Pub Date : 2021-10-16DOI: 10.24843/pastura.2021.v11.i01.p07
R. Z. Islami, N. P. Indriani, I. Susilawati, H. K. Mustafa, S. Nurjannah, U. H. Tanuwiria
Rumput lapang dan rumput gajah merupakan hijauan makanan ternak yg sering diberikan pada ternakruminansia. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi produksi dan kecernaan bahan kering dari rumputlapang dan rumput gajah. Penelitian dilakukan secara eksperimental menggunakan RAL. Peubah yang diamatimeliputi berat segar, berat kering, dan kecernaan bahan kering rumput yang berasal dari 10 ulangan kuadratrumput lapang dan 10 ulangan rumput gajah. Data yang diperoleh dianalisis statistik dengan uji t yangdigunakan untuk mengetahui perbedaan rataan produksi dan kecernaan. Hasil penelitian menunjukkan produksi BS rumput lapang lebih baik dari rumput gajah (256,35 g vs 220,93 g), sedangkan produksi BK (37,58 g vs 46,62 g) dan kecernaan BK (47,46% vs 57,01%) rumput lapang lebih rendah dibanding rumput gajah. Kata kunci: rumput, produksi, kecernaan bahan kering
{"title":"EVALUASI PRODUKSI DAN KECERNAAN BAHAN KERING RUMPUT LAPANG DAN RUMPUT GAJAH","authors":"R. Z. Islami, N. P. Indriani, I. Susilawati, H. K. Mustafa, S. Nurjannah, U. H. Tanuwiria","doi":"10.24843/pastura.2021.v11.i01.p07","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/pastura.2021.v11.i01.p07","url":null,"abstract":"Rumput lapang dan rumput gajah merupakan hijauan makanan ternak yg sering diberikan pada ternakruminansia. Penelitian bertujuan untuk mengevaluasi produksi dan kecernaan bahan kering dari rumputlapang dan rumput gajah. Penelitian dilakukan secara eksperimental menggunakan RAL. Peubah yang diamatimeliputi berat segar, berat kering, dan kecernaan bahan kering rumput yang berasal dari 10 ulangan kuadratrumput lapang dan 10 ulangan rumput gajah. Data yang diperoleh dianalisis statistik dengan uji t yangdigunakan untuk mengetahui perbedaan rataan produksi dan kecernaan. Hasil penelitian menunjukkan produksi BS rumput lapang lebih baik dari rumput gajah (256,35 g vs 220,93 g), sedangkan produksi BK (37,58 g vs 46,62 g) dan kecernaan BK (47,46% vs 57,01%) rumput lapang lebih rendah dibanding rumput gajah. \u0000Kata kunci: rumput, produksi, kecernaan bahan kering","PeriodicalId":53328,"journal":{"name":"Pastura Journal of Tropical Forage Science","volume":"28 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87390329","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-16DOI: 10.24843/pastura.2021.v11.i01.p03
Vio Lidya Wati, Suharlina - -, Imam Sanusi
Lahan bekas pertambangan batubara merupakan tanah marginal yang dapat dimanfaatkan sebagailahan tanaman pakan. Salah satu hijuan leguminosa yang berpotensi tumbuh di daerah marginal adalahIndigofera zollingeriana. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian FungiMikoriza Arbuskula (FMA) terhadap produktivitas tanaman Indigofera zollingeriana pada tanah pascatambang batubara. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan 5 perlakuan yaitu 0 g FMA,8 g FMA, 16 g FMA, 24 g FMA, 32 g FMA, dengan 5 ulangan. Peubah yang diamati meliputi profil daun,tinggi tanaman, dan produksi bahan kering daun dan tajuk. Data yang diperoleh dianalisis menggunakananalisis sidik ragam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman Indigofera zollingeriana yang diberiFMA memiliki profil daun yang lebih hijau. Pemberian FMA menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi daun dan tajuk tetapi tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman. Tanaman Indigofera zolllingeriana yang diberi FMA sebagnyak 16 g menunjukkan, produksi daun dan produksi tajuk yang lebih baik dibandingkan tanpa inokulasi FMA dan perlakuan lainnya. Kata kunci: fungi mikoriza arbuskula, Indigofera zollingeriana, tanah pasca tambang batubara
前煤矿区是一片边际土壤,可以用作饲料作物的土地。leguminosa的一种潜在的银藻生长在marginal地区是zollingeriana。本研究的目的是确定阿弥西草(FMA)真菌对煤炭沙漠化土壤中in营养素(zollingeriana)生产力的影响。研究使用随机设计5种治疗方法,包括0 g FMA,8 g FMA, 16 g FMA, 24 g FMA, 32 g FMA, 5申命记。观察到的更改包括叶子、植物高度、干叶和标题的生产。通过指纹分析分析获得的数据。研究结果表明,给fma的involfera zollingeriana具有更绿色的叶子轮廓。FMA的捐赠对树叶的生产和标题有明显的影响,但对植物的高度也没有明显的影响。FMA sebagnyak提供的不高生植物zolllingeriana显示,在没有FMA接种和其他治疗的情况下,叶子的产量和标题生产要好得多。关键词:arbuskula菌真菌,后采煤的involfera zollingeriana
