Kondisi pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia sejak bulan Maret 2020 menjadi sebuah babak baru dari kehidupan luas di Indonesia. Pembatasan pergerakan sosial, aktifitas dan penyesuaian kegiatan di ruang publik menjadi perhatian masyarakat dan pemerintah hingga saat ini. Kondisi himpitan ekonomi, pemutusan hubungan kerja, serta terus berjalan nya kebutuan hidup harian adalah permasalahan yang dialami hampir setiap masyarakat di Indonesia. Beberapa kondisi tersebut dapat memperkuat peluang terjadinya tindak kekerasan pada hewan yang menjadi efek sekunder dari kemungkinan peningkatan kasus kekerasan di lingkup keluarga. Tulisan ini menggambarkan tindak kekerasan terhadap hewan di Masa Pandemi Covid-19 dari bulan Maret 2020 hingga Juli 2021 di daerah Malang. Data dari penelitian ini digunakan untuk dapat mengembangkan konsep bioekologi veteriner dalam pemetaan masalah tindak kekerasan hewan.
{"title":"Gambaran tindak kekerasan pada hewan dalam masa pandemi Covid-19 di Kota Malang","authors":"Albiruni Haryo, Herlina Pratiwi","doi":"10.29244/avl.5.4.77-78","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/avl.5.4.77-78","url":null,"abstract":"Kondisi pandemi Covid-19 yang terjadi di Indonesia sejak bulan Maret 2020 menjadi sebuah babak baru dari kehidupan luas di Indonesia. Pembatasan pergerakan sosial, aktifitas dan penyesuaian kegiatan di ruang publik menjadi perhatian masyarakat dan pemerintah hingga saat ini. Kondisi himpitan ekonomi, pemutusan hubungan kerja, serta terus berjalan nya kebutuan hidup harian adalah permasalahan yang dialami hampir setiap masyarakat di Indonesia. Beberapa kondisi tersebut dapat memperkuat peluang terjadinya tindak kekerasan pada hewan yang menjadi efek sekunder dari kemungkinan peningkatan kasus kekerasan di lingkup keluarga. Tulisan ini menggambarkan tindak kekerasan terhadap hewan di Masa Pandemi Covid-19 dari bulan Maret 2020 hingga Juli 2021 di daerah Malang. Data dari penelitian ini digunakan untuk dapat mengembangkan konsep bioekologi veteriner dalam pemetaan masalah tindak kekerasan hewan.","PeriodicalId":8407,"journal":{"name":"ARSHI Veterinary Letters","volume":"69 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"76538670","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
M. F. Ulum, Dairoh Dairoh, Winni Liani Daulay, Prastya Idihastuti, Amin Wahyudiono, Jakaria Jakaria, Annang Dwijatmiko
Pengekangan merupakan langkah awal dan utama dalam menentukan keberhasilan untuk pemeriksaan hewan, seperti pada pencitraan ultrasonografi. Tulisan ini mendeskripsikan beberapa metode pengekangan sapi bali untuk pencitraan ultrasonografi di kandang penampungan dan pola sonogram yang didapatkan. Sapi bali jantan dewasa sebanyak 101 ekor dilakukan pendugaan kualitas karkas sebelum dipotong. Pengekangan fisik dilakukan dengan pilihan yaitu: mengikat sapi pada kandang komunal, mengikat sapi kandang dengan pembatas dinding, dan menempatkan sapi pada kandang jepit. Proses pengekangan berlangsung ±5-10 menit atau lebih lama tergantung temperamen sapi. Sedangkan proses pencitraan ultrasonografi berlangsung ±30-60 detik pada sudut pandang transversal dan longitudinal. Citra ultrasonografi punggung daerah rusuk 12-13 tampak ekogenitas lapisan jaringan penyusun berupa kulit, lemak subkutan, otot dan tulang punggung yang terbedakan dengan baik. Pola marbling pada sonogram otot longissimus dorsi sudut pandang transversal terlihat seperti ranting, sarang lebah, bercak-bercak, dan tanpa pola. Sedangkan citra pada sudut pandang longitudinal terlihat garis diagonal dan tanpa garis.
