I. Gunawan, Miftahul Fauziah, Yoki Yulizar, S. Sudirman
Telah dilakukan sintesis bentonit terpilarisasi Cu dan diimmobilisasi nanopartikel Au sebagai katalis degradasi termal RBBR ( Remazol Brilliant Blue R ) menggunakan H 2 O 2 . Karakterisasi Na-bentonit, bentonit terpilarisasi Cu dan immobilisasi naopartikel Au di dalam Cu-bentonit dilakukan dengan menggunakan peralatan-peralatan FTIR , XRD dan SEM-EDS . Dalam kategori pewarna secara keseluruhan, RBBR adalah pewarna antrakuinon yang digunakan pada industri tekstil. Ini adalah pewarna berbahaya dan dapat merusak kehidupan akuatik dan juga kehidupan vegetatif jika air yang terkontaminasi digunakan untuk irigasi. Karakterisasi degradasi dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis menunjukkan pada jumlah katalis 4 mg Cu-bentonit-Au mampu mempercepat reaksi degradasi termal RBBR pada konsentrasi 1,56x10 -5 M, dengan persentase dye removal mencapai 98,18%. Waktu reaksi dan suhu reaksi optimum adalah 10 menit dan 98 o C, sementara konsentrasi optimum H 2 O 2 untuk degradasi RBBR adalah 4,62x10 -1 M.
膨润土合成稳定的Cu,并用H2 O2将Au纳米粒子作为热降解催化剂固定在RBBR(Remazol Brilliant Blue R)[UNK]中。利用FTIR、-,-,-、-、-,-SEM-EDS等测试手段,研究了钠基膨润土、铜稳定膨润土和Au在铜基膨润土中的固位特性。在整个颜色类别中,RBBR是纺织工业中使用的蒽醌的颜色。这是一种危险的颜色,如果使用受污染的水灌溉,可能会损害水生生物和植物生命。紫外-可见分光光度计的降解特性表明,4mg Cu-膨润土Au在1.56x10-5M的浓度下能够加速RBBR的热降解反应,染料去除率达到98.18%。反应时间和最佳反应温度分别为10分钟和98〃o C,而降解RBBR的最佳H2 O2浓度为4.62×10-1M。
{"title":"Green Modifikasi Nanopartikel Au Terhadap Permukaan Bentonit Terpilar Cu Sebagai Degradasi Zat Warna Remazol Brilliant Blue R (RBBR)","authors":"I. Gunawan, Miftahul Fauziah, Yoki Yulizar, S. Sudirman","doi":"10.24817/jkk.v41i2.4331","DOIUrl":"https://doi.org/10.24817/jkk.v41i2.4331","url":null,"abstract":"Telah dilakukan sintesis bentonit terpilarisasi Cu dan diimmobilisasi nanopartikel Au sebagai katalis degradasi termal RBBR ( Remazol Brilliant Blue R ) menggunakan H 2 O 2 . Karakterisasi Na-bentonit, bentonit terpilarisasi Cu dan immobilisasi naopartikel Au di dalam Cu-bentonit dilakukan dengan menggunakan peralatan-peralatan FTIR , XRD dan SEM-EDS . Dalam kategori pewarna secara keseluruhan, RBBR adalah pewarna antrakuinon yang digunakan pada industri tekstil. Ini adalah pewarna berbahaya dan dapat merusak kehidupan akuatik dan juga kehidupan vegetatif jika air yang terkontaminasi digunakan untuk irigasi. Karakterisasi degradasi dengan menggunakan spektrofotometer UV-Vis menunjukkan pada jumlah katalis 4 mg Cu-bentonit-Au mampu mempercepat reaksi degradasi termal RBBR pada konsentrasi 1,56x10 -5 M, dengan persentase dye removal mencapai 98,18%. Waktu reaksi dan suhu reaksi optimum adalah 10 menit dan 98 o C, sementara konsentrasi optimum H 2 O 2 untuk degradasi RBBR adalah 4,62x10 -1 M.","PeriodicalId":17728,"journal":{"name":"Jurnal Kimia dan Kemasan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45459412","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Sri Fahmiati, E. Triwulandari, Eko Fahrul Umam, M. Ghozali, Yulianti Sampora, Yenni Apriliani Devi, D. Sondari
