Flu burung disebabkan oleh virus avian influenza yang bersifat zoonosis atau dapat menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Penelitian ini bertujuan untuk menggambaran risiko penularan flu burung pada pedagang burung yang ada di kota Pagar Alam Sumatera Selatan berdasarkan prinsip biosekuriti. Penelitian studi lapang cross-sectional dengan kuesioner terstruktur yang memiliki keterkaitan erat dengan pokok-pokok permasalahaan dan melakukan observasi terhadap praktik biosekuriti kepada 13 responden. Hasil kusioner menunjukkan pedagang belum memahami dan belum menerapkan prinsip biosekuriti dalam tokonya. Prinsip biosekuriti yang telah dilakukan berupa kegiatan sanitasi sebagai bentuk kebiasaan pedagang membersihkan kandang burung setiap hari, namun kegiatan ini dilaksanakan tidak maksimal. Prinsip biosekuriti lain seperti isolasi dan kontrol lalu lintas belum dilakukan dengan baik. Kesadaran untuk memvaksinasi burung yang dijual juga belum ada sehingga resiko penularan flu burung berpotensi sangat tinggi bagi pedagang atau ke sesama burung di toko burung.
{"title":"Gambaran risiko penularan flu burung pada pedagang burung di Kota Pagar Alam melalui prinsip biosekuriti","authors":"T. Siagian, Edo Edo","doi":"10.29244/avl.4.4.75-76","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/avl.4.4.75-76","url":null,"abstract":"Flu burung disebabkan oleh virus avian influenza yang bersifat zoonosis atau dapat menular dari hewan ke manusia atau sebaliknya. Penelitian ini bertujuan untuk menggambaran risiko penularan flu burung pada pedagang burung yang ada di kota Pagar Alam Sumatera Selatan berdasarkan prinsip biosekuriti. Penelitian studi lapang cross-sectional dengan kuesioner terstruktur yang memiliki keterkaitan erat dengan pokok-pokok permasalahaan dan melakukan observasi terhadap praktik biosekuriti kepada 13 responden. Hasil kusioner menunjukkan pedagang belum memahami dan belum menerapkan prinsip biosekuriti dalam tokonya. Prinsip biosekuriti yang telah dilakukan berupa kegiatan sanitasi sebagai bentuk kebiasaan pedagang membersihkan kandang burung setiap hari, namun kegiatan ini dilaksanakan tidak maksimal. Prinsip biosekuriti lain seperti isolasi dan kontrol lalu lintas belum dilakukan dengan baik. Kesadaran untuk memvaksinasi burung yang dijual juga belum ada sehingga resiko penularan flu burung berpotensi sangat tinggi bagi pedagang atau ke sesama burung di toko burung.","PeriodicalId":8407,"journal":{"name":"ARSHI Veterinary Letters","volume":"8 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"82002399","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Andrea Puput Handayani, Vici Eko Handayani, T. Widyaputri
Chronic kidney disease (CKD) merupakan kelainan struktural dan fungsional ginjal yang bersifat irreversibel, sehingga ginjal mengalami penurunan hingga kehilangan fungsinya. Kasus ini ditulis untuk melaporkan proses penentuan diagnosa dan penanganan CKD pada kucing di klinik hewan Citrapet and Vet, Cibubur, Bekasi. Seekor kucing luar ruangan berkelamin betina dibawa ke klinik hewan dengan keluhan kondisi lemas dan tidak mau makan selama 3 hari. Temuan klinis menunjukkan turgor kulit > 2 detik, diare, banyak pinjal, saluran cerna kosong dan banyak gas, serta ginjal teraba berukuran besar. Pemeriksaan hematologi dan kimia darah terjadi penurunan kadar hemoglobin, penurunan hematokrit, leukositosis, limfositosis, granulositosis dan azotemia. Pemeriksaan urinalisis diperoleh nilai BJ dibawah normal, hematuria, proteinuria dan leukosituria. Pencitraan ultrasonografi menunjukkan batas antara pelvis renal, korteks dan medula tidak jelas pada kedua ginjal dan pola anekhoik yang diduga cairan tampak pada ginjal kanan. Kucing didiagnosa CKD dengan prognosa infausta. Terapi yang diberikan adalah pemberian antibiotik, antidiare, probiotik dan suplemen ginjal. Pemilik memutuskan rawat jalan setelah perawatan selama 10 hari dengan kondisi letargi, nafsu makan buruk dan sudah tidak menggalami diare.