{"title":"Teknik pengekangan sapi bali dan pola sonogram jaringan untuk pendugaan kualitas karkas hidup secara ultrasonografi","authors":"M. F. Ulum, Dairoh Dairoh, Winni Liani Daulay, Prastya Idihastuti, Amin Wahyudiono, Jakaria Jakaria, Annang Dwijatmiko","doi":"10.29244/avl.5.4.79-80","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/avl.5.4.79-80","url":null,"abstract":"Pengekangan merupakan langkah awal dan utama dalam menentukan keberhasilan untuk pemeriksaan hewan, seperti pada pencitraan ultrasonografi. Tulisan ini mendeskripsikan beberapa metode pengekangan sapi bali untuk pencitraan ultrasonografi di kandang penampungan dan pola sonogram yang didapatkan. Sapi bali jantan dewasa sebanyak 101 ekor dilakukan pendugaan kualitas karkas sebelum dipotong. Pengekangan fisik dilakukan dengan pilihan yaitu: mengikat sapi pada kandang komunal, mengikat sapi kandang dengan pembatas dinding, dan menempatkan sapi pada kandang jepit. Proses pengekangan berlangsung ±5-10 menit atau lebih lama tergantung temperamen sapi. Sedangkan proses pencitraan ultrasonografi berlangsung ±30-60 detik pada sudut pandang transversal dan longitudinal. Citra ultrasonografi punggung daerah rusuk 12-13 tampak ekogenitas lapisan jaringan penyusun berupa kulit, lemak subkutan, otot dan tulang punggung yang terbedakan dengan baik. Pola marbling pada sonogram otot longissimus dorsi sudut pandang transversal terlihat seperti ranting, sarang lebah, bercak-bercak, dan tanpa pola. Sedangkan citra pada sudut pandang longitudinal terlihat garis diagonal dan tanpa garis.","PeriodicalId":8407,"journal":{"name":"ARSHI Veterinary Letters","volume":"43 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"74098884","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Koksidiosis merupakan penyakit yang dapat menyerang berbagai jenis hewan teramasuk kangguru. Informasi koksidiosis pada kangguru dahan kelabu masih sangat sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan observasi kasus koksidiosis pada kanguru pohon kelabu yang meliputi pengamatan gejala klinis, dan mengidentifikasi jenis koksidia. Hasil observasi pada dua ekor kangguru pohon kelabu menunjukkan penurunan aktivitas, lemah, lesu dan nafsu makan menurun. Hasil pemeriksaan feses menunjukkan kedua hewan menderita koksidiosis dengan rata rata jumlah ookista tiap gram feses sebesar 450. Hasil identifikasi menunjukkan jenis koksidia yang menginfeksi adalah dari genus Eimeria spp.
{"title":"Koksidiosis pada kangguru pohon kelabu (Dendrolagus inustus) di tempat konservasi ex situ","authors":"Yusuf Ridwan, A. Nugraha, Hammada Raudlowi","doi":"10.29244/avl.5.4.63-64","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/avl.5.4.63-64","url":null,"abstract":"Koksidiosis merupakan penyakit yang dapat menyerang berbagai jenis hewan teramasuk kangguru. Informasi koksidiosis pada kangguru dahan kelabu masih sangat sedikit. Penelitian ini bertujuan untuk melakukan observasi kasus koksidiosis pada kanguru pohon kelabu yang meliputi pengamatan gejala klinis, dan mengidentifikasi jenis koksidia. Hasil observasi pada dua ekor kangguru pohon kelabu menunjukkan penurunan aktivitas, lemah, lesu dan nafsu makan menurun. Hasil pemeriksaan feses menunjukkan kedua hewan menderita koksidiosis dengan rata rata jumlah ookista tiap gram feses sebesar 450. Hasil identifikasi menunjukkan jenis koksidia yang menginfeksi adalah dari genus Eimeria spp.","PeriodicalId":8407,"journal":{"name":"ARSHI Veterinary Letters","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88737787","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pedagang ayam di pasar besar Kota Malang melaporkan ada seekor ayam kampung terlihat berdiam disudut kandang. Keesokan harinya ayam tersebut mati di dalam kandang dan dilakukan nekropsi untuk mengetahui kelainan patologik yang terjadi pada tubuh ayam. Hasil pengamatan dan pemeriksaan yang dilakukan terlihat organ ayam yang mengalami kelainan patologis yaitu trakea, hepar, proventrikulus, dan jantung. Trakea terinfestasi kapang diduga Aspergillus sp sehingga mengalami kelainan infiltrasi sel radang pada trakea. Jantung mengalami kelainan berupa nekrosis koagulatif dan kongesti. Proventrikulus juga mengalami kongesti. Hepar terjadi edema dan kongesti disekitar sel hepatosit. Akumulasi kapang Aspergilus sp. ditemukan pada trakea.
