Kristologi merupakan doktrin yang secara khusus mempelajari mengenai Kristus. Kitab Ibrani juga secara utuh memotret Kristus yang paling utama di antara segala yang dibandingkan dengan-Nya, bahwasanya Ia lebih unggul dari nabi-nabi, malaikat, imam-imam, ritual, dan korban. Kristologi dalam bingkai biblikal ini memiliki tiga nilai paling penting, yaitu hubungan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, kekuasaan tertinggi Kristus, dan signifikansi pragmatik. Secara umum surat Ibrani memiliki nilai Kristologi yang kental dan sangat tinggi sehingga menjadi keutamaan bagi isi surat. Doktrin ini merupakan dasar yang paling fundamental dalam ajaran kekristenan, dan begitu penting bagi iman Kristen. Pemahaman doktrin Kristologi berperan penting dalam membangun dedikasi iman, dan kontribusi doktrin tersebut secara pragmatis dalam kehidupan orang percaya memberikan pemahaman iman yang berdedikasi dalam pengorbanan, pikiran, tenaga, dan waktu yang tertuju kepada Kristus.
{"title":"Doktrin Keutamaan Kristus Dalam Surat Ibrani Bagi Dedikasi Iman Orang Percaya","authors":"Yovianus Epan, Joseph Christ Santo","doi":"10.38189/jan.v3i2.403","DOIUrl":"https://doi.org/10.38189/jan.v3i2.403","url":null,"abstract":"Kristologi merupakan doktrin yang secara khusus mempelajari mengenai Kristus. Kitab Ibrani juga secara utuh memotret Kristus yang paling utama di antara segala yang dibandingkan dengan-Nya, bahwasanya Ia lebih unggul dari nabi-nabi, malaikat, imam-imam, ritual, dan korban. Kristologi dalam bingkai biblikal ini memiliki tiga nilai paling penting, yaitu hubungan Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru, kekuasaan tertinggi Kristus, dan signifikansi pragmatik. Secara umum surat Ibrani memiliki nilai Kristologi yang kental dan sangat tinggi sehingga menjadi keutamaan bagi isi surat. Doktrin ini merupakan dasar yang paling fundamental dalam ajaran kekristenan, dan begitu penting bagi iman Kristen. Pemahaman doktrin Kristologi berperan penting dalam membangun dedikasi iman, dan kontribusi doktrin tersebut secara pragmatis dalam kehidupan orang percaya memberikan pemahaman iman yang berdedikasi dalam pengorbanan, pikiran, tenaga, dan waktu yang tertuju kepada Kristus.","PeriodicalId":149837,"journal":{"name":"Angelion: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"84 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130019006","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Peristiwa pandemi Covid-19 yang mulai melanda dunia sejak akhir 2019 tidak hanya berdampak pada kesehatan manusia. Peraturan pemerintah di berbagai negara termasuk Indonesia untuk membatasi kegiatan masyarakat telah memberikan dampak sosial lainnya. Pembatasan kegiatan ibadah sedikit banyak berpengaruh terhadap religiositas seseorang, tidak menutup kemungkinan religiositas pelayan perjamuan kudus GBIS Kepunton juga terdampak. Penelitian ini berusaha menjawab bagaimana aktivitas religius pelayan-pelayan perjamuan kudus GBIS Kepunton selama pembatasan kegiatan ibadah, dan bagaimana religiositas pelayan-pelayan perjamuan kudus GBIS Kepunton pada masa pandemi Covid-19. Dengan pendekatan fenomenologi, penelitian ini mengambil data primer berupa hasil wawancara 8 orang dari 20 orang pelayan perjamuan kudus GBIS Kepunton. Fokus penelitian ini adalah religiositas para pelayan perjamuan kudus GBIS Kepunton, dengan sub-fokus pada empat dimensinya, yaitu keyakinan religius, praktik religius, pengalaman religius, dan pengetahuan religius. Kesimpulan dari penelitian ini adalah aktivitas religius yang dilakukan para pelayan perjamuan kudus GBIS Kepunton selama pemerintah memberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat adalah mengikuti ibadah secara daring. Aktivitas ini menunjukkan bahwa para pelayan perjamuan kudus menjaga religiositas mereka.