{"title":"PRODUKSI HIJAUAN Indigofera zollingeriana YANG DIPUPUK MENGGUNAKAN FUNGI MIKORIZA ARBUSKULA PADA TANAH PASCA TAMBANG BATUBARA","authors":"Vio Lidya Wati, Suharlina - -, Imam Sanusi","doi":"10.24843/pastura.2021.v11.i01.p03","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/pastura.2021.v11.i01.p03","url":null,"abstract":"Lahan bekas pertambangan batubara merupakan tanah marginal yang dapat dimanfaatkan sebagailahan tanaman pakan. Salah satu hijuan leguminosa yang berpotensi tumbuh di daerah marginal adalahIndigofera zollingeriana. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian FungiMikoriza Arbuskula (FMA) terhadap produktivitas tanaman Indigofera zollingeriana pada tanah pascatambang batubara. Penelitian menggunakan rancangan acak lengkap dengan 5 perlakuan yaitu 0 g FMA,8 g FMA, 16 g FMA, 24 g FMA, 32 g FMA, dengan 5 ulangan. Peubah yang diamati meliputi profil daun,tinggi tanaman, dan produksi bahan kering daun dan tajuk. Data yang diperoleh dianalisis menggunakananalisis sidik ragam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tanaman Indigofera zollingeriana yang diberiFMA memiliki profil daun yang lebih hijau. Pemberian FMA menunjukkan pengaruh nyata terhadap produksi daun dan tajuk tetapi tidak berbeda nyata terhadap tinggi tanaman. Tanaman Indigofera zolllingeriana yang diberi FMA sebagnyak 16 g menunjukkan, produksi daun dan produksi tajuk yang lebih baik dibandingkan tanpa inokulasi FMA dan perlakuan lainnya. \u0000Kata kunci: fungi mikoriza arbuskula, Indigofera zollingeriana, tanah pasca tambang batubara","PeriodicalId":53328,"journal":{"name":"Pastura Journal of Tropical Forage Science","volume":"42 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"74277736","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-16DOI: 10.24843/pastura.2021.v11.i01.p08
A. Ali, M. Poniran, R. Misrianti
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi segar biomasa Indigofera zollingerianayang tumbuh di lahan gambut bertipe saprik pada umur 2, 3 dan 4 bulan setelah pemangkasan. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri dari 3 perlakuan dan 4 kelompok. Perlakuan adalah biomasa indigofera yang dipanen pada umur 2 bulan (2B), 3 bulan (3B) dan umur 4 bulan (4B). Data hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tua umur pemangkasan maka panjang ranting, jumlah daun, rasio daun/ranting, produksi segar dan kandungan bahan kering indigofera semakin meningkat. Panjang ranting indigofera pada 2B, 3B dan 4B berturut-turut adalah 52,23 cm, 99.01 cm dan 132,12 cm. Jumlah daun indigofera pada 2B yaitu 1.648,1 helai, kemudian meningkat pada 3B yaitu 4.424,8 helai dan pada 4B yaitu 11.310,1 helai. Persentase daun meningkat dari 31,7% (2B) menjadi 44% (4B), sedangkan persentase ranting menurun dari 68,3% (2B) menjadi 56% (4B). Rataan produksi segar tanaman indigofera per pohon pada 2B, 3B, dan 4B berturut-turut yaitu 542,7 g/pohon, 1.173,9 g/pohon, dan 2.858,8 g/pohon. Kandungan bahan kering indigofera pada 2B yaitu sebesar 13,25%, pada 3B yaitu 14,76%, dan pada 4B yaitu 15,76%. Berdasarkan data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Indigofera zollingeriana dapat tumbuh dengan baik pada tanah gambut tipe saprik. Produksi tertinggi biomasa Indigofera zollingeriana berdasarkan hasil penelitian ini adalah pada umur 4 bulan setelah pemangkasan. Kata kunci: Indigofera zollingeriana, gambut, umur pertumbuhan kembali
这项研究的目的是确定修剪后2、3和4个月后在泥炭沼泽2、3和4个月后生长的新生物生长和生产。在本研究中使用的设计是由3种治疗方法和4种治疗方法组成的组的随机设计。治疗是2个月(2B)、3个月(3B)和4个月(4B)收获的不高质期。研究数据表明,修剪的年龄越大,茎的长度、叶的数量、叶/枝的比例、新鲜生产和不高蛋白干燥材料的含量就越高。在2B、3B和连续4B中,不高架树枝的长度为52厘米23厘米、99.01厘米和132.12厘米。2B的不叶数为1,648.1片,然后增加到3B 424248片,4B增加到11310.1片。叶子的百分比从37% (2B)增加到44% (4B),而树枝的百分比从68.3% (2B)下降到56% (4B)。每月的新鲜indigofera每棵植物生产连续在2B、3B和4B即542.7 g / g, 1.173,9树树,2.858,8 g -。2B干燥成分的含量为13.25%,3B为14.76%,4B为1576%。根据研究结果的数据,ingfera zollingeriana可以很好地生长在saprik类型的泥炭沼泽中。根据这项研究,最高产量是在修剪后4个月大的时候。关键词:intfera zollingeriana,泥炭炭,再生的年龄
