Abstract: Starting from the emergence of various contemporary phenomena, especially the hallyu wave phenomenon, this paper tries to explain the views of Qur'anic interpretation related to Korean culture which is currently widespread and even becomes public consumption. Textual Classical interpretations still lack in ability to answer current problems since it remain rely on the world of texts. Therefore, it needs a more contextual understanding. This effort is expected to be the initial step in looking at the next phenomenon which is more urgent to be understood in order to ensure that Islamic and national identity is maintained properly. The author uses Abdullah Saeed's Contextualist interpretation method to understand Qs. Hud: 118 as verses which sufficient to identify the current phenomenon then conform it into Islamic values. As a result, Islam is quite open in looking at foreign cultures, but must maintain and preserve its own culture. Thus a wasath attitude can be implemented, by not merely refusing outright and not accepting excessively the incoming culture.Keywords: Hallyu Wave, Hermeneutis, Abdullah Saeed Abstrak: Berawal dari kemunculan berbagai fenomena kontemporer, seperti fenomena hallyu wave, tulisan ini mencoba untuk menjelaskan terkait pandangan tafsir Qur’an terkait budaya Korea yang sedang maraknya tersebar bahkan hingga menjadi konsumsi publik. Tafsir klasik yang bersifat tekstualis secara umum masih belum bisa dikatakan menjawab problem kekinian karena masih bertumpu pada dunia teks sehingga perlu adanya pemahaman yang lebih kontekstual. Upaya ini diharapkan dapat menjadi pijakan awal dalam memandang fenomena selanjutnya yang lebih urgent untuk dipahami sehingga identitas keislaman dan kebangsaan tetap terjaga dengan baik. Penulis menggunakan metode tafsir Kontekstualis Abdullah Saeed untuk memahami Qs. Hud: 118 sebagai ayat yang cukup untuk mengidentifikasi fenomena saat ini agar sesuai dengan nilai Islam. Hasilnya, Islam cukup terbuka dalam memandang budaya luar, akan tetapi harus tetap mempertahankan dan melestarikan budaya sendiri sehingga sikap wasath dapat diambil, yaitu dengan tidak menolak secara mentah dan tidak menerima secara berlebihan terhadap budaya yang datang.Kata Kunci: Hallyu Wave, Hermeneutis, Abdullah Saeed
摘要:本文从当代各种现象特别是韩流现象的出现入手,试图说明目前流传甚广甚至成为大众消费的与韩国文化相关的《古兰经》解读观。古典文本解释仍然依赖于文本世界,因而缺乏回答当前问题的能力。因此,它需要更多的上下文理解。预期这一努力将是观察下一种现象的第一步,这种现象更为迫切需要了解,以便确保适当地维持伊斯兰和民族特性。作者运用阿卜杜拉·赛义德的情境主义解释方法来理解《Qs》。Hud: 118作为足以识别当前现象的经文,然后将其纳入伊斯兰价值观。因此,伊斯兰教对外来文化持相当开放的态度,但必须维护和保存自己的文化。因此,通过不直接拒绝和不过度接受外来文化,可以实施一种wasath态度。关键词:韩流,解释性,Abdullah Saeed韩流,韩流现象kontempoer,个别现象韩流,tulisan ini mencoba untuk menjelaskan terkait pandangan tafir《古兰经》terkait budaya韩国yang sedang maraknya tersebar bahkan hinga menjadi konsumsi publik。我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是。Upaya ini diharapkan dapat menjadi pijakan awal dalam memandang现象selanjutnya yang lebih urgent untuk dipahami sehingga identitas keysan dankebangsaan tetap terjaga dengan baik。Penulis menggunakan方法负责人Kontekstualis Abdullah Saeed untuk memahami Qs。118 sebagai ayat yang cukup untuk mengidfikasi现象(saat ini agar sesuai dengan nilai Islam)。Hasilnya,伊斯兰教cukup terbuka dalam memandang budaya luar,阿坎人tetapi harus tetap mempertahankan丹melestarikan budaya sendiri sehingga sikap wasath dapat diambil, yaitu dengan有些menolak secara mentah丹有些menerima secara berlebihan terhadap budaya杨大唐。Kata Kunci:韩流浪潮,Hermeneutis, Abdullah Saeed
{"title":"FENOMENA HALLYU WAVE DALAM SUDUT PANDANG ISLAM (KAJIAN HERMENEUTIS ABDULLAH SAEED TERHADAP QS. HUD AYAT 118)","authors":"F. Nisa, Laily Liddini","doi":"10.18592/msr.v4i1.6554","DOIUrl":"https://doi.org/10.18592/msr.v4i1.6554","url":null,"abstract":"Abstract: Starting from the emergence of various contemporary phenomena, especially the hallyu wave phenomenon, this paper tries to explain the views of Qur'anic interpretation related to Korean culture which is currently widespread and even becomes public consumption. Textual Classical interpretations still lack in ability to answer current problems since it remain rely on the world of texts. Therefore, it needs a more contextual understanding. This effort is expected to be the initial step in looking at the next phenomenon which is more urgent to be understood in order to ensure that Islamic and national identity is maintained properly. The author uses Abdullah Saeed's Contextualist interpretation method to understand Qs. Hud: 118 as verses which sufficient to identify the current phenomenon then conform it into Islamic values. As a result, Islam is quite open in looking at foreign cultures, but must maintain and preserve its own culture. Thus a wasath attitude can be implemented, by not merely refusing outright and not accepting excessively the incoming culture.Keywords: Hallyu Wave, Hermeneutis, Abdullah Saeed Abstrak: Berawal dari kemunculan berbagai fenomena kontemporer, seperti fenomena hallyu wave, tulisan ini mencoba untuk menjelaskan terkait pandangan tafsir Qur’an terkait budaya Korea yang sedang maraknya tersebar bahkan hingga menjadi konsumsi publik. Tafsir klasik yang bersifat tekstualis secara umum masih belum bisa dikatakan menjawab problem kekinian karena masih bertumpu pada dunia teks sehingga perlu adanya pemahaman yang lebih kontekstual. Upaya ini diharapkan dapat menjadi pijakan awal dalam memandang fenomena selanjutnya yang lebih urgent untuk dipahami sehingga identitas keislaman dan kebangsaan tetap terjaga dengan baik. Penulis menggunakan metode tafsir Kontekstualis Abdullah Saeed untuk memahami Qs. Hud: 118 sebagai ayat yang cukup untuk mengidentifikasi fenomena saat ini agar sesuai dengan nilai Islam. Hasilnya, Islam cukup terbuka dalam memandang budaya luar, akan tetapi harus tetap mempertahankan dan melestarikan budaya sendiri sehingga