ISPA merupakan infeksi saluran pernapasan akut yang datang secara mendadak serta menimbulkan kegawatan dan kematian. Menurut World Health Organization (WHO), ISPA merupakan salah satu penyebab utama tingginya kesakitan dan kematian pada balita. Lingkungan rumah yang kotor penyebab terjadinya penyakit ISPA terutama pada balita. Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru pada tahun 2013 jumlah balita penderita ISPA di seluruh Puskesmas di Kota Pekanbaru sebanyak 3.244 orang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya penyakit ISPA pada balita dilihat dari faktor lingkungan, individu anak dan perilaku di wilayah kerja Puskesmas Rejosari Tahun 2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan pengumpulan data yang digunakan adalah data primer yaitu seluruh populasi ibu yang memiliki balita yang melakukan kunjungan di Puskesmas Rejosari dengan sampel sebanyak 76 balita dengan teknik Accidental Sampling. Instrument penelitian ini menggunakan kuesioner yang berisikan pernyataan tentang faktor-faktor penyebab terjadinya penyakit ISPA dan data diolah dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Hasil analisa data di dapatkan bahwa mayoritas faktor lingkungan tergolong tinggi sebanyak 50 orang (66%), faktor individu anak sebanyak 40 (53%), faktor perilaku sebanyak 46 (61%) terhadap ISPA di wilayah kerja Puskesmas Rejosari. Saran bagi tenaga kesehatan untuk lebih berperan aktif dalam pencegahan penyakit ISPA.
{"title":"FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA PENYAKIT ISPA PADA BALITA DI PUSKESMAS REJOSARI PEKANBARU TAHUN 2014","authors":"Sulaiman Zuhdi","doi":"10.36929/jpk.v4i2.40","DOIUrl":"https://doi.org/10.36929/jpk.v4i2.40","url":null,"abstract":"ISPA merupakan infeksi saluran pernapasan akut yang datang secara mendadak serta menimbulkan kegawatan dan kematian. Menurut World Health Organization (WHO), ISPA merupakan salah satu penyebab utama tingginya kesakitan dan kematian pada balita. Lingkungan rumah yang kotor penyebab terjadinya penyakit ISPA terutama pada balita. Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru pada tahun 2013 jumlah balita penderita ISPA di seluruh Puskesmas di Kota Pekanbaru sebanyak 3.244 orang. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktor-faktor penyebab terjadinya penyakit ISPA pada balita dilihat dari faktor lingkungan, individu anak dan perilaku di wilayah kerja Puskesmas Rejosari Tahun 2014. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan jenis penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan pengumpulan data yang digunakan adalah data primer yaitu seluruh populasi ibu yang memiliki balita yang melakukan kunjungan di Puskesmas Rejosari dengan sampel sebanyak 76 balita dengan teknik Accidental Sampling. Instrument penelitian ini menggunakan kuesioner yang berisikan pernyataan tentang faktor-faktor penyebab terjadinya penyakit ISPA dan data diolah dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Hasil analisa data di dapatkan bahwa mayoritas faktor lingkungan tergolong tinggi sebanyak 50 orang (66%), faktor individu anak sebanyak 40 (53%), faktor perilaku sebanyak 46 (61%) terhadap ISPA di wilayah kerja Puskesmas Rejosari. Saran bagi tenaga kesehatan untuk lebih berperan aktif dalam pencegahan penyakit ISPA.","PeriodicalId":128607,"journal":{"name":"JURNAL PROTEKSI KESEHATAN","volume":"136 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116716624","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"PENGARUH DISTRIBUSI MAKANAN, BEBAN GANDA DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN TERHADAP ANEMIA DALAM KEHAMILAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS RUMBIO JAYA KABUPATEN KAMPAR","authors":"J. Harahap","doi":"10.36929/jpk.v4i1.34","DOIUrl":"https://doi.org/10.36929/jpk.v4i1.34","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":128607,"journal":{"name":"JURNAL PROTEKSI KESEHATAN","volume":"19 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129458076","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Hypertension is a disease characterized by above-normal blood pressure , usually does not cause symptom, it is often