viskositas BBM solar, jarak penuh 24 cm, kecepatan penekanan tuas 10 kali/menit yang menghasilkan tekanan kerja maksimal. Sedangkan, tekanan minimal berada pada komposisi ke-4 dengan variasi viskositas BBM dexlite, jarak penuh 12 cm, kecepatan penekanan tuas 15 kali/menit. Sehingga alat ini bermanfaat dalam menentukan kualitas injektor diesel menggunakan teknik pengembangan dongkrak hidrolik botol.
{"title":"PENGARUH VISKOSITAS BBM, JARAK DAN KECEPATAN PEMOMPAAN TERHADAP PERFORMA TEKANAN HIDROLIK INJEKTOR MESIN DIESEL","authors":"J. Prihatin, Irvan Saputra Al Amin Amin, Slamet Pambudi, Karminto Karminto","doi":"10.52561/teknika.v8i2.289","DOIUrl":"https://doi.org/10.52561/teknika.v8i2.289","url":null,"abstract":"Standar emisi Euro-4 bagi kendaraan bermotor atau menerapkan sistem bahan bakar injeksi. Kualitas injektor hanya bisa diketahui dengan alat nozzle tester. Permasalahan utama adalah data tekanan hasil pengetesan pada nozzle tester saat sebelum dan setelah dilakukan servis tersebut menjadi acuan terhadap kesesuaian kualitas pengkabutan bahan bakar buku manual mesin. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui performa tekanan minimal dan maksimal injektor diesel. Metode yang diterapkan adalah memberikan variasi jenis Bahan Bakar Minyak (BBM), jarak pemompaan dan interval pemompaan pada alat nozzle tester dengan desain eksperimen OA L4. Hasil yang dicapai adalah nilai maksimal tekanan kerja pada jack nozzle tester adalah 145 kg/cm2 dan minimal 126,6 kg/cm2. Komposisi ke-1 dengan variasi viskositas BBM solar, jarak penuh 24 cm, kecepatan penekanan tuas 10 kali/menit yang menghasilkan tekanan kerja maksimal. Sedangkan, tekanan minimal berada pada komposisi ke-4 dengan variasi viskositas BBM dexlite, jarak penuh 12 cm, kecepatan penekanan tuas 15 kali/menit. Sehingga alat ini bermanfaat dalam menentukan kualitas injektor diesel menggunakan teknik pengembangan dongkrak hidrolik botol.","PeriodicalId":52620,"journal":{"name":"Teknika","volume":"73 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139308437","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-10-31DOI: 10.52561/teknika.v8i2.271
Ganesha Ganesha, Elvis Umbu Lolo, Yonathan Suryo Pambudi
Pengolahan air minum dengan sumber air baku sungai, diperlukan proses pengolahan lengkap yaitu proses fisika dan kimia dengan melibatkan salah satu proses terpenting yaitu koagulasi flokulasi. Sungai Bengawan Solo merupakan salah satu sumber air baku penting dalam sistem penyediaan minum, khususnya PDAM Kota Surakarta. Sebagai sumber air baku, sungai Bengawan Solo harus melalui proses pengolahan lengkap dengan melibatkan proses koagulasi flokulasi. Dalam prakteknya, proses koagulasi flokulasi yang dipergunakan dalam pengolahan air minum di PDAM Kota Surakarta masih menggunakan proses 100 % satu tahap. Proses koagulasi flokulasi 100% satu tahap memiliki kekurangan yang perlu dikaji jika dibandingkan dengan koagulasi flokulasi dua tahap, terutama pada sumber air baku permukaan yang memiliki kandungan kekeruhan dan bahan organik alami tinggi. Tujuan penelitian ini untuk mengusulkan implementasi proses koagulasi flokulasi dua tahap dalam pengolahan air minum. Metodologi dalam penelitian ini adalah dengan melakukan survei lapangan sungai Bengawan Solo, untuk menentukan titik pengambilan sampel. Alat utama yang dipergunakan adalah jar test, yang berfungsi sebagai prototipe dalam proses koagulasi, flokulasi dan sedimentasi dalam skala scale down. Analisis data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode koagulasi dua tahap (double stage coagulations) memiliki perbedaan yang signifikan serta lebih baik dibandingkan dengan metode koagulasi satu tahap (one stage coagulation). Dosis dan rasio pembubuhan koagulan terbaik menggunakan metode double stage coagulations terjadi pada dosis 50 ppm menggunakan rasio 25% - 75% dengan menunjukan hasil removal kekeruhan hingga 100% dan removal TDS hingga 15%. Metode double stage coagulations mampu menurunkan angka kekeruhan maksimum hingga 100% dan menurunkan angka TDS maksimum hingga 26,43%.