{"title":"Identifikasi makroskopis dan mikroskopis organ pada ayam kampung (Gallus domesticus) dengan suspect aspergillosis","authors":"Dite Lumaksono, Abiruni Haryo, Muhamad Arfan Lesmana","doi":"10.29244/avl.5.1.17-18","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/avl.5.1.17-18","url":null,"abstract":"Pedagang ayam di pasar besar Kota Malang melaporkan ada seekor ayam kampung terlihat berdiam disudut kandang. Keesokan harinya ayam tersebut mati di dalam kandang dan dilakukan nekropsi untuk mengetahui kelainan patologik yang terjadi pada tubuh ayam. Hasil pengamatan dan pemeriksaan yang dilakukan terlihat organ ayam yang mengalami kelainan patologis yaitu trakea, hepar, proventrikulus, dan jantung. Trakea terinfestasi kapang diduga Aspergillus sp sehingga mengalami kelainan infiltrasi sel radang pada trakea. Jantung mengalami kelainan berupa nekrosis koagulatif dan kongesti. Proventrikulus juga mengalami kongesti. Hepar terjadi edema dan kongesti disekitar sel hepatosit. Akumulasi kapang Aspergilus sp. ditemukan pada trakea.","PeriodicalId":8407,"journal":{"name":"ARSHI Veterinary Letters","volume":"32 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77468106","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Konsistensi dan warna feses kucing yang berubah merupakan indikasi adanya gangguan saluran pencernaan. Kajian ini mengevaluasi telur cacing dan gambaran lemak feses pada kucing yang mengalami diare. Kucing domestik sebanyak 5 ekor mengalami gejala klinis berupa anoreksia, letargi, rambut rontok, serta diare dengan skor feses 2/5 dan 3/5. Pemeriksaan feses dengan metode uji apung menunjukkan adanya telur cacing Toxocara sp., Strongyloides sp., dan Trichuris sp. Pemeriksaan lemak dengan pewarnaan Sudan III menunjukkan 2 ekor kucing mengalami steatorrhea. Kucing didiagnosis mengalami kecacingan dengan prognosis fausta. Terapi yang diberikan berupa sediaan antelmintik tablet.
{"title":"Evaluasi kecacingan dan gambaran lemak feses kucing dengan gejala diare","authors":"Afifah Hasna, Damar Pramesti Kusumarini, Fadhilah Amalia Haq, Arief Purwo Mihardi, Malni Sovinar, Dinda Septina Br Tampubolon","doi":"10.29244/avl.5.4.65-66","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/avl.5.4.65-66","url":null,"abstract":"Konsistensi dan warna feses kucing yang berubah merupakan indikasi adanya gangguan saluran pencernaan. Kajian ini mengevaluasi telur cacing dan gambaran lemak feses pada kucing yang mengalami diare. Kucing domestik sebanyak 5 ekor mengalami gejala klinis berupa anoreksia, letargi, rambut rontok, serta diare dengan skor feses 2/5 dan 3/5. Pemeriksaan feses dengan metode uji apung menunjukkan adanya telur cacing Toxocara sp., Strongyloides sp., dan Trichuris sp. Pemeriksaan lemak dengan pewarnaan Sudan III menunjukkan 2 ekor kucing mengalami steatorrhea. Kucing didiagnosis mengalami kecacingan dengan prognosis fausta. Terapi yang diberikan berupa sediaan antelmintik tablet.","PeriodicalId":8407,"journal":{"name":"ARSHI Veterinary Letters","volume":"7 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-17","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78254790","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Adik Putri Fatma Hariono, Ajeng Erika Prihastuti Haskito, Reza Yessica, I. G. P. Wisesa, M. Fadli
Scabies merupakan penyakit kulit pada ternak maupun hewan kesayangan yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei atau Notoedres cati pada lapisan korneum kulit. Pemilik mengeluhkan kucing jantan mix-persia bernama Simba keluar rumah selama beberapa hari, kemudian pulang dalam kondisi ada luka diwajah, sering terlihat gelisah dan menggaruk bagian wajah, sedangkan makan dan minum kucing normal. Pemeriksaan fisik tampak rambut kusam, alopesia, terdapat lesi dibagian kepala, terdapat hiperkeratosis dibagian kepala dan telinga bagian luar. Pemeriksaan sitologi dilakukan dengan teknik superfisial skin scraping dan terlihat tungau Notoedres cati. Diagnosa kucing tersebut terkena penyakit scabies/scabiosis. Terapi yang diberikan adalah wormectin® (avermectin) dosis 0,05 ml/kg bobot badan injeksi tunggal. Hari ke 9 pasca-terapi menunjukkan pemulihan berupa keropeng mulai hilang, lesi akibat garukan kucing mulai mengering dan beberapa bagian rambut yang rontok mulai tumbuh kembali.