{"title":"Religiositas Pelayan Perjamuan Kudus Pada Masa Pandemi Covid-19","authors":"Joseph Christ Santo, A. Prasetyo","doi":"10.38189/jan.v3i2.405","DOIUrl":"https://doi.org/10.38189/jan.v3i2.405","url":null,"abstract":"Peristiwa pandemi Covid-19 yang mulai melanda dunia sejak akhir 2019 tidak hanya berdampak pada kesehatan manusia. Peraturan pemerintah di berbagai negara termasuk Indonesia untuk membatasi kegiatan masyarakat telah memberikan dampak sosial lainnya. Pembatasan kegiatan ibadah sedikit banyak berpengaruh terhadap religiositas seseorang, tidak menutup kemungkinan religiositas pelayan perjamuan kudus GBIS Kepunton juga terdampak. Penelitian ini berusaha menjawab bagaimana aktivitas religius pelayan-pelayan perjamuan kudus GBIS Kepunton selama pembatasan kegiatan ibadah, dan bagaimana religiositas pelayan-pelayan perjamuan kudus GBIS Kepunton pada masa pandemi Covid-19. Dengan pendekatan fenomenologi, penelitian ini mengambil data primer berupa hasil wawancara 8 orang dari 20 orang pelayan perjamuan kudus GBIS Kepunton. Fokus penelitian ini adalah religiositas para pelayan perjamuan kudus GBIS Kepunton, dengan sub-fokus pada empat dimensinya, yaitu keyakinan religius, praktik religius, pengalaman religius, dan pengetahuan religius. Kesimpulan dari penelitian ini adalah aktivitas religius yang dilakukan para pelayan perjamuan kudus GBIS Kepunton selama pemerintah memberlakukan pembatasan kegiatan masyarakat adalah mengikuti ibadah secara daring. Aktivitas ini menunjukkan bahwa para pelayan perjamuan kudus menjaga religiositas mereka.","PeriodicalId":149837,"journal":{"name":"Angelion: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"7 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116850976","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Doktrin pembenaran oleh iman adalah doktrin yang sangat penting dalam kehidupan orang percaya. Namun tidak sedikit orang Kristen yang tidak memahami dengan benar doktrin ini. Jika pemahaman doktrin pembenaran ini tidak dipahami dengan benar, maka orang Kristen pun akan mengalami kesulitan dalam memberitakan Injil kepada orang yang belum percaya. Dalam artikel ini, peneliti mengambil topik pembenaran oleh iman yang diambil dari surat rasul Paulus kepada jemaat di Roma, untuk mencari tahu bagaimana konsep berpikir rasul Paulus dalam menjelaskan doktrin pembenaran oleh iman kepada orang-orang Kristen Yahudi dan non Yahudi pada waktu itu, sehingga dapat diterapkan dalam praktik pelayanan pemberitaan Injil di masa sekarang ini. Adapun yang menjadi problem riset artikel ini adalah doktrin pembenaran oleh iman menurut rasul Paulus sebagaimana yang ditulis dalam Roma 4:1-13, permasalahan dalam pemberitaan Injil yang benar dan murni, serta bagaimana menerapkan pemahaman doktrin pembenaran oleh iman dalam pelayanan pemberitaan Injil sekarang ini. Penelitian dilakukan dengan metode biblikal-kontekstual, dengan menganalisis ayat-ayat dan literatur-literatur yang berkaitan dengan subyek penelitian ini. Kesimpulan peneliti dalam penelitian ini bahwa rasul Paulus menggunakan contoh bapa Abraham sebagai bukti bahwa seseorang dibenarkan Allah oleh karena imannya bukan karena perbuatannya, kebenaran yang Allah berikan ini lebih seperti hadiah, bukan sebagai hak yang diterima seseorang karena telah mengerjakan suatu kewajiban tertentu, dan sunat adalah tanda seorang telah dibenarkan, bukan suatu syarat agar seseorang dibenarkan Allah. Dari pemahaman tersebut, peneliti menerapkannya dalam upaya pelayanan pemberitaan Injil, baik dalam lingkungan jemaat internal maupun dalam masyarakat plural. Pengajaran yang dapat disampaikan yaitu, pertama, jika seseorang mengakui keteladanan iman Abraham seharusnya orang tersebut bisa mengakui kebenaran dari doktrin pembenaran oleh iman ini. Kedua, seseorang yang beriman kepada Kristus akan dibenarkan sebagaimana Abraham dibenarkan karena iman kepada Allah. Ketiga, segala perbuatan baik bukan sebagai syarat dibenarkan, melainkan sebagai pertanda bahwa seseorang telah menerima pembenaran dari Allah.
