Pub Date : 2021-06-30DOI: 10.32423/JMI.2021.V43.9-16
Widi Astuti, F. R. Mufakhir, F. Nurjaman, S. Sumardi, U. Herlina, F. Bahfie, Himawan Tri Bayu Murti Petrus
AbstrakKebutuhan ekstraksi nikel dari bijih nikel laterit khususnya jenis bijih limonit dengan kadar nikel yang rendah sangat diperlukan karena kebutuhan nikel yang terus meningkat dengan adanya pengembangan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai. Jenis dan karakteristik bijih laterit yang berbeda akan memberikan pengaruh pada hasil ekstraksi nikel. Pada penelitian ini dilakukan ekstraksi nikel dari bijih laterit jenis limonit yang berasal dari Pulau Halmahera (LH)) dan Pulau Sulawesi (LS) menggunakan pelindian atmosferik. Asam sulfat digunakan sebagai agen pelindian. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh karakteristik bijih limonit (LH dan LS) pada berbagai variabel pelindian yaitu suhu (30oC, 50oC dan 80oC), konsentrasi asam sulfat (0,5M; 1M; dan 2M), waktu pelindian (15, 30, 60, 120, dan 240 menit), serta rasio bijih terhadap reagen pelindian (5, 10, dan 20% w/v) terhadap ekstraksi nikel dari bijih limonit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik bijih laterit sangat berpengaruh pada hasil pelindian dan persen rekoveri nikel. Nikel dari bijih LH yaitu jenis limonit dari Pulau Halmahera dapat diekstrak secara maksimal (100%) pada konsentrasi asam sulfat 0,5M, suhu 80oC, rasio bijih/larutan asam sulfat 10%, dan waktu pelindian 2 jam. Sedangkan persen ekstraksi nikel dari bijih LS yang terbesar adalah 95% yang diperoleh pada konsentrasi asam sulfat 2M, suhu 80oC, rasio bijih/larutan asam sulfat 5%, dan waktu pelindian 4 jam. AbstractNickel extraction from nickel laterite ores particularly low-grade limonite ore is needed along with the increase of nickel consumption on the development of battery electric vehicle. Types and characteristics of nickel laterite ores affect greatly on the nickel extraction from these ores. This research conducted the extraction of nickel from limonite ore from different areas i.e. Halmahera Island (LH) and Sulawesi Island (LS) using atmosferic leaching. Sulfuric acid (1M) was used as leaching reagent. Leaching processes were carried out for investigating the effects of limonite ore characteristics (LH and LS), leaching temperatures (30oC, 50oC dan 80oC), concentration of sulfuric acid (0.5M; 1M; 2M), leaching time (15, 30, 60, 120, and 240 minutes), and ratio of ore amount to volume of leaching reagent on the nickel extraction from limonite ores. Experimental results showed that ore characteristic affected greatly on the leaching result and nickel leaching recovery. Nickel from LH ore could be extracted maximum (100%) using sulfuric acid 0.5M, temperature of 80oC, and leaching time 120 minutes (2 hours). Whereas, the highest nickel extraction percentage from LS ore is 95% using sulfuric acid 2M, temperature of 80oC, and leaching time 240 minutes (4 hours).
