Pub Date : 2021-06-30DOI: 10.20527/sjmekinematika.v6i1.187
A. Syarief, A'yan Sabitah, Luqman Hakim, Fadliyanur Fadliyanur, D. Suryanta, P DefrihansGalang, Hansen Rivaldo Napitulu, A. Ramadhasari, I. N. Ardiyat
Bahan bakar briket sudah banyak diteliti dan dikembangkan sebagai pengganti bahan bakar padat seperti kayu. Salah satunya briket terbuat dari biomassa yang sudah tidak terpakai seperti serbuk gergaji, sekam padi bahkan limbah sisa industri. Pada penelitian ini peneliti tertarik untuk mengetahui karakteristik pembakaran briket yang terbuat dari sekam padi dicampur limbah arang kayu alaban yang meliputi penyalaan awal, laju pembakaran dan temperatur pembakaran. Adapun sampel briket yang digunakan dengan memvariasikan berupa bentuk segi empat dan enam, mesh 20 dan mesh 40 dan tekanan cetak briket sebesar 50 kg/cm2 dan 100 kg/cm2. Hasil menunjukkan temperatur tertinggi dimiliki briket segi empat dengan mesh 40 dan kekuatan tekan 50 kg/cm2 sebesar 4120C dan yang terendah dimiliki briket segi empat dengan mesh 20 dengan kekuatan tekan 100 kg/cm2 sebesar 333,330C. Semakin rendah tekanan pencetakan penyalaan awal semakin cepat dan laju pembakaran lebih lama karena ada rongga udara dan tingginya tekanan pencetakan mempengaruhi lamanya proses pembakaran.
{"title":"EFFECT OF VARIATION FORM (QUADRILATERAL AND HEXAGON), PARTICLE SIZE AND PRESSURE ON THE CHARACTERISTICS OF BURNING CHARCOAL WOOD WASTE BRIQUETTES ALABAN AND RICE HUSK","authors":"A. Syarief, A'yan Sabitah, Luqman Hakim, Fadliyanur Fadliyanur, D. Suryanta, P DefrihansGalang, Hansen Rivaldo Napitulu, A. Ramadhasari, I. N. Ardiyat","doi":"10.20527/sjmekinematika.v6i1.187","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/sjmekinematika.v6i1.187","url":null,"abstract":"Bahan bakar briket sudah banyak diteliti dan dikembangkan sebagai pengganti bahan bakar padat seperti kayu. Salah satunya briket terbuat dari biomassa yang sudah tidak terpakai seperti serbuk gergaji, sekam padi bahkan limbah sisa industri. Pada penelitian ini peneliti tertarik untuk mengetahui karakteristik pembakaran briket yang terbuat dari sekam padi dicampur limbah arang kayu alaban yang meliputi penyalaan awal, laju pembakaran dan temperatur pembakaran. Adapun sampel briket yang digunakan dengan memvariasikan berupa bentuk segi empat dan enam, mesh 20 dan mesh 40 dan tekanan cetak briket sebesar 50 kg/cm2 dan 100 kg/cm2. Hasil menunjukkan temperatur tertinggi dimiliki briket segi empat dengan mesh 40 dan kekuatan tekan 50 kg/cm2 sebesar 4120C dan yang terendah dimiliki briket segi empat dengan mesh 20 dengan kekuatan tekan 100 kg/cm2 sebesar 333,330C. Semakin rendah tekanan pencetakan penyalaan awal semakin cepat dan laju pembakaran lebih lama karena ada rongga udara dan tingginya tekanan pencetakan mempengaruhi lamanya proses pembakaran.","PeriodicalId":137685,"journal":{"name":"Scientific Journal of Mechanical Engineering Kinematika","volume":"140 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"123515427","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-30DOI: 10.20527/sjmekinematika.v6i1.186
M. Anggara, Pupung Pupung
Pada tahun 2015 lalu kabupaten Sumbawa menghasilkan tangkapan ikan sebanyak 736.127 ton (Dinas kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumbawa, 2019). Jumlah produksi ikan menurut Kecamatan di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2015 yang terbanyak memproduksi ikan yaitu berada di kecamatan Plampang dengan jumlah 100.880 ton. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bentuk plat penyerap panas terhadap laju pengeringan dan panas yang berguna pada alat pengering ikan teri berbasis gas LPG. Variabel yang digunakan adalah bentuk plat gelombang, segitiga dan datar serta udara yang dihembuskan oleh kipas dari luar dengan kecepatan 0,5 m/s, 1 m/s dan 1,5 m/s. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini yaitu panas berguna tertinggi didapatkan 21,25 Watt pada kecepatan 0,5 m/s. Sedangkan panas berguna terendah terdapat plat penyerap panas berbentuk datar yaitu sebesar 2,83 watt. laju pengeringan terbaik terdapat pada plat bergelombang yaitu sebesar 1,84 g/menit dan terendah terdapat pada bentuk plat datar yaitu sebesar 1,08 g/menit. kadar air ikan teri kering sebesar 17,1 % dan terbanyak pada plat datar yaitu 80,05 %.
