Diagnosis of orbital is recommended for orbital MRI examinations, on of the pathology is retinoblastoma. orbital organs contain a lot of soft tissues so the orbital MRI is one of the right choices because it can appear anatomically and pathologically in a cross-sectional orbital, in two dimensions and three dimensions. Examination protocols on orbital MRI in retinoblastoma cases have several sequences in pre- and post-contrast agent. The purposes of this research was to determine the orbits MRI procedure in the retinoblastoma case.The Methods of this research is a descriptive of qualitative with case study method. The data were collected in unit of radiology DR. Saiful Anwar Malang by using observation method, documentation and interview of radiolog and radiographers. Data analyzed by using presented and data reduction to get the conclusion and suggestion. The results is an orbital MRI examination is concerned with MRI safety with patient screening and informed consent. The protocol for pre-contrast agent orbital MRI was T1 3D TSE axial, T2 TSE axial, DWI axial, T2 TSE fat saturated axial , and T2 DRIVE axial. On post-contrast agent using sagittal T1 FFE sequences, T1 3D TSE axial . The use of slice thickness is 3mm and 1mm in 3D image, 2D T2 DRIVE and 2D T1 FFE post contrast. gadolinium contrast agent as much as 5 mmol/10ml injection intravenously. The selection of sequences in the protocol of orbital MRI can produce detailed orbital anatomy images and provide sufficient clinical information to diagnose retinoblastoma.
眼眶MRI检查建议诊断眼眶,病理之一为视网膜母细胞瘤。眼眶器官包含了很多软组织所以眼眶MRI是一个正确的选择因为它可以在解剖上和病理上出现在眼眶的横截面上,在二维和三维上。视网膜母细胞瘤病例的眼眶MRI检查方案在造影剂前和后有几个顺序。本研究的目的是确定眼眶MRI在视网膜母细胞瘤病例中的应用。本研究的方法是描述性定性结合个案研究法。资料收集于放射科赛弗·安瓦尔·玛朗医师单位,采用观察法、文献资料法及对放射科医师和放射技师的访谈。通过对数据的分析,采用呈现法和数据约简法,得出结论和建议。结果是眼眶MRI检查与患者筛查和知情同意的MRI安全性有关。造影剂眼眶MRI方案为T1 3D TSE轴位、T2 TSE轴位、DWI轴位、T2 TSE脂肪饱和轴位、T2 DRIVE轴位。在造影剂上使用矢状T1 FFE序列,T1 3D TSE轴向。使用切片厚度分别为3mm和1mm的3D图像,2D T2 DRIVE和2D T1 FFE后对比。静脉注射钆造影剂5 mmol/10ml。眼眶MRI方案中序列的选择可以产生详细的眼眶解剖图像,为视网膜母细胞瘤的诊断提供充分的临床信息。
{"title":"STUDI KASUS: ANALISIS PROSEDUR PEMERIKSAAN MR IMAGING ORBITA DENGAN MEDIA KONTRAS PADA KASUS RETINOBLASTOMA","authors":"Herna Utami, Fani Susanto, Redha Okta Silfina","doi":"10.54973/miror.v2i2.256","DOIUrl":"https://doi.org/10.54973/miror.v2i2.256","url":null,"abstract":"Diagnosis of orbital is recommended for orbital MRI examinations, on of the pathology is retinoblastoma. orbital organs contain a lot of soft tissues so the orbital MRI is one of the right choices because it can appear anatomically and pathologically in a cross-sectional orbital, in two dimensions and three dimensions. Examination protocols on orbital MRI in retinoblastoma cases have several sequences in pre- and post-contrast agent. The purposes of this research was to determine the orbits MRI procedure in the retinoblastoma case.The Methods of this research is a descriptive of qualitative with case study method. The data were collected in unit of radiology DR. Saiful Anwar Malang by using observation method, documentation and interview of radiolog and radiographers. Data analyzed by using presented and data reduction to get the conclusion and suggestion. The results is an orbital MRI examination is concerned with MRI safety with patient screening and informed consent. The protocol for pre-contrast agent orbital MRI was T1 3D TSE axial, T2 TSE axial, DWI axial, T2 TSE fat saturated axial , and T2 DRIVE axial. On post-contrast agent using sagittal T1 FFE sequences, T1 3D TSE axial . The use of slice thickness is 3mm and 1mm in 3D image, 2D T2 DRIVE and 2D T1 FFE post contrast. gadolinium contrast agent as much as 5 mmol/10ml injection intravenously. The selection of sequences in the protocol of orbital MRI can produce detailed orbital anatomy images and provide sufficient clinical information to diagnose retinoblastoma.","PeriodicalId":121704,"journal":{"name":"Medical Imaging and Radiation Protection Research (MIROR) Journal","volume":"56 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114987096","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Hadi Eka Hamdani Hadi, Eka Juliantara, Ni Nyoman Supriyani
