Pub Date : 2021-05-26DOI: 10.24821/WAYANG.V4I2.3804
S. A. Santoso, Tatik Harpawati
Abstract This paper discusses the puppet shapes, movements, musical accompaniment, and the story-telling of Aji Pamasa play by Ki Purbo Asmoro. This research uses descriptive qualitative method in which Murtiyoso concept of puppetry medium is further explored. The data collection method used was observation, note-taking, and sorting techniques. The method used in the data analysis phase was library research. This study has concluded that the Wayang Madya presentation of Aji Pamasa play by Ki Purbo Asmoro has been adapted to the shapes of the puppets and the musical accompaniment. Abstrak Tulisan ini membahas tentang bentuk wayang, gerak wayang, iringan karawitan, dan penceritaan lakon Aji Pamasa sanggit Ki Purbo Asmoro. Konsep medium pedalangan Murtiyoso digunakan sebagai landasan dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan teknik simak, teknik catat, dan teknik pilah. Metode yang digunakan dalam tahap analisis data adalah metode kepustakaan ( lybrary methods). Penelitian ini menemukan simpulan bahwa sajian pertunjukan wayang madya lakon Aji Pamasa sanggit Ki Purbo Asmoro telah mengalami penyesuaian dalam hal bentuk boneka wayang dan iringan pakeliran .
摘要 本文讨论了 Ki Purbo Asmoro 创作的《Aji Pamasa》一剧中的木偶造型、动作、音乐伴奏和故事讲述。本研究采用描述性定性方法,进一步探讨了穆蒂约索关于木偶戏媒介的概念。采用的数据收集方法是观察、记录和分类技术。数据分析阶段使用的方法是图书馆研究。本研究的结论是,Ki Purbo Asmoro 的《阿吉帕玛萨》的瓦扬玛迪亚表演已根据木偶的形状和音乐伴奏进行了调整。摘要 本文讨论了 Ki Purbo Asmoro 的《Aji Pamasa》剧中的木偶造型、木偶动作、音乐伴奏和故事讲述。穆蒂约索木偶戏媒介的概念是本研究的基础。本研究采用定性描述法。数据收集方法包括倾听技术、笔记技术和分类技术。数据分析阶段使用的方法是图书馆法。本研究的结论是,"Wayang madya lakon Aji Pamasa sanggit Ki Purbo Asmoro "的表演在木偶形式和伴奏方面进行了调整。
{"title":"Pertunjukan Wayang Kulit Madya Lakon Aji Pamasa Sanggit Ki Purbo Asmoro","authors":"S. A. Santoso, Tatik Harpawati","doi":"10.24821/WAYANG.V4I2.3804","DOIUrl":"https://doi.org/10.24821/WAYANG.V4I2.3804","url":null,"abstract":"Abstract This paper discusses the puppet shapes, movements, musical accompaniment, and the story-telling of Aji Pamasa play by Ki Purbo Asmoro. This research uses descriptive qualitative method in which Murtiyoso concept of puppetry medium is further explored. The data collection method used was observation, note-taking, and sorting techniques. The method used in the data analysis phase was library research. This study has concluded that the Wayang Madya presentation of Aji Pamasa play by Ki Purbo Asmoro has been adapted to the shapes of the puppets and the musical accompaniment. Abstrak Tulisan ini membahas tentang bentuk wayang, gerak wayang, iringan karawitan, dan penceritaan lakon Aji Pamasa sanggit Ki Purbo Asmoro. Konsep medium pedalangan Murtiyoso digunakan sebagai landasan dalam penelitian ini. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data dilakukan dengan teknik simak, teknik catat, dan teknik pilah. Metode yang digunakan dalam tahap analisis data adalah metode kepustakaan ( lybrary methods). Penelitian ini menemukan simpulan bahwa sajian pertunjukan wayang madya lakon Aji Pamasa sanggit Ki Purbo Asmoro telah mengalami penyesuaian dalam hal bentuk boneka wayang dan iringan pakeliran .","PeriodicalId":133263,"journal":{"name":"Wayang Nusantara: Journal of Puppetry","volume":"21 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-05-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127439295","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-05-26DOI: 10.24821/WAYANG.V4I2.5196
S. Suprihana, Udreka Udreka
AbstractThis paper discusses the nature of Lesmana in the written text and the play text of the purwa leather puppet show. This paper also discusses the text's intertextual relationship, especially regarding the concept of the Lesmana wadat. The data used are Serat Rama Jasadipoera, Novel Anak Bajang Gushing Winds Sindhunata, and the play Banjaran Rahwono Ki Timbul Hadi Prayitno. Intertextual concepts are used as a theoretical framework. Methods of data analysis using qualitative descriptive methods. The finding of this study is that the concept of the Lesmana wadat in the three texts does not experience any deviation or change.AbstrakTulisan ini membahas kewadatan Lesmana dalam teks tulis dan teks lakon pertunjukan wayang kulit purwa. Tulisan ini juga membahas hubungan intertekstual teks tersebut khususnya tentang konsep wadat Lesmana. Data yang digunakan ialah Serat Rama Jasadipoera, Novel Anak Bajang Menggiring Angin Sindhunata, dan lakon Banjaran Rahwono Ki Timbul Hadi Prayitno. Konsep intertekstual digunakan sebagai kerangka teori. Metode analisis data menggunakan metode deskriptif kualitatif. Temuan dari penelitian ini ialah konsep wadat Lesmana dalam ketiga teks tidak mengalami penyimpangan atau perubahan.