{"title":"PERTUMBUHAN INDIGOFERA (Indigofera zollingeriana) SETELAH PEMANGKASAN DI LAHAN GAMBUT","authors":"A. Ali, M. Poniran, R. Misrianti","doi":"10.24843/pastura.2021.v11.i01.p08","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/pastura.2021.v11.i01.p08","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi segar biomasa Indigofera zollingerianayang tumbuh di lahan gambut bertipe saprik pada umur 2, 3 dan 4 bulan setelah pemangkasan. Rancangan yang digunakan pada penelitian ini adalah rancangan acak kelompok (RAK) yang terdiri dari 3 perlakuan dan 4 kelompok. Perlakuan adalah biomasa indigofera yang dipanen pada umur 2 bulan (2B), 3 bulan (3B) dan umur 4 bulan (4B). Data hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin tua umur pemangkasan maka panjang ranting, jumlah daun, rasio daun/ranting, produksi segar dan kandungan bahan kering indigofera semakin meningkat. Panjang ranting indigofera pada 2B, 3B dan 4B berturut-turut adalah 52,23 cm, 99.01 cm dan 132,12 cm. Jumlah daun indigofera pada 2B yaitu 1.648,1 helai, kemudian meningkat pada 3B yaitu 4.424,8 helai dan pada 4B yaitu 11.310,1 helai. Persentase daun meningkat dari 31,7% (2B) menjadi 44% (4B), sedangkan persentase ranting menurun dari 68,3% (2B) menjadi 56% (4B). Rataan produksi segar tanaman indigofera per pohon pada 2B, 3B, dan 4B berturut-turut yaitu 542,7 g/pohon, 1.173,9 g/pohon, dan 2.858,8 g/pohon. Kandungan bahan kering indigofera pada 2B yaitu sebesar 13,25%, pada 3B yaitu 14,76%, dan pada 4B yaitu 15,76%. Berdasarkan data hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Indigofera zollingeriana dapat tumbuh dengan baik pada tanah gambut tipe saprik. Produksi tertinggi biomasa Indigofera zollingeriana berdasarkan hasil penelitian ini adalah pada umur 4 bulan setelah pemangkasan. \u0000Kata kunci: Indigofera zollingeriana, gambut, umur pertumbuhan kembali","PeriodicalId":53328,"journal":{"name":"Pastura Journal of Tropical Forage Science","volume":"52 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"73655430","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-16DOI: 10.24843/pastura.2021.v11.i01.p10
Huge Fajri Al - Fath, N. M. Witariadi, N. Kusumawati
Penelitian bertujuan untuk mendapat informasi tentang pertumbuhan dan hasil tanaman indigofera(Indigofera zollingeriana) dan kelor (Moringa oleifera Lam) pada dosis pupuk biourin berbeda. Penelitiandilaksanakan di Rumah Kaca, Stasiun Penelitian Sesetan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayanaselama 12 minggu. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) polasplit plot. Main plot/petak utama yaitu jenis tanaman terdiri dari tanaman indigofera (Indigofera zollingeriana) dan kelor (Moringa oleifera Lam). Subplot/anak petak yaitu dosis pupuk biourin terdiri dari: 0 l ha-1 (D0), 2.500 l ha-1 (D1), 5.000 l ha-1 (D2), 7.500 l ha-1 (D3) dan 10.000 l ha-1 (D4). Terdapat 10 kombinasi perlakuan dan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 30 unit percobaan. Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah bintil akar, jumlah cabang, berat kering daun, berat kering batang, berat kering akar, berat kering total hijauan, nisbah berat kering daun dengan berat kering batang, nisbah berat kering total hijauan dengan berat kering akar (top root ratio) dan luas daun per pot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara jenis tanaman dengan dosis pupuk biourin terhadap variabel tinggi tanaman, jumlah cabang, dan berat kering batang. Jenis tanaman indigofera (Indigofera zollingeriana) memberikan pertumbuhan dan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan kelor (Moringa oleifera Lam). Pemberian pupuk biourin dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil pada kedua jenis tanaman. Pemupukan biourin dengan dosis 10.000 l ha-1 menghasilkan pertumbuhan dan hasil lebih tinggi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terjadi interaksi antara jenis tanaman dengan dosis pupuk biourin terhadap variabel tinggi tanaman, jumlah cabang, dan berat kering batang dan dosis 10.000 l ha-1 menunjukkan pertumbuhan dan hasil yang terbaik. Kata kunci: biourin, hasil, Indigofera zollingeriana, Moringa oleifera Lam, pertumbuhan
研究的目的是获取不同剂量的生物肥料的生长和结果。这项研究在温室、撒旦研究站、乌迪亚纳大学畜学院进行了12周的研究。使用的设计是一个完全随机的波兰阴谋。主要的情节是由不种植者和kelor (Moringa oleifera Lam)组成的。这一系列的生物粪便剂量包括:0 l ha-1 (D0), 2500 l -1 (D1), 5000 l -1 (D2), 7500 l -1 (D3)和10000 l - ha-1 (D4)。有10种治疗和3次重复的组合,因此有30个测试单位。观察到的变量是植物,叶子的数量高,根瘤,金额分会名称,干重的叶子、茎干重根干重,体重完全干燥觅食,nisbah干的叶子和茎干重的重量,nisbah完全干重觅食顶级干重根(root ratio)和叶面积。研究结果显示,每盆植物之间发生互动对变量的肥料biourin高剂量的植物、分支的数量还有干茎的重量。与kelor (Moringa oleifera Lam)的生长和结果更大。生物肥料可以促进两种植物的生长和结果。与1万l -1剂量的生物尿液培养配合,产生更高的生长和结果。根据研究结果,可以得出结论,不同种类的植物与植物高变量、树枝数量和茎干重量的生物肥料剂量之间的相互作用表明生长和结果最好。关键词:生物尿,结果,不可服用zollingeriana, Moringa, Lam,生长
