Otodectes cynotis merupakan tungau yang dapat ditemukan di dalam saluran eksternal telinga kucing. Tungau ini menyebabkan kucing menggaruk-garuk telinga, memiringkan telinga dan dapat menyebabkan othematom. Penelitian ini bertujuan untuk menerangkan prevalensi infestasi Otodectes cynotis pada kucing di Klinik Hewan Dunia Satwa Batusangkar. Sumatera Barat Pemeriksaan dan identifikasi tungau Otodectes cynotis pada 20 ekor kucing. Ras kucing yang diperiksa yaitu kucing Domestik, Angora, Himalaya, Persia, dan kucing campuran (mix breed), Pengambilan sampel berupa serumen atau kotoran telinga kucing. Hasil pemeriksaan menunjukkan sebanyak 8 dari 20 (40%) kucing di Klinik Hewan Dunia Satwa Batusangkar terindentifikasi positif terinfestasi tungau Otodectes cynotis.
{"title":"Prevalensi Otodectes cynotis pada kucing di Klinik Hewan Dunia Satwa Batusangkar, Sumatera Barat","authors":"Afifatul Jannah, T. Siagian","doi":"10.29244/avl.5.1.7-8","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/avl.5.1.7-8","url":null,"abstract":"Otodectes cynotis merupakan tungau yang dapat ditemukan di dalam saluran eksternal telinga kucing. Tungau ini menyebabkan kucing menggaruk-garuk telinga, memiringkan telinga dan dapat menyebabkan othematom. Penelitian ini bertujuan untuk menerangkan prevalensi infestasi Otodectes cynotis pada kucing di Klinik Hewan Dunia Satwa Batusangkar. Sumatera Barat Pemeriksaan dan identifikasi tungau Otodectes cynotis pada 20 ekor kucing. Ras kucing yang diperiksa yaitu kucing Domestik, Angora, Himalaya, Persia, dan kucing campuran (mix breed), Pengambilan sampel berupa serumen atau kotoran telinga kucing. Hasil pemeriksaan menunjukkan sebanyak 8 dari 20 (40%) kucing di Klinik Hewan Dunia Satwa Batusangkar terindentifikasi positif terinfestasi tungau Otodectes cynotis.","PeriodicalId":8407,"journal":{"name":"ARSHI Veterinary Letters","volume":"34 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"76591581","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Aflatoksin B1 (AFB1) often contaminates a great variety of foods and animal feeds that will be dangerous if con-sumed by humans or animals. Rapid detection techniques that can be used in the field is really needed to monitor AFB1 contamination. The aims of this study were to perform synthesis of AFB1-BSA antigen and conjugation of antibody against AFB1-BSA to gold nanoparticle as immunostrip-test reagents. The AFB1-CMO was identified on TLC and AFB1-BSA was characterized using SDS PAGE. The AFB1-CMO formation indicated as a blue spot at 0.45 retention factor (Rf) on TLC and the AFB1-BSA antigen revealed as a single band protein at about 72 kDa molecular weight on the SDS PAGE. Conjugation of antibody against AFB1-BSA to gold nanoparticle resulted in the formation of red-dish purple compound which can be used for the detection of AFB1 on immunostrip. The optimum composition achieved in concentration of AFB1-BSA 1-1.5 mg/ml, IgG anti rabbit 0.1 mg/ml, and antibody against AFB1-BSA-gold nanoparticle conjugate in 0.5x0.5 cm² area characterized by the establishment of two reddish purple lines in the test and control zone.
