Edy . Susanto, Junian R Siregar, Ery Ekawati, Dewi Hafianti, C. Dewi
Artikel ilmiah ini fokus pada kajian karya Skenografi pada Pertunjukan Teater yang memiliki karakteristik budaya Urban. Pemilihan skenografi dengan pertimbangan bahwa fungsi skenografi adalah menunjukan identitas tempat terjadinya peristiwa. Keurbanan juga nampak pada peristiw yang terjadi di café tersebut, disamping itu kajian tentang scenografi yang fokus pada budaya urban masih sangat terbatas. Studi kasus kajian ini adalah pertunjukan teater berjudul Pesta Para Pencuri karya Jean Anouilh hasil adaptasi Rachman Sabur, yang mengangkat fenomena sosial abad 20. Kajian terdahulu dengan judul “Tata Artistik (Scenografi) dalam Pertunjukan Kesenian Tradisi Berbasis Kerakyatan” yang ditulis oleh Heny Purnomo, di vol. 2 No. 2 (Oktober): 2018; mengetengahkan bahwa berbagai tayangan hiburan berbasis industri seni popular, seperti tayangan media televisi, sudah didukung penataan artistik dengan teknologi canggih, sementara kesenian tradisi berbasis kerakyatan seperti pertunjukan ludruk Irama Budaya Surabaya, yang diselenggarakan di panggung proscenium sudah ketinggalan zaman dan tidak memberi keuntungan pasar. Caranya adalah dengan memanfaatkan dukungan penataan skenografi secara maksimal; sedangkan metode penelitian yang digunakan penulis pada penulisan jurnal ilmiah ini adalah kualitatif yang bersifat laporan deskriptif argumentatif. Hasil Kajian menunjukan, peran scenografi dalam pertunjukan teater ini sangat besar, baik dalam representasi kehidupan kaum urban, memperkuat karakter para aktor dan menegaskan makna sehingga pesan dan nilai yang hendak disampaikan menjadi semakin jelas ditangkap penonton.
这篇科学文章专注于对具有城市文化特征的戏剧剧本的研究。根据剧本的功能来选择场景,以确定事件发生的地点。除了对城市文化的实况研究之外,在当时的咖啡馆里,牺牲也出现在事件中。这项研究的案例是让·阿努伊尔(Jean Anouilh)改编的拉赫曼·赛布尔(Rachman Sabur)的《小偷的盛宴》(the thief),它提升了20世纪的社会现象。《以勤奋为基础的传统艺术展示》(Heny Purnomo,第2卷(10月)的早期研究:它指出,流行的艺术工业节目,如电视媒体节目,已经得到了先进技术的艺术制定者的支持,而在舞台上举行的泗水文化卢德鲁克展览(ludruk culture of culture)等高度发展的传统艺术形式已经过时,没有市场优势。方法是最大限度地利用情景造影的支持;而作者在《科学期刊》上使用的研究方法则是一种定性的争论性描述性报告。研究表明,这部戏剧的表演中,无论是城市生活表现,都具有戏剧的实景作用,强化了演员的性格,强化了它们的意义,使观众对这些信息和价值的追求更加清晰。
{"title":"REPRESENTASI BUDAYA URBAN PADA SKENOGRAFI TEATER KAJIAN : PEMENTASAN PESTA PARA PENCURI","authors":"Edy . Susanto, Junian R Siregar, Ery Ekawati, Dewi Hafianti, C. Dewi","doi":"10.36806/jsrw.v11i1.179","DOIUrl":"https://doi.org/10.36806/jsrw.v11i1.179","url":null,"abstract":"Artikel ilmiah ini fokus pada kajian karya Skenografi pada Pertunjukan Teater yang memiliki karakteristik budaya Urban. Pemilihan skenografi dengan pertimbangan bahwa fungsi skenografi adalah menunjukan identitas tempat terjadinya peristiwa. Keurbanan juga nampak pada peristiw yang terjadi di café tersebut, disamping itu kajian tentang scenografi yang fokus pada budaya urban masih sangat terbatas. Studi kasus kajian ini adalah pertunjukan teater berjudul Pesta Para Pencuri karya Jean Anouilh hasil adaptasi Rachman Sabur, yang mengangkat fenomena sosial abad 20. Kajian terdahulu dengan judul “Tata Artistik (Scenografi) dalam Pertunjukan Kesenian Tradisi Berbasis Kerakyatan” yang ditulis oleh Heny Purnomo, di vol. 2 No. 2 (Oktober): 2018; mengetengahkan bahwa berbagai tayangan hiburan berbasis industri seni popular, seperti tayangan media televisi, sudah didukung penataan artistik dengan teknologi canggih, sementara kesenian tradisi berbasis kerakyatan seperti pertunjukan ludruk Irama Budaya Surabaya, yang diselenggarakan di panggung proscenium sudah ketinggalan zaman dan tidak memberi keuntungan pasar. Caranya adalah dengan memanfaatkan dukungan penataan skenografi secara maksimal; sedangkan metode penelitian yang digunakan penulis pada penulisan jurnal ilmiah ini adalah kualitatif yang bersifat laporan deskriptif argumentatif. Hasil Kajian menunjukan, peran scenografi dalam pertunjukan teater ini sangat besar, baik dalam representasi kehidupan kaum urban, memperkuat karakter para aktor dan menegaskan makna sehingga pesan dan nilai yang hendak disampaikan menjadi semakin jelas ditangkap penonton.","PeriodicalId":17523,"journal":{"name":"JSRW (Jurnal Senirupa Warna)","volume":"16 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"74768493","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Arafah Zakiyah Rachma, Nicholas Wila Adi, Hafizh Al Fikri