从laterit矿石中提取镍的需要,尤其是低镍矿石的一种,因为随着电池驱动汽车的发展,镍的需求不断增加。不同类型和类型的端粒矿石将对镍的提取产生影响。在这项研究中,从来自Halmahera (LH)和Sulawesi岛(LS)的一种柠檬石矿中提取了一种镍矿石。硫酸被用作pelindian药剂。研究确定了熔融矿石(LH和LS)的特性影响,即温度(30oC, 50oC和80oC)、硫酸浓度(0.5m;1M;但2M), pelindian时间(15、30、60、120和240分钟),以及pelindian试剂(5、10和20%的w/v)与柠檬矿石提取镍的比率。研究结果表明,laterit矿石的特性对pelindian产量和百分比镍rekoveri产生了深远的影响。来自Halmahera岛的LH矿石中的镍,即Halmahera岛的limonit,可在0.5米的硫酸浓度、80摄氏度、10%的矿石/硫酸溶液比和2小时的蒸馏时间中提取最多(100%)。而从LS矿石中提取的镍量最大的比例是在2米(3英尺)的硫酸浓度、80摄氏度的温度、5%的硫酸矿石/溶液比以及4小时的蒸馏时间中获得的95%。五分之一较低的利莫尼矿的开采需要与五分之一的人对电池电动工具发展的贡献相结合。这些废料产生的镍及其特点。这项研究采用了从利莫尼亚岛(LH)和苏拉威西岛(LS)不同地区提取的五分镍币。硫酸(1M)被用作摄政王。Leaching processes是为了调查limonite矿石characteristics (LH and LS)的影响、Leaching温度(30oC、50oC和80oC)、苏丹酸的集中(0.5米;1M;《时代》杂志(15、30、60、120和240分钟)、《时代》杂志对从柠檬汁中提取的五分之一的摄入量进行了投票。最近的再生试验表明,对垂青和镍回火的影响非常大。LH ore的Nickel可以使用0.5米(0.5米)的磺酸acid、80盎司的温度和120分钟(2小时)的发布。95%的石油来源使用硫酸acid 2米,温度80摄氏度,平均时间240分钟(4小时)。
{"title":"Pengaruh Karakteristik Bijih pada Ekstraksi Nikel dari Bijih Limonit Indonesia menggunakan Pelindian Atmosferik","authors":"Widi Astuti, F. R. Mufakhir, F. Nurjaman, S. Sumardi, U. Herlina, F. Bahfie, Himawan Tri Bayu Murti Petrus","doi":"10.32423/JMI.2021.V43.9-16","DOIUrl":"https://doi.org/10.32423/JMI.2021.V43.9-16","url":null,"abstract":"AbstrakKebutuhan ekstraksi nikel dari bijih nikel laterit khususnya jenis bijih limonit dengan kadar nikel yang rendah sangat diperlukan karena kebutuhan nikel yang terus meningkat dengan adanya pengembangan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai. Jenis dan karakteristik bijih laterit yang berbeda akan memberikan pengaruh pada hasil ekstraksi nikel. Pada penelitian ini dilakukan ekstraksi nikel dari bijih laterit jenis limonit yang berasal dari Pulau Halmahera (LH)) dan Pulau Sulawesi (LS) menggunakan pelindian atmosferik. Asam sulfat digunakan sebagai agen pelindian. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh karakteristik bijih limonit (LH dan LS) pada berbagai variabel pelindian yaitu suhu (30oC, 50oC dan 80oC), konsentrasi asam sulfat (0,5M; 1M; dan 2M), waktu pelindian (15, 30, 60, 120, dan 240 menit), serta rasio bijih terhadap reagen pelindian (5, 10, dan 20% w/v) terhadap ekstraksi nikel dari bijih limonit. Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik bijih laterit sangat berpengaruh pada hasil pelindian dan persen rekoveri nikel. Nikel dari bijih LH yaitu jenis limonit dari Pulau Halmahera dapat diekstrak secara maksimal (100%) pada konsentrasi asam sulfat 0,5M, suhu 80oC, rasio bijih/larutan asam sulfat 10%, dan waktu pelindian 2 jam. Sedangkan persen ekstraksi nikel dari bijih LS yang terbesar adalah 95% yang diperoleh pada konsentrasi asam sulfat 2M, suhu 80oC, rasio bijih/larutan asam sulfat 5%, dan waktu pelindian 4 jam. AbstractNickel extraction from nickel laterite ores particularly low-grade limonite ore is needed along with the increase of nickel consumption on the development of battery electric vehicle. Types and characteristics of nickel laterite ores affect greatly on the nickel extraction from these ores. This research conducted the extraction of nickel from limonite ore from different areas i.e. Halmahera Island (LH) and Sulawesi Island (LS) using atmosferic leaching. Sulfuric acid (1M) was used as leaching reagent. Leaching processes were carried out for investigating the effects of limonite ore characteristics (LH and LS), leaching temperatures (30oC, 50oC dan 80oC), concentration of sulfuric acid (0.5M; 1M; 2M), leaching time (15, 30, 60, 120, and 240 minutes), and ratio of ore amount to volume of leaching reagent on the nickel extraction from