{"title":"Chronic kidney disease pada kucing domestic short hair","authors":"Andrea Puput Handayani, Vici Eko Handayani, T. Widyaputri","doi":"10.29244/avl.5.2.23-24","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/avl.5.2.23-24","url":null,"abstract":"Chronic kidney disease (CKD) merupakan kelainan struktural dan fungsional ginjal yang bersifat irreversibel, sehingga ginjal mengalami penurunan hingga kehilangan fungsinya. Kasus ini ditulis untuk melaporkan proses penentuan diagnosa dan penanganan CKD pada kucing di klinik hewan Citrapet and Vet, Cibubur, Bekasi. Seekor kucing luar ruangan berkelamin betina dibawa ke klinik hewan dengan keluhan kondisi lemas dan tidak mau makan selama 3 hari. Temuan klinis menunjukkan turgor kulit > 2 detik, diare, banyak pinjal, saluran cerna kosong dan banyak gas, serta ginjal teraba berukuran besar. Pemeriksaan hematologi dan kimia darah terjadi penurunan kadar hemoglobin, penurunan hematokrit, leukositosis, limfositosis, granulositosis dan azotemia. Pemeriksaan urinalisis diperoleh nilai BJ dibawah normal, hematuria, proteinuria dan leukosituria. Pencitraan ultrasonografi menunjukkan batas antara pelvis renal, korteks dan medula tidak jelas pada kedua ginjal dan pola anekhoik yang diduga cairan tampak pada ginjal kanan. Kucing didiagnosa CKD dengan prognosa infausta. Terapi yang diberikan adalah pemberian antibiotik, antidiare, probiotik dan suplemen ginjal. Pemilik memutuskan rawat jalan setelah perawatan selama 10 hari dengan kondisi letargi, nafsu makan buruk dan sudah tidak menggalami diare.","PeriodicalId":8407,"journal":{"name":"ARSHI Veterinary Letters","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"79948723","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Arief Purwo Mihardi, Kaela Natania, Klasta Javasea Sanjaya, E. Wulandari, A. Suryani
Swimmer syndrome merupakan kondisi gangguan muskuloskeletal kongenital yang dapat terjadi pada anak kucing yang menyebabkan kaki menjadi terbuka ke arah lateral dan menyebabkan postur seperti katak. Seekor anak kucing persia betina bernama NN berusia 2 minggu dibawa ke Klinik Hewan Pet Vet menunjukkan gejala klinis mengalami kesulitan berjalan dengan gerakan seperti berenang. Pemeriksaan fisik menunjukkan kucing memiliki flat chest sehingga pernafasan terlihat dangkal dan cepat. Anak kucing didiagnosa mengalami swimmer syndrome. Terapi yang dilakukan terhadap anak kucing yaitu dengan memakaikan alat penahan pada bagian dada yang berbentuk setengah lingkaran. Alat ini diikatkan melingkari bagian dada dan dikenakan setiap hari. Perkembangan yang cukup baik ditunjukkan setelah 7 hari, dimana NN mulai dapat mengangkat tubuh dan dapat berjalan secara normal. Penggunaan alat bantu sebagai terapi pada kasus ini tetap diteruskan karena pembentukan tulang bagian dada yang belum sempurna.