Scabies是一种由牛皮结痂螨虫或皮肤角膜上的Notoedres cati引起的皮肤疾病。主人抱怨一只名叫辛巴的波斯淘气猫要离开家几天,然后回家时脸上有个伤口,经常出现焦虑和抓脸,同时吃正常的猫和喝正常的猫。身体检查显示头发变暗,脱发,头部有损伤,头部和外耳有多角症。细胞学检查是用皮肤上的超额刮伤技术进行的,可以看到螨虫卡蒂。猫被诊断患有scabies/scabiosis疾病。给出的治疗是wormectin®(avermectin) 0。05 ml / kg剂量注射单一机构的重量。治疗后的第9天显示,伤疤已经消失,猫抓伤开始变干,头发的一部分开始重新长出来。
{"title":"Penanganan scabies pada kucing mix-persia di Rafa Pet’s Care","authors":"Adik Putri Fatma Hariono, Ajeng Erika Prihastuti Haskito, Reza Yessica, I. G. P. Wisesa, M. Fadli","doi":"10.29244/avl.5.3.45-46","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/avl.5.3.45-46","url":null,"abstract":"Scabies merupakan penyakit kulit pada ternak maupun hewan kesayangan yang disebabkan oleh tungau Sarcoptes scabiei atau Notoedres cati pada lapisan korneum kulit. Pemilik mengeluhkan kucing jantan mix-persia bernama Simba keluar rumah selama beberapa hari, kemudian pulang dalam kondisi ada luka diwajah, sering terlihat gelisah dan menggaruk bagian wajah, sedangkan makan dan minum kucing normal. Pemeriksaan fisik tampak rambut kusam, alopesia, terdapat lesi dibagian kepala, terdapat hiperkeratosis dibagian kepala dan telinga bagian luar. Pemeriksaan sitologi dilakukan dengan teknik superfisial skin scraping dan terlihat tungau Notoedres cati. Diagnosa kucing tersebut terkena penyakit scabies/scabiosis. Terapi yang diberikan adalah wormectin® (avermectin) dosis 0,05 ml/kg bobot badan injeksi tunggal. Hari ke 9 pasca-terapi menunjukkan pemulihan berupa keropeng mulai hilang, lesi akibat garukan kucing mulai mengering dan beberapa bagian rambut yang rontok mulai tumbuh kembali.","PeriodicalId":8407,"journal":{"name":"ARSHI Veterinary Letters","volume":"38 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-15","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"74811541","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Fadhilah Amaliyah Haq, A. P. Mihardi, Afifah Hasna, Damar Pramesti Kusumarini, Malni Sovinar
Triaditis is an inflammatory condition involving three specific organs, namely the pancreas, liver, and intestines. The most common clinical signs of triaditis are vomiting, diarrhea, jaundice, and loss of appetite. Therefore, this case study was con-ducted to determine cases of triaditis in cats with these clinical signs. This case study was carried out on five cats with diar-rhea, lethargy, and loss of appetite. The fecal scores of cats with diarrhea were 2 and 3. Based on physical examination, there were two cats with hepatomegaly and three cats with jaundice on their mucosa. Treatments for five cats with diarrhea were antibiotic combination (sulfadiazine-trimetropine 50 mg/kg BW) and combination of antispasmodic, analgesic, and antipyret-ic (dipyrone-lidocaine 5 mg/kg BW). Treatments for three cats with jaundice were asering fluid therapy and oral medication (ursodeoxycholic acid 8 mg/kg BW). Anthelmintic combination (fenbendazole, praziquantel, and pyrantel pamoate 0.07 g/kg BW) was given as an additional therapy for cats with intestinal worms. The two cats with diarrhea, hepatomegaly and jaun-dice were not survive after about one week of treatment, while the other one can survive until now
{"title":"A case study of feline triaditis","authors":"Fadhilah Amaliyah Haq, A. P. Mihardi, Afifah Hasna, Damar Pramesti Kusumarini, Malni Sovinar","doi":"10.29244/avl.5.4.61-62","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/avl.5.4.61-62","url":null,"abstract":"Triaditis is an inflammatory condition involving three specific organs, namely the pancreas, liver, and intestines. The most common clinical signs of triaditis are vomiting, diarrhea, jaundice, and loss of appetite. Therefore, this case study was con-ducted to determine cases of triaditis in cats with these clinical signs. This case study was carried out on five cats with diar-rhea, lethargy, and loss of appetite. The fecal scores of cats with diarrhea were 2 and 3. Based on physical examination, there were two cats with