Desa Budaya Pampang merupakan salah satu tujuan wisata yang terdapat di Samarinda, Kalimantan Timur. Kebudayaan Dayak yang ditawarkan oleh desa ini diminati oleh wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Desa ini merepresentasikan eksotisme kebudayaan Dayak dalam bentuk tarian, rumah Lamin Panjang, dan lain-lain, seperti aneka cenderamata manik-manik yang dapat dibeli oleh para wisatawan. Namun, kurangnya publikasi dan tidak adanya identitas visual yang dimiliki oleh Desa Budaya Pampang sangat disayangkan. Identitas visual dapat menjadi solusi, khususnya bagi pemerintah serta pengelola untuk dapat memajukan pariwisata dan melestarikan kebudayaan Suku Dayak. Identitas visual dapat berfungsi untuk mengangkat citra positif serta menarik minat wisatawan untuk berkunjung agar membawa kemajuan bagi Desa Budaya Pampang sebagai salah satu destinasi wisata. Tulisan ini membicarakan identitas visual tersebut menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, studi Pustaka, dan dokumentasi. Data yang telah diperoleh merupakan dasar dari proses identitas visual beserta strategi komunikasinya.
{"title":"IDENTITAS VISUAL DESA BUDAYA PAMPANG SAMARINDA","authors":"Arafah Zakiyah Rachma, Nicholas Wila Adi, Hafizh Al Fikri","doi":"10.36806/jsrw.v11i1.165","DOIUrl":"https://doi.org/10.36806/jsrw.v11i1.165","url":null,"abstract":"Desa Budaya Pampang merupakan salah satu tujuan wisata yang terdapat di Samarinda, Kalimantan Timur. Kebudayaan Dayak yang ditawarkan oleh desa ini diminati oleh wisatawan, baik lokal maupun mancanegara. Desa ini merepresentasikan eksotisme kebudayaan Dayak dalam bentuk tarian, rumah Lamin Panjang, dan lain-lain, seperti aneka cenderamata manik-manik yang dapat dibeli oleh para wisatawan. Namun, kurangnya publikasi dan tidak adanya identitas visual yang dimiliki oleh Desa Budaya Pampang sangat disayangkan. Identitas visual dapat menjadi solusi, khususnya bagi pemerintah serta pengelola untuk dapat memajukan pariwisata dan melestarikan kebudayaan Suku Dayak. Identitas visual dapat berfungsi untuk mengangkat citra positif serta menarik minat wisatawan untuk berkunjung agar membawa kemajuan bagi Desa Budaya Pampang sebagai salah satu destinasi wisata. Tulisan ini membicarakan identitas visual tersebut menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik pengumpulan data observasi, wawancara, studi Pustaka, dan dokumentasi. Data yang telah diperoleh merupakan dasar dari proses identitas visual beserta strategi komunikasinya. ","PeriodicalId":17523,"journal":{"name":"JSRW (Jurnal Senirupa Warna)","volume":"46 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"75729838","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Maria Adventina Sunardiyah, Supriyoko, Moh. Rusnoto Susanto
Wonosari sebagai kota Kabupaten Gunung Kidul sebagai bagian dari daerah penopang keistimewaan Yogykarta yang dikenal sebagai daerah multikulturalisme merupakan landscape kawasan yang tengah berkembang progresif pada pengembangan destinasi wisata budaya, kuliner, dan wisata pantai dalam beberapa dekade ini mencuri perhatian wisatawan domestik maupun mancanegara, salah satunya kaswasan Kampung Batik Siberkreasi di Wonosari, Gunung Kidul Yogyakarta. Tujuan dari penelitian diantaranya; (1) untuk mengeksplanasi pengaruh kegiatan eksplorasi estetik berbasis outing class multikulturalisme dan hasil pembelajaran peserta didik untuk menumbuhkan minat menciptakan kreasi batik bagi pengunjung khususnya peserta didik Sekolah Dasar di Kampung Batik Siberkreasi Wonosari Yogyakarta, (2) Menganalisis hasil kegiatan eksplorasi estetik berbasis outing class models multukulturalisme di Kampung Batik Siberkreasi Wonosari Yogyakarta dalam meningkatkan ketrampilan membatik bagi peserta didik Sekolah Dasar. Jenis penelitian yang digunakan penelitian kwalitatif dengan pendekatan deskriptif analisis proses kreatif. Adapun tahapan pelaksanaan outing class ini dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, refleksi, dan evaluasi. Pada tahap perencanaan, peneliti membuat perancangan perangkat pembelajaran. Pada pelaksanaan peserta didik dibimbing oleh narasumber (mentor dan exspert serta tutor sebaya) melakukan kegoatan workshop dan pendampinga selama proses membatik bebasis outingclass models berlangsung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa; (1) Melalui penerapan model outing class, pembelajaran membatik menjadi lebih menarik dan menyenangkan karena peserta didik dapat langsung praktik membuat batik di Kampung Batik Siberkreasi Wonosari Yogyakarta. (2) Kegiatan sinergitas antara pengunjung, expert, tutor, mentor, dan guru pendamping) menjadi pengalaman empiris bagi peserta didik dengan outing class models mampu menghasilkan produk batik.