{"title":"ANALYSIS OF HEAT ABSORBING PLATE ON DRYING RATE AND HEAT USEFUL FOR DRYING ANCHOVY","authors":"M. Anggara, Pupung Pupung","doi":"10.20527/sjmekinematika.v6i1.186","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/sjmekinematika.v6i1.186","url":null,"abstract":"Pada tahun 2015 lalu kabupaten Sumbawa menghasilkan tangkapan ikan sebanyak 736.127 ton (Dinas kelautan dan Perikanan Kabupaten Sumbawa, 2019). Jumlah produksi ikan menurut Kecamatan di Kabupaten Sumbawa pada tahun 2015 yang terbanyak memproduksi ikan yaitu berada di kecamatan Plampang dengan jumlah 100.880 ton. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh bentuk plat penyerap panas terhadap laju pengeringan dan panas yang berguna pada alat pengering ikan teri berbasis gas LPG. Variabel yang digunakan adalah bentuk plat gelombang, segitiga dan datar serta udara yang dihembuskan oleh kipas dari luar dengan kecepatan 0,5 m/s, 1 m/s dan 1,5 m/s. Hasil yang didapatkan pada penelitian ini yaitu panas berguna tertinggi didapatkan 21,25 Watt pada kecepatan 0,5 m/s. Sedangkan panas berguna terendah terdapat plat penyerap panas berbentuk datar yaitu sebesar 2,83 watt. laju pengeringan terbaik terdapat pada plat bergelombang yaitu sebesar 1,84 g/menit dan terendah terdapat pada bentuk plat datar yaitu sebesar 1,08 g/menit. kadar air ikan teri kering sebesar 17,1 % dan terbanyak pada plat datar yaitu 80,05 %.","PeriodicalId":137685,"journal":{"name":"Scientific Journal of Mechanical Engineering Kinematika","volume":"19 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128945179","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-30DOI: 10.20527/sjmekinematika.v6i1.191
Hendar Wirawan, N. Sinaga
Industri semen merupakan salah satu industri yang paling intensif energi di dunia karena di dalam proses produksinya mengkonsumsi sekitar 12–15% dari total penggunaan energi dan setara dengan 30-40% dari total biaya produksi semen. Analisis eksergi diperlukan untuk mengetahui kerugian kerja pada suatu mesin atau sistem. Dalam perhitungan eksergi diperlukan data kapasitas panas. Karena massa yang masuk ke dalam kiln berupa senyawa kimia, maka untuk menghitung kapasitas panasnya sesuai dengan zat kimia pada senyawa tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai rasio bahan baku terhadap klinker adalah 1,87 kg/kg klinker dengan nilai energi spesifik sebesar 1.753,93 kJ/kg klinker. Nilai efisiensi energinya adalah 94,16%, 89,40%, dan 72,40%. Untuk nilai efisiensi eksergi adalah 39,07%, 52,75%, dan 43,49% serta nilai efisiensi eksergetik adalah 71,79%, 49,22%, dan 65,75%. Efisiensi penggunaan bahan bakar pada kiln berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, tergantung kepada jenis kiln dan proses yang digunakan. Nilai energi dan eksergi pada klinker dapat dihitung per satuan massa produk klinker yang dihasilkan.