limonite ores. Experimental results showed that ore characteristic affected greatly on the leaching result and nickel leaching recovery. Nickel from LH ore could be extracted maximum (100%) using sulfuric acid 0.5M, temperature of 80oC, and leaching time 120 minutes (2 hours). Whereas, the highest nickel extraction percentage from LS ore is 95% using sulfuric acid 2M, temperature of 80oC, and leaching time 240 minutes (4 hours).","PeriodicalId":239927,"journal":{"name":"Metal Indonesia","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130653066","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2021-06-30DOI: 10.32423/JMI.2021.V43.48-54
Khairmen Suardi, Faris Fadli
AbstrakHead pada pressure vessel yang berbentuk melengkung, seperti: hemispherical, torispherical, dan ellipsoidal dapat dibuat dari pelat dengan lebar 2.5 m yang mengalami proses metal forming. Namun, pelat yang tersedia di pasaran pada umumnya memiliki lebar 1,6 m. Kondisi ini menjadi batasan apabila ingin menggunakan satu material pelat secara integral sehingga dibutuhkan pelat untuk membuat head dengan lebar yang lebih besar. Oleh karena itu, untuk membuat head dengan lebar 2,5 m dilakukan proses cold forming pada dua pelat yang dilas. Namun setelah proses dilakukan, terjadi kegagalan berupa timbulnya retakan di sekitar area las. Pada paper ini akan dibahas analisis kegagalan proses cold forming yang terjadi pada dua pelat ASME SA516 grade 70N yang digunakan sebagai base metal. Untuk menganalisis penyebab kegagalan, maka dilakukan pengujian kekerasan, tarik, metalografi, dan komposisi kimia. Selain itu juga dilakukan perhitungan untuk mengetahui nilai crack consists of hot (UCS), cold cracking (Pcm), dan carbon equivalent (CE). Hasil perhitungan menunjukkan bahwa material tersebut memiliki nilai UCS di bawah 30, nilai Pcm berada di antara 0,23-0,35%, serta berada di zona II pada diagram Graville dimana nilai tersebut menunjukkan bahwa material memiliki kemampulasan yang baik. Sementara dari hasil pengujian mekanis didapatkan nilai kekerasan dan kekuatan tarik yang lebih besar dari standar, yaitu masing-masing sebesar 300 HBW dan 621 Mpa dengan nilai elongasi yang masih tinggi, yaitu sebesar 21,8%. Hasil pengamatan metalografi menunjukkan terbentuk fase martensit namun dalam jumlah yang sedikit pada area heat affected zone (HAZ) dengan bentuk butir seperti jarum. Fase martensit ini berperan sebagai stress concentration yang menjadi titik awal retak ketika proses cold forming dilakukan. Terbentuknya fasa martensit ini disebabkan oleh proses preheat yang tidak sesuai serta heat input yang terlalu besar. Abstract The head on a pressure vessel with curved shapes such as hemispherical, torispherical, and ellipsoidal is derived from the formed plate. Generally the plates available in the market have a width of 1.6 m, this condition becomes a limitation if you want to use one plate material integrally so that a plate is needed to make a head with a larger width. Therefore, to make a head with a width of 2.5 m, a cold forming process is carried out on two welded plates. However, after the process is carried out, failure occurs in the form of cracks around the weld area. In this paper, we will discuss the failure analysis of the cold forming process that occurred on two ASME SA516 grade 70N plates used as base metal. In order to analyze the causes of failure, hardness, tensile, metallographic, and chemical composition tests were carried out. In addition, calculations were also carried out to determine the value of crack consists of hot (UCS), cold cracking (Pcm), and carbon equivalent (CE). From the calculation results it is evident that