{"title":"PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN INDIGOFERA (Indigofera zollingeriana) DAN KELOR (Moringa oleifera Lam) PADA DOSIS PUPUK BIOURIN BERBEDA","authors":"Huge Fajri Al - Fath, N. M. Witariadi, N. Kusumawati","doi":"10.24843/pastura.2021.v11.i01.p10","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/pastura.2021.v11.i01.p10","url":null,"abstract":"Penelitian bertujuan untuk mendapat informasi tentang pertumbuhan dan hasil tanaman indigofera(Indigofera zollingeriana) dan kelor (Moringa oleifera Lam) pada dosis pupuk biourin berbeda. Penelitiandilaksanakan di Rumah Kaca, Stasiun Penelitian Sesetan, Fakultas Peternakan, Universitas Udayanaselama 12 minggu. Rancangan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) polasplit plot. Main plot/petak utama yaitu jenis tanaman terdiri dari tanaman indigofera (Indigofera zollingeriana) dan kelor (Moringa oleifera Lam). Subplot/anak petak yaitu dosis pupuk biourin terdiri dari: 0 l ha-1 (D0), 2.500 l ha-1 (D1), 5.000 l ha-1 (D2), 7.500 l ha-1 (D3) dan 10.000 l ha-1 (D4). Terdapat 10 kombinasi perlakuan dan diulang sebanyak 3 kali sehingga terdapat 30 unit percobaan. Variabel yang diamati adalah tinggi tanaman, jumlah daun, jumlah bintil akar, jumlah cabang, berat kering daun, berat kering batang, berat kering akar, berat kering total hijauan, nisbah berat kering daun dengan berat kering batang, nisbah berat kering total hijauan dengan berat kering akar (top root ratio) dan luas daun per pot. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terjadi interaksi antara jenis tanaman dengan dosis pupuk biourin terhadap variabel tinggi tanaman, jumlah cabang, dan berat kering batang. Jenis tanaman indigofera (Indigofera zollingeriana) memberikan pertumbuhan dan hasil yang lebih baik dibandingkan dengan kelor (Moringa oleifera Lam). Pemberian pupuk biourin dapat meningkatkan pertumbuhan dan hasil pada kedua jenis tanaman. Pemupukan biourin dengan dosis 10.000 l ha-1 menghasilkan pertumbuhan dan hasil lebih tinggi. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terjadi interaksi antara jenis tanaman dengan dosis pupuk biourin terhadap variabel tinggi tanaman, jumlah cabang, dan berat kering batang dan dosis 10.000 l ha-1 menunjukkan pertumbuhan dan hasil yang terbaik. \u0000Kata kunci: biourin, hasil, Indigofera zollingeriana, Moringa oleifera Lam, pertumbuhan","PeriodicalId":53328,"journal":{"name":"Pastura Journal of Tropical Forage Science","volume":"131 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75486520","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-16DOI: 10.24843/pastura.2021.v11.i01.p01
Y. Sutaryono, Harjono -, M. -, Ryan Aryadin Putra
Penelitian bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi Indigofera dengan interval pemotonganberbeda yang dibudidayakan di Pulau Lombok. Penelitian dirancang dengan rancangan acakkelompok (RAK) dengan 3 kelompok interval pemotongan yaitu 30, 45 dan 60 hari setelah potong paksa. Pemotongan paksa dilakukan pada ketinggian 50 cm di atas tanah pada 11 minggu setelah tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan Indigofera 30, 45 dan 60 hari setelah pemotongan berturut-turut adalah 89,2, 120,0 dan 161,0 cm. Sedangkan laju pertumbuhan tanaman sebesar 7,96, 10,47 dan 13,89 cm/minggu. Pembentukan percabangan pada minggu pertama sebanyak 5,0 cabang/pohon dan tumbuh signifikan menjadi 25,0 cabang/pohon setelah 4 minggu. Pembentukan cabang mencapai 40 cabang pada 60 hari setelah pemotongan paksa. Kondisi ini menunjukkan bahwa tanaman tetap tumbuh dengan cepat dan tepat meskipun tanaman ditebang. Produksi Indigofera tertinggi diperoleh pada interval pemotongan 60 hari (864,40gram/pohon) diikuti dengan peningkatan bahan kering dan bahan organik, tetapi kadar protein menurun secara signifikan. Disimpulkan bahwa Indigofera merupakan tanaman potensial yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak andalan di Pulau Lombok. Kata kunci: produksi hijauan, Indigofera zollingeriana, interval pemotongan, pertumbuhan
