Pub Date : 2021-03-29DOI: 10.53429/spiritualis.v7i1.164
A. Muslim
Secara historis, Nabi melakukan pengajaran membaca al-Qur’an kepada sahabat dengan talaqqi untuk memudahkan dalam mempraktikan al-Qur’an yang di ucapkan oleh Nabi. Namun di era milineal seperti saat ini di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo mempraktikan pengajaran al-Qur’an menggunakan metode talaqqi online, melalui video call aplikasi Imo dan Skype. Aplikasi ini bisa mempertemukan seseorang dilayar kaca handphone meski dalam tempat yang berbeda. Penelitian ini menggunakan kajian living Qur’an, yang berusaha menampilkan pola sosial terhadap al-Qur’an. Fokus kajian dalam penelitian ini ada dua, yaitu: bagaimana motif talaqqi itu tetap terjadi? dan apa yang melatar belakangi pergeseran praktik tallaqi tersebut? Kesimpulan penelitian ini adalah: Pertama, di dasari oleh keyakinan bahwa para penghafal al-Qur’an memiliki derajat istimewa di sisi Allah. Selain itu, mereka juga berkeyakinan bahwa al-Qur’an adalah kitab yang agung dan harus tetap dijaga. Kedua, pergeseran itu terjadi karena adanya kecanggihan teknologi yang merubah sebagian besar tatanan kehidupan, termasuk pendidikan al-Qur’an. Kendala geografis antara guru dan murid masih bisa ditolong dengan menggunakan aplikasi Imo dan Skype.
从历史上看,先知和他的朋友talaqqi一起教阅读古兰经,帮助先知练习古兰经。但在目前的美利诺时代,SDIT Qurrota A 'yun Ponorogo通过视频电话Imo app和Skype练习了伊斯兰教的教义。这款应用可以让手机屏幕上的人即使在不同的地方。这项研究采用了现存的古兰经研究,试图揭示古兰经的社会模式。这项研究的焦点有两个方面:塔拉格奇的动机是如何保持不变的?是什么推动了塔拉奇实践的转变?研究的结论是:首先,在达萨里,古兰经的煽动者相信古兰经在上帝身边有特殊的地位。此外,他们还认为古兰经是一本伟大的书,应该受到保护。其次,这种转变是由于技术的复杂性,它改变了生活的大部分环境,包括古兰经的教育。使用Imo app和Skype仍然可以帮助教师和学生之间的地理障碍。
{"title":"Talaqqi Online: Sebuah Resepsi dalam Mengaggungkan al-Qur’an di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo","authors":"A. Muslim","doi":"10.53429/spiritualis.v7i1.164","DOIUrl":"https://doi.org/10.53429/spiritualis.v7i1.164","url":null,"abstract":"Secara historis, Nabi melakukan pengajaran membaca al-Qur’an kepada sahabat dengan talaqqi untuk memudahkan dalam mempraktikan al-Qur’an yang di ucapkan oleh Nabi. Namun di era milineal seperti saat ini di SDIT Qurrota A’yun Ponorogo mempraktikan pengajaran al-Qur’an menggunakan metode talaqqi online, melalui video call aplikasi Imo dan Skype. Aplikasi ini bisa mempertemukan seseorang dilayar kaca handphone meski dalam tempat yang berbeda. Penelitian ini menggunakan kajian living Qur’an, yang berusaha menampilkan pola sosial terhadap al-Qur’an. Fokus kajian dalam penelitian ini ada dua, yaitu: bagaimana motif talaqqi itu tetap terjadi? dan apa yang melatar belakangi pergeseran praktik tallaqi tersebut? Kesimpulan penelitian ini adalah: Pertama, di dasari oleh keyakinan bahwa para penghafal al-Qur’an memiliki derajat istimewa di sisi Allah. Selain itu, mereka juga berkeyakinan bahwa al-Qur’an adalah kitab yang agung dan harus tetap dijaga. Kedua, pergeseran itu terjadi karena adanya kecanggihan teknologi yang merubah sebagian besar tatanan kehidupan, termasuk pendidikan al-Qur’an. Kendala geografis antara guru dan murid masih bisa ditolong dengan menggunakan aplikasi Imo dan Skype.","PeriodicalId":119530,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf","volume":"30 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-03-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115292586","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-29DOI: 10.53429/spiritualis.v6i2.130
Abdur Rohman, Siswo
Islamic boarding schools have a great kindness to this nation. Starting from the struggle to fight off the colonizers to the socio-political sphere. An example regarding contribution of Islamic boarding school in the social sphere is to become a partner of state in the rehabilitation of drug addicts. One of the Islamic boarding schools that contribute to rehabilitating drug addicts is the Darun Najah boarding school in Dawuhan Kidul, Papar, Kediri, East Java. This Islamic boarding school was made choice by BNN Kediri as a partner because it gave evidence to cure drug addicts with a relatively short time. This research concludes that the causes of people becoming drug addicts start from a free drug but it is rejected due to forbidden good, then; second, it appears curiosity and he wants to try when getting problems; third, he is addicted and forced to buy; fourth, he justifies all of ways to obtain the forbidden goods; fifth, hegashes himself and even others. While the characteristics of marijuana addict in cigarettes is to have a smell like burning rubber; the characteristic of a methamphetamine addict is laughing to himself without being funny; their situation is often confused, blank, digressing when he speaks and likes a flu. The rehabilitation process of drug addicts in Darun Najah Islamic boarding school is to combine herbal and spiritual medicine models. Herbal medicines consist of honey, olive oil and kangkung leaves. While spiritual medicines are the prayer activities in midnight, the study of classic book, prayers and having asma’ water and gurah.