{"title":"Kewadatan Lesmana dalam Sastra Tulis dan Pertunjukan Wayang","authors":"S. Suprihana, Udreka Udreka","doi":"10.24821/WAYANG.V4I2.5196","DOIUrl":"https://doi.org/10.24821/WAYANG.V4I2.5196","url":null,"abstract":"AbstractThis paper discusses the nature of Lesmana in the written text and the play text of the purwa leather puppet show. This paper also discusses the text's intertextual relationship, especially regarding the concept of the Lesmana wadat. The data used are Serat Rama Jasadipoera, Novel Anak Bajang Gushing Winds Sindhunata, and the play Banjaran Rahwono Ki Timbul Hadi Prayitno. Intertextual concepts are used as a theoretical framework. Methods of data analysis using qualitative descriptive methods. The finding of this study is that the concept of the Lesmana wadat in the three texts does not experience any deviation or change.AbstrakTulisan ini membahas kewadatan Lesmana dalam teks tulis dan teks lakon pertunjukan wayang kulit purwa. Tulisan ini juga membahas hubungan intertekstual teks tersebut khususnya tentang konsep wadat Lesmana. Data yang digunakan ialah Serat Rama Jasadipoera, Novel Anak Bajang Menggiring Angin Sindhunata, dan lakon Banjaran Rahwono Ki Timbul Hadi Prayitno. Konsep intertekstual digunakan sebagai kerangka teori. Metode analisis data menggunakan metode deskriptif kualitatif. Temuan dari penelitian ini ialah konsep wadat Lesmana dalam ketiga teks tidak mengalami penyimpangan atau perubahan.","PeriodicalId":133263,"journal":{"name":"Wayang Nusantara: Journal of Puppetry","volume":"10 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-05-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123181795","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-05-26DOI: 10.24821/WAYANG.V4I2.4948
Muhammad Lutfhi
AbstractThis study aims to understand the meaning of Suluhan or the Death of Gatutkaca Play by Ki Hadi Sugito. This study employs qualitative descriptive method in which Paul Ricoeur's hermeneutic theory is used. Note-taking, listening, and identity techniques were used in data analysis. The results show that Adipati Karna’s decisions and actions to fight at night becomes the driving force of the events that occur in the next scenes. Adipati Karna's actions break the rules of war to disprove the accusation of being a spy and to prove his loyalty to the Kurawas. The death of Gathutkaca in Tegal Kurusetra is not solely due to the Adipati Karna’s or Kalabendana’s actions, but it has become Gathutkaca’s choice and destiny as it is written in the Jitabsara Book. AbstrakPenelitian ini bertujuan memahami makna Lakon Suluhan Ki Hadi Sugito. Penelitian ini menggunakan teori hermeneutika Paul Ricoeur. Metode deskriptif kualitatif digunakan dalam penelitian ini. Teknik catat, simak, dan padan orthografi digunakan dalam analisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keputusan dan tindakan adipati Karna berperang pada malam hari menjadi penggerak dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam adegan-adegan berikutnya. Tindakan Adipati Karna melanggar aturan perang dalam rangka untuk menegasi tuduhan mata-mata terhadap dirinya dan untuk membuktikan kesetiaannya pada Kurawa. Kematian Gathutkaca di Tegal Kurusetra bukan semata-mata karena perbuatan Adipati Karna atau Kalabendana, namun sudah menjadi pilihannya dan dalam kerangka takdir Tuhan Yang Maha Kuasa seperti tertulis dalam Kitab Jitabsara.
摘要本研究旨在了解Ki Hadi Sugito的《Suluhan》或《Gatutkaca之死》的意义。本研究采用定性描述的方法,运用了利科尔的解释学理论。在数据分析中使用了记笔记、倾听和识别技术。结果表明,Adipati Karna在夜间战斗的决定和行动成为接下来场景中发生的事件的驱动力。阿迪帕蒂·卡纳的行为违反了战争规则,以证明他是间谍的指控,并证明他对库拉瓦人的忠诚。在Tegal Kurusetra中,Gathutkaca的死亡不仅仅是由于Adipati Karna或Kalabendana的行为,但它已经成为Gathutkaca的选择和命运,因为它写在Jitabsara Book中。[摘要]苏吉托,苏吉托,苏吉托。Paul Ricoeur的翻译结果:方法描述的定性分析。Teknik catat, simak, dan padan正字法digunakan dalam分析数据。哈西尔penelitian menunjukkan bahwa keputusan dan tindakan adipati Karna berperang padmalam hari menjadi penggerak dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam adegan-adegan berikutya。我的名字叫“我爱你”,我爱你,我爱你,我爱你,我爱你。Kematian Gathutkaca di Tegal kurusutkaca bukan semata-mata karena perbuatan Adipati Karna atau Kalabendana, namun sudah menjadi pilihannya dan dalam kerangka takdir Tuhan Yang Maha kuasperti tertulis dalam Kitab Jitabsara。
{"title":"Kontrovesi Perang Malam Hari dan Ambivalensi Tokoh Karna dalam Lakon Suluhan","authors":"Muhammad Lutfhi","doi":"10.24821/WAYANG.V4I2.4948","DOIUrl":"https://doi.org/10.24821/WAYANG.V4I2.4948","url":null,"abstract":"AbstractThis study aims to understand the meaning of Suluhan or the Death of Gatutkaca Play by Ki Hadi Sugito. This study employs qualitative descriptive method in which Paul Ricoeur's hermeneutic theory is used. Note-taking, listening, and identity techniques were used in data analysis. The results show that Adipati Karna’s decisions and actions to fight at night becomes the driving force of the events that occur in the next scenes. Adipati Karna's actions break the rules of war to disprove the accusation of being a spy and to prove his loyalty to the Kurawas. The death of Gathutkaca in Tegal Kurusetra is not solely due to the Adipati Karna’s or Kalabendana’s actions, but it has become Gathutkaca’s choice and destiny as it is written in the Jitabsara Book. AbstrakPenelitian ini bertujuan memahami makna Lakon Suluhan Ki Hadi Sugito. Penelitian ini menggunakan teori hermeneutika Paul Ricoeur. Metode deskriptif kualitatif digunakan dalam penelitian ini. Teknik catat, simak, dan padan orthografi digunakan dalam analisis data. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keputusan dan tindakan adipati Karna berperang pada malam hari menjadi penggerak dari peristiwa-peristiwa yang terjadi dalam adegan-adegan berikutnya. Tindakan Adipati Karna melanggar aturan perang dalam rangka untuk menegasi tuduhan mata-mata terhadap dirinya dan untuk membuktikan kesetiaannya pada Kurawa. Kematian Gathutkaca di Tegal Kurusetra bukan semata-mata karena perbuatan Adipati Karna atau Kalabendana, namun sudah menjadi pilihannya dan dalam kerangka takdir Tuhan Yang Maha Kuasa seperti tertulis dalam Kitab Jitabsara.","PeriodicalId":133263,"journal":{"name":"Wayang Nusantara: Journal of Puppetry","volume":"15 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-05-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128290509","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-05-26DOI: 10.24821/WAYANG.V4I2.4952
Setyoko Setyoko, A. Wahyudi
AbstractKi Timbul Hadiprayitno’s sanggit (a way of storytelling in wayang perfomance based on particular dalang’s/puppet master’s interpretation) regarding the death of Prabu Dasamuka in his play of Banjaran Sinta is an interesting phenomenon. There are several characters and events that are not common in conventional puppetry traditions in general, especially in Ngayogyakarta puppetry tradition. Ki Timbul himself has said that some of the events and characters in the play originated from the comic by Kosasih. Thus, it can be said that there has been a transformation of the Kosasih text into the performance form by Ki Timbul Hadiprayitno. The question is: How does Ki Timbul Hadiprayitno respond to the Kosasih text through his new sanggit? The process of the transformation here can be traced by comparing the texts of Ki Timbul Hadiprayitno and Kosasih in order to examine their similarities and differences. The comparison of both texts is very important to show the origin of source text which becomes the basis for the creation of the new text in Ki Timbul Hadiprayitno’s sanggit. By this comparison, the causes of differences and changes of text and sanggit can be revealed. Furthermore, it can show that Kosasih’s text has influenced Ki Timbul Hadiprayitno’s play. There have been changes, both additions and subtractions. However, Ki Timbul Hadiprayitno still pays attention to and maintains the intertextuality of wayang plays intact. AbstrakSanggit Ki Timbul Hadiprayitno mengenai gugurnya Prabu Dasamuka dalam lakon Banjaran Sinta, merupakan fenomena yang menarik. Di sana dijumpai beberapa tokoh dan peristiwa yang tidak lazim dalam tradisi pedalangan konvensional pada umumnya, terlebih tradisi pedalangan Ngayogyakarta. Ki Timbul sendiri mengatakan bahwa beberapa peristiwa dan tokoh dalam lakon tersebut bersumber dari komik karya Kosasih. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa telah terjadi transformasi teks Kosasih ke dalam bentuk pertunjukan Ki Timbul Hadiprayitno. Yang menjadi pertanyaan adalah: Bagaimana cara Ki Timbul Hadiprayitno menanggapi teks Kosasih melalui sanggit barunya? Proses terjadinya transformasi di sini dilacak dengan cara mempersandingkan teks Ki Timbul Hadiprayitno dan Kosasih dalam rangka mencermati persamaan dan perbedaannya. Persandingan demikian sangat penting untuk menunjukkan sumber teks yang dijadikan dasar penciptaan teks baru dalam sanggit Ki Timbul Hadiprayitno. Dari sini kemudian dilacak tentang penyebab perbedaan dan perubahan yang terjadi. Melalui strategi di atas diperoleh pemahaman bahwa teks Kosasih menjadi bahan perubahan pada teks lakon yang telah dimiliki Ki Timbul Hadiprayitno sebelumnya. Namun dalam perpaduan tersebut telah terjadi perubahan, baik penambahan maupun pengurangan. Namun demikian Ki Timbul Hadiprayitno masih memperhatikan dan mempertahankan intertekstual lakon wayang secara utuh.
【摘要】ki Timbul Hadiprayitno在他的《Banjaran Sinta》中对普拉布·达萨穆卡之死的描写是一个有趣的现象,这是一种基于特定大朗/木偶大师解释的大朗表演的叙事方式。有几个角色和事件在传统的木偶戏传统中不常见,特别是在雅惹木偶戏传统中。基·廷布尔自己也说过,剧中的一些事件和人物来源于科萨西的漫画。因此,可以说Ki Timbul Hadiprayitno将Kosasih文本转化为表演形式。问题是:Ki Timbul Hadiprayitno如何通过他的新sanggit回应Kosasih文本?这里的转变过程可以通过比较Ki Timbul Hadiprayitno和Kosasih的文本来追踪,以检查它们的异同。两种文本的比较对于显示源文本的起源非常重要,这成为Ki Timbul Hadiprayitno sanggit中新文本创作的基础。通过这种比较,可以揭示出语篇差异和变化的原因。此外,它可以表明科萨西的文本影响了Ki Timbul Hadiprayitno的戏剧。有一些变化,包括加法和减法。然而,Ki Timbul Hadiprayitno仍然关注并保持了wayang戏剧的互文性。【摘要】sanggit Ki Timbul Hadiprayitno mengenai gugurnya Prabu Dasamuka dalam lakon Banjaran Sinta, merupakan现象yang menarik。日惹,日惹,日惹,日惹,日惹,日惹,日惹。Ki Timbul sendiri mengatakan bahwa beberapa peristiwa dan tokoh dalam lakon tersebut bersumber dari komik karya Kosasih。Dengan demikian dapat dikatakan bahwa telah terjadi transformasi teks Kosasih ke dalam bentuk pertunjukan Ki Timbul Hadiprayitno。杨:我想问的是,你是什么意思?Proses terjadinya transformasi di sini dilacak dengan和perbedaannya的成员在一起,Ki Timbul Hadiprayitno dan Kosasih dalam rangka mencermati persaman dan perbedaannya。我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是,我想说的是。Dari sini kemudian dilacak tentang penyebab perbedaan dan perubahan yang terjadi。我的意思是,我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思。Namun dalam perpaduan tersebut telah terjadi perubahan, baik penambahan maupun pengurangan。Namun demikian Ki Timbul Hadiprayitno masih成员hatitikan成员Hadiprayitno成员hatitikan相互之间的关系。
