Pub Date : 2020-08-26DOI: 10.53429/spiritualis.v5i2.69
Helfi, Abdur Rohman
Nabi Mu>sa adalah orang terpilih dari bangsa terpilih, Bani> Isra>’i>l. Dia memiliki kelebihan ‘dapat berkomunikasi langsung dengan Tuhan’, menjadi rasul dan menerima Tawrat. Saat ditanya oleh umatnya, ‘siapakah manusia yang paling alim?’ dia menjawab ‘saya’. Atas keangkuhan itulah Allah menegurnya supaya dia mengikuti laku batin kepada seorang hamba yang berada di tempat bertemunya dua laut. Nabi Mu>sa kemudian menemuinya dan berguru kepadanya. Dia diterima sebagai murid dengan syarat tidak bertanya apapun yang dilakukan gurunya. Mu>sa mengalami tiga peristiwa besar yang tidak masuk akal yaitu: Khid}ir melubangi perahu yang ditumpanginya, membunuh anak kecil yang tidak berdosa dan membangun tembok miring tanpa ada orang yang menyuruh atau memberikan upah. Masing-masing dari peristiwa besar tersebut dipertanyakan oleh nabi Mu>sa sehingga ia tidak lulus uji.
{"title":"LAKU BATIN","authors":"Helfi, Abdur Rohman","doi":"10.53429/spiritualis.v5i2.69","DOIUrl":"https://doi.org/10.53429/spiritualis.v5i2.69","url":null,"abstract":"Nabi Mu>sa adalah orang terpilih dari bangsa terpilih, Bani> Isra>’i>l. Dia memiliki kelebihan ‘dapat berkomunikasi langsung dengan Tuhan’, menjadi rasul dan menerima Tawrat. Saat ditanya oleh umatnya, ‘siapakah manusia yang paling alim?’ dia menjawab ‘saya’. Atas keangkuhan itulah Allah menegurnya supaya dia mengikuti laku batin kepada seorang hamba yang berada di tempat bertemunya dua laut. Nabi Mu>sa kemudian menemuinya dan berguru kepadanya. Dia diterima sebagai murid dengan syarat tidak bertanya apapun yang dilakukan gurunya. Mu>sa mengalami tiga peristiwa besar yang tidak masuk akal yaitu: Khid}ir melubangi perahu yang ditumpanginya, membunuh anak kecil yang tidak berdosa dan membangun tembok miring tanpa ada orang yang menyuruh atau memberikan upah. Masing-masing dari peristiwa besar tersebut dipertanyakan oleh nabi Mu>sa sehingga ia tidak lulus uji.","PeriodicalId":119530,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf","volume":"107 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122681831","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-08-26DOI: 10.53429/spiritualis.v5i2.65
A. Habibah
Al-Farabi adalah salah satu filosof muslim yang berpengaruh hingga saat ini. Di samping sebagai filosof, ia ternyata memiliki buah pemikiran terhadap konsep negara yang ideal. Konsep negara ideal tersebut ia tuangkan ke dalam satu karya yang berjudul Ara>’u Ahl Madi>nah al-Fad}i>lah yang akan dibahas di dalam artikel ini. Kesimpulannya adalah pemimpin ideal itu pemimpin yang baik, satu sosok yang diibaratkan sebagai hati (penggerak) seluruh organ yang lain. Ia juga mengilustrasikan sebagai wujud asli yang bagus, sementara masyarakatnya adalah bayang-bayangnya. Jika wajah asli itu baik, maka semua bayang-bayang akan menjadi baik. Sosok idealnya adalah seperti Nabi karena ia dibimbing oleh wahyu. Namun jika sudah tidak ada nabi, sosok ideal tersebut adalah filosof, karena dia dibimbing oleh akal dan kebijaksanaan. Sedangkan tipologi masyarakat ideal adalah masyarakat yang baik dan patuh kepada pemerintah.
法拉比是迄今为止最有影响力的穆斯林哲学家之一。尽管他是一名哲学家,但他对国家理想的概念产生了一些想法。他把这个理想国家的概念融入了一部名为《Ara> u Ahl Madi>nah al-Fad》的作品中,这就是本文要讨论的。他的结论是,一个理想的领导者是一个好的领导者,一个被比作所有其他器官的心脏的人物。他还阐明了一种良好的原型,而他的人民是他的影子。如果真实的脸是好的,那么所有的阴影都会好的。理想的形象是像先知,因为他被启示所引导。但如果没有先知,这样的理想就是哲学,因为他是由智慧和智慧引导的。理想的社会类型学是一个对政府友好和服从的社会。
{"title":"KONSEP NEGARA IDEAL DALAM PEMIKIRAN AL-FARABI Telaah Kitab Ara>’ Ahl Madi>nah al-Fad}i>lah","authors":"A. Habibah","doi":"10.53429/spiritualis.v5i2.65","DOIUrl":"https://doi.org/10.53429/spiritualis.v5i2.65","url":null,"abstract":"Al-Farabi adalah salah satu filosof muslim yang berpengaruh hingga saat ini. Di samping sebagai filosof, ia ternyata memiliki buah pemikiran terhadap konsep negara yang ideal. Konsep negara ideal tersebut ia tuangkan ke dalam satu karya yang berjudul Ara>’u Ahl Madi>nah al-Fad}i>lah yang akan dibahas di dalam artikel ini. Kesimpulannya adalah pemimpin ideal itu pemimpin yang baik, satu sosok yang diibaratkan sebagai hati (penggerak) seluruh organ yang lain. Ia juga mengilustrasikan sebagai wujud asli yang bagus, sementara masyarakatnya adalah bayang-bayangnya. Jika wajah asli itu baik, maka semua bayang-bayang akan menjadi baik. Sosok idealnya adalah seperti Nabi karena ia dibimbing oleh wahyu. Namun jika sudah tidak ada nabi, sosok ideal tersebut adalah filosof, karena dia dibimbing oleh akal dan kebijaksanaan. Sedangkan tipologi masyarakat ideal adalah masyarakat yang baik dan patuh kepada pemerintah.","PeriodicalId":119530,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf","volume":"32 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129300835","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-08-26DOI: 10.53429/spiritualis.v5i2.68
Muhammad Khoiri
Globalisasi dan modernisasi memang menudahkan manusia untuk berinteraksi, bekerja, mencari informasi dan sebagainya. Namun di sisi lain, globalisasi dan modernisasi membawa dampak yang seirus bagi akhlak generasi bangsa. Bagi mereka yang mampu menggunakan sisi positifnya, akan menjadikan mereka lebih cepat berkembang dan sukses. Namun di sisi lain, bagi mereka yang terkena imbasnya, akan menjadikan moral generasi bangsa rusak. Di sinilah madrasah diniyah memiliki peran yang penting dalam rangka mencetak dan memfilter arus negatif modernisasi. Artikel ini akan membahas peran-serta guru dalam mendidik siswa atau santrinya dalam bidang akhlak. Kesimpulan artikel ini adalah, cara yang dilakukan oleh guru antara lain: sahalat berjamaah, mencium tangan guru saat salaman, menambahkan pelajaran bermuatan akhlak yang dimiliki oleh para nabi dan ulama, menanamkan keikhlasan, menuliskan cita-citanya pada tempat yang strategis, mengunjungi guru atau mentor, menggelar doa bersama dan memberikan reward serta sanksi. Sedangkan faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak adalah faktor internal diri sendiri, faktor eksternal dengan hal-hal lain seperti internet dan faktor lingkungan yang meliputi keluarga dan pergaulan antar sesama.
{"title":"STRATEGI GURU MADRASAH DALAM PEMBINAAN AKHLAK SANTRI","authors":"Muhammad Khoiri","doi":"10.53429/spiritualis.v5i2.68","DOIUrl":"https://doi.org/10.53429/spiritualis.v5i2.68","url":null,"abstract":"Globalisasi dan modernisasi memang menudahkan manusia untuk berinteraksi, bekerja, mencari informasi dan sebagainya. Namun di sisi lain, globalisasi dan modernisasi membawa dampak yang seirus bagi akhlak generasi bangsa. Bagi mereka yang mampu menggunakan sisi positifnya, akan menjadikan mereka lebih cepat berkembang dan sukses. Namun di sisi lain, bagi mereka yang terkena imbasnya, akan menjadikan moral generasi bangsa rusak. Di sinilah madrasah diniyah memiliki peran yang penting dalam rangka mencetak dan memfilter arus negatif modernisasi. Artikel ini akan membahas peran-serta guru dalam mendidik siswa atau santrinya dalam bidang akhlak. Kesimpulan artikel ini adalah, cara yang dilakukan oleh guru antara lain: sahalat berjamaah, mencium tangan guru saat salaman, menambahkan pelajaran bermuatan akhlak yang dimiliki oleh para nabi dan ulama, menanamkan keikhlasan, menuliskan cita-citanya pada tempat yang strategis, mengunjungi guru atau mentor, menggelar doa bersama dan memberikan reward serta sanksi. Sedangkan faktor yang mempengaruhi pembentukan akhlak adalah faktor internal diri sendiri, faktor eksternal dengan hal-hal lain seperti internet dan faktor lingkungan yang meliputi keluarga dan pergaulan antar sesama. \u0000 ","PeriodicalId":119530,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128572078","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-08-26DOI: 10.53429/SPIRITUALIS.V5I2.64
M. Munir
Sabar termasuk level menengah ke bawah dalam maqa>mat. Untuk memahami kesabaran dibutuhkan ahli untuk menjawabnya. Begitu pula dibutuhkan metode untuk menggapainya. Artikel ini akan membahas konsep sabar al-Ghaza>li, sebab dia adalah maestronya bidang tasawuf akhlaki. Salah satu kitab yang membahas soal kesabaran adalah Ih}ya>’ ‘Ulu>m al-Di>n. Kesimpulan artikel ini adalah: Pertama, sabar dapat ditinjau dari segi: hubungan dengan keadaan, sabar berdasarkan kuat dan lemahnya seseorang, sabar berdasarkan hukum, dan sabar berdasarkan kondisi seseorang. Kedua, metode untuk bersabar, yaitu mengekang sesuatu yang dapat menaikkan nafsu (puasa, menjaga makanan yang masuk ke perut, menjaga pandangan, menghiasi diri dengan hal-hal mubah) dan menguatkan dorongan agama.
{"title":"KONSEP SABAR MENURUT AL-GHAZALI DALAM KITAB IHYA’ ‘ULUM AL-DIN","authors":"M. Munir","doi":"10.53429/SPIRITUALIS.V5I2.64","DOIUrl":"https://doi.org/10.53429/SPIRITUALIS.V5I2.64","url":null,"abstract":"Sabar termasuk level menengah ke bawah dalam maqa>mat. Untuk memahami kesabaran dibutuhkan ahli untuk menjawabnya. Begitu pula dibutuhkan metode untuk menggapainya. Artikel ini akan membahas konsep sabar al-Ghaza>li, sebab dia adalah maestronya bidang tasawuf akhlaki. Salah satu kitab yang membahas soal kesabaran adalah Ih}ya>’ ‘Ulu>m al-Di>n. Kesimpulan artikel ini adalah: Pertama, sabar dapat ditinjau dari segi: hubungan dengan keadaan, sabar berdasarkan kuat dan lemahnya seseorang, sabar berdasarkan hukum, dan sabar berdasarkan kondisi seseorang. Kedua, metode untuk bersabar, yaitu mengekang sesuatu yang dapat menaikkan nafsu (puasa, menjaga makanan yang masuk ke perut, menjaga pandangan, menghiasi diri dengan hal-hal mubah) dan menguatkan dorongan agama.","PeriodicalId":119530,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf","volume":"28 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127788287","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-08-26DOI: 10.53429/spiritualis.v5i2.66
Mubaidi Sulaeman
Most of Orientalis misunderstood about Islam like they were made to touch an elephant, each described it according to the part of body his hands had touched: to one the elephant appeared like a throne, to another like a fan, or like water pipe, or like a pillar. Schimmel attempt to understands of Islam (sufism) very well used Phenomenology Approach, and the result is amazed the others orientalist and most of moeslem. Schimmel said The plurality of signs is necessary to veil the eternal One who is transcendent and yet ‘closer than the neck vein’ (QS 50:16). The signs show the way into His presence, where the believer may finally leave the images behind. Ru>mi one of Sufis who completed that understading passed way divine love.
{"title":"MISTISISME JALAL AL-DIN AL-RUMI DALAM PERSPEKTIF ANNEMARIE SCHIMMEL","authors":"Mubaidi Sulaeman","doi":"10.53429/spiritualis.v5i2.66","DOIUrl":"https://doi.org/10.53429/spiritualis.v5i2.66","url":null,"abstract":"Most of Orientalis misunderstood about Islam like they were made to touch an elephant, each described it according to the part of body his hands had touched: to one the elephant appeared like a throne, to another like a fan, or like water pipe, or like a pillar. Schimmel attempt to understands of Islam (sufism) very well used Phenomenology Approach, and the result is amazed the others orientalist and most of moeslem. Schimmel said The plurality of signs is necessary to veil the eternal One who is transcendent and yet ‘closer than the neck vein’ (QS 50:16). The signs show the way into His presence, where the believer may finally leave the images behind. Ru>mi one of Sufis who completed that understading passed way divine love.","PeriodicalId":119530,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133673267","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-08-26DOI: 10.53429/spiritualis.v5i1.58
Abdur Rohman
Dalam kajian tasawuf ada istilah maqama>t (tingkatan-tingkatan) untuk menuju Allah. Sedangkan tingkatan terbawah dari maqama>t adalah tobat. Oleh sebab itu, level awal yang harus dilalui oleh seorang sa>lik adalah tobat. Jika pada level ini belum selesai, maka seorang sa>lik tidak layak untuk ‘naik kelas’. Artikel ini membahas tingkatan tobat beserta metode untuk bertobat. Tingkatan tobat ada empat, yaitu tobat dari dosa besar dan kecil, tobat dari perkara makruh serta tobat dari perkara mushba>t. Sedangkan metode agar cepat tobat adalah: Pertama, memikirkan orang-orang yang mati mendadak. Kedua, merenungkan kisah Fir’aun yang ingin tobat dipenghujung hayat saja. Ketiga, penentuan khusn al-kha>timah adalah kebiasaan.
{"title":"TINGKATAN DAN METODE TOBAT","authors":"Abdur Rohman","doi":"10.53429/spiritualis.v5i1.58","DOIUrl":"https://doi.org/10.53429/spiritualis.v5i1.58","url":null,"abstract":"Dalam kajian tasawuf ada istilah maqama>t (tingkatan-tingkatan) untuk menuju Allah. Sedangkan tingkatan terbawah dari maqama>t adalah tobat. Oleh sebab itu, level awal yang harus dilalui oleh seorang sa>lik adalah tobat. Jika pada level ini belum selesai, maka seorang sa>lik tidak layak untuk ‘naik kelas’. Artikel ini membahas tingkatan tobat beserta metode untuk bertobat. Tingkatan tobat ada empat, yaitu tobat dari dosa besar dan kecil, tobat dari perkara makruh serta tobat dari perkara mushba>t. Sedangkan metode agar cepat tobat adalah: Pertama, memikirkan orang-orang yang mati mendadak. Kedua, merenungkan kisah Fir’aun yang ingin tobat dipenghujung hayat saja. Ketiga, penentuan khusn al-kha>timah adalah kebiasaan.","PeriodicalId":119530,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf","volume":"165 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132692642","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-08-26DOI: 10.53429/spiritualis.v5i1.55
Yuni Pangestutiani
Muh}ammad Abduh adalah salah satu pembaharu Islam yang berasal dari Mesir. Ia memandang bahwa apa yang terjadi terhadap umat Islam saat ini sudah mencapai titik kronis dan membutuhkanlah cara pandang baru terhadap agama yang menjadi sumber rujukan umat Islam serta sebagai bentuk penyesuaian peradaban Islam klasik terhadap peradaban modern yang dibawa oleh Prancis. Pemikiran Abduh dalam pembaharuan didasari pada dua postulat. Pertama, Abduh memandang bahwa perlunya perang agama dalam kehidupan manusia yang secara mutlak bersumber dari al-Qur’an dan Hadis. Kedua, sekolah-sekolah Islam perlu mengasimilasikan yang terbaik dari peradaban Barat. Hal ini disebabkan bahwa Islam adalah agama yang sesuai dengan akal sedangkan akal tidak menolak kemajuan. Abduh berpendapat bahwa al-Qur’an yang turun ke bumi ini bukan tanpa fakta, tetapi al-Qur’an turun sesuai dengan realitas sosial yang ada. Argumentasi yang dibangun oleh al-Qur’an sulit dibantah oleh manusia. Hal ini disebabkan bahwa ayat-ayat al-Qur’an disertai dengan dalil dan fakta yang dapat mematahkan kepercayaan penentangnya, maka didatangkanlah dalil akal, dibangkitkan pikiran dan diperlihatakan fakta alam yang sesesuai dengan akal manusia. Abduh mencoba mendekonstruksi pemikiran Islam yang jumud tanpa merubah dasar agama, sehingga munculah pemahaman-pemahaman baru yang aktual dan sistematis. Pembaruan yang digagas Abduh dapat dirumuskan dalam empat aspek yaitu: pertama, pemurnian Islam dari berbagai pengaruh ajaran dan pengamalan yang tidak benar(bid’ah dan khurafât). Kedua, pembaruan sistem pendidikan tinggi Islam. Ketiga, perumusan kembali doktrin Islam yang sejalan dengan semangat modernitas. Keempat, pembelaan Islam terhadap pengaruh Eropa.
{"title":"DEKONSTRUKSI PEMAHAMAN AGAMA MENURUT MUH}AMMAD ABDUH DALAM RISA","authors":"Yuni Pangestutiani","doi":"10.53429/spiritualis.v5i1.55","DOIUrl":"https://doi.org/10.53429/spiritualis.v5i1.55","url":null,"abstract":"Muh}ammad Abduh adalah salah satu pembaharu Islam yang berasal dari Mesir. Ia memandang bahwa apa yang terjadi terhadap umat Islam saat ini sudah mencapai titik kronis dan membutuhkanlah cara pandang baru terhadap agama yang menjadi sumber rujukan umat Islam serta sebagai bentuk penyesuaian peradaban Islam klasik terhadap peradaban modern yang dibawa oleh Prancis. Pemikiran Abduh dalam pembaharuan didasari pada dua postulat. Pertama, Abduh memandang bahwa perlunya perang agama dalam kehidupan manusia yang secara mutlak bersumber dari al-Qur’an dan Hadis. Kedua, sekolah-sekolah Islam perlu mengasimilasikan yang terbaik dari peradaban Barat. Hal ini disebabkan bahwa Islam adalah agama yang sesuai dengan akal sedangkan akal tidak menolak kemajuan. Abduh berpendapat bahwa al-Qur’an yang turun ke bumi ini bukan tanpa fakta, tetapi al-Qur’an turun sesuai dengan realitas sosial yang ada. Argumentasi yang dibangun oleh al-Qur’an sulit dibantah oleh manusia. Hal ini disebabkan bahwa ayat-ayat al-Qur’an disertai dengan dalil dan fakta yang dapat mematahkan kepercayaan penentangnya, maka didatangkanlah dalil akal, dibangkitkan pikiran dan diperlihatakan fakta alam yang sesesuai dengan akal manusia. Abduh mencoba mendekonstruksi pemikiran Islam yang jumud tanpa merubah dasar agama, sehingga munculah pemahaman-pemahaman baru yang aktual dan sistematis. Pembaruan yang digagas Abduh dapat dirumuskan dalam empat aspek yaitu: pertama, pemurnian Islam dari berbagai pengaruh ajaran dan pengamalan yang tidak benar(bid’ah dan khurafât). Kedua, pembaruan sistem pendidikan tinggi Islam. Ketiga, perumusan kembali doktrin Islam yang sejalan dengan semangat modernitas. Keempat, pembelaan Islam terhadap pengaruh Eropa.","PeriodicalId":119530,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf","volume":"2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114312357","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-08-26DOI: 10.53429/spiritualis.v6i1.82
Abdur Rohman, Masrul Anam
Angka penyebaran virus corona hingga saat ini masih cukup tinggi dan belum memberikan tanda-tanda berakhir. Untuk itu dibutuhkan peran serta seluruh lapisan masyarakat untuk saling mengingatkan akan bahaya virus tersebut. Salah satunya adalah para akademisi tafsir agar menyajikan pemahaman mengenai ayat al-Qur’an kepada umatnya terutama dalam menanggulangi penyebaran virus corona. Penelitian ini termasuk ke dalam kajian pustaka dengan pendekatan tafsir sufi isha>ri>. Kesimpulan penelitian ini adalah kisah nabi Ayu>b yang dijauhi oleh orang-orang dekatnya dengan asumsi agar tidak tertular merupakan kode social distancing. Sedangkan kesembuhan penyakitnya karena mencuci badan dengan air bersih merupakan isyarat untuk selalu menjaga kebersihan. Kisah para istri nabi Muh}ammad yang diperintahkan agar di rumah saja memiliki tujuan agar terhindar dari marabahaya merupakan kode stay at home. Kisah nabi Lu>t} yang menjauh dari zona merah dan juga kisah semut yang mengintruksikan kepada semut lain agar masuk rumah supaya tidak terinjak-injak pasukan Sulayma>n merupakan langkah preventif agar terhindar dari marabahaya. Sedangkan aplikasi dari pemahaman terhadap ‘ibrah ayat-ayat tersebut dapat dilihat dari keputusan ‘Umar bin Khat}t}a>b yang tidak jadi mengunjungi daerah terdampak wabah supaya selamat adalah bentuk tafsir al-Qur’an dengan ‘ucpaan sahabat’ dan dikuatkan dengan hadis nabi yang mengintruksikan agar jangan memasuki daerah terdampak.
日冕病毒的发病率仍然很高,目前还没有结束的迹象。为了做到这一点,整个社会都必须参与,提醒彼此病毒的危险。其中一位是塔夫瑟尔学者,他们主要是在应对科罗娜病毒的传播时,向他的人民展示了对可兰经经文的理解。该研究包括与tafsir sufi isha>ri>的研究。这项研究的结论是先知Ayu>b的故事,他被附近的人回避,认为不受感染是一种社会排斥的准则。然而,用干净的水清洗身体可以缓解这种疾病,这是一种持续清洁的标志。ammad的妻子们被告知呆在家里是为了避免危险,这是《呆在家里》的代码。《先知路》(Lu>t)的故事,以及蚂蚁走出红色区域的故事,以及蚂蚁进入房子不受Sulayma>n部队踩踏的故事,是一个预防措施,以避免危险。而理解《圣经》的应用可以从《乌玛·本·卡特》(Umar bin Khat)的决定中看出,为了生存而不去受瘟疫影响的地区是一种可兰经的解释形式,并得到先知的圣训的加强,后者敦促不要进入受影响的地区。
{"title":"MENGGALI ‘IBRAH PANDEMI DALAM BINGKAI TAFSIR ISHARI","authors":"Abdur Rohman, Masrul Anam","doi":"10.53429/spiritualis.v6i1.82","DOIUrl":"https://doi.org/10.53429/spiritualis.v6i1.82","url":null,"abstract":"Angka penyebaran virus corona hingga saat ini masih cukup tinggi dan belum memberikan tanda-tanda berakhir. Untuk itu dibutuhkan peran serta seluruh lapisan masyarakat untuk saling mengingatkan akan bahaya virus tersebut. Salah satunya adalah para akademisi tafsir agar menyajikan pemahaman mengenai ayat al-Qur’an kepada umatnya terutama dalam menanggulangi penyebaran virus corona. Penelitian ini termasuk ke dalam kajian pustaka dengan pendekatan tafsir sufi isha>ri>. Kesimpulan penelitian ini adalah kisah nabi Ayu>b yang dijauhi oleh orang-orang dekatnya dengan asumsi agar tidak tertular merupakan kode social distancing. Sedangkan kesembuhan penyakitnya karena mencuci badan dengan air bersih merupakan isyarat untuk selalu menjaga kebersihan. Kisah para istri nabi Muh}ammad yang diperintahkan agar di rumah saja memiliki tujuan agar terhindar dari marabahaya merupakan kode stay at home. Kisah nabi Lu>t} yang menjauh dari zona merah dan juga kisah semut yang mengintruksikan kepada semut lain agar masuk rumah supaya tidak terinjak-injak pasukan Sulayma>n merupakan langkah preventif agar terhindar dari marabahaya. Sedangkan aplikasi dari pemahaman terhadap ‘ibrah ayat-ayat tersebut dapat dilihat dari keputusan ‘Umar bin Khat}t}a>b yang tidak jadi mengunjungi daerah terdampak wabah supaya selamat adalah bentuk tafsir al-Qur’an dengan ‘ucpaan sahabat’ dan dikuatkan dengan hadis nabi yang mengintruksikan agar jangan memasuki daerah terdampak. \u0000 ","PeriodicalId":119530,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf","volume":"34 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125172960","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-08-26DOI: 10.53429/spiritualis.v6i1.79
Patsun
Kepemimpinan wanita dalam kancah politik menuai kontroversi di dalam Islam. Hal ini disebabkan oleh nas{ hadis sahih yang menyatakan bahwa suatu kaum tidak akan beruntung jika dipimpin oleh wanita. Bagi ulama konservatif, akan memahami hadis tersebut apa adanya (tekstual). Namun bagi ulama yang moderat akan memahaminya dari sisi kontekstual. Agama Islam berpedoman kepada al-Qur’an dan hadis, oleh sebab itu, tidak adil kiranya jika hanya memotret dari sisi hadis saja dan mengesampingkan al-Qur’an. Artikel ini akan membahas tentang kepemimpinan wanita dari sisi al-Qur’an, hadis, biologis wanita dan sosiologis bangsa Indonesia. Kesimpulan artikel ini adalah al-Qur’an melegitimasi kepemimpinan wanita lewat kisah ratu Saba’ (Bilqi>s). Hadis tentang kepemimpinan wanita dapat dipahami sebagai ‘komentar’ Nabi terhadap pergantian kepemimpinan di Persia dan memiliki muatan lokal-temporal. Wanita memiliki kelemahan biologis pada saat menstruasi dan hamil, kelemahan fisik dibandingkan laki-laki, kelemahan psikologis dan emosional. Sedangkan bangsa Indonesia sesungguhnya juga menganut paham patriarki. Jadi, kontestasi politik terbuka lebar bagi siapapun, tanpa harus membeda-bendakan jenis kelamin. Siapapun yang terbaik, dialah yang berhak menjadi pemimpin.
{"title":"KEPEMIMPINAN WANITA DALAM ISLAM","authors":"Patsun","doi":"10.53429/spiritualis.v6i1.79","DOIUrl":"https://doi.org/10.53429/spiritualis.v6i1.79","url":null,"abstract":"Kepemimpinan wanita dalam kancah politik menuai kontroversi di dalam Islam. Hal ini disebabkan oleh nas{ hadis sahih yang menyatakan bahwa suatu kaum tidak akan beruntung jika dipimpin oleh wanita. Bagi ulama konservatif, akan memahami hadis tersebut apa adanya (tekstual). Namun bagi ulama yang moderat akan memahaminya dari sisi kontekstual. Agama Islam berpedoman kepada al-Qur’an dan hadis, oleh sebab itu, tidak adil kiranya jika hanya memotret dari sisi hadis saja dan mengesampingkan al-Qur’an. Artikel ini akan membahas tentang kepemimpinan wanita dari sisi al-Qur’an, hadis, biologis wanita dan sosiologis bangsa Indonesia. Kesimpulan artikel ini adalah al-Qur’an melegitimasi kepemimpinan wanita lewat kisah ratu Saba’ (Bilqi>s). Hadis tentang kepemimpinan wanita dapat dipahami sebagai ‘komentar’ Nabi terhadap pergantian kepemimpinan di Persia dan memiliki muatan lokal-temporal. Wanita memiliki kelemahan biologis pada saat menstruasi dan hamil, kelemahan fisik dibandingkan laki-laki, kelemahan psikologis dan emosional. Sedangkan bangsa Indonesia sesungguhnya juga menganut paham patriarki. Jadi, kontestasi politik terbuka lebar bagi siapapun, tanpa harus membeda-bendakan jenis kelamin. Siapapun yang terbaik, dialah yang berhak menjadi pemimpin.","PeriodicalId":119530,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125205187","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-08-26DOI: 10.53429/spiritualis.v5i1.60
E. Putra
Doa adalah pendukung usaha lahir. Tuhan telah menyatakan bahwa akan mengabulkan doa. Namun kenyataannya tidak semua doa si hamba dikabulkan. Oleh sebab itu, di mana letak kesalahannya ‘mengapa tidak dikabulkan?’. Artikel singkat ini akan mengulas tentang esensi doa, baik yang dikabulkan atau tidak. Kesimpulan artikel ini adalah: Syarat-syarat doa yaitu: Pertama. diberengi dengan usaha. Kedua, serius. Ketiga, sesuai keadaan. Keempat, berdoa pada porsinya. Kelima, ber-etika. Keenam, substansi yang baik. Sedangkan doa yang mustajab dapat dilihat dari segi waktu, orangnya dan keadaan orang tersebut. Doa yang tidak dikabulkan adalah kontenya buruk, tidak sesuai dengan keadaan, dialihkan kepada yang lain atau ditunda. Ada pula doa yang bermuatan politik.
{"title":"ESENSI DO’A","authors":"E. Putra","doi":"10.53429/spiritualis.v5i1.60","DOIUrl":"https://doi.org/10.53429/spiritualis.v5i1.60","url":null,"abstract":"Doa adalah pendukung usaha lahir. Tuhan telah menyatakan bahwa akan mengabulkan doa. Namun kenyataannya tidak semua doa si hamba dikabulkan. Oleh sebab itu, di mana letak kesalahannya ‘mengapa tidak dikabulkan?’. Artikel singkat ini akan mengulas tentang esensi doa, baik yang dikabulkan atau tidak. Kesimpulan artikel ini adalah: Syarat-syarat doa yaitu: Pertama. diberengi dengan usaha. Kedua, serius. Ketiga, sesuai keadaan. Keempat, berdoa pada porsinya. Kelima, ber-etika. Keenam, substansi yang baik. Sedangkan doa yang mustajab dapat dilihat dari segi waktu, orangnya dan keadaan orang tersebut. Doa yang tidak dikabulkan adalah kontenya buruk, tidak sesuai dengan keadaan, dialihkan kepada yang lain atau ditunda. Ada pula doa yang bermuatan politik.","PeriodicalId":119530,"journal":{"name":"Jurnal Ilmiah Spiritualis: Jurnal Pemikiran Islam dan Tasawuf","volume":"13 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-08-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122529396","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}