sikap wasath dapat diambil, yaitu dengan tidak menolak secara mentah dan tidak menerima secara berlebihan terhadap budaya yang datang.Kata Kunci: Hallyu Wave, Hermeneutis, Abdullah Saeed ","PeriodicalId":226467,"journal":{"name":"Muẚṣarah: Jurnal Kajian Islam Kontemporer","volume":"23 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132349502","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Abstract: Kassah prayer is a tradition of rejecting reinforcements for the people of Muara Jekak Village which is routinely carried out when facing a disaster. Kassah prayer is a form of request to God Almighty to be given protection and safety. This research was conducted using a qualitative-descriptive method. The subjects in this study were community leaders in Muara Jekak Village and traditional leaders who organized the Kassah prayer ritual. The object of this research is the implementation of the Kassah prayer tradition in the people of Muara Jekak Village. Data collection techniques in this study were interviews, documentation, and observation. The data analysis technique used descriptive-qualitative analysis technique. The results of this study indicate that the traditional ritual of the Kassah prayer is carried out by making diamonds, then throwing them in front and behind the house. Next, a meeting was held at one point to eat together. In addition, the Kassah prayer is carried out every year by the people of Muara Jekak to refuse reinforcements (disasters) in the hope that the village will always be safe, peaceful, and peaceful.Keywords: Kassah Prayer, Malay People; Muara Jekak; Tradition; Tolak Bala Abstrak: Do’a kassah adalah sebuah tradisi tolak bala pada masyarakat Desa Muara Jekak yang rutin dilakukan ketika menghadapi suatu bencana. Do’a kassah merupakan bentuk permohonaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar diberikan perlindungan dan keselamatan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif-deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah tokoh masyarakat Desa Muara Jekak dan tokoh adat penyelenggara ritual do’a kassah. Objek penelitian ini adalah pelaksanaan tradidi do’a kassah pada masyarakat Desa Muara Jekak. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, dokumentasi, dan observasi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif-kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ritual tradisi do’a kassah ini dilakukan dengan membuat ketupat, kemudian dilempar di depan dan di belakang rumah. Selanjutnya, diadakan pertemuan di satu titik untuk makan bersama. Selain itu, do’a kassah dilakukan setiap tahun oleh masyarakat Muara Jekak untuk menolak bala (bencana) dengan harapan agar desa selalu aman, damai, dan tentram.Kata Kunci: Doa Kassah, Masyarakat Melayu; Muara jekak; Tradisi; Tolak Balak
摘要:Kassah祈祷是Muara Jekak村人民在面对灾难时拒绝援军的传统。卡萨祷告是向全能的上帝请求保护和安全的一种形式。本研究采用定性-描述性方法进行。本研究的对象是Muara Jekak村的社区领袖和组织卡萨祈祷仪式的传统领袖。本研究的对象是Muara Jekak村人民实施卡萨祈祷传统的情况。本研究的资料收集方法为访谈法、文献法和观察法。数据分析技术采用描述定性分析技术。这项研究的结果表明,卡萨祈祷的传统仪式是通过制作钻石,然后将它们扔在房子的前面和后面来进行的。接下来,他们举行了一次会议,一起吃饭。此外,Muara Jekak的人民每年都会进行Kassah祈祷,以拒绝增援(灾难),希望村庄永远安全,和平,和平。关键词:开夏祈祷;马来人;河口Jekak;传统;摘要:Do 'a kassah adalah sebuah tradisi Tolak Bala pada masyarakat Desa Muara Jekak yang rutin dilakukan ketika menghadapi suatu bencana。Do 'a kassah merupakan bentuk permohonaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar diberikan perlindungan dan keselamatan。Penelitian ini dilakakan dengan menggunakan方法定性描述。Subjek dalam penelitian ini adalah tokoh masyarakat Desa Muara Jekak dan tokoh adat penyelenggara ritual do 'a kassah。object penelitian ini adalah pelaksanaan tradidi do 'a kassah pada masyarakat Desa Muara Jekak。数据、数据、文献、观测等。技术分析数据,蒙古纳坎技术分析文件-定性。哈西尔penelitian ini menunjukkan bahwa ritual tradisi do 'a kassah ini dilakukan dengan memutupat, kemudian dilempar di depan dan dibelakang rumah。Selanjutnya, diadakan pertemuman,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说,我是说。Selain itu, do 'a kassah dilakukan setiap tahun oleh masyarakat Muara Jekak untuk menolak bala (bencana) dengan harapan agar desa selalu aman, damai, dan tentram。Kata Kunci: Doa Kassah, Masyarakat Melayu;河口jekak;Tradisi;Tolak巴勒
{"title":"DO’A KASSAH: TRADISI TOLAK BALA MASYARAKAT MELAYU DESA MUARA JEKAK AGAR TERHINDAR DARI BENCANA","authors":"Wanda Wulandari, Elmansyah Elmansyah","doi":"10.18592/msr.v4i1.5706","DOIUrl":"https://doi.org/10.18592/msr.v4i1.5706","url":null,"abstract":"Abstract: Kassah prayer is a tradition of rejecting reinforcements for the people of Muara Jekak Village which is routinely carried out when facing a disaster. Kassah prayer is a form of request to God Almighty to be given protection and safety. This research was conducted using a qualitative-descriptive method. The subjects in this study were community leaders in Muara Jekak Village and traditional leaders who organized the Kassah prayer ritual. The object of this research is the implementation of the Kassah prayer tradition in the people of Muara Jekak Village. Data collection techniques in this study were interviews, documentation, and observation. The data analysis technique used descriptive-qualitative analysis technique. The results of this study indicate that the traditional ritual of the Kassah prayer is carried out by making diamonds, then throwing them in front and behind the house. Next, a meeting was held at one point to eat together. In addition, the Kassah prayer is carried out every year by the people of Muara Jekak to refuse reinforcements (disasters) in the hope that the village will always be safe, peaceful, and peaceful.Keywords: Kassah Prayer, Malay People; Muara Jekak; Tradition; Tolak Bala Abstrak: Do’a kassah adalah sebuah tradisi tolak bala pada masyarakat Desa Muara Jekak yang rutin dilakukan ketika menghadapi suatu bencana. Do’a kassah merupakan bentuk permohonaan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa agar diberikan perlindungan dan keselamatan. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif-deskriptif. Subjek dalam penelitian ini adalah tokoh masyarakat Desa Muara Jekak dan tokoh adat penyelenggara ritual do’a kassah. Objek penelitian ini adalah pelaksanaan tradidi do’a kassah pada masyarakat Desa Muara Jekak. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah wawancara, dokumentasi, dan observasi. Teknik analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif-kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ritual tradisi do’a kassah ini dilakukan dengan membuat ketupat, kemudian dilempar di depan dan di belakang rumah. Selanjutnya, diadakan pertemuan di satu titik untuk makan bersama. Selain itu, do’a kassah dilakukan setiap tahun oleh masyarakat Muara Jekak untuk menolak bala (bencana) dengan harapan agar desa selalu aman, damai, dan tentram.Kata Kunci: Doa Kassah, Masyarakat Melayu; Muara jekak; Tradisi; Tolak Balak","PeriodicalId":226467,"journal":{"name":"Muẚṣarah: Jurnal Kajian Islam Kontemporer","volume":"78 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126647001","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The entry of the Covid-19 pandemic makes bajarahan traditions that have been implemented for decades for generations by the banjar community difficult to implement because of several government policies such as lockdown, crowd restrictions, and PPKM. The purpose of this research is to find a solution, so that the Bajarahan tradition of banjar people can still be carried out in the pandemic period. This research uses methods of literature studies with a qualitative descriptive approach. The data collection was conducted through in-depth interviews with three participants from pekapuran B Laut residents. The results of this article show that the Bajarahan tradition can still be implemented during the pandemic with a solution, namely the pandemic by applying physical distancing, health protocols, restrictions on people and the region of the implementation of bajarahan traditions, as well as wrapped dishes to take home.
由于封锁、人群限制和PPKM等几项政府政策,新冠肺炎大流行的到来使得班贾尔社区几十年来代代相传的巴贾拉汉传统难以实施。这项研究的目的是找到一种解决办法,使班杰尔人的巴贾拉汉传统在大流行期间仍然可以进行。本研究采用文献研究和定性描述方法。数据的收集是通过对三名来自pekapuran B Laut居民的深度访谈进行的。本文的结果表明,在大流行期间,巴贾拉汉传统仍然可以得到实施,并有一个解决办法,即在大流行期间,通过实施身体距离、卫生协议、对人员和实施巴贾拉汉传统的地区的限制,以及包装好的盘子带回家。
{"title":"TRADISI BAJARAHAN MASYARAKAT BANJAR SAAT IDUL FITRI DI MASA PANDEMI COVID-19 “STUDI KASUS KOTA BANJARMASIN”","authors":"Rofiqa Zulfa Salsabila","doi":"10.18592/msr.v3i2.5958","DOIUrl":"https://doi.org/10.18592/msr.v3i2.5958","url":null,"abstract":"The entry of the Covid-19 pandemic makes bajarahan traditions that have been implemented for decades for generations by the banjar community difficult to implement because of several government policies such as lockdown, crowd restrictions, and PPKM. The purpose of this research is to find a solution, so that the Bajarahan tradition of banjar people can still be carried out in the pandemic period. This research uses methods of literature studies with a qualitative descriptive approach. The data collection was conducted through in-depth interviews with three participants from pekapuran B Laut residents. The results of this article show that the Bajarahan tradition can still be implemented during the pandemic with a solution, namely the pandemic by applying physical distancing, health protocols, restrictions on people and the region of the implementation of bajarahan traditions, as well as wrapped dishes to take home. ","PeriodicalId":226467,"journal":{"name":"Muẚṣarah: Jurnal Kajian Islam Kontemporer","volume":"564 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124854171","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Since the early 2020, the pandemic Covid-19 has devastated effects towards the society, ecosystem and the world itself. This leads to the major interruption of education system where the academic world is forced into a virtual learning experience. Consequently, the digital way of teaching and learning has become mandatory for each level of education especially the higher education institutions in order to prevent community transmission among themselves and to protect their health and safety.Thus, it is very significant for both academicians and students to adapt to virtual teaching and learning in order to perform well and sustain in the education system. In light of this paper, the impact of the pandemic towards the education system which leads to the issue of ‘new normal’ will be analyses in conjunction with the rapidly changing education environment through the usage of technology. Moreover, it is discovered that the higher education institutions are require to obtain knowledge through virtual learning. In order to produce reliable information for this study, the analysis of quantitative and secondary data from reliable sources regarding the following issue has been conducted. The study conducted an online questionnaire to 150 samples of local higher institution students to observe the challenges occur during virtual learning. Hence, this consider as the responsibility of the relevant authorities to address this issue. Nevertheless, this pandemic has its own wisdom in which a plethora of new things has been discovered along with the new prospects of life. Ultimately, this can be confrontedwith the adaptation of the ‘new normal’ gradually. Hence, it is important for the society to be familiarized with the new environment alongside the expeditiously-paced technology. Therefore, it is crucial for the authorities and higher education institutions to strategize accordingly in order to sustain the quality of the education.