called the silent killer. An estimated 76 % cases of hypertension in people who have not been diagnosed, in this case a person does not know that he was suffering from hypertension. This study aimed to get an overview of the factors that affect blood pressure control in the elderly. Methods: The study was a non - experimental (observational) with cross-sectional approach. The population in this study were all elderly people who come on Posyandu Lansia in Puskesmas Pulogadung district, East Jakarta with sample of 46 respondents. Results and Discussion: There was a significant relationship between taking antihypertensive medication ; have a history of hypertension ; and long suffered from hypertension with blood pressure control routine (p = 0.004 ; p = 0.018 ; p = 0.026). The factors that most influence on the elderly to perform routine blood pressure control is taking antihypertensive medication (p = 0.014 and Exp (B) = 45.5). A controlled blood pressure can reduce the risk factors of cardiovascular disease. To keep improving and maintaining the quality of the elderly can be done through activities in Posyandu Lansia with health education, monitoring the elderly who suffer from hypertension, and peer group
{"title":"HUBUNGAN MINUM OBAT ANTI HIPERTENSI DENGAN MELAKUKAN KONTROL TEKANAN DARAH RUTIN PADA LANSIA","authors":"R. S. Maryam, Tien Hartini, Rosidawati Rosidawati","doi":"10.36929/JPK.V4I1.30","DOIUrl":"https://doi.org/10.36929/JPK.V4I1.30","url":null,"abstract":"Hypertension is a disease characterized by above-normal blood pressure , usually does not cause symptom, it is often called the silent killer. An estimated 76 % cases of hypertension in people who have not been diagnosed, in this case a person does not know that he was suffering from hypertension. This study aimed to get an overview of the factors that affect blood pressure control in the elderly. Methods: The study was a non - experimental (observational) with cross-sectional approach. The population in this study were all elderly people who come on Posyandu Lansia in Puskesmas Pulogadung district, East Jakarta with sample of 46 respondents. Results and Discussion: There was a significant relationship between taking antihypertensive medication ; have a history of hypertension ; and long suffered from hypertension with blood pressure control routine (p = 0.004 ; p = 0.018 ; p = 0.026). The factors that most influence on the elderly to perform routine blood pressure control is taking antihypertensive medication (p = 0.014 and Exp (B) = 45.5). A controlled blood pressure can reduce the risk factors of cardiovascular disease. To keep improving and maintaining the quality of the elderly can be done through activities in Posyandu Lansia with health education, monitoring the elderly who suffer from hypertension, and peer group","PeriodicalId":128607,"journal":{"name":"JURNAL PROTEKSI KESEHATAN","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130448176","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Bayi baru lahir secara alami melakukan adaptasi suhu tubuh dari lingkungan intra ke ekstrauterin. Bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya; oleh sebab itu, waktu memandikan bayi setelah kelahiran harus diperhatikan dengan seksama untuk mencegah hipotermia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran suhu bayi baru lahir 6 jam pasca kelahiran sebelum dan sesudah dimandikan selama 5 menit. Penelitian ini adalah deskriptif dengan desain penelitian cross-sectional, yang dilakukan dari Januari hingga Juni 2015 di Rumah Bersalin Afiyah di Pekanbaru. Sampel dilakukan mengunakan teknik accidental sampling dengan sampel sebanyak 30 bayi baru lahir. Pengumpulan data dilakukan secara primer dengan observasi atau pengamatan. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu seluruh bayi sebelum dimandikan adalah normal dan, setelah dimandikan pada enam jam setelah kelahiran, keseluruhan 30 bayi tersebut mengalami penurun suhu 0,20C-0,50C. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa memandikan bayi seharusnya menunggu hingga tubuh bayi stabil, paling tidak pada enam jam setelah kelahiran.
新生儿天生就能适应从内地环境到外太空的环境。新生儿出生迅速,容易失去体热;因此,婴儿出生后的沐浴时间必须严格遵守,以防止体温过低。这项研究的目的是确定新生儿在出生前6小时和沐浴5分钟后的温度图像。本研究是一种具有交叉研究设计的描述性研究,2015年1月至6月在北朝鲜的Afiyah产房进行。该样本采用了一种选择性采样技术,采用多达30名新生儿的样本。数据收集主要是通过观察或观察进行的。所使用的数据分析是独角兽分析。研究结果显示,洗澡前整个婴儿的温度正常,出生后6个小时,整个30个婴儿的体温都下降了0.20 - c - 0.50c。根据分析,婴儿沐浴应该等到出生后至少6小时才开始。
{"title":"GAMBARAN SUHU BAYI BARU LAHIR 6 JAM PASCA KELAHIRAN SEBELUM DAN SESUDAH DIMANDIKAN SELAMA 5 MENIT","authors":"J. Metha","doi":"10.36929/JPK.V4I2.41","DOIUrl":"https://doi.org/10.36929/JPK.V4I2.41","url":null,"abstract":"Bayi baru lahir secara alami melakukan adaptasi suhu tubuh dari lingkungan intra ke ekstrauterin. Bayi baru lahir cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya; oleh sebab itu, waktu memandikan bayi setelah kelahiran harus diperhatikan dengan seksama untuk mencegah hipotermia. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui gambaran suhu bayi baru lahir 6 jam pasca kelahiran sebelum dan sesudah dimandikan selama 5 menit. Penelitian ini adalah deskriptif dengan desain penelitian cross-sectional, yang dilakukan dari Januari hingga Juni 2015 di Rumah Bersalin Afiyah di Pekanbaru. Sampel dilakukan mengunakan teknik accidental sampling dengan sampel sebanyak 30 bayi baru lahir. Pengumpulan data dilakukan secara primer dengan observasi atau pengamatan. Analisa data yang digunakan adalah analisa univariat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa suhu seluruh bayi sebelum dimandikan adalah normal dan, setelah dimandikan pada enam jam setelah kelahiran, keseluruhan 30 bayi tersebut mengalami penurun suhu 0,20C-0,50C. Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa memandikan bayi seharusnya menunggu hingga tubuh bayi stabil, paling tidak pada enam jam setelah kelahiran.","PeriodicalId":128607,"journal":{"name":"JURNAL PROTEKSI KESEHATAN","volume":"5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134373607","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pola konsumsi vegetarian memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, namun pola konsumsi ini juga memiliki resiko defisiensi beberapa zat gizi diantaranya zat besi. Wanita vegetarian, lebih beresiko untuk mengalami anemia karena pola konsumsi vegetarian tidak mengkonsumsi protein hewani. Keterbatasan mengkonsumsi produk hewani ini yang dapat menyebabkan wanita vegetarian ini mudah terkena anemia. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan pola konsumsi dan asupan zat besi (Fe) dengan kejadian anemia pada wanita vegetarian usia produktif di Pekanbaru. Jenis penelitian yang dilakukan yaitu cross-sectional study. Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder. Data primer berupa identitas responden yang diperoleh melalui kuesioner, pola konsumsi baik berupa jenis dan bahan makanan diperoleh melalui Food Frequency Questionaire, asupan zat besi diperoleh melalui Food Recall 1x24 jam, dan data kadar Hemoglobin diperoleh melalui pengambilan darah kapiler menggunakan alat Easy Touch GCHb. Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan Indonesia Vegetarian Society (IVS) berupa nama, umur dan alamat anggota. Data dianalisa secara univariat dan bivariat. Pada penelitian ini menggunakan teknik Simple Random Sampling dengan jumlah sampel 51 responden. Penelitian ini dilakukan 2 tahap yaitu survey pendahuluan pada bulan Oktober 2014 dan penelitian lanjutan dilakukan pada bulan April-Juni 2015. Tempat Penelitian Sekretariat Indonesia Vegetarian Society (IVS) Pekanbaru dan Pusdiklat Bumi Suci Maitreya Pekanbaru. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pola konsumsi dengan kejadian anemia, p value =0,921 (p > 0,05). Sedangkan asupan zat besi memiliki hubungan signifikan dengan kejadian anemia, p value= 0,001 (p < 0,005). Sebaiknya IVS mengadakan konseling dan penyuluhan pada wanita vegetarian agar asupan zat besi wanita vegetarian cukup dan yang terhindar dari anemia.
{"title":"HUBUNGAN POLA KONSUMSI DAN ASUPAN ZAT BESI (Fe) DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA WANITA VEGETARIAN USIA PRODUKTIF DI PEKANBARU","authors":"Savira Rahmadian, Fitri Fitri, Yuliana Arsil","doi":"10.36929/JPK.V4I2.39","DOIUrl":"https://doi.org/10.36929/JPK.V4I2.39","url":null,"abstract":"Pola konsumsi vegetarian memiliki banyak manfaat bagi kesehatan, namun pola konsumsi ini juga memiliki resiko defisiensi beberapa zat gizi diantaranya zat besi. Wanita vegetarian, lebih beresiko untuk mengalami anemia karena pola konsumsi vegetarian tidak mengkonsumsi protein hewani. Keterbatasan mengkonsumsi produk hewani ini yang dapat menyebabkan wanita vegetarian ini mudah terkena anemia. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan pola konsumsi dan asupan zat besi (Fe) dengan kejadian anemia pada wanita vegetarian usia produktif di Pekanbaru. Jenis penelitian yang dilakukan yaitu cross-sectional study. Data yang diambil berupa data primer dan data sekunder. Data primer berupa identitas responden yang diperoleh melalui kuesioner, pola konsumsi baik berupa jenis dan bahan makanan diperoleh melalui Food Frequency Questionaire, asupan zat besi diperoleh melalui Food Recall 1x24 jam, dan data kadar Hemoglobin diperoleh melalui pengambilan darah kapiler menggunakan alat Easy Touch GCHb. Sedangkan data sekunder diperoleh dari laporan Indonesia Vegetarian Society (IVS) berupa nama, umur dan alamat anggota. Data dianalisa secara univariat dan bivariat. Pada penelitian ini menggunakan teknik Simple Random Sampling dengan jumlah sampel 51 responden. Penelitian ini dilakukan 2 tahap yaitu survey pendahuluan pada bulan Oktober 2014 dan penelitian lanjutan dilakukan pada bulan April-Juni 2015. Tempat Penelitian Sekretariat Indonesia Vegetarian Society (IVS) Pekanbaru dan Pusdiklat Bumi Suci Maitreya Pekanbaru. Hasil penelitian ini menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan antara pola konsumsi dengan kejadian anemia, p value =0,921 (p > 0,05). Sedangkan asupan zat besi memiliki hubungan signifikan dengan kejadian anemia, p value= 0,001 (p < 0,005). Sebaiknya IVS mengadakan konseling dan penyuluhan pada wanita vegetarian agar asupan zat besi wanita vegetarian cukup dan yang terhindar dari anemia.","PeriodicalId":128607,"journal":{"name":"JURNAL PROTEKSI KESEHATAN","volume":"14 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122417440","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The man participation in family planning (FP) mean to take part in this program inspite of founding good sexual behavior for themselves and their wife. This research explore several factors which related to man participation in FP program on Rumbai Pesisir Sub district, Municipality of Pekanbaru in the year of 2012.Research design is case control study, with case is the man not participate in FP program while as control is the man whom taking part on the FP in the year of 2012. Result the man with acces difficulty to family planning program 10 times risk not to participate compared with the counterpart/control (CI 95% : OR = 5,3 – 17,9), men not supported by social and cultural aspect for family planning program 4 times risk not to participate (CI 95% : OR= 2,4 – 7,9), men with negative opinion to family palnning program 4 times risk not to participate(CI 95%: OR = 1,3 – 7,0), while the man from low income family 2 times risk not to participate (CI 95% : OR = 1,2 – 3,5) compared with their counterparts respectively. Conclusion: Multivariate analysis revealed that independent variable related to man participation , the family planning program, social and cultural aspect, opinión to family planning program and family income. Wife age is the only Independence variabel related counter directionally. Parity, education level and knowladge to family planning program are three variables not related to men participation, meanwhile family planning service quality is the confounding variable to service acces variable and social and cultural variable. Suggestion : increase quality and acces of family planning services including site of service, concellor, cost and spesific family planning promotion for mankind. Family planning and health service program is distributed to all area of Rumbai Pesisir subsdistric and to increase the support of public figure and all stake holder for Family planning program.
{"title":"FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PARTISIPASI PRIA DALAM KELUARGA BERENCANA DI KECAMATAN RUMBAI PESISIR TAHUN 2012","authors":"Yessi Harnani","doi":"10.36929/jpk.v4i1.33","DOIUrl":"https://doi.org/10.36929/jpk.v4i1.33","url":null,"abstract":"The man participation in family planning (FP) mean to take part in this program inspite of founding good sexual behavior for themselves and their wife. This research explore several factors which related to man participation in FP program on Rumbai Pesisir Sub district, Municipality of Pekanbaru in the year of 2012.Research design is case control study, with case is the man not participate in FP program while as control is the man whom taking part on the FP in the year of 2012. Result the man with acces difficulty to family planning program 10 times risk not to participate compared with the counterpart/control (CI 95% : OR = 5,3 – 17,9), men not supported by social and cultural aspect for family planning program 4 times risk not to participate (CI 95% : OR= 2,4 – 7,9), men with negative opinion to family palnning program 4 times risk not to participate(CI 95%: OR = 1,3 – 7,0), while the man from low income family 2 times risk not to participate (CI 95% : OR = 1,2 – 3,5) compared with their counterparts respectively. Conclusion: Multivariate analysis revealed that independent variable related to man participation , the family planning program, social and cultural aspect, opinión to family planning program and family income. Wife age is the only Independence variabel related counter directionally. Parity, education level and knowladge to family planning program are three variables not related to men participation, meanwhile family planning service quality is the confounding variable to service acces variable and social and cultural variable. Suggestion : increase quality and acces of family planning services including site of service, concellor, cost and spesific family planning promotion for mankind. Family planning and health service program is distributed to all area of Rumbai Pesisir subsdistric and to increase the support of public figure and all stake holder for Family planning program.","PeriodicalId":128607,"journal":{"name":"JURNAL PROTEKSI KESEHATAN","volume":"53 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128345896","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Work accident is an event that is not thought to backfire and all that can cause human casualties or property (Permenaker No. 03/MEN/1998). Demand management of occupational health and safety program at the Hospital (K3RS) higher for workers, visitors of patients, and society About a hospital wants to get protection from health problems and accidents, whether as a result of the process of service delivery as well as the condition of facilities and infrastructure in the hospital that do not meet the standards. The purpose of this study was to determine the factors associated with workplace accidents in nurses. This study uses observational study design, with a cross-sectional design that was conducted in April-May 2015 in Pekanbaru Handsome Mental Hospital. Total samples 121 people. Measuring instruments used are questionnaires and observation sheets. Analiais data used is the Chi-Square test. The results showed that the variables associated with school performance is variable age (p value 0.000), knowledge (p value 0.004), attitude (p value 0.014), and action (p value 0.005). It is suggested that the hospital through the training for mengedakan porgram K3RS in providing mental health pelayaanan Handsome Peknbaru Psychiatric Hospital.
{"title":"FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KECELAKAAN KERJA PADA PERAWAT DI RUMAH SAKIT JIWA TAMPAN PEKANBARU TAHUN 2015","authors":"Ardenny Ardenny","doi":"10.36929/jpk.v4i1.26","DOIUrl":"https://doi.org/10.36929/jpk.v4i1.26","url":null,"abstract":"Work accident is an event that is not thought to backfire and all that can cause human casualties or property (Permenaker No. 03/MEN/1998). Demand management of occupational health and safety program at the Hospital (K3RS) higher for workers, visitors of patients, and society About a hospital wants to get protection from health problems and accidents, whether as a result of the process of service delivery as well as the condition of facilities and infrastructure in the hospital that do not meet the standards. The purpose of this study was to determine the factors associated with workplace accidents in nurses. This study uses observational study design, with a cross-sectional design that was conducted in April-May 2015 in Pekanbaru Handsome Mental Hospital. Total samples 121 people. Measuring instruments used are questionnaires and observation sheets. Analiais data used is the Chi-Square test. The results showed that the variables associated with school performance is variable age (p value 0.000), knowledge (p value 0.004), attitude (p value 0.014), and action (p value 0.005). It is suggested that the hospital through the training for mengedakan porgram K3RS in providing mental health pelayaanan Handsome Peknbaru Psychiatric Hospital.","PeriodicalId":128607,"journal":{"name":"JURNAL PROTEKSI KESEHATAN","volume":"184 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126784153","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Acne vulgaris is a chronic inflammatory disease of the follicles pilosebaseous, characterized by comedones, papules, pustules, and nodules.The main causes of acne as yet known with certainty, but there is strong suspicion is a multifactorial disease, including heredity, hormonal balance, diet, skin condition and hygiene. Acne is a skin disease that is often found in adolescents by (85%).. Based on the results of the survey in 5 SMK Pekanbaru on class X , obtained the highest number of cases of acne that is in SMK Taruna Pekanbaru many as 113people. This study aims to determine the factors associated with the incidence of acne vulgaris in adolescents in SMK Taruna Pekanbaru 2014. The research is quantitative cross-sectional study research design that was held on 5-9 May 2014, in SMK Taruna Pekanbaru. The population this is the entire student SMK Taruna Pekanbaru class X at 302 people, and obtained a large sample of 117people, with rendom systematic sampling technique using a questionnaire measuring instruments. Data analiysis of univariate and bivariate using chi square test.The results showed that there is a relationship of knowledge obtainable, (p value = 0,006 dan POR = 3,06, 95%CI : 1,43-6,75), foods that can emergence the onset of acne obtainable (p value = 0,009 and POR = 2,88, 95%CI : 1,35-6,14, the frequency of facial wash (cleaning) obtainable (p value = 0,009 and POR = 2,88, 95%CI : 1,35-6,14) and the condition of facial skin obtainable (p value = 0,005, POR = 3,12 , 95%CI : 1,46-6,68) with incidence of acne vulgaris. It is recommended for adolescents to avoid foods that can emergence the onset of acne, skin treatment to reduce excess oil production by applying frequency facial wash (cleaning) on a regular basis.
{"title":"FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN ACNE VULGARIS (JERAWAT) PADA REMAJA DI SMK TARUNA PEKANBARU TAHUN 2014","authors":"Hastuti Marlina, Hetty Ismainar","doi":"10.36929/jpk.v4i1.28","DOIUrl":"https://doi.org/10.36929/jpk.v4i1.28","url":null,"abstract":"Acne vulgaris is a chronic inflammatory disease of the follicles pilosebaseous, characterized by comedones, papules, pustules, and nodules.The main causes of acne as yet known with certainty, but there is strong suspicion is a multifactorial disease, including heredity, hormonal balance, diet, skin condition and hygiene. Acne is a skin disease that is often found in adolescents by (85%).. Based on the results of the survey in 5 SMK Pekanbaru on class X , obtained the highest number of cases of acne that is in SMK Taruna Pekanbaru many as 113people. This study aims to determine the factors associated with the incidence of acne vulgaris in adolescents in SMK Taruna Pekanbaru 2014. The research is quantitative cross-sectional study research design that was held on 5-9 May 2014, in SMK Taruna Pekanbaru. The population this is the entire student SMK Taruna Pekanbaru class X at 302 people, and obtained a large sample of 117people, with rendom systematic sampling technique using a questionnaire measuring instruments. Data analiysis of univariate and bivariate using chi square test.The results showed that there is a relationship of knowledge obtainable, (p value = 0,006 dan POR = 3,06, 95%CI : 1,43-6,75), foods that can emergence the onset of acne obtainable (p value = 0,009 and POR = 2,88, 95%CI : 1,35-6,14, the frequency of facial wash (cleaning) obtainable (p value = 0,009 and POR = 2,88, 95%CI : 1,35-6,14) and the condition of facial skin obtainable (p value = 0,005, POR = 3,12 , 95%CI : 1,46-6,68) with incidence of acne vulgaris. It is recommended for adolescents to avoid foods that can emergence the onset of acne, skin treatment to reduce excess oil production by applying frequency facial wash (cleaning) on a regular basis.","PeriodicalId":128607,"journal":{"name":"JURNAL PROTEKSI KESEHATAN","volume":"12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128396180","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pola makan, aktivitas fisik dan status gizi mahasiswa indekos dan tidak indekos Poltekkes Kemenkes Riau. Pola makan tersebut berdasarkan kepada frekuensi, jenis dan porsi makan mahasiswa indekos dan tidak indekos Poltekkes Kemenkes Riau. Jenis Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel adalah sampel 2 proporsi (two sided test) dengan responden sebanyak 92 orang, dengan mahasiswa yang indekos 46 orang dan mahasiswa tidak indekos 46 orang. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder meliputi data karakteristik responden, pola makan, aktivitas fisik mahasiswa dengan wawancara melalui kuesioner. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji independent sample t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan frekuensi makan mahasiswa indekos dan mahasiswa tidak indekos. Ada perbedaan jenis makanan mahasiswa indekos dan mahasisswa tidak indekos. Ada perbedaan porsi makan pokok, lauk-pauk, minyak dan gula mahasiswa indekos dan mahasiswa tidak indekos. Namun tidak ada perbedaan porsi makanan nabati, sayuran dan buah mahasiswa indekos dan mahasisswa tidak indekos. Tidak ada perbedaan aktivitas fisik antara mahasiswa indekos dan tidak indekos. Tidak ada perbedaan yang nyata status gizi mahasiswa indekos dan mahasiswa tidak indekos Poltekkes Kemenkes Riau.
{"title":"PERBEDAAN POLA MAKAN, AKTIVITAS FISIK DAN STATUS GIZI ANTARA MAHASISWA INDEKOS DAN TIDAK INDEKOS POLTEKKES KEMENKES RIAU","authors":"Muharni Muharni, Hasfourni Mairyiani, Septa Ryanti","doi":"10.36929/jpk.v4i1.27","DOIUrl":"https://doi.org/10.36929/jpk.v4i1.27","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pola makan, aktivitas fisik dan status gizi mahasiswa indekos dan tidak indekos Poltekkes Kemenkes Riau. Pola makan tersebut berdasarkan kepada frekuensi, jenis dan porsi makan mahasiswa indekos dan tidak indekos Poltekkes Kemenkes Riau. Jenis Penelitian ini menggunakan metode deskriptif analitik dengan desain cross sectional. Teknik pengambilan sampel adalah sampel 2 proporsi (two sided test) dengan responden sebanyak 92 orang, dengan mahasiswa yang indekos 46 orang dan mahasiswa tidak indekos 46 orang. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder meliputi data karakteristik responden, pola makan, aktivitas fisik mahasiswa dengan wawancara melalui kuesioner. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan uji independent sample t-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan frekuensi makan mahasiswa indekos dan mahasiswa tidak indekos. Ada perbedaan jenis makanan mahasiswa indekos dan mahasisswa tidak indekos. Ada perbedaan porsi makan pokok, lauk-pauk, minyak dan gula mahasiswa indekos dan mahasiswa tidak indekos. Namun tidak ada perbedaan porsi makanan nabati, sayuran dan buah mahasiswa indekos dan mahasisswa tidak indekos. Tidak ada perbedaan aktivitas fisik antara mahasiswa indekos dan tidak indekos. Tidak ada perbedaan yang nyata status gizi mahasiswa indekos dan mahasiswa tidak indekos Poltekkes Kemenkes Riau.","PeriodicalId":128607,"journal":{"name":"JURNAL PROTEKSI KESEHATAN","volume":"27 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-16","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121567019","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Supervisi keperawatan bagian dari fungsi pengarahan dalam fungsi manajemen keperawatan yang mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Sebanyak empat orang kepala ruangan berpartisipasi pada penelitian ini. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam dan field note. Hasil penelitian dilakukan analisis dengan metode colaizzi. Adapun tema-tema yang dihasilkan pada penelitian ini antara lain: 1) Persepsi kepala ruangan tentang supervisi, 2) Cara melakukan supervisi secara lansung, 3) Cara melakukan supervisi tidak lansung, 4) Hambatan dalam melakukan supervisi tidak lansung, 5) Dukungan yang diperlukan dari organisasi, dan 6) Harapan terhadap pelaksanaan supervisi. Kesimpulan penelitian didapatkan bahwa supervisi keperawatan belum begitu optimal dilakukan oleh kepala ruangan. Rumah sakit perlu mengembangkan program peningkatan pengetahuan kepala ruangan melalui pelatihan, seminar maupun desiminasi ilmu mengenai supervisi keperawatan yang diadakan oleh rumah sakit maupun diluar rumah sakit. Selain itu perlu adanya dukungan dari organisasi bagi kepala ruangan dalam melakukan supervisi keperawatan.
{"title":"PENGALAMAN KEPALA RUANGAN DALAM MELAKUKAN SUPERVISI KEPERAWATAN DIRUANG RAWAT INAP RSI IBNU SINA PADANG","authors":"administrator admin, A. Asmiati","doi":"10.36929/jpk.v3i1.25","DOIUrl":"https://doi.org/10.36929/jpk.v3i1.25","url":null,"abstract":"Supervisi keperawatan bagian dari fungsi pengarahan dalam fungsi manajemen keperawatan yang mempunyai peran penting dalam meningkatkan kualitas pelayanan rumah sakit. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Sebanyak empat orang kepala ruangan berpartisipasi pada penelitian ini. Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam dan field note. Hasil penelitian dilakukan analisis dengan metode colaizzi. Adapun tema-tema yang dihasilkan pada penelitian ini antara lain: 1) Persepsi kepala ruangan tentang supervisi, 2) Cara melakukan supervisi secara lansung, 3) Cara melakukan supervisi tidak lansung, 4) Hambatan dalam melakukan supervisi tidak lansung, 5) Dukungan yang diperlukan dari organisasi, dan 6) Harapan terhadap pelaksanaan supervisi. Kesimpulan penelitian didapatkan bahwa supervisi keperawatan belum begitu optimal dilakukan oleh kepala ruangan. Rumah sakit perlu mengembangkan program peningkatan pengetahuan kepala ruangan melalui pelatihan, seminar maupun desiminasi ilmu mengenai supervisi keperawatan yang diadakan oleh rumah sakit maupun diluar rumah sakit. Selain itu perlu adanya dukungan dari organisasi bagi kepala ruangan dalam melakukan supervisi keperawatan.","PeriodicalId":128607,"journal":{"name":"JURNAL PROTEKSI KESEHATAN","volume":"118 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-10-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134529640","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}