{"title":"KONTRIBUSI PESANTREN DALAM REHABILITASI PECANDU NARKOBA (Studi Kasus di Pondok Pesantren Darun Najah Dawuhan Kidul Papar Kediri)","authors":"Abdur Rohman, Siswo","doi":"10.53429/spiritualis.v6i2.130","DOIUrl":"https://doi.org/10.53429/spiritualis.v6i2.130","url":null,"abstract":"Islamic boarding schools have a great kindness to this nation. Starting from the struggle to fight off the colonizers to the socio-political sphere. An example regarding contribution of Islamic boarding school in the social sphere is to become a partner of state in the rehabilitation of drug addicts. One of the Islamic boarding schools that contribute to rehabilitating drug addicts is the Darun Najah boarding school in Dawuhan Kidul, Papar, Kediri, East Java. This Islamic boarding school was made choice by BNN Kediri as a partner because it gave evidence to cure drug addicts with a relatively short time. This research concludes that the causes of people becoming drug addicts start from a free drug but it is rejected due to forbidden good, then; second, it appears curiosity and he wants to try when getting problems; third, he is addicted and forced to buy; fourth, he justifies all of ways to obtain the forbidden goods; fifth, hegashes himself and even others. While the characteristics of marijuana addict in cigarettes is to have a smell like burning rubber; the characteristic of a methamphetamine addict is laughing to himself without being funny; their situation is often confused, blank, digressing when he speaks and likes a flu. The rehabilitation process of drug addicts in Darun Najah Islamic boarding school is to combine herbal and spiritual medicine models. Herbal medicines consist of honey, olive oil and kangkung leaves. While spiritual medicines are the prayer activities in midnight, the study of classic book, prayers and having asma’ water and gurah.","PeriodicalId":119530,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf","volume":"54 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129969753","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-29DOI: 10.53429/spiritualis.v6i2.134
Agus Tohawi, Suwandi
Indonesia merdeka berkat perjuangan para pahlawan yang memiliki latar belakang agama berbeda-beda. Jika salah satu dari beragam agama tersebut mengedapankan egonya, maka tidak akan terjadi kesepakatan. Berkat kesepakatan itulah Indonesia memiliki dasar Pancasila yang dapat mempertemukan seluruh elemen untuk bersama-sama membangun bangsa ini menjadi lebih baik. Secara tersurat maupun tersirat, sesungguhnya Pancasila memiliki dasar dari al-Qur’an. Artikel ini akan membahas penafsiran ayat-ayat ke-Pancasila-an dari sudut pandangn tafsir tematik. Kesimpulan artikel ini adalah: Sila pertama memiliki dasar dari surah al-Ikhla>s} ayat pertama dan al-Baqarah ayat 163 tentang ke-Esaan Tuhan; Sila kedua memiliki dasar dari surah Al-Shura ayat 15 (supaya berbuat adil antar sesama) dan Al-Nahl ayat 90 (adil dan ihsan); Sila ketiga memiliki dasar dari surah Ali ‘Imran ayat 103 (supaya bersatu padu dan jangan bercerai-berai) dan Al-Hujurat ayat 10 (antar sesama adalah saudara) dan 13 (supaya saling memahami satu sama lain); Sila keempat memiliki dasar dari surah Al-Baqarah ayat 269 (hikmat), Ali ‘Imran ayat 159 (musyawarah), Taha ayat 30-32 (asas perwakilan), Al-Nisa’ ayat 58 (asas perwakilan); Sila kelima memiliki dasar dari surah Al-Ma’idah ayat 8 (asas keadilan) dan al-Tawbah ayat 60 (asas keadilan yang memihak kepada rakyat kecil)
{"title":"TAFSIR AYAT-AYAT KE-PANCASILA-AN","authors":"Agus Tohawi, Suwandi","doi":"10.53429/spiritualis.v6i2.134","DOIUrl":"https://doi.org/10.53429/spiritualis.v6i2.134","url":null,"abstract":"Indonesia merdeka berkat perjuangan para pahlawan yang memiliki latar belakang agama berbeda-beda. Jika salah satu dari beragam agama tersebut mengedapankan egonya, maka tidak akan terjadi kesepakatan. Berkat kesepakatan itulah Indonesia memiliki dasar Pancasila yang dapat mempertemukan seluruh elemen untuk bersama-sama membangun bangsa ini menjadi lebih baik. Secara tersurat maupun tersirat, sesungguhnya Pancasila memiliki dasar dari al-Qur’an. Artikel ini akan membahas penafsiran ayat-ayat ke-Pancasila-an dari sudut pandangn tafsir tematik. Kesimpulan artikel ini adalah: Sila pertama memiliki dasar dari surah al-Ikhla>s} ayat pertama dan al-Baqarah ayat 163 tentang ke-Esaan Tuhan; Sila kedua memiliki dasar dari surah Al-Shura ayat 15 (supaya berbuat adil antar sesama) dan Al-Nahl ayat 90 (adil dan ihsan); Sila ketiga memiliki dasar dari surah Ali ‘Imran ayat 103 (supaya bersatu padu dan jangan bercerai-berai) dan Al-Hujurat ayat 10 (antar sesama adalah saudara) dan 13 (supaya saling memahami satu sama lain); Sila keempat memiliki dasar dari surah Al-Baqarah ayat 269 (hikmat), Ali ‘Imran ayat 159 (musyawarah), Taha ayat 30-32 (asas perwakilan), Al-Nisa’ ayat 58 (asas perwakilan); Sila kelima memiliki dasar dari surah Al-Ma’idah ayat 8 (asas keadilan) dan al-Tawbah ayat 60 (asas keadilan yang memihak kepada rakyat kecil)","PeriodicalId":119530,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf","volume":"330 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124302312","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-29DOI: 10.53429/spiritualis.v6i2.128
A. Muslim
This paper aims to reveal how the Islamic Defenders Army, under the affiliation of FPI, carried out the 22 January action against the closure of the protest site in Pamekasan. This article originated from the issue of the LPI sweeping action in Langtolang Hamlet, Ponteh Village, Pamekasan which was charged as an illegal protest site in Pamekasan but resulted in violence and clashes. In the following incident, the Islamic Defenders Army group carried out 22 actions regarding the closure of the protest center in Pamekasan at the Regent's office. This marks a social, political, and symbolic event that is quite complex and interesting to discuss. Talking about symbolic events is ambiguous. In this incident, however, the people of Pamekasan knew that what was called the Defense Action 22 was an opportunistic response to protists in Pamekasan that violated local regulations and Islamic law. First, where this action is seen as a representation of Pamekasan Muslims as a Muslim identity, such as the implementation of Shari'ah law. Second, this event has provided the Laskar Pembela Islam (LPI) opportunity to erase the collective memory of the violence they have committed through political currents
本文旨在揭示伊斯兰捍卫者军是如何在FPI的隶属下进行1月22日反对关闭Pamekasan抗议地点的行动的。这篇文章的起因是LPI在Pamekasan Ponteh村Langtolang哈姆雷特的扫荡行动,该行动被指控为Pamekasan的非法抗议地点,但最终导致暴力和冲突。在接下来的事件中,伊斯兰捍卫者军集团就关闭帕梅卡桑摄政办公室的抗议中心采取了22次行动。这标志着一个社会、政治和象征性的事件,讨论起来相当复杂和有趣。谈论象征性事件是模棱两可的。然而,在这次事件中,帕梅卡桑人民知道,所谓的“22号防卫行动”是对帕梅卡桑抗议人士的机会主义回应,因为他们违反了当地法规和伊斯兰法律。首先,这种行为被视为帕梅卡桑穆斯林作为穆斯林身份的代表,例如伊斯兰教法的实施。其次,这一事件为Laskar Pembela Islam (LPI)提供了一个机会,可以抹去他们通过政治潮流所犯下的暴力行为的集体记忆
{"title":"QUO VADIS AKSI 22 LASKAR PEMBELA ISLAM MENOLAK TEMPAT PROSTITUSI DI KABUPATEN PAMEKASAN DALAM BINGKAI SOCIAL MOVEMENT","authors":"A. Muslim","doi":"10.53429/spiritualis.v6i2.128","DOIUrl":"https://doi.org/10.53429/spiritualis.v6i2.128","url":null,"abstract":"This paper aims to reveal how the Islamic Defenders Army, under the affiliation of FPI, carried out the 22 January action against the closure of the protest site in Pamekasan. This article originated from the issue of the LPI sweeping action in Langtolang Hamlet, Ponteh Village, Pamekasan which was charged as an illegal protest site in Pamekasan but resulted in violence and clashes. In the following incident, the Islamic Defenders Army group carried out 22 actions regarding the closure of the protest center in Pamekasan at the Regent's office. This marks a social, political, and symbolic event that is quite complex and interesting to discuss. Talking about symbolic events is ambiguous. In this incident, however, the people of Pamekasan knew that what was called the Defense Action 22 was an opportunistic response to protists in Pamekasan that violated local regulations and Islamic law. First, where this action is seen as a representation of Pamekasan Muslims as a Muslim identity, such as the implementation of Shari'ah law. Second, this event has provided the Laskar Pembela Islam (LPI) opportunity to erase the collective memory of the violence they have committed through political currents","PeriodicalId":119530,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129673428","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-29DOI: 10.53429/spiritualis.v6i2.132
A. F. Haq
