Pub Date : 2019-08-01DOI: 10.24821/WAYANG.V2I2.3051
Elisha Orcarus Allasso
The purpose of this research is to reveal self-actualization Ki Seno Nugroho as a dalang by way of examining his motivation in meeting the level of needs. Maslow’s motivational theory, especially regarding the fulfillment of needs used to analyze self-actualization Ki Seno Nugroho. This research uses ethnographic method in describing field observation and interview result. From the analysis results obtained conclusion self-actualization KiSeno Nugroho is the peak of the process of fulfillment of the needs level. Achievement of self actualization needs begins with knowing the talent and potential. Awareness of the talent possessed dreams as the highest needs and to achieve them must go through a long process. Ki Seno Nugroho has succeeded in actualizing himself and fulfilling his dream through his talent. After he succeeded in realizing his dreams in his youth to become a puppeteer favored by the public, his next dream is to keep fans and prepare the next generation in order to preserve the Javanese culture especially the puppet show. The attainment of self-actualization through the level of fulfillment of needs will continue and develop as long as it lives.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap aktualisasi diri Ki Seno Nugroho sebagai seorang dalang dengan cara menelisik motivasinya dalam memenuhi tingkat kebutuhan. Teori motivasi Maslow khususnya mengenai pemenuhan kebutuhan digunakan untuk menganalisis aktualisasi diri Ki Seno Nugroho. Penelitian ini menggunakan metode etnografi dalam mendiskripsikan pengamatan lapangan dan hasil wawancara. Dari hasil analisis didapat kesimpulan aktualisasi diri Ki SenoNugroho adalah puncak dari proses pemenuhan tingkat kebutuhan. Pencapaian kebutuhan aktualisasi diri diawali dengan mengetahui bakat dan potensi yang dimiliki. Kesadaran mengenai bakat yang dimiliki melahirkan impian sebagai kebutuhan tertinggi dan untuk mencapainya harus melalui proses panjang. Ki Seno Nugroho telah berhasil mengaktualisasikan diri dan mewujudkan impiannya melalui bakat yang dimilikinya. Setelah ia berhasil mewujudkan impiannya di masa muda yaitu menjadi dalang yang digemari oleh masyarakat, impian selanjutnya adalah mempertahankan penggemar dan mempersiapkan generasi berikutnya agar dapat melestarikan budaya Jawa terutama pertunjukan wayang. Pencapaian aktualisasi diri melalui tingkat pemenuhan kebutuhan akan terus berlangsung dan berkembang selama ia hidup.
本研究的目的是通过考察Ki Seno Nugroho在满足需求层面的动机,来揭示Ki Seno Nugroho作为大郎的自我实现。马斯洛的动机理论,特别是关于需求实现的理论,用于分析自我实现。本研究采用民族志方法描述实地观察和访谈结果。从分析结果中得出结论,自我实现是KiSeno Nugroho过程中需求满足的高峰层次。自我实现需要从了解人才和潜力开始。意识到拥有梦想是人才的最高需要,而实现梦想必须经历一个漫长的过程。Ki Seno Nugroho通过自己的天赋成功地实现了自己的梦想。在他成功地实现了年轻时的梦想,成为一名受大众喜爱的木偶戏演员后,他的下一个梦想是留住粉丝,为下一代做好准备,以保护爪哇文化,特别是木偶戏。只要存在,通过满足需求水平而实现的自我实现就会持续发展。我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是我的意思。马斯洛(Maslow)的心理学家马斯洛(Maslow)的心理学家马斯洛(Maslow)的心理学家马斯洛(Maslow)的心理学家马斯洛(Maslow)的心理学家马斯洛(kebutuhan)的心理学家马斯洛(digunakan)的心理学家马斯洛(Maslow)的心理学家马斯洛(Maslow)的心理学家马斯洛。Penelitian ini menggunakan metetgraphic dalam mendiskripsikan pengamatan lapangan dan hasil wawankara。达尔达尔的分析结果表明,达尔达尔的分析结果表明,达尔达尔的分析结果表明,达尔达尔的分析结果表明,达尔达尔的分析结果表明,达尔达尔的分析结果是正确的。penapaian kebutuhan aktualisasi diri diawali dengan mengetahui bakat dan potensi yang dimiliki。Kesadaran mengenai bakat yang dimiliki melahirkan impian sebagai kebutuhan tertinggi dan untuk mencapainya harus melalui propropanjang。Ki Seno Nugroho telah berhasil mengaktualisasikan diri dan mewujudkan impiannya melalui bakat yang dimilikinya。这句话的意思是:“我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是。”印度尼西亚aktualisasi diri melalui tingkat pemenuhan kebutuhan akan terus berlangsung dan berkembang selama ia hidup。
{"title":"Aktualisasi Diri Ki Seno Nugroho: Tinjauan Pemenuhan Kebutuhan dalam Teori Motivasi Abraham H. Maslow","authors":"Elisha Orcarus Allasso","doi":"10.24821/WAYANG.V2I2.3051","DOIUrl":"https://doi.org/10.24821/WAYANG.V2I2.3051","url":null,"abstract":"The purpose of this research is to reveal self-actualization Ki Seno Nugroho as a dalang by way of examining his motivation in meeting the level of needs. Maslow’s motivational theory, especially regarding the fulfillment of needs used to analyze self-actualization Ki Seno Nugroho. This research uses ethnographic method in describing field observation and interview result. From the analysis results obtained conclusion self-actualization KiSeno Nugroho is the peak of the process of fulfillment of the needs level. Achievement of self actualization needs begins with knowing the talent and potential. Awareness of the talent possessed dreams as the highest needs and to achieve them must go through a long process. Ki Seno Nugroho has succeeded in actualizing himself and fulfilling his dream through his talent. After he succeeded in realizing his dreams in his youth to become a puppeteer favored by the public, his next dream is to keep fans and prepare the next generation in order to preserve the Javanese culture especially the puppet show. The attainment of self-actualization through the level of fulfillment of needs will continue and develop as long as it lives.Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkap aktualisasi diri Ki Seno Nugroho sebagai seorang dalang dengan cara menelisik motivasinya dalam memenuhi tingkat kebutuhan. Teori motivasi Maslow khususnya mengenai pemenuhan kebutuhan digunakan untuk menganalisis aktualisasi diri Ki Seno Nugroho. Penelitian ini menggunakan metode etnografi dalam mendiskripsikan pengamatan lapangan dan hasil wawancara. Dari hasil analisis didapat kesimpulan aktualisasi diri Ki SenoNugroho adalah puncak dari proses pemenuhan tingkat kebutuhan. Pencapaian kebutuhan aktualisasi diri diawali dengan mengetahui bakat dan potensi yang dimiliki. Kesadaran mengenai bakat yang dimiliki melahirkan impian sebagai kebutuhan tertinggi dan untuk mencapainya harus melalui proses panjang. Ki Seno Nugroho telah berhasil mengaktualisasikan diri dan mewujudkan impiannya melalui bakat yang dimilikinya. Setelah ia berhasil mewujudkan impiannya di masa muda yaitu menjadi dalang yang digemari oleh masyarakat, impian selanjutnya adalah mempertahankan penggemar dan mempersiapkan generasi berikutnya agar dapat melestarikan budaya Jawa terutama pertunjukan wayang. Pencapaian aktualisasi diri melalui tingkat pemenuhan kebutuhan akan terus berlangsung dan berkembang selama ia hidup.","PeriodicalId":133263,"journal":{"name":"Wayang Nusantara: Journal of Puppetry","volume":"51 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124798019","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-08-01DOI: 10.24821/WAYANG.V3I1.3056
Joko Laras Moyo
Lakon Brubuh Maèspati: The work of the puppet performance is aimed at presenting one of the stories in the Maespati kingdom, which is rarely performed in Yogyakarta. This work is entitled Brubuh Maèspati. The play Brubuh Maèspati is a piece of the puppet plays that tells Harjunasasrabahu, Dewi Citrawati, Suwanda, and Dasamuka. The concept of sanggit of Soetarno et al. used as a framework for working on the playBrubuh Maèspati. Sanggit means the mastermind’s creativity related to interpretation and the cultivation of Pakeliran elements to achieve the aesthetic stability of puppet shows. The cultivation of Brubuh Maèspati begins with watching and reading plays related to the kingdom of Maespati. There were three plays which were chosen to be the basis for interpreting the values of loyalty, namely Actions Sumantri Ngèngèr,Dasamuka Gladhak, and Brubuh Maèspati. Then do the play, work on the characters, work on the scene, and work on musical accompaniment according to the Pakeliran structure of Yogyakarta. Brubuh Maèspati is a reinterpretation of the value of loyalty that is communicated by the plays that tell the Kingdom of Maespati.Karya pergelaran wayang ini bertujuan menyajikan kembali salah satu kisah di kerajaan Maespati, yang jarang dipergelarkan di Yogyakarta. Karya ini diberi judul Brubuh Maèspati. Lakon Brubuh Maèspati merupakan sanggit dari lakon-lakon wayang yang mengisahkan Harjunasasrabahu, Dewi Citrawati, Suwanda, dan Dasamuka. Konsep sanggit Soetarno dkk. dipakai sebagai kerangka pikir dalam menggarap lakon Brubuh Maèspati. Sanggit berarti kreativitas dalang yang berhubungan dengan penafsirandan penggarapan unsur-unsur pakeliran untuk mencapai kemantapan estetik pertunjukan wayang. Penggarapan Brubuh Maèspati dimulai dengan menonton dan membaca lakon-lakon yang berhubungan dengan kerajaan Maespati. Ada tiga lakon yang dipilih menjadi landasan dalam menafsir nilai kesetiaan yaitu lakon Sumantri Ngèngèr, Dasamuka Gladhak, dan Brubuh Maèspati. Selanjutnya dilakukan garap lakon, garap tokoh, garap adegan, dan garap iringan karawitan sesuai dengan strukturpakeliran Yogyakarta. Brubuh Maèspati merupakan interpretasi ulang nilai kesetiaan yang dikomunikasikan oleh lakon-lakon yang mengisahkan Kerajaan Maespati.
Lakon Brubuh maatisti:木偶表演的目的是呈现Maespati王国的一个故事,这个故事很少在日惹演出。这幅作品名为《Brubuh maatisati》。《Brubuh maatisati》是讲述Harjunasasrabahu、Dewi Citrawati、Suwanda和Dasamuka故事的木偶剧。Soetarno等人将sanggit的概念用作研究《brubuh maatisti》的框架。Sanggit指的是策划者在演绎方面的创造力,以及对Pakeliran元素的培养,以达到木偶剧的审美稳定性。Brubuh maatisti的培养始于观看和阅读与Maespati王国有关的戏剧。有三部戏剧被选为解释忠诚价值的基础,分别是《Actions Sumantri ng敬业》、《Dasamuka Gladhak》和《Brubuh maatisati》。然后开始表演,根据日惹的Pakeliran结构,在角色,场景,音乐伴奏上做文章。Brubuh Maespati是对忠诚价值的重新诠释,忠诚价值是由讲述Maespati王国的戏剧传达的。日惹市:日惹市:日惹市:日惹市:日惹市Karya ini diberi judul Brubuh maatispati。Lakon Brubuh maatisti merupakan sanggit dari Lakon - Lakon wayang yang mengisahkan Harjunasasrabahu, Dewi Citrawati, Suwanda, dan Dasamuka。Konsep sanggit Soetarno dkk。dipakai sebagai kerangka pikir dalam menggarap lakon Brubuh mapatispati。sangit berarti kreativitas dalang yang berhubungan dengan penafsirandan pengarapan unsur-unsur pakeliran untuk mappai kemantapan estetik pertunjukan wayang。Penggarapan Brubuh maontspati dimulai dengan menonton danmenbaca lakon-lakon yang berhubungan dengan kerajaan Maespati。Ada tiga lakon yang dipilih menjadi landasan dalam menafsir nilai kesetiaan and yitu lakon Sumantri ng。Selanjutnya dilakukan garap lakon, garap tokoh, garap adegan, dan garap iringan karawitan sesuai dengan strukturpakeliran日惹。Brubuh matis spati merupakan interpretasi ulang nilai kesetiaan yang dikomunikasikan oleh lakon-lakon yang mengisahkan Kerajaan Maespati。
{"title":"Lakon Brubuh Maèspati: Intepretasi Ulang Nilai Kesetiaan","authors":"Joko Laras Moyo","doi":"10.24821/WAYANG.V3I1.3056","DOIUrl":"https://doi.org/10.24821/WAYANG.V3I1.3056","url":null,"abstract":"Lakon Brubuh Maèspati: The work of the puppet performance is aimed at presenting one of the stories in the Maespati kingdom, which is rarely performed in Yogyakarta. This work is entitled Brubuh Maèspati. The play Brubuh Maèspati is a piece of the puppet plays that tells Harjunasasrabahu, Dewi Citrawati, Suwanda, and Dasamuka. The concept of sanggit of Soetarno et al. used as a framework for working on the playBrubuh Maèspati. Sanggit means the mastermind’s creativity related to interpretation and the cultivation of Pakeliran elements to achieve the aesthetic stability of puppet shows. The cultivation of Brubuh Maèspati begins with watching and reading plays related to the kingdom of Maespati. There were three plays which were chosen to be the basis for interpreting the values of loyalty, namely Actions Sumantri Ngèngèr,Dasamuka Gladhak, and Brubuh Maèspati. Then do the play, work on the characters, work on the scene, and work on musical accompaniment according to the Pakeliran structure of Yogyakarta. Brubuh Maèspati is a reinterpretation of the value of loyalty that is communicated by the plays that tell the Kingdom of Maespati.Karya pergelaran wayang ini bertujuan menyajikan kembali salah satu kisah di kerajaan Maespati, yang jarang dipergelarkan di Yogyakarta. Karya ini diberi judul Brubuh Maèspati. Lakon Brubuh Maèspati merupakan sanggit dari lakon-lakon wayang yang mengisahkan Harjunasasrabahu, Dewi Citrawati, Suwanda, dan Dasamuka. Konsep sanggit Soetarno dkk. dipakai sebagai kerangka pikir dalam menggarap lakon Brubuh Maèspati. Sanggit berarti kreativitas dalang yang berhubungan dengan penafsirandan penggarapan unsur-unsur pakeliran untuk mencapai kemantapan estetik pertunjukan wayang. Penggarapan Brubuh Maèspati dimulai dengan menonton dan membaca lakon-lakon yang berhubungan dengan kerajaan Maespati. Ada tiga lakon yang dipilih menjadi landasan dalam menafsir nilai kesetiaan yaitu lakon Sumantri Ngèngèr, Dasamuka Gladhak, dan Brubuh Maèspati. Selanjutnya dilakukan garap lakon, garap tokoh, garap adegan, dan garap iringan karawitan sesuai dengan strukturpakeliran Yogyakarta. Brubuh Maèspati merupakan interpretasi ulang nilai kesetiaan yang dikomunikasikan oleh lakon-lakon yang mengisahkan Kerajaan Maespati.","PeriodicalId":133263,"journal":{"name":"Wayang Nusantara: Journal of Puppetry","volume":"22 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129979635","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-08-01DOI: 10.24821/WAYANG.V3I1.3055
Aneng Kiswantoro
The purpose of this design work is to make Wacinwa dolls that are tailored to the interests and needs of the designer in the show. The making of puppets is motivated by the constraints in the availability of puppets for staging. Meanwhile, Wacinca is only owned by Yogyakarta’s Sonobudoyo Museum. Besides the Wacinwa doll, the collection of Sonobudoyo Museum is too small, its head is detached from the body, and it is difficult to move. The characters made are figures in working on the Wacinwa story entitled Sang Manggalayuda. The Hawkins (1991) method of designing stages isused in this work. The stages are the first stage of exploration, namely setting themes, ideas, and titles of works and thinking, imagining, feeling, and searching in order to interpret ideas and ideas. The second stage is the experimentation stage, which is trying to choose, differentiate, consider in order to find harmony and find integrity and unity in various experiments. The last stage is the formation stage, which is to determinethe form of design by combining the symbols of the results of the trials conducted. After the figures of the figures are made, the designer tries to pour into the skin media, sculpted, and given coloring just like the process of making shadow puppets (purwa). The Wacinwa replica made includes puppets from Sie Jin Kwie and Khai Sou Bun. These puppets are the result of the interpretation of the designer based on the shape of the puppet collection of Sonobudoyo Museum and images in Sie Djin Koei TjengTang’s comic works by Siaw Tik Kwie (Oto Suastika).Tujuan karya perancangan ini adalah membuat boneka Wacinwa yang disesuaikan dengan kepentingan dan kebutuhan si perancang dalam pertunjukan. Pembuatan wayang dilatarbelakangi oleh adanya kendala dalam hal ketersediaan wayang untuk pementasan. Sementara ini Wacinca hanya dimiliki oleh Museum Sonobudoyo Yogyakarta. Selain itu boneka Wacinwa koleksi Museum Sonobudoyo ukurannya terlalu kecil, kepalanya terlepas dari badan, dan sulit digerakkan. Tokoh-tokoh yangdibuat adalah tokoh dalam garap cerita Wacinwa berjudul Sang Manggalayuda. Metode Hawkins (1991) tentang tahap-tahap merancang digunakan dalam karya ini. Adapun tahapan tersebut adalah pertama tahap eksplorasi, yaitu menetapkan tema, ide, dan judul karya serta berpikir, berimajinasi, merasakan, dan mencari dalam rangka menafsirkan ide dan gagasan. Tahap kedua adalah tahap eksperimentasi, yaitu mencoba untuk memilih, membedakan, mempertimbangkan dalam rangka mencari keharmonisan dan menemukan integritas serta kesatuan dalam berbagai percobaan.Tahap terakhir adalah tahap pembentukan, yaitu menentukan bentuk perancangan dengan menggabungkan simbol-simbol hasil dari uji coba yang dilakukan. Setelah gambar tokoh-tokoh tersebut jadi, perancang mencoba untuk menuangkan ke dalam media kulit, dipahat, dan diberi pewarnaan seperti halnya proses pembuatan wayang kulit (purwa). Replika Wacinwa yang dibuat antara lain wayang tokoh Sie Jin Kwie dan Khai Sou Bun. Waya
本次设计作品的目的是制作出符合节目中设计师的兴趣和需求的Wacinwa娃娃。木偶制作的动机是由于木偶在舞台上的可用性受到限制。与此同时,winca只属于日惹的索诺布多约博物馆。除了Wacinwa娃娃,Sonobudoyo博物馆的藏品太小,它的头部与身体分离,很难移动。所制作的人物是在创作名为Sang Manggalayuda的瓦辛瓦故事中的人物。霍金斯(Hawkins, 1991)设计阶段的方法在本作品中使用。阶段是探索的第一阶段,即设定作品的主题、思想、标题,思考、想象、感受、寻找,以诠释思想和观念。第二阶段是实验阶段,即试图在各种实验中进行选择、区分、考虑,以求找到和谐,找到完整统一。最后一个阶段是形成阶段,这是通过结合所进行的试验结果的符号来确定设计的形式。在人物的形象制作完成后,设计师试图像制作皮影(purwa)的过程一样,将皮肤介质注入,雕刻,并赋予色彩。华欣娃的复制品包括来自西晋桂和启寿包的木偶。这些木偶是设计师根据Sonobudoyo博物馆木偶收藏的形状和Siaw Tik Kwie (Oto Suastika)的Sie Djin Koei TjengTang漫画作品中的图像进行解读的结果。土族karya perancangan ini adalah成员,boneka Wacinwa yang, disessuaikan dengan kepentingan和dan kebutuhan是perancang dalam pertunjukan。Pembuatan wayang dilatarbelakangi oleh adanya kendala dalam hal ketersediaan wayang untuk penementasan。Sementara ini Wacinca hanya dimiliki oleh博物馆。Selain itu boneka Wacinwa koleksi博物馆Sonobudoyo ukurannya terlalu kecil, kepalanya terlepas dari badan, dan sulit digerakkan。tokoh -tokoh yangdibuat adalah tokoh dalam garap cerita Wacinwa berjudul Sang Manggalayuda。梅托德·霍金斯(1991)。Adapun tahapan tersebut adalah pertama tahap eksplorasi, yitu menetapkan tema, ide, dan judul karya serta berpikir, berimajinasi, merasakan, dan mencari dalam rangka menafsirkan ide dan gagasan。Tahap kedua adalah Tahap eksperimentasi, yitu mencoba untuk memilih, memberbeakan, memberpertimbangkan dalam rangka mencari keharmonisan dan menemukan integritas serta kesatuan dalam berbagai percobaan。塔哈,塔哈,阿达拉,塔哈,潘本图坎,雅图,门尼图坎,班图,班尼图坎,班尼图坎,班尼图坎,象征符号,象征符号哈希,达吉,库巴,杨,迪拉库坎。Setelah gambar tokoh-tokoh tersebut jadi, perancang mencoba untuk menuangkan ke dalam media kulit, dipahat, dan diberi pewarnaan seperti halnya propropembuatan wayang kulit (purwa)。Replika Wacinwa yang派发antara lain wayang tokoh Sie Jin Kwie dan kai Sou Bun。wayang -wayang ini merupakan hasil interpretasi perancang berdasarkan bentuk wayang koleksi博物馆Sonobudoyo dan gambar dalam komik Sie Djin Koei Tjeng Tang karya Siaw Tik Kwie (Oto Suastika)。
{"title":"Perancangan Wacinwa: Sang Manggalayudha","authors":"Aneng Kiswantoro","doi":"10.24821/WAYANG.V3I1.3055","DOIUrl":"https://doi.org/10.24821/WAYANG.V3I1.3055","url":null,"abstract":"The purpose of this design work is to make Wacinwa dolls that are tailored to the interests and needs of the designer in the show. The making of puppets is motivated by the constraints in the availability of puppets for staging. Meanwhile, Wacinca is only owned by Yogyakarta’s Sonobudoyo Museum. Besides the Wacinwa doll, the collection of Sonobudoyo Museum is too small, its head is detached from the body, and it is difficult to move. The characters made are figures in working on the Wacinwa story entitled Sang Manggalayuda. The Hawkins (1991) method of designing stages isused in this work. The stages are the first stage of exploration, namely setting themes, ideas, and titles of works and thinking, imagining, feeling, and searching in order to interpret ideas and ideas. The second stage is the experimentation stage, which is trying to choose, differentiate, consider in order to find harmony and find integrity and unity in various experiments. The last stage is the formation stage, which is to determinethe form of design by combining the symbols of the results of the trials conducted. After the figures of the figures are made, the designer tries to pour into the skin media, sculpted, and given coloring just like the process of making shadow puppets (purwa). The Wacinwa replica made includes puppets from Sie Jin Kwie and Khai Sou Bun. These puppets are the result of the interpretation of the designer based on the shape of the puppet collection of Sonobudoyo Museum and images in Sie Djin Koei TjengTang’s comic works by Siaw Tik Kwie (Oto Suastika).Tujuan karya perancangan ini adalah membuat boneka Wacinwa yang disesuaikan dengan kepentingan dan kebutuhan si perancang dalam pertunjukan. Pembuatan wayang dilatarbelakangi oleh adanya kendala dalam hal ketersediaan wayang untuk pementasan. Sementara ini Wacinca hanya dimiliki oleh Museum Sonobudoyo Yogyakarta. Selain itu boneka Wacinwa koleksi Museum Sonobudoyo ukurannya terlalu kecil, kepalanya terlepas dari badan, dan sulit digerakkan. Tokoh-tokoh yangdibuat adalah tokoh dalam garap cerita Wacinwa berjudul Sang Manggalayuda. Metode Hawkins (1991) tentang tahap-tahap merancang digunakan dalam karya ini. Adapun tahapan tersebut adalah pertama tahap eksplorasi, yaitu menetapkan tema, ide, dan judul karya serta berpikir, berimajinasi, merasakan, dan mencari dalam rangka menafsirkan ide dan gagasan. Tahap kedua adalah tahap eksperimentasi, yaitu mencoba untuk memilih, membedakan, mempertimbangkan dalam rangka mencari keharmonisan dan menemukan integritas serta kesatuan dalam berbagai percobaan.Tahap terakhir adalah tahap pembentukan, yaitu menentukan bentuk perancangan dengan menggabungkan simbol-simbol hasil dari uji coba yang dilakukan. Setelah gambar tokoh-tokoh tersebut jadi, perancang mencoba untuk menuangkan ke dalam media kulit, dipahat, dan diberi pewarnaan seperti halnya proses pembuatan wayang kulit (purwa). Replika Wacinwa yang dibuat antara lain wayang tokoh Sie Jin Kwie dan Khai Sou Bun. Waya","PeriodicalId":133263,"journal":{"name":"Wayang Nusantara: Journal of Puppetry","volume":"150 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133716673","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-08-01DOI: 10.24821/WAYANG.V3I1.3053
Retno Dwi Intarti
This study aims to find a characterization technique that can be applied in building puppet characters by puppets students. This study uses a theater approach that is the theory of techniques of Pemeranan. Behavioral technique is a common technique that can be learned to improve the skills, acumen, and skills of a cast in the role of a drama character. The method used is the observation method involved. The results are found that as a cast, puppet pupils need to have basic capital of character and be able to master basic techniques of characterization. In relation to the role techniques that puppeteers can learn to improve their character building abilities are the techniques of breathing, vocal techniques, content-giving techniques, development techniques, peak engineering, protrusion techniques, and improvisation techniques.Penelitian ini bertujuan menemukan teknik pemeranan yang dapat diaplikasikan dalam membangun karakter tokoh wayang oleh mahasiswa Jurusan Pedalangan. Penelitian ini menggunakan pendekatan teater yakni konsep teknik pemeranan.Teknik pemeranan merupakan teknik umum yang dapat dipelajari untuk meningkatkan ketrampilan, ketajaman, dan kecakapan seorang pemeran dalam memerankan karakter tokoh drama. Metode yang digunakan adalah metode pengamatan terlibat. Adapun hasil yang ditemukan ialah mahasiswa pedalangan sebagai seorang pemeran, perlu memiliki modal dasar pemeranan dan harus mampu menguasai teknik dasar pemeranan. Adapun teknik pemeranan yang dapat dipelajari oleh mahasiswa Pedalangan untuk meningkatkan kemampuan membangun karakter adalah teknik pernapasan, teknik olah vokal, teknik memberi isi, teknik pengembangan, teknik membina puncak, teknik penonjolan, dan teknik improvisasi.
本研究旨在寻找一种可以应用于木偶学生塑造木偶角色的表征技术。本研究采用了一种戏剧方法,即佩梅拉南的技术理论。行为技巧是一种常见的技巧,可以通过学习来提高演员在戏剧角色中的技巧、敏锐度和技巧。所采用的方法是观察法。结果发现,作为演员,木偶小学生需要具备基本的人物资本,能够掌握基本的人物塑造技巧。木偶演员可以学习的角色技巧包括呼吸技巧、发声技巧、内容表达技巧、发展技巧、峰值工程、突出技巧和即兴技巧。Penelitian ini bertujuan menemukan teknik peranan yang dapat diapplikasikan dalam成员karakter tokoh wayang oleh mahasiswa Jurusan Pedalangan。Penelitian ini menggunakan pendekatan teater yakni konsep teknik permeranan。Teknik permeranan merupakan Teknik umum yang dapat dipelajari untuk meningkatkan ketrampilan, ketajaman, dan kecakapan seorang permeran dalam meerankan karakter tokoh drama。Metode yang digunakan adalah Metode pengamatan terlibat。apapun hasil yang ditemukan ialah mahasiswa pedalangan sebagai seorang permeran, perlu memoriliki modal dasar permeran and harus mampu menguasai tecknik dasar permeran。Adapun teknik permeranan yang dapat dipelajari oleh mahasiswa Pedalangan untuk meningkatan kemampan member karakter adalah teknik pernapasan, teknik olah vokal, teknik memberi isi, teknik pengembangan, teknik memberina puncak, teknik penonjolan,和teknik improvisasi。
{"title":"Pembelajaran Teknik Pemeranan Bagi Mahasiswa Jurusan Pedalangan","authors":"Retno Dwi Intarti","doi":"10.24821/WAYANG.V3I1.3053","DOIUrl":"https://doi.org/10.24821/WAYANG.V3I1.3053","url":null,"abstract":"This study aims to find a characterization technique that can be applied in building puppet characters by puppets students. This study uses a theater approach that is the theory of techniques of Pemeranan. Behavioral technique is a common technique that can be learned to improve the skills, acumen, and skills of a cast in the role of a drama character. The method used is the observation method involved. The results are found that as a cast, puppet pupils need to have basic capital of character and be able to master basic techniques of characterization. In relation to the role techniques that puppeteers can learn to improve their character building abilities are the techniques of breathing, vocal techniques, content-giving techniques, development techniques, peak engineering, protrusion techniques, and improvisation techniques.Penelitian ini bertujuan menemukan teknik pemeranan yang dapat diaplikasikan dalam membangun karakter tokoh wayang oleh mahasiswa Jurusan Pedalangan. Penelitian ini menggunakan pendekatan teater yakni konsep teknik pemeranan.Teknik pemeranan merupakan teknik umum yang dapat dipelajari untuk meningkatkan ketrampilan, ketajaman, dan kecakapan seorang pemeran dalam memerankan karakter tokoh drama. Metode yang digunakan adalah metode pengamatan terlibat. Adapun hasil yang ditemukan ialah mahasiswa pedalangan sebagai seorang pemeran, perlu memiliki modal dasar pemeranan dan harus mampu menguasai teknik dasar pemeranan. Adapun teknik pemeranan yang dapat dipelajari oleh mahasiswa Pedalangan untuk meningkatkan kemampuan membangun karakter adalah teknik pernapasan, teknik olah vokal, teknik memberi isi, teknik pengembangan, teknik membina puncak, teknik penonjolan, dan teknik improvisasi.","PeriodicalId":133263,"journal":{"name":"Wayang Nusantara: Journal of Puppetry","volume":"37 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133001994","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-08-01DOI: 10.24821/WAYANG.V2I2.3052
I. P. Ardiyasa
Rai Mesi is an interesting phenomenon in the world of puppetry in Bali because its presence offers a different color and is able to revive the wayang kulit purwa. It is also what makes it a legendary dalang for the people. Rai Mesi as a dalang who is good at bringing stories, always be the first choice for people who want to hold a puppet show. Each show is always packed with spectators. It is therefore not surprising that the style of Rai Mesi puppetry is still used as a reference by the young puppeteers until now. Given its capacity as the mastermind of the story, the focus of the discussion in this paper is the issue of rhetoric that focuses on the choice of words, the use of language, and the way of narration, both in narrative and in dialogue. The data used is Lakon Irawan Rabi in the form of ribbon tape recordings which are then transcribed into written form. The result of the research shows that Rai Mesi has succeeded in composing the Irawan Rabi play as a Javanese wayang kulit playwoman to play Balinese parrot leather puppets through the processing of language style, bothbeautiful language, hilarious, figurative, and alternation. In addition to processing the style of language, Rai Mesi in his speech also inserted the language outside Bali, be it the language of the archipelago and foreign languages. Rai Mesi’s rhetoric is very communicative.Rai Mesi merupakan fenomena yang menarik dalam dunia pedalangan di Bali karena kehadirannya menawarkan warna yang berbeda dan mampu menggairahkan kembali pertunjukan wayang kulit purwa. Hal ini pula yang membuatnya menjadi dalang legendaris bagi masyarakatnya. Rai Mesi sebagai dalang yang pandai membawakan cerita, selalu menjadi pilihan pertama bagi masyarakat yang ingin menyelenggarakan pertunjukan wayang. Setiap pertunjukkannya selalu dipadati penonton. Oleh karenaitu tidak mengherankan apabila gaya pedalangan Rai Mesi masih dijadikan acuan oleh dalang-dalang muda hingga sekarang. Mengingat kapasitasnya sebagai dalang cerita, maka fokus bahasan dalam tulisan ini adalah masalah retorika yang berfokus pada pemilihan kata, pemakaian bahasa, serta cara penuturannya, baik dalam narasi maupun dialognya. Data yang digunakan adalah Lakon Irawan Rabi dalam bentukrekaman kaset pita yang kemudian ditranskrip ke dalam bentuk tulisan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rai Mesi telah berhasil menggubah Lakon Irawan Rabi sebagai lakon wayang kulit Jawa menjadi lakon carangan wayang kulit parwa Bali melalui pengolahan gaya bahasa, baik bahasa indah, kocak, kiasan, dan alternasi. Selain mengolah gaya bahasa, Rai Mesi dalam tuturannya juga menyisipkan bahasa luar Bali, baik itu bahasa Nusantara maupun bahasa asing. Retorika Rai Mesi sangat komunikatif.
Rai Mesi在巴厘岛的木偶戏界是一个有趣的现象,因为它的存在提供了一种不同的颜色,能够复兴wayang kulit purwa。这也使它成为人民的传奇大浪。雷梅西作为一个善于讲故事的大郎,总是想要举办木偶戏的人的首选。每场演出总是挤满了观众。因此,莱梅斯木偶戏的风格直到现在仍然被年轻的木偶戏演员们用作参考,这并不奇怪。鉴于其作为故事策划者的能力,本文讨论的重点是修辞学问题,即在叙述和对话中,修辞学的重点是词语的选择、语言的使用和叙述的方式。使用的数据是Lakon Irawan Rabi,以带状磁带记录的形式,然后转录成书面形式。研究结果显示,雷·梅斯通过对语言风格的处理,在优美的语言、滑稽的语言、比喻的语言和交替的语言中,成功地以爪哇的wayang kulit女演员扮演巴厘鹦鹉皮木偶,创作出了《Irawan Rabi》。除了处理语言风格外,雷梅西在演讲中还插入了巴厘岛以外的语言,无论是群岛语言还是外语。雷·梅西的言辞非常健谈。Rai Mesi merupakan现象yang menarik dalam dunia pedalangan di Bali karena kehadirannya menawarkan warna yang berbeda danmampu menggairahkan kembali pertunjukan wayang kulit purwa。Hal ini pula yang membuatnya menjadi dalang legendis bagi masyarakatnya。Rai Mesi sebagai dalang yang pandai membawakan cerita, selalu menjadi pilihan pertama bagi masyarakat yang ingin menyelenggarakan pertunjukan wayang。设置pertunjukkannya selalu dipadati penonton。这是我的梦想,这是我的梦想,这是我的梦想。梦ingat kapasitasnya sebagai dalang cerita, maka fkus bahasan dalam tulisan ini adalah masalah retorika yang berkus padpemilihan kata, pemakaian bahasa, serta cara penuturannya, baik dalam narasi maupun dialognya。数据yang digunakan adalah Lakon Irawan Rabi dalam bentukrekaman kaset pita yang kemudian ditransktrip ke dalam bentuk tulisan。哈西尔penelitian menunjukkan bahwa Rai Mesi telah berhasil menggubah Lakon Irawan Rabi sebagai Lakon wayang kulit Jawa menjadi Lakon carangan wayang kulit parwa Bali melalui pengolahan gaya bahasa, baik bahasa indah, kocak, kiasan, dan alternasi。Selain mengolah gaya bahasa, Rai Mesi dalam tuturannya juga menyisipkan bahasa luar Bali, baik itu bahasa Nusantara maupun bahasa asing。Retorika Rai Mesi sangat komunikatif。
{"title":"Retorika I Dewa Made Rai Mesi dalam Pertunjukan Wayang Kulit Purwa Lakon Irawan Rabi","authors":"I. P. Ardiyasa","doi":"10.24821/WAYANG.V2I2.3052","DOIUrl":"https://doi.org/10.24821/WAYANG.V2I2.3052","url":null,"abstract":"Rai Mesi is an interesting phenomenon in the world of puppetry in Bali because its presence offers a different color and is able to revive the wayang kulit purwa. It is also what makes it a legendary dalang for the people. Rai Mesi as a dalang who is good at bringing stories, always be the first choice for people who want to hold a puppet show. Each show is always packed with spectators. It is therefore not surprising that the style of Rai Mesi puppetry is still used as a reference by the young puppeteers until now. Given its capacity as the mastermind of the story, the focus of the discussion in this paper is the issue of rhetoric that focuses on the choice of words, the use of language, and the way of narration, both in narrative and in dialogue. The data used is Lakon Irawan Rabi in the form of ribbon tape recordings which are then transcribed into written form. The result of the research shows that Rai Mesi has succeeded in composing the Irawan Rabi play as a Javanese wayang kulit playwoman to play Balinese parrot leather puppets through the processing of language style, bothbeautiful language, hilarious, figurative, and alternation. In addition to processing the style of language, Rai Mesi in his speech also inserted the language outside Bali, be it the language of the archipelago and foreign languages. Rai Mesi’s rhetoric is very communicative.Rai Mesi merupakan fenomena yang menarik dalam dunia pedalangan di Bali karena kehadirannya menawarkan warna yang berbeda dan mampu menggairahkan kembali pertunjukan wayang kulit purwa. Hal ini pula yang membuatnya menjadi dalang legendaris bagi masyarakatnya. Rai Mesi sebagai dalang yang pandai membawakan cerita, selalu menjadi pilihan pertama bagi masyarakat yang ingin menyelenggarakan pertunjukan wayang. Setiap pertunjukkannya selalu dipadati penonton. Oleh karenaitu tidak mengherankan apabila gaya pedalangan Rai Mesi masih dijadikan acuan oleh dalang-dalang muda hingga sekarang. Mengingat kapasitasnya sebagai dalang cerita, maka fokus bahasan dalam tulisan ini adalah masalah retorika yang berfokus pada pemilihan kata, pemakaian bahasa, serta cara penuturannya, baik dalam narasi maupun dialognya. Data yang digunakan adalah Lakon Irawan Rabi dalam bentukrekaman kaset pita yang kemudian ditranskrip ke dalam bentuk tulisan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Rai Mesi telah berhasil menggubah Lakon Irawan Rabi sebagai lakon wayang kulit Jawa menjadi lakon carangan wayang kulit parwa Bali melalui pengolahan gaya bahasa, baik bahasa indah, kocak, kiasan, dan alternasi. Selain mengolah gaya bahasa, Rai Mesi dalam tuturannya juga menyisipkan bahasa luar Bali, baik itu bahasa Nusantara maupun bahasa asing. Retorika Rai Mesi sangat komunikatif.","PeriodicalId":133263,"journal":{"name":"Wayang Nusantara: Journal of Puppetry","volume":"366 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124591743","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-07-30DOI: 10.24821/WAYANG.V2I1.2996
Hirwan Kuardhani
Potehi is a hand-glove puppetry theatre art form, brought by the Chinese emigrant from Fujian in the sixteenth century. It used to be performed in their vessels (Jung-Jung) when they were docked. The Hokkian dialect was used at that time. As more Chinese immigrants settled down in Indonesia, they carried along the Potehi art in Java. Along the way, Potehi ceased to be performed in Hokkien dialect. Instead, it was Melayu Pasar or Melayu rendah (now Indonesian Language) being used, which was indeed the lingua franca among the Chinese community then. Nevertheless songs and poetry were still in Hokkian. Sehu called dalang Potehi. Was originally sehu as Hokkian true, a long the way sehu as Pranakan’s Tionghoa an than in this time sehu from etnic Java. The acculturation with the local society resulted in a very unique Potehi which was different from its original version. Potehi merupakan pertunjukan sarung tangan, yang dibawa para emigran China dari Fujian sekitar abad enam belas. Potehi biasanya dipertunjukkan di Jung-jung atau kapal-kapal mereka ketika sedang mendarat. Mereka menggunakan bahasa Hokkian dalam pertunjukannya. Ketika orang-orang Tionghoa menetap di Indonesia mereka membawa serta kesenian Potehi di Jawa. Pada perkembangannya pementasan Potehi tidak lagi menggunakan bahasa Hokkian melainkan menggunakan bahasa Melayu Pasar atau Melayu Rendah (sekarang bahasa Indonesia), bahasa yang sekaligus menjadi bahasa pengantar kaum Tionghoa saat itu. Walaupun untuk lagu dan syair masih memakai bahasa Hokkian. Sehu merupakan sebutan bagi dalang wayang Potehi. Awalnya sehu adalah orang Hokkian asli, pada perkembangannya adalah orang-orang Peranakan, dan saat ini sehu dari etnis Jawa. Proses akulturasi dengan penduduk setempat membuat pertunjukan Potehi menjadi unik dan berbeda dengan negeri asalnya.
Potehi是一种手套木偶戏剧艺术形式,由16世纪福建的中国移民带来。过去是在停靠的船只(Jung-Jung)上表演的。当时使用的是闽南话。随着越来越多的中国移民在印度尼西亚定居下来,他们将爪哇的Potehi艺术发扬光大。一路上,Potehi不再用闽南话表演。相反,使用的是马来语或马来语(现在的印尼语),这确实是当时华人社区的通用语。然而,歌曲和诗歌仍然是闽南语。Sehu叫大浪Potehi。原来sehu是闽南语的真言,很久以前sehu是Pranakan的中华语,而此时的sehu来自爪哇族。与当地社会的文化适应导致了一个非常独特的Potehi,不同于它的原始版本。Potehi merupakan pertunjukan sarung tangan, yang dibawa para移民中国,福建sekitar abad enam belas。Potehi biasanya dipertunjukkan di Jung-jung atau kapal-kapal mereka ketika semang mendarat。Mereka menggunakan bahasa Hokkian dalam pertunjukannya。Ketika orange - orangangtionghoa menetap di Indonesia mereka membawa serta kesenian Potehi di java。马来语(马来语)马来语(马来语)马来语(马来语)马来语(马来语)马来语(马来语)马来语(马来语)马来语(马来语)马来语(马来语)马来语(马来语)Walaupun untuk lagu dan syair masih memakai bahasa hokkenian。Sehu merupakan sebutan bagi dalang wayang Potehi。Awalnya sehu adalah orang闽南语,pada perkembangannya adalah orangang土生华人语,dan saat ini sehu dari etnis爪哇语。在此基础上,我们提出了一种新的方法,使我们的文化更有内涵,更有内涵。
{"title":"Sehu: Dalang Wayang Potehi (布袋戲) di Jawa","authors":"Hirwan Kuardhani","doi":"10.24821/WAYANG.V2I1.2996","DOIUrl":"https://doi.org/10.24821/WAYANG.V2I1.2996","url":null,"abstract":"Potehi is a hand-glove puppetry theatre art form, brought by the Chinese emigrant from Fujian in the sixteenth century. It used to be performed in their vessels (Jung-Jung) when they were docked. The Hokkian dialect was used at that time. As more Chinese immigrants settled down in Indonesia, they carried along the Potehi art in Java. Along the way, Potehi ceased to be performed in Hokkien dialect. Instead, it was Melayu Pasar or Melayu rendah (now Indonesian Language) being used, which was indeed the lingua franca among the Chinese community then. Nevertheless songs and poetry were still in Hokkian. Sehu called dalang Potehi. Was originally sehu as Hokkian true, a long the way sehu as Pranakan’s Tionghoa an than in this time sehu from etnic Java. The acculturation with the local society resulted in a very unique Potehi which was different from its original version. Potehi merupakan pertunjukan sarung tangan, yang dibawa para emigran China dari Fujian sekitar abad enam belas. Potehi biasanya dipertunjukkan di Jung-jung atau kapal-kapal mereka ketika sedang mendarat. Mereka menggunakan bahasa Hokkian dalam pertunjukannya. Ketika orang-orang Tionghoa menetap di Indonesia mereka membawa serta kesenian Potehi di Jawa. Pada perkembangannya pementasan Potehi tidak lagi menggunakan bahasa Hokkian melainkan menggunakan bahasa Melayu Pasar atau Melayu Rendah (sekarang bahasa Indonesia), bahasa yang sekaligus menjadi bahasa pengantar kaum Tionghoa saat itu. Walaupun untuk lagu dan syair masih memakai bahasa Hokkian. Sehu merupakan sebutan bagi dalang wayang Potehi. Awalnya sehu adalah orang Hokkian asli, pada perkembangannya adalah orang-orang Peranakan, dan saat ini sehu dari etnis Jawa. Proses akulturasi dengan penduduk setempat membuat pertunjukan Potehi menjadi unik dan berbeda dengan negeri asalnya.","PeriodicalId":133263,"journal":{"name":"Wayang Nusantara: Journal of Puppetry","volume":"25 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122362920","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2014-11-28DOI: 10.24821/corak.v3i2.2351
Gandar Setiawan
Wayang is a autentic culture from Indonesia. Wayang has many figure and character. It is main idea of this make the artwork. Inspiration of the artwork also from observation robot forms. Robot has the furious and futuristic form. Like the progression of technologi, form of robot also more experiencing form progression. Until now, form of robot still identic and can not losed from imajinative forms. This prossesing to make the artwork use created methode from Gustami, it is a three stages six steps creating craft artwork. First stage is eksploration consist of observation and finding refference steps. Second stage is desaigning consist of making the sketch and making the gambar teknik or modeling steps. Third stage is forming consist of create artwork and finished with value and evaluation steps. Result of visual form is a three dimension artwork with futuristic robot form. Visual form the artwork is a transformastion of futuristic wayang klithik with robot form. The puppet figures are Wrekudara and Gatotkaca Combination form is a method for impression and aesthete value of the artwork. Wayang merupakan budaya asli dari Indonesia. Wayang memiliki berbagai macam tokoh dan karakter. Wayang menjadi ide utama dalam penciptaan karya ini. Inspirasi karya juga muncul dari pengamatan bentuk-bentuk robot. Robot memiliki bentuk yang variatif dan futuristik. Sesuai dengan perkembangan teknologi, bentuk robot juga mengalami perkembangan yang lebih bermacam-macam. Sampai saat ini, bentuk robot masih identik dan tidak bisa lepas dari bentuk-bentuk imajinatif. Proses pembuatan karya seni ini menggunakan metode penciptaan dari Gustami, yaitu metode tiga tahap enam langkah dalam menciptakan karya seni kriya. Tahap pertama yaitu eksplorasi yang meliputi langkah pengamatan dan pencarian sumber pustaka. Tahap kedua merupakan tahap perancangan yang terdiri dari langkah pembuatan beberapa sketsa dan pembuatan gambar teknik ataupun model. Tahap yang ketiga yaitu tahap perwujudan yang terdiri langkah pengerjaan karya, dan diakhiri dengan penilaian juga evaluasi karya yang telah jadi. Bentuk visual yang dihasilkan yaitu karya seni tiga dimensi dengan bentuk futuristik menyerupai robot. Bentuk visual karya merupakan penggabungan antara bentuk wayang klithik dengan bentuk robot. Tokoh wayang yang dibuat yaitu Wrekudara dan Gatotkaca. Perpaduan bentuk dilakukan sebagai cara untuk memberikan kesan dan nilai estetik pada karya.