{"title":"PERTUMBUHAN DAN PRODUKSI HIJAUAN LEGUM POHON Indigofera zollingeriana SEBAGAI HIJAUAN PAKAN STRATEGIS DI PULAU LOMBOK","authors":"Y. Sutaryono, Harjono -, M. -, Ryan Aryadin Putra","doi":"10.24843/pastura.2021.v11.i01.p01","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/pastura.2021.v11.i01.p01","url":null,"abstract":"Penelitian bertujuan untuk mengetahui pertumbuhan dan produksi Indigofera dengan interval pemotonganberbeda yang dibudidayakan di Pulau Lombok. Penelitian dirancang dengan rancangan acakkelompok (RAK) dengan 3 kelompok interval pemotongan yaitu 30, 45 dan 60 hari setelah potong paksa. Pemotongan paksa dilakukan pada ketinggian 50 cm di atas tanah pada 11 minggu setelah tanam. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pertumbuhan Indigofera 30, 45 dan 60 hari setelah pemotongan berturut-turut adalah 89,2, 120,0 dan 161,0 cm. Sedangkan laju pertumbuhan tanaman sebesar 7,96, 10,47 dan 13,89 cm/minggu. Pembentukan percabangan pada minggu pertama sebanyak 5,0 cabang/pohon dan tumbuh signifikan menjadi 25,0 cabang/pohon setelah 4 minggu. Pembentukan cabang mencapai 40 cabang pada 60 hari setelah pemotongan paksa. Kondisi ini menunjukkan bahwa tanaman tetap tumbuh dengan cepat dan tepat meskipun tanaman ditebang. Produksi Indigofera tertinggi diperoleh pada interval pemotongan 60 hari (864,40gram/pohon) diikuti dengan peningkatan bahan kering dan bahan organik, tetapi kadar protein menurun secara signifikan. Disimpulkan bahwa Indigofera merupakan tanaman potensial yang dapat dikembangkan dan dimanfaatkan sebagai sumber pakan ternak andalan di Pulau Lombok. \u0000Kata kunci: produksi hijauan, Indigofera zollingeriana, interval pemotongan, pertumbuhan","PeriodicalId":53328,"journal":{"name":"Pastura Journal of Tropical Forage Science","volume":"71 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87215064","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-10-16DOI: 10.24843/pastura.2021.v11.i01.p02
Nafiatul Umami, N. Suseno
Penelitian ini bertujuan mengetahui karakter morfologi dan produksi biomasa Chloris gayana cv. Callidedan Megathyrsus maximus cv. Gatton yang diintroduksi di Yogyakarta pada tahun pertama penanaman.Tanaman tersebut ditanam dengan menggunakan biji dalam plot ukuran 2x2 m dengan cara menebar bijidan masing-masing spesies ditanam dengan 5 replikasi. Data yang diamati meliputi karakter morfologi,produksi biomasa, kadar bahan kering dan bahan organik. Data yang diperoleh dianalisis secara deskripsidan dengan metode t-test. Rumput yang diintroduksi merupakan tanaman perennial. Pertumbuhan tanamanmenunjukkan pertumbuhan yang baik. Morfologi tanaman normal sesuai karakter kedua tanaman ini. Chloris gayana cv. Callide memiliki produksi hijauan kering 25,21 ton/ha/ tahun pada tahun pertama (kadar BK 19,70% dan kadar BO 88,20%). Megathyrsus maximus cv. Gatton memiliki produksi hijauan kering 32,44 ton/ha/tahun pada regrowth kedua (kadar BK 19,85% dan kadar BO 88,18%). Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa Megathyrsus maximus cv. Gatton memiliki produksi biomassa lebih tinggi dari Chloris gayana cv. Callide. Kata kunci: Chloris gayana, Megathyrsus maximus, morfologi, perennial, produksi biomassa, regrowth
{"title":"MORFOLOGI DAN PRODUKSI BIOMASSA Chloris gayana cv. Callide, DAN Megathyrsus maximus cv. Gatton PADA TAHUN PERTAMA PENANAMAN DI YOGYAKARTA","authors":"Nafiatul Umami, N. Suseno","doi":"10.24843/pastura.2021.v11.i01.p02","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/pastura.2021.v11.i01.p02","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan mengetahui karakter morfologi dan produksi biomasa Chloris gayana cv. Callidedan Megathyrsus maximus cv. Gatton yang diintroduksi di Yogyakarta pada tahun pertama penanaman.Tanaman tersebut ditanam dengan menggunakan biji dalam plot ukuran 2x2 m dengan cara menebar bijidan masing-masing spesies ditanam dengan 5 replikasi. Data yang diamati meliputi karakter morfologi,produksi biomasa, kadar bahan kering dan bahan organik. Data yang diperoleh dianalisis secara deskripsidan dengan metode t-test. Rumput yang diintroduksi merupakan tanaman perennial. Pertumbuhan tanamanmenunjukkan pertumbuhan yang baik. Morfologi tanaman normal sesuai karakter kedua tanaman ini. Chloris gayana cv. Callide memiliki produksi hijauan kering 25,21 ton/ha/ tahun pada tahun pertama (kadar BK 19,70% dan kadar BO 88,20%). Megathyrsus