{"title":"EFEKTIFITAS PENGOLAHAN AIR SUNGAI BENGAWAN SOLO MENGGUNAKAN METODE DOUBLE STAGE COAGULATIONS UNTUK MENURUNKAN PARAMETER TURBIDITY DAN TOTAL DISSOLVED SOLID (TDS)","authors":"Ganesha Ganesha, Elvis Umbu Lolo, Yonathan Suryo Pambudi","doi":"10.52561/teknika.v8i2.271","DOIUrl":"https://doi.org/10.52561/teknika.v8i2.271","url":null,"abstract":"Pengolahan air minum dengan sumber air baku sungai, diperlukan proses pengolahan lengkap yaitu proses fisika dan kimia dengan melibatkan salah satu proses terpenting yaitu koagulasi flokulasi. Sungai Bengawan Solo merupakan salah satu sumber air baku penting dalam sistem penyediaan minum, khususnya PDAM Kota Surakarta. Sebagai sumber air baku, sungai Bengawan Solo harus melalui proses pengolahan lengkap dengan melibatkan proses koagulasi flokulasi. Dalam prakteknya, proses koagulasi flokulasi yang dipergunakan dalam pengolahan air minum di PDAM Kota Surakarta masih menggunakan proses 100 % satu tahap. Proses koagulasi flokulasi 100% satu tahap memiliki kekurangan yang perlu dikaji jika dibandingkan dengan koagulasi flokulasi dua tahap, terutama pada sumber air baku permukaan yang memiliki kandungan kekeruhan dan bahan organik alami tinggi. Tujuan penelitian ini untuk mengusulkan implementasi proses koagulasi flokulasi dua tahap dalam pengolahan air minum. Metodologi dalam penelitian ini adalah dengan melakukan survei lapangan sungai Bengawan Solo, untuk menentukan titik pengambilan sampel. Alat utama yang dipergunakan adalah jar test, yang berfungsi sebagai prototipe dalam proses koagulasi, flokulasi dan sedimentasi dalam skala scale down. Analisis data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penggunaan metode koagulasi dua tahap (double stage coagulations) memiliki perbedaan yang signifikan serta lebih baik dibandingkan dengan metode koagulasi satu tahap (one stage coagulation). Dosis dan rasio pembubuhan koagulan terbaik menggunakan metode double stage coagulations terjadi pada dosis 50 ppm menggunakan rasio 25% - 75% dengan menunjukan hasil removal kekeruhan hingga 100% dan removal TDS hingga 15%. Metode double stage coagulations mampu menurunkan angka kekeruhan maksimum hingga 100% dan menurunkan angka TDS maksimum hingga 26,43%.","PeriodicalId":52620,"journal":{"name":"Teknika","volume":"8 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139308391","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitiaan ini merupakan pengembangan penelitian sebelumnya dengan alat perebusan ecoprint (APEc_1). Alat ini sudah digunakan perusahaan untuk proses produksi ecoprint. Perkembangan permintaan produk berupa sepatu, tas dan dompet berbahan kulit ecoprint mengalami peningkatan yang cukup baik. Kondisi ini terkadang tidak diikuti dengan ketersedian bahan baku kulit yang telah diecoprint. Tujuan dari penelitiaan ini adalah mengembangkan desain alat yang dapat meningkatkan produksi dan dapat digunakan untuk proses perebusan bahan kain. Penelitian ini menggunakan metode ekperimen dengan pendekatan rasional kreatif. Metode ini cukup sederhana namun memberikan hasil yang optimal untuk kasus yang masih sederhana dan tidak banyak varibel pembentuk produk. Dimensi alat perebusan ecoprint 2 (APEc_2) didesain menggunakan dimensi kompor dua tungku untuk ukuran panjang dan lebar. Sedangkan untuk tinggi alat menggunakan dimensi antrometri umum, dimensi alat masih sama dengan APEc_1. Dengan metode rasional kreatif peneliti memperhatikan dimensi lingkar “lontong” pada APEc_1. Data yang diperoleh bahwa masih ada ruang cukup luas untuk dapat dimanfaatkan dengan menambah jumlah roll dari dua buah menjadi lima buah. Penambahan roll merubah bentuk tutup yang awalnya miring menjadi lurus untuk bisa menambah roll “lontong”. Hasil dari peneltian ini adalah alat perebusan APEc_2 dengan jumlah roll lima buah. Alat ini dapat diputar serempak menggunakan satu buah engkol pada salah satu roll yang terhubung dengan rantai penghubung roll lain. Roll terbuat dari pipa Stainless steel dengan demikian APEc_2 dapat digunakan untuk proses perebusan bahan baku kulit dan kain, serta perebusan dapat dilakukan secara bersama sama membutuhkan durasi waktu 2,5–3 jam dengan suhu diatas 70 derajat. Produktivitas 250 % lebih banyak dari APEc_1karena dari 2 roll “lontong” menjadi 5 roll. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa APEc_2 ini merupakan alat perebusan ecoprint yang multi fungsi.