{"title":"Sintesis antigen AFB1-BSA dan konjugasi antibodi anti AFB1-BSA dengan nanopartikel emas sebagai pereaksi imunostrip","authors":"Ita Krissanti","doi":"10.29244/avl.4.4.77-78","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/avl.4.4.77-78","url":null,"abstract":"Aflatoksin B1 (AFB1) often contaminates a great variety of foods and animal feeds that will be dangerous if con-sumed by humans or animals. Rapid detection techniques that can be used in the field is really needed to monitor AFB1 contamination. The aims of this study were to perform synthesis of AFB1-BSA antigen and conjugation of antibody against AFB1-BSA to gold nanoparticle as immunostrip-test reagents. The AFB1-CMO was identified on TLC and AFB1-BSA was characterized using SDS PAGE. The AFB1-CMO formation indicated as a blue spot at 0.45 retention factor (Rf) on TLC and the AFB1-BSA antigen revealed as a single band protein at about 72 kDa molecular weight on the SDS PAGE. Conjugation of antibody against AFB1-BSA to gold nanoparticle resulted in the formation of red-dish purple compound which can be used for the detection of AFB1 on immunostrip. The optimum composition achieved in concentration of AFB1-BSA 1-1.5 mg/ml, IgG anti rabbit 0.1 mg/ml, and antibody against AFB1-BSA-gold nanoparticle conjugate in 0.5x0.5 cm² area characterized by the establishment of two reddish purple lines in the test and control zone.","PeriodicalId":8407,"journal":{"name":"ARSHI Veterinary Letters","volume":"136 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77445236","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Muhammad Arfan Lesmana, Syakina Wahyu Endah Puspita
Kucing domestik didiagnosa suspect chronic kidney disease (CKD) di Klinik Hewan Pendidikan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya, Malang. Chronic kidney disease atau gagal ginjal kronis merupakan suatu kondisi dimana ginjal mengalami penurunan kinerja secara progresif sehingga tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit, dimana penyakit ini dapat bersifat reversibel dan irreversibel. Studi kasus ini membahas cara pendiagnosaan dan penanganan terhadap kasus suspect CKD. Diagnosa dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan fisik dan penegakkan diagnosa dengan pemeriksaan urinalisis, hematologi, kimia darah dan pencitraan ultrasonografi. Pengobatan terhadap kasus suspect CKD dilakukan adalah dengan menggunakan amoxicillin, livron, metronidazole selama 5 hari
{"title":"Suspect chronic kidney disease pada kucing domestik","authors":"Muhammad Arfan Lesmana, Syakina Wahyu Endah Puspita","doi":"10.29244/avl.4.3.53-54","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/avl.4.3.53-54","url":null,"abstract":"Kucing domestik didiagnosa suspect chronic kidney disease (CKD) di Klinik Hewan Pendidikan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya, Malang. Chronic kidney disease atau gagal ginjal kronis merupakan suatu kondisi dimana ginjal mengalami penurunan kinerja secara progresif sehingga tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit, dimana penyakit ini dapat bersifat reversibel dan irreversibel. Studi kasus ini membahas cara pendiagnosaan dan penanganan terhadap kasus suspect CKD. Diagnosa dilakukan dengan cara melakukan pemeriksaan fisik dan penegakkan diagnosa dengan pemeriksaan urinalisis, hematologi, kimia darah dan pencitraan ultrasonografi. Pengobatan terhadap kasus suspect CKD dilakukan adalah dengan menggunakan amoxicillin, livron, metronidazole selama 5 hari","PeriodicalId":8407,"journal":{"name":"ARSHI Veterinary Letters","volume":"20 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-05-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"74912627","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tiara Putri Sajuthi, Anisa Hasby Fauzia, Christophorus Algriawan Bayu Widjanarko
Canine parvovirus (CPV) adalah salah satu penyakit infeksius pada anjing dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Infeksi CPV umumnya menyerang organ sistem pencernaan sehingga mengakibatkan gejala klinis berupa muntah dan diare. Organ lain yang diserang oleh virus ini antara lain sumsum tulang, sistem limfatik, dan myocardium (terutama pada hewan muda). Salah satu gejala klinis yang kerap muncul adalah leukopenia akibat perusakan prekursor leukosit dan sel-sel limfoid oleh virus. Filgastrim (Leucogen®) adalah rekombinan Human Granulocyte – Colony Stimulating Factor (rH G-CSF) yang berfungsi menstimulasi proliferasi dan diferensiasi sel-sel granulosit. Tiga ekor anjing ras Cocker Spaniel (a) (2 tahun), Bernese Mountain (b) (6 bulan), dan mixed breed (c) (3 bulan) dibawa ke PDHB 24 Jam drh. Cucu K. Sajuthi, dkk. dengan kondisi klinis anorexia, lethargy, vomit, melena, dan dehidrasi. Uji rapid test kit CPV menunjukan interpretasi positif. Pemeriksaan darah lengkap menunjukan nilai WBC 2 x 103/µL (a); 3,5 x 103/µL (b); dan 3,6 x 103/µL (c), serta nilai absolut granulosit 1,1 x 103/µL (a); 2,1 x 103/µL (b); dan 2,6 x 103/µL (c). Ketiga pasien diberikan terapi filgastrim (10 µg/kg/hari) selama tiga hari berturut-turut bersama dengan terapi suportif lainnya. Darah lengkap kembali dilakukan pemeriksaan dan menunjukan nilai WBC 5,8 x 103/µL (a); 9,7 x 103/µL (b); dan 51,4 x 103/µL (c) serta nilai absolut granulosit 3,4 x 103/µL (a); 7,3 x 103/µL (b); dan 42,5 x 103/µL (c). Terapi menggunakan filgastrim pada ketiga pasien menunjukkan peningkatan kondisi yang nyata terhadap gejala leukopenia. Pasien juga menunjukan perbaikan kondisi klinis yang signifikan membaik.