{"title":"Pembenaran oleh Iman dalam Surat Roma dan Penerapannya bagi Pemberitaan Injil","authors":"Christian Daniel Raharjo, Joseph Christ Santo","doi":"10.38189/jan.v3i2.402","DOIUrl":"https://doi.org/10.38189/jan.v3i2.402","url":null,"abstract":"Doktrin pembenaran oleh iman adalah doktrin yang sangat penting dalam kehidupan orang percaya. Namun tidak sedikit orang Kristen yang tidak memahami dengan benar doktrin ini. Jika pemahaman doktrin pembenaran ini tidak dipahami dengan benar, maka orang Kristen pun akan mengalami kesulitan dalam memberitakan Injil kepada orang yang belum percaya. Dalam artikel ini, peneliti mengambil topik pembenaran oleh iman yang diambil dari surat rasul Paulus kepada jemaat di Roma, untuk mencari tahu bagaimana konsep berpikir rasul Paulus dalam menjelaskan doktrin pembenaran oleh iman kepada orang-orang Kristen Yahudi dan non Yahudi pada waktu itu, sehingga dapat diterapkan dalam praktik pelayanan pemberitaan Injil di masa sekarang ini. Adapun yang menjadi problem riset artikel ini adalah doktrin pembenaran oleh iman menurut rasul Paulus sebagaimana yang ditulis dalam Roma 4:1-13, permasalahan dalam pemberitaan Injil yang benar dan murni, serta bagaimana menerapkan pemahaman doktrin pembenaran oleh iman dalam pelayanan pemberitaan Injil sekarang ini. Penelitian dilakukan dengan metode biblikal-kontekstual, dengan menganalisis ayat-ayat dan literatur-literatur yang berkaitan dengan subyek penelitian ini. Kesimpulan peneliti dalam penelitian ini bahwa rasul Paulus menggunakan contoh bapa Abraham sebagai bukti bahwa seseorang dibenarkan Allah oleh karena imannya bukan karena perbuatannya, kebenaran yang Allah berikan ini lebih seperti hadiah, bukan sebagai hak yang diterima seseorang karena telah mengerjakan suatu kewajiban tertentu, dan sunat adalah tanda seorang telah dibenarkan, bukan suatu syarat agar seseorang dibenarkan Allah. Dari pemahaman tersebut, peneliti menerapkannya dalam upaya pelayanan pemberitaan Injil, baik dalam lingkungan jemaat internal maupun dalam masyarakat plural. Pengajaran yang dapat disampaikan yaitu, pertama, jika seseorang mengakui keteladanan iman Abraham seharusnya orang tersebut bisa mengakui kebenaran dari doktrin pembenaran oleh iman ini. Kedua, seseorang yang beriman kepada Kristus akan dibenarkan sebagaimana Abraham dibenarkan karena iman kepada Allah. Ketiga, segala perbuatan baik bukan sebagai syarat dibenarkan, melainkan sebagai pertanda bahwa seseorang telah menerima pembenaran dari Allah.","PeriodicalId":149837,"journal":{"name":"Angelion: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"35 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122994178","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
This article examines Afrahat's perspectives on the meaning of prayer, its purpose, and what can be found in prayer. This article employs a literary style based on the book Mid Fourth Century Demonstration IV on Prayer, which is backed up by other authors, Church Fathers, and biblical sources. Afrahat's perspective on the significance of prayer is perfect, according to the author's research. Afrahat underlined that prayer is more than just an inward desire for God; it also entails perfection and oneness in God. First and foremost, prayer is an offering to God made with a pure heart. The ideal prayer gift to God is a pure heart rather than a prayer that is spoken out. Second, humans retain purity of heart through prayer through forgiving others as a precondition for prayer. Finally, there are humans. can convey their desires to God by God's will. These three things aim to fully explain the meaning of the prayer of St. Afrahat.