Theology is the foundation for a religion, whereas the thought of the theology of a thinker, will have a very significant impact in the reality of life, because being a religious foundation, the theology is a foothold in the behavior of a person, therefore in today's contemporary period there needs to be a theology that can be applied in daily life, the discussion of a theology is not only theological, but also needs a theology that anthropocentric, this anthropocentric theology, carried out by Hasan Hanafi, is based on a theoccentric theology whose nature is digitized in the dilectic of the discussion, then under the anthropocene so that it can be directly implemented in the daily life of society. In this study tried to examine the theological thinking towards the anthropocentric Hasan Hanafi. This research is a library study, looking for sources of references related to the theme of research, as well as taking from the opinions of various figures, then elaborated and observed until it becomes a research paper
{"title":"PEMIKIRAN TEOLOGI TEOSENTRIS MENUJU ANTROPOSENTRIS HASAN HANAFI","authors":"A. F. Haq","doi":"10.53429/spiritualis.v6i2.132","DOIUrl":"https://doi.org/10.53429/spiritualis.v6i2.132","url":null,"abstract":"Theology is the foundation for a religion, whereas the thought of the theology of a thinker, will have a very significant impact in the reality of life, because being a religious foundation, the theology is a foothold in the behavior of a person, therefore in today's contemporary period there needs to be a theology that can be applied in daily life, the discussion of a theology is not only theological, but also needs a theology that anthropocentric, this anthropocentric theology, carried out by Hasan Hanafi, is based on a theoccentric theology whose nature is digitized in the dilectic of the discussion, then under the anthropocene so that it can be directly implemented in the daily life of society. In this study tried to examine the theological thinking towards the anthropocentric Hasan Hanafi. This research is a library study, looking for sources of references related to the theme of research, as well as taking from the opinions of various figures, then elaborated and observed until it becomes a research paper","PeriodicalId":119530,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf","volume":"51 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126491125","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-29DOI: 10.53429/spiritualis.v6i2.131
Ahmad Khanif Rusdiansyah, Suhartono, M. A. Anwar
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Pelaksanaan kegiatan ziarah kubur dalam penguatan sikap spiritual santri di Pondok Pesantren Al-Banaat Gebang Sari, Senggowar, Gondang, Nganjuk. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan (1) pelaksanaan program ziarah kubur dalam penguatan sikap spiritual santri di Pondok Pesantren Al-Banaat Gebang Sari, Senggowar, Gondang, Nganjuk, telah terprogram, terjadwal dan terpisah antara santri putra dan santri putri. Jadwal santri putra hari Kamis malam Jum’at dan untuk santri putri Jum’at pagi. Kegiatan ziarah bertempat di Makam Kyai Abdul Karim selaku pendiri Pondok Pesantren Al-Karim. Pada kegiatan ini abah kyai Ahmad Ashari memimpin ziarah. Kemudian ‘amaliyah yang dilakukan kotmil Qur’an, membaca surah Yasin dan tahlil. Saat memasuki area makam, santri membaca salam dan menghadap kiblat (2) Salah satu hambatan pada program ini adalah santri kurang istiqomah yakni izin pulang atau izin ada kegiatan lain seperti ziarah wali atau kuliah. Upaya yang dilakukan untuk menghadapi persoalan tersebut adalah memberikan wawasan kepada wali santri terkait kegiatan pondok tersebut, sehingga semua santri bisa mengikuti ziarah kubur dan menyisihkan sebagian dari hasil pertanian pondok pesantren untuk kegiatan ziarah wali maupun kegiatan lainnya. Abah kyai juga menyarankan santri untuk selalu berdoa dan menjaga shalat jama’ah dengan baik dan istiqomah, dan (3) implikasi program ziarah kubur dalam penguatan sikap spiritual santri di Pondok Pesantren Al-Banaat Gebang Sari, Senggowar, Gondang, Nganjuk, adalah terdapat perubahan yang lebih baik dari segi akidah, ibadah, ataupun akhlak santri. Hal ini terbukti dari keseharian santri dalam ‘amaliyah ibadah dan kegiatan-kegiatan pondok, lebih baik dari sebelumnya. Santri lebih disiplin, ketika adzan dikumandangkan, santri berlarian untuk mengambil air wudlu dan langsung ke masjid pondok. Mereka lebih qana’ah, saling menjaga kebersamaan antar santri, dan lebih sopan santun.