球形压力板上的垫圈头,如半球形球形、球形球形、球形椭圆形和ellipsoidal,都可以由2.5米(6.5英尺)宽的钢板制成。然而,市场上可用的板块通常有1.6米(4英尺)宽。这种情况对任何想要整体使用一种板块材料的人来说都是有限的,因此需要板块才能使头部的宽度更大。因此,为了制造一个2.5米(8英尺)宽的头部,在两个焊过的盘子上进行冷锻造。但在这一过程中,焊缝周围的裂缝出现了故障。在这篇论文中,将讨论对两层用作金属基的双ASME SA516 70N表层失效的分析。为了分析失败的原因,我们进行了暴力测试、提取、元谱和化学成分。除此之外,我们还可以计算出破解性密码(UCS)、冷裂变(Pcm)和碳equivalent (CE)的价值。计算结果表明,该材料的us值低于30以下,Pcm的值在0.23 - 0.35%之间,以及在Graville图的II区域,在那里该值表明该材料具有良好的能力。虽然机械测试产生的硬度和吸引力比标准高,但每一种共价键为300 HBW和621 Mpa,其比例仍然很高,共计21.8%。元学观察显示,马氏素形成阶段,但在热源区,针状粒状颗粒的形状很少。这个martensit阶段是一种压力集中,当冷锻造过程完成时,它变成了一个起点。martensit相的形成是由于不适当的预加热过程和过度的输入热。头部被压在一艘压力船上,船头呈弧形,形状像半球形、扭矩形和椭圆形。通常情况下,如果你想用一层集成材料来制作一个大宽度的盘子,这种情况就会变得很低。在此之前,他在两个焊接的盘子上留下了一个35英尺宽的头颅。在过程被肢解后,出血发生在焊缝处。在这篇论文中,我们将探讨导致两名ASME SA516级70N钢材使用的失败分析过程。他命令分析失败、硬度、肌腱、甲基苯丙胺和化学合成测试的原因。此外,计算还有待确定螺母裂变、冷裂变和碳平衡。从计算结果来看,有证据表明,物质的价值在30度以下,PCm值在0.23-0.35%之间,而PCm值在Graville图的第二区域,在那里物质的价值是好的。我的意思是,相对于最近的机制测试,hardness和tensile strength比标准高,它是300 HBW和621 Mpa,有价值价值,即21.8%。metallographic results》一名那里那个《小amounts martensite l was formed但在炎热地区受到影响(哈)区和needle-like谷物形状画。这个保存的阶段作为压力集中,当冷扩散过程被埋葬时,它开始崩溃。martensite编队》第一阶段是枪舌战输入一个合适的preheat的过程和炎热是太大了。
{"title":"Analisis Kegagalan Pembentukan Ellipsoidal Head Pressure Vessel dari Dua Pelat Dilas ASME SA516 Grade 70N dengan menggunakan Metode Fabrikasi Cold Forming","authors":"Khairmen Suardi, Faris Fadli","doi":"10.32423/JMI.2021.V43.48-54","DOIUrl":"https://doi.org/10.32423/JMI.2021.V43.48-54","url":null,"abstract":"AbstrakHead pada pressure vessel yang berbentuk melengkung, seperti: hemispherical, torispherical, dan ellipsoidal dapat dibuat dari pelat dengan lebar 2.5 m yang mengalami proses metal forming. Namun, pelat yang tersedia di pasaran pada umumnya memiliki lebar 1,6 m. Kondisi ini menjadi batasan apabila ingin menggunakan satu material pelat secara integral sehingga dibutuhkan pelat untuk membuat head dengan lebar yang lebih besar. Oleh karena itu, untuk membuat head dengan lebar 2,5 m dilakukan proses cold forming pada dua pelat yang dilas. Namun setelah proses dilakukan, terjadi kegagalan berupa timbulnya retakan di sekitar area las. Pada paper ini akan dibahas analisis kegagalan proses cold forming yang terjadi pada dua pelat ASME SA516 grade 70N yang digunakan sebagai base metal. Untuk menganalisis penyebab kegagalan, maka dilakukan pengujian kekerasan, tarik, metalografi, dan komposisi kimia. Selain itu juga dilakukan perhitungan untuk mengetahui nilai crack consists of hot (UCS), cold cracking (Pcm), dan carbon equivalent (CE). Hasil perhitungan menunjukkan bahwa material tersebut memiliki nilai UCS di bawah 30, nilai Pcm berada di antara 0,23-0,35%, serta berada di zona II pada diagram Graville dimana nilai tersebut menunjukkan bahwa material memiliki kemampulasan yang baik. Sementara dari hasil pengujian mekanis didapatkan nilai kekerasan dan kekuatan tarik yang lebih besar dari standar, yaitu masing-masing sebesar 300 HBW dan 621 Mpa dengan nilai elongasi yang masih tinggi, yaitu sebesar 21,8%. Hasil pengamatan metalografi menunjukkan terbentuk fase martensit namun dalam jumlah yang sedikit pada area heat affected zone (HAZ) dengan bentuk butir seperti jarum. Fase martensit ini berperan sebagai stress concentration yang menjadi titik awal retak ketika proses cold forming dilakukan. Terbentuknya fasa martensit ini disebabkan oleh proses preheat yang tidak sesuai serta heat input yang terlalu besar. Abstract The head on a pressure vessel with curved shapes such as hemispherical, torispherical, and ellipsoidal is derived from the formed plate. Generally