{"title":"EXERGY ANALYSIS OF ROTARY KILN IN CEMENT INDUSTRY","authors":"Hendar Wirawan, N. Sinaga","doi":"10.20527/sjmekinematika.v6i1.191","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/sjmekinematika.v6i1.191","url":null,"abstract":"Industri semen merupakan salah satu industri yang paling intensif energi di dunia karena di dalam proses produksinya mengkonsumsi sekitar 12–15% dari total penggunaan energi dan setara dengan 30-40% dari total biaya produksi semen. Analisis eksergi diperlukan untuk mengetahui kerugian kerja pada suatu mesin atau sistem. Dalam perhitungan eksergi diperlukan data kapasitas panas. Karena massa yang masuk ke dalam kiln berupa senyawa kimia, maka untuk menghitung kapasitas panasnya sesuai dengan zat kimia pada senyawa tersebut. Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh bahwa nilai rasio bahan baku terhadap klinker adalah 1,87 kg/kg klinker dengan nilai energi spesifik sebesar 1.753,93 kJ/kg klinker. Nilai efisiensi energinya adalah 94,16%, 89,40%, dan 72,40%. Untuk nilai efisiensi eksergi adalah 39,07%, 52,75%, dan 43,49% serta nilai efisiensi eksergetik adalah 71,79%, 49,22%, dan 65,75%. Efisiensi penggunaan bahan bakar pada kiln berbeda-beda antara satu dengan yang lainnya, tergantung kepada jenis kiln dan proses yang digunakan. Nilai energi dan eksergi pada klinker dapat dihitung per satuan massa produk klinker yang dihasilkan.","PeriodicalId":137685,"journal":{"name":"Scientific Journal of Mechanical Engineering Kinematika","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130992596","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-30DOI: 10.20527/sjmekinematika.v6i1.184
Yoyo Saputro, Imam Prasetyo, Muhammad Thomi Nadhief
Sepeda motor dilengkapi dengan sistem pemindahan tenaga yang mampu menjembatani antara output mesin (daya dan torsi mesin) dengan tuntutan kondisi jalan, sprocket adalah bagian terakhir dari sistem pemindah tenaga, karena sprocket merupakan bagian yang menyalurkan tenaga mesin motor ke roda belakang melalui rantai. Peneliti terdahulu mengganti ukuran sprocket dengan mata sprocket lebih besar atau lebih kecil 2 mata dari sprocket standar sedangkan dalam penelitian ini mengganti sprocket belakang dengan jumlah mata besar dan lebih kecil 4 mata dari sprocket standar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh variasi ukuran sprocket belakang terhadap daya dan torsi pada motor vixion tahun 2015. Penelitian ini menggunakan metode pengambilan data dari uji daynotest menggunakan alat dynamometer. Hasil pengujiannya yaitu pengaruh variasi ukuran sprocket 43T, 39T, dan 47T menghasilkan peningkatan daya dan torsi paling optimal pada sprocket ukuran 47T dengan data daya maksimum sebesar 16.1 HP, dan torsi diperoleh data dengan sprocket ukuran 47T menghasilkan torsi maksimum sebesar 14.42 Nm hal ini di sebabkan karena jumlah mata sprocket yang banyak dan jarak antara sprocket depan dengan sprocket belakang lebih pendek.