{"title":"EKSPLORASI ESTETIK BERBASIS OUTING CLASS MODELS","authors":"Maria Adventina Sunardiyah, Supriyoko, Moh. Rusnoto Susanto","doi":"10.36806/jsrw.v11i1.173","DOIUrl":"https://doi.org/10.36806/jsrw.v11i1.173","url":null,"abstract":"Wonosari sebagai kota Kabupaten Gunung Kidul sebagai bagian dari daerah penopang keistimewaan Yogykarta yang dikenal sebagai daerah multikulturalisme merupakan landscape kawasan yang tengah berkembang progresif pada pengembangan destinasi wisata budaya, kuliner, dan wisata pantai dalam beberapa dekade ini mencuri perhatian wisatawan domestik maupun mancanegara, salah satunya kaswasan Kampung Batik Siberkreasi di Wonosari, Gunung Kidul Yogyakarta. Tujuan dari penelitian diantaranya; (1) untuk mengeksplanasi pengaruh kegiatan eksplorasi estetik berbasis outing class multikulturalisme dan hasil pembelajaran peserta didik untuk menumbuhkan minat menciptakan kreasi batik bagi pengunjung khususnya peserta didik Sekolah Dasar di Kampung Batik Siberkreasi Wonosari Yogyakarta, (2) Menganalisis hasil kegiatan eksplorasi estetik berbasis outing class models multukulturalisme di Kampung Batik Siberkreasi Wonosari Yogyakarta dalam meningkatkan ketrampilan membatik bagi peserta didik Sekolah Dasar. Jenis penelitian yang digunakan penelitian kwalitatif dengan pendekatan deskriptif analisis proses kreatif. Adapun tahapan pelaksanaan outing class ini dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, refleksi, dan evaluasi. Pada tahap perencanaan, peneliti membuat perancangan perangkat pembelajaran. Pada pelaksanaan peserta didik dibimbing oleh narasumber (mentor dan exspert serta tutor sebaya) melakukan kegoatan workshop dan pendampinga selama proses membatik bebasis outingclass models berlangsung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa; (1) Melalui penerapan model outing class, pembelajaran membatik menjadi lebih menarik dan menyenangkan karena peserta didik dapat langsung praktik membuat batik di Kampung Batik Siberkreasi Wonosari Yogyakarta. (2) Kegiatan sinergitas antara pengunjung, expert, tutor, mentor, dan guru pendamping) menjadi pengalaman empiris bagi peserta didik dengan outing class models mampu menghasilkan produk batik.","PeriodicalId":17523,"journal":{"name":"JSRW (Jurnal Senirupa Warna)","volume":"62 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"77917897","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ekspresi, persepsi dan interpretasi visual dalam seni rupa pada dasarnya dimulai dengan perbedaan visual antar manusia dan antar budaya sejak awal. Penghargaan terhadap perbedaan visual adalah cikal bakal bagi karya-karya multikultural, yang berasal dari berbagai budaya. Dari berbagai karya yang telah diakui menyiratkan adanya budaya yang bercampur pada pelakunya. Inilah yang dapat asumsikan dalam karya-karya multikultural. Tulisan ini tidak bermaksud mengklasifikasi atau mengevaluasi pelukis/perupa atau karya-karya yang berciri multikultural, melainkan memberi gambaran bahwa sejauh yang dimaksud seni rupa sebagai seni rupa modern kontemporer, maka pada dirinya adalah karya multikultural. Proses kesejagatan (globalisasi) sejak awal telah melahirkan manusia hybrid dan karya hybrid yang mengekspresikan multikulturalisme, tanpa mengabaikan bahwa masih terdapat karya yang konsisten mendukung pada keaslian dan lokalitas budaya. Dengan pendekatan filsafat seni dan padangan multikulturalisme - yang bukan hanya sebagai keberagaman dan pluralitas budaya, namun juga sebagai pengakuan budaya dan karya minoritas yang terpinggirkan - dan dengan metode empiris, analisis, kritis, tulisan ini bermaksud mengelaborasi hal tersebut, dengan membahas manusia dan karya yang dianggap multikultur, sebagai hakekat dari multikulturalisme itu sendiri yang sifatnya terbuka.