{"title":"COVID-19: THE ‘NEW NORMAL’ IN HIGHER EDUCATION","authors":"Nurninashahawana Hj Osmara","doi":"10.18592/msr.v3i2.5708","DOIUrl":"https://doi.org/10.18592/msr.v3i2.5708","url":null,"abstract":"Since the early 2020, the pandemic Covid-19 has devastated effects towards the society, ecosystem and the world itself. This leads to the major interruption of education system where the academic world is forced into a virtual learning experience. Consequently, the digital way of teaching and learning has become mandatory for each level of education especially the higher education institutions in order to prevent community transmission among themselves and to protect their health and safety.Thus, it is very significant for both academicians and students to adapt to virtual teaching and learning in order to perform well and sustain in the education system. In light of this paper, the impact of the pandemic towards the education system which leads to the issue of ‘new normal’ will be analyses in conjunction with the rapidly changing education environment through the usage of technology. Moreover, it is discovered that the higher education institutions are require to obtain knowledge through virtual learning. In order to produce reliable information for this study, the analysis of quantitative and secondary data from reliable sources regarding the following issue has been conducted. The study conducted an online questionnaire to 150 samples of local higher institution students to observe the challenges occur during virtual learning. Hence, this consider as the responsibility of the relevant authorities to address this issue. Nevertheless, this pandemic has its own wisdom in which a plethora of new things has been discovered along with the new prospects of life. Ultimately, this can be confrontedwith the adaptation of the ‘new normal’ gradually. Hence, it is important for the society to be familiarized with the new environment alongside the expeditiously-paced technology. Therefore, it is crucial for the authorities and higher education institutions to strategize accordingly in order to sustain the quality of the education.","PeriodicalId":226467,"journal":{"name":"Muẚṣarah: Jurnal Kajian Islam Kontemporer","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130422480","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pandemi Covid-19 hinggasaatinimasihberlangsungdanbelumbisadipastikansampaikapanbencana non alaminiakanberakhir. Akibatpandemi Covid-19 yang melandanegeri tercintainitelahmengubah dan meluluhlantakkan tatanan kehidupan normal manusia, baik dari aspek ekonomi, pendidikan, sosial, budaya maupun agama. Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan guna menimalisir penyebaran wabah Covid-19, mulai darikewajibanmemakai masker, social distancing danphysical distancing sampaipemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar pada segala aktivitas sosial di sejumlah wilayah yang dianggap dalam kondisi berbahaya. Termasuk upaya pemerintah adalah menggencarkan vaksinasi untuk masyarakat Indonesia. Akan tetapi, program vaksinasi pemerintah ini menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat khususnya Vaksin Astrazeneca, karena dalam proses pembuatan vaksin tersebut mengandung tripsin yang berasal dari enzim babi. Maka dalam hal ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai lembaga yang memeliki otoritas tertinggi bidang fatwa di negara ini sampai mengeluarkan Fatwa Nomor 14 Tahun 2021 tentang Hukum Penggunaan Vaksin Covid-19 Produk Astrazeneca.Penelitian ini merupakan jenis penelitian pustaka dengan menggunakan sumber data primer yaitu dokumen Fatwa MUI Nomor 14 Tahun 2021 tentang Hukum Penggunaan Vaksin Covid-19 Produk Astrazeneca. Pada penelitian ini, teknik yang digunakan adalah teknik analisis isi yang bertujuan untuk mengetahui dan memahami metode istinbath ahkam yang dilakukan oleh MUI dalam mengeluarkan dan memberikan fatwa tersebut.Dalam penetapan hukum pada Fatwa Nomor 14 Tahun 2021 tentang Hukum Penggunaan Vaksin Covid-19 Produk Astrazeneca, MUI memakai pendekatan Maqashidus Syari’ah karena kondisi yang dihadapi masuk dalam kategori kebutuhan mendesak (Hajah Syar’iyyah) dengan tingkatDharuriyah Syar’iyah. Sedangkan metode proses Istinbath Ahkam yang digunakan adalah Maslahah Mursalah.
{"title":"ANALISIS ISTINBATH AHKAM FATWA MAJELIS ULAMA INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2021 TENTANG HUKUM PENGGUNAAN VAKSIN COVID-19 PRODUK ASTRAZENECA","authors":"Abdul Hakim, Yazid Imam Bustomi","doi":"10.18592/msr.v3i2.5704","DOIUrl":"https://doi.org/10.18592/msr.v3i2.5704","url":null,"abstract":"Pandemi Covid-19 hinggasaatinimasihberlangsungdanbelumbisadipastikansampaikapanbencana non alaminiakanberakhir. Akibatpandemi Covid-19 yang melandanegeri tercintainitelahmengubah dan meluluhlantakkan tatanan kehidupan normal manusia, baik dari aspek ekonomi, pendidikan, sosial, budaya maupun agama. Berbagai upaya pemerintah telah dilakukan guna menimalisir penyebaran wabah Covid-19, mulai darikewajibanmemakai masker, social distancing danphysical distancing sampaipemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar pada segala aktivitas sosial di sejumlah wilayah yang dianggap dalam kondisi berbahaya. Termasuk upaya pemerintah adalah menggencarkan vaksinasi untuk masyarakat Indonesia. Akan tetapi, program vaksinasi pemerintah ini menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat khususnya Vaksin Astrazeneca, karena dalam proses pembuatan vaksin tersebut mengandung tripsin yang berasal dari enzim babi. Maka dalam hal ini, Majelis Ulama Indonesia (MUI) sebagai lembaga yang memeliki otoritas tertinggi bidang fatwa di negara ini sampai mengeluarkan Fatwa Nomor 14 Tahun 2021 tentang Hukum Penggunaan Vaksin Covid-19 Produk Astrazeneca.Penelitian ini merupakan jenis penelitian pustaka dengan menggunakan sumber data primer yaitu dokumen Fatwa MUI Nomor 14 Tahun 2021 