{"title":"Kasus swimmer syndrome pada seekor anak kucing","authors":"Arief Purwo Mihardi, Kaela Natania, Klasta Javasea Sanjaya, E. Wulandari, A. Suryani","doi":"10.29244/avl.5.2.21-22","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/avl.5.2.21-22","url":null,"abstract":"Swimmer syndrome merupakan kondisi gangguan muskuloskeletal kongenital yang dapat terjadi pada anak kucing yang menyebabkan kaki menjadi terbuka ke arah lateral dan menyebabkan postur seperti katak. Seekor anak kucing persia betina bernama NN berusia 2 minggu dibawa ke Klinik Hewan Pet Vet menunjukkan gejala klinis mengalami kesulitan berjalan dengan gerakan seperti berenang. Pemeriksaan fisik menunjukkan kucing memiliki flat chest sehingga pernafasan terlihat dangkal dan cepat. Anak kucing didiagnosa mengalami swimmer syndrome. Terapi yang dilakukan terhadap anak kucing yaitu dengan memakaikan alat penahan pada bagian dada yang berbentuk setengah lingkaran. Alat ini diikatkan melingkari bagian dada dan dikenakan setiap hari. Perkembangan yang cukup baik ditunjukkan setelah 7 hari, dimana NN mulai dapat mengangkat tubuh dan dapat berjalan secara normal. Penggunaan alat bantu sebagai terapi pada kasus ini tetap diteruskan karena pembentukan tulang bagian dada yang belum sempurna.","PeriodicalId":8407,"journal":{"name":"ARSHI Veterinary Letters","volume":"16 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"84981646","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Andre Giovanni, Ajeng Aeka Nurmaningdyah, Muhamad Arfan Lesmana
Pyometra merupakan infeksi pada uterus yang bersifat akut maupun kronis dengan adanya akumulasi cairan pus (nanah) didalam uterus. Pyometra terdiri atas dua jenis yaitu pyometra terbuka dan pyometra tertutup. Tulisan ini melaporkan penanganan kasus pyometra di Klinik Hewan Pendidikan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya. Seekor kucing Mainecoon dibawa pemiliknya datang dengan keluhan pada vagina keluar lendir sejak beberapa hari sebelum dibawa ke klinik. Kucing sudah dua kali melahirkan dan belum pernah dilakukan steril (ovariohisterektomi) sebelumnya. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan berupa ultrasonografi, radiografi, hematologi, dan kimia darah. Hasil pencitraan ultrasonografi dan radiografi didapati adanya penimbunan cairan di dalam uterus dan dinding uterus tampak terjadi penebalan. Terapi pengobatan suportif menggunakan kombinasi Sanpicillin®, Cefotaxime®, Clavamox®, Methylgometrin, Entrostop®, Neurobion white®, Neurobion red®, Flagyl syrup, dan terapi cairan (Infus NS). Kucing menunjukkan adanya kemajuan selama perawatan dan dinyatakan sembuh setelah mendapatkan pengobatan suportif tanpa dilakukan tindakan operasi
{"title":"Pengobatan suportif pyometra terbuka pada kucing Mainecoon","authors":"Andre Giovanni, Ajeng Aeka Nurmaningdyah, Muhamad Arfan Lesmana","doi":"10.29244/avl.5.1.9-10","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/avl.5.1.9-10","url":null,"abstract":"Pyometra merupakan infeksi pada uterus yang bersifat akut maupun kronis dengan adanya akumulasi cairan pus (nanah) didalam uterus. Pyometra terdiri atas dua jenis yaitu pyometra terbuka dan pyometra tertutup. Tulisan ini melaporkan penanganan kasus pyometra di Klinik Hewan Pendidikan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Brawijaya. Seekor kucing Mainecoon dibawa pemiliknya datang dengan keluhan pada vagina keluar lendir sejak beberapa hari sebelum dibawa ke klinik. Kucing sudah dua kali melahirkan dan belum pernah dilakukan steril (ovariohisterektomi) sebelumnya. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan berupa ultrasonografi, radiografi, hematologi, dan kimia darah. Hasil pencitraan ultrasonografi dan radiografi didapati adanya penimbunan cairan di dalam uterus dan dinding uterus tampak terjadi penebalan. Terapi pengobatan suportif menggunakan kombinasi Sanpicillin®, Cefotaxime®, Clavamox®, Methylgometrin, Entrostop®, Neurobion white®, Neurobion red®, Flagyl syrup, dan terapi cairan (Infus NS). Kucing menunjukkan adanya kemajuan selama perawatan dan dinyatakan sembuh setelah mendapatkan pengobatan suportif tanpa dilakukan tindakan operasi","PeriodicalId":8407,"journal":{"name":"ARSHI Veterinary Letters","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90981093","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ida Sukma Kuswardhani, Albiruni Haryo, Muhamad Arfan Lesmana
Seekor kucing berjenis kelamin betina, dan berumur 2 tahun dibawa ke Rumah Sakit Hewan Pendidikan Universitas Brawijaya dengan kondisi lemas. Keluhan dari pemilik, kucing tidak mau makan, tidak ada muntah, tidak ada diare, dan diberikan vitamin. Kucing Caca menunjukkan suhu tubuh 37,6ºC, mukosa pucat, letarghi, palpasi abdomen tidak terdapat nyeri, tidak terdapat jaundice, dan cuping hidung kering. Pemeriksaan hematologi tampak anemia, trombositopenia, dan limfositopenia. Citra radiografi terlihat adanya benda asing dalam usus halus. Kucing di rawat inap selama 7 hari dan tidak menunjukkan perbaikan perkembangan, mengalami kematian dan dilakukan nekropsi untuk pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan histopatologi organ ileum terlihat adanya rupture pada mukosa hingga lapisan submukosa.