Modifikasi kitosan dengan glukosa telah dilakukan untuk memperoleh kitosan larut air. Pada penelitian ini modifikasi kitosan dilakukan melalui reaksi pencoklatan non enzimatik yaitu reaksi maillard dengan variasi metode refluks dan metode autoklaf. Kitosan dan glukosa direaksikan bersamaan dengan pemanasan hingga terjadi pencoklatan yang menandakan berjalannya reaksi maillard. Karakterisasi terhadap produk kitosan termodifikasi glukosa dilakukan dengan analisa Fourier Transform Infra Red ( FTIR ) , derajat deasetilasi, dan tingkat kelarutan. Berdasar hasil analisa FTIR diperoleh pada kitosan termodifikasi dengan metode autoklaf didapat puncak serapan di daerah bilangan gelombang 1560 cm-1 yang menunjukan adanya amida sekunder. Pada kitosan termodifikasi melalui metode refluks ditemukan puncak baru pada 1595 cm-1 yang menunjukan terbentuknya basa Schiff (C=N) yang menunjukkan bahwa kitosan telah mengalami modifikasi pada gugus amina dan berikatan dengan glukosa. Berdasar hasil pengukuran derajat deasetilasi diketahui bahwa pada produk kitosan termodifikasi dengan metode refluk dan autoklaf terjadi penurunan derajat deasetilasi. Hal ini disebabkan oleh adanya kecenderungan terjadinya reaksi hidrolisis dari reaksi Maillard. Pada hasil uji kelarutan terhadap air diketahui bahwa kitosan yang telah termodifikasi meningkatkan kelarutan dalam air, kitosan termodifikasi dengan metode autoklaf meningkat menjadi 0,014 g/L dan kitosan termodifikasi dengan metode refluk menjadi 0,343 g/L.
{"title":"Pembuatan Kitosan Termodifikasi Melalui Reaksi Maillard","authors":"Sri Fahmiati, E. Triwulandari, Eko Fahrul Umam, M. Ghozali, Yulianti Sampora, Yenni Apriliani Devi, D. Sondari","doi":"10.24817/jkk.v41i2.4382","DOIUrl":"https://doi.org/10.24817/jkk.v41i2.4382","url":null,"abstract":"Modifikasi kitosan dengan glukosa telah dilakukan untuk memperoleh kitosan larut air. Pada penelitian ini modifikasi kitosan dilakukan melalui reaksi pencoklatan non enzimatik yaitu reaksi maillard dengan variasi metode refluks dan metode autoklaf. Kitosan dan glukosa direaksikan bersamaan dengan pemanasan hingga terjadi pencoklatan yang menandakan berjalannya reaksi maillard. Karakterisasi terhadap produk kitosan termodifikasi glukosa dilakukan dengan analisa Fourier Transform Infra Red ( FTIR ) , derajat deasetilasi, dan tingkat kelarutan. Berdasar hasil analisa FTIR diperoleh pada kitosan termodifikasi dengan metode autoklaf didapat puncak serapan di daerah bilangan gelombang 1560 cm-1 yang menunjukan adanya amida sekunder. Pada kitosan termodifikasi melalui metode refluks ditemukan puncak baru pada 1595 cm-1 yang menunjukan terbentuknya basa Schiff (C=N) yang menunjukkan bahwa kitosan telah mengalami modifikasi pada gugus amina dan berikatan dengan glukosa. Berdasar hasil pengukuran derajat deasetilasi diketahui bahwa pada produk kitosan termodifikasi dengan metode refluk dan autoklaf terjadi penurunan derajat deasetilasi. Hal ini disebabkan oleh adanya kecenderungan terjadinya reaksi hidrolisis dari reaksi Maillard. Pada hasil uji kelarutan terhadap air diketahui bahwa kitosan yang telah termodifikasi meningkatkan kelarutan dalam air, kitosan termodifikasi dengan metode autoklaf meningkat menjadi 0,014 g/L dan kitosan termodifikasi dengan metode refluk menjadi 0,343 g/L.","PeriodicalId":17728,"journal":{"name":"Jurnal Kimia dan Kemasan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42439821","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Magnetic Resonance Imaging ( MRI ) merupakan salah satu teknik diagnosis yang paling banyak digunakan di bidang kedokteran. Agar diperoleh visibilitas yang baik, digunakan contrast agents namun terkadang kontras yang dihasilkan masih rendah, sehingga diperlukan dosis contrast agents lebih tinggi agar diperoleh kontras optimum. Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, dilakukan pembuatan contrast agents berbasis Gadolinium (Gd) menggunakan Gliseril Monooleat (GMO) sebagai ligan. Pada penelitian ini dilakukan sintesis GMO, kompleksasi Gd-GMO, pengukuran turbiditas mikroemulsi, serta pengukuran waktu relaksasi T2 GMO dan Gd-GMO menggunakan alat Nuclear Magnetic Resonance ( NMR ). Hasil sintesis 2,2-dimetil-1,3-dioksolana gliserol menghasilkan rendemen 82,6%, sedangkan dari hasil sintesis GMO diperoleh rendemen 94,2%. Hasil pengukuran waktu relaksasi T2, Gd-GMO menghasilkan waktu relaksasi T2 lebih rendah dibandingkan dengan GMO sebesar 15,4% sampai dengan 32,7%. Data waktu relaksasi T2 tersebut menunjukkan bahwa Gd-GMO berpotensi untuk digunakan sebagai contrast agents .
{"title":"Sintesis Senyawa Berbasis Gadolinium Menggunakan Gliseril Monooleat Sebagai Ligan Dan Potensinya Sebagai Contrast Agents","authors":"Teguh Hafiz Ambarwibawa, Didin Mujahidin","doi":"10.24817/jkk.v41i2.3850","DOIUrl":"https://doi.org/10.24817/jkk.v41i2.3850","url":null,"abstract":"Magnetic Resonance Imaging ( MRI ) merupakan salah satu teknik diagnosis yang paling banyak digunakan di bidang kedokteran. Agar diperoleh visibilitas yang baik, digunakan contrast agents namun terkadang kontras yang dihasilkan masih rendah, sehingga diperlukan dosis contrast agents lebih tinggi agar diperoleh kontras optimum. Untuk mengatasi keterbatasan tersebut, dilakukan pembuatan contrast agents berbasis Gadolinium (Gd) menggunakan Gliseril Monooleat (GMO) sebagai ligan. Pada penelitian ini dilakukan sintesis GMO, kompleksasi Gd-GMO, pengukuran turbiditas mikroemulsi, serta pengukuran waktu relaksasi T2 GMO dan Gd-GMO menggunakan alat Nuclear Magnetic Resonance ( NMR ). Hasil sintesis 2,2-dimetil-1,3-dioksolana gliserol menghasilkan rendemen 82,6%, sedangkan dari hasil sintesis GMO diperoleh rendemen 94,2%. Hasil pengukuran waktu relaksasi T2, Gd-GMO menghasilkan waktu relaksasi T2 lebih rendah dibandingkan dengan GMO sebesar 15,4% sampai dengan 32,7%. Data waktu relaksasi T2 tersebut menunjukkan bahwa Gd-GMO berpotensi untuk digunakan sebagai contrast agents .","PeriodicalId":17728,"journal":{"name":"Jurnal Kimia dan Kemasan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42581925","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Yusran Fachry Reza, Muhammad Triyogo Adiwibowo, Athiek Sri Redjeki, Resi Levi Permadani, Irma Rumondang, S. Slamet
Sintesis bahan pembersih nanofluida berbasis nanokomposit Cu/TiO 2 dan surfaktan metil ester sulfonat (MES) yang berasal dari minyak jarak pagar telah berhasil dilakukan. Bahan ini diharapkan dapat berfungsi ganda sebagai pembersih sekaligus pendegradasi air sisa cucian. Bahan pembersih disintesis dengan mencampurkan surfaktan MES dan nanokomposit 3% Cu/TiO 2 . Performa bahan pembersih ini dievaluasi melalui uji kestabilan nanofluida, uji detergensi, dan uji degradasi surfaktan. Hasil studi menunjukkan bahwa kestabilan nanofluida linier dengan konsentrasi surfaktan dalam bahan pembersih dengan kestabilan maksimal 98,87% pada konsentrasi surfaktan 30%. Daya bersih meningkat dengan penambahan nanokomposit Cu/TiO 2 dari 68,30% menjadi 73,23% tanpa adanya iradiasi dan 71,67% menjadi 87,20% dengan adanya iradiasi sinar. Degradasi sisa surfaktan mengalami peningkatan dari 26,48% menjadi 71,90% ketika diiradiasi sinar selama 30 menit.