{"title":"Efektifitas penggunaan filgastrim untuk terapi leukopenia pada kasus infeksi canine parvovirus","authors":"Tiara Putri Sajuthi, Anisa Hasby Fauzia, Christophorus Algriawan Bayu Widjanarko","doi":"10.29244/avl.4.3.51-52","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/avl.4.3.51-52","url":null,"abstract":"Canine parvovirus (CPV) adalah salah satu penyakit infeksius pada anjing dengan angka morbiditas dan mortalitas yang tinggi. Infeksi CPV umumnya menyerang organ sistem pencernaan sehingga mengakibatkan gejala klinis berupa muntah dan diare. Organ lain yang diserang oleh virus ini antara lain sumsum tulang, sistem limfatik, dan myocardium (terutama pada hewan muda). Salah satu gejala klinis yang kerap muncul adalah leukopenia akibat perusakan prekursor leukosit dan sel-sel limfoid oleh virus. Filgastrim (Leucogen®) adalah rekombinan Human Granulocyte – Colony Stimulating Factor (rH G-CSF) yang berfungsi menstimulasi proliferasi dan diferensiasi sel-sel granulosit. Tiga ekor anjing ras Cocker Spaniel (a) (2 tahun), Bernese Mountain (b) (6 bulan), dan mixed breed (c) (3 bulan) dibawa ke PDHB 24 Jam drh. Cucu K. Sajuthi, dkk. dengan kondisi klinis anorexia, lethargy, vomit, melena, dan dehidrasi. Uji rapid test kit CPV menunjukan interpretasi positif. Pemeriksaan darah lengkap menunjukan nilai WBC 2 x 103/µL (a); 3,5 x 103/µL (b); dan 3,6 x 103/µL (c), serta nilai absolut granulosit 1,1 x 103/µL (a); 2,1 x 103/µL (b); dan 2,6 x 103/µL (c). Ketiga pasien diberikan terapi filgastrim (10 µg/kg/hari) selama tiga hari berturut-turut bersama dengan terapi suportif lainnya. Darah lengkap kembali dilakukan pemeriksaan dan menunjukan nilai WBC 5,8 x 103/µL (a); 9,7 x 103/µL (b); dan 51,4 x 103/µL (c) serta nilai absolut granulosit 3,4 x 103/µL (a); 7,3 x 103/µL (b); dan 42,5 x 103/µL (c). Terapi menggunakan filgastrim pada ketiga pasien menunjukkan peningkatan kondisi yang nyata terhadap gejala leukopenia. Pasien juga menunjukan perbaikan kondisi klinis yang signifikan membaik.","PeriodicalId":8407,"journal":{"name":"ARSHI Veterinary Letters","volume":"19 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-05-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"73210312","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kuntum Rahmawati, Desi Khairunissa Rahayuningtyas, Fatri Alhadi, Y. Fikri, M. F. Ulum
Prolaps vagina umumnya terjadi pada sapi bunting trimester ketiga, namun juga dapat terjadi pada sapi tidak bunting. Tulisan ini melaporkan kasus prolaps vagina pada sapi tidak bunting tiga bulan pasca partus. Sapi mengalami demam, peningkatan frekuensi napas, dan mukosa vagina tampak keluar dari vulva. Sapi ditangani dengan membersihkan mukosa vagina menggunakan air bersih mengalir dan antiseptik selanjutnya direposisi secara manual. Sapi kemudian diberikan antibiotik, antiradang dan multivitamin secara intramuskular