{"title":"Resepsi dan Tanggapan Ki Timbul Hadiprayitno atas Gugurnya Dasamuka dalam Lakon Banjaran Sinta","authors":"Setyoko Setyoko, A. Wahyudi","doi":"10.24821/WAYANG.V4I2.4952","DOIUrl":"https://doi.org/10.24821/WAYANG.V4I2.4952","url":null,"abstract":"AbstractKi Timbul Hadiprayitno’s sanggit (a way of storytelling in wayang perfomance based on particular dalang’s/puppet master’s interpretation) regarding the death of Prabu Dasamuka in his play of Banjaran Sinta is an interesting phenomenon. There are several characters and events that are not common in conventional puppetry traditions in general, especially in Ngayogyakarta puppetry tradition. Ki Timbul himself has said that some of the events and characters in the play originated from the comic by Kosasih. Thus, it can be said that there has been a transformation of the Kosasih text into the performance form by Ki Timbul Hadiprayitno. The question is: How does Ki Timbul Hadiprayitno respond to the Kosasih text through his new sanggit? The process of the transformation here can be traced by comparing the texts of Ki Timbul Hadiprayitno and Kosasih in order to examine their similarities and differences. The comparison of both texts is very important to show the origin of source text which becomes the basis for the creation of the new text in Ki Timbul Hadiprayitno’s sanggit. By this comparison, the causes of differences and changes of text and sanggit can be revealed. Furthermore, it can show that Kosasih’s text has influenced Ki Timbul Hadiprayitno’s play. There have been changes, both additions and subtractions. However, Ki Timbul Hadiprayitno still pays attention to and maintains the intertextuality of wayang plays intact. AbstrakSanggit Ki Timbul Hadiprayitno mengenai gugurnya Prabu Dasamuka dalam lakon Banjaran Sinta, merupakan fenomena yang menarik. Di sana dijumpai beberapa tokoh dan peristiwa yang tidak lazim dalam tradisi pedalangan konvensional pada umumnya, terlebih tradisi pedalangan Ngayogyakarta. Ki Timbul sendiri mengatakan bahwa beberapa peristiwa dan tokoh dalam lakon tersebut bersumber dari komik karya Kosasih. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa telah terjadi transformasi teks Kosasih ke dalam bentuk pertunjukan Ki Timbul Hadiprayitno. Yang menjadi pertanyaan adalah: Bagaimana cara Ki Timbul Hadiprayitno menanggapi teks Kosasih melalui sanggit barunya? Proses terjadinya transformasi di sini dilacak dengan cara mempersandingkan teks Ki Timbul Hadiprayitno dan Kosasih dalam rangka mencermati persamaan dan perbedaannya. Persandingan demikian sangat penting untuk menunjukkan sumber teks yang dijadikan dasar penciptaan teks baru dalam sanggit Ki Timbul Hadiprayitno. Dari sini kemudian dilacak tentang penyebab perbedaan dan perubahan yang terjadi. Melalui strategi di atas diperoleh pemahaman bahwa teks Kosasih menjadi bahan perubahan pada teks lakon yang telah dimiliki Ki Timbul Hadiprayitno sebelumnya. Namun dalam perpaduan tersebut telah terjadi perubahan, baik penambahan maupun pengurangan. Namun demikian Ki Timbul Hadiprayitno masih memperhatikan dan mempertahankan intertekstual lakon wayang secara utuh.","PeriodicalId":133263,"journal":{"name":"Wayang Nusantara: Journal of Puppetry","volume":"80 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-05-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125904578","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-05-26DOI: 10.24821/WAYANG.V4I2.5172
Aris Wahyudi
AbstrackRelationship of Bima and Drona in Dewa Ruci story is unique. Eventhough Drona puts Bima into danger, Bima chooses Drona as a teacher. It is because Bima has not obtained a very good spiritual knowledge about life yet since a hero is supposed to have high spiritual qualities and good prayers. The wayang tradition describes Bima as a cruel hero who is not religious, and Drona does not have good brahman qualifications, either. This leads to an assumption that their relationship must be important and meaningful. The question is what does the relationship between Bima-Drona mean, namely Bima as the learner who becomes the recipient of spiritual knowledge of welfare and Drona as his teacher? With structural mythological analysis, it can be concluded that the relationshp between Bima-Drona is an identification of Vãyu-Vãta as the transformation of prana in the Syiwapuja rituals. AbstrakBima dan Drona dalam cerita Dewa Ruci adalah hubungan yang unik. Meski Drona menjerumuskan Bima, namun Bima memilih Drona sebagai guru. Apalagi hal yang berhubungan dengan pengetahuan spiritual yang sangat baik tentang kehidupan, di mana dapat ditemukan oleh pahlawan yang memiliki kualitas spiritual yang tinggi, doa yang baik, tetapi Bima belum. Tradisi wayang memaparkan bahwa Bima adalah pahlawan yang kejam, tidak berkarakter religius dan Drona belum memiliki kualifikasi brahmana yang baik. Fenomena itu memunculkan asumsi bahwa hubungan tersebut pasti bermakna. Pertanyaannya adalah apa arti Bima-Drona, yaitu Bima sebagai penerima pengetahuan spiritual tentang kesejahteraan dan Drona sebagai gurunya? Dengan analisis mitologi struktural dapat disimpulkan bahwa Bima-Drona adalah identifikasi Vãyu-Vãta sebagai transformasi prãna dalam upacara ritual Syiwapuja.
在杜瓦鲁奇故事中,毕玛和德罗娜的关系是独特的。尽管Drona把Bima置于危险之中,Bima还是选择了Drona作为自己的老师。这是因为Bima还没有获得很好的精神生活知识,因为英雄应该有很高的精神品质和良好的祈祷。wayang传统将Bima描述为一个没有宗教信仰的残酷英雄,而Drona也没有良好的婆罗门资格。这导致了一种假设,即他们的关系一定是重要而有意义的。问题是,Bima和Drona之间的关系是什么意思,即Bima作为学习者,成为福利精神知识的接受者,而Drona作为他的老师?通过结构神话分析,可以得出结论,Bima-Drona之间的关系是对v yu- v ta作为西瓦普加仪式中prana转化的一种认同。[摘要][摘要]毕玛丹·卓娜·达兰·格里塔·德瓦·鲁奇·阿达兰·胡邦甘·杨]。Meski Drona menjerumuskan Bima, namun Bima memilih Drona sebagai大师。Apalagi hal yang berhubungan dengan pengetahuan精神yang sangat baik tentang kehidupan, di mana dapat ditemukan oleh pahlawan yang memiliki kualitas精神yang tinggi, doa yang baik, tetapi Bima belum。梵天,梵天,梵天,梵天,梵天,梵天。“人的本能现象”可以被认为是一种“人的本能现象”。Pertanyaannya adalah apa arti bama -Drona, yititbima sebagai penerima pengetahuan精神帐篷kesejahteraan dan Drona sebagai gurunya?Dengan分析:mitologi structure dapat dispulpulkan bahwa bama - drona adalah identifikasi v yu- v ta sebagai transformasi pre na dalam upacara ritual Syiwapuja。
{"title":"Bima-Drona dalam Lakon Dewa Ruci sebagai Vayu-Vata, Transformasi Prana dalam Pertunjukan Wayang","authors":"Aris Wahyudi","doi":"10.24821/WAYANG.V4I2.5172","DOIUrl":"https://doi.org/10.24821/WAYANG.V4I2.5172","url":null,"abstract":"AbstrackRelationship of Bima and Drona in Dewa Ruci story is unique. Eventhough Drona puts Bima into danger, Bima chooses Drona as a teacher. It is because Bima has not obtained a very good spiritual knowledge about life yet since a hero is supposed to have high spiritual qualities and good prayers. The wayang tradition describes Bima as a cruel hero who is not religious, and Drona does not have good brahman qualifications, either. This leads to an assumption that their relationship must be important and meaningful. The question is what does the relationship between Bima-Drona mean, namely Bima as the learner who becomes the recipient of spiritual knowledge of welfare and Drona as his teacher? With structural mythological analysis, it can be concluded that the relationshp between Bima-Drona is an identification of Vãyu-Vãta as the transformation of prana in the Syiwapuja rituals. AbstrakBima dan Drona dalam cerita Dewa Ruci adalah hubungan yang unik. Meski Drona menjerumuskan Bima, namun Bima memilih Drona sebagai guru. Apalagi hal yang berhubungan dengan pengetahuan spiritual yang sangat baik tentang kehidupan, di mana dapat ditemukan oleh pahlawan yang memiliki kualitas spiritual yang tinggi, doa yang baik, tetapi Bima belum. Tradisi wayang memaparkan bahwa Bima adalah pahlawan yang kejam, tidak berkarakter religius dan Drona belum memiliki kualifikasi brahmana yang baik. Fenomena itu memunculkan asumsi bahwa hubungan tersebut pasti bermakna. Pertanyaannya adalah apa arti Bima-Drona, yaitu Bima sebagai penerima pengetahuan spiritual tentang kesejahteraan dan Drona sebagai gurunya? Dengan analisis mitologi struktural dapat disimpulkan bahwa Bima-Drona adalah identifikasi Vãyu-Vãta sebagai transformasi prãna dalam upacara ritual Syiwapuja.","PeriodicalId":133263,"journal":{"name":"Wayang Nusantara: Journal of Puppetry","volume":"68 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-05-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130344663","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-03-31DOI: 10.24821/WAYANG.V4I1.4749
Endah Budiarti
AbstractThe Play of Mintaraga to Sang Indrakila Resi: Study of a Change from One Type of Art to Another. This study aimed to trace the art transformation of the Mintaraga play to Sang Indrakila Resi. In other words, tracing the art transformation from play to written play. Sapardi Djoko Damono’s theory of art transformation is used as a framework for thinking in this study. Sapardi Djoko Damono’s theory states that art transformation is the change and transfer of “something” from one type of art to another. This study used descriptive qualitative method. The data collection and processing methods used in this study were note-taking, listening, sorting, and orthographic matching techniques. The method used in the data analysis stage was the literary method (library methods). The result of this study was a formula for transfer of art from play to written play. AbstrakTulisan ini bertujuan melacak alih wahana lakon Mintaraga ke Sang Indrakila Resi. Dengan kata lain melacak alih wahana dari lakon pertunjukan ke lakon tulis. Teori alih wahana Sapardi Djoko Damono dipakai sebagai kerangka berpikir dalam penelitian ini. Teori Sapardi Djoko Damono mengatakan bahwa alih wahana adalah pengubahan dan pemindahan “sesuatu” dari satu jenis wahana ke jenis wahana lain. Temuan yang dihasilkan ialah formula alih wahana dari lakon pertunjukan ke lakon tulis.
【摘要】明塔拉加对桑因陀罗克拉·雷西的戏剧:从一种艺术类型到另一种艺术类型的变化研究。本研究旨在追踪明塔拉加戏剧到桑因陀拉基拉雷西的艺术转变。换句话说,追溯艺术从戏剧到书面戏剧的转变。本研究以萨帕迪·德约科·达莫诺的艺术转化理论为思维框架。萨帕迪·德约科·达莫诺的理论认为,艺术转化是“某物”从一种艺术类型向另一种艺术类型的变化和转移。本研究采用描述性定性方法。本研究使用的资料收集和处理方法为记笔记、听写、分类和正字法匹配。在数据分析阶段使用的方法是文献法(图书馆法)。这项研究的结果是一个将艺术从戏剧转移到书面戏剧的公式。【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】Dengan kata lain melacak alih wahana dari lakon pertunjukan ke lakon tulis。这是我的梦想,我的梦想,我的梦想,我的梦想。Teori Sapardi Djoko Damono mengatakan bawa alih wahana adalah pengubahan dan pemindahan " sesuatu " dari satu jenis wahana ke jenis wahana lain。Temuan yang dihasilkan ialah formula alih wahana dari lakon pertunjukan ke lakon tulis。
{"title":"Lakon Mintaraga ke Sang Indrakila Resi Kajian Alih Wahana (The Play of Mintaraga to Sang Indrakila Resi: Study of a Change from One Type of Art to Another)","authors":"Endah Budiarti","doi":"10.24821/WAYANG.V4I1.4749","DOIUrl":"https://doi.org/10.24821/WAYANG.V4I1.4749","url":null,"abstract":"AbstractThe Play of Mintaraga to Sang Indrakila Resi: Study of a Change from One Type of Art to Another. This study aimed to trace the art transformation of the Mintaraga play to Sang Indrakila Resi. In other words, tracing the art transformation from play to written play. Sapardi Djoko Damono’s theory of art transformation is used as a framework for thinking in this study. Sapardi Djoko Damono’s theory states that art transformation is the change and transfer of “something” from one type of art to another. This study used descriptive qualitative method. The data collection and processing methods used in this study were note-taking, listening, sorting, and orthographic matching techniques. The method used in the data analysis stage was the literary method (library methods). The result of this study was a formula for transfer of art from play to written play. AbstrakTulisan ini bertujuan melacak alih wahana lakon Mintaraga ke Sang Indrakila Resi. Dengan kata lain melacak alih wahana dari lakon pertunjukan ke lakon tulis. Teori alih wahana Sapardi Djoko Damono dipakai sebagai kerangka berpikir dalam penelitian ini. Teori Sapardi Djoko Damono mengatakan bahwa alih wahana adalah pengubahan dan pemindahan “sesuatu” dari satu jenis wahana ke jenis wahana lain. Temuan yang dihasilkan ialah formula alih wahana dari lakon pertunjukan ke lakon tulis.","PeriodicalId":133263,"journal":{"name":"Wayang Nusantara: Journal of Puppetry","volume":"12 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126735443","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-03-31DOI: 10.24821/WAYANG.V4I1.3157
Gilang Purnama, Mohammad Isa Pramana Koesoemadinata
AbstractThe Book Design of “Jejak Kaki Semar”.This paper aimed to discuss the design of a book (book design) as a medium for introducing puppet to the younger generation. This book is entitled Jejak Kaki Semar. This book tells about Semar and its philosophical meaning. It was designed as a medium of information, education, and entertainment. In order to attract the younger generation, this book is given an attractive illustration and sold at a low price.AbstrakTulisan ini membahas tentang perancangan sebuah buku sebagai media memperkenalkan wayang kepada generasi muda. Jadi tulisan ini membahas tentang desain buku dan makna filosofi tokoh Semar. Buku ini diberi judul Jejak Kaki Semar. Buku tentang tokoh Semar dan makna filosofinya ini dirancang sebagai satu media informasi, edukasi dan hiburan. Untuk menarik minat generasi muda, buku ini diberi ilustrasi yang menarik dan dijual dengan harga murah.
摘要《Jejak Kaki Semar》的书籍设计。本文旨在讨论作为向年轻一代介绍木偶的媒介的书籍设计(书籍设计)。这本书名为《Jejak Kaki Semar》。这本书讲述了 Semar 及其哲学含义。它被设计成一种信息、教育和娱乐媒介。为了吸引年轻一代,这本书采用了吸引人的插图,并以低价出售。 摘要本文讨论了如何设计一本书作为向年轻一代介绍瓦扬语的媒介。因此,本文讨论了这本书的设计和人物 Semar 的哲学含义。本书名为《Jejak Kaki Semar》。这本关于 "Semar "及其哲学含义的书是作为一种信息、教育和娱乐媒介而设计的。为了吸引年轻一代的兴趣,这本书配有吸引人的插图,并以低价出售。
{"title":"Perancangan Buku “Jejak Kaki Semar” (The Book Design of “Jejak Kaki Semar”)","authors":"Gilang Purnama, Mohammad Isa Pramana Koesoemadinata","doi":"10.24821/WAYANG.V4I1.3157","DOIUrl":"https://doi.org/10.24821/WAYANG.V4I1.3157","url":null,"abstract":"AbstractThe Book Design of “Jejak Kaki Semar”.This paper aimed to discuss the design of a book (book design) as a medium for introducing puppet to the younger generation. This book is entitled Jejak Kaki Semar. This book tells about Semar and its philosophical meaning. It was designed as a medium of information, education, and entertainment. In order to attract the younger generation, this book is given an attractive illustration and sold at a low price.AbstrakTulisan ini membahas tentang perancangan sebuah buku sebagai media memperkenalkan wayang kepada generasi muda. Jadi tulisan ini membahas tentang desain buku dan makna filosofi tokoh Semar. Buku ini diberi judul Jejak Kaki Semar. Buku tentang tokoh Semar dan makna filosofinya ini dirancang sebagai satu media informasi, edukasi dan hiburan. Untuk menarik minat generasi muda, buku ini diberi ilustrasi yang menarik dan dijual dengan harga murah.","PeriodicalId":133263,"journal":{"name":"Wayang Nusantara: Journal of Puppetry","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"134390660","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-03-31DOI: 10.24821/WAYANG.V4I1.3836
Aneng Kiswantoro
AbstractThe Design of Shadow Puppet Movie Theater of Jabang Tetuka Play. This paper aimed to discuss the design of Puppet Cinema with the Jabang Tetuka play. It was assumed that by utilizing digital and audio-visual technology, puppet shows are able to compete with other performances. Puppet Cinema Pakeliran with the Jabang Tetuka play was designed based on the concept of presenting a cinema film. This concept prioritizes two things, namely audio and visual. Jabang Tetuka play was taken from the Javanese shadow puppet story. Alma M. Hawkins design method used as the design method of this work. The Hawkins method includes three stages in the design, namely exploration, experimentation, and formation. The result obtained is a puppet show (pakeliran) of puppet cinema with the Jabang Tetuka play. AbstrakTulisan ini membahas perancangan Bioskop Wayang dengan lakon Jabang Tetuka. Diasumsikan dengan memanfaatkan teknologi digital dan audio-visual, pertunjukan wayang mampu bersaing dengan pertunjukan yang lain. Pakeliran Bioskop Wayang dengan lakon Jabang Tetuka dirancang berdasarkan konsep penyajian film bioskop. Konsep ini mengutamakan dua hal yaitu audio dan visual. Lakon Jabang Tetuka diambil dari cerita wayang kulit purwa. Metode perancangan Alma M. Hawkins dipakai sebagai metode perancangan karya ini. Dalam metode Hawkins tercakup tiga tahapan dalam perancangan ialah eksplorasi, eksperimentasi, dan pembentukan. Hasil yang didapat ialah pertunjukan wayang (pakeliran) bioskop wayang dengan lakon Jabang Tetuka.
【摘要】贾邦·特图卡剧团皮影戏剧场设计。本文旨在以《贾邦·特图卡》为例,探讨木偶影院的设计。人们认为,通过利用数字和视听技术,木偶剧能够与其他表演竞争。木偶电影院Pakeliran与Jabang Tetuka的戏剧是基于呈现电影电影的概念而设计的。这个概念优先考虑两件事,即音频和视觉。Jabang Tetuka戏取材于爪哇皮影故事。采用Alma M. Hawkins的设计方法作为本作品的设计方法。霍金斯方法在设计中包括三个阶段,即勘探、实验和形成。获得的结果是木偶剧(pakeliran)的木偶电影院与Jabang Tetuka发挥。【摘要】新疆新疆地区的生物多样性研究进展情况。dancial.com dancial.com dancial.com dancial.com dancial.com dancial.com dancial.com dancial.com dancial.com。Pakeliran Bioskop Wayang dengan lakon Jabang Tetuka dirancang berdasarkan konsep penyajian电影Bioskop。康赛尼·蒙塔玛坎·杜哈尔·雅图·视听。Lakon Jabang Tetuka diambil dari cerita wayang kulit purwa。我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思。Dalam方法Hawkins tercup tiga tahapan Dalam perancangan ialah eksplorasi, eksperimentasi, dan pembentukan。Hasil yang didapat ialah pertunjukan wayang (pakeliran) bioskop wayang dengan lakon Jabang Tetuka。
{"title":"Perancangan Bioskop Wayang Lakon Jabang Tetuka (The Design of Shadow Puppet Movie Theater of Jabang Tetuka Play)","authors":"Aneng Kiswantoro","doi":"10.24821/WAYANG.V4I1.3836","DOIUrl":"https://doi.org/10.24821/WAYANG.V4I1.3836","url":null,"abstract":"AbstractThe Design of Shadow Puppet Movie Theater of Jabang Tetuka Play. This paper aimed to discuss the design of Puppet Cinema with the Jabang Tetuka play. It was assumed that by utilizing digital and audio-visual technology, puppet shows are able to compete with other performances. Puppet Cinema Pakeliran with the Jabang Tetuka play was designed based on the concept of presenting a cinema film. This concept prioritizes two things, namely audio and visual. Jabang Tetuka play was taken from the Javanese shadow puppet story. Alma M. Hawkins design method used as the design method of this work. The Hawkins method includes three stages in the design, namely exploration, experimentation, and formation. The result obtained is a puppet show (pakeliran) of puppet cinema with the Jabang Tetuka play. AbstrakTulisan ini membahas perancangan Bioskop Wayang dengan lakon Jabang Tetuka. Diasumsikan dengan memanfaatkan teknologi digital dan audio-visual, pertunjukan wayang mampu bersaing dengan pertunjukan yang lain. Pakeliran Bioskop Wayang dengan lakon Jabang Tetuka dirancang berdasarkan konsep penyajian film bioskop. Konsep ini mengutamakan dua hal yaitu audio dan visual. Lakon Jabang Tetuka diambil dari cerita wayang kulit purwa. Metode perancangan Alma M. Hawkins dipakai sebagai metode perancangan karya ini. Dalam metode Hawkins tercakup tiga tahapan dalam perancangan ialah eksplorasi, eksperimentasi, dan pembentukan. Hasil yang didapat ialah pertunjukan wayang (pakeliran) bioskop wayang dengan lakon Jabang Tetuka.","PeriodicalId":133263,"journal":{"name":"Wayang Nusantara: Journal of Puppetry","volume":"51 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114074288","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-03-31DOI: 10.24821/WAYANG.V4I1.3905
Anisyah Padmanila Sari
AbstrackThis paper aims to describe the vocal processing of six female puppeteers who are the object of research. This description is intended to give an idea of how they practice and what methods are used in vocal processing by each puppeteer. Based on the results of interviews, observations, and directly following their activities as a female puppeteer, it was concluded that the votes obtained now are the result of regular, continuous training over a long period of time. The process of vocal processing by ninthing gendèr and spiritual behavior is passed by all female puppeteers. There are two interesting things to note are (1) a female puppeteer who wants her voice to approach a male voice trains her voice in order to reach the notes in the lower octaves and become gérong; (2) a female puppeteer who remain with their female voices put more emphasis on ninthing gendèr and breathing exercises. AbstrakTulisan ini bertujuan mendeskripsikan proses olah suara enam dalang perempuan yang menjadi obyek penelitian. Deskripsi ini dimaksudkan untuk memberi gambaran tentang bagaimana mereka berlatih dan metode apa yang digunakan dalam berolah suara oleh masing-masing dalang. Berdasarkan hasil wawancara, pengamatan, dan mengikuti secara langsung kegiatan mereka sebagai dalang perempuan, diperoleh kesimpulan bahwa suara yang didapat sekarang merupakan hasil latihan secara rutin, terus-menerus dalam waktu yang cukup panjang. Proses olah suara dengan ninthing gendèr dan laku spiritual dilalui oleh semua dalang perempuan. Ada dua hal yang menarik untuk diperhatikan ialah (1) dalang perempuan yang ingin suaranya mendekati suara laki-laki melatih suaranya agar dapat mencapai nada-nada pada oktaf rendah dan menjadi gérong; (2) dalang perempuan yang tetap dengan suara perempuannya lebih menekankan pada latihan ninthing gendèr dan latihan pernafasan.