{"title":"Konsep Doa Sebagai Persembahan Hati Yang Murni Menurut St. Afrahat","authors":"N. Daeli","doi":"10.38189/jan.v3i2.400","DOIUrl":"https://doi.org/10.38189/jan.v3i2.400","url":null,"abstract":"This article examines Afrahat's perspectives on the meaning of prayer, its purpose, and what can be found in prayer. This article employs a literary style based on the book Mid Fourth Century Demonstration IV on Prayer, which is backed up by other authors, Church Fathers, and biblical sources. Afrahat's perspective on the significance of prayer is perfect, according to the author's research. Afrahat underlined that prayer is more than just an inward desire for God; it also entails perfection and oneness in God. First and foremost, prayer is an offering to God made with a pure heart. The ideal prayer gift to God is a pure heart rather than a prayer that is spoken out. Second, humans retain purity of heart through prayer through forgiving others as a precondition for prayer. Finally, there are humans. can convey their desires to God by God's will. These three things aim to fully explain the meaning of the prayer of St. Afrahat. ","PeriodicalId":149837,"journal":{"name":"Angelion: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"267 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122176885","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Nofanolo Lase, Asih Rachmani Endang Sumiwi, S. Tamtomo
Berdoa adalah bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan orang percaya karena doa merupakan nafas bagi kehidupan orang Kristen namun sampai saat ini di dalam kehidupan orang percaya masih banyak terdapat masalah yang dialami baik dalam hal pengertian berdoa maupun dalam hal praktik tentang berdoa. Matius 7:7-11 memuat pengajaran Tuhan Yesus tentang berdoa. Tujuan dari penelitian ini untuk menjelaskan makna berdoa menurut Injil Matius 7:7-11 dan mendapatkan aplikasinya bagi kehidupan orang percaya. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metodologi kualitatif dengan pendekatan hermeneutika terapan dengan melakukan pencarian data yang diteliti dalam Matius 7:7-11. Adapun hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Pertama, berdoa menurut Injil Matius 7:7-11 adalah permintaan harus dilakukan dengan ketekunan dan dalam kehendak Tuhan, dilakukan terus menerus serta dalam segala keadaan. Kedua, aplikasinya adalah orang percaya harus membangun hubungan persekutuan dengan Tuhan, percaya sungguh-sungguh kepada Tuhan, dan melakukannya dalam segala keadaan.
{"title":"Makna Berdoa Menurut Injil Matius 7:7-11","authors":"Nofanolo Lase, Asih Rachmani Endang Sumiwi, S. Tamtomo","doi":"10.38189/jan.v3i2.408","DOIUrl":"https://doi.org/10.38189/jan.v3i2.408","url":null,"abstract":"Berdoa adalah bagian yang tak terpisahkan dalam kehidupan orang percaya karena doa merupakan nafas bagi kehidupan orang Kristen namun sampai saat ini di dalam kehidupan orang percaya masih banyak terdapat masalah yang dialami baik dalam hal pengertian berdoa maupun dalam hal praktik tentang berdoa. Matius 7:7-11 memuat pengajaran Tuhan Yesus tentang berdoa. Tujuan dari penelitian ini untuk menjelaskan makna berdoa menurut Injil Matius 7:7-11 dan mendapatkan aplikasinya bagi kehidupan orang percaya. Metodologi yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metodologi kualitatif dengan pendekatan hermeneutika terapan dengan melakukan pencarian data yang diteliti dalam Matius 7:7-11. Adapun hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: Pertama, berdoa menurut Injil Matius 7:7-11 adalah permintaan harus dilakukan dengan ketekunan dan dalam kehendak Tuhan, dilakukan terus menerus serta dalam segala keadaan. Kedua, aplikasinya adalah orang percaya harus membangun hubungan persekutuan dengan Tuhan, percaya sungguh-sungguh kepada Tuhan, dan melakukannya dalam segala keadaan.","PeriodicalId":149837,"journal":{"name":"Angelion: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"88 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125084732","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Dadan Wahyu, Janes Sinaga, Chandra Yane Arlinta, J. Sinambela
Banyak orang Kristen secara umum dalam mengadakan rekreasi itu dengan diisi oleh hiburan atau kepelesiran yang merujuk kepada suasana yang sangat bertolak belakang dari maksud dan tujuan rekreasi itu sendiri untuk memberikan kesegaran dan kebugaran untuk kembali beraktivitas dengan lebih produktif. Banyak hiburan yang populer saat ini, bahkan bagi mereka yang mengaku Kristen, cenderung memiliki tujuan yang sama dengan para penyembah berhala kuno. Tujuan Penelitian adalah agar setiap orang dapat memahami dasar dan standar rekreasi yang baik dan benar, memahami makna rekreasi yang benar dan baik, agar dapat menerapkan makna rekreasi yang benar dalam zaman ini. Metode Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Rekreasi yang benar adalah yang menghasilkan kebugaran dan tenaga baru bukan menghamburkan uang dengan hiburan-hiburan yang menjenuhkan dan membosankan. Tujuan rekreasi adalah untuk menyegarkan kembali kekuatan tubuh dan pikiran.