{"title":"MANUSIA DAN KARYA MULTIKULTURAL DALAM SENI RUPA","authors":"Embun Kenyowati","doi":"10.36806/jsrw.v11i1.178","DOIUrl":"https://doi.org/10.36806/jsrw.v11i1.178","url":null,"abstract":"Ekspresi, persepsi dan interpretasi visual dalam seni rupa pada dasarnya dimulai dengan perbedaan visual antar manusia dan antar budaya sejak awal. Penghargaan terhadap perbedaan visual adalah cikal bakal bagi karya-karya multikultural, yang berasal dari berbagai budaya. Dari berbagai karya yang telah diakui menyiratkan adanya budaya yang bercampur pada pelakunya. Inilah yang dapat asumsikan dalam karya-karya multikultural. Tulisan ini tidak bermaksud mengklasifikasi atau mengevaluasi pelukis/perupa atau karya-karya yang berciri multikultural, melainkan memberi gambaran bahwa sejauh yang dimaksud seni rupa sebagai seni rupa modern kontemporer, maka pada dirinya adalah karya multikultural. Proses kesejagatan (globalisasi) sejak awal telah melahirkan manusia hybrid dan karya hybrid yang mengekspresikan multikulturalisme, tanpa mengabaikan bahwa masih terdapat karya yang konsisten mendukung pada keaslian dan lokalitas budaya. Dengan pendekatan filsafat seni dan padangan multikulturalisme - yang bukan hanya sebagai keberagaman dan pluralitas budaya, namun juga sebagai pengakuan budaya dan karya minoritas yang terpinggirkan - dan dengan metode empiris, analisis, kritis, tulisan ini bermaksud mengelaborasi hal tersebut, dengan membahas manusia dan karya yang dianggap multikultur, sebagai hakekat dari multikulturalisme itu sendiri yang sifatnya terbuka.","PeriodicalId":17523,"journal":{"name":"JSRW (Jurnal Senirupa Warna)","volume":"238 2 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"72950716","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Artikel ilmiah ini fokus pada kajian simbol mutikultural yang terdapat pada Paksi Naga Liman Keraton Kanoman Cirebon. Pemilihan Keraton Kanoman, dengan pertimbangan artefak dan peninggalan sejarah yang tersimpan di keraton, memperlihatkan nilai artistik dan fungsional sebagai suatu produk seni-budaya dan memiliki nilai-nilai simbolik religio-magis. Paksi Naga Liman, merupakan sosok jejaden yakni sosok makhluk hibrid yang berwujud ganjil, yakni, berkepala naga, berbelalai dan berbadan gajah, bersayap burung pemangsa, bertaring, dan belalainya melilit sebuah senjata tradisional berupa ‘cakra-trisula’. Pemilihan Paksi Naga Liman, karena merupakan warisan budaya Nusantara yang perlu dijaga dan digali makna historis dan simbolis khususnya dalam konteks hibriditas sebagai karakter nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan melakukan kajian-kajian terhadap imaji mitos Paksi Naga Liman yang ada di Keraton Kanoman Cirebon. Hasil penelitian menunjukkan. Hasil kajian menunjukan terdapat spirit multikulturalisme pada Paksi Naga Liman, secara historik-diakronik merupakan simbol akulturasi dalam Kerajaan Cirebon. Paksi, merupakan pengaruh kebudayaan Islam yang dibawa oleh orang-orang Mesir ke Cirebon. Naga, merupakan pengaruh dari Negeri Tiongkok yang masik ke wilayah Cirebon, dan Liman, merupakan pengaruh dari kebudayaan Hindu yang dibawa oleh orang-orang India ke Cirebon.