{"title":"Histopatologi kejadian obstruksi intestinal pada kucing Persia","authors":"Ida Sukma Kuswardhani, Albiruni Haryo, Muhamad Arfan Lesmana","doi":"10.29244/avl.5.1.11-12","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/avl.5.1.11-12","url":null,"abstract":"Seekor kucing berjenis kelamin betina, dan berumur 2 tahun dibawa ke Rumah Sakit Hewan Pendidikan Universitas Brawijaya dengan kondisi lemas. Keluhan dari pemilik, kucing tidak mau makan, tidak ada muntah, tidak ada diare, dan diberikan vitamin. Kucing Caca menunjukkan suhu tubuh 37,6ºC, mukosa pucat, letarghi, palpasi abdomen tidak terdapat nyeri, tidak terdapat jaundice, dan cuping hidung kering. Pemeriksaan hematologi tampak anemia, trombositopenia, dan limfositopenia. Citra radiografi terlihat adanya benda asing dalam usus halus. Kucing di rawat inap selama 7 hari dan tidak menunjukkan perbaikan perkembangan, mengalami kematian dan dilakukan nekropsi untuk pemeriksaan histopatologi. Pemeriksaan histopatologi organ ileum terlihat adanya rupture pada mukosa hingga lapisan submukosa.","PeriodicalId":8407,"journal":{"name":"ARSHI Veterinary Letters","volume":"33 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-09-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86336146","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Burung hantu merupakan burung pemangsa nokturnal yang saat ini banyak dijadikan hewan peliharaan di Indonesia. Namun informasi terkait penyakit dan pengobatan burung hantu masih sangat terbatas. Pengawasan penggunaan antibiotik di Indonesia juga masih lemah sehingga dapat terjadi resistensi antibiotik. Penelitian ini bertujuan mengetahui kepekaan bakteri Staphylococcus Koagulase Negatif (CoNS) dari swab kloaka satu ekor Javan owlet (Glaucidium castanopterum) dan dua ekor buffy fish owl (Ketupa ketupu) yang berasal dari penangkaran burung hantu di Depok terhadap lima jenis antibiotik menggunakan metode Kirby-Bauer. Hasil penelitian menunjukkan bakteri CoNS dari swab kloaka satu ekor javan Owlet dan satu ekor buffy fish owl resisten terhadap eritromisin, namun kedua isolat ini masih sensitif terhadap gentamisin, siprofloksasin, doksisiklin dan tetrasiklin. Untuk isolat ketiga yang berasal dari satu ekor buffy fish owl masih sensitif terhadap kelima antibiotik yang diujikan
猫头鹰是一种夜间猛禽,目前在印尼被广泛用作宠物。但是猫头鹰相关的疾病和治疗信息仍然非常有限。对印尼抗生素使用的监督也很低,所以可能存在抗生素耐药性。该研究的目的是了解swab kloaka的阴性凝乳细菌,分别为1条Javan owterum和2条buffy fish owl,其中使用Kirby-Bauer方法获得了5种不同的抗生素。研究表明,这种细菌与swab kloaka的脊细菌为一种javan Owlet和一种巴菲鱼夜猫子对红霉素的抗药性,但这两种同位素对鸡青素、环丙沙星、二环霉素和四环素仍然很敏感。对于从一只巴菲鱼猫头鹰中提取的第三种分离物仍然对试验中使用的所有五种抗生素仍然很敏感