{"title":"Penanganan kasus prolaps vagina pada sapi induk tidak bunting","authors":"Kuntum Rahmawati, Desi Khairunissa Rahayuningtyas, Fatri Alhadi, Y. Fikri, M. F. Ulum","doi":"10.29244/AVL.4.4.65-66","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/AVL.4.4.65-66","url":null,"abstract":"Prolaps vagina umumnya terjadi pada sapi bunting trimester ketiga, namun juga dapat terjadi pada sapi tidak bunting. Tulisan ini melaporkan kasus prolaps vagina pada sapi tidak bunting tiga bulan pasca partus. Sapi mengalami demam, peningkatan frekuensi napas, dan mukosa vagina tampak keluar dari vulva. Sapi ditangani dengan membersihkan mukosa vagina menggunakan air bersih mengalir dan antiseptik selanjutnya direposisi secara manual. Sapi kemudian diberikan antibiotik, antiradang dan multivitamin secara intramuskular","PeriodicalId":8407,"journal":{"name":"ARSHI Veterinary Letters","volume":"10 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-05-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80575790","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Albiruni Haryo, Ulvi Hudriyah, Muhamad Arfan Lesmana, N. K. Puspitasari
Seekor anjing English Bulldog bernama Dexter dirawat di Rumah Sakit Hewan Pendidikan Universitas Brawijaya dengan anamnesa trauma karena terlindas mobil. Presentasi anjing terlihat menghindari menggunakan kaki kiri belakang, pincang dan terdapat rasa sakit saat dipalpasi. Hasil radiografi menunjukkan adanya close complete facture pada bagian distal femur, tepatnya bagian supracondylar. Penanganan fraktur menggunakan kombinasi condylar plate dan intramedullary pen (rod). Post-operasi tidak ada komplikasi dan hewan dipulangkan 6 hari post operasi.
{"title":"Fraktur supracondylar os femur pada anjing English Bulldog","authors":"Albiruni Haryo, Ulvi Hudriyah, Muhamad Arfan Lesmana, N. K. Puspitasari","doi":"10.29244/AVL.4.4.67-68","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/AVL.4.4.67-68","url":null,"abstract":"Seekor anjing English Bulldog bernama Dexter dirawat di Rumah Sakit Hewan Pendidikan Universitas Brawijaya dengan anamnesa trauma karena terlindas mobil. Presentasi anjing terlihat menghindari menggunakan kaki kiri belakang, pincang dan terdapat rasa sakit saat dipalpasi. Hasil radiografi menunjukkan adanya close complete facture pada bagian distal femur, tepatnya bagian supracondylar. Penanganan fraktur menggunakan kombinasi condylar plate dan intramedullary pen (rod). Post-operasi tidak ada komplikasi dan hewan dipulangkan 6 hari post operasi.","PeriodicalId":8407,"journal":{"name":"ARSHI Veterinary Letters","volume":"96 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-05-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78161257","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Anjing betina dengan ras Siberian husky bernama Hugo berumur 12 tahun dibawa ke Rumah Sakit Hewan Pendidikan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya dengan keluhan terdapat daging atau massa pada daerah gusi, hal tersebut sudah berlangsung selama ± 1 bulan, namun anjing tersebut masih mau makan. Pemeriksaan fisik didapati bahwa suhu tubuh anjing 38,9 ºC dan detak jantung 100 x/menit, serta ditemukan adanya massa berukuran sedang pada gusinya, terdapat banyak karang gigi dan nafas bau. Hasil pemeriksaan radiografi menunjukkan adanya radioopacity pada daerah mandibula dexter. Hasil pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis, limfositosis dan monositosis sebagai indikasi terjadi inflamasi. Diagnosis penyakit pasien ini adalah odontoma. Terapi dilakukan dengan tindakan bedah ekstirpasi massa, pencabutan gigi disekitarnya dan pembersihan karang gigi. Pascabedah diberikan antiseptik, kortikosteroid dan suplemen, serta anjing diperbolehkan untuk pulang setelah 1 hari perawatan pascabedah karena kondisi sudah membaik.