Latar Belakang: Rumah sakit memiliki standariasi pemilihan sekuens yang digunakan untuk pemeriksaan MRA. Di Instalasi Radiologi RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau hanya menggunakan satu sekuens TOF dari dua sekuen tindakan MRA non kontras yaitu TOF dan PC. Sehubungan dengan hal tersebut, pemeriksaan MRA non kontras terdapat dua sekuen yang perlu digunakan dengan tujuan untuk mengetahui dan menghasilkan citra pembuluh darah renal yang baik. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan informasi citra anatomi MRA Renal dengan menggunakan 2 metode MRA non kontras yaitu time of flight dan phase contrast. Penelitian ini menerapkan perhitungan rumus Lemeshaw dengan tingkat kepercayaan 95%, dengan menggunakan 10 pasien MRA Renal dan 3 dokter spesialis radiologi sebagai responden penilaian citra.. Hasil: Hasil menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara sekuen tof dan pc pada anatomi renal artery dan segmental arteries. Namun, terdapat perbedaan yang signifikan ditunjukkan pada penilaian anatomi yang dilakukan (interlobar arteries, arcate arteries, dan interlobular arteries). Hampir dari seluruh indikator menunjukkan p-value sebesar <0,050, dengan sekuen 3d time of flight menunjukkan superioritas pada seluruh aspek yang dinilai dibandingkan dengan sekuen 3d phase contrast. Kesimpulan: Terdapat perbedaan informasi citra anatomi pada MRA Renal dengan menggunakan sekuen 3d time of flight dan 3d phase contrast. Pada sekuen 3d time of flight mampu menghasilkan citra arteri dengan baik namun kurang dalam menampilkan citra vena. Begitupun sebalinya, pada sekuen 3d time of flight baik dalam menampilkan pembuluh vena dan kurang dalam pencitraan arteri. Kata kunci: mra renal; time of flight; phase contrast
{"title":"PERBANDINGAN INFORMASI CITRA ANATOMI MRA RENAL DENGAN MENGGUNAKAN METODE TIME OF FLIGHT DAN PHASE CONTRAST DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU","authors":"Hadi Eka Hamdani Hadi, Eka Juliantara, Ni Nyoman Supriyani","doi":"10.54973/miror.v2i2.250","DOIUrl":"https://doi.org/10.54973/miror.v2i2.250","url":null,"abstract":"Latar Belakang: Rumah sakit memiliki standariasi pemilihan sekuens yang digunakan untuk pemeriksaan MRA. Di Instalasi Radiologi RSUD Arifin Achmad Provinsi Riau hanya menggunakan satu sekuens TOF dari dua sekuen tindakan MRA non kontras yaitu TOF dan PC. Sehubungan dengan hal tersebut, pemeriksaan MRA non kontras terdapat dua sekuen yang perlu digunakan dengan tujuan untuk mengetahui dan menghasilkan citra pembuluh darah renal yang baik. \u0000Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan eksperimen yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan informasi citra anatomi MRA Renal dengan menggunakan 2 metode MRA non kontras yaitu time of flight dan phase contrast. Penelitian ini menerapkan perhitungan rumus Lemeshaw dengan tingkat kepercayaan 95%, dengan menggunakan 10 pasien MRA Renal dan 3 dokter spesialis radiologi sebagai responden penilaian citra.. \u0000Hasil: Hasil menunjukkan tidak terdapat perbedaan antara sekuen tof dan pc pada anatomi renal artery dan segmental arteries. Namun, terdapat perbedaan yang signifikan ditunjukkan pada penilaian anatomi yang dilakukan (interlobar arteries, arcate arteries, dan interlobular arteries). Hampir dari seluruh indikator menunjukkan p-value sebesar <0,050, dengan sekuen 3d time of flight menunjukkan superioritas pada seluruh aspek yang dinilai dibandingkan dengan sekuen 3d phase contrast. \u0000Kesimpulan: Terdapat perbedaan informasi citra anatomi pada MRA Renal dengan menggunakan sekuen 3d time of flight dan 3d phase contrast. Pada sekuen 3d time of flight mampu menghasilkan citra arteri dengan baik namun kurang dalam menampilkan citra vena. Begitupun sebalinya, pada sekuen 3d time of flight baik dalam menampilkan pembuluh vena dan kurang dalam pencitraan arteri. \u0000 \u0000Kata kunci: mra renal; time of flight; phase contrast","PeriodicalId":121704,"journal":{"name":"Medical Imaging and Radiation Protection Research (MIROR) Journal","volume":"26 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133374097","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Low Back Pain (LBP) is a pain condition that attacks the lower part of the spine, caused by injury to muscles or ligaments, common causes include lifting the wrong weight, poor posture, not exercising regularly and so on. One of the radiological examinations to establish the diagnosis of LBP is a radiographic examination of the lumbar spine. In the examination procedure, the radiological examination of the lumbar spine, the patient's position during the examination was arranged to sleep supine on the examination table, while at RSI Purwokerto the examination of the lumbar vertebrae with the case of LBP the patient position setting was arranged to stand in front of the bucky stand. The research used in the preparation of this scientific article is a qualitative research with approach case study, the method of data collection is carried out by direct observation of the technique of radiographic examination of the lumbar spine with LBP cases at the Radiology Installation of Islamic Hospital Purwokerto and data collection methods by taking data from documents, including radiographs, medical records and radiographic readings. On radiographic examination of the lumbar spine with LBP cases with the patient standing, the results were: low back pain with normal lumbar curvature and no disc narrowing. Conclusions that can be drawn from the technique of examining the lumbar vertebrae at the Radiology Installation of the Islamic Hospital of Purwokerto were carried out with the AP and Lateral erect projections. the use of this projection can be more informative and can clarify the intervertebral space or narrowed intervertebral disc. Keywords : Low Back Pain, Radiography, Erect
{"title":"RADIOGRAPHIC EXAMINATION TECHNIQUES OF LUMBAL VERTEBRA IN CASE OF LOW BACK PAIN IN ISLAMIC HOSPITAL PURWOKERTO","authors":"Lutfatul Fitriana, Hernastiti Sedya Utami, Festyana Filauhid","doi":"10.54973/miror.v2i2.257","DOIUrl":"https://doi.org/10.54973/miror.v2i2.257","url":null,"abstract":"Low Back Pain (LBP) is a pain condition that attacks the lower part of the spine, caused by injury to muscles or ligaments, common causes include lifting the wrong weight, poor posture, not exercising regularly and so on. One of the radiological examinations to establish the diagnosis of LBP is a radiographic examination of the lumbar spine. In the examination procedure, the radiological examination of the lumbar spine, the patient's position during the examination was arranged to sleep supine on the examination table, while at RSI Purwokerto the examination of the lumbar vertebrae with the case of LBP the patient position setting was arranged to stand in front of the bucky stand. The research used in the preparation of this scientific article is a qualitative research with approach case study, the method of data collection is carried out by direct observation of the technique of radiographic examination of the lumbar spine with LBP cases at the Radiology Installation of Islamic Hospital Purwokerto and data collection methods by taking data from documents, including radiographs, medical records and radiographic readings. On radiographic examination of the lumbar spine with LBP cases with the patient standing, the results were: low back pain with normal lumbar curvature and no disc narrowing. Conclusions that can be drawn from the technique of examining the lumbar vertebrae at the Radiology Installation of the Islamic Hospital of Purwokerto were carried out with the AP and Lateral erect projections. the use of this projection can be more informative and can clarify the intervertebral space or narrowed intervertebral disc. \u0000Keywords : Low Back Pain, Radiography, Erect","PeriodicalId":121704,"journal":{"name":"Medical Imaging and Radiation Protection Research (MIROR) Journal","volume":"47 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121500185","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Shelly Angella, Agus Salim Salim, Saidatia Aninda Hawari
Background: Appendicogram is the barium appendix examination in the form of photo that can help to see blockages or dirt in the appendix. The purpose of this study was to find the Appendicogram examination management with clinical appendicitis in the Radiology Installation of Arifin Achmad Hospital, Riau Province, to find out why there were differences in appendicogram examination techniques between the theory and the Arifin Achmad Regional Hospital in Riau Province and to see the Appendicogram radiograph results with eight hours waiting time. Method: This research is qualitative with a descriptive research design and a study case approach. The subjects used were 3 radiologists, 1 sending doctor, and 3 radiographers. The object of the study was 2 patients who had undergone an appendicogram examination with appendicitis clinical at Arifin Achmad Hospital, Riau Province. Result: The results showed that the appendicogram examination did not need specific preparation. The patient was not subjected to plain radiographic before given contrast because plain radiographs on the appendicogram because it did not give any information. The patient was given a contrast of 50gr of barium sulfate mixed with 250ml of water. Post contrast photo 8 hours later, the reason for using 8 hours is because normal human peristalsis ranges from 6-8 hours. The results of the radiographic are visualized, namely, the contrast journey to the appendix is smooth, there is no visible pressure on the cecum, the appendix is not filled with contrast.
{"title":"PENATALAKSANAAN APPENDICOGRAM DENGAN KLINIS APENDISITIS DI INSTALASI RADIOLOGI RSUD ARIFIN ACHMAD PROVINSI RIAU","authors":"Shelly Angella, Agus Salim Salim, Saidatia Aninda Hawari","doi":"10.54973/miror.v2i1.79","DOIUrl":"https://doi.org/10.54973/miror.v2i1.79","url":null,"abstract":"Background: Appendicogram is the barium appendix examination in the form of photo that can help to see blockages or dirt in the appendix. The purpose of this study was to find the Appendicogram examination management with clinical appendicitis in the Radiology Installation of Arifin Achmad Hospital, Riau Province, to find out why there were differences in appendicogram examination techniques between the theory and the Arifin Achmad Regional Hospital in Riau Province and to see the Appendicogram radiograph results with eight hours waiting time. \u0000 \u0000Method: This research is qualitative with a descriptive research design and a study case approach. The subjects used were 3 radiologists, 1 sending doctor, and 3 radiographers. The object of the study was 2 patients who had undergone an appendicogram examination with appendicitis clinical at Arifin Achmad Hospital, Riau Province. \u0000 \u0000Result: The results showed that the appendicogram examination did not need specific preparation. The patient was not subjected to plain radiographic before given contrast because plain radiographs on the appendicogram because it did not give any information. The patient was given a contrast of 50gr of barium sulfate mixed with 250ml of water. Post contrast photo 8 hours later, the reason for using 8 hours is because normal human peristalsis ranges from 6-8 hours. The results of the radiographic are visualized, namely, the contrast journey to the appendix is smooth, there is no visible pressure on the cecum, the appendix is not filled with contrast. \u0000 ","PeriodicalId":121704,"journal":{"name":"Medical Imaging and Radiation Protection Research (MIROR) Journal","volume":"71 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125971669","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Radiasi terdiri atas radiasi primer dan radiasi hamburan. Radiasi primer adalah radiasi yang keluar dari tabung sinar-X, radiasi yang keluar dari obyek dan tidak searah dengan sinar primernya itu disebut dengan radiasi hambur (scattering). Radiasi hamburan ini akan menambah jumlah dosis radiasi yang diterima. Semakin dekat tubuh kita dengan sumer radiasi maka paparan radiasi yang kita terima akan semakin besar. Berdasarkan prinsip proteksi radiasi eksternal untuk mencegah paparan radiasi tersebut kita dapat menjaga jarak pada tingkat yang aman, menggunakan perisai dari sumber radiasi dan juga mempersingkat waktu diarea radiasi. Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif dengan pendekatan eksperimental. Penelitian ini dilakukan di RSIA Zainab pada bulan Juni 2021. Pada penelitian ini menggunakan peswat sinar-x sebagai sumber radiasi, surveymeter sebagai alat deteksi radiasi hambur, shielding sebagai alat pelindung dan meteran untuk pengukuran jarak serta fantom sebagai media pengganti pasien. Sebaran radiasi sangat di pengaruhi oleh jarak dan penggunaan shielding, ini sesuai dengan teori invers square law yang menyatakan besarnya intensitas cahaya atau gelombang linier yang memancarkan dari titik sumber berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari sumber atau semakin jauh jarak semakin kecil paparan radiasi, dan penggunaan shielding sebagai pelinding pada saat pengekposan sangat efektif dikarenakan radiasi sinar-x tidak tembus dengan bahan yang memiliki nomor atom tinggi seperti hal nya Pb yang digunakan sebagai pelapis shielding.