the plates available in the market have a width of 1.6 m, this condition becomes a limitation if you want to use one plate material integrally so that a plate is needed to make a head with a larger width. Therefore, to make a head with a width of 2.5 m, a cold forming process is carried out on two welded plates. However, after the process is carried out, failure occurs in the form of cracks around the weld area. In this paper, we will discuss the failure analysis of the cold forming process that occurred on two ASME SA516 grade 70N plates used as base metal. In order to analyze the causes of failure, hardness, tensile, metallographic, and chemical composition tests were carried out. In addition, calculations were also carried out to determine the value of crack consists of hot (UCS), cold cracking (Pcm), and carbon equivalent (CE). From the calculation results it is evident that ","PeriodicalId":239927,"journal":{"name":"Metal Indonesia","volume":"14 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121327221","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-30DOI: 10.32423/jmi.2020.v42.43-51
M. Sahid
3D laser scanner merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengambil data objek geometrik 3D secara cepat dan “akurat” dengan metode pengukuran non-kontak. Dalam pengambilan data, akan diperoleh data kumpulan titik (point clouds) yang selanjutnya diolah menjadi bentuk khas sebagai model permukaan (surface) maupun padat (solid) yang selanjutnya dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti: analisis geometrik, manufaktur, maupun inspeksi. Sebelum surface maupun solid model terbentuk, diperlukan pemrosesan data kumpulan titik yang telah diambil dengan cara penyatuan (fitting) dan proses editing mesh lainnya. Bagi objek dengan bentuk yang tipis seperti: sudu/blade proses fitting menjadi tidak mudah, karena adanya bentuk kurva yang terbuka antara kurva objek bagian depan dan belakang sudu ketika dilakukan penggabungan data. Proses fitting biasanya membutuhkan referensi minimal tiga buah titik. Pada penelitian ini fungsi referensi titik tersebut digantikan dengan referensi berupa sumbu/vektor. Referensi sumbu/vektor ini diperoleh dengan meletakkan benda berbentuk tabung di sekeliling objek yang akan dilakukan scanning. Selain objek tabung juga digunakan objek lain sebagai perbandingan dalam hal kemudahan proses pengukurannya. Hasil pengubahan referensi ini memperlihatkan nilai rata-rata persentase penyimpangan berdasarkan referensi sumbu adalah 0,935%, sedangkan rata-rata persentase penyimpangan dengan referensi ‘pick point’ yaitu adalah 8,77%. Jadi, pengubahan acuan referensi penggabungan data kumpulan titik (point clouds) dari tiga titik menjadi vektor akan menaikkan akurasi (ketelitian/kebenaran) proses pengukuran dengan 3D laser scanner.
{"title":"Pengukuran Geometri Benda Tipis (Sudu/Blade) dengan 3D Laser Scanner berdasarkan Referensi Vektor dan Pemakaian Benda Pembanding","authors":"M. Sahid","doi":"10.32423/jmi.2020.v42.43-51","DOIUrl":"https://doi.org/10.32423/jmi.2020.v42.43-51","url":null,"abstract":"3D laser scanner merupakan alat ukur yang digunakan untuk mengambil data objek geometrik 3D secara cepat dan “akurat” dengan metode pengukuran non-kontak. Dalam pengambilan data, akan diperoleh data kumpulan titik (point clouds) yang selanjutnya diolah menjadi bentuk khas sebagai model permukaan (surface) maupun padat (solid) yang selanjutnya dapat digunakan untuk berbagai keperluan seperti: analisis geometrik, manufaktur, maupun inspeksi. Sebelum surface maupun solid model terbentuk, diperlukan pemrosesan data kumpulan titik yang telah diambil dengan cara penyatuan (fitting) dan proses editing mesh lainnya. Bagi objek dengan bentuk yang tipis seperti: sudu/blade proses fitting menjadi tidak mudah, karena adanya bentuk kurva yang terbuka antara kurva objek bagian depan dan belakang sudu ketika dilakukan penggabungan data. Proses fitting biasanya membutuhkan referensi minimal tiga buah titik. Pada penelitian ini fungsi referensi titik tersebut digantikan dengan referensi berupa sumbu/vektor. Referensi sumbu/vektor ini diperoleh dengan meletakkan benda berbentuk tabung di sekeliling objek yang akan dilakukan scanning. Selain objek tabung juga digunakan objek lain sebagai perbandingan dalam hal kemudahan proses pengukurannya. Hasil pengubahan referensi ini memperlihatkan nilai rata-rata persentase penyimpangan berdasarkan referensi sumbu adalah 0,935%, sedangkan rata-rata persentase penyimpangan dengan referensi ‘pick point’ yaitu adalah 8,77%. Jadi, pengubahan acuan referensi penggabungan data kumpulan titik (point clouds) dari tiga titik menjadi vektor akan menaikkan akurasi (ketelitian/kebenaran) proses pengukuran dengan 3D laser scanner.","PeriodicalId":239927,"journal":{"name":"Metal Indonesia","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122794423","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-30DOI: 10.32423/jmi.2020.v42.77-85
F. M. Ridlo, Permana Andi Paristiawan, Mukhlis Agung Prasetyo
Baja mangan austenitik merupakan baja yang digunakan secara luas pada industri tambang dan mineral karena memiliki ketahanan aus dan ketangguhan yang tinggi. Secara umum, baja mangan austenitik yang dibuat melalui proses pengecoran memiliki kecenderungan getas dengan ketangguhan yang rendah karena terbentuknya formasi karbida. Proses solution treatment diikuti dengan pendinginan cepat menjadi hal penting untuk melarutkan karbida sehingga menjamin terbentuknya struktur full austenit pada temperatur kamar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi holding time dan media pendingin pada proses solution treatment terhadap kekerasan dan ketangguhan paduan baja Fe12Mn1.5Mo. Pada penelitian ini, karakteristik baja Fe12Mn1.5Mo hasil cor diinvestigasi lebih lanjut setelah dilakukan proses solution treatment dalam dua tahap, yaitu memanaskan dari temperatur ruang sampai 700oC dengan holding time 3 jam, kemudian dinaikkan sampai temperatur 1000 oC dengan variasi holding time selama 1 jam, 2 jam dan 3 jam diikuti dengan quenching menggunakan 3 media pendingin berbeda (air, larutan garam 1.5% dan 3%). Pada pendinginan menggunakan larutan garam 1.5% dan 3% menunjukkan bahwa semakin lama holding time, maka nilai kekerasan dan nilai impak juga semakin meningkat. Sementara itu, spesimen yang didinginkan menggunakan air menghasilkan nilai yang berfluktuasi untuk kedua sifat mekanik. Nilai kekerasan tertinggi sebesar 344 BHN pada variasi holding time 2 jam diikuti dengan pendinginan air, sementara nilai impak tertinggi sebesar 73.7 J/cm2 dihasilkan pada variasi holding time 1 jam dengan pendinginan air. Nilai impak terendah sebesar 48.8 J/cm2 dihasilkan pada variasi holding time 1 jam dengan pendinginan larutan garam 3%. Hasil metalografi menunjukkan bahwa struktur mikro matriks austenit yang mengakibatkan nilai kekerasan yang rendah sedangkan karbida tak terlarut yang terdispersi di batas butir dan di dalam butir yang mengakibatkan nilai kekerasan yang tinggi. Di sisi lain, Proses solution treatment yang berlangsung kurang sempurna berakibat pada menurunnya ketangguhan karena terbentuknya presipitasi karbida.
{"title":"Pengaruh Variasi Holding Time dan Media Pendingin pada Proses Solution Treatment terhadap Kekerasan dan Ketangguhan Paduan Baja Fe12Mn1,5Mo","authors":"F. M. Ridlo, Permana Andi Paristiawan, Mukhlis Agung Prasetyo","doi":"10.32423/jmi.2020.v42.77-85","DOIUrl":"https://doi.org/10.32423/jmi.2020.v42.77-85","url":null,"abstract":"Baja mangan austenitik merupakan baja yang digunakan secara luas pada industri tambang dan mineral karena memiliki ketahanan aus dan ketangguhan yang tinggi. Secara umum, baja mangan austenitik yang dibuat melalui proses pengecoran memiliki kecenderungan getas dengan ketangguhan yang rendah karena terbentuknya formasi karbida. Proses solution treatment diikuti dengan pendinginan cepat menjadi hal penting untuk melarutkan karbida sehingga menjamin terbentuknya struktur full austenit pada temperatur kamar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh variasi holding time dan media pendingin pada proses solution treatment terhadap kekerasan dan ketangguhan paduan baja Fe12Mn1.5Mo. Pada penelitian ini, karakteristik baja Fe12Mn1.5Mo hasil cor diinvestigasi lebih lanjut setelah dilakukan proses solution treatment dalam dua tahap, yaitu memanaskan dari temperatur ruang sampai 700oC dengan holding time 3 jam, kemudian dinaikkan sampai temperatur 1000 oC dengan variasi holding time selama 1 jam, 2 jam dan 3 jam diikuti dengan quenching menggunakan 3 media pendingin berbeda (air, larutan garam 1.5% dan 3%). Pada pendinginan menggunakan larutan garam 1.5% dan 3% menunjukkan bahwa semakin lama holding time, maka nilai kekerasan dan nilai impak juga semakin meningkat. Sementara itu, spesimen yang didinginkan menggunakan air menghasilkan nilai yang berfluktuasi untuk kedua sifat mekanik. Nilai kekerasan tertinggi sebesar 344 BHN pada variasi holding time 2 jam diikuti dengan pendinginan air, sementara nilai impak tertinggi sebesar 73.7 J/cm2 dihasilkan pada variasi holding time 1 jam dengan pendinginan air. Nilai impak terendah sebesar 48.8 J/cm2 dihasilkan pada variasi holding time 1 jam dengan pendinginan larutan garam 3%. Hasil metalografi menunjukkan bahwa struktur mikro matriks austenit yang mengakibatkan nilai kekerasan yang rendah sedangkan karbida tak terlarut yang terdispersi di batas butir dan di dalam butir yang mengakibatkan nilai kekerasan yang tinggi. Di sisi lain, Proses solution treatment yang berlangsung kurang sempurna berakibat pada menurunnya ketangguhan karena terbentuknya presipitasi karbida.","PeriodicalId":239927,"journal":{"name":"Metal Indonesia","volume":"52 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132414086","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-12-30DOI: 10.32423/jmi.2020.v42.52-62
Amri Abdulah, A. D. Shieddieque, Dede Ardi Rajab, S. Sukarman, C. Anwar
Penelitian ini membahas perbaikan proses penyemprotan pada tahap pembersihan candle filter di PT XYZ, yaitu permasalahan proses penyemprotan manual pada candle filter yang tidak efisien. Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu dilakukan proses penyemprotan dengan mesin. Penelitian ini membahas tentang perancangan mesin penyemprot otomatis candle filter untuk mengurangi waktu pengerjaan. Mesin ini dirancang untuk berbagai ukuran candle filter, dan mesin dapat membersihkan candle filter dari luar dan dalam secara bersamaan. Hasil perancangan yaitu mesin auto spray memiliki putaran untuk penggerak nosel yaitu 596,1 Rpm dan pemutar candle filter 480 Rpm. Kecepatan putaran dirancang dengan RPM yang dapat disesuaikan dan dikontrol oleh inverter pada panel. Mesin auto spray memiliki konstruksi yang tahan korosi dan kokoh dengan spesifikasi mesin sepanjang 3005 mm x lebar 515 mm x tinggi 1215 mm. Proses penyemprotan menghemat waktu yaitu mencapai 60% yang diperoleh dari perhitungan proses penyemprotan secara manual, dan menggunakan mesin otomatis masing-masing adalah 25 menit 10 menit. Dari segi kualitas, hasil penyemprotan menggunakan mesin juga lebih baik. Dari 40 sampel yang diuji dari setiap proses, nilai rata-rata partikel saat menggunakan mesin, dan secara manual masing-masing adalah 5,36 gram dan 23,6 gram.
{"title":"Perancangan Mesin Auto Spray untuk Cleaning Candle Filter","authors":"Amri Abdulah, A. D. Shieddieque, Dede Ardi Rajab, S. Sukarman, C. Anwar","doi":"10.32423/jmi.2020.v42.52-62","DOIUrl":"https://doi.org/10.32423/jmi.2020.v42.52-62","url":null,"abstract":"Penelitian ini membahas perbaikan proses penyemprotan pada tahap pembersihan candle filter di PT XYZ, yaitu permasalahan proses penyemprotan manual pada candle filter yang tidak efisien. Berdasarkan permasalahan tