Pub Date : 2022-09-02DOI: 10.14710/jkt.v25i3.13520
Dadan Zulkifli, Heri Triyono, R. Suharti, M. A. Jabbar, Aditya Bramana, Siti Mira Rahayu, I. N. Sudiarsa, Lilyani Gita Herawati
Climate change caused by various activities of human activity has produced carbon dioxide gas affecting global warming. Seagrass ecosystem has the ability to absorb and store large quantities of carbon that can reduce carbon emissions. Objectives of this study is to assess seagrass population structure, assess carbon deposits estimation and water quality parameters. The method used in this research is purposive sampling method and location determination used line Transect quadrant method which refers to LIPI method. Carbon measurements in seagrass samples used LOI method. Seagrass species found in the waters of Baluran National Park are Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Syringodium isoetifolium, Halophila minor, Halophila ovalis dan Halodule uninervis. The seagrass Enhalus acoroides has a highest biomass value and an estimate of carbon deposits 37.817 gC/m2. The total estimate of the highest carbon stock is obtained at the bottom of the substrate 40.063 ton. Perubahan iklim yang disebabkan oleh berbagai aktifitas kegiatan manusia menghasilkan gas karbon diokasida yang berdampak pada pemanasan global. Ekosistem padang lamun memiliki kemampuan untuk menyerap dan menyimpan karbon dalam jumlah besar yang dapat mengurangi emisi karbon. Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengkaji struktur populasi lamun, 2) mengkaji estimasi simpanan karbon, 3) mengkaji parameter kualitas air di Taman Nasional Baluran. Metode yang digunakan yaitu purposive sampling method dan penentuan lokasi menggunakan metode line transect quadrant yang mengacu pada metode LIPI. Pengukuran kualitas air dilakukan secara langsung di lapangan sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) dan pengukuran karbon pada sampel lamun menggunakan metode LOI. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa Spesies lamun yang ditemukan di perairain Taman Nasional Baluran adalah Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Syringodium isoetifolium, Halophila minor, Halophila ovalis dan Halodule uninervis. Jenis lamun Enhalus acoroides mempunyai nilai biomassa dan estimasi simpanan karbon paling tinggi yaitu 37,817 gC/m2. Estimasi total stok karbon tertinggi didapatkan pada bagian bawah substrat (rhizoma dan akar) sebesar 40,063 ton.
{"title":"Pengukuran Stok Karbon Ekosistem Lamun Di Kawasan Taman Nasional Baluran, Jawa Timur","authors":"Dadan Zulkifli, Heri Triyono, R. Suharti, M. A. Jabbar, Aditya Bramana, Siti Mira Rahayu, I. N. Sudiarsa, Lilyani Gita Herawati","doi":"10.14710/jkt.v25i3.13520","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jkt.v25i3.13520","url":null,"abstract":" Climate change caused by various activities of human activity has produced carbon dioxide gas affecting global warming. Seagrass ecosystem has the ability to absorb and store large quantities of carbon that can reduce carbon emissions. Objectives of this study is to assess seagrass population structure, assess carbon deposits estimation and water quality parameters. The method used in this research is purposive sampling method and location determination used line Transect quadrant method which refers to LIPI method. Carbon measurements in seagrass samples used LOI method. Seagrass species found in the waters of Baluran National Park are Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Syringodium isoetifolium, Halophila minor, Halophila ovalis dan Halodule uninervis. The seagrass Enhalus acoroides has a highest biomass value and an estimate of carbon deposits 37.817 gC/m2. The total estimate of the highest carbon stock is obtained at the bottom of the substrate 40.063 ton. Perubahan iklim yang disebabkan oleh berbagai aktifitas kegiatan manusia menghasilkan gas karbon diokasida yang berdampak pada pemanasan global. Ekosistem padang lamun memiliki kemampuan untuk menyerap dan menyimpan karbon dalam jumlah besar yang dapat mengurangi emisi karbon. Tujuan penelitian ini adalah: 1) mengkaji struktur populasi lamun, 2) mengkaji estimasi simpanan karbon, 3) mengkaji parameter kualitas air di Taman Nasional Baluran. Metode yang digunakan yaitu purposive sampling method dan penentuan lokasi menggunakan metode line transect quadrant yang mengacu pada metode LIPI. Pengukuran kualitas air dilakukan secara langsung di lapangan sesuai Standar Nasional Indonesia (SNI) dan pengukuran karbon pada sampel lamun menggunakan metode LOI. Berdasarkan hasil penelitian, diketahui bahwa Spesies lamun yang ditemukan di perairain Taman Nasional Baluran adalah Enhalus acoroides, Thalassia hemprichii, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Syringodium isoetifolium, Halophila minor, Halophila ovalis dan Halodule uninervis. Jenis lamun Enhalus acoroides mempunyai nilai biomassa dan estimasi simpanan karbon paling tinggi yaitu 37,817 gC/m2. Estimasi total stok karbon tertinggi didapatkan pada bagian bawah substrat (rhizoma dan akar) sebesar 40,063 ton.","PeriodicalId":53001,"journal":{"name":"Jurnal Kelautan Tropis","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-09-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41696566","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-09-02DOI: 10.14710/jkt.v25i3.14009
Erlangga Erlangga, Helmi Gusnita, S. Syahrial, C. M. 'Akla, Imamshadiqin Imamshadiqin, Riri Ezraneti, Rian Firdaus
In November 2021, a study on the effect of mangrove density and maturity level on sediment trapping in the Langsa River estuary, Langsa City, was conducted with the objective of determining the density, maturity, and rate of sediment deposition around the mangrove forest, as well as the relationship between mangrove density and maturity level and sediment deposition rate. Mangrove vegetation was collected using a 40 m line transect parallel to the river flow and a 10 x 10 m plot, while sediment samples were collected using a sediment trap. The study's findings indicated that mangrove density varied between 675.00 and 1541.67 ind/ha, that mangrove maturity was uneven, with trunk diameters ranging between 4.14 and 9.83 cm and basal areas ranging between 30.45 and 72.93 m2/ha. Meanwhile, sediment deposition rates ranged between 26.94 and 277.73 mg/cm2/day, with a strong correlation between density and maturity of mangrove vegetation (98% and 99%, respectively). Penelitian terhadap pengaruh tingkat kerapatan dan kedewasaan hutan mangrove dalam memerangkap sedimen di muara Sungai Langsa Kota Langsa dilakukan pada bulan November 2021 dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kerapatan, kedewasaan dan laju pengendapan sedimen di sekitar hutan mangrovenya serta untuk mengetahui keterkaitan antara tingkat kerapatan dan kedewasaan hutan mangrove terhadap laju pengendapan sedimennya. Vegetasi mangrove dikumpulkan dengan menarik transek garis sepanjang 40 m yang sejajar dengan aliran sungai dan dibuat plot berukuran 10 x 10 m, sedangkan sampel sedimennya diambil menggunakan sediment trap. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kerapatan mangrovenya berkisar antara 675.00 – 1541.67 ind/ha, kedewasaan mangrovenya tidak merata dengan diameter batangnya berkisar antara 4.14 – 9.83 cm dan basal areanya berkisar antara 30.45 – 72.93 m2/ha. Sementara untuk laju pengendapan sedimennya berkisar antara 26.94 – 277.73 mg/cm2/hari, dimana keterkaitan antara kerapatan dan kedewasaan vegetasi mangrovenya memiliki hubungan yang kuat (masing-masing 98% dan 99%).
2021年11月,在Langsa市Langsa河口进行了一项关于红树林密度和成熟度水平对沉积物捕获的影响的研究,目的是确定红树林周围的密度、成熟度和沉积物沉积速率,以及红树林密度与成熟度水平和沉积物沉积率之间的关系。红树林植被采用平行于河流流量的40 m样带和10 x 10 m地块进行采集,沉积物样品采用沉积物捕集器进行采集。研究结果表明,红树林密度在675.00至1541.67 ind/ha之间,红树林成熟度不均衡,树干直径在4.14至9.83厘米之间,基底面积在30.45至72.93平方米/ha之间。同时,沉积物沉积率在26.94至277.73 mg/cm2/天之间,红树林植被的密度和成熟度之间有很强的相关性(分别为98%和99%)。2021年11月,为了确定红树林肥力水平,对郎萨河流域红树林肥力和沉积物截留肥力的影响进行了研究,红树林周围沉积物流动的丰富程度和速度,并了解红树林的密度和丰富程度与沉积物流动速度之间的相关性。红树林植被的采集方法是沿着河流拉一条40米长的样带,绘制10 x 10米的图,而沉积物样本则是使用沉积物捕集器采集的。研究表明,红树林密度在675.00至1541.67 ind/ha之间,红树林密度不受棒直径4.14至9.83cm的限制,其基底面积在30.45至72.93 m2/ha之间。而对于代谢率,最小范围为26.94至277.73 mg/cm2/天,其中红树林植被的密度与疲劳度之间的相关性很强(分别为98%和99%)。
{"title":"Pengaruh Tingkat Kerapatan dan Kedewasaan Hutan Mangrove dalam Memerangkap Sedimen di Muara Sungai Langsa Kota Langsa","authors":"Erlangga Erlangga, Helmi Gusnita, S. Syahrial, C. M. 'Akla, Imamshadiqin Imamshadiqin, Riri Ezraneti, Rian Firdaus","doi":"10.14710/jkt.v25i3.14009","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jkt.v25i3.14009","url":null,"abstract":"In November 2021, a study on the effect of mangrove density and maturity level on sediment trapping in the Langsa River estuary, Langsa City, was conducted with the objective of determining the density, maturity, and rate of sediment deposition around the mangrove forest, as well as the relationship between mangrove density and maturity level and sediment deposition rate. Mangrove vegetation was collected using a 40 m line transect parallel to the river flow and a 10 x 10 m plot, while sediment samples were collected using a sediment trap. The study's findings indicated that mangrove density varied between 675.00 and 1541.67 ind/ha, that mangrove maturity was uneven, with trunk diameters ranging between 4.14 and 9.83 cm and basal areas ranging between 30.45 and 72.93 m2/ha. Meanwhile, sediment deposition rates ranged between 26.94 and 277.73 mg/cm2/day, with a strong correlation between density and maturity of mangrove vegetation (98% and 99%, respectively). Penelitian terhadap pengaruh tingkat kerapatan dan kedewasaan hutan mangrove dalam memerangkap sedimen di muara Sungai Langsa Kota Langsa dilakukan pada bulan November 2021 dengan tujuan untuk mengetahui tingkat kerapatan, kedewasaan dan laju pengendapan sedimen di sekitar hutan mangrovenya serta untuk mengetahui keterkaitan antara tingkat kerapatan dan kedewasaan hutan mangrove terhadap laju pengendapan sedimennya. Vegetasi mangrove dikumpulkan dengan menarik transek garis sepanjang 40 m yang sejajar dengan aliran sungai dan dibuat plot berukuran 10 x 10 m, sedangkan sampel sedimennya diambil menggunakan sediment trap. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kerapatan mangrovenya berkisar antara 675.00 – 1541.67 ind/ha, kedewasaan mangrovenya tidak merata dengan diameter batangnya berkisar antara 4.14 – 9.83 cm dan basal areanya berkisar antara 30.45 – 72.93 m2/ha. Sementara untuk laju pengendapan sedimennya berkisar antara 26.94 – 277.73 mg/cm2/hari, dimana keterkaitan antara kerapatan dan kedewasaan vegetasi mangrovenya memiliki hubungan yang kuat (masing-masing 98% dan 99%).","PeriodicalId":53001,"journal":{"name":"Jurnal Kelautan Tropis","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-09-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46452324","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-09-02DOI: 10.14710/jkt.v25i3.14098
Nelly Sayori, T. Tururaja, Duaitd Kolibongso
Sponges are one of the most influential benthic organisms in coral reef ecosystems. Many studies on sponge communities have been carried out globally, from the tropics to the sub-tropics. However, in Indonesia, the sponge community has not been sufficiently observed, especially its diversity and interactions with habitats. Manokwari, a developing city north of the Bird's Head Seascape region, Papua has a lack of information on benthic communities and no reports of sponges. This study is to examine the sponge community (diversity and distribution) in coral reef ecosystem. This study found that sponge richness (species and morphology) was categorized as “low”, with only 11 species with 8 morphological forms. The most common species included Niphates erecta, Stylissa carteri, and Pseudoceratina purpurea, while the most common growth forms were massive and encrusting, accounting respectively for 27.3% and 18.2% of the total number of species. The highest diversity was found on the island of Kaki (5 species) with the island of Nusmapi having an uneven distribution of sponges. The results of our study found that there was no relationship between sponge diversity and morphology. This baseline information is essential for management of marine biodiversity hotspots in taking decisions for marine life conservation. Spons merupakan salah satu organisme bentik yang paling berpengaruh dalam ekosistem terumbu karang. Banyak penelitian tentang komunitas spons telah dilakukan secara global, dari daerah tropis hingga sub tropis. Namun di Indonesia, komunitas spons belum cukup diamati, terutama keanekaragaman dan interaksinya dengan habitat. Manokwari, kota berkembang di utara dari wilayah Bentang Laut Kepala Burung (BLKB), Papua memiliki kekurangan informasi tentang komunitas bentik dan tidak ada laporan tentang spons. Studi ini untuk mengkaji komunitas spons (keanekaragaman dan distribusi) pada ekosistem terumbu karang. Penelitian ini menemukan kekayaan spons (spesies dan morfologi) yang dikategorikan “rendah”, dengan hanya 11 spesies dengan 8 bentuk morfologi. Spesies yang paling umum termasuk Niphates erecta, Stylissa carteri, dan Pseudoceratina purpurea, sedangkan bentuk pertumbuhan yang paling umum adalah massif dan encrusting dengan menyumbang masing-masing 27,3% dan18,2% dari total jumlah spesies. Keanekaragaman tertinggi ditemukan di pulau Kaki (5 spesies) dengan pulau Nusmapi memiliki sebaran spons tidak merata. Hasil penelitian kami menemukan tidak ada hubungan antara keanekaragaman spons dengan bentuk morfologi. Informasi dasar ini sangat penting untuk pengelolaan hotspot keanekaragaman hayati dalam perumusan keputusan untuk konservasi biota laut.
{"title":"Komunitas Spons (Porifera) pada Ekosistem Terumbu Karang di Manokwari, Indonesia","authors":"Nelly Sayori, T. Tururaja, Duaitd Kolibongso","doi":"10.14710/jkt.v25i3.14098","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jkt.v25i3.14098","url":null,"abstract":"Sponges are one of the most influential benthic organisms in coral reef ecosystems. Many studies on sponge communities have been carried out globally, from the tropics to the sub-tropics. However, in Indonesia, the sponge community has not been sufficiently observed, especially its diversity and interactions with habitats. Manokwari, a developing city north of the Bird's Head Seascape region, Papua has a lack of information on benthic communities and no reports of sponges. This study is to examine the sponge community (diversity and distribution) in coral reef ecosystem. This study found that sponge richness (species and morphology) was categorized as “low”, with only 11 species with 8 morphological forms. The most common species included Niphates erecta, Stylissa carteri, and Pseudoceratina purpurea, while the most common growth forms were massive and encrusting, accounting respectively for 27.3% and 18.2% of the total number of species. The highest diversity was found on the island of Kaki (5 species) with the island of Nusmapi having an uneven distribution of sponges. The results of our study found that there was no relationship between sponge diversity and morphology. This baseline information is essential for management of marine biodiversity hotspots in taking decisions for marine life conservation. Spons merupakan salah satu organisme bentik yang paling berpengaruh dalam ekosistem terumbu karang. Banyak penelitian tentang komunitas spons telah dilakukan secara global, dari daerah tropis hingga sub tropis. Namun di Indonesia, komunitas spons belum cukup diamati, terutama keanekaragaman dan interaksinya dengan habitat. Manokwari, kota berkembang di utara dari wilayah Bentang Laut Kepala Burung (BLKB), Papua memiliki kekurangan informasi tentang komunitas bentik dan tidak ada laporan tentang spons. Studi ini untuk mengkaji komunitas spons (keanekaragaman dan distribusi) pada ekosistem terumbu karang. Penelitian ini menemukan kekayaan spons (spesies dan morfologi) yang dikategorikan “rendah”, dengan hanya 11 spesies dengan 8 bentuk morfologi. Spesies yang paling umum termasuk Niphates erecta, Stylissa carteri, dan Pseudoceratina purpurea, sedangkan bentuk pertumbuhan yang paling umum adalah massif dan encrusting dengan menyumbang masing-masing 27,3% dan18,2% dari total jumlah spesies. Keanekaragaman tertinggi ditemukan di pulau Kaki (5 spesies) dengan pulau Nusmapi memiliki sebaran spons tidak merata. Hasil penelitian kami menemukan tidak ada hubungan antara keanekaragaman spons dengan bentuk morfologi. Informasi dasar ini sangat penting untuk pengelolaan hotspot keanekaragaman hayati dalam perumusan keputusan untuk konservasi biota laut.","PeriodicalId":53001,"journal":{"name":"Jurnal Kelautan Tropis","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-09-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41684645","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-09-02DOI: 10.14710/jkt.v25i3.14030
S. Santoso, Ratih Ida Adharini
Seagrass is one of the important ecosystems in coastal areas. This study aims to determine the biomass and carbon stock in the seagrass ecosystems of the Pamegaran Island, Seribu Islands National Park, Jakarta. Data collection was conducted on December 2021 to January 2022 is done by using SeagrassWatch method and carbon data sampling results were analyzed by Kurmies method / SNI 13-4720-1998 method. Cymodocea rotundata has the highest biomass value, while Halodule uninervis has the lowest biomass value. The seagrass biomass value at the bottom of the substrate was higher than the top of the substrate in all the species found was because the rhizome contained carbohydrates and nutrients produced in the photosynthesis process and stored at the bottom of the substrate. The total value of seagrass carbon stock in the entire area is 1,932,151.36 ± 265,280.90 g C or 1.932 ± 2.652 t C with an area of 3.63 ha of seagrass beds. Thalassia hemprichii has the highest carbon stock value, while Halodule uninervis species has the lowest biomass value. The carbon stock value of the bottom of the substrate was higher than that of the top of the substrate in all species found. Lamun adalah salah satu ekosistem penting yang ada di daerah pesisir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biomassa dan stok karbon pada ekosistem padang lamun di Pulau Pamegaran, Taman Nasional Kepulauan Seribu, Jakarta. Pengambilan data dilakukan pada bulan Desember 2021 hingga Januari 2022 menggunakan metode SeagrassWatch dan analisis data karbon menggunakan metode Kurmies / metode SNI 13-4720-1998. Cymodocea rotundata memiliki nilai biomassa yang tertinggi, sedangkan Halodule uninervis memiliki nilai biomassa terendah. Nilai biomassa lamun bagian bawah substrat lebih tinggi dari bagian atas substrat pada semua spesies yang ditemukan hal ini karena rhizome mengandung karbohidrat serta zat hara yang dihasilkan pada proses fotosintesis dan tersimpan pada bagian bawah substrat. Nilai total stok karbon lamun pada keseluruhan luas wilayah sebesar 1.932.151,36 ± 265.280,90 g C atau 1,932 ± 2,652 t C dengan luas wilayah padang lamun sebesar 3,63 Ha. Thalassia hemprichii memiliki nilai stok karbon tertinggi, sedangkan Halodule uninervis memiliki nilai biomassa terendah. Nilai stok karbon bagian bawah substrat lebih tinggi dari bagian atas substrat pada semua spesies yang ditemukan.
海草是沿海地区重要的生态系统之一。本研究旨在确定雅加达塞里布群岛国家公园帕梅加兰岛海草生态系统中的生物量和碳储量。数据收集于2021年12月至2022年1月,采用SeagrasWatch方法进行,碳数据采样结果采用Kurmies方法/SNI 13-4720-1998方法进行分析。轮藻的生物量值最高,而单茎卤虫的生物量价值最低。在所有发现的物种中,基质底部的海草生物量值都高于基质顶部,这是因为根茎含有光合作用过程中产生并储存在基质底部的碳水化合物和营养物质。整个地区的海草碳储量总值为1932151.36±265280.90 g C或1932±2652 t C,海草床面积为3.63公顷。铁藻具有最高的碳储量值,而单生卤虫物种具有最低的生物量值。在所有发现的物种中,基质底部的碳储量值都高于基质顶部的碳储量。拉蒙是沿海地区最重要的生态系统之一。这项研究旨在寻找雅加达千岛国家公园大陆海洋生态系统中的生物量和碳储量。2021年12月至2022年1月期间使用SeagrasWatch方法进行的数据收集,以及使用Kurmies/SNI方法13-4720-1998进行的碳数据分析。圆形环斑藻的生物量值最高,而单茎环斑藻生物量值最低。在所有被发现的物种中,基质底部的羔羊生物量值都高于基质顶部,因为根茎含有碳水化合物和光合作用过程中产生并储存在基质底部的原料。1932151.36±265280,90 g C或1932±2652 t C的整个宽平原地区的煤炭储量总值为3.63 ha。铁藻的碳储量价值最高,而紫苏的生物量价值最低。在所有发现的物种中,基底底部的碳存量值都高于基底顶部的碳存量。
{"title":"Biomassa dan Stok Karbon pada Ekosistem Padang Lamun di Pulau Pamegaran, Taman Nasional Kepulauan Seribu","authors":"S. Santoso, Ratih Ida Adharini","doi":"10.14710/jkt.v25i3.14030","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jkt.v25i3.14030","url":null,"abstract":"Seagrass is one of the important ecosystems in coastal areas. This study aims to determine the biomass and carbon stock in the seagrass ecosystems of the Pamegaran Island, Seribu Islands National Park, Jakarta. Data collection was conducted on December 2021 to January 2022 is done by using SeagrassWatch method and carbon data sampling results were analyzed by Kurmies method / SNI 13-4720-1998 method. Cymodocea rotundata has the highest biomass value, while Halodule uninervis has the lowest biomass value. The seagrass biomass value at the bottom of the substrate was higher than the top of the substrate in all the species found was because the rhizome contained carbohydrates and nutrients produced in the photosynthesis process and stored at the bottom of the substrate. The total value of seagrass carbon stock in the entire area is 1,932,151.36 ± 265,280.90 g C or 1.932 ± 2.652 t C with an area of 3.63 ha of seagrass beds. Thalassia hemprichii has the highest carbon stock value, while Halodule uninervis species has the lowest biomass value. The carbon stock value of the bottom of the substrate was higher than that of the top of the substrate in all species found. Lamun adalah salah satu ekosistem penting yang ada di daerah pesisir. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui biomassa dan stok karbon pada ekosistem padang lamun di Pulau Pamegaran, Taman Nasional Kepulauan Seribu, Jakarta. Pengambilan data dilakukan pada bulan Desember 2021 hingga Januari 2022 menggunakan metode SeagrassWatch dan analisis data karbon menggunakan metode Kurmies / metode SNI 13-4720-1998. Cymodocea rotundata memiliki nilai biomassa yang tertinggi, sedangkan Halodule uninervis memiliki nilai biomassa terendah. Nilai biomassa lamun bagian bawah substrat lebih tinggi dari bagian atas substrat pada semua spesies yang ditemukan hal ini karena rhizome mengandung karbohidrat serta zat hara yang dihasilkan pada proses fotosintesis dan tersimpan pada bagian bawah substrat. Nilai total stok karbon lamun pada keseluruhan luas wilayah sebesar 1.932.151,36 ± 265.280,90 g C atau 1,932 ± 2,652 t C dengan luas wilayah padang lamun sebesar 3,63 Ha. Thalassia hemprichii memiliki nilai stok karbon tertinggi, sedangkan Halodule uninervis memiliki nilai biomassa terendah. Nilai stok karbon bagian bawah substrat lebih tinggi dari bagian atas substrat pada semua spesies yang ditemukan.","PeriodicalId":53001,"journal":{"name":"Jurnal Kelautan Tropis","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-09-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43982188","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-09-02DOI: 10.14710/jkt.v26i1.13490
Regina Melianawati, Ni Wayan Widya Astuti, Tridjoko Tridjoko
Taurine is an important amino acid for the growth of marine fish larvae The humpback grouper (Cromileptes altivelis) is a highly valuable marine fish that has been farmed in hactheries. The increasing of larval growth and survival rate of humpback grouper was carried out by taurine addition as enrichment ingredient to zooplankton as live feed for larvae. The purpose of this study was to find out the role of taurine on larval growth and survival rate. Two treatments tested were taurine addition by bioencapsulated through zooplankton rotifers Brachionus rotundiformis (A) and without taurine addition in rotifers (B). The observed parameters were larval growth and survival rate. Larval samples were taken on day 1 and 5, then continued every 5 days until the end of the study, by using10 larval samples at each time. The results showed that mostly all larvae have already metamorphosed and become juveniles at 35 days old. At that time, larvae with taurine addition (A) have bigger in size, faster growth and also higher survival rate compared than larvae without taurine addition(B). Therefore, the result of this study indicated that the addition of taurine could improve larval growth and the survival rate of humpback grouper. Taurin merupakan asam amino penting untuk pertumbuhan larva ikan laut. Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) adalah salah satu jenis ikan laut bernilai ekonomis tinggi yang sudah dapat dibudidayakan. Peningkatan pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan kerapu bebek dilakukan dengan penambahan taurin sebagai bahan pengkaya ke dalam zooplankton sebagai pakan alami larva. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peranan taurin pada pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva. Dua perlakuan yang diujikan adalah penambahan taurin melalui bioenkapsulasi pada zooplankton rotifer Brachionus rotundiformis (A) dan tanpa penambahan taurin pada rotifer (B). Parameter yang diamati adalah pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva. Sampel larva diambil pada umur 1 dan 5 hari, selanjutnya setiap 5 hari sekali hingga akhir penelitian, dengan menggunakan 10 ekor larva setiap waktu pengambilan sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar populasi larva telah bermetamorfosis menjadi juvenil pada umur 35 hari. Pada umur tersebut, larva yang diberi penambahan taurin (A) memiliki ukuran yang lebih besar, pertumbuhan yang lebih cepat dan tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan larva yang tidak diberi penambahan taurin (B). Oleh karenanya, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan taurin pada rotifer dapat meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan kerapu bebek.
{"title":"Peranan Taurin pada Pertumbuhan dan Kelangsungan Hidup Larva Ikan Kerapu Bebek Cromileptes altivelis (Valenciennes, 1828)","authors":"Regina Melianawati, Ni Wayan Widya Astuti, Tridjoko Tridjoko","doi":"10.14710/jkt.v26i1.13490","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jkt.v26i1.13490","url":null,"abstract":"Taurine is an important amino acid for the growth of marine fish larvae The humpback grouper (Cromileptes altivelis) is a highly valuable marine fish that has been farmed in hactheries. The increasing of larval growth and survival rate of humpback grouper was carried out by taurine addition as enrichment ingredient to zooplankton as live feed for larvae. The purpose of this study was to find out the role of taurine on larval growth and survival rate. Two treatments tested were taurine addition by bioencapsulated through zooplankton rotifers Brachionus rotundiformis (A) and without taurine addition in rotifers (B). The observed parameters were larval growth and survival rate. Larval samples were taken on day 1 and 5, then continued every 5 days until the end of the study, by using10 larval samples at each time. The results showed that mostly all larvae have already metamorphosed and become juveniles at 35 days old. At that time, larvae with taurine addition (A) have bigger in size, faster growth and also higher survival rate compared than larvae without taurine addition(B). Therefore, the result of this study indicated that the addition of taurine could improve larval growth and the survival rate of humpback grouper. Taurin merupakan asam amino penting untuk pertumbuhan larva ikan laut. Ikan kerapu bebek (Cromileptes altivelis) adalah salah satu jenis ikan laut bernilai ekonomis tinggi yang sudah dapat dibudidayakan. Peningkatan pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan kerapu bebek dilakukan dengan penambahan taurin sebagai bahan pengkaya ke dalam zooplankton sebagai pakan alami larva. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui peranan taurin pada pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva. Dua perlakuan yang diujikan adalah penambahan taurin melalui bioenkapsulasi pada zooplankton rotifer Brachionus rotundiformis (A) dan tanpa penambahan taurin pada rotifer (B). Parameter yang diamati adalah pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva. Sampel larva diambil pada umur 1 dan 5 hari, selanjutnya setiap 5 hari sekali hingga akhir penelitian, dengan menggunakan 10 ekor larva setiap waktu pengambilan sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar populasi larva telah bermetamorfosis menjadi juvenil pada umur 35 hari. Pada umur tersebut, larva yang diberi penambahan taurin (A) memiliki ukuran yang lebih besar, pertumbuhan yang lebih cepat dan tingkat kelangsungan hidup yang lebih tinggi dibandingkan dengan larva yang tidak diberi penambahan taurin (B). Oleh karenanya, hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penambahan taurin pada rotifer dapat meningkatkan pertumbuhan dan kelangsungan hidup larva ikan kerapu bebek. ","PeriodicalId":53001,"journal":{"name":"Jurnal Kelautan Tropis","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-09-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47697683","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-09-02DOI: 10.14710/jkt.v25i3.13905
Hartoyo Notonegoro, H. Djamaludin, I. Setyaningsih, Kustiariyah Tarman
Spirulina platensis is a type of Cyanobacterium microalgae that forms multicellular helicoidal filaments. Spirulina platensis contains primary and secondary metabolites. The type and amount of the active compound Spirulina platensis depends on the method of extraction, fractionation, and isolation. So far, there are not much research data related to the active compound of Spirulina platensis extract cultured on Walne. The purpose of this study was to use of thin layer chromatography (TLC) method to separate flavonoids from Spirulina platensis biomass extract cultured on Walne media and the activity of a-glucosidase enzyme inhibition using biomass, crude extract, active fraction of flavonoids and phycocyanins from Spirulina platensis. This research method is descriptive experimental, which the Spirulina platensis is cultured on 80 g/L NaNO3 modified Walne media, extracted by maceration, fractionated by TLC and isolated the active compound by Preparative TLC (PTLC). The analysis included fraction and isolation of flavonoids from Spirulina platensis. The results showed that the TLC could be used to identify the active compound of Spirulina platensis extract cultured on Walne. Fractionation of Spirulina platensis extract using stationary phase silica gel Si 60 GF254 and the best mobile phase with a combination of chloroform:ethyl acetate (6:4) and an Rf1 value of 0.58; Rf2 0.71; and Rf3 0.83, as well as yellow-orange spots. Isolation of the active compound of Spirulina platensis extract using PLTC stationary phase silica gel Si 60 PF254 and the best mobile phase combination eluent chloroform:ethyl acetate (9:1). RF value of Rf2 0.57; Rf3 0.86; and Rf4 0.93 with dark yellow-brown spots. The color of the spots from the PLTC results shows that the active compounds of Spirulina platensis extract are flavonoid compounds. Biomass, crude extract, phycocyanine extract and flavonoids from Spirulina do not have inhibitory activity against α-glucosidase enzyme. Spirulina platensis merupakan jenis mikroalga Cyanobacterium yang membentuk filamen helicoidal multiseluler. Spirulina platensis mengandung senyawa metabolit primer dan sekunder. Jenis dan jumlah senyawa aktif Spirulina platensis tergantung pada metode ekstraksi, fraksinasi dan isolasi. Sejauh ini belum banyak data hasil penelitian terkait senyawa aktif ekstrak biomassa Spirulina platensis yang dikultur pada media Walne. Tujuan penelitian ini yaitu penggunaan metode kromatografi lapis tipis (KLT) untuk memisahkan flavonoid ekstrak biomassa Spirulina platensis yang dikultur pada media Walne serta aktivitas inhibisi enzim α-glukosidase menggunakan biomassa, ekstrak kasar, fraksi aktif flavonoid dan fikosianin dari Spirulina platensis. Metode penelitian ini adalah eksprimental deksriptif dimana mikroalga Spirulina platensis dikultur pada media Walne modifikasi 80 g/L NaNO3, diekstraksi dengan maserasi, difraksinasi dengan KLT dan diisolasi senyawa aktif dengan KLT Preparatif (KLTP). Analisis yang dilakukan
{"title":"Fraksinasi Flavonoid Spirulina platensis dengan Metode Kromatografi Lapis Tipis dan Aktivitas Inhibisi Enzim α-Glukosidase","authors":"Hartoyo Notonegoro, H. Djamaludin, I. Setyaningsih, Kustiariyah Tarman","doi":"10.14710/jkt.v25i3.13905","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jkt.v25i3.13905","url":null,"abstract":"Spirulina platensis is a type of Cyanobacterium microalgae that forms multicellular helicoidal filaments. Spirulina platensis contains primary and secondary metabolites. The type and amount of the active compound Spirulina platensis depends on the method of extraction, fractionation, and isolation. So far, there are not much research data related to the active compound of Spirulina platensis extract cultured on Walne. The purpose of this study was to use of thin layer chromatography (TLC) method to separate flavonoids from Spirulina platensis biomass extract cultured on Walne media and the activity of a-glucosidase enzyme inhibition using biomass, crude extract, active fraction of flavonoids and phycocyanins from Spirulina platensis. This research method is descriptive experimental, which the Spirulina platensis is cultured on 80 g/L NaNO3 modified Walne media, extracted by maceration, fractionated by TLC and isolated the active compound by Preparative TLC (PTLC). The analysis included fraction and isolation of flavonoids from Spirulina platensis. The results showed that the TLC could be used to identify the active compound of Spirulina platensis extract cultured on Walne. Fractionation of Spirulina platensis extract using stationary phase silica gel Si 60 GF254 and the best mobile phase with a combination of chloroform:ethyl acetate (6:4) and an Rf1 value of 0.58; Rf2 0.71; and Rf3 0.83, as well as yellow-orange spots. Isolation of the active compound of Spirulina platensis extract using PLTC stationary phase silica gel Si 60 PF254 and the best mobile phase combination eluent chloroform:ethyl acetate (9:1). RF value of Rf2 0.57; Rf3 0.86; and Rf4 0.93 with dark yellow-brown spots. The color of the spots from the PLTC results shows that the active compounds of Spirulina platensis extract are flavonoid compounds. Biomass, crude extract, phycocyanine extract and flavonoids from Spirulina do not have inhibitory activity against α-glucosidase enzyme. Spirulina platensis merupakan jenis mikroalga Cyanobacterium yang membentuk filamen helicoidal multiseluler. Spirulina platensis mengandung senyawa metabolit primer dan sekunder. Jenis dan jumlah senyawa aktif Spirulina platensis tergantung pada metode ekstraksi, fraksinasi dan isolasi. Sejauh ini belum banyak data hasil penelitian terkait senyawa aktif ekstrak biomassa Spirulina platensis yang dikultur pada media Walne. Tujuan penelitian ini yaitu penggunaan metode kromatografi lapis tipis (KLT) untuk memisahkan flavonoid ekstrak biomassa Spirulina platensis yang dikultur pada media Walne serta aktivitas inhibisi enzim α-glukosidase menggunakan biomassa, ekstrak kasar, fraksi aktif flavonoid dan fikosianin dari Spirulina platensis. Metode penelitian ini adalah eksprimental deksriptif dimana mikroalga Spirulina platensis dikultur pada media Walne modifikasi 80 g/L NaNO3, diekstraksi dengan maserasi, difraksinasi dengan KLT dan diisolasi senyawa aktif dengan KLT Preparatif (KLTP). Analisis yang dilakukan","PeriodicalId":53001,"journal":{"name":"Jurnal Kelautan Tropis","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-09-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43594638","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-21DOI: 10.14710/jkt.v25i3.14760
Yeni Sulistiyani, N. Afiati, H. Haeruddin, A. Sabdono
Sargassum is a well-known genus of brown algae in Indonesia that has long been investigated due to its economic importance. To support its biological research, it is important to identify and classify the species studied. Morphological identification had greatly contributed to taxonomy, however, it cannot distinguish Sargassum species accurately due to its plasticity. The current study aims to identify Lombok Sargassum molecularly using an ITS2 DNA barcode. Fresh algae were collected from Ekas Bay (EB) and Aan Cape (AC) in Lombok. DNA was first purified, and then its gene product was amplified using ITS2 primers. DNA sequences were examined and traced using the Basic Local Alignment Search Tool (BLAST). DNA sequences were processed in MEGA-X to reconstruct the phylogenetic tree and estimate the genetic distance. Three species were identified based on the BLAST results: Sargassum cf granuliferum, Sargassum polycystum, and Sargassum oligocystum. The base length obtained ranged from 521 to 637 bp, with a similarity percentage of 99.25 to 100%. The phylogenetic tree exhibited each recognized Sargassum species was clustered with the same species from the gene bank. Interspecies genetic distance was 0,000-0,0039, while amongst Sargassum species it's 0,0136-0,2395. The genetic distance between Sargassum and Ulva adherens (outgroup) was >1. Sargassum species found in Lombok were closely related to other similar species in the GenBank.
{"title":"Molecular Identification of Brown Algae Sargassum sp. from the Lombok Coastal Waters","authors":"Yeni Sulistiyani, N. Afiati, H. Haeruddin, A. Sabdono","doi":"10.14710/jkt.v25i3.14760","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jkt.v25i3.14760","url":null,"abstract":"Sargassum is a well-known genus of brown algae in Indonesia that has long been investigated due to its economic importance. To support its biological research, it is important to identify and classify the species studied. Morphological identification had greatly contributed to taxonomy, however, it cannot distinguish Sargassum species accurately due to its plasticity. The current study aims to identify Lombok Sargassum molecularly using an ITS2 DNA barcode. Fresh algae were collected from Ekas Bay (EB) and Aan Cape (AC) in Lombok. DNA was first purified, and then its gene product was amplified using ITS2 primers. DNA sequences were examined and traced using the Basic Local Alignment Search Tool (BLAST). DNA sequences were processed in MEGA-X to reconstruct the phylogenetic tree and estimate the genetic distance. Three species were identified based on the BLAST results: Sargassum cf granuliferum, Sargassum polycystum, and Sargassum oligocystum. The base length obtained ranged from 521 to 637 bp, with a similarity percentage of 99.25 to 100%. The phylogenetic tree exhibited each recognized Sargassum species was clustered with the same species from the gene bank. Interspecies genetic distance was 0,000-0,0039, while amongst Sargassum species it's 0,0136-0,2395. The genetic distance between Sargassum and Ulva adherens (outgroup) was >1. Sargassum species found in Lombok were closely related to other similar species in the GenBank.","PeriodicalId":53001,"journal":{"name":"Jurnal Kelautan Tropis","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46875104","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-20DOI: 10.14710/jkt.v25i3.13978
Shafira Tsanyfadhila, Aris Ismanto, M. Helmi
Bali Strait has many activities in port and water, such as passenger and freight transportation, tourism, and fisheries. Oceanographic conditions, especially sea surface current (SSC), affect the smoothness of ports and shipping activities in the Bali Strait. High-Frequency Radar (HF Radar) has the advantage of monitoring and mapping surface currents and ocean waves with high resolution. Because of the narrow strait area, HF Radar is very beneficial in describing the characteristics of SSC in the Bali Strait. Therefore, HF Radar data is used to describe the dynamics of SSC in the Bali strait, especially in ship crossing lane, with a temporal approach during Southeast Monsoon, June to August 2020. This study was conducted for 15 days each month which included neap tide and spring tide. Surface current charts are created to analyze the pattern of temporal SSC against the wind, tides, and their components. The results showed In the southeast monsoon, the average current speed at the research site ranged from 0.1 – 1.08 m/s. The direction of the surface current is predominantly towards the south. The characteristics of surface currents in the Bali Strait are influenced by tides, sea level anomalies, and coastal morphology. Temporally, the speed of the current is greater during the ebb phase and when the spring tide. Spatially, the central region of the Bali Strait waters has a greater current speed. Knowledge of areas and times with higher current speeds can be the basis for determining the shipping lane between ports in the Bali Strait. Selat Bali memiliki banyak kegiatan di pelabuhan dan perairan, seperti transportasi penumpang dan barang, pariwisata, serta perikanan. Kondisi oseanografi, khususnya arus permukaan laut, mempengaruhi kelancaran pelabuhan dan aktivitas pelayaran di Selat Bali. High-Frequency Radar (HF Radar) memiliki keunggulan pemantauan dan pemetaan arus permukaan dan gelombang laut dengan resolusi tinggi. Karena wilayah selat yang sempit, HF Radar sangat bermanfaat dalam menggambarkan karakteristik arus permukaan laut di Selat Bali. Oleh karena itu, data HF Radar digunakan untuk menggambarkan dinamika arus permukaan laut di jalur penyeberangan Selat Bali dengan pendekatan temporal pada musim timur, bulan Juni hingga Agustus 2020. Penelitian ini dilakukan selama 15 hari tiap bulan yang mencakup waktu pasang purnama dan pasang perbani. Grafik arus permukaan dibuat untuk menganalisis pola arus permukaan laut secara temporal ketika musim timur terhadap angin, pasang surut dan komponennya. Hasil menunjukkan pada musim timur, rata – rata kecepatan arus di lokasi penelitian berkisar antara 0.1 – 1.08 m/s. Arah arus permukaan dominan ke arah selatan. Karakteristik arus permukaan di Selat Bali di pengaruhi oleh pasang surut, sea level anomaly dan morfologi pantai. Secara temporal, kecepatan arus lebih besar ketika menuju surut dan ketika pasang purnama. Secara spasial, wilayah tengah perairan Selat Bali memiliki kecepatan arus yang lebih b
{"title":"Karakteristik Arus Laut Permukaan dari High Frequency Radar pada Musim Timur di Selat Bali","authors":"Shafira Tsanyfadhila, Aris Ismanto, M. Helmi","doi":"10.14710/jkt.v25i3.13978","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jkt.v25i3.13978","url":null,"abstract":"Bali Strait has many activities in port and water, such as passenger and freight transportation, tourism, and fisheries. Oceanographic conditions, especially sea surface current (SSC), affect the smoothness of ports and shipping activities in the Bali Strait. High-Frequency Radar (HF Radar) has the advantage of monitoring and mapping surface currents and ocean waves with high resolution. Because of the narrow strait area, HF Radar is very beneficial in describing the characteristics of SSC in the Bali Strait. Therefore, HF Radar data is used to describe the dynamics of SSC in the Bali strait, especially in ship crossing lane, with a temporal approach during Southeast Monsoon, June to August 2020. This study was conducted for 15 days each month which included neap tide and spring tide. Surface current charts are created to analyze the pattern of temporal SSC against the wind, tides, and their components. The results showed In the southeast monsoon, the average current speed at the research site ranged from 0.1 – 1.08 m/s. The direction of the surface current is predominantly towards the south. The characteristics of surface currents in the Bali Strait are influenced by tides, sea level anomalies, and coastal morphology. Temporally, the speed of the current is greater during the ebb phase and when the spring tide. Spatially, the central region of the Bali Strait waters has a greater current speed. Knowledge of areas and times with higher current speeds can be the basis for determining the shipping lane between ports in the Bali Strait. Selat Bali memiliki banyak kegiatan di pelabuhan dan perairan, seperti transportasi penumpang dan barang, pariwisata, serta perikanan. Kondisi oseanografi, khususnya arus permukaan laut, mempengaruhi kelancaran pelabuhan dan aktivitas pelayaran di Selat Bali. High-Frequency Radar (HF Radar) memiliki keunggulan pemantauan dan pemetaan arus permukaan dan gelombang laut dengan resolusi tinggi. Karena wilayah selat yang sempit, HF Radar sangat bermanfaat dalam menggambarkan karakteristik arus permukaan laut di Selat Bali. Oleh karena itu, data HF Radar digunakan untuk menggambarkan dinamika arus permukaan laut di jalur penyeberangan Selat Bali dengan pendekatan temporal pada musim timur, bulan Juni hingga Agustus 2020. Penelitian ini dilakukan selama 15 hari tiap bulan yang mencakup waktu pasang purnama dan pasang perbani. Grafik arus permukaan dibuat untuk menganalisis pola arus permukaan laut secara temporal ketika musim timur terhadap angin, pasang surut dan komponennya. Hasil menunjukkan pada musim timur, rata – rata kecepatan arus di lokasi penelitian berkisar antara 0.1 – 1.08 m/s. Arah arus permukaan dominan ke arah selatan. Karakteristik arus permukaan di Selat Bali di pengaruhi oleh pasang surut, sea level anomaly dan morfologi pantai. Secara temporal, kecepatan arus lebih besar ketika menuju surut dan ketika pasang purnama. Secara spasial, wilayah tengah perairan Selat Bali memiliki kecepatan arus yang lebih b","PeriodicalId":53001,"journal":{"name":"Jurnal Kelautan Tropis","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46344502","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-06-20DOI: 10.14710/jkt.v25i3.14089
Risnita Tri Utami, Putri Sapira Ibrahim, Agus Kusnadi, Dedy Kurnianto, Teddy Triandiza, Rosmi N Pesillette
Rochia nilotica (Tegulidae) is a snail that is highly important economically due to its nacre layer on their shells. Lola shells are used as raw material in nail polish and high quality pearl buttons. Recently, the production of Rochia nilotica has drastically decreased. This study aimed to investigate the relationship on length-weight and condition factors of Rochia snails from four sites. Data collection was gathered on may-September 2021 at four sites i.e Kei Island, Morellla (Central Maluku), Sumbawa Island and Enggano Island with purposive sampling method. A total 177 individuals have been collected with a detail of 35 individuals from Kei Island, 61 Individuals from Central Maluku, 51 and 29 individuals from Sumbawa Island and Enggano island respectively. The result showed that the relationship on length-weight of Rochia snails at Enggano Island, Sumbawa Island, central Maluku and Kei Island was W=0,00707L2,2804, 0,00686L2,3949, 0,00308L2,5478,dan 0,00025L3,0893 respectively. The result shows that the growth pattern at Bengkulu, Sumbawa, and Morella follows a negative allometric model, while those at Kei Islands follow a positive allometric. Condition factors were relatively varied 1,0020-1,0317 suggested that the research waters were still a suitable environment for the growth of top shells. Siput lola Rochia nilotica (Tegulidae) merupakan komoditi niaga bernilai ekonomis tinggi karena cangkangnya yang memiliki lapisan mutiara. Cangkang siput lola digunakan sebagai bahan baku industri cat kuku dan kancing yang berkualitas tinggi. Akibat eksploitasi berlebihan, produksi siput lola mengalami penurunan drastis selama beberapa tahun terakhir. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan hubungan panjang berat dan faktor kondisi dari siput lola di 4 lokasi penelitian yang dipilih. Pengambilan data dilakukan pada bulan April-September 2021 dengan menggunakan metode Purposive Sampling yang dilakukan di 4 lokasi yaitu Kepulauan Kei, Morella, Pulau Sumbawa, dan Pulau Enggano yang mewakili 3 wilayah (Timur, Tengah dan Barat) Perairan Indonesia. Siput Lola yang diperoleh sebanyak 177 individu yang berasal dari 35 individu dari Kepulauan Kei, 61 individu Morella, 51 individu Sumbawa, dan 29 individu Enggano. Hubungan panjang berat siput lola di lokasi penelitian Enggano, Sumbawa, Morella, dan Kepulauan Kei secara berurutan yaitu sebesar W=0,00707L2,2804, 0,00686L2,3949, 0,00308L2,5478,dan 0,00025L3,0893. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola pertumbuhan siput lola di Pulau Enggano, Sumbawa dan Morella mengikuti model allometrik negatif, sedangkan pola pertumbuhan siput lola di Kepulauan Kei mengikuti model allometrik positif. Faktor kondisi relatif beragam dari 1,0020-1,0317 yang mengindikasikan bahwa daerah perairan penelitian masih merupakan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan siput lola.
{"title":"Hubungan Panjang Berat dan Faktor Kondisi Siput Lola (Rochia nilotica) di Perairan Maluku, Sumbawa, dan Bengkulu","authors":"Risnita Tri Utami, Putri Sapira Ibrahim, Agus Kusnadi, Dedy Kurnianto, Teddy Triandiza, Rosmi N Pesillette","doi":"10.14710/jkt.v25i3.14089","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jkt.v25i3.14089","url":null,"abstract":"Rochia nilotica (Tegulidae) is a snail that is highly important economically due to its nacre layer on their shells. Lola shells are used as raw material in nail polish and high quality pearl buttons. Recently, the production of Rochia nilotica has drastically decreased. This study aimed to investigate the relationship on length-weight and condition factors of Rochia snails from four sites. Data collection was gathered on may-September 2021 at four sites i.e Kei Island, Morellla (Central Maluku), Sumbawa Island and Enggano Island with purposive sampling method. A total 177 individuals have been collected with a detail of 35 individuals from Kei Island, 61 Individuals from Central Maluku, 51 and 29 individuals from Sumbawa Island and Enggano island respectively. The result showed that the relationship on length-weight of Rochia snails at Enggano Island, Sumbawa Island, central Maluku and Kei Island was W=0,00707L2,2804, 0,00686L2,3949, 0,00308L2,5478,dan 0,00025L3,0893 respectively. The result shows that the growth pattern at Bengkulu, Sumbawa, and Morella follows a negative allometric model, while those at Kei Islands follow a positive allometric. Condition factors were relatively varied 1,0020-1,0317 suggested that the research waters were still a suitable environment for the growth of top shells. Siput lola Rochia nilotica (Tegulidae) merupakan komoditi niaga bernilai ekonomis tinggi karena cangkangnya yang memiliki lapisan mutiara. Cangkang siput lola digunakan sebagai bahan baku industri cat kuku dan kancing yang berkualitas tinggi. Akibat eksploitasi berlebihan, produksi siput lola mengalami penurunan drastis selama beberapa tahun terakhir. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan hubungan panjang berat dan faktor kondisi dari siput lola di 4 lokasi penelitian yang dipilih. Pengambilan data dilakukan pada bulan April-September 2021 dengan menggunakan metode Purposive Sampling yang dilakukan di 4 lokasi yaitu Kepulauan Kei, Morella, Pulau Sumbawa, dan Pulau Enggano yang mewakili 3 wilayah (Timur, Tengah dan Barat) Perairan Indonesia. Siput Lola yang diperoleh sebanyak 177 individu yang berasal dari 35 individu dari Kepulauan Kei, 61 individu Morella, 51 individu Sumbawa, dan 29 individu Enggano. Hubungan panjang berat siput lola di lokasi penelitian Enggano, Sumbawa, Morella, dan Kepulauan Kei secara berurutan yaitu sebesar W=0,00707L2,2804, 0,00686L2,3949, 0,00308L2,5478,dan 0,00025L3,0893. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pola pertumbuhan siput lola di Pulau Enggano, Sumbawa dan Morella mengikuti model allometrik negatif, sedangkan pola pertumbuhan siput lola di Kepulauan Kei mengikuti model allometrik positif. Faktor kondisi relatif beragam dari 1,0020-1,0317 yang mengindikasikan bahwa daerah perairan penelitian masih merupakan lingkungan yang sesuai untuk pertumbuhan siput lola.","PeriodicalId":53001,"journal":{"name":"Jurnal Kelautan Tropis","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41778948","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-05-20DOI: 10.14710/jkt.v25i2.14256
Erwin Adriono, Maman Somantri, C. A. Suryono
Menentukan jumlah pakan yang sesuai merupakan hal penting dalam kegiatan budidaya udang berjenis Litopenaeus Vannamei. Jumlah pakan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain Jumlah Udang, Umur udang, DO, Salinitas, Alkalinitas, Suhu dan PH. Hubungan antar faktor tersebut dengan jumlah pakan sulit dibuatkan dalam persamaan matematis maupun dengan metode statisik. Permasalahan tersebut dapat diselesaikan menggunakan Neural network. Neural network menjadi solusi untuk memodelkan hubungan input dan output yang kompleks. Hubungan Jumlah pakan dan faktorlainnya akan dimodelkan menggunakan metode Backpropagation NN yang dikombinasikan dengan algoritma optimasi seperti Genetic Algoritm dan Mind Evotionary Algoritm. Model BPNN, BPNN – GA dan BPNN MEA akan dibandingkan performa menggunakan MSE, RSME, MAE dan MAPE. Dari ketiga metode yang digunakan didapatkan hasil paling baik adalah pada BPNN MEA yaitu nilai MSE, RSME, MAE dan MAPE berturut-turut adalah 40,92; 6,39; 6,51 dan 20,29. Determining the appropriate amount of feed is important in the aquaculture of Litopenaeus Vannamei shrimp. The amount of feed can be influenced by many factors including the number of shrimp, shrimp age, DO, salinity, alkalinity, temperature and PH. The relationship between these factors and the amount of feed is difficult to make in mathematical equations or with statistical methods. These problems can be solved using a neural network. Neural network is a solution for modeling complex input and output relationships. The relationship between the amount of feed and other factors will be modeled using the Backpropagation NN method combined with optimization algorithms such as Genetic Algorithm and Mind Evotionary Algorithm. The BPNN, BPNN – GA and BPNN MEA models will be compared using MSE, RSME, MAE and MAPE. Of the three methods used, the best results were obtained on BPNN MEA, with values of MSE, RSME, MAE and MAPE respectively 40,92; 6,39; 6,51 and 20,29.
{"title":"Model Prediksi Jumlah Pakan menggunakan Algoritma Evolusi Pikiran - Jaringan Syaraf Tiruan Rambatan Balik untuk Budidaya Udang","authors":"Erwin Adriono, Maman Somantri, C. A. Suryono","doi":"10.14710/jkt.v25i2.14256","DOIUrl":"https://doi.org/10.14710/jkt.v25i2.14256","url":null,"abstract":"Menentukan jumlah pakan yang sesuai merupakan hal penting dalam kegiatan budidaya udang berjenis Litopenaeus Vannamei. Jumlah pakan dapat dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain Jumlah Udang, Umur udang, DO, Salinitas, Alkalinitas, Suhu dan PH. Hubungan antar faktor tersebut dengan jumlah pakan sulit dibuatkan dalam persamaan matematis maupun dengan metode statisik. Permasalahan tersebut dapat diselesaikan menggunakan Neural network. Neural network menjadi solusi untuk memodelkan hubungan input dan output yang kompleks. Hubungan Jumlah pakan dan faktorlainnya akan dimodelkan menggunakan metode Backpropagation NN yang dikombinasikan dengan algoritma optimasi seperti Genetic Algoritm dan Mind Evotionary Algoritm. Model BPNN, BPNN – GA dan BPNN MEA akan dibandingkan performa menggunakan MSE, RSME, MAE dan MAPE. Dari ketiga metode yang digunakan didapatkan hasil paling baik adalah pada BPNN MEA yaitu nilai MSE, RSME, MAE dan MAPE berturut-turut adalah 40,92; 6,39; 6,51 dan 20,29. Determining the appropriate amount of feed is important in the aquaculture of Litopenaeus Vannamei shrimp. The amount of feed can be influenced by many factors including the number of shrimp, shrimp age, DO, salinity, alkalinity, temperature and PH. The relationship between these factors and the amount of feed is difficult to make in mathematical equations or with statistical methods. These problems can be solved using a neural network. Neural network is a solution for modeling complex input and output relationships. The relationship between the amount of feed and other factors will be modeled using the Backpropagation NN method combined with optimization algorithms such as Genetic Algorithm and Mind Evotionary Algorithm. The BPNN, BPNN – GA and BPNN MEA models will be compared using MSE, RSME, MAE and MAPE. Of the three methods used, the best results were obtained on BPNN MEA, with values of MSE, RSME, MAE and MAPE respectively 40,92; 6,39; 6,51 and 20,29.","PeriodicalId":53001,"journal":{"name":"Jurnal Kelautan Tropis","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41358134","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}