tentang Hukum Penggunaan Vaksin Covid-19 Produk Astrazeneca. Pada penelitian ini, teknik yang digunakan adalah teknik analisis isi yang bertujuan untuk mengetahui dan memahami metode istinbath ahkam yang dilakukan oleh MUI dalam mengeluarkan dan memberikan fatwa tersebut.Dalam penetapan hukum pada Fatwa Nomor 14 Tahun 2021 tentang Hukum Penggunaan Vaksin Covid-19 Produk Astrazeneca, MUI memakai pendekatan Maqashidus Syari’ah karena kondisi yang dihadapi masuk dalam kategori kebutuhan mendesak (Hajah Syar’iyyah) dengan tingkatDharuriyah Syar’iyah. Sedangkan metode proses Istinbath Ahkam yang digunakan adalah Maslahah Mursalah. ","PeriodicalId":226467,"journal":{"name":"Muẚṣarah: Jurnal Kajian Islam Kontemporer","volume":"119 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128166292","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Keberagaman merupakan salah satu ciri khas bangsa Indonesia, dimana perbedaan ras, agama, budaya, suku, etnis, dan tradisi menyatu di negeri ini.Konsep moderasi beragama menjadi topik hangat yang dianggap mampu menengahi keberagaman melalui pemikiran yang moderat sehingga terciptanya karakter bangsa yang kuat.Moderasi beragama sendiri merupakan sikap tengah yang tidak memihak dalam artian tidak liberal maupun radikal.Berkenaan dengan dengan hal itu ditambah merambahnya wabah Covid-19, penulis melakukan penelitian terkait konsep moderasi beragama di tengah pandemi Covid-19. Penelitian ini ditujukan guna mengetahui bagaimana sudut pandangmahasiswa FTIK di UINSI Samarinda terhadap pemaknaan, pemahaman serta pengaplikasian konsep moderasi beragama di tengah pandemi Covid-19, bagaimana bentuk aplikatif yang mahasiswa praktikkan dikehidupan sehari-hari dalam mendukung hal ini. Model penelitian yang diangkat adalah kualitatif deskriptif. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa FTIK angkatan 2018 yang terdiri atas enam prodi, yaitu PAI, MPI, PGMI, PIAUD, PBA, dan TBI. Setiap prodi menjawab angket yang dibagikan secara random.Instrument penelitian yang dipakai ialah wawancara singkat dan angket yang dikorelasikan menjadi satu dalam bentuk survey melalui Google Form guna menjadikannya mudah dan efisien. Dari hasil data yang didapat, ditarik kesimpulan bahwa 95% mahasiswa sepakat moderasi beragama adalah jalan tengah untuk mendapatkan keharmonisan dalam bermasyarakat dan sangat baik diimplementasikan di tengah pandemi covid-19 yang notabene perbedaan semakin meningkat baik dari perbedaan paham keberagaman, pemikiran maupun perbedaan dalam bermuamalah terkait beragama. Sedangkan 5% menolak moderasi beragama dengan alasan hal ini akan merusak agama itu sendiri. Kenyataannya perbedaan akan selalu ada di tengah keberanekaragaman, oleh karenanya kita harus sadar dan peka akan konsep moderat. Dalam pengaplikasiannya mayoritas mahasiswa FTIK2018 tergolong aktif dalam menerapkan konsep ini, salah satunyamenanamkan sikap toleransi dengan menghargai perbedaan serta mendukung pemerintah dalam menerapkan protokol kesehatan. Sedangkan minoritas acuh tak acuh dalam mengaplikasikan hal ini karena menentang adanya konsep moderasi beragama dalam Islam
{"title":"WUJUD PENGAPLIKASIAN MODERASI BERAGAMA DI TENGAH PANDEMI COVID-19 DALAM KACAMATA MAHASISWA FTIK UINSI SAMARINDA","authors":"Dewi Maria","doi":"10.18592/msr.v3i2.5705","DOIUrl":"https://doi.org/10.18592/msr.v3i2.5705","url":null,"abstract":"Keberagaman merupakan salah satu ciri khas bangsa Indonesia, dimana perbedaan ras, agama, budaya, suku, etnis, dan tradisi menyatu di negeri ini.Konsep moderasi beragama menjadi topik hangat yang dianggap mampu menengahi keberagaman melalui pemikiran yang moderat sehingga terciptanya karakter bangsa yang kuat.Moderasi beragama sendiri merupakan sikap tengah yang tidak memihak dalam artian tidak liberal maupun radikal.Berkenaan dengan dengan hal itu ditambah merambahnya wabah Covid-19, penulis melakukan penelitian terkait konsep moderasi beragama di tengah pandemi Covid-19. Penelitian ini ditujukan guna mengetahui bagaimana sudut pandangmahasiswa FTIK di UINSI Samarinda terhadap pemaknaan, pemahaman serta pengaplikasian konsep moderasi beragama di tengah pandemi Covid-19, bagaimana bentuk aplikatif yang mahasiswa praktikkan dikehidupan sehari-hari dalam mendukung hal ini. Model penelitian yang diangkat adalah kualitatif deskriptif. Subjek penelitian ini adalah mahasiswa FTIK angkatan 2018 yang terdiri atas enam prodi, yaitu PAI, MPI, PGMI, PIAUD, PBA, dan TBI. Setiap prodi menjawab angket yang dibagikan secara random.Instrument penelitian yang dipakai ialah wawancara singkat dan angket yang dikorelasikan menjadi satu dalam bentuk survey melalui Google Form guna menjadikannya mudah dan efisien. Dari hasil data yang didapat, ditarik kesimpulan bahwa 95% mahasiswa sepakat moderasi beragama adalah jalan tengah untuk mendapatkan keharmonisan dalam bermasyarakat dan sangat baik diimplementasikan di tengah pandemi covid-19 yang notabene perbedaan semakin meningkat baik dari perbedaan paham keberagaman, pemikiran maupun perbedaan dalam bermuamalah terkait beragama. Sedangkan 5% menolak moderasi beragama dengan alasan hal ini akan merusak agama itu sendiri. Kenyataannya perbedaan akan selalu ada di tengah keberanekaragaman, oleh karenanya kita harus sadar dan peka akan konsep moderat. Dalam pengaplikasiannya mayoritas mahasiswa FTIK2018 tergolong aktif dalam menerapkan konsep ini, salah satunyamenanamkan sikap toleransi dengan menghargai perbedaan serta mendukung pemerintah dalam menerapkan protokol kesehatan. Sedangkan minoritas acuh tak acuh dalam mengaplikasikan hal ini karena menentang adanya konsep moderasi beragama dalam Islam","PeriodicalId":226467,"journal":{"name":"Muẚṣarah: Jurnal Kajian Islam Kontemporer","volume":"60 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124340356","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The development of information and communication technology increase the