{"title":"Sintesis Bahan Pembersih Nanofluida Ramah Lingkungan Berbasis Surfaktan Metil Ester Sulfonat dan Nanokomposit Cu/TiO2","authors":"Yusran Fachry Reza, Muhammad Triyogo Adiwibowo, Athiek Sri Redjeki, Resi Levi Permadani, Irma Rumondang, S. Slamet","doi":"10.24817/jkk.v41i2.4655","DOIUrl":"https://doi.org/10.24817/jkk.v41i2.4655","url":null,"abstract":"Sintesis bahan pembersih nanofluida berbasis nanokomposit Cu/TiO 2 dan surfaktan metil ester sulfonat (MES) yang berasal dari minyak jarak pagar telah berhasil dilakukan. Bahan ini diharapkan dapat berfungsi ganda sebagai pembersih sekaligus pendegradasi air sisa cucian. Bahan pembersih disintesis dengan mencampurkan surfaktan MES dan nanokomposit 3% Cu/TiO 2 . Performa bahan pembersih ini dievaluasi melalui uji kestabilan nanofluida, uji detergensi, dan uji degradasi surfaktan. Hasil studi menunjukkan bahwa kestabilan nanofluida linier dengan konsentrasi surfaktan dalam bahan pembersih dengan kestabilan maksimal 98,87% pada konsentrasi surfaktan 30%. Daya bersih meningkat dengan penambahan nanokomposit Cu/TiO 2 dari 68,30% menjadi 73,23% tanpa adanya iradiasi dan 71,67% menjadi 87,20% dengan adanya iradiasi sinar. Degradasi sisa surfaktan mengalami peningkatan dari 26,48% menjadi 71,90% ketika diiradiasi sinar selama 30 menit.","PeriodicalId":17728,"journal":{"name":"Jurnal Kimia dan Kemasan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43931464","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Diazinon merupakan salah satu pestisida organofosfat yang sangat luas penggunaannya di bidang pertanian, namun ia bersifat sangat beracun. Pada penelitian ini diazinon didegradasi secara fotokatalisis menggunakakan katalis C,N-codoped TiO 2 yang aktif pada sinar matahari. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses degradasi dipelajari seperti massa katalis, pengaruh doping pada titania, pH larutan awal, dan waktu irradiasi. Penambahan katalis C,N-codoped TiO 2 mampu meningkatkan persen degradasi diazinon secara siginifikan. Diazinon dengan konsentrasi awal 18 mg/l dan volume 20 ml terdegradasi sebesar 90,75% pada kondisi optimum pH 7, 12 mg katalis C,N-codoped TiO2, selama 300 menit fotokatalisis sinar matahari. Data hasil analisis High Performance Liquid Chromatography (HPLC) menunjukkan bahwa diazinon telah berhasil didegradasi.
迪亚津是一种农业广泛使用的有机磷杀虫剂,但其毒性极强。在本研究中,二甲锌通过催化剂C、n - 2在阳光下活动进行分化。一些影响退化过程的因素是研究过的,比如催化剂的质量,剂量对titania的影响,早溶液的pH值和irradiation时间。催化C, n - - - TiO 2可以显著增加氟二衰减率。它们的初始浓度为18毫克/l,体积为20毫升,在最佳状态为pH 7, 12毫克催化剂C,N-codoped TiO2,持续300分钟的阳光光化。高绩效分析(HPLC)的数据表明,二宫已经成功地被破译。
{"title":"Degradasi Pestisida Diazinon dengan Proses Fotokatalisis Sinar Matahari Menggunakan Katalis C,N-CODOPED TiO2","authors":"K. Khoiriah, Diana Vanda Wellia, Safni Safni","doi":"10.24817/JKK.V41I1.3834","DOIUrl":"https://doi.org/10.24817/JKK.V41I1.3834","url":null,"abstract":"Diazinon merupakan salah satu pestisida organofosfat yang sangat luas penggunaannya di bidang pertanian, namun ia bersifat sangat beracun. Pada penelitian ini diazinon didegradasi secara fotokatalisis menggunakakan katalis C,N-codoped TiO 2 yang aktif pada sinar matahari. Beberapa faktor yang mempengaruhi proses degradasi dipelajari seperti massa katalis, pengaruh doping pada titania, pH larutan awal, dan waktu irradiasi. Penambahan katalis C,N-codoped TiO 2 mampu meningkatkan persen degradasi diazinon secara siginifikan. Diazinon dengan konsentrasi awal 18 mg/l dan volume 20 ml terdegradasi sebesar 90,75% pada kondisi optimum pH 7, 12 mg katalis C,N-codoped TiO2, selama 300 menit fotokatalisis sinar matahari. Data hasil analisis High Performance Liquid Chromatography (HPLC) menunjukkan bahwa diazinon telah berhasil didegradasi.","PeriodicalId":17728,"journal":{"name":"Jurnal Kimia dan Kemasan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42898490","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
{"title":"Preface JKK Vol. 41 No. 1 April 2019","authors":"Jkk Editor","doi":"10.24817/jkk.v41i1.5162","DOIUrl":"https://doi.org/10.24817/jkk.v41i1.5162","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":17728,"journal":{"name":"Jurnal Kimia dan Kemasan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42752414","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Nanopartikel magnetik Fe 3 O 4 (MNPs) disintesis dari FeSO 4 • 5H 2 O sebagai sumber Fe dengan penambahan NH 4 OH melalui proses sol-gel. MNPs digunakan untuk menyerap larutan Ni (II) dan Co (II). Larutan Ni (II) dan Co (II) dianalisis menggunakan spektrofotometer HACH. MNPs dikarakterisasi menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) , Transmission Electron Microscope (TEM) , dan Scanning Electron Microscope (SEM) . Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran partikel MNPs dari 30 nm sampai dengan 70 nm. Dalam proses adsorpsi, MNPs cenderung menjerap larutan yang mengandung logam Co (II) daripada Ni (II). Berdasarkan analisis dengan spektrofotometer HACH, penurunan konsentrasi hanya terjadi pada larutan Co (II) sebesar 55,31% dari 0,47 ppm menjadi 0,21 ppm.
{"title":"Karakterisasi Nanopartikel Fe3O4 dan Aplikasinya dalam Adsorpsi Ni(II) DAN Co(II)","authors":"Cucun Alep Riyanto, N. A. Wibowo","doi":"10.24817/JKK.V41I1.4013","DOIUrl":"https://doi.org/10.24817/JKK.V41I1.4013","url":null,"abstract":"Nanopartikel magnetik Fe 3 O 4 (MNPs) disintesis dari FeSO 4 • 5H 2 O sebagai sumber Fe dengan penambahan NH 4 OH melalui proses sol-gel. MNPs digunakan untuk menyerap larutan Ni (II) dan Co (II). Larutan Ni (II) dan Co (II) dianalisis menggunakan spektrofotometer HACH. MNPs dikarakterisasi menggunakan X-Ray Diffraction (XRD) , Transmission Electron Microscope (TEM) , dan Scanning Electron Microscope (SEM) . Hasil penelitian menunjukkan bahwa ukuran partikel MNPs dari 30 nm sampai dengan 70 nm. Dalam proses adsorpsi, MNPs cenderung menjerap larutan yang mengandung logam Co (II) daripada Ni (II). Berdasarkan analisis dengan spektrofotometer HACH, penurunan konsentrasi hanya terjadi pada larutan Co (II) sebesar 55,31% dari 0,47 ppm menjadi 0,21 ppm.","PeriodicalId":17728,"journal":{"name":"Jurnal Kimia dan Kemasan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42704235","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Limbah kulit durian merupakan salah satu bahan baku yang dapat diolah menjadi energi alternatif pengganti bahan bakar. Beberapa jenis limbah biomassa memiliki potensi yang cukup besar seperti limbah kayu, sekam padi, jerami, ampas tebu, cangkang sawit, dan sampah kota. Potensi lain yang belum tergarap adalah limbah kulit durian. Limbah-limbah tersebut apabila tidak dimanfaatkan akan menimbulkan bau yang tidak sedap dan dapat merusak ekosistem lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat karakteristik pembakaran briket dari kulit durian berdasarkan nilai kalor dan uji nyala. Pembuatan briket ini menggunakan bahan perekat pati janeng sebanyak 1:2 dari berat briket, ukuran partikel briket adalah 80 mesh, bentuk briket lempeng dan silinder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa briket yang dihasilkan telah memenuhi standar bahan bakar untuk rumah tangga. Nilai kalor yang dihasilkan oleh briket kulit durian adalah 5040 kal/gram, waktu yang dibutuhkan briket untuk menyala adalah 10 menit, dan lamanya nyala api pada briket adalah 55 menit tanpa menghasilkan asap diawal pembakaran. Briket yang paling baik dihasilkan adalah briket dengan ukuran 80 mesh berbentuk lempeng bulat dan nilai kalor 5040 kal/gram. Dapat disimpulkan bahwa briket yang dihasilkan dari limbah kulit durian dengan menggunakan pati janeng dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan.
{"title":"Karakteristik Briket yang Dibuat dari Kulit Durian dan Perekat Pati Janeng","authors":"I. Irhamni, Saudah Saudah, Diana Diana, Ernilasari Ernilasari, Mulia Aria Suzanni, Israwati. israwati","doi":"10.24817/JKK.V41I1.3934","DOIUrl":"https://doi.org/10.24817/JKK.V41I1.3934","url":null,"abstract":"Limbah kulit durian merupakan salah satu bahan baku yang dapat diolah menjadi energi alternatif pengganti bahan bakar. Beberapa jenis limbah biomassa memiliki potensi yang cukup besar seperti limbah kayu, sekam padi, jerami, ampas tebu, cangkang sawit, dan sampah kota. Potensi lain yang belum tergarap adalah limbah kulit durian. Limbah-limbah tersebut apabila tidak dimanfaatkan akan menimbulkan bau yang tidak sedap dan dapat merusak ekosistem lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat karakteristik pembakaran briket dari kulit durian berdasarkan nilai kalor dan uji nyala. Pembuatan briket ini menggunakan bahan perekat pati janeng sebanyak 1:2 dari berat briket, ukuran partikel briket adalah 80 mesh, bentuk briket lempeng dan silinder. Hasil penelitian menunjukkan bahwa briket yang dihasilkan telah memenuhi standar bahan bakar untuk rumah tangga. Nilai kalor yang dihasilkan oleh briket kulit durian adalah 5040 kal/gram, waktu yang dibutuhkan briket untuk menyala adalah 10 menit, dan lamanya nyala api pada briket adalah 55 menit tanpa menghasilkan asap diawal pembakaran. Briket yang paling baik dihasilkan adalah briket dengan ukuran 80 mesh berbentuk lempeng bulat dan nilai kalor 5040 kal/gram. Dapat disimpulkan bahwa briket yang dihasilkan dari limbah kulit durian dengan menggunakan pati janeng dapat digunakan sebagai bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan.","PeriodicalId":17728,"journal":{"name":"Jurnal Kimia dan Kemasan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48457347","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Bumiarto Nugroho Jati, Retno Yunilawati, Chicha Nuraeni, Eva Oktarina, S. A. Aviandharie, Dwinna Rahmi
Fitosterol merupakan golongan senyawa kelompok steroid yang dapat ditemukan dalam tanaman dan organisme laut seperti mikroalga. Fitosterol digunakan sebagai suplemen makanan yang berfungsi untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Nannochloropsis occulata merupakan salah satu sumber terbesar dari fitosterol yang memiliki prospek menjanjikan untuk dijadikan sebagai suplemen makanan. Pada penelitian ini telah dilakukan ekstraksi dan identifikasi jenis fitosterol dari Nannochloropsis occulata yang berasal dari perairan Lampung. Skrining fitokimia menyatakan bahwa Nannochloropsis occulat a selain mengandung golongan senyawa sterol juga mengandung golongan senyawa flavonoid yang dapat berfungsi sebagai antioksidan. Hasil identifikasi menggunakan Gas Chromatography Mass Spectrometer ( GC-MS ) menunjukkan bahwa Nannochloropsis occulata mengandung fitosterol dengan kelimpahan 91,96% yang terdiri dari campesterol, stigmasterol, dan β-sitosterol dengan kelimpahan masing-masing sebesar 23,02% ; 29,04% dan 39,80%.
{"title":"Ekstraksi dan Identifikasi Fitosterol pada Mikroalga Nannochloropsis occulata","authors":"Bumiarto Nugroho Jati, Retno Yunilawati, Chicha Nuraeni, Eva Oktarina, S. A. Aviandharie, Dwinna Rahmi","doi":"10.24817/JKK.V41I1.4969","DOIUrl":"https://doi.org/10.24817/JKK.V41I1.4969","url":null,"abstract":"Fitosterol merupakan golongan senyawa kelompok steroid yang dapat ditemukan dalam tanaman dan organisme laut seperti mikroalga. Fitosterol digunakan sebagai suplemen makanan yang berfungsi untuk menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Nannochloropsis occulata merupakan salah satu sumber terbesar dari fitosterol yang memiliki prospek menjanjikan untuk dijadikan sebagai suplemen makanan. Pada penelitian ini telah dilakukan ekstraksi dan identifikasi jenis fitosterol dari Nannochloropsis occulata yang berasal dari perairan Lampung. Skrining fitokimia menyatakan bahwa Nannochloropsis occulat a selain mengandung golongan senyawa sterol juga mengandung golongan senyawa flavonoid yang dapat berfungsi sebagai antioksidan. Hasil identifikasi menggunakan Gas Chromatography Mass Spectrometer ( GC-MS ) menunjukkan bahwa Nannochloropsis occulata mengandung fitosterol dengan kelimpahan 91,96% yang terdiri dari campesterol, stigmasterol, dan β-sitosterol dengan kelimpahan masing-masing sebesar 23,02% ; 29,04% dan 39,80%.","PeriodicalId":17728,"journal":{"name":"Jurnal Kimia dan Kemasan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48413592","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Agustina Arianita Cahyaningtyas, Rahyani Ermawati, Guntarti Supeni, F. A. Syamani, Nanang Masruchin, W. B. Kusumaningrum, Dwi Ajias Pramasari, Teguh Darmawan, I. Ismadi, E. S. Wibowo, Dimas Triwibowo, S. S. Kusumah
Batang kelapa sawit mengandung kadar pati yang tinggi sehingga memiliki potensi digunakan sebagai bahan baku bioplastik. Kadar amilosa dalam pati batang kelapa sawit dapat dinaikkan melalui proses modifikasi dengan pelarut asetat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan sifat kimia (kadar amilosa) dan termal pati batang kelapa sawit melalui proses modifikasi sebagai bahan baku bioplastik. Dalam penelitian ini, pati batang kelapa sawit diperoleh melalui proses ekstraksi. Modifikasi pati batang kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan larutan asetat (CH3COOH+CH3COONa) pH 7. Karakterisasi pati batang sawit dilakukan dengan melihat komposisi kimia (kadar air, abu, protein, lemak, amilosa, dan amilopektin), analisis gugus , dan karakteristik termal. Hasil karakterisasi komposisi kimia pati batang kelapa sawit termodifikasi menunjukkan peningkatan kadar amilosa dari 26% menjadi 29%. Kandungan rantai lurus dalam amilosa yang semakin banyak akan meningkatkan kestabilan pati. Hasil Thermal Gravimetry Analysis (TGA) menunjukkan bahwa pati batang kelapa sawit termodifikasi lebih cepat terdegradasi dibandingkan pati batang kelapa sawit tidak termodifikasi/alami, sedangkan data Derivative Thermal Gravimetry (DTG) dan analisis Differential Scanning Calorimetry (DSC) menunjukkan pengurangan massa pati batang kelapa sawit termodifikasi lebih kecil dari pati batang kelapa sawit tidak termodifikasi/alami serta pati batang kelapa sawit termodifikasi mempunyai Tg (Gelatinization Temperature) yang lebih rendah. Hasil penelitian pati batang kelapa sawit termodifikasi ini diharapkan dapat diaplikasikan sebagai bahan baku bioplastik yang ramah lingkungan.
{"title":"Modifikasi dan Karakterisasi Pati Batang Kelapa Sawit Secara Hidrolisis sebagai Bahan Baku Bioplastik","authors":"Agustina Arianita Cahyaningtyas, Rahyani Ermawati, Guntarti Supeni, F. A. Syamani, Nanang Masruchin, W. B. Kusumaningrum, Dwi Ajias Pramasari, Teguh Darmawan, I. Ismadi, E. S. Wibowo, Dimas Triwibowo, S. S. Kusumah","doi":"10.24817/JKK.V41I1.4623","DOIUrl":"https://doi.org/10.24817/JKK.V41I1.4623","url":null,"abstract":"Batang kelapa sawit mengandung kadar pati yang tinggi sehingga memiliki potensi digunakan sebagai bahan baku bioplastik. Kadar amilosa dalam pati batang kelapa sawit dapat dinaikkan melalui proses modifikasi dengan pelarut asetat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk meningkatkan sifat kimia (kadar amilosa) dan termal pati batang kelapa sawit melalui proses modifikasi sebagai bahan baku bioplastik. Dalam penelitian ini, pati batang kelapa sawit diperoleh melalui proses ekstraksi. Modifikasi pati batang kelapa sawit dilakukan dengan menggunakan larutan asetat (CH3COOH+CH3COONa) pH 7. Karakterisasi pati batang sawit dilakukan dengan melihat komposisi kimia (kadar air, abu, protein, lemak, amilosa, dan amilopektin), analisis gugus , dan karakteristik termal. Hasil karakterisasi komposisi kimia pati batang kelapa sawit termodifikasi menunjukkan peningkatan kadar amilosa dari 26% menjadi 29%. Kandungan rantai lurus dalam amilosa yang semakin banyak akan meningkatkan kestabilan pati. Hasil Thermal Gravimetry Analysis (TGA) menunjukkan bahwa pati batang kelapa sawit termodifikasi lebih cepat terdegradasi dibandingkan pati batang kelapa sawit tidak termodifikasi/alami, sedangkan data Derivative Thermal Gravimetry (DTG) dan analisis Differential Scanning Calorimetry (DSC) menunjukkan pengurangan massa pati batang kelapa sawit termodifikasi lebih kecil dari pati batang kelapa sawit tidak termodifikasi/alami serta pati batang kelapa sawit termodifikasi mempunyai Tg (Gelatinization Temperature) yang lebih rendah. Hasil penelitian pati batang kelapa sawit termodifikasi ini diharapkan dapat diaplikasikan sebagai bahan baku bioplastik yang ramah lingkungan.","PeriodicalId":17728,"journal":{"name":"Jurnal Kimia dan Kemasan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49468136","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}