大阳是一种正宗的印尼文化。大阳有许多身材和性格。这是制作艺术品的主要思想。艺术品的灵感也来自于观察机器人的形态。机器人有着狂暴和未来主义的外形。随着科技的进步,机器人的形式也越来越体验形式的进步。到目前为止,机器人的形式仍然是相同的,不能脱离想象的形式。这个工艺是用古斯塔米的创作方法来制作艺术品的,它是一个三个阶段的六步创作工艺艺术品。第一阶段是勘探,包括观察和寻找参考两个步骤。第二阶段是设计,包括草图的绘制和模型的制作。第三阶段是形成,包括创作作品和完成与价值和评价的步骤。视觉形态的结果是一个具有未来机器人形态的三维艺术品。艺术作品的视觉形式是未来主义的wayang klithik与机器人形式的转变。木偶人物是Wrekudara和Gatotkaca的组合形式,是艺术作品的印象和美学价值的一种方法。Wayang merupakan budaya asli dari Indonesia。Wayang memoriliki berbagai macam tokoh dan karakter。Wayang menjadi ide utama dalam penciptaan karya ini。Inspirasi karya juga muncul dari pengamatan bentuk-bentuk机器人。机器人记忆的变化和未来主义。sesaidengan perkembangan科技,bentuk机器人juga mengalami perkembangan yang lebih berkembangan。Sampai saat ini, bentuk机器人masik识别,并将其识别为bisa - lepas - dari bentuk-bentuk。翻译为:pembuatan karya seni ini menggunakan metode penciptaan dari Gustami, yitu metode tiga tahap enam langkah dalam menciptakan karya seni kriya。Tahap pertama yitu eksplorasi yang meliputi langkah pengamatan dan pencarian sumber pustaka。Tahap kedua merupakan Tahap perancangan yang terdiri dari langkah pembuatan beberapa sketsa dan pembuatan gambar teknik ataupun模型。Tahap yang ketiga yitu Tahap perwujudan yang terdiri langkah pengerjaan karya, dan diakhiri dengan penilaian juga evaluasi karya yang telah jadi。Bentuk视觉杨迪哈斯坎雅图卡瑞亚seni tiga维登安Bentuk未来主义menyerupai机器人。Bentuk视觉karya merupakan penggabungan antara Bentuk wayang klithik dengan Bentuk机器人。Tokoh wayang yang dibuat yitu Wrekudara dan Gatotkaca。峇都尼亚州民都拉库坎市民都拉库坎市民都拉乌坎市民都拉乌坎市民都拉乌坎市民都拉乌坎市民都拉乌坎。
{"title":"Wayang Klithik Robot","authors":"Gandar Setiawan","doi":"10.24821/corak.v3i2.2351","DOIUrl":"https://doi.org/10.24821/corak.v3i2.2351","url":null,"abstract":"Wayang is a autentic culture from Indonesia. Wayang has many figure and character. It is main idea of this make the artwork. Inspiration of the artwork also from observation robot forms. Robot has the furious and futuristic form. Like the progression of technologi, form of robot also more experiencing form progression. Until now, form of robot still identic and can not losed from imajinative forms. This prossesing to make the artwork use created methode from Gustami, it is a three stages six steps creating craft artwork. First stage is eksploration consist of observation and finding refference steps. Second stage is desaigning consist of making the sketch and making the gambar teknik or modeling steps. Third stage is forming consist of create artwork and finished with value and evaluation steps. Result of visual form is a three dimension artwork with futuristic robot form. Visual form the artwork is a transformastion of futuristic wayang klithik with robot form. The puppet figures are Wrekudara and Gatotkaca Combination form is a method for impression and aesthete value of the artwork. Wayang merupakan budaya asli dari Indonesia. Wayang memiliki berbagai macam tokoh dan karakter. Wayang menjadi ide utama dalam penciptaan karya ini. Inspirasi karya juga muncul dari pengamatan bentuk-bentuk robot. Robot memiliki bentuk yang variatif dan futuristik. Sesuai dengan perkembangan teknologi, bentuk robot juga mengalami perkembangan yang lebih bermacam-macam. Sampai saat ini, bentuk robot masih identik dan tidak bisa lepas dari bentuk-bentuk imajinatif. Proses pembuatan karya seni ini menggunakan metode penciptaan dari Gustami, yaitu metode tiga tahap enam langkah dalam menciptakan karya seni kriya. Tahap pertama yaitu eksplorasi yang meliputi langkah pengamatan dan pencarian sumber pustaka. Tahap kedua merupakan tahap perancangan yang terdiri dari langkah pembuatan beberapa sketsa dan pembuatan gambar teknik ataupun model. Tahap yang ketiga yaitu tahap perwujudan yang terdiri langkah pengerjaan karya, dan diakhiri dengan penilaian juga evaluasi karya yang telah jadi. Bentuk visual yang dihasilkan yaitu karya seni tiga dimensi dengan bentuk futuristik menyerupai robot. Bentuk visual karya merupakan penggabungan antara bentuk wayang klithik dengan bentuk robot. Tokoh wayang yang dibuat yaitu Wrekudara dan Gatotkaca. Perpaduan bentuk dilakukan sebagai cara untuk memberikan kesan dan nilai estetik pada karya.","PeriodicalId":133263,"journal":{"name":"Wayang Nusantara: Journal of Puppetry","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2014-11-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128819619","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}