{"title":"ANALYSIS OF THE SCATTERING FROM CONVENTIONAL X-RAY IN THE RADIOLOGY INSTALLATION OF ZAINAB HOSPITAL","authors":"Yoki Rahmat, Riri Melani Gustia, Agussalim salim","doi":"10.54973/miror.v2i1.206","DOIUrl":"https://doi.org/10.54973/miror.v2i1.206","url":null,"abstract":"Radiasi terdiri atas radiasi primer dan radiasi hamburan. Radiasi primer adalah radiasi yang keluar dari tabung sinar-X, radiasi yang keluar dari obyek dan tidak searah dengan sinar primernya itu disebut dengan radiasi hambur (scattering). Radiasi hamburan ini akan menambah jumlah dosis radiasi yang diterima. Semakin dekat tubuh kita dengan sumer radiasi maka paparan radiasi yang kita terima akan semakin besar. Berdasarkan prinsip proteksi radiasi eksternal untuk mencegah paparan radiasi tersebut kita dapat menjaga jarak pada tingkat yang aman, menggunakan perisai dari sumber radiasi dan juga mempersingkat waktu diarea radiasi. \u0000Penelitian ini merupakan jenis penelitian kuantitatif deskriptif dengan pendekatan eksperimental. Penelitian ini dilakukan di RSIA Zainab pada bulan Juni 2021. Pada penelitian ini menggunakan peswat sinar-x sebagai sumber radiasi, surveymeter sebagai alat deteksi radiasi hambur, shielding sebagai alat pelindung dan meteran untuk pengukuran jarak serta fantom sebagai media pengganti pasien. \u0000Sebaran radiasi sangat di pengaruhi oleh jarak dan penggunaan shielding, ini sesuai dengan teori invers square law yang menyatakan besarnya intensitas cahaya atau gelombang linier yang memancarkan dari titik sumber berbanding terbalik dengan kuadrat jarak dari sumber atau semakin jauh jarak semakin kecil paparan radiasi, dan penggunaan shielding sebagai pelinding pada saat pengekposan sangat efektif dikarenakan radiasi sinar-x tidak tembus dengan bahan yang memiliki nomor atom tinggi seperti hal nya Pb yang digunakan sebagai pelapis shielding.","PeriodicalId":121704,"journal":{"name":"Medical Imaging and Radiation Protection Research (MIROR) Journal","volume":"50 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132458335","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Analisis tanggung jawab radiografer Sangat penting untuk mengembangkan lebih lanjut manfaat radiologi di klinik darurat. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui pekerjaan mana yang membutuhkan produktivitas. Workload indicators of staffing need (WISN) merupakan sebuah standar pengukuran kebutuhan tenaga Kesehatan berdasarkan indikator beban kerja Strategi ini adalah teknik komputasi yang membuat garis besar tanggung jawab seperti halnya jumlah kebutuhan aset manusia yang bergantung pada latihan item di kelas. sumber daya manusia. Penelitian ini untuk mengetahui gambaran beban kerja petugas radiografer menggunakan metode WISN. Observasi ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan pendekatan survey. Di Instalasi Radiologi RS UNS jumlah waktu kerja tersedia dari kegiatan kerja setiap hari dan jumlah hari libur dalam setahun 120 menit per tahun dimana jumlah waktu kerja yang tersedia yang didapatkan sudah sesuai sesuai dengan standar waktu kerja di Rumah Sakit UNS. Beban kerja yang didaptkan 260 hari per tahun dan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menangani pasien 5-10 menit untuk pasien konven dan Ct-Scan dan untuk kontras 30-1 jam tergantung pemeriksaan dan waktu kerja dalam sehari 7-8 jam. Standar beban kerja 2000 jam per tahun dan untuk menentukan standar kelonggaran 75(1 jam 15 menit per orang) dan untuk memastikan SDM per unit kerja 2,25. hasil yang diperoleh melalui metode workload indicators staffing needs (WISN) sudah sesuai dengan standar pelayanan radiologi diagnostik menurut Kepmenkes No. 1014 Tahun 2008 yang menerangkan bahwa perbandingan 1 modalitas pesawat diagnostik untuk 2 orang radiografer.
{"title":"WORKLOAD ANALYSIS USING POWER RADIOGRAPHER WORKLOAD INDICATORS NEED STAFF (WISN) IN THE INSTALLATION OF RADIOLOGY UNIVERSITY HOSPITAL SEBELAS MARET SURAKARTA","authors":"Siti Arifah","doi":"10.54973/miror.v2i1.203","DOIUrl":"https://doi.org/10.54973/miror.v2i1.203","url":null,"abstract":"Analisis tanggung jawab radiografer Sangat penting untuk mengembangkan lebih lanjut manfaat radiologi di klinik darurat. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui pekerjaan mana yang membutuhkan produktivitas. Workload indicators of staffing need (WISN) merupakan sebuah standar pengukuran kebutuhan tenaga Kesehatan berdasarkan indikator beban kerja Strategi ini adalah teknik komputasi yang membuat garis besar tanggung jawab seperti halnya jumlah kebutuhan aset manusia yang bergantung pada latihan item di kelas. sumber daya manusia. Penelitian ini untuk mengetahui gambaran beban kerja petugas radiografer menggunakan metode WISN. Observasi ini menggunakan pendekatan kuantitatif deskriptif dengan pendekatan survey. Di Instalasi Radiologi RS UNS jumlah waktu kerja tersedia dari kegiatan kerja setiap hari dan jumlah hari libur dalam setahun 120 menit per tahun dimana jumlah waktu kerja yang tersedia yang didapatkan sudah sesuai sesuai dengan standar waktu kerja di Rumah Sakit UNS. Beban kerja yang didaptkan 260 hari per tahun dan rata-rata waktu yang dibutuhkan untuk menangani pasien 5-10 menit untuk pasien konven dan Ct-Scan dan untuk kontras 30-1 jam tergantung pemeriksaan dan waktu kerja dalam sehari 7-8 jam. Standar beban kerja 2000 jam per tahun dan untuk menentukan standar kelonggaran 75(1 jam 15 menit per orang) dan untuk memastikan SDM per unit kerja 2,25. hasil yang diperoleh melalui metode workload indicators staffing needs (WISN) sudah sesuai dengan standar pelayanan radiologi diagnostik menurut Kepmenkes No. 1014 Tahun 2008 yang menerangkan bahwa perbandingan 1 modalitas pesawat diagnostik untuk 2 orang radiografer.","PeriodicalId":121704,"journal":{"name":"Medical Imaging and Radiation Protection Research (MIROR) Journal","volume":"9 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133861533","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
T.Mohd Yoshandi, Andreas Saputra, Devi Purnamasari
Sistem manajemen keselamatan radiasi terdiri dari tujuh komponen yang wajib diterapkan yaitu organisasi proteksi radiasi, pemantauan dosis radiasi dan pemantauan radioaktivitas, peralatan proteksi radiasi, pemeriksaan kesehatan, penyimpanan dokumen, jaminan kualitas, dan pendidikan dan pelatihan. Pada penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah sudah terpenuhi atau belum terhadap ketujuh komponen tersebut. Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif.. Hasil penelitian menunjukkan di instalasi radiologi rumah sakit umum daerah petala bumi sudah memenuhi komponen sistem manajemen keselamatan radiasi yang pertama, yaitu organisasi proteksi radiasi, untuk alat pemantauan dosis perorangan menggunakan alat TLD, lalu untuk alat proteksi radiasi nya, seperti apron, gonad shield, tyroid shield, kaca mata pb, tabir radiasi, untuk pemeriksaan kesehatan di RSUD Petala Bumi ini belum terpenuhi, penyimpnan dokumen di RSUD Petala Bumi sudah terpenuhi, Jaminan kualitas di instalasi radiologi RSUD Petala Bumi sudah terpenuhi dengan adanya program perencanaan, pembangunan yang mempunyai dampak radiologi tinggi dan adanya jaminan kualitas pada perawatan instalasi, Pendidikan dan pelatihan yang merupakan tanggung jawab dari pengusaha instalasi untuk melaksanakan pendidikan dan pelatihan untuk pekerja tentang kesehatan dan keselamatan kerja terhadap radiasi, tidak terpenuhi.
{"title":"OVERVIEW OF RADIATION SAFETY MANAGEMENT SYSTEM IN RADIOLOGY FACILITY OF PETALA BUMI REGIONAL GENERAL HOSPITAL","authors":"T.Mohd Yoshandi, Andreas Saputra, Devi Purnamasari","doi":"10.54973/miror.v2i1.208","DOIUrl":"https://doi.org/10.54973/miror.v2i1.208","url":null,"abstract":"Sistem manajemen keselamatan radiasi terdiri dari tujuh komponen yang wajib diterapkan yaitu organisasi proteksi radiasi, pemantauan dosis radiasi dan pemantauan radioaktivitas, peralatan proteksi radiasi, pemeriksaan kesehatan, penyimpanan dokumen, jaminan kualitas, dan pendidikan dan pelatihan. Pada penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah sudah terpenuhi atau belum terhadap ketujuh komponen tersebut. Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif.. Hasil penelitian menunjukkan di instalasi radiologi rumah sakit umum daerah petala bumi sudah memenuhi komponen sistem manajemen keselamatan radiasi yang pertama, yaitu organisasi proteksi radiasi, untuk alat pemantauan dosis perorangan menggunakan alat TLD, lalu untuk alat proteksi radiasi nya, seperti apron, gonad shield, tyroid shield, kaca mata pb, tabir radiasi, untuk pemeriksaan kesehatan di RSUD Petala Bumi ini belum terpenuhi, penyimpnan dokumen di RSUD Petala Bumi sudah terpenuhi, Jaminan kualitas di instalasi radiologi RSUD Petala Bumi sudah terpenuhi dengan adanya program perencanaan, pembangunan yang mempunyai dampak radiologi tinggi dan adanya jaminan kualitas pada perawatan instalasi, Pendidikan dan pelatihan yang merupakan tanggung jawab dari pengusaha instalasi untuk melaksanakan pendidikan dan pelatihan untuk pekerja tentang kesehatan dan keselamatan kerja terhadap radiasi, tidak terpenuhi.","PeriodicalId":121704,"journal":{"name":"Medical Imaging and Radiation Protection Research (MIROR) Journal","volume":"77 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121283238","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
AP (Antero Posterior), Lateral dan Oblique merupakan proyeksi lumbal yang digunakan dalam radiologi untuk nyeri punggung bawah. Di RSUD Pandan Arang Boyolali, pemeriksaan lumbal arah sinar pada proyeksi lateral tidak menggunakan sudut. Dalam literatur, selalu digunakan sudut untuk proyeksi lateral. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemeriksaan radiologi LBP dan penyebab proyeksi lateral tanpa sudut. Penelitian ini menggunakan studi kasus dengan pengumpulan data dari observasi, studi literatur dan wawancara. Berdasarkan hasil pemeriksaan lumbal di RSUD Pandan Arang Boyolali menggunakan AP, Oblique dan Lateral dengan tegak lurus untuk arah sinar. Tujuan proyeksi lateral tanpa sudut memang membutuhkan sudut karena panggul dan dada pasien tidak terlalu lebar.
{"title":"IN THE CASE OF LOW BACK PAIN LUMBOSACRAL EXAMINATION IN PANDAN ARANG HOSPITAL","authors":"Dyah Ayu Puspitaningtyas, Silvi Nugraeni, Yuni Purwanti Hastuti","doi":"10.54973/miror.v2i1.209","DOIUrl":"https://doi.org/10.54973/miror.v2i1.209","url":null,"abstract":"AP (Antero Posterior), Lateral dan Oblique merupakan proyeksi lumbal yang digunakan dalam radiologi untuk nyeri punggung bawah. Di RSUD Pandan Arang Boyolali, pemeriksaan lumbal arah sinar pada proyeksi lateral tidak menggunakan sudut. Dalam literatur, selalu digunakan sudut untuk proyeksi lateral. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pemeriksaan radiologi LBP dan penyebab proyeksi lateral tanpa sudut. Penelitian ini menggunakan studi kasus dengan pengumpulan data dari observasi, studi literatur dan wawancara. Berdasarkan hasil pemeriksaan lumbal di RSUD Pandan Arang Boyolali menggunakan AP, Oblique dan Lateral dengan tegak lurus untuk arah sinar. Tujuan proyeksi lateral tanpa sudut memang membutuhkan sudut karena panggul dan dada pasien tidak terlalu lebar.","PeriodicalId":121704,"journal":{"name":"Medical Imaging and Radiation Protection Research (MIROR) Journal","volume":"27 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124535911","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Aulia Annisa, Febi Ernanda Mauliza, Hema Susanti, Violita Yani Putri
Penelitian ini akan membahas beberapa hal yaitu pengertian vitamin c, manfaat vitamin c, sumber vitamin c, kaitan dengan pandemi dan tingkat konsumsi vitamin pada mahasiswa. Jenis penelitian adalah kuantitatif, menggunakan pendekatan survey kuesioner dan desain penelitian adalah komparatif. Variabel penelitian pada penelitian ini adalah variabel terikat (dependen) (mahasiswa Teknik Radiologi semester IV Stikes Awal Bros Pekanbaru), Variabel bebas 1 (sebelum pandemi) dan variabel bebas 2 (selama pandemi). Penentuan jumlah sampel pada penelitian ini menggunakan seluruh mahasiswa semester IV STIKes Awal Bros Pekanbaru yang berjumlah 55 orang. Pengolahan data dilakukan menggunakan Google Form dengan mengambil data menggunakan kuisioner yang dibagikan kepada responden berupa pertanyaan positif dan pertanyaan negative sehingga didapatkan jawaban. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji instrument, customer sactifation index dan uji friedman. Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti menyimpulkan masih banyak mahasiswa STIKES AWAL BROSS PEKANBARU yang belum menyadari pentingnya mengkonsumsi vitamin C. Dalam masa pandemi seperti ini sangat sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi vitamin C secara cukup dan teratur. Masih banyak mahasiswa STIKES AWAL BROSS PEKANBARU yang dimasa pandemi sekarang tidak mengkonsumsi vitamin C.
{"title":"PERBEDAAN TINGKAT KONSUMSI VITAMIN C SEBELUM DAN SELAMA PANDEMI COVID-19 PADA MAHASISWA TEKNIK RADIOLOGI STIKES AWAL BROS PEKANBARU","authors":"Aulia Annisa, Febi Ernanda Mauliza, Hema Susanti, Violita Yani Putri","doi":"10.54973/miror.v1i1.85","DOIUrl":"https://doi.org/10.54973/miror.v1i1.85","url":null,"abstract":"Penelitian ini akan membahas beberapa hal yaitu pengertian vitamin c, manfaat vitamin c, sumber vitamin c, kaitan dengan pandemi dan tingkat konsumsi vitamin pada mahasiswa. Jenis penelitian adalah kuantitatif, menggunakan pendekatan survey kuesioner dan desain penelitian adalah komparatif. Variabel penelitian pada penelitian ini adalah variabel terikat (dependen) (mahasiswa Teknik Radiologi semester IV Stikes Awal Bros Pekanbaru), Variabel bebas 1 (sebelum pandemi) dan variabel bebas 2 (selama pandemi). Penentuan jumlah sampel pada penelitian ini menggunakan seluruh mahasiswa semester IV STIKes Awal Bros Pekanbaru yang berjumlah 55 orang. Pengolahan data dilakukan menggunakan Google Form dengan mengambil data menggunakan kuisioner yang dibagikan kepada responden berupa pertanyaan positif dan pertanyaan negative sehingga didapatkan jawaban. Teknik analisis data yang digunakan adalah uji instrument, customer sactifation index dan uji friedman. Berdasarkan hasil penelitian ini peneliti menyimpulkan masih banyak mahasiswa STIKES AWAL BROSS PEKANBARU yang belum menyadari pentingnya mengkonsumsi vitamin C. Dalam masa pandemi seperti ini sangat sangat dianjurkan untuk mengkonsumsi vitamin C secara cukup dan teratur. Masih banyak mahasiswa STIKES AWAL BROSS PEKANBARU yang dimasa pandemi sekarang tidak mengkonsumsi vitamin C.","PeriodicalId":121704,"journal":{"name":"Medical Imaging and Radiation Protection Research (MIROR) Journal","volume":"98 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115155956","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Columna cervical vertebrae are a type of long bone that occurs on the back of the head. One of the radiological examinations most frequently performed in the hospital is the examination of the right posterior oblique projection cervical vertebrae (RPO). However, to see the cervical vertebrae column radiograph that is more optimal for cases of HNP, fractures, fissures, root symdrome. with a variation of the angle of 15 ° and 20 ° cranially. To find out which method is the most informative to display the right posterior oblique (RPO) projection with an angle of 15 ° and 20 ° cranially. This research is a type of quantitative research with statistical expansion. This research uses phantom. The research was conducted at the STIKes Awal Bros Pekanbaru in August 2020. The vertebral column results were used well, namely at an angle of 15 ° with clearly visible vertebral foramen, clearly visible intervertebral disc, visible C4 - C7, spinous process, clearly visible intervertebral disc.
颈椎柱是长在后脑的一种长骨。在医院最常进行的放射检查之一是检查右后斜投影颈椎(RPO)。然而,颈椎柱x线片更适合于HNP、骨折、裂、根综合征的病例。颅骨角度有15°和20°的变化。目的探讨右后斜位(RPO) 15°和20°投影的显示方法。本研究是一种具有统计展开性的定量研究。本研究使用了幻影。该研究于2020年8月在STIKes Awal Bros Pekanbaru进行。脊柱结果得到了很好的利用,即角度为15°时,椎孔清晰可见,椎间盘清晰可见,C4 - C7清晰可见,棘突清晰可见,椎间盘清晰可见。
{"title":"COMPARISON OF ANATOMICAL INFORMATION OF COLUMNA VERTEBRAE CERVICAL IN 15 TO 20-DEGREE RIGHT POSTERIOR OBLIQUE PROJECTION","authors":"Zuzilla, T.Mohd Yoshandi, Danil Hulmansyah","doi":"10.54973/miror.v1i1.74","DOIUrl":"https://doi.org/10.54973/miror.v1i1.74","url":null,"abstract":"Columna cervical vertebrae are a type of long bone that occurs on the back of the head. One of the radiological examinations most frequently performed in the hospital is the examination of the right posterior oblique projection cervical vertebrae (RPO). However, to see the cervical vertebrae column radiograph that is more optimal for cases of HNP, fractures, fissures, root symdrome. with a variation of the angle of 15 ° and 20 ° cranially. To find out which method is the most informative to display the right posterior oblique (RPO) projection with an angle of 15 ° and 20 ° cranially. This research is a type of quantitative research with statistical expansion. This research uses phantom. The research was conducted at the STIKes Awal Bros Pekanbaru in August 2020. The vertebral column results were used well, namely at an angle of 15 ° with clearly visible vertebral foramen, clearly visible intervertebral disc, visible C4 - C7, spinous process, clearly visible intervertebral disc.","PeriodicalId":121704,"journal":{"name":"Medical Imaging and Radiation Protection Research (MIROR) Journal","volume":"142 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131937507","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}