accessibility to get information through digital devices. In addition, the spread of Covid-19 in these few years increases the need to use digital devices and applications to expand knowledge and sharpen understanding among students of Islamic universities. However, the spread of hoax information related to religious understanding increases. A lack of basic religious understanding can trigger the spread of excessive hoaxes. This research aims to reveal the urgency of digital literacy and religious understanding, especially for students in Islamic universities. The Method of this research is Library Research. This research shows that digital literacy and religious understanding are essential to minimize the entry of extreme ideas and the spread of hoaxes. Therefore, every student of Islamic university should increase digital literacy skills and religious understanding through other authoritative sources
{"title":"The Urgency of Digital Literacy to Minimize the Spread of Religious Hoaxes Among Students of Islamic University in Pandemic Covid-19","authors":"Naomi Ainun Hasanah","doi":"10.18592/msr.v3i2.5957","DOIUrl":"https://doi.org/10.18592/msr.v3i2.5957","url":null,"abstract":"The development of information and communication technology increase the accessibility to get information through digital devices. In addition, the spread of Covid-19 in these few years increases the need to use digital devices and applications to expand knowledge and sharpen understanding among students of Islamic universities. However, the spread of hoax information related to religious understanding increases. A lack of basic religious understanding can trigger the spread of excessive hoaxes. This research aims to reveal the urgency of digital literacy and religious understanding, especially for students in Islamic universities. The Method of this research is Library Research. This research shows that digital literacy and religious understanding are essential to minimize the entry of extreme ideas and the spread of hoaxes. Therefore, every student of Islamic university should increase digital literacy skills and religious understanding through other authoritative sources","PeriodicalId":226467,"journal":{"name":"Muẚṣarah: Jurnal Kajian Islam Kontemporer","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121730912","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The COVID-19 pandemic has resulted the learning in Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Palangkaraya doing distance and online in the form of digital learning. It is interesting for researchers to know the steps of digitizing education at the Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Palangkaraya, which is known as an Special School based on an integrated curriculum of technology and international standards. This study uses a qualitative approach with descriptive data analysis methods by Miles and Hubberman. The subjects of this study were teachers and parents of students with special needs at the State Special School 1 Palangkaraya. The results of this study indicate that the process of digitalizing education at the Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Palangkaraya in the implementation of digitalizing its learning has implemented the 4 principles of digital learning set by Kemendikbud RI, namely education in the context of providing meaningful experiences, focused on life skills, varying considering facilities, and providing appropriate feedback. useful for students, with 3 complex factors that hinder its implementation, namely the factor of children with special needs, parental factors, and environmental factors with various digitalization steps that are variants by each class teacher in accordance with the 4 principles of digital learning.
2019冠状病毒病大流行导致Palangkaraya Sekolah Luar Biasa Negeri的学习以数字学习的形式进行远程和在线学习。对于研究人员来说,了解Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Palangkaraya数字化教育的步骤是很有趣的,这是一所以综合技术和国际标准课程为基础的特殊学校。本研究采用定性方法和Miles和Hubberman的描述性数据分析方法。这项研究的对象是帕朗卡拉亚国立特殊学校1号有特殊需要学生的教师和家长。本研究结果表明,Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Palangkaraya在实施数字化学习的过程中,实施了Kemendikbud RI制定的4项数字化学习原则,即提供有意义体验的教育、关注生活技能的教育、不同的考虑设施和提供适当的反馈。对学生有用,有三个复杂的因素阻碍其实施,即特殊需要儿童的因素,父母的因素和环境的因素,不同的数字化步骤是每个班主任根据数字化学习的4个原则而变化的。
{"title":"Digitalisasi Pendidikan Luar Biasa di Masa Pandemi Covid-19: Studi Kasus SLB Negeri 1 Palangka Raya","authors":"Muhammad Ishaac","doi":"10.18592/msr.v3i2.6279","DOIUrl":"https://doi.org/10.18592/msr.v3i2.6279","url":null,"abstract":"The COVID-19 pandemic has resulted the learning in Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Palangkaraya doing distance and online in the form of digital learning. It is interesting for researchers to know the steps of digitizing education at the Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Palangkaraya, which is known as an Special School based on an integrated curriculum of technology and international standards. This study uses a qualitative approach with descriptive data analysis methods by Miles and Hubberman. The subjects of this study were teachers and parents of students with special needs at the State Special School 1 Palangkaraya. The results of this study indicate that the process of digitalizing education at the Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Palangkaraya in the implementation of digitalizing its learning has implemented the 4 principles of digital learning set by Kemendikbud RI, namely education in the context of providing meaningful experiences, focused on life skills, varying considering facilities, and providing appropriate feedback. useful for students, with 3 complex factors that hinder its implementation, namely the factor of children with special needs, parental factors, and environmental factors with various digitalization steps that are variants by each class teacher in accordance with the 4 principles of digital learning.","PeriodicalId":226467,"journal":{"name":"Muẚṣarah: Jurnal Kajian Islam Kontemporer","volume":"42 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-12-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131347842","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The Qur'an is the primary guide for Muslims in dealing with various problems of life. The Qur'an is not only read and understood its meaning but also integrated into many social and cultural activities, even considered as something that must be done. The research method used is descriptive qualitative. The research subjects were the community and religious leaders of Sungai Harang Village. The results showed that the people of Sungai Harang always recite Al Fatihah, Al Ikhlas, An Falaq and An Nâs at every activity bahuma. The community interprets that the recitation is to get blessings, habl min al bi'ah and a means to get closer and ask for protection from Allah Al Qur’an adalah pedoman utama bagi umat Islam dalam menghadapi pelbagai problematika kehidupan. Al Qur’an tidak hanya sekedar dibaca dan dipahami maknanya, namun juga di integrasikan dalam banyak kegiatan sosial dan budaya, bahkan dianggap sebagai suatu hal yang harus dilakukan. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah masyarakat dan tokoh agama Desa Sungai Harang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Sungai Harang selalu membaca surah Al Fatihah, Al Ikhlas, An Falaq serta An Nâs pada setiap kegiatan bahuma. Masyarakat memaknai bahwa pembacaan surah tersebut dalam rangka untuk mendapatkan berkah, habl min al bi’ah dan sarana mendekatkan diri dan memohon perlindungan kepada Allah
古兰经》是穆斯林处理各种生活问题的主要指南。人们不仅要阅读和理解《古兰经》的含义,还要将《古兰经》融入许多社会和文化活动中,甚至将其视为必须要做的事情。采用的研究方法是描述性定性研究。研究对象是 Sungai Harang 村的社区和宗教领袖。研究结果表明,Sungai Harang 村民在每次巴呼玛活动中都会诵读 Al Fatihah、Al Ikhlas、An Falaq 和 An Nâs。社区解释说,诵读是为了获得祝福、habl min al bi'ah,也是一种亲近真主、请求真主保护的方式。 古兰经》是穆斯林处理各种生活问题的主要指南。人们不仅阅读和理解《古兰经》的意义,还将其融入许多社会和文化活动中,甚至将其视为必须做的事情。本研究采用的是描述性定性研究方法。研究对象是 Sungai Harang 村的社区和宗教领袖。研究结果表明,Sungai Harang 村民在每次 "巴呼玛 "活动中都会诵读《法提哈经》、《伊赫拉斯经》、《安法拉克经》和《安纳斯经》。社区解释说,诵读经文是为了获得祝福、habl min al bi'ah,也是一种亲近安拉和祈求安拉保护的方式。
{"title":"PEMAKNAAN LIVING QUR’AN DALAM TRADISI BAHUMA DI DESA SUNGAI HARANG, KABUPATEN HULU SUNGAI TENGAH","authors":"Mildawati Mildawati","doi":"10.18592/msr.v3i1.4962","DOIUrl":"https://doi.org/10.18592/msr.v3i1.4962","url":null,"abstract":"The Qur'an is the primary guide for Muslims in dealing with various problems of life. The Qur'an is not only read and understood its meaning but also integrated into many social and cultural activities, even considered as something that must be done. The research method used is descriptive qualitative. The research subjects were the community and religious leaders of Sungai Harang Village. The results showed that the people of Sungai Harang always recite Al Fatihah, Al Ikhlas, An Falaq and An Nâs at every activity bahuma. The community interprets that the recitation is to get blessings, habl min al bi'ah and a means to get closer and ask for protection from Allah Al Qur’an adalah pedoman utama bagi umat Islam dalam menghadapi pelbagai problematika kehidupan. Al Qur’an tidak hanya sekedar dibaca dan dipahami maknanya, namun juga di integrasikan dalam banyak kegiatan sosial dan budaya, bahkan dianggap sebagai suatu hal yang harus dilakukan. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif. Subjek penelitian adalah masyarakat dan tokoh agama Desa Sungai Harang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa masyarakat Sungai Harang selalu membaca surah Al Fatihah, Al Ikhlas, An Falaq serta An Nâs pada setiap kegiatan bahuma. Masyarakat memaknai bahwa pembacaan surah tersebut dalam rangka untuk mendapatkan berkah, habl min al bi’ah dan sarana mendekatkan diri dan memohon perlindungan kepada Allah","PeriodicalId":226467,"journal":{"name":"Muẚṣarah: Jurnal Kajian Islam Kontemporer","volume":"42 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127195838","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Guru Sekumpul, also known as KH. M. Zaini Ghani bin Abdul Ghani, is a charismatic preacher from Sekumpul, Martapura, South Kalimantan, with thousands of followers. Even after his death, the number of haul congregations presents increased year after year. Guru Sekumpul taught many Sufi teachings during his lifetime, one of which was to purify the heart. In addition, he left 13 wills to be used in community life. Given the close proximity of Guru Sekumpul's Sufi teachings to society, this study seeks to discover the value of Sufism contained in the will and its relevance in the context of modern society. This research is a review of the literature using qualitative descriptive analysis. This study demonstrates that the Sufistic value in Guru Sekumpul's will is very relevant to the conditions of modern society, which is complex and spiritually dry. The values contained are moral Sufi values, such as qana'ah, which means being grateful for what one has and not being greedy. given the many cases of corruption; patience in the face of lustful desires for the world, patience in every situation, do not give up in life seeing the many cases that occur due to inability to bear the burden of life; gratitude for all the favors that have been possessed by using it for positive things, and trust in God for all matters in life, including confronting a variety of information that is divisive in society Guru Sekumpul atau KH. M. Zaini Ghani bin Abdul Ghani merupakan ulama kharismatik dari Sekumpul, Martapura Kalimantan Selatan yang memiliki ribuan jama‟ah. Bahkan setelah wafatnya, jama‟ah haul yang hadir terus bertambah setiap tahunnya. Semasa hidupnya Guru Sekumpul banyak mengajarkan ajaran tasawuf salah satunya adalah cara membersihkan hati, ia juga meninggalkan 13 wasiat agar diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Mengingat bahwa ajaran sufistik Guru Sekumpul yang sangat dekat dengan masyarakat, maka kajian ini ingin menemukan nilai tasawuf yang terkandung dalam wasiat tersebut dan relevansinya dalam konteks kehidupan masyarakat modern. Kajian ini merupakan kajian kepustakaan dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa nilai sufistik dalam wasiat Guru Sekumpul sangatlah relevan dengan kondisi masyarakat modern yang sangat kompleks dan kering spiritual. Nilai yang terkandung adalah nilai-nilai tasawuf akhlaki, diantaranya; qana’ah, yang berarti mensyukuri apa yang dimiliki dan tidak serakah, mengingat banyaknya kasus korupsi; sabar dalam menghadapi keinginan dari nafsu terhadap dunia, sabar dalam setiap keadaan, tidak berputus asa dalam hidup melihat banyaknya kasus yang terjadi karena ketidaksanggupan menanggung beban hidup; syukur atas segala nikmat yang telah dimiliki dengan menggunakannya kepada hal-hal positif, dan tawakkal kepada Allah atas segala urusan dalam hidup termasuk menghadapi berbagai informasi yang bersifat memecah belah masyarakat
Guru Sekumpul,也被称为KH。扎伊尼·加尼·本·阿卜杜勒·加尼是一位有魅力的传教士,来自南加里曼丹玛塔普拉的塞昆普尔,拥有数千名追随者。即使在他死后,宗教集会的数量仍在逐年增加。古鲁在他的一生中教导了许多苏菲教义,其中之一就是净化心灵。此外,他还留下了13份遗嘱,用于社区生活。鉴于Sekumpul导师的苏非教义与社会的密切关系,本研究旨在发现包含在意志中的苏非主义的价值及其在现代社会背景下的相关性。本研究是使用定性描述分析的文献综述。本研究表明,古鲁塞昆普尔遗嘱中的苏菲主义价值与现代社会的条件非常相关,现代社会是复杂和精神干燥的。其中包含的价值观是苏菲的道德价值观,比如qana'ah,意思是对自己拥有的东西心怀感激,不要贪婪。考虑到许多腐败案件;耐心地面对世界上的私欲,耐心地面对每一种处境,看到生活中出现的许多因无法承受生活的负担而不放弃的情况;感谢所有的恩惠,用它来做积极的事情,并相信上帝在生活中的所有事情,包括面对各种信息,在社会上是分裂的。Zaini Ghani bin Abdul Ghani merupakan ulama kharismatik dari Sekumpul, Martapura Kalimantan Selatan yang memiliki ribuan jama "啊。Bahkan setelah wafatnya, jama " ah haul yang hadir terus bertambah setiap tahunnya。Semasa hidupnya Guru Sekumpul banyak mengajarkan ajaran tasawuf salah satunya adalah kara成员sihkan hati, ia juga meninggalkan 13 wasiat agar diiterapkan dalam kehidupan bermasyarakat。梦ingat bawa ajaran sufistik Guru Sekumpul yang sangat dekat dengan masyarakat, maka kajian ini ingin menemukan nilai tasawuf yang terkandung dalam是一个很好的例子,但与之相关的是,梦ingat bawa ajaran konteks kehidupan masyarakat modern。卡其尼,卡其尼,卡其尼,卡其尼,卡其尼,卡其尼,卡其尼,卡其尼,卡其尼,卡其尼,卡其尼,卡其尼,卡其尼,卡其尼Hasil kajian ini menunjukkan bahwa nilai sufistik dalam wasiat Guru Sekumpul sangatlah erean dengan kondisi masyarakat现代yang sangat kompleks dan kering精神。Nilai yang terkandung adalah Nilai - Nilai tasawuf akhlaki, diantaranya;Qana 'ah, Yang berarti mensyukuri apa Yang dimiliki Dan tidak serakah, mengingat banyaknya kasus korupsi;在这里,我要讲的是,我要讲的是,我要讲的是,我要讲的是,我要讲的是,我要讲的是,我要讲的是,我要讲的是,我要讲的是,我要讲的是。新疆自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区自治区
{"title":"NILAI SUFISTIK PADA 13 WASIAT GURU SEKUMPUL DAN RELEVANSINYA TERHADAP MASYARAKAT MODERN","authors":"Khairatun Nisa","doi":"10.18592/msr.v3i1.4960","DOIUrl":"https://doi.org/10.18592/msr.v3i1.4960","url":null,"abstract":"Guru Sekumpul, also known as KH. M. Zaini Ghani bin Abdul Ghani, is a charismatic preacher from Sekumpul, Martapura, South Kalimantan, with thousands of followers. Even after his death, the number of haul congregations presents increased year after year. Guru Sekumpul taught many Sufi teachings during his lifetime, one of which was to purify the heart. In addition, he left 13 wills to be used in community life. Given the close proximity of Guru Sekumpul's Sufi teachings to society, this study seeks to discover the value of Sufism contained in the will and its relevance in the context of modern society. This research is a review of the literature using qualitative descriptive analysis. This study demonstrates that the Sufistic value in Guru Sekumpul's will is very relevant to the conditions of modern society, which is complex and spiritually dry. The values contained are moral Sufi values, such as qana'ah, which means being grateful for what one has and not being greedy. given the many cases of corruption; patience in the face of lustful desires for the world, patience in every situation, do not give up in life seeing the many cases that occur due to inability to bear the burden of life; gratitude for all the favors that have been possessed by using it for positive things, and trust in God for all matters in life, including confronting a variety of information that is divisive in society Guru Sekumpul atau KH. M. Zaini Ghani bin Abdul Ghani merupakan ulama kharismatik dari Sekumpul, Martapura Kalimantan Selatan yang memiliki ribuan jama‟ah. Bahkan setelah wafatnya, jama‟ah haul yang hadir terus bertambah setiap tahunnya. Semasa hidupnya Guru Sekumpul banyak mengajarkan ajaran tasawuf salah satunya adalah cara membersihkan hati, ia juga meninggalkan 13 wasiat agar diterapkan dalam kehidupan bermasyarakat. Mengingat bahwa ajaran sufistik Guru Sekumpul yang sangat dekat dengan masyarakat, maka kajian ini ingin menemukan nilai tasawuf yang terkandung dalam wasiat tersebut dan relevansinya dalam konteks kehidupan masyarakat modern. Kajian ini merupakan kajian kepustakaan dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa nilai sufistik dalam wasiat Guru Sekumpul sangatlah relevan dengan kondisi masyarakat modern yang sangat kompleks dan kering spiritual. Nilai yang terkandung adalah nilai-nilai tasawuf akhlaki, diantaranya; qana’ah, yang berarti mensyukuri apa yang dimiliki dan tidak serakah, mengingat banyaknya kasus korupsi; sabar dalam menghadapi keinginan dari nafsu terhadap dunia, sabar dalam setiap keadaan, tidak berputus asa dalam hidup melihat banyaknya kasus yang terjadi karena ketidaksanggupan menanggung beban hidup; syukur atas segala nikmat yang telah dimiliki dengan menggunakannya kepada hal-hal positif, dan tawakkal kepada Allah atas segala urusan dalam hidup termasuk menghadapi berbagai informasi yang bersifat memecah belah masyarakat","PeriodicalId":226467,"journal":{"name":"Muẚṣarah: Jurnal Kajian Islam Kontemporer","volume":"46 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129664893","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}