{"title":"Pandangan Gereja Advent Terhadap Rekreasi Dari Sudut Pandang Lukas 21: 34 Dan Tulisan Roh Nubuat","authors":"Dadan Wahyu, Janes Sinaga, Chandra Yane Arlinta, J. Sinambela","doi":"10.38189/jan.v3i2.388","DOIUrl":"https://doi.org/10.38189/jan.v3i2.388","url":null,"abstract":"Banyak orang Kristen secara umum dalam mengadakan rekreasi itu dengan diisi oleh hiburan atau kepelesiran yang merujuk kepada suasana yang sangat bertolak belakang dari maksud dan tujuan rekreasi itu sendiri untuk memberikan kesegaran dan kebugaran untuk kembali beraktivitas dengan lebih produktif. Banyak hiburan yang populer saat ini, bahkan bagi mereka yang mengaku Kristen, cenderung memiliki tujuan yang sama dengan para penyembah berhala kuno. Tujuan Penelitian adalah agar setiap orang dapat memahami dasar dan standar rekreasi yang baik dan benar, memahami makna rekreasi yang benar dan baik, agar dapat menerapkan makna rekreasi yang benar dalam zaman ini. Metode Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Rekreasi yang benar adalah yang menghasilkan kebugaran dan tenaga baru bukan menghamburkan uang dengan hiburan-hiburan yang menjenuhkan dan membosankan. Tujuan rekreasi adalah untuk menyegarkan kembali kekuatan tubuh dan pikiran. ","PeriodicalId":149837,"journal":{"name":"Angelion: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"20 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115193955","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kitab Hakim-hakim berisi berbagai kisah dari dua belas hakim yang diutus Tuhan, salah satu di antaranya adalah Yefta. Tuhan memanggil Yefta setelah sekian lamanya Ia marah kepada bangsa Israel. Penelitian ini dilakukan untuk menemukan alur kisah Yefta sejak pemanggilannya hingga penggenapan nazarnya, dan memperoleh gambaran apa yang sesungguhnya terjadi pada penggenapan nazar Yefta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis naratif. Hasil dari penelitian ini adalah, Yefta dipilih sebagai pemimpin orang Gilead, Tuhan menyerahkan kemenangan Yefta bukan hanya atas bani Amon di Mizpah Gilead, kemenangan yang diperoleh Yefta harus dibayarkan dengan nazar yang ia ucapkan kepada Tuhan, dan ia tidak bisa lari atau mengingkari nazar tersebut. Penggenapan nazar Yefta bukanlah menjadikan putrinya layaknya hewan korban bakaran, tetapi menjadikan putrinya persembahan untuk mengabdi kepada Tuhan.
{"title":"Analisis Kisah Yefta dalam Hakim-hakim 11:29-40","authors":"Michael Marthinus Selly, Grant Nixon","doi":"10.38189/jan.v3i2.127","DOIUrl":"https://doi.org/10.38189/jan.v3i2.127","url":null,"abstract":"Kitab Hakim-hakim berisi berbagai kisah dari dua belas hakim yang diutus Tuhan, salah satu di antaranya adalah Yefta. Tuhan memanggil Yefta setelah sekian lamanya Ia marah kepada bangsa Israel. Penelitian ini dilakukan untuk menemukan alur kisah Yefta sejak pemanggilannya hingga penggenapan nazarnya, dan memperoleh gambaran apa yang sesungguhnya terjadi pada penggenapan nazar Yefta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis naratif. Hasil dari penelitian ini adalah, Yefta dipilih sebagai pemimpin orang Gilead, Tuhan menyerahkan kemenangan Yefta bukan hanya atas bani Amon di Mizpah Gilead, kemenangan yang diperoleh Yefta harus dibayarkan dengan nazar yang ia ucapkan kepada Tuhan, dan ia tidak bisa lari atau mengingkari nazar tersebut. Penggenapan nazar Yefta bukanlah menjadikan putrinya layaknya hewan korban bakaran, tetapi menjadikan putrinya persembahan untuk mengabdi kepada Tuhan.","PeriodicalId":149837,"journal":{"name":"Angelion: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"111 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132320482","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Guru Pendidikan Agama Kristen bertugas tidak melulu hanya melakukan transfer pengetahuan, namun juga harus dapat menjadi sarana berkat, membimbing siswa untuk melakukan apa yang dipelajari berhubungan dengan iman Kristen. Banyak sekali peristiwa dimana seorang pendidik yang mengajar namun tidak ditanggapi, mengajar namun dilupakan, dan dirasakan kehadirannya namun tidak diikuti. Setiap guru Pendidikan Agama Kristen pasti mengharapkan agar siswa yang mereka ajar dapat meneladani hidupnya, mengalami transformasi hidup, menemukan inspirasi dalam hidup, dan tentu menjadi pribadi yang lebih positif dari sebelumnya. Tujuan dari penelitan ini adalah untuk menemukan karakteristik dari guru Pendidikan Agama Kristen yang memiliki karakter Kristus yang diimplementasikan dalam memberikan teladan kepada peserta didik. Metode yang digunakan adalah kajian terhadap sumber-sumber pustaka dan melakukan sebuah pemaparan dalam sebuah kerangka topik terkait. Hasil penelitian ini adalah guru Pendidikan Agama Kristen yang berkarakter Kristus adalah guru yang sudah lahir baru, yang sungguh-sunguh mengasihi dan memahami peserta didkinya dengan baik, menerima keberadaan peserta didik, serta rela menderita dan berkorban.
{"title":"Keteladanan Guru Pendidikan Agama Kristen yang Memiliki Karakter Kristus terhadap Peserta Didik di Sekolah","authors":"Indah Istapawati","doi":"10.38189/jan.v3i1.305","DOIUrl":"https://doi.org/10.38189/jan.v3i1.305","url":null,"abstract":"Guru Pendidikan Agama Kristen bertugas tidak melulu hanya melakukan transfer pengetahuan, namun juga harus dapat menjadi sarana berkat, membimbing siswa untuk melakukan apa yang dipelajari berhubungan dengan iman Kristen. Banyak sekali peristiwa dimana seorang pendidik yang mengajar namun tidak ditanggapi, mengajar namun dilupakan, dan dirasakan kehadirannya namun tidak diikuti. Setiap guru Pendidikan Agama Kristen pasti mengharapkan agar siswa yang mereka ajar dapat meneladani hidupnya, mengalami transformasi hidup, menemukan inspirasi dalam hidup, dan tentu menjadi pribadi yang lebih positif dari sebelumnya. Tujuan dari penelitan ini adalah untuk menemukan karakteristik dari guru Pendidikan Agama Kristen yang memiliki karakter Kristus yang diimplementasikan dalam memberikan teladan kepada peserta didik. Metode yang digunakan adalah kajian terhadap sumber-sumber pustaka dan melakukan sebuah pemaparan dalam sebuah kerangka topik terkait. Hasil penelitian ini adalah guru Pendidikan Agama Kristen yang berkarakter Kristus adalah guru yang sudah lahir baru, yang sungguh-sunguh mengasihi dan memahami peserta didkinya dengan baik, menerima keberadaan peserta didik, serta rela menderita dan berkorban.","PeriodicalId":149837,"journal":{"name":"Angelion: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"15 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122329509","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Everyone faces difficult times all the time according to the times. In suffering and trouble often arise questions, cries and complaints to God. How much longer Lord? Where is your justice? The author takes the book of Habakkuk which teaches today's believers to be a guide to face difficult times. This study aims to determine the views and attitudes of the prophet when facing difficult times can be an example that can be applied in everyday life for believers today. The name Habakkuk means one who hugs or embraces. In accordance with the meaning of his name, he is someone who embraces, embraces God and dares to argue to get answers to his questions, screams and complaints until he gets answers. Allah's answer made the prophet's faith strong and at the end of his sentence, the prophet said that it was precisely through this struggle that Allah made the prophet strong, like the feet of a deer that trod on the hills.Setiap orang menghadapi masa sulit sepanjang masa sesuai perkembangan zaman. Dalam penderitaan dan masalah sering muncul pertanyaan, teriakan dan pengaduan kepada Allah. Berapa lama lagi Tuhan? Di manakah keadilan-Mu? Penulis mengambil kitab Habakuk yang mengajarkan bagi orang percaya masa kini untuk menjadi pedoman menghadapi masa sulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pandangan dan sikap nabi ketika menghadapi masa sulit dapat menjadi teladan yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari bagi orang percaya zaman sekarang. Nama Habakuk memiliki arti yaitu orang yang memeluk atau merangkul. Sesuai dengan arti namanya, dia adalah seorang yang memeluk, merangkul kepada Allah dan berani berdebat untuk mendapat jawaban atas pertanyaan, teriakan dan pengaduannya sampai mendapatkan jawaban. Jawaban Allah yang membuat iman nabi kokoh dan di akhir kalimatnya, nabi mengatakan justru melalui pergumulan ini Allah menjadikan nabi kuat, bagaikan kaki rusa yang berjejak di bukit-bukit.