{"title":"SIMBOL MULTIKULTURALISME PADA IMAJI HIBRID PAKSI NAGA LIMAN KERATON KANOMAN CIREBON","authors":"Ismet Zainal Effendi","doi":"10.36806/jsrw.v11i1.167","DOIUrl":"https://doi.org/10.36806/jsrw.v11i1.167","url":null,"abstract":"Artikel ilmiah ini fokus pada kajian simbol mutikultural yang terdapat pada Paksi Naga Liman Keraton Kanoman Cirebon. Pemilihan Keraton Kanoman, dengan pertimbangan artefak dan peninggalan sejarah yang tersimpan di keraton, memperlihatkan nilai artistik dan fungsional sebagai suatu produk seni-budaya dan memiliki nilai-nilai simbolik religio-magis. Paksi Naga Liman, merupakan sosok jejaden yakni sosok makhluk hibrid yang berwujud ganjil, yakni, berkepala naga, berbelalai dan berbadan gajah, bersayap burung pemangsa, bertaring, dan belalainya melilit sebuah senjata tradisional berupa ‘cakra-trisula’. Pemilihan Paksi Naga Liman, karena merupakan warisan budaya Nusantara yang perlu dijaga dan digali makna historis dan simbolis khususnya dalam konteks hibriditas sebagai karakter nilai-nilai yang dimiliki bangsa Indonesia. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan melakukan kajian-kajian terhadap imaji mitos Paksi Naga Liman yang ada di Keraton Kanoman Cirebon. Hasil penelitian menunjukkan. Hasil kajian menunjukan terdapat spirit multikulturalisme pada Paksi Naga Liman, secara historik-diakronik merupakan simbol akulturasi dalam Kerajaan Cirebon. Paksi, merupakan pengaruh kebudayaan Islam yang dibawa oleh orang-orang Mesir ke Cirebon. Naga, merupakan pengaruh dari Negeri Tiongkok yang masik ke wilayah Cirebon, dan Liman, merupakan pengaruh dari kebudayaan Hindu yang dibawa oleh orang-orang India ke Cirebon.","PeriodicalId":17523,"journal":{"name":"JSRW (Jurnal Senirupa Warna)","volume":"3 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"74605454","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Diskusi tentang alam dalam praktik seni rupa modern seringkali berujung pada visualisasi keindahan alam yang mengagumkan. Dalam seni lukis modern Indonesia, praktik visualisasi ini sempat digunakan untuk mengonstruksi narasi tunggal tentang alam Indonesia yang indah permai. Gunung, persawahan, seperti juga pantai dan lautan menjadi representasi umum yang ditampilkan. Sementara itu, hutan gambut yang juga merupakan bagian penting dari lansekap alam Indonesia masih jarang ditampilkan sebagai representasi keindahan alam Indonesia. Kemampuannya menyerap jejak karbon dari atmosfer mejelaskan peran penting hutan gambut dalam mengatasi perubahan iklim planet ini. Artikel ini mencoba mengulas bagaimana wacana tentang perubahan iklim, pelestarian ekosistem alam dan penggambaran keindahan hutan gambut di Katingan, Kalimantan Tengah, diartikulasikan oleh seniman media DigitalNativ, dalam karya mereka yang berjudul “The Commons.” Karya ini diproduksi untuk perhelatan “Five Passages to the Future” yang digelar di Galeri Nasional, bulan Oktober 2019 lalu. Selain itu, makalah ini juga mencoba mengelaborasi bagaimana pendekatan teknis yang digunakan dalam karya tersebut digunakan untuk memvisualkan dimensi saintifik dari alam yang “liar” dan “tidak terkendali.”
{"title":"THE COMMONS: EKOLOGI DAN POLITIK MEMANDANG ALAM","authors":"Yuka Dian Narendra","doi":"10.36806/jsrw.v11i1.164","DOIUrl":"https://doi.org/10.36806/jsrw.v11i1.164","url":null,"abstract":"Diskusi tentang alam dalam praktik seni rupa modern seringkali berujung pada visualisasi keindahan alam yang mengagumkan. Dalam seni lukis modern Indonesia, praktik visualisasi ini sempat digunakan untuk mengonstruksi narasi tunggal tentang alam Indonesia yang indah permai. Gunung, persawahan, seperti juga pantai dan lautan menjadi representasi umum yang ditampilkan. Sementara itu, hutan gambut yang juga merupakan bagian penting dari lansekap alam Indonesia masih jarang ditampilkan sebagai representasi keindahan alam Indonesia. Kemampuannya menyerap jejak karbon dari atmosfer mejelaskan peran penting hutan gambut dalam mengatasi perubahan iklim planet ini. Artikel ini mencoba mengulas bagaimana wacana tentang perubahan iklim, pelestarian ekosistem alam dan penggambaran keindahan hutan gambut di Katingan, Kalimantan Tengah, diartikulasikan oleh seniman media DigitalNativ, dalam karya mereka yang berjudul “The Commons.” Karya ini diproduksi untuk perhelatan “Five Passages to the Future” yang digelar di Galeri Nasional, bulan Oktober 2019 lalu. Selain itu, makalah ini juga mencoba mengelaborasi bagaimana pendekatan teknis yang digunakan dalam karya tersebut digunakan untuk memvisualkan dimensi saintifik dari alam yang “liar” dan “tidak terkendali.” ","PeriodicalId":17523,"journal":{"name":"JSRW (Jurnal Senirupa Warna)","volume":"22 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-01-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"80016768","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Praktik kriya seperti menyulam, merajut, dan menjahit merupakan beberapa kegiatan kriya tekstil yang biasa dilakukan oleh perempuan di rumah atau ruang domestik. Tulisan ini menelusuri perubahan praktik kriya tekstil rumahan yang dilakukan perempuan urban di masa kini, terutama terkait disrupsi digital dan pandemi. Metode penelitian kualitatif dilakukan melalui penyebaran angket dan wawancara. Penelitian dilakukan di Kota Malang pada sekelompok pelajar SD hingga mahasiswa, serta komunitas perca di kota Malang dengan rentang usia 10 tahun hingga 75 tahun. Selain itu, penelitian melalui lokakarya daring melibatkan peserta dari beberapa kota besar, seperti Jabodetabek dan Surabaya. Penelitian seni berbasis praktik memungkinkan peneliti untuk berjarak sekaligus berada di dalam proses penelitian.. Hasil penelusuran memperlihatkan adanya transformasi pada praktik kriya tekstil rumahan yang dilakukan masyarakat urban, khususnya perempuan pelaku kriya tekstil rumahan. Transformasi terkait dengan metode dan kualitas atau nilai yang dianggap penting bagi pelaku kriya tekstil rumahan. Transformasi secara bertahap bisa dikatakan sebagai metamorfosis, sebuah proses perubahan bentuk dalam rangkaian perkembangan atau pertumbuhan. Dalam pengertian tersebut, maka transformasi dalam praktik kriya tekstil bisa diartikan sebagai semangat metamorfosis. Dari hasil tersebut, ditemukan bahwa praktik kriya tekstil rumahan mempunyai kemampuan adaptasi berkaitan dengan kualitas hidup yang lebih baik bagi perempuan urban.