{"title":"Odontoma pada anjing Siberian Husky","authors":"Muhamad Arfan Lesmana, Ulvi Hudriyah, Albiruni Haryo, Fathinah Inas Hutasuhut","doi":"10.29244/AVL.4.4.63-64","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/AVL.4.4.63-64","url":null,"abstract":"Anjing betina dengan ras Siberian husky bernama Hugo berumur 12 tahun dibawa ke Rumah Sakit Hewan Pendidikan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Brawijaya dengan keluhan terdapat daging atau massa pada daerah gusi, hal tersebut sudah berlangsung selama ± 1 bulan, namun anjing tersebut masih mau makan. Pemeriksaan fisik didapati bahwa suhu tubuh anjing 38,9 ºC dan detak jantung 100 x/menit, serta ditemukan adanya massa berukuran sedang pada gusinya, terdapat banyak karang gigi dan nafas bau. Hasil pemeriksaan radiografi menunjukkan adanya radioopacity pada daerah mandibula dexter. Hasil pemeriksaan darah menunjukkan leukositosis, limfositosis dan monositosis sebagai indikasi terjadi inflamasi. Diagnosis penyakit pasien ini adalah odontoma. Terapi dilakukan dengan tindakan bedah ekstirpasi massa, pencabutan gigi disekitarnya dan pembersihan karang gigi. Pascabedah diberikan antiseptik, kortikosteroid dan suplemen, serta anjing diperbolehkan untuk pulang setelah 1 hari perawatan pascabedah karena kondisi sudah membaik.","PeriodicalId":8407,"journal":{"name":"ARSHI Veterinary Letters","volume":"48 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81140313","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Squamous Cell Carcinoma (SSC) merupakan tumor malignant yang berkembang dari epitelium skuamus. Kucing merupakan hewan yang memiliki potensi terkena SSC, utamanya pada kucing yang sering keluar rumah dan terpapar sinar ultraviolet. Tulisan ini melaporkan kasus SSC pada kucing mixed breed yang ditemukan di area persawahan. Pemeriksaan fisik menunjukan kucing dalam kondisi anoreksia, dehidrasi, malnutrisi, alopecia, hiperkeratosis, terdapat massa multifokal (2-5cm) bersifat erosif dan ulseratif pada bagian thorax dan abdomen. Peneguhan diagnosa dilakukan dengan pemeriksaan ulas jaringan (sitologi) menggunakan tehnik pewarnaan Giemsa. Hasil dari sitologi menunjukkan karakteristik dari SSC yaitu adanya asynchronous sel dengan maturasi nukleus dan sitoplasma tidak seimbang. Sitoplasma sel terdapat vakuola-vakuola kecil dan bulat mengelilingi nukleus, serta terdapat sel-sel radang yang didominasi neutrofil dan limfosit, binukleus sel, anisositosis dan anisokarioasis. Sel berinti banyak dengan ukuran bervariasi
{"title":"Gambaran sitologi squamous cell carcinoma pada kucing","authors":"Riya Ulfa Diana, Wina Annisa Fitri, Virgi Alcita Raka Jhoni, Reza Febrianto","doi":"10.29244/AVL.4.4.61-62","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/AVL.4.4.61-62","url":null,"abstract":"Squamous Cell Carcinoma (SSC) merupakan tumor malignant yang berkembang dari epitelium skuamus. Kucing merupakan hewan yang memiliki potensi terkena SSC, utamanya pada kucing yang sering keluar rumah dan terpapar sinar ultraviolet. Tulisan ini melaporkan kasus SSC pada kucing mixed breed yang ditemukan di area persawahan. Pemeriksaan fisik menunjukan kucing dalam kondisi anoreksia, dehidrasi, malnutrisi, alopecia, hiperkeratosis, terdapat massa multifokal (2-5cm) bersifat erosif dan ulseratif pada bagian thorax dan abdomen. Peneguhan diagnosa dilakukan dengan pemeriksaan ulas jaringan (sitologi) menggunakan tehnik pewarnaan Giemsa. Hasil dari sitologi menunjukkan karakteristik dari SSC yaitu adanya asynchronous sel dengan maturasi nukleus dan sitoplasma tidak seimbang. Sitoplasma sel terdapat vakuola-vakuola kecil dan bulat mengelilingi nukleus, serta terdapat sel-sel radang yang didominasi neutrofil dan limfosit, binukleus sel, anisositosis dan anisokarioasis. Sel berinti banyak dengan ukuran bervariasi","PeriodicalId":8407,"journal":{"name":"ARSHI Veterinary Letters","volume":"9 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77673663","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tribhuana Tunggadewi, Tony Wahyudi, Aisyah Alviatus Shofwan, Anggri Azhari Khoerunnisa, H. S. Darusman
This study aimed to investigate the effect of policresulen treatment with various concentrations on the wound healing in buccal mucosa of white rats (Rattus norvegicus) through macroscopically observation. The number of 54 rats were divided into six treatment groups policresulen with concentration of 36%, 10%, 5%, 1%, 0.3% and one control group. The buccal mucosal injury was made with a 0.5 cm biopsy punch. The treatment of mucosal injury was conducted by dropped policresulen on the 2nd day until the 5th day after the injury. Macroscopic observation under a stereo micro-scope was conducted on the wound diameter, redness, swelling, and necrose. The results showed that wound healing was influenced significantly with concentration of the policresulen. The best healing was shown on lowest concentration marked which has lowest size of the wound diameter (0.50 ± 0.00 cm), the lowest tissue redness (0.00 ± 0.00), lowest final swelling at a concentration of 0.3%. Clinical evaluation of wound tissue necrose parameters which were seen to be most severe at 10% policresulen administration followed by 36% concentration and the least necrose shown on policresulen administration 0.3%. Therefore, based on macroscopic images with parameters of wound diameter, redness, swelling, and necrose suggested that policresulen used for wound healing process are at a concentration of 0.3%.