本研究旨在描述桑丘朝圣活动的实施,以加强桑丘萨里的精神态度。所使用的研究方法是定性研究。研究结果表明(1)在伊斯兰寄宿学校,桑提亚特·巴纳卡特·格邦·萨里、森戈瓦尔、冈当、古鲁古屋,实施了一项以加强桑提亚精神态度的朝圣计划,该计划已被设定为计划,安排在三子和三子女儿之间。儿子星期四晚上和女儿星期五早上。朝圣活动发生在Kyai Abdul Karim的坟墓上,他是Pesantren Al-Karim的创始人。在这个活动中,abah kyai Ahmad Ashari领导了朝圣。然后是《古兰经》中的阿玛利亚,读着苏拉·亚辛和塔利尔。进入墓地时,三翠阅读问候,面对qblat(2)这一计划的障碍之一是santri缺乏istiqomah,即允许回家或允许其他活动,如朝圣瓦利或讲座。解决这个问题的方法是让santri的监护人了解小屋的活动,这样所有的santri都可以参加墓地的朝圣之旅,并为瓦利的朝圣和其他活动留出一些农业用地。Abah kyai还建议santri永远正确地祈祷和维护jama 'ah的祈祷。这一点从santri在宗教崇拜和摊位活动中表现出来,比以往任何时候都好。Santri更有纪律,当adzan被关起来的时候,Santri跑去取洗澡水,然后直接去了凉亭清真寺。他们更关心彼此,更有礼貌。
{"title":"PELAKSANAAN PROGRAM ZIARAH KUBUR DALAM PENGUATAN SIKAP SPIRITUAL SANTRI (Studi Kualitatif di Pondok Pesantren Al-Banaat Gebangsari Senggowar Gondang Nganjuk)","authors":"Ahmad Khanif Rusdiansyah, Suhartono, M. A. Anwar","doi":"10.53429/spiritualis.v6i2.131","DOIUrl":"https://doi.org/10.53429/spiritualis.v6i2.131","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan Pelaksanaan kegiatan ziarah kubur dalam penguatan sikap spiritual santri di Pondok Pesantren Al-Banaat Gebang Sari, Senggowar, Gondang, Nganjuk. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan (1) pelaksanaan program ziarah kubur dalam penguatan sikap spiritual santri di Pondok Pesantren Al-Banaat Gebang Sari, Senggowar, Gondang, Nganjuk, telah terprogram, terjadwal dan terpisah antara santri putra dan santri putri. Jadwal santri putra hari Kamis malam Jum’at dan untuk santri putri Jum’at pagi. Kegiatan ziarah bertempat di Makam Kyai Abdul Karim selaku pendiri Pondok Pesantren Al-Karim. Pada kegiatan ini abah kyai Ahmad Ashari memimpin ziarah. Kemudian ‘amaliyah yang dilakukan kotmil Qur’an, membaca surah Yasin dan tahlil. Saat memasuki area makam, santri membaca salam dan menghadap kiblat (2) Salah satu hambatan pada program ini adalah santri kurang istiqomah yakni izin pulang atau izin ada kegiatan lain seperti ziarah wali atau kuliah. Upaya yang dilakukan untuk menghadapi persoalan tersebut adalah memberikan wawasan kepada wali santri terkait kegiatan pondok tersebut, sehingga semua santri bisa mengikuti ziarah kubur dan menyisihkan sebagian dari hasil pertanian pondok pesantren untuk kegiatan ziarah wali maupun kegiatan lainnya. Abah kyai juga menyarankan santri untuk selalu berdoa dan menjaga shalat jama’ah dengan baik dan istiqomah, dan (3) implikasi program ziarah kubur dalam penguatan sikap spiritual santri di Pondok Pesantren Al-Banaat Gebang Sari, Senggowar, Gondang, Nganjuk, adalah terdapat perubahan yang lebih baik dari segi akidah, ibadah, ataupun akhlak santri. Hal ini terbukti dari keseharian santri dalam ‘amaliyah ibadah dan kegiatan-kegiatan pondok, lebih baik dari sebelumnya. Santri lebih disiplin, ketika adzan dikumandangkan, santri berlarian untuk mengambil air wudlu dan langsung ke masjid pondok. Mereka lebih qana’ah, saling menjaga kebersamaan antar santri, dan lebih sopan santun.","PeriodicalId":119530,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf","volume":"27 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125933295","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-29DOI: 10.53429/spiritualis.v6i2.133
Yuni Pangestutiani
Sekularisasi merupakan gagasan penting yang berasal dari Islam Liberal, yang diadopsi dari warisan sejarah perkembangan peradaban Barat. Sekularisasi muncul karena ketidak-sanggupan dogma Kristen untuk berhadapan dengan peradaban Barat yang terbentuk dari beragam unsur. Dalam konsep politik diistilahkan dengan desacralization of politics yang bermakna bahwa politik tidaklah sakral. Jadi urusan agama harus disingkirkan dari urusan politik. Modernisme Islam yang ada awalnya muncul sebagai suatu gerakan pembaharuan dan purifikasi Islam, namun kemudian kehilangan kreativitas intelektualnya ketika terlibat dan masuk ke dalam wilayah politik praktis. Sementara realitas sosial – politik pada era Orde Baru – tidak memungkinkan bagi ekspresi politik melalui jalan partai politik menjadi sarana bagi partisipasi umat Islam untuk membangun komunikasi politik yang baik dengan negara. Sekularisasi kebudayaan merupakan transformasi yang saling menyambung antara proses desaklarisasi dan nasionalisasi dalam alam pikiran manusia, yang esensinya adalah memandang agama tidak lagi menjadi kerangka acuan dasar pemikiran. Proses desaklarisasi menyangkut sikap terhadap orang dan benda, yakni menafikan keterlibatan emosional dalam menanggapi urusan agama
{"title":"SEKULARISME","authors":"Yuni Pangestutiani","doi":"10.53429/spiritualis.v6i2.133","DOIUrl":"https://doi.org/10.53429/spiritualis.v6i2.133","url":null,"abstract":"Sekularisasi merupakan gagasan penting yang berasal dari Islam Liberal, yang diadopsi dari warisan sejarah perkembangan peradaban Barat. Sekularisasi muncul karena ketidak-sanggupan dogma Kristen untuk berhadapan dengan peradaban Barat yang terbentuk dari beragam unsur. Dalam konsep politik diistilahkan dengan desacralization of politics yang bermakna bahwa politik tidaklah sakral. Jadi urusan agama harus disingkirkan dari urusan politik. Modernisme Islam yang ada awalnya muncul sebagai suatu gerakan pembaharuan dan purifikasi Islam, namun kemudian kehilangan kreativitas intelektualnya ketika terlibat dan masuk ke dalam wilayah politik praktis. Sementara realitas sosial – politik pada era Orde Baru – tidak memungkinkan bagi ekspresi politik melalui jalan partai politik menjadi sarana bagi partisipasi umat Islam untuk membangun komunikasi politik yang baik dengan negara. Sekularisasi kebudayaan merupakan transformasi yang saling menyambung antara proses desaklarisasi dan nasionalisasi dalam alam pikiran manusia, yang esensinya adalah memandang agama tidak lagi menjadi kerangka acuan dasar pemikiran. Proses desaklarisasi menyangkut sikap terhadap orang dan benda, yakni menafikan keterlibatan emosional dalam menanggapi urusan agama","PeriodicalId":119530,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf","volume":"17 4 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134288122","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-08-26DOI: 10.53429/SPIRITUALIS.V6I1.78
Bayu Fermadi
Sebelum kemerdekaan, santri, kyai dan seluruh elemen masyarakat bersatu padu untuk melawan penjajah. Namun setelah merdeka, mereka sedikit banyak dibenturkan oleh kepentingan politik dalam negeri. Tulisan singkat ini akan membahas tentang transformasi santri pasca tahun 1965 dari segi budaya, agama dan politik di wilayah Pare, Kediri. Kesimpulan artikel ini adalah munculnya pemberontakan di Madiun yang dilakukan oleh PKI menjadi cikal bakal persatuan para santri disebabkan perseteruan idiologi antara keduanya. Untuk memperkuat solidaritas umat Islam, akhirnya didirikan banyak pesantren di Kediri sebagai penangkal kekuatan Abangan dan kristenisasi. Lambat laun, banyaknya jumlah pesantren sedikit banyak mengalami gesekan. Pesantren yang melahirkan alumni di desa-desa membuat mereka saling berkompetisi dan ingin menunjukkan jati diri masing-masing. Gesekan antar santri cukup terasa terutama dalam masalah politik. Sebab pondok pesantren merupakan lahan empuk untuk meraih suara santrinya. Meskipun saat ini, pengaruh pesantren dalam persoalan politik tidak terlalu signifikan. Sedangkan identitas Abangan akhir-akhir ini sudah sulit ditemukan karena pada umumnya label Abangan tersebut merupakan citra negatif.
{"title":"TRANSFORMASI SANTRI PASCA 1965","authors":"Bayu Fermadi","doi":"10.53429/SPIRITUALIS.V6I1.78","DOIUrl":"https://doi.org/10.53429/SPIRITUALIS.V6I1.78","url":null,"abstract":"Sebelum kemerdekaan, santri, kyai dan seluruh elemen masyarakat bersatu padu untuk melawan penjajah. Namun setelah merdeka, mereka sedikit banyak dibenturkan oleh kepentingan politik dalam negeri. Tulisan singkat ini akan membahas tentang transformasi santri pasca tahun 1965 dari segi budaya, agama dan politik di wilayah Pare, Kediri. Kesimpulan artikel ini adalah munculnya pemberontakan di Madiun yang dilakukan oleh PKI menjadi cikal bakal persatuan para santri disebabkan perseteruan idiologi antara keduanya. Untuk memperkuat solidaritas umat Islam, akhirnya didirikan banyak pesantren di Kediri sebagai penangkal kekuatan Abangan dan kristenisasi. Lambat laun, banyaknya jumlah pesantren sedikit banyak mengalami gesekan. Pesantren yang melahirkan alumni di desa-desa membuat mereka saling berkompetisi dan ingin menunjukkan jati diri masing-masing. Gesekan antar santri cukup terasa terutama dalam masalah politik. Sebab pondok pesantren merupakan lahan empuk untuk meraih suara santrinya. Meskipun saat ini, pengaruh pesantren dalam persoalan politik tidak terlalu signifikan. Sedangkan identitas Abangan akhir-akhir ini sudah sulit ditemukan karena pada umumnya label Abangan tersebut merupakan citra negatif.","PeriodicalId":119530,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf","volume":"40 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115793996","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-08-26DOI: 10.53429/spiritualis.v5i1.61
Yuslia Styawati
Sufi orders have been instrumental in the life of the Sufis as centers for spiritual training and education. In these centers the Sufis can elaborate their ideas, and apply them in real life. In the passages of time however, these orders were no longer considered simply as religious centers but also as sufis grouping consisting of people committed to practice the teaching of their religion.This article tries to describes these sufis grouping and their doctrins. Such as Qadiriah, Syadziliyah and Syattariyah.
{"title":"MENGENAL TAREKAT DI DUNIA ISLAM","authors":"Yuslia Styawati","doi":"10.53429/spiritualis.v5i1.61","DOIUrl":"https://doi.org/10.53429/spiritualis.v5i1.61","url":null,"abstract":"Sufi orders have been instrumental in the life of the Sufis as centers for spiritual training and education. In these centers the Sufis can elaborate their ideas, and apply them in real life. In the passages of time however, these orders were no longer considered simply as religious centers but also as sufis grouping consisting of people committed to practice the teaching of their religion.This article tries to describes these sufis grouping and their doctrins. Such as Qadiriah, Syadziliyah and Syattariyah. \u0000","PeriodicalId":119530,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf","volume":"29 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124592459","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-08-26DOI: 10.53429/SPIRITUALIS.V6I1.74
A. Said
Al-Qur’an memiliki muatan universal (s}a>lih} li kulli zama>n wa maka>n) sehingga memberikan spirit berupa nilai kebebasan (al-h}urriyah), nilai-nilai humanistic, nilai keadilan (al-‘ada>lah), kesetaraan (al-musa>wah), dan hak asasi manusia (h}uqu>q al-insa>n). Nilai-nilai universal yang berorientasi pada spirit al-Qur’an inilah yang menjadi konsentrasi Farid Esack. Dia adalah seorang pemikir dari Afrika Selatan. Lewat karya dan keterlibatannya dalam gerakan praksis, Esack mendobrak klaim kebenaran eksklusif agama dan mengkonstruksi konsep pluralisme agama untuk membebaskan masyarakat Afrika Selatan dari belenggu kolonialisme rezim Apartheid. Dalam hermeneutiknya, Esack menempatkan teks (al-Qur’an), konteks Afrika Selatan dan penafsir berada pada posisi lingkaran hermeneutik. Pada posisinya sebagai pembaca sekaligus sebagai pengarang Esack menekankan adanya sebuah pembacaan yang kritis dan membebaskan dalam menafsirkan teks ke dalam konteks. Hermeneutika yang ditawarkan Farid Esack sebagai metode penafsiran al-Qur’an untuk membangun landasan teologis tentang konsep pluralisme agama. Dalam pandangan Esack, ada kemungkinan untuk hidup dalam kepercayaan penuh terhadap al-Qur’an dan konteks kehidupan sekarang bersama-sama kepercayaan-kepercayaan lain dan bekerjasama untuk membangun masyarakat yang lebih manusiawi. Esack mengembangkan gagasan hermeneutika al-Qur’an sebagai kontribusi bagi pengembangan pluralisme agama dalam Islam; menguji cara al-Qur’an mendefinisikan diri (muslim) dan orang lain (non-muslim) dengan tujuan untuk menciptakan ruang bagi kebenaran dan keadilan orang lain dalam teologi pluralisme untuk pembebasan; dan menggali hubungan antara eksklusivisme keagamaan dalam bentuk konservatisme politik (yang mendukung Apartheid) di satu sisi, dan inklusivisme keagamaan dan satu bentuk politik progresif (yang mendukung perjuangan pembebasan) di sisi lain, serta memberi dukungan rasional yang bersifat qur’ani, untuk membebaskan masyarakat Afrika Selatan dari belenggu rezim Apartheid.
{"title":"HERMENEUTIKA AL-QUR’AN TENTANG PLURALISME AGAMA PERSPEKTIF FARID ESACK","authors":"A. Said","doi":"10.53429/SPIRITUALIS.V6I1.74","DOIUrl":"https://doi.org/10.53429/SPIRITUALIS.V6I1.74","url":null,"abstract":"Al-Qur’an memiliki muatan universal (s}a>lih} li kulli zama>n wa maka>n) sehingga memberikan spirit berupa nilai kebebasan (al-h}urriyah), nilai-nilai humanistic, nilai keadilan (al-‘ada>lah), kesetaraan (al-musa>wah), dan hak asasi manusia (h}uqu>q al-insa>n). Nilai-nilai universal yang berorientasi pada spirit al-Qur’an inilah yang menjadi konsentrasi Farid Esack. Dia adalah seorang pemikir dari Afrika Selatan. Lewat karya dan keterlibatannya dalam gerakan praksis, Esack mendobrak klaim kebenaran eksklusif agama dan mengkonstruksi konsep pluralisme agama untuk membebaskan masyarakat Afrika Selatan dari belenggu kolonialisme rezim Apartheid. Dalam hermeneutiknya, Esack menempatkan teks (al-Qur’an), konteks Afrika Selatan dan penafsir berada pada posisi lingkaran hermeneutik. Pada posisinya sebagai pembaca sekaligus sebagai pengarang Esack menekankan adanya sebuah pembacaan yang kritis dan membebaskan dalam menafsirkan teks ke dalam konteks. Hermeneutika yang ditawarkan Farid Esack sebagai metode penafsiran al-Qur’an untuk membangun landasan teologis tentang konsep pluralisme agama. Dalam pandangan Esack, ada kemungkinan untuk hidup dalam kepercayaan penuh terhadap al-Qur’an dan konteks kehidupan sekarang bersama-sama kepercayaan-kepercayaan lain dan bekerjasama untuk membangun masyarakat yang lebih manusiawi. Esack mengembangkan gagasan hermeneutika al-Qur’an sebagai kontribusi bagi pengembangan pluralisme agama dalam Islam; menguji cara al-Qur’an mendefinisikan diri (muslim) dan orang lain (non-muslim) dengan tujuan untuk menciptakan ruang bagi kebenaran dan keadilan orang lain dalam teologi pluralisme untuk pembebasan; dan menggali hubungan antara eksklusivisme keagamaan dalam bentuk konservatisme politik (yang mendukung Apartheid) di satu sisi, dan inklusivisme keagamaan dan satu bentuk politik progresif (yang mendukung perjuangan pembebasan) di sisi lain, serta memberi dukungan rasional yang bersifat qur’ani, untuk membebaskan masyarakat Afrika Selatan dari belenggu rezim Apartheid.","PeriodicalId":119530,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf","volume":"66 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123845607","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}