maximus cv. Gatton memiliki produksi hijauan kering 32,44 ton/ha/tahun pada regrowth kedua (kadar BK 19,85% dan kadar BO 88,18%). Berdasarkan penelitian dapat disimpulkan bahwa Megathyrsus maximus cv. Gatton memiliki produksi biomassa lebih tinggi dari Chloris gayana cv. Callide. \u0000Kata kunci: Chloris gayana, Megathyrsus maximus, morfologi, perennial, produksi biomassa, regrowth","PeriodicalId":53328,"journal":{"name":"Pastura Journal of Tropical Forage Science","volume":"88 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86514720","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-05-20DOI: 10.24843/PASTURA.2021.V10.I02.P02
D. Handayani, Wenny Ayunisa, Winda Nawfetrias, Juwartina, Ida Royani
Lamtoro (Leucaena leucocephala L.) merupakan salah satu pakan berserat yang digunakan untuk memenuhikebutuhan pakan ternak dengan edible portion berupa daun dan batang muda. Setiap daerah memilikikeragaman morfologi serta potensi hasil lamtoro yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipotensi beberapa aksesi lamtoro sebagai hijauan makanan ternak berdasarkan keragaan morfologi sertabobot edible portion. Penelitian disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga taraf perlakuanaksesi lamtoro (NTT, Yogyakarta, Serpong) dan delapan ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwaperlakuan aksesi lamtoro berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, bobot basah dan bobotkering edible portion. Berdasarkan keragaan morfologi tanaman diketahui bahwa aksesi Serpong dapatdigunakan sebagai sumber HMT untuk pemberian pakan dengan bantuan manusia, sedangkan aksesi NTT dan Yogyakarta berpotensi sebagai HMT untuk ternak gembalaan.Kata kunci: aksesi lamtoro, HMT, potensi hasil
{"title":"POTENSI HASIL BEBERAPA AKSESI LAMTORO SEBAGAI SUMBER HIJAUAN MAKANAN TERNAK (HMT)","authors":"D. Handayani, Wenny Ayunisa, Winda Nawfetrias, Juwartina, Ida Royani","doi":"10.24843/PASTURA.2021.V10.I02.P02","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/PASTURA.2021.V10.I02.P02","url":null,"abstract":"Lamtoro (Leucaena leucocephala L.) merupakan salah satu pakan berserat yang digunakan untuk memenuhikebutuhan pakan ternak dengan edible portion berupa daun dan batang muda. Setiap daerah memilikikeragaman morfologi serta potensi hasil lamtoro yang berbeda. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipotensi beberapa aksesi lamtoro sebagai hijauan makanan ternak berdasarkan keragaan morfologi sertabobot edible portion. Penelitian disusun dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan tiga taraf perlakuanaksesi lamtoro (NTT, Yogyakarta, Serpong) dan delapan ulangan. Hasil penelitian menunjukkan bahwaperlakuan aksesi lamtoro berpengaruh nyata terhadap parameter tinggi tanaman, bobot basah dan bobotkering edible portion. Berdasarkan keragaan morfologi tanaman diketahui bahwa aksesi Serpong dapatdigunakan sebagai sumber HMT untuk pemberian pakan dengan bantuan manusia, sedangkan aksesi NTT dan Yogyakarta berpotensi sebagai HMT untuk ternak gembalaan.Kata kunci: aksesi lamtoro, HMT, potensi hasil","PeriodicalId":53328,"journal":{"name":"Pastura Journal of Tropical Forage Science","volume":"50 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-05-20","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86478024","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-10-24DOI: 10.24843/pastura.2019.v09.i01.p08
S. Sowmen, R. Sriagtula, I. Martaguri, Mardhiyetti Mardhiyetti, Q. Aini
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemupukan fospor dan inokulasi mikoriza terhadap pertumbuhan Sorgum Mutan BMR pada tanah ultisol. Rancangan Percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial dengan 2 faktor yaitu faktor mikoriza yang terdiri dari M0: tanpa inokulasi mikoriza, dan M1: inokulasi dengan mikoriza, dan faktor pemupukan fosfor yang terdiri dari P0: tanpa pupuk fospat, P1: Rock Phospat (45 kg P2O/ha), dan P2: TSP (45 kg P2O5/ha), dengan 5 ulangan. Peubah yang diukur adalah tinggi tanaman, jumlah daun, panjang dan lebar daun, serta diameter batang. Analisis ragam menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh interaksi dan pengaruh faktor tunggal terhadap pertumbuhan sorgum BMR pada tanah ultisol. Hasil penelitian mendapatkan tinggi tanaman sorgum mutan BMR berkisar antara 130,15-157,4cm, jumlah daun berkisar antara 7,6-8,6 lembar, panjang daun berkisar antara 54,18-65,03cm, lebar daun berkisar antara 2,683,75cm, dan diameter batang berkisar antara 0,63 0,83cm. Sorgum mutan BMR berpotensi untuk dikembangkan sebagai tanaman pakan pada tanah ultisol. Kata kunci: mikoriza, rock phospat, sorgum BMR, TSP, ultisol