{"title":"PENGEMBANGAN DESAIN ALAT REBUS ECOPRINT 2 (APEc_2) UNTUK MENINGKATKAN PRODUKTIFITAS PADA IKM “CITRA COLLECTION” KOTA TEGAL","authors":"Tofik Hidayat, Zuffah Zuffah, Siswiyanti Siswiyanti","doi":"10.52561/teknika.v8i2.279","DOIUrl":"https://doi.org/10.52561/teknika.v8i2.279","url":null,"abstract":"Penelitiaan ini merupakan pengembangan penelitian sebelumnya dengan alat perebusan ecoprint (APEc_1). Alat ini sudah digunakan perusahaan untuk proses produksi ecoprint. Perkembangan permintaan produk berupa sepatu, tas dan dompet berbahan kulit ecoprint mengalami peningkatan yang cukup baik. Kondisi ini terkadang tidak diikuti dengan ketersedian bahan baku kulit yang telah diecoprint. Tujuan dari penelitiaan ini adalah mengembangkan desain alat yang dapat meningkatkan produksi dan dapat digunakan untuk proses perebusan bahan kain. Penelitian ini menggunakan metode ekperimen dengan pendekatan rasional kreatif. Metode ini cukup sederhana namun memberikan hasil yang optimal untuk kasus yang masih sederhana dan tidak banyak varibel pembentuk produk. Dimensi alat perebusan ecoprint 2 (APEc_2) didesain menggunakan dimensi kompor dua tungku untuk ukuran panjang dan lebar. Sedangkan untuk tinggi alat menggunakan dimensi antrometri umum, dimensi alat masih sama dengan APEc_1. Dengan metode rasional kreatif peneliti memperhatikan dimensi lingkar “lontong” pada APEc_1. Data yang diperoleh bahwa masih ada ruang cukup luas untuk dapat dimanfaatkan dengan menambah jumlah roll dari dua buah menjadi lima buah. Penambahan roll merubah bentuk tutup yang awalnya miring menjadi lurus untuk bisa menambah roll “lontong”. Hasil dari peneltian ini adalah alat perebusan APEc_2 dengan jumlah roll lima buah. Alat ini dapat diputar serempak menggunakan satu buah engkol pada salah satu roll yang terhubung dengan rantai penghubung roll lain. Roll terbuat dari pipa Stainless steel dengan demikian APEc_2 dapat digunakan untuk proses perebusan bahan baku kulit dan kain, serta perebusan dapat dilakukan secara bersama sama membutuhkan durasi waktu 2,5–3 jam dengan suhu diatas 70 derajat. Produktivitas 250 % lebih banyak dari APEc_1karena dari 2 roll “lontong” menjadi 5 roll. Hal tersebut dapat dikatakan bahwa APEc_2 ini merupakan alat perebusan ecoprint yang multi fungsi.","PeriodicalId":52620,"journal":{"name":"Teknika","volume":"198 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"139307140","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2023-10-30DOI: 10.34148/teknika.v12i3.678
Dede Kurniadi, Asri Mulyani, Diar Nur Rizky
Data penelitian terakhir menunjukkan bahwa masyarakat merasa takut untuk melakukan pemeriksaan ke instansi kesehatan akibat kurangnya pengetahuan Covid-19, sehingga menyebabkan ketidak pedulian dalam aktivitas sehari-hari terhadap dampak dari situasi penyakit Covid-19. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah aplikasi sistem deteksi gejala awal penyakit Covid-19 berbasis mobile. Tujuan dari penelitian ini membuat aplikasi sistem deteksi penyakit Covid-19 dengan menerapkan metode pengklasifikasian Naïve Bayes sehingga mempermudah pengguna dalam melakukan tes mandiri gejala awal Covid-19. Metode perancangan yang digunakan adalah Extreme Programming (XP) yang terdiri dari planning, analysis, design, implementation, dan maintenance. Data yang digunakan terdiri dari 2 dataset yaitu dataset untuk pengklasifikasian penyakit Covid-19 dengan jumlah data sebanyak 44.453 dan dataset untuk pengklasifikasian varian Covid-19 berjumlah 128.769. Penelitian ini melakukan 2 kali pemodelan menggunakan Split Data dengan perbandingan 5:5 untuk klasifikasi penyakit Covid-19 dan perbandingan 3:7 untuk klasifikasi varian