{"title":"Transformasi Praktik Kriya Tekstil Rumahan pada Perempuan Masyarakat Urban","authors":"Lusiana Limono","doi":"10.36806/jsrw.v10i2.149","DOIUrl":"https://doi.org/10.36806/jsrw.v10i2.149","url":null,"abstract":"Praktik kriya seperti menyulam, merajut, dan menjahit merupakan beberapa kegiatan kriya tekstil yang biasa dilakukan oleh perempuan di rumah atau ruang domestik. Tulisan ini menelusuri perubahan praktik kriya tekstil rumahan yang dilakukan perempuan urban di masa kini, terutama terkait disrupsi digital dan pandemi. Metode penelitian kualitatif dilakukan melalui penyebaran angket dan wawancara. Penelitian dilakukan di Kota Malang pada sekelompok pelajar SD hingga mahasiswa, serta komunitas perca di kota Malang dengan rentang usia 10 tahun hingga 75 tahun. Selain itu, penelitian melalui lokakarya daring melibatkan peserta dari beberapa kota besar, seperti Jabodetabek dan Surabaya. Penelitian seni berbasis praktik memungkinkan peneliti untuk berjarak sekaligus berada di dalam proses penelitian.. Hasil penelusuran memperlihatkan adanya transformasi pada praktik kriya tekstil rumahan yang dilakukan masyarakat urban, khususnya perempuan pelaku kriya tekstil rumahan. Transformasi terkait dengan metode dan kualitas atau nilai yang dianggap penting bagi pelaku kriya tekstil rumahan. Transformasi secara bertahap bisa dikatakan sebagai metamorfosis, sebuah proses perubahan bentuk dalam rangkaian perkembangan atau pertumbuhan. Dalam pengertian tersebut, maka transformasi dalam praktik kriya tekstil bisa diartikan sebagai semangat metamorfosis. Dari hasil tersebut, ditemukan bahwa praktik kriya tekstil rumahan mempunyai kemampuan adaptasi berkaitan dengan kualitas hidup yang lebih baik bagi perempuan urban.","PeriodicalId":17523,"journal":{"name":"JSRW (Jurnal Senirupa Warna)","volume":"26 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"78325779","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Nicholas Wila Adi, Deny Rusanto, Hilarius Egedius Sae
Komunitas adalah sekelompok orang memiliki ketertarikan dan minat yang sama, dalam hal ini adalah hobi (kegemaran). Komunitas berdasarkan minat memiliki jumlah terbesar karena melingkupi berbagai aspek seperti kesamaan profesi, budaya dan minat. Diantaranya adalah Miniatur Truk Community MTC adalah komunitas miniatur truk yang didirikan pada tahun 2006. Pada perkembangannya MTC mampu menghadirkan kualitas membuat miniatur truk dengan baik dan penuh ketelitian yang presisi. Proses kreativ MTC secara organik bermetamorfosis, pada proses desain tidak hanya keterampilan bidang estetis yang dituntut, namun terampil dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi berbasis digital atau “melek teknologi” menjadi penunjang penting lainnya. Produk dari Miniatur truk karya MTC bermetamorfosis membawa perubahan yang fundamental terhadap arah seni rupa dan desain baik dari gagasan, proses kreativ, aktivitas hingga discourse analisys. Perkembagan teknologi digital dan pengunaannya, pada akhirnya menjadi bagian dari kehidupan keseharian. Teknologi digital mampu mengakomodir berbagai kemudahan dalam masalah waktu dan menjadi bagian dari penanda zamannya. Pada proses desain, penggunaan teknologi digital dapat menghadirkan visual dari desain secara nyata (miniatur truk terinspirasi dari truk asli yang ada di masyarakat). Kehadiran karya-karya desain pada truk terus tumbuh subur begitu pula representasi karya desain pada miniature truk mengalami perubahan signifikan dari analog menuju virtual, dengan berbagai pilihan platform media sosial.