{"title":"Uji kepekaan Staphylococcus koagulase negatif (CoNS) dari swab kloaka burung hantu asal Depok","authors":"Michella Hoseana Wijaya, Usamah Afiff, Aulia Andi Mustika","doi":"10.29244/AVL.5.2.33-34","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/AVL.5.2.33-34","url":null,"abstract":"Burung hantu merupakan burung pemangsa nokturnal yang saat ini banyak dijadikan hewan peliharaan di Indonesia. Namun informasi terkait penyakit dan pengobatan burung hantu masih sangat terbatas. Pengawasan penggunaan antibiotik di Indonesia juga masih lemah sehingga dapat terjadi resistensi antibiotik. Penelitian ini bertujuan mengetahui kepekaan bakteri Staphylococcus Koagulase Negatif (CoNS) dari swab kloaka satu ekor Javan owlet (Glaucidium castanopterum) dan dua ekor buffy fish owl (Ketupa ketupu) yang berasal dari penangkaran burung hantu di Depok terhadap lima jenis antibiotik menggunakan metode Kirby-Bauer. Hasil penelitian menunjukkan bakteri CoNS dari swab kloaka satu ekor javan Owlet dan satu ekor buffy fish owl resisten terhadap eritromisin, namun kedua isolat ini masih sensitif terhadap gentamisin, siprofloksasin, doksisiklin dan tetrasiklin. Untuk isolat ketiga yang berasal dari satu ekor buffy fish owl masih sensitif terhadap kelima antibiotik yang diujikan","PeriodicalId":8407,"journal":{"name":"ARSHI Veterinary Letters","volume":"64 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87786743","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan menganalisis aktivitas ekstrak torbangun (Coleus amboinicus) terhadap biokimia darah dan gambaran histopatologi ginjal pada induksi cisplatin pada tikus putih Wistar (Rattus norvegicus). Penelitian ini menggunakan 24 tikus putih galur Wistar yang terbagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok kontrol negatif dengan pemberian plasebo (P0), kelompok kontrol positif berupa induksi cisplatin dengan pemberian CMC-Na 0.1 % (P1), dan kelompok induksi cisplatin dengan pemberian ekstrak torbangun 500 mg/ kg bb (P2). Pembuatan nefropati pada kelompok perlakuan dengan injeksi intra peritoneal hari ke-4 dosis tunggal cisplatin 5 mg/kg bb. Seluruh kelompok tikus dikorbankan dan diambil sampel darah untuk diukur kadar blood urea nitrogen (BUN), serum kreatinin (SK) dan alkalin phospatase (ALP) sebagai tes fungsi ginjal. Sampel organ fiksasi dengan BNF 10 % untuk histopatologi. Hasil menunjukkan bahwa pemberian ekstrak Coleus amboinicus menurunkan konsentrasi BUN, serum kreatinin, dan alkalin phospatase pada kelompok dengan ekstrak torbangun (P2) dibandingkan dengan kelompok kontrol positif (p<0,05). Analisis histopatologi terlihat perdarahan multifokal, infiltrasi interstisial, adanya adesi membrane capsula glomerulus dan nekrotik tubular secara difus pada kelompok kontrol positif dengan induksi cisplatin (P1). Kerusakan pada glomerulus dan tubulus ginjal lebih ringan pada kelompok yang diberi eksrak torbangun (P2). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan pemberian ekstrak torbangun dapat menormalkan gambaran biokimia darah dan menghambat kerusakan ginjal dengan cara menghambat keradangan pada induksi cisplatin pada tikus putih.
这项研究的目的是分析血液化学的tor觉醒提取物(Coleus amboinicus)的血液生成素活动,以及紫心白鼠(Rattus norvegicus)的肾性结构分析。这项研究使用24只白鼠尾尾草被分成3组,即用安博(P0)进行消极控制,用cmcr - na (P1)给予cmcr - na 0.1 % (P2),用torbangun 500 mg/ kg bb (P2)进行正规性控制。治疗小组的nefropati是第四天注射一剂5毫克/kg bb。所有的小鼠都被牺牲,并采集了血液样本,以检测肾功能测试的血尿素、肌酸血清(SK)和磷酸二磷酸碱基(ALP)。固定的器官样本与BNF 10%的组织病理。结果表明,胶原提取物的浓度降低了BUN、血清kreatinin和组中使用torbangun提取物(P2)的磷碱度,而不是正控件(p< 0.05)。组织病理分析显示,有多面出血、内部渗透、球形膜膜、球状支管发育和弥漫性坏死,以诱导入内神经素(P1)为正控制群。经试验后(P2),肾小球和肾小球的损伤较轻。根据这项研究,可以得出结论,torbangun提取物可以使血液的生物化学图像正化,并通过抑制白老鼠的肠道内炎症而抑制肾脏损伤。
{"title":"Efek anti radang ekstrak torbangun (Coleus amboinicus) pada induksi cisplatin tikus putih wistar","authors":"Rondius Solfaine, Iwan Sharial Hamid","doi":"10.29244/AVL.4.4.79-80","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/AVL.4.4.79-80","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan menganalisis aktivitas ekstrak torbangun (Coleus amboinicus) terhadap biokimia darah dan gambaran histopatologi ginjal pada induksi cisplatin pada tikus putih Wistar (Rattus norvegicus). Penelitian ini menggunakan 24 tikus putih galur Wistar yang terbagi menjadi 3 kelompok yaitu kelompok kontrol negatif dengan pemberian plasebo (P0), kelompok kontrol positif berupa induksi cisplatin dengan pemberian CMC-Na 0.1 % (P1), dan kelompok induksi cisplatin dengan pemberian ekstrak torbangun 500 mg/ kg bb (P2). Pembuatan nefropati pada kelompok perlakuan dengan injeksi intra peritoneal hari ke-4 dosis tunggal cisplatin 5 mg/kg bb. Seluruh kelompok tikus dikorbankan dan diambil sampel darah untuk diukur kadar blood urea nitrogen (BUN), serum kreatinin (SK) dan alkalin phospatase (ALP) sebagai tes fungsi ginjal. Sampel organ fiksasi dengan BNF 10 % untuk histopatologi. Hasil menunjukkan bahwa pemberian ekstrak Coleus amboinicus menurunkan konsentrasi BUN, serum kreatinin, dan alkalin phospatase pada kelompok dengan ekstrak torbangun (P2) dibandingkan dengan kelompok kontrol positif (p<0,05). Analisis histopatologi terlihat perdarahan multifokal, infiltrasi interstisial, adanya adesi membrane capsula glomerulus dan nekrotik tubular secara difus pada kelompok kontrol positif dengan induksi cisplatin (P1). Kerusakan pada glomerulus dan tubulus ginjal lebih ringan pada kelompok yang diberi eksrak torbangun (P2). Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan pemberian ekstrak torbangun dapat menormalkan gambaran biokimia darah dan menghambat kerusakan ginjal dengan cara menghambat keradangan pada induksi cisplatin pada tikus putih.","PeriodicalId":8407,"journal":{"name":"ARSHI Veterinary Letters","volume":"38 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88190736","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Aji Winarso, Nadia Daramuli Kale, Diana Miranti Rihi, Desmond T.M. Hurek, Poppy Sarina Pello, Venansia Nona Beti, Maria Marsiniani Moi, Mesa J. Niex Boru, Rizky Y. Manafe, Maria Dua Eni Parera, M. Jo, Yohanes Raldy Nadja, Dalmasia Trisna Dhiu, Mario H. Cantona, Lucia D. Amleni, Sharoniva J. Koanak, Yusinta Veronika Nawa, Angela Novita Daki, Jeanet Frederika Tamar Lali Pora
Pengendalian yang strategis perlu mempertimbangkan data epidemiologi trematodosis itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status prevalensi terkini (update) kasus trematodosis pada sapi bali di Kupang. Sebanyak 51 ekor sapi bali dewasa diambil sampel feses dan diperiksa dengan metode filtrasi bertingkat selama periode September 2019 hingga Januari 2020. Data diolah dan ditampilkan sebagai statistik deskriptif. Kajian ini mengungkap prevalensi trematodosis pada sapi bali di Kupang sebesar 25,49%, dengan diantaranya menderita fasciolosis sebesar 19,61% dan infeksi amphistome sebesar 9,80%.