hepatomegaly and three cats with jaundice on their mucosa. Treatments for five cats with diarrhea were antibiotic combination (sulfadiazine-trimetropine 50 mg/kg BW) and combination of antispasmodic, analgesic, and antipyret-ic (dipyrone-lidocaine 5 mg/kg BW). Treatments for three cats with jaundice were asering fluid therapy and oral medication (ursodeoxycholic acid 8 mg/kg BW). Anthelmintic combination (fenbendazole, praziquantel, and pyrantel pamoate 0.07 g/kg BW) was given as an additional therapy for cats with intestinal worms. The two cats with diarrhea, hepatomegaly and jaun-dice were not survive after about one week of treatment, while the other one can survive until now","PeriodicalId":8407,"journal":{"name":"ARSHI Veterinary Letters","volume":"87 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81088024","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Vulnus avulsi merupakan luka yang disertai dengan kerobekan/terlepasnya sebagian jaringan tubuh dan sering mengacu pada trauma permukaan kulit. Tingkat kerusakan kulit dapat mencapai lapisan jaringan subkutan (suprafascial/superficial fascia) hingga jaringan yang lebih dalam meliputi otot, tendon atau tulang (subfascial). Tulisan ini melaporkan kasus luka terbuka di vertebrae regio lumbo-sacral pada kucing domestik. Luka kronis lebih dari satu tahun dan didiagnosa sebagai vulnus avulsi subfascial kronis. Kombinasi pengobatan sistemik telah diberikan selama lebih dari satu tahun on-off dan pengobatan terputus saat kucing bunting hingga melahirkan. Terapi cangkok kulit berhasil dilakukan untuk menghindari kerusakan struktur jaringan kulit yang lebih dalam dan luas. Kucing sudah dapat tidur dengan posisi berbaring normal setelah 2 minggu dan rambut sudah menutupi cangkok kulit setelah 8 minggu.
{"title":"Cangkok kulit ketebalan penuh pada vulnus avulsi subfascial di vertebrae regio lumbo-sacral kucing lokal","authors":"Yulia Erika","doi":"10.29244/avl.5.3.41-42","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/avl.5.3.41-42","url":null,"abstract":"Vulnus avulsi merupakan luka yang disertai dengan kerobekan/terlepasnya sebagian jaringan tubuh dan sering mengacu pada trauma permukaan kulit. Tingkat kerusakan kulit dapat mencapai lapisan jaringan subkutan (suprafascial/superficial fascia) hingga jaringan yang lebih dalam meliputi otot, tendon atau tulang (subfascial). Tulisan ini melaporkan kasus luka terbuka di vertebrae regio lumbo-sacral pada kucing domestik. Luka kronis lebih dari satu tahun dan didiagnosa sebagai vulnus avulsi subfascial kronis. Kombinasi pengobatan sistemik telah diberikan selama lebih dari satu tahun on-off dan pengobatan terputus saat kucing bunting hingga melahirkan. Terapi cangkok kulit berhasil dilakukan untuk menghindari kerusakan struktur jaringan kulit yang lebih dalam dan luas. Kucing sudah dapat tidur dengan posisi berbaring normal setelah 2 minggu dan rambut sudah menutupi cangkok kulit setelah 8 minggu.","PeriodicalId":8407,"journal":{"name":"ARSHI Veterinary Letters","volume":"45 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75588338","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Dysphagia merupakan suatu manifestasi gangguan pada esofagus. Beberapa gangguan pada esofagus yang menunjukkan gejala dysphagia yaitu esophageal stricture. Tulisan ini mengevaluasi kausa gejala esophageal dysphagia pada kucing Tripod. Seekor kucing ras lokal bernama Tripod dibawa ke klinik oleh pemiliknya dengan keluhan adanya kepincangan dan luka pada kaki kanan depan. Tripod menunjukkan gejala muntah setiap kali diberi pakan pascaamputasi. Hasil pemeriksaan fisik tampak adanya massa pada leher Tripod saat diberi pakan. Citra radiografi dengan kontras barium sulfat menunjukkan adanya penyempitan pada bagian esofagus dan anterior lambung. Kucing Tripod didiagnosa mengalami esophageal dysphagia. Terapi yang diberikan tindakan suportif dengan pemberian multivitamin dan pakan yang semi cair.
{"title":"Esophageal dysphagia pada kucing ras lokal","authors":"Arief Purwo Mihardi, Malni Sovinar, Dinda Septina Br Tampubolon","doi":"10.29244/avl.5.3.43-44","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/avl.5.3.43-44","url":null,"abstract":"Dysphagia merupakan suatu manifestasi gangguan pada esofagus. Beberapa gangguan pada esofagus yang menunjukkan gejala dysphagia yaitu esophageal stricture. Tulisan ini mengevaluasi kausa gejala esophageal dysphagia pada kucing Tripod. Seekor kucing ras lokal bernama Tripod dibawa ke klinik oleh pemiliknya dengan keluhan adanya kepincangan dan luka pada kaki kanan depan. Tripod menunjukkan gejala muntah setiap kali diberi pakan pascaamputasi. Hasil pemeriksaan fisik tampak adanya massa pada leher Tripod saat diberi pakan. Citra radiografi dengan kontras barium sulfat menunjukkan adanya penyempitan pada bagian esofagus dan anterior lambung. Kucing Tripod didiagnosa mengalami esophageal dysphagia. Terapi yang diberikan tindakan suportif dengan pemberian multivitamin dan pakan yang semi cair.","PeriodicalId":8407,"journal":{"name":"ARSHI Veterinary Letters","volume":"36 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81600059","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) merupakan satwa primata yang sering ditangkarkan dan digunakan sebagai hewan coba terutama dalam pengujian vaksin dan obat. Salah satu gangguan kesehatan yang perlu diantisipasi dalam upaya penangkaran adalah kecacingan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis telur cacing dan derajat infeksi kecacingan pada monyet ekor panjang. Sampel feses dari 26 monyet ekor panjang diambil dan dianalisa meggunakan metode McMaster dan metode Kato-Katz. Hasil pemeriksaan menunjukkan 4 sampel feses ditemukan telur cacing Trichuris Sp. dan Strongylid dengan kategori derajat infeksi ringan
{"title":"Kecacingan pada saluran pencernaan monyet ekor panjang (Macaca fascicularis)","authors":"Rizky Diyu Purnama, R. Tiuria, H. S. Darusman","doi":"10.29244/avl.5.2.37-38","DOIUrl":"https://doi.org/10.29244/avl.5.2.37-38","url":null,"abstract":"Monyet ekor panjang (Macaca fascicularis) merupakan satwa primata yang sering ditangkarkan dan digunakan sebagai hewan coba terutama dalam pengujian vaksin dan obat. Salah satu gangguan kesehatan yang perlu diantisipasi dalam upaya penangkaran adalah kecacingan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis telur cacing dan derajat infeksi kecacingan pada monyet ekor panjang. Sampel feses dari 26 monyet ekor panjang diambil dan dianalisa meggunakan metode McMaster dan metode Kato-Katz. Hasil pemeriksaan menunjukkan 4 sampel feses ditemukan telur cacing Trichuris Sp. dan Strongylid dengan kategori derajat infeksi ringan","PeriodicalId":8407,"journal":{"name":"ARSHI Veterinary Letters","volume":"10 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-11-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"79804234","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}