{"title":"Bentuk Perubahan dan Peralihan Pada Karya Seni Miniatur Truk Proses Kreatif Komunitas Miniatur Truk Community MTC","authors":"Nicholas Wila Adi, Deny Rusanto, Hilarius Egedius Sae","doi":"10.36806/jsrw.v10i2.154","DOIUrl":"https://doi.org/10.36806/jsrw.v10i2.154","url":null,"abstract":"Komunitas adalah sekelompok orang memiliki ketertarikan dan minat yang sama, dalam hal ini adalah hobi (kegemaran). Komunitas berdasarkan minat memiliki jumlah terbesar karena melingkupi berbagai aspek seperti kesamaan profesi, budaya dan minat. Diantaranya adalah Miniatur Truk Community MTC adalah komunitas miniatur truk yang didirikan pada tahun 2006. Pada perkembangannya MTC mampu menghadirkan kualitas membuat miniatur truk dengan baik dan penuh ketelitian yang presisi. Proses kreativ MTC secara organik bermetamorfosis, pada proses desain tidak hanya keterampilan bidang estetis yang dituntut, namun terampil dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi berbasis digital atau “melek teknologi” menjadi penunjang penting lainnya. Produk dari Miniatur truk karya MTC bermetamorfosis membawa perubahan yang fundamental terhadap arah seni rupa dan desain baik dari gagasan, proses kreativ, aktivitas hingga discourse analisys. Perkembagan teknologi digital dan pengunaannya, pada akhirnya menjadi bagian dari kehidupan keseharian. Teknologi digital mampu mengakomodir berbagai kemudahan dalam masalah waktu dan menjadi bagian dari penanda zamannya. Pada proses desain, penggunaan teknologi digital dapat menghadirkan visual dari desain secara nyata (miniatur truk terinspirasi dari truk asli yang ada di masyarakat). Kehadiran karya-karya desain pada truk terus tumbuh subur begitu pula representasi karya desain pada miniature truk mengalami perubahan signifikan dari analog menuju virtual, dengan berbagai pilihan platform media sosial.","PeriodicalId":17523,"journal":{"name":"JSRW (Jurnal Senirupa Warna)","volume":"9 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"72933977","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ades Adrian Firmansyah, Catur Satria Aji Wibowo, Teuku Syahnureza
Hampir dua tahun pandemi COVID-19 melanda. Konser, resital, dan kompetisi bermusik tidak dapat lagi diadakan. Pemerintah membatasi kegiatan yang mengundang kerumunan untuk mengurangi penyebaran virus Corona di masyarakat. Hal ini menjadi kendala utama bagi musisi, mengingat kegiatan tersebut merupakan mata pencaharian utama bagi artis dan musisi di seluruh dunia. Keadaan tersebut membuat kita harus beradaptasi dengan gaya hidup new normal atau kenormalan baru. Teknologi digital memainkan peran penting dalam gaya hidup pada era pandemi tersebut. Jika adaptasi tersebut tidak dilakukan, kemungkinan besar para musisi terancam meninggalkan profesinya karena tidak mendapat penghasilan. Hal ini tentu sangat disayangkan. Oleh sebab itu, inovasi menjadi suatu keniscayaan. Salah satunya dengan membuat konser virtual seperti virtual choir atau paduan suara digital. Lewat metode design thinking proses pembuatan virtual choir akan dijelaskan secara detail agar hal ini bisa menjadi bahan penelitian lebih lanjut kearah yang lebih baik. Hasil kajian menunjukan bahwa situasi Pandemi telah mendorong perubahan dalam proses kreativitas berbasis digital art, sehingga kehidupan berkesenian tetap berjalan. Pembuatan virtual choir dengan pendekatan metode design thinking dapat memberikan solusi terbaik untuk semua orang, baik itu user maupun internal tim. Karena pendekatan metode dapat memberikan data yang komperhensif dengan pendekatan humanis kepada user.