{"title":"Prevalensi trematodiasis pada sapi bali di Kupang dengan pemeriksaan feses metode filtrasi","authors":"Aji Winarso, Nadia Daramuli Kale, Diana Miranti Rihi, Desmond T.M. Hurek, Poppy Sarina Pello, Venansia Nona Beti, Maria Marsiniani Moi, Mesa J. Niex Boru, Rizky Y. Manafe, Maria Dua Eni Parera, M. Jo, Yohanes Raldy Nadja, Dalmasia Trisna Dhiu, Mario H. Cantona, Lucia D. Amleni, Sharoniva J. Koanak, Yusinta Veronika Nawa, Angela Novita Daki, Jeanet Frederika Tamar Lali Pora","doi":"10.29244/AVL.5.1.13-14","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/AVL.5.1.13-14","url":null,"abstract":"Pengendalian yang strategis perlu mempertimbangkan data epidemiologi trematodosis itu sendiri. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui status prevalensi terkini (update) kasus trematodosis pada sapi bali di Kupang. Sebanyak 51 ekor sapi bali dewasa diambil sampel feses dan diperiksa dengan metode filtrasi bertingkat selama periode September 2019 hingga Januari 2020. Data diolah dan ditampilkan sebagai statistik deskriptif. Kajian ini mengungkap prevalensi trematodosis pada sapi bali di Kupang sebesar 25,49%, dengan diantaranya menderita fasciolosis sebesar 19,61% dan infeksi amphistome sebesar 9,80%.","PeriodicalId":8407,"journal":{"name":"ARSHI Veterinary Letters","volume":"129 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88344055","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Dinar Arifianto, Topas Wicaksono Priyo, Erif Maha Nugraha Setyawan, Agus Purnomo, Dhirgo Adji, Yuriadi
Seekor sapi peranakan ongole dilaporkan melewati batas waktu perkiraan kelahiran pada bulan ke-10 tanpa menunjukkan adanya tanda-tanda mendekati kelahiran. Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan untuk memastikan kondisi kebuntingan dan didapatkan gambaran dinding uterus bersinggungan dengan bentukan tulang dan teracak fetus serta cairan amnion yang sangat sedikit dan hampir mengering. Pemeriksaan fisik dan pengambilan sampel darah dilakukan untuk memperkuat diagnosis dan melakukan rencana terapi. Operasi caesar dilakukan untuk mengeluarkan fetus melalui prosedur operasi posisi berdiri pada flank kiri. Fetus berwarna coklat kekuningan dan mengalami perlekatan dengan kotiledon serta membran khorioalantois. Hasil gambaran darah sebelum operasi menunjukkan hasil nilai eritrosit, Hb, MCV, MCH, total leukosit, neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, total protein plasma (TPP), dan fibrinogen dalam batas normal. Trombosit dan MCHC mengalami penurunan sedangkan PCV mengalami peningkatan
{"title":"Hematologi rutin sapi peranakan ongole yang mengalami mumifikasi fetus","authors":"Dinar Arifianto, Topas Wicaksono Priyo, Erif Maha Nugraha Setyawan, Agus Purnomo, Dhirgo Adji, Yuriadi","doi":"10.29244/avl.5.1.5-6","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/avl.5.1.5-6","url":null,"abstract":"Seekor sapi peranakan ongole dilaporkan melewati batas waktu perkiraan kelahiran pada bulan ke-10 tanpa menunjukkan adanya tanda-tanda mendekati kelahiran. Pemeriksaan ultrasonografi dilakukan untuk memastikan kondisi kebuntingan dan didapatkan gambaran dinding uterus bersinggungan dengan bentukan tulang dan teracak fetus serta cairan amnion yang sangat sedikit dan hampir mengering. Pemeriksaan fisik dan pengambilan sampel darah dilakukan untuk memperkuat diagnosis dan melakukan rencana terapi. Operasi caesar dilakukan untuk mengeluarkan fetus melalui