{"title":"Gambaran Makroskopis Persembuhan Luka Mukosa Buccal Tikus Putih (Rattus norvegicus) Pascapemberian Policresulen","authors":"Tribhuana Tunggadewi, Tony Wahyudi, Aisyah Alviatus Shofwan, Anggri Azhari Khoerunnisa, H. S. Darusman","doi":"10.29244/avl.4.3.57-58","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/avl.4.3.57-58","url":null,"abstract":"This study aimed to investigate the effect of policresulen treatment with various concentrations on the wound healing in buccal mucosa of white rats (Rattus norvegicus) through macroscopically observation. The number of 54 rats were divided into six treatment groups policresulen with concentration of 36%, 10%, 5%, 1%, 0.3% and one control group. The buccal mucosal injury was made with a 0.5 cm biopsy punch. The treatment of mucosal injury was conducted by dropped policresulen on the 2nd day until the 5th day after the injury. Macroscopic observation under a stereo micro-scope was conducted on the wound diameter, redness, swelling, and necrose. The results showed that wound healing was influenced significantly with concentration of the policresulen. The best healing was shown on lowest concentration marked which has lowest size of the wound diameter (0.50 ± 0.00 cm), the lowest tissue redness (0.00 ± 0.00), lowest final swelling at a concentration of 0.3%. Clinical evaluation of wound tissue necrose parameters which were seen to be most severe at 10% policresulen administration followed by 36% concentration and the least necrose shown on policresulen administration 0.3%. Therefore, based on macroscopic images with parameters of wound diameter, redness, swelling, and necrose suggested that policresulen used for wound healing process are at a concentration of 0.3%.","PeriodicalId":8407,"journal":{"name":"ARSHI Veterinary Letters","volume":"2014 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-04-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87743548","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penyediaan pangan asal hewan yang sehat merupakan faktor pendukung dalam pembangunan. Demikian pula dalam penyediaan industri jasa pariwisata yang didalamnya tercakup wisata kuliner. Infeksi larva Anisakidae pada ikan laut yang dikonsumsi harus menjadi perhatian penting dalam penyediaan jasa kuliner makanan laut dari aspek kesehatan masyarakat veteriner. Kajian ini merupakan deskripsi temuan pertama infeksi larva anisakid pada seekor ikan kerapu merah (Cephalopholis miniata). Infeksi larva anisakid pada C. miniata ini ditemukan pada peritoneum dan otot perut. Penting bagi masyarakat yang memasak ikan agar memastikan bagian dalam ikan juga matang sempurna agar terhindar dari anisakiasis.
{"title":"Laporan pertama infeksi larva Anisakidae pada kerapu merah (Cephalopholis miniata) dari perairan Nusa Tenggara Timur","authors":"Aji Winarso","doi":"10.29244/AVL.4.3.47-48","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/AVL.4.3.47-48","url":null,"abstract":"Penyediaan pangan asal hewan yang sehat merupakan faktor pendukung dalam pembangunan. Demikian pula dalam penyediaan industri jasa pariwisata yang didalamnya tercakup wisata kuliner. Infeksi larva Anisakidae pada ikan laut yang dikonsumsi harus menjadi perhatian penting dalam penyediaan jasa kuliner makanan laut dari aspek kesehatan masyarakat veteriner. Kajian ini merupakan deskripsi temuan pertama infeksi larva anisakid pada seekor ikan kerapu merah (Cephalopholis miniata). Infeksi larva anisakid pada C. miniata ini ditemukan pada peritoneum dan otot perut. Penting bagi masyarakat yang memasak ikan agar memastikan bagian dalam ikan juga matang sempurna agar terhindar dari anisakiasis.","PeriodicalId":8407,"journal":{"name":"ARSHI Veterinary Letters","volume":"98 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"89263256","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}