Covid-19. Hasil penelitian ini berhasil membangun Sistem deteksi penyakit Covid-19 berdasarkan gejala awal menggunakan algoritma Naïve Bayes berbasis android dan telah mampu memprediksi penyakit Covid-19 ke dalam 4 class dengan nilai F1-Score yaitu Allergy 0,98, Cold 0,61, Covid 0,56, dan Flu 0,95, serta gejala yang paling berpengaruh pada class Allergy yaitu CS13 (Loss of taste) dengan nilai 0,50, class Cold yaitu CS3 (Tiredness) dengan nilai 0,52, class Covid yaitu CS12 (Difficulty breathing) dengan nilai 0,51, dan class Flu yaitu CS19 (Sneezing) dengan nilai 0,53, sistem yang dibangun juga mampu memprediksi varian Covid-19 ke dalam 3 class dengan nilai F1-Score yaitu alpha 0,85, delta 0,78, dan omicron 0,93, serta gejala yang paling berpengaruh pada class Alpha yaitu VS3 (Loss of appetite) dengan nilai 0,74, class Delta yaitu VS12 (Cough) dengan nilai 0,87, dan class Omicron yaitu VS10 (Sore throat) dengan nilai 0,67, juga aplikasi berhasil dan dapat dirancang dengan pendekatan Extreme Programming (XP).
{"title":"Sistem Deteksi Penyakit Covid-19 Berdasarkan Gejala Awal Menggunakan Algoritma Naïve Bayes Berbasis Android","authors":"Dede Kurniadi, Asri Mulyani, Diar Nur Rizky","doi":"10.34148/teknika.v12i3.678","DOIUrl":"https://doi.org/10.34148/teknika.v12i3.678","url":null,"abstract":"Data penelitian terakhir menunjukkan bahwa masyarakat merasa takut untuk melakukan pemeriksaan ke instansi kesehatan akibat kurangnya pengetahuan Covid-19, sehingga menyebabkan ketidak pedulian dalam aktivitas sehari-hari terhadap dampak dari situasi penyakit Covid-19. Oleh karena itu dibutuhkan sebuah aplikasi sistem deteksi gejala awal penyakit Covid-19 berbasis mobile. Tujuan dari penelitian ini membuat aplikasi sistem deteksi penyakit Covid-19 dengan menerapkan metode pengklasifikasian Naïve Bayes sehingga mempermudah pengguna dalam melakukan tes mandiri gejala awal Covid-19. Metode perancangan yang digunakan adalah Extreme Programming (XP) yang terdiri dari planning, analysis, design, implementation, dan maintenance. Data yang digunakan terdiri dari 2 dataset yaitu dataset untuk pengklasifikasian penyakit Covid-19 dengan jumlah data sebanyak 44.453 dan dataset untuk pengklasifikasian varian Covid-19 berjumlah 128.769. Penelitian ini melakukan 2 kali pemodelan menggunakan Split Data dengan perbandingan 5:5 untuk klasifikasi penyakit Covid-19 dan perbandingan 3:7 untuk klasifikasi varian Covid-19. Hasil penelitian ini berhasil membangun Sistem deteksi penyakit Covid-19 berdasarkan gejala awal menggunakan algoritma Naïve Bayes berbasis android dan telah mampu memprediksi penyakit Covid-19 ke dalam 4 class dengan nilai F1-Score yaitu Allergy 0,98, Cold 0,61, Covid 0,56, dan Flu 0,95, serta gejala yang paling berpengaruh pada class Allergy yaitu CS13 (Loss of taste) dengan nilai 0,50, class Cold yaitu CS3 (Tiredness) dengan nilai 0,52, class Covid yaitu CS12 (Difficulty breathing) dengan nilai 0,51, dan class Flu yaitu CS19 (Sneezing) dengan nilai 0,53, sistem yang dibangun juga mampu memprediksi varian Covid-19 ke dalam 3 class dengan nilai F1-Score yaitu alpha 0,85, delta 0,78, dan omicron 0,93, serta gejala yang paling berpengaruh pada class Alpha yaitu VS3 (Loss of appetite) dengan nilai 0,74, class Delta yaitu VS12 (Cough) dengan nilai 0,87, dan class Omicron yaitu VS10 (Sore throat) dengan nilai 0,67, juga aplikasi berhasil dan dapat dirancang dengan pendekatan Extreme Programming (XP).","PeriodicalId":52620,"journal":{"name":"Teknika","volume":"115 5","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-10-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"136133252","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}