prosedur operasi posisi berdiri pada flank kiri. Fetus berwarna coklat kekuningan dan mengalami perlekatan dengan kotiledon serta membran khorioalantois. Hasil gambaran darah sebelum operasi menunjukkan hasil nilai eritrosit, Hb, MCV, MCH, total leukosit, neutrofil, limfosit, monosit, eosinofil, total protein plasma (TPP), dan fibrinogen dalam batas normal. Trombosit dan MCHC mengalami penurunan sedangkan PCV mengalami peningkatan","PeriodicalId":8407,"journal":{"name":"ARSHI Veterinary Letters","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86785337","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Informasi dan pengetahuan masyarakat yang masih minim mengenai antibiotik burung hias dapat menimbulkan penyalahgunaan dan resistensi antibiotik. Staphylococcus koagulase positif merupakan salah satu bakteri Gram positif yang bersifat patogen dan dapat menginfeksi burung lovebird. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui resistensi Staphylococcus koagulase positif yang diisolasi dari swab kloaka burung lovebird terhadap beberapa antibiotik yang berbeda. Isolat bakteri yang digunakan sebanyak empat buah dan diuji terhadap antibiotik gentamisin, eritromisin, siprofloksasin, tetrasiklin, dan doksisiklin menggunakan metode difusi cakram menurut Kirby-Bauer. Interpretasi hasil dan penentuan sifat kepekaan mengacu pada Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI 2018). Hasil uji resistensi yang didapatkan bervariasi. Sifat resistensi hanya didapatkan terhadap gentamisin pada isolat 4. Intermediet didapatkan terhadap gentamisin pada isolat 1, serta terhadap eritromisin dan siprofloksasin pada isolat 4. Isolat 2 dan 3 menunjukkan kepekaan sensitif terhadap gentamisin, eritromisin, siprofloksasin, tetrasiklin, dan doksisiklin.
{"title":"Pola resistensi Staphylococcus koagulase positif yang diisolasi dari burung lovebird terhadap beberapa antibiotik","authors":"Anggia Murni Wijiati, Usamah Afiff, Aulia Andi Mustika","doi":"10.29244/avl.5.1.15-16","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/avl.5.1.15-16","url":null,"abstract":"Informasi dan pengetahuan masyarakat yang masih minim mengenai antibiotik burung hias dapat menimbulkan penyalahgunaan dan resistensi antibiotik. Staphylococcus koagulase positif merupakan salah satu bakteri Gram positif yang bersifat patogen dan dapat menginfeksi burung lovebird. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui resistensi Staphylococcus koagulase positif yang diisolasi dari swab kloaka burung lovebird terhadap beberapa antibiotik yang berbeda. Isolat bakteri yang digunakan sebanyak empat buah dan diuji terhadap antibiotik gentamisin, eritromisin, siprofloksasin, tetrasiklin, dan doksisiklin menggunakan metode difusi cakram menurut Kirby-Bauer. Interpretasi hasil dan penentuan sifat kepekaan mengacu pada Clinical and Laboratory Standards Institute (CLSI 2018). Hasil uji resistensi yang didapatkan bervariasi. Sifat resistensi hanya didapatkan terhadap gentamisin pada isolat 4. Intermediet didapatkan terhadap gentamisin pada isolat 1, serta terhadap eritromisin dan siprofloksasin pada isolat 4. Isolat 2 dan 3 menunjukkan kepekaan sensitif terhadap gentamisin, eritromisin, siprofloksasin, tetrasiklin, dan doksisiklin.","PeriodicalId":8407,"journal":{"name":"ARSHI Veterinary Letters","volume":"38 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86780990","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}