每个人都面临困难的时候,根据时代。在苦难和患难中,人常常向神提出疑问、呼求和抱怨。还有多久,主啊?你的正义在哪里?作者以哈巴谷书为例,这本书教导今天的信徒如何面对困难时期。本研究旨在确定先知在面对困难时的观点和态度,可以作为今天信徒日常生活中应用的例子。哈巴谷的意思是拥抱或拥抱的人。按照他的名字的意思,他是一个拥抱上帝,拥抱上帝的人,敢于为上帝的问题、尖叫和抱怨争取答案,直到得到答案。安拉的回答使先知的信仰更加坚定,在他的最后,先知说,正是通过这场斗争,安拉使先知变得坚强,就像鹿的脚在山上踩踏一样。Setiap orang menghadapi masa sulit sepanjang masa sesuai perkembangan zaman。Dalam penderitaan dan masalah为muncul pertanyaan服务,teriakan dan pengaduan kepada Allah。Berapa lama lagi Tuhan?Di manakah keadilan-Mu?Penulis mengambil kitab Habakuk yang mengajarkan bagi orang peraya masa kini untuk menjadi pedoman menghadapi masa sulit。我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿,我的女儿。Nama Habakuk memiliki arti yititorang yang memeluk atau merangkul。我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。我的天啊,我的天啊,我的天啊,我的天啊,我的天啊,我的天啊,我的天啊,我的天啊,我的天啊!
{"title":"Pandangan dan Sikap Nabi Habakuk dalam Masa Sulit Menurut Kitab Habakuk","authors":"F. Sien, Sigit Ani Saputro, Joseph Christ Santo","doi":"10.38189/jan.v3i1.316","DOIUrl":"https://doi.org/10.38189/jan.v3i1.316","url":null,"abstract":"Everyone faces difficult times all the time according to the times. In suffering and trouble often arise questions, cries and complaints to God. How much longer Lord? Where is your justice? The author takes the book of Habakkuk which teaches today's believers to be a guide to face difficult times. This study aims to determine the views and attitudes of the prophet when facing difficult times can be an example that can be applied in everyday life for believers today. The name Habakkuk means one who hugs or embraces. In accordance with the meaning of his name, he is someone who embraces, embraces God and dares to argue to get answers to his questions, screams and complaints until he gets answers. Allah's answer made the prophet's faith strong and at the end of his sentence, the prophet said that it was precisely through this struggle that Allah made the prophet strong, like the feet of a deer that trod on the hills.Setiap orang menghadapi masa sulit sepanjang masa sesuai perkembangan zaman. Dalam penderitaan dan masalah sering muncul pertanyaan, teriakan dan pengaduan kepada Allah. Berapa lama lagi Tuhan? Di manakah keadilan-Mu? Penulis mengambil kitab Habakuk yang mengajarkan bagi orang percaya masa kini untuk menjadi pedoman menghadapi masa sulit. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pandangan dan sikap nabi ketika menghadapi masa sulit dapat menjadi teladan yang bisa diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari bagi orang percaya zaman sekarang. Nama Habakuk memiliki arti yaitu orang yang memeluk atau merangkul. Sesuai dengan arti namanya, dia adalah seorang yang memeluk, merangkul kepada Allah dan berani berdebat untuk mendapat jawaban atas pertanyaan, teriakan dan pengaduannya sampai mendapatkan jawaban. Jawaban Allah yang membuat iman nabi kokoh dan di akhir kalimatnya, nabi mengatakan justru melalui pergumulan ini Allah menjadikan nabi kuat, bagaikan kaki rusa yang berjejak di bukit-bukit.","PeriodicalId":149837,"journal":{"name":"Angelion: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"27 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130511094","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ermiyati Ermiyati, S. Tamtomo, Asih Rachmani Endang Sumiwi