{"title":"Paduan Suara Digital Dalam Disain Thinking","authors":"Ades Adrian Firmansyah, Catur Satria Aji Wibowo, Teuku Syahnureza","doi":"10.36806/jsrw.v10i2.153","DOIUrl":"https://doi.org/10.36806/jsrw.v10i2.153","url":null,"abstract":"Hampir dua tahun pandemi COVID-19 melanda. Konser, resital, dan kompetisi bermusik tidak dapat lagi diadakan. Pemerintah membatasi kegiatan yang mengundang kerumunan untuk mengurangi penyebaran virus Corona di masyarakat. Hal ini menjadi kendala utama bagi musisi, mengingat kegiatan tersebut merupakan mata pencaharian utama bagi artis dan musisi di seluruh dunia. Keadaan tersebut membuat kita harus beradaptasi dengan gaya hidup new normal atau kenormalan baru. Teknologi digital memainkan peran penting dalam gaya hidup pada era pandemi tersebut. Jika adaptasi tersebut tidak dilakukan, kemungkinan besar para musisi terancam meninggalkan profesinya karena tidak mendapat penghasilan. Hal ini tentu sangat disayangkan. Oleh sebab itu, inovasi menjadi suatu keniscayaan. Salah satunya dengan membuat konser virtual seperti virtual choir atau paduan suara digital. Lewat metode design thinking proses pembuatan virtual choir akan dijelaskan secara detail agar hal ini bisa menjadi bahan penelitian lebih lanjut kearah yang lebih baik. Hasil kajian menunjukan bahwa situasi Pandemi telah mendorong perubahan dalam proses kreativitas berbasis digital art, sehingga kehidupan berkesenian tetap berjalan. Pembuatan virtual choir dengan pendekatan metode design thinking dapat memberikan solusi terbaik untuk semua orang, baik itu user maupun internal tim. Karena pendekatan metode dapat memberikan data yang komperhensif dengan pendekatan humanis kepada user.","PeriodicalId":17523,"journal":{"name":"JSRW (Jurnal Senirupa Warna)","volume":"40 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86604136","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Bagi orang Jawa, salah satu kelengkapan berbusana adalah tutup kepala atau blangkon. Bentuk blangkon sangat sederhana. Akan tetapi, blangkon memiliki makna yang cukup tinggi. Makna estetika (keindahan, seni) tercermin dari bentuk blangkon yang dibuat sedemikian rupa sehingga memancarkan keindahan. Makna martabat tercermin dari kegunaan blangkon sebagai alat pembeda antara kaum ningrat Kraton dan rakyat jelata. Makna etika tercermin dari kehidupan dan kepribadian orang Jawa. Oleh karena itu, masalah ini menarik untuk diteliti dengan tujuan sebagai berikut. Pertama, menjabarkan proses metamorfosis visual yang memengaruhi konsep dan hasil penciptaan blangkon gaya Yogyakarta dan ciri khasnya. Kedua, menjabarkan metamorfosis visual melalui eksplorasi aplikasi motif-motif batik sebagai elemen pokok dalam penciptaan blangkon gaya Yogyakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan cara mendeskripsikan karakteristik kerajinan batik secara jelas dan mendalam masalah blangkon yang diproduksi oleh Nardi di Bugisan Yogyakarta. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah menggambarkan hasil metamorfosis visual blangkon gaya Yogyakarta berciri khas dalam bentuk maupun nilai filosofis dan menggambarkan hasil metamorfosis visual melalui transformatif visual pengolahan dan ekplorasi motif-motif batik yang diterapkan pada blangkon khas dari keraton Yogyakarta.
{"title":"Metamorfosis Visual: Kajian Transformatif Blangkon Gaya Yogyakarta Berbasis Aplikasi Motif Batik Pada Karya Nardi di Bugisan Yogyakarta","authors":"Sugiyamin, Moh. Rusnoto Susanto, Nugroho Heri Cahyono, Andrik Musfalri","doi":"10.36806/jsrw.v10i2.151","DOIUrl":"https://doi.org/10.36806/jsrw.v10i2.151","url":null,"abstract":"Bagi orang Jawa, salah satu kelengkapan berbusana adalah tutup kepala atau blangkon. Bentuk blangkon sangat sederhana. Akan tetapi, blangkon memiliki makna yang cukup tinggi. Makna estetika (keindahan, seni) tercermin dari bentuk blangkon yang dibuat sedemikian rupa sehingga memancarkan keindahan. Makna martabat tercermin dari kegunaan blangkon sebagai alat pembeda antara kaum ningrat Kraton dan rakyat jelata. Makna etika tercermin dari kehidupan dan kepribadian orang Jawa. Oleh karena itu, masalah ini menarik untuk diteliti dengan tujuan sebagai berikut. Pertama, menjabarkan proses metamorfosis visual yang memengaruhi konsep dan hasil penciptaan blangkon gaya Yogyakarta dan ciri khasnya. Kedua, menjabarkan metamorfosis visual melalui eksplorasi aplikasi motif-motif batik sebagai elemen pokok dalam penciptaan blangkon gaya Yogyakarta. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan cara mendeskripsikan karakteristik kerajinan batik secara jelas dan mendalam masalah blangkon yang diproduksi oleh Nardi di Bugisan Yogyakarta. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah menggambarkan hasil metamorfosis visual blangkon gaya Yogyakarta berciri khas dalam bentuk maupun nilai filosofis dan menggambarkan hasil metamorfosis visual melalui transformatif visual pengolahan dan ekplorasi motif-motif batik yang diterapkan pada blangkon khas dari keraton Yogyakarta.","PeriodicalId":17523,"journal":{"name":"JSRW (Jurnal Senirupa Warna)","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"88929456","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}