{"title":"PENGARUH PEMUPUKAN FOSPOR DAN INOKULASI FUNGI MIKORIZA ARBUSKULAR (FMA) TERHADAP PERTUMBUHAN SORGUM MUTAN BMR PADA ULTISOL","authors":"S. Sowmen, R. Sriagtula, I. Martaguri, Mardhiyetti Mardhiyetti, Q. Aini","doi":"10.24843/pastura.2019.v09.i01.p08","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/pastura.2019.v09.i01.p08","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemupukan fospor dan inokulasi mikoriza terhadap pertumbuhan Sorgum Mutan BMR pada tanah ultisol. Rancangan Percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap (RAL) pola faktorial dengan 2 faktor yaitu faktor mikoriza yang terdiri dari M0: tanpa inokulasi mikoriza, dan M1: inokulasi dengan mikoriza, dan faktor pemupukan fosfor yang terdiri dari P0: tanpa pupuk fospat, P1: Rock Phospat (45 kg P2O/ha), dan P2: TSP (45 kg P2O5/ha), dengan 5 ulangan. Peubah yang diukur adalah tinggi tanaman, jumlah daun, panjang dan lebar daun, serta diameter batang. Analisis ragam menunjukkan bahwa tidak ada pengaruh interaksi dan pengaruh faktor tunggal terhadap pertumbuhan sorgum BMR pada tanah ultisol. Hasil penelitian mendapatkan tinggi tanaman sorgum mutan BMR berkisar antara 130,15-157,4cm, jumlah daun berkisar antara 7,6-8,6 lembar, panjang daun berkisar antara 54,18-65,03cm, lebar daun berkisar antara 2,683,75cm, dan diameter batang berkisar antara 0,63 0,83cm. Sorgum mutan BMR berpotensi untuk dikembangkan sebagai tanaman pakan pada tanah ultisol. \u0000Kata kunci: mikoriza, rock phospat, sorgum BMR, TSP, ultisol","PeriodicalId":53328,"journal":{"name":"Pastura Journal of Tropical Forage Science","volume":"30 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-10-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88363412","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-09-24DOI: 10.24843/pastura.2019.v09.i01.p01
I. Prihantoro, A. Anandia, A. Aryanto, M. A. Setiana, P. Karti
Alfalfa (Medicago sativa L.) a high nutritious and palatability legume for ruminant. Constrain of alfalfa availability in Indonesia are due to the plant adaptability in tropical environment. Aim of the study was to measure the adaptation level of alfalfa that irradiated with gamma rays on a field scale. The study consisted of four types of plant sources, mutation plants with different gamma ray levels (0Gy, 200Gy, 300Gy and 400Gy). Plant tillers was analyzed with a complete randomized design with 3 replications, 20 plants per replication. Growth capability, leaf color, flowering time and pest attack level were analyzed descriptively. The results showed that alfalfa irradiated with 300 Gy significantly (p<0.05) produced highest tillers. Irradiated 300 Gy plant gave better result on growth capability, flowering capability, and number of not attack plant from pests. The higher level of gamma ray irradiation showed the changed in leaf color levels from dark green to light green. Keywords: alfalfa (Medicago sativa L.), mutation, gamma ray irradiation, field scale
{"title":"THE ADAPTATION LEVEL OF ALFALFA (MEDICAGO SATIVA L.) THAT IRRADIATED WITH GAMMA RAYS ON A FIELD SCALE","authors":"I. Prihantoro, A. Anandia, A. Aryanto, M. A. Setiana, P. Karti","doi":"10.24843/pastura.2019.v09.i01.p01","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/pastura.2019.v09.i01.p01","url":null,"abstract":"Alfalfa (Medicago sativa L.) a high nutritious and palatability legume for ruminant. Constrain of alfalfa availability in Indonesia are due to the plant adaptability in tropical environment. Aim of the study was to measure the adaptation level of alfalfa that irradiated with gamma rays on a field scale. The study consisted of four types of plant sources, mutation plants with different gamma ray levels (0Gy, 200Gy, 300Gy and 400Gy). Plant tillers was analyzed with a complete randomized design with 3 replications, 20 plants per replication. Growth capability, leaf color, flowering time and pest attack level were analyzed descriptively. The results showed that alfalfa irradiated with 300 Gy significantly (p<0.05) produced highest tillers. Irradiated 300 Gy plant gave better result on growth capability, flowering capability, and number of not attack plant from pests. The higher level of gamma ray irradiation showed the changed in leaf color levels from dark green to light green. \u0000Keywords: alfalfa (Medicago sativa L.), mutation, gamma ray irradiation, field scale","PeriodicalId":53328,"journal":{"name":"Pastura Journal of Tropical Forage Science","volume":"7 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81579413","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-09-24DOI: 10.24843/pastura.2019.v09.i01.p10
I. N. B. Paramartha, A. Trisnadewi, M. Duarsa
This study aims to determine the efficiency of water utilization in the local grasses of Axonopus compressus, Paspalum conjugatum, and Oplismenus burmanni with different water levels. The study was conducted in the Laboratory of Greenhouse, Faculty of Animal Husbandry Udayana University, Denpasar. Completely randomized design of 3 × 3 nested patterns was used in this study with a type of grass treatment: Axonopus compressus, Paspalum conjugatum, Oplismenus burmanni, and water levels i.e 100% field capacity (KL) (K1), 75% (KL) (K2), and 50% (KL) (K3) thus there are 9 treatment combinations namely PK1, PK2, PK3, OK1, OK2, OK3, AK1, AK2, dan AK3. Each treatment combination was repeated four times so there were 36 research pots. The variables observed were efficiency of water utilization, growth, production and growth characteristics. The results show that Paspalum conjugatum grass has the highest responsiveness on the efficiency of water utilization at giving different water levels compared to grass Axonopus compressus and Oplismenus burmanni. This study concluded that there was an increase in water utilization efficiency at the provision of 75% KL (K2) moisture content on grass Axonopus compressus and Paspalum conjugatum, whereas in grass Oplismenus burmanni the provision of different water content had no effect on improving water utilization efficiency. Key words: Axonopus compressus, Paspalum conjugatum, Oplismenus burmanii, water content, water utilization efficiency
{"title":"THE EFFICIENCY OF WATER UTILIZATION ON VARIOUS THE LOCAL GRASSES WITH DIFFERENT WATER LEVELS","authors":"I. N. B. Paramartha, A. Trisnadewi, M. Duarsa","doi":"10.24843/pastura.2019.v09.i01.p10","DOIUrl":"https://doi.org/10.24843/pastura.2019.v09.i01.p10","url":null,"abstract":"This study aims to determine the efficiency of water utilization in the local grasses of Axonopus compressus, Paspalum conjugatum, and Oplismenus burmanni with different water levels. The study was conducted in the Laboratory of Greenhouse, Faculty of Animal Husbandry Udayana University, Denpasar. Completely randomized design of 3 × 3 nested patterns was used in this study with a type of grass treatment: Axonopus compressus, Paspalum conjugatum, Oplismenus burmanni, and water levels i.e 100% field capacity (KL) (K1), 75% (KL) (K2), and 50% (KL) (K3) thus there are 9 treatment combinations namely PK1, PK2, PK3, OK1, OK2, OK3, AK1, AK2, dan AK3. Each treatment combination was repeated four times so there were 36 research pots. The variables observed were efficiency of water utilization, growth, production and growth characteristics. The results show that Paspalum conjugatum grass has the highest responsiveness on the efficiency of water utilization at giving different water levels compared to grass Axonopus compressus and Oplismenus burmanni. This study concluded that there was an increase in water utilization efficiency at the provision of 75% KL (K2) moisture content on grass Axonopus compressus and Paspalum conjugatum, whereas in grass Oplismenus burmanni the provision of different water content had no effect on improving water utilization efficiency. \u0000Key words: Axonopus compressus, Paspalum conjugatum, Oplismenus burmanii, water content, water utilization efficiency","PeriodicalId":53328,"journal":{"name":"Pastura Journal of Tropical Forage Science","volume":"52 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75952382","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}