{"title":"THE EFFECT OF REAR SPROCKET SIZE VARIATION ON POWER AND TORQUE ON YAMAHA VIXION MOTORCYCLES IN 2015","authors":"Yoyo Saputro, Imam Prasetyo, Muhammad Thomi Nadhief","doi":"10.20527/sjmekinematika.v6i1.184","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/sjmekinematika.v6i1.184","url":null,"abstract":"Sepeda motor dilengkapi dengan sistem pemindahan tenaga yang mampu menjembatani antara output mesin (daya dan torsi mesin) dengan tuntutan kondisi jalan, sprocket adalah bagian terakhir dari sistem pemindah tenaga, karena sprocket merupakan bagian yang menyalurkan tenaga mesin motor ke roda belakang melalui rantai. Peneliti terdahulu mengganti ukuran sprocket dengan mata sprocket lebih besar atau lebih kecil 2 mata dari sprocket standar sedangkan dalam penelitian ini mengganti sprocket belakang dengan jumlah mata besar dan lebih kecil 4 mata dari sprocket standar. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh variasi ukuran sprocket belakang terhadap daya dan torsi pada motor vixion tahun 2015. Penelitian ini menggunakan metode pengambilan data dari uji daynotest menggunakan alat dynamometer. Hasil pengujiannya yaitu pengaruh variasi ukuran sprocket 43T, 39T, dan 47T menghasilkan peningkatan daya dan torsi paling optimal pada sprocket ukuran 47T dengan data daya maksimum sebesar 16.1 HP, dan torsi diperoleh data dengan sprocket ukuran 47T menghasilkan torsi maksimum sebesar 14.42 Nm hal ini di sebabkan karena jumlah mata sprocket yang banyak dan jarak antara sprocket depan dengan sprocket belakang lebih pendek.","PeriodicalId":137685,"journal":{"name":"Scientific Journal of Mechanical Engineering Kinematika","volume":"53 11","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131604523","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-30DOI: 10.20527/sjmekinematika.v6i1.188
I. Gunawan, N. Sinaga
Pada penelitian ini, penulis melakukan review penggunaan fluida kerja ORC yang disimulasikan menggunakan EES dan melakukan review pada beberapa jurnal yang dilakukan sebelumnya. Fluida kerja yang dianalisa adalah isopentane sebagai fluida kerja yang dipakai, isobutane dan R245fa, dimana isobutane menghasil power output yang lebih tinggi dibandingkan dengan fluida sekunder lainnya karena enthalpi uap yang masuk ke turbine dan enthalpi uap yang masuk ke kondenser yang dihasilkan lebih tinggi dan ini menyebabkan kalor yang masuk ke dalam sistem ORC lebih tinggi dibandingkan dengan fluida kerja lainnya. Pada sistem ORC banyak pilihan fluida kerja dan bisa diaplikasikan dalam sistem baik secara aktual maupun masih dalam research, baik dalam off design dalam bentuk paper, jurnal maupun aplikasi teknologi secara langsung dalam pembangkit listrik panas bumi, waste heat recovery plant atau tipe combine cycle lainnya. Pada beberapa sistem yang diteliti, R227ea memiliki efisiensi thermal yang lebih baik daripada fluida sekunder lainnya. Sedangkan pada waste heat power plant, R134a memiliki efisiensi yang lebih baik dari fluida sekunder yang diteliti. Dan pada research lainnya HFE-301 memiliki efisiensi thermal sebesar 85% pada aplikasi Radial inflow turbine dengan kecepatan sekitar 60.000 rpm dan menghasilkan daya sebesar 1,5 kW.
{"title":"WORKING FLUID REVIEW ON THE SYSTEM ORGANIC RANKINE CYCLE","authors":"I. Gunawan, N. Sinaga","doi":"10.20527/sjmekinematika.v6i1.188","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/sjmekinematika.v6i1.188","url":null,"abstract":"Pada penelitian ini, penulis melakukan review penggunaan fluida kerja ORC yang disimulasikan menggunakan EES dan melakukan review pada beberapa jurnal yang dilakukan sebelumnya. Fluida kerja yang dianalisa adalah isopentane sebagai fluida kerja yang dipakai, isobutane dan R245fa, dimana isobutane menghasil power output yang lebih tinggi dibandingkan dengan fluida sekunder lainnya karena enthalpi uap yang masuk ke turbine dan enthalpi uap yang masuk ke kondenser yang dihasilkan lebih tinggi dan ini menyebabkan kalor yang masuk ke dalam sistem ORC lebih tinggi dibandingkan dengan fluida kerja lainnya. Pada sistem ORC banyak pilihan fluida kerja dan bisa diaplikasikan dalam sistem baik secara aktual maupun masih dalam research, baik dalam off design dalam bentuk paper, jurnal maupun aplikasi teknologi secara langsung dalam pembangkit listrik panas bumi, waste heat recovery plant atau tipe combine cycle lainnya. Pada beberapa sistem yang diteliti, R227ea memiliki efisiensi thermal yang lebih baik daripada fluida sekunder lainnya. Sedangkan pada waste heat power plant, R134a memiliki efisiensi yang lebih baik dari fluida sekunder yang diteliti. Dan pada research lainnya HFE-301 memiliki efisiensi thermal sebesar 85% pada aplikasi Radial inflow turbine dengan kecepatan sekitar 60.000 rpm dan menghasilkan daya sebesar 1,5 kW.","PeriodicalId":137685,"journal":{"name":"Scientific Journal of Mechanical Engineering Kinematika","volume":"80 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132468821","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-30DOI: 10.20527/SJMEKINEMATIKA.V5I2.178
F. Anggara
Guide vane sangat berperan dalam pengkondisian pola aliran dan kecepatan fluida sebelum melewati sudu turbin. Dengan konfigurasi pemasangan turbin sumbu aksial sesudah kondensor ac, dibutuhkan guide vane yang mampu menghasilkan kecepatan tinggi pada daerah dekat dinding ducting. Untuk itu penelitian ini dilakukan untuk membandingkan pengaruh rasio dimensi panjang dan diameter menggunakan ANSYS FLUENT 17. Variasi dimensi geometri guide vane dibagi menjadi dua tipe, dimana masing-masing memiliki tiga variasi geometri. Tipe 1dengan rasio dimensi panjang terdiri atas variasi A, B dan C sedangkan tipe 2 dengan rasio dimensi diameter, variasinya adalah D, E dan F. Hasil memperlihatkan bahwa variasi B dan F menghasilkan kecepatan paling tinggi di tipenya. Hal ini karena efek percepatan maksimal pada variasi B dan sudut terkecil guide vane akan mengurangi gaya gesek pada variasi F.
{"title":"NUMERICAL STUDY: COMPARISON THE EFFECT OF RATIO LENGTH AND DIAMETER GUIDE VANE OF AIR FLOW ON OUTLET DUCTING","authors":"F. Anggara","doi":"10.20527/SJMEKINEMATIKA.V5I2.178","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/SJMEKINEMATIKA.V5I2.178","url":null,"abstract":"Guide vane sangat berperan dalam pengkondisian pola aliran dan kecepatan fluida sebelum melewati sudu turbin. Dengan konfigurasi pemasangan turbin sumbu aksial sesudah kondensor ac, dibutuhkan guide vane yang mampu menghasilkan kecepatan tinggi pada daerah dekat dinding ducting. Untuk itu penelitian ini dilakukan untuk membandingkan pengaruh rasio dimensi panjang dan diameter menggunakan ANSYS FLUENT 17. Variasi dimensi geometri guide vane dibagi menjadi dua tipe, dimana masing-masing memiliki tiga variasi geometri. Tipe 1dengan rasio dimensi panjang terdiri atas variasi A, B dan C sedangkan tipe 2 dengan rasio dimensi diameter, variasinya adalah D, E dan F. Hasil memperlihatkan bahwa variasi B dan F menghasilkan kecepatan paling tinggi di tipenya. Hal ini karena efek percepatan maksimal pada variasi B dan sudut terkecil guide vane akan mengurangi gaya gesek pada variasi F.","PeriodicalId":137685,"journal":{"name":"Scientific Journal of Mechanical Engineering Kinematika","volume":"38 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125549407","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-28DOI: 10.20527/SJMEKINEMATIKA.V5I2.180
Baimy Alexander
Saringan udara adalah salah satu komponen yang sangat penting pada motor bakar yang berfungsi untuk melakukan penyaringan udara sebelum masuk kedalam ruang bakar. Hambatan aliran yang disebabkan oleh penyaring udara sangat berpengaruh terhadap daya dan torsi mesin serta berpengaruh juga terhadap konsumsi bahan bakar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan berbagai jenis saringan udara terjadi perubahan daya dan torsi pada mesin sepeda motor injeksi, saringan udara standar 7,349 (HP) dan 7,429 (N.m) diputaran 6829 RPM, saringan udara busa 7,254 (HP) dan 7,648 (N.m) diputaran 6862 RPM, saringan udara Ferrox 7,382 (HP) dan 7,737 (N.m) diputaran 6794 RPM, tanpa saringan 7,268 (HP) dan 7,737 (N.m) diputaran 6794 RPM. Peningkatan daya dan torsi terlihat pada saringan udara Ferrox sedangkan penurunan daya terjadi pada tanpa saringan udara. Pengaruh terhadap konsumsi bahan bakar dalam 20 ml diputaran 3000 RPM, untuk saringan udara standar 1 menit 57 detik, saringan udara busa 2 menit 13 detik, saringan udara Ferrox 1 menit 47 detik, dan tanpa saringan udara 1 menit 22 detik, waktu tercepat dalam konsumsi bahan bakar pada perobaan tanpa saringan udara 1 menit 22 detik sedangkan waktu terlama pada saringan udara busa 2 menit 13 detik.
{"title":"EFFECT OF AIR FILTER TYPE ON THE PERFORMANCE OF THE 110 CC INJECTION MOTORCYCLE","authors":"Baimy Alexander","doi":"10.20527/SJMEKINEMATIKA.V5I2.180","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/SJMEKINEMATIKA.V5I2.180","url":null,"abstract":"Saringan udara adalah salah satu komponen yang sangat penting pada motor bakar yang berfungsi untuk melakukan penyaringan udara sebelum masuk kedalam ruang bakar. Hambatan aliran yang disebabkan oleh penyaring udara sangat berpengaruh terhadap daya dan torsi mesin serta berpengaruh juga terhadap konsumsi bahan bakar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan berbagai jenis saringan udara terjadi perubahan daya dan torsi pada mesin sepeda motor injeksi, saringan udara standar 7,349 (HP) dan 7,429 (N.m) diputaran 6829 RPM, saringan udara busa 7,254 (HP) dan 7,648 (N.m) diputaran 6862 RPM, saringan udara Ferrox 7,382 (HP) dan 7,737 (N.m) diputaran 6794 RPM, tanpa saringan 7,268 (HP) dan 7,737 (N.m) diputaran 6794 RPM. Peningkatan daya dan torsi terlihat pada saringan udara Ferrox sedangkan penurunan daya terjadi pada tanpa saringan udara. Pengaruh terhadap konsumsi bahan bakar dalam 20 ml diputaran 3000 RPM, untuk saringan udara standar 1 menit 57 detik, saringan udara busa 2 menit 13 detik, saringan udara Ferrox 1 menit 47 detik, dan tanpa saringan udara 1 menit 22 detik, waktu tercepat dalam konsumsi bahan bakar pada perobaan tanpa saringan udara 1 menit 22 detik sedangkan waktu terlama pada saringan udara busa 2 menit 13 detik.","PeriodicalId":137685,"journal":{"name":"Scientific Journal of Mechanical Engineering Kinematika","volume":"28 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115118066","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-01DOI: 10.20527/SJMEKINEMATIKA.V5I2.145
Fathur Rahman Hidayat, M. Tamjidillah
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai vibrasi yang terjadi pada saat misalignment 0,1, 0,2, 0,3, 0,4, dan 0,5 mm dan mengetahui nilai noise yang terjadi pada saat misalignment 0,1, 0,2, 0,3, 0,4, dan 0,5 mm. Variasi yang digunkan adalah parallel misalignment, angular misalignement dan combination misalignment dengan jarak misalignment 0,1, 0,2, 0,3, 0,4, dan 0,5 mm. Hasil penelitian menunjukkan untuk parallel misalignment vibrasi dan noise tertinggi terjadi pada saat parallel misalignment 0,5 posisi pengujian horizontal sebesar 8,97 mm/s overall velocity, 65,43 µm overall displacement, noise maximum 8 dB dan carpet -6 dB, sedangkan untuk angular misalignment vibrasi dan noise tertinggi terjadi pada saat angular misalignment 0,5 posisi pengujian axial sebesar 10,95 mm/s overall velocity, 76,95 µm overall displacement, noise maximum 5 dB carpet -11 dB dan untuk combination misalignment vibrasi dan noise tertinggi terjadi pada saat combination misalignment 0,5 posisi pengujian axial sebesar 16,33 mm/s overall velocity, 100,95 µm overall displacement noise maximum 13 dB dan carpet 3 dB.
{"title":"MISALIGNMENT DISTANCE ANALYSIS OF VIBRATION AND NOISE VALUE","authors":"Fathur Rahman Hidayat, M. Tamjidillah","doi":"10.20527/SJMEKINEMATIKA.V5I2.145","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/SJMEKINEMATIKA.V5I2.145","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui nilai vibrasi yang terjadi pada saat misalignment 0,1, 0,2, 0,3, 0,4, dan 0,5 mm dan mengetahui nilai noise yang terjadi pada saat misalignment 0,1, 0,2, 0,3, 0,4, dan 0,5 mm. Variasi yang digunkan adalah parallel misalignment, angular misalignement dan combination misalignment dengan jarak misalignment 0,1, 0,2, 0,3, 0,4, dan 0,5 mm. Hasil penelitian menunjukkan untuk parallel misalignment vibrasi dan noise tertinggi terjadi pada saat parallel misalignment 0,5 posisi pengujian horizontal sebesar 8,97 mm/s overall velocity, 65,43 µm overall displacement, noise maximum 8 dB dan carpet -6 dB, sedangkan untuk angular misalignment vibrasi dan noise tertinggi terjadi pada saat angular misalignment 0,5 posisi pengujian axial sebesar 10,95 mm/s overall velocity, 76,95 µm overall displacement, noise maximum 5 dB carpet -11 dB dan untuk combination misalignment vibrasi dan noise tertinggi terjadi pada saat combination misalignment 0,5 posisi pengujian axial sebesar 16,33 mm/s overall velocity, 100,95 µm overall displacement noise maximum 13 dB dan carpet 3 dB.","PeriodicalId":137685,"journal":{"name":"Scientific Journal of Mechanical Engineering Kinematika","volume":"30 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124008369","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-13DOI: 10.20527/sjmekinematika.v4i1.48
F. Anggara, Henry Carles, Pathur Razi Ansyah
Latent Heat Thermal Energy Storage (LHTES) is the method to store thermal energy by changing the phase of Phase Change Material (PCM). This method is being developed to store heat loss for increasing energy efficiency. In this paper, the effect of variation flow rate on the melting characteristics PCM was investigated by three-dimensional numerical simulation using ANSYS FLUENT 17. The set-up of this research was carried out on concentrically two cylindrical tubes with diameter outer tube 10 cm and length 60 cm while diameter inner tube 5 cm and length 50 cm. The inner tube is used as a PCM container and the outer tube which has bottom and top hole is used as Heat Transfer Fluid (HTF) circulation. Variation HTF or hot water flowrate was carried out by 4L / min, 8L / min and 12 L / min while the temperature is kept at 75oC, then flowed through bottom hole and out to top hole. From this study it was found that the variation flow rate did not have significant effect on the melting pattern, only the greater flow rate, the smaller melting time. Natural convection is the main role of heat transfer when melting.
{"title":"STUDI NUMERIK: PENGARUH DEBIT INLET TERHADAP KARAKTERISTIK PELELEHAN PARAFFIN WAX PADA TABUNG SILINDER","authors":"F. Anggara, Henry Carles, Pathur Razi Ansyah","doi":"10.20527/sjmekinematika.v4i1.48","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/sjmekinematika.v4i1.48","url":null,"abstract":"Latent Heat Thermal Energy Storage (LHTES) is the method to store thermal energy by changing the phase of Phase Change Material (PCM). This method is being developed to store heat loss for increasing energy efficiency. In this paper, the effect of variation flow rate on the melting characteristics PCM was investigated by three-dimensional numerical simulation using ANSYS FLUENT 17. The set-up of this research was carried out on concentrically two cylindrical tubes with diameter outer tube 10 cm and length 60 cm while diameter inner tube 5 cm and length 50 cm. The inner tube is used as a PCM container and the outer tube which has bottom and top hole is used as Heat Transfer Fluid (HTF) circulation. Variation HTF or hot water flowrate was carried out by 4L / min, 8L / min and 12 L / min while the temperature is kept at 75oC, then flowed through bottom hole and out to top hole. From this study it was found that the variation flow rate did not have significant effect on the melting pattern, only the greater flow rate, the smaller melting time. Natural convection is the main role of heat transfer when melting.","PeriodicalId":137685,"journal":{"name":"Scientific Journal of Mechanical Engineering Kinematika","volume":"15 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122119517","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-13DOI: 10.20527/sjmekinematika.v4i1.54
Aries Kurniawan, Aqli Mursadin
Boiler is a tool used to produce steam / steam for various purposes. The water in the boiler is heated by heat from the fuel combustion (other heat source) resulting in heat transfer from the heat source to the water causing the water to become hot or transformed into steam. Direct Methods Also known as "input-output method" because this method requires only output / output (steam) and heat input / fuel (fuel) for efficiency evaluation. From the results of boiler efficiency study from August 8, 2017 to August 17, 2017 with a total average - unit 4 has a boiler efficiency 75.5012% higher than unit 2 which only amounted to 65.24% 84%. The high efficiency of boiler unit 2 is due to the average pressure on unit 4 of 86.9229 bar is greater than the pressure of unit 2 which is only about 82.9155 bar. Then Main steam flow on unit 4 is 66,6605 kg / s while unit 2 is only 63,61111 kg/s. For feed water flow unit 4 only able to flow 65,9 kg / s and unit 2 equal to 66,675 kg/s.
{"title":"ANALISIS EFISIENSI BOILER UNIT 2 DAN 4 DI PT. PLN (PERSERO) WIL. KALSELTENG SEKTOR PLTU ASAM-ASAM","authors":"Aries Kurniawan, Aqli Mursadin","doi":"10.20527/sjmekinematika.v4i1.54","DOIUrl":"https://doi.org/10.20527/sjmekinematika.v4i1.54","url":null,"abstract":"Boiler is a tool used to produce steam / steam for various purposes. The water in the boiler is heated by heat from the fuel combustion (other heat source) resulting in heat transfer from the heat source to the water causing the water to become hot or transformed into steam. Direct Methods Also known as \"input-output method\" because this method requires only output / output (steam) and heat input / fuel (fuel) for efficiency evaluation. From the results of boiler efficiency study from August 8, 2017 to August 17, 2017 with a total average - unit 4 has a boiler efficiency 75.5012% higher than unit 2 which only amounted to 65.24% 84%. The high efficiency of boiler unit 2 is due to the average pressure on unit 4 of 86.9229 bar is greater than the pressure of unit 2 which is only about 82.9155 bar. Then Main steam flow on unit 4 is 66,6605 kg / s while unit 2 is only 63,61111 kg/s. For feed water flow unit 4 only able to flow 65,9 kg / s and unit 2 equal to 66,675 kg/s.","PeriodicalId":137685,"journal":{"name":"Scientific Journal of Mechanical Engineering Kinematika","volume":"60 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124857228","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}