摘要本文旨在描述六名女性木偶戏演员的声音加工过程。这个描述的目的是给一个想法,他们如何练习和什么方法是使用的声音处理每个木偶操纵。根据采访、观察的结果,并直接跟随她们作为女性木偶演员的活动,得出的结论是,现在获得的选票是长期定期、持续训练的结果。所有的女性木偶戏演员都要经历由虚无性别和精神行为所产生的声音加工过程。有两件有趣的事情值得注意:(1)一个女木偶师想要她的声音接近一个男人的声音,她训练她的声音,以达到低八度的音符,并成为格萨梅;(2)一名仍以女声表演木偶戏的女演员更强调性别和呼吸练习。【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】【摘要】Deskripsi ini dimaksudkan untuk memberi gambaran tentang bagaimana mereka berlatih danmetode pa yang digunakan dalam berolah suara oleh masing dalang。我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿。他说:“我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。”(1) dalang perempuan yang ingin suaranya mendekati suara -laki melatih suaranya agar dapat mendecapai nadada - nadada paada oktaf rendah dan menjadi g录影带录影带;(2) dalang perempuan Yang tetap dengan suara perempuannya lebih menekankan pada latian ninthing gend danlatian pernafasan。
{"title":"Proses Olah Vokal Dalang Perempuan (The Process Of Female Puppeteers’ Vocalism)","authors":"Anisyah Padmanila Sari","doi":"10.24821/WAYANG.V4I1.3905","DOIUrl":"https://doi.org/10.24821/WAYANG.V4I1.3905","url":null,"abstract":"AbstrackThis paper aims to describe the vocal processing of six female puppeteers who are the object of research. This description is intended to give an idea of how they practice and what methods are used in vocal processing by each puppeteer. Based on the results of interviews, observations, and directly following their activities as a female puppeteer, it was concluded that the votes obtained now are the result of regular, continuous training over a long period of time. The process of vocal processing by ninthing gendèr and spiritual behavior is passed by all female puppeteers. There are two interesting things to note are (1) a female puppeteer who wants her voice to approach a male voice trains her voice in order to reach the notes in the lower octaves and become gérong; (2) a female puppeteer who remain with their female voices put more emphasis on ninthing gendèr and breathing exercises. AbstrakTulisan ini bertujuan mendeskripsikan proses olah suara enam dalang perempuan yang menjadi obyek penelitian. Deskripsi ini dimaksudkan untuk memberi gambaran tentang bagaimana mereka berlatih dan metode apa yang digunakan dalam berolah suara oleh masing-masing dalang. Berdasarkan hasil wawancara, pengamatan, dan mengikuti secara langsung kegiatan mereka sebagai dalang perempuan, diperoleh kesimpulan bahwa suara yang didapat sekarang merupakan hasil latihan secara rutin, terus-menerus dalam waktu yang cukup panjang. Proses olah suara dengan ninthing gendèr dan laku spiritual dilalui oleh semua dalang perempuan. Ada dua hal yang menarik untuk diperhatikan ialah (1) dalang perempuan yang ingin suaranya mendekati suara laki-laki melatih suaranya agar dapat mencapai nada-nada pada oktaf rendah dan menjadi gérong; (2) dalang perempuan yang tetap dengan suara perempuannya lebih menekankan pada latihan ninthing gendèr dan latihan pernafasan.","PeriodicalId":133263,"journal":{"name":"Wayang Nusantara: Journal of Puppetry","volume":"182 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114139493","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-03-31DOI: 10.24821/WAYANG.V4I1.3664
Retno Dwi Intarti
AbstractThis paper aimed to examine kartisampéka Trigantalpati in the Gandamana Tundhung play performed by Ki Hadi Sugito. Kartisampéka is an act of deluding others subtly and not automatically visible to other people (sinamun sinamudana). Kartisampéka has a negative connotation because the actions carried out are aimed at harming others. The data analysis was carried out by using descriptive analytical method. This study succeeded in finding kartisampéka as a sub-theme of the Gandamana Tundhung play performed by Ki Hadi Sugito. The kartisampéka concept which attached to the Trigantalpati character was used to build the plot for the Gandamana Tundhung play performed by Ki Hadi Sugito. AbstrakTulisan ini bertujuan mengkaji kartisampéka Trigantalpati dalam lakon Gandamana Tundhung Ki Hadi Sugito. Kartisampéka ialah perbuatan memperdaya orang lain secara halus dan tidak serta merta dapat dilihat oleh orang lain (sinamun sinamudana). Kartisampéka mengandung konotasi negatif, karena perbuatan yang dilakukan bertujuan mencelakakan orang lain. Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif analitis. Kajian ini berhasil menemukan kartisampéka sebagai sub-tema dari lakon Gandamana Tundhung Ki Hadi Sugito. Konsep kartisampéka yang dilekatkan pada tokoh Trigantalpati digunakan untuk membangun plot lakon Gandamana Tundhung Ki Hadi Sugito.
{"title":"“Kartisampéka” Trigantalpati dalam Lakon Wayang Gandamana Tundhung Ki Hadi Sugito (“Kartisampéka” Trigantalpati in Gandamana Tundhung Shadow Puppet Play Performance by Ki Hadi Sugito)","authors":"Retno Dwi Intarti","doi":"10.24821/WAYANG.V4I1.3664","DOIUrl":"https://doi.org/10.24821/WAYANG.V4I1.3664","url":null,"abstract":"AbstractThis paper aimed to examine kartisampéka Trigantalpati in the Gandamana Tundhung play performed by Ki Hadi Sugito. Kartisampéka is an act of deluding others subtly and not automatically visible to other people (sinamun sinamudana). Kartisampéka has a negative connotation because the actions carried out are aimed at harming others. The data analysis was carried out by using descriptive analytical method. This study succeeded in finding kartisampéka as a sub-theme of the Gandamana Tundhung play performed by Ki Hadi Sugito. The kartisampéka concept which attached to the Trigantalpati character was used to build the plot for the Gandamana Tundhung play performed by Ki Hadi Sugito. AbstrakTulisan ini bertujuan mengkaji kartisampéka Trigantalpati dalam lakon Gandamana Tundhung Ki Hadi Sugito. Kartisampéka ialah perbuatan memperdaya orang lain secara halus dan tidak serta merta dapat dilihat oleh orang lain (sinamun sinamudana). Kartisampéka mengandung konotasi negatif, karena perbuatan yang dilakukan bertujuan mencelakakan orang lain. Analisis data dilakukan dengan metode deskriptif analitis. Kajian ini berhasil menemukan kartisampéka sebagai sub-tema dari lakon Gandamana Tundhung Ki Hadi Sugito. Konsep kartisampéka yang dilekatkan pada tokoh Trigantalpati digunakan untuk membangun plot lakon Gandamana Tundhung Ki Hadi Sugito.","PeriodicalId":133263,"journal":{"name":"Wayang Nusantara: Journal of Puppetry","volume":"21 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-03-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124635133","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}