One of the responsibilities of humans towards themselves and their families is to provide for themselves and their families by working to earn money. Another effort that humans make to meet their financial needs is by investing in stocks as savings in the future. Stock investment does promise profits, but on the other hand it can ensnare people to the love of money. By analyzing 1 Timothy 6:9-10 according to hermeneutic principles, this study aims to explain the meaning of love of money according to 1 Timothy 6:9-10 and explain awareness of the love of money based on 1 Timothy 6:9-10 for stock investors. The results of this study, the love of money is inclined towards wealth and means chasing money by justifying all means. Stock investors need to be vigilant when investing in stocks so as not to incline their hearts to the wealth of investment results.Salah satu tanggung jawab manusia terhadap dirinya dan keluarga adalah mencukupi kebutuhan diri maupun keluarganya dengan cara bekerja untuk mendapatkan uang. Usaha lain yang dilakukan manusia untuk mencukupi kebutuhan keuangannya adalah dengan cara melakukan investasi saham sebagai tabungan di masa depan. Investasi saham memang menjanjikan keuntungan, tetapi di sisi lain dapat menjerat orang kepada cinta uang. Dengan menganalisis 1 Timotius 6:9-10 sesuai prinsip-prinsip hermeneutika, penelitian ini bertujuan menjelaskan arti cinta uang menurut 1 Timotius 6:9-10 dan menjelaskan kewaspadaan terhadap cinta akan uang berdasarkan 1 Timotius 6:9-10 pada pelaku investasi saham. Hasil dari penelitian ini, cinta uang adalah mencondongkan hati kepada kekayaan dan berarti memburu uang dengan menghalalkan segala cara. Pelaku investasi saham perlu waspada ketika melakukan investasi saham agar tidak mencondongkan hati kepada kekayaan hasil investasi.
{"title":"Sikap Waspada terhadap Cinta Uang Berdasarkan 1 Timotius 6:9-10 pada Pelaku Investasi Saham","authors":"Ermiyati Ermiyati, S. Tamtomo, Asih Rachmani Endang Sumiwi","doi":"10.38189/jan.v3i1.319","DOIUrl":"https://doi.org/10.38189/jan.v3i1.319","url":null,"abstract":"One of the responsibilities of humans towards themselves and their families is to provide for themselves and their families by working to earn money. Another effort that humans make to meet their financial needs is by investing in stocks as savings in the future. Stock investment does promise profits, but on the other hand it can ensnare people to the love of money. By analyzing 1 Timothy 6:9-10 according to hermeneutic principles, this study aims to explain the meaning of love of money according to 1 Timothy 6:9-10 and explain awareness of the love of money based on 1 Timothy 6:9-10 for stock investors. The results of this study, the love of money is inclined towards wealth and means chasing money by justifying all means. Stock investors need to be vigilant when investing in stocks so as not to incline their hearts to the wealth of investment results.Salah satu tanggung jawab manusia terhadap dirinya dan keluarga adalah mencukupi kebutuhan diri maupun keluarganya dengan cara bekerja untuk mendapatkan uang. Usaha lain yang dilakukan manusia untuk mencukupi kebutuhan keuangannya adalah dengan cara melakukan investasi saham sebagai tabungan di masa depan. Investasi saham memang menjanjikan keuntungan, tetapi di sisi lain dapat menjerat orang kepada cinta uang. Dengan menganalisis 1 Timotius 6:9-10 sesuai prinsip-prinsip hermeneutika, penelitian ini bertujuan menjelaskan arti cinta uang menurut 1 Timotius 6:9-10 dan menjelaskan kewaspadaan terhadap cinta akan uang berdasarkan 1 Timotius 6:9-10 pada pelaku investasi saham. Hasil dari penelitian ini, cinta uang adalah mencondongkan hati kepada kekayaan dan berarti memburu uang dengan menghalalkan segala cara. Pelaku investasi saham perlu waspada ketika melakukan investasi saham agar tidak mencondongkan hati kepada kekayaan hasil investasi.","PeriodicalId":149837,"journal":{"name":"Angelion: Jurnal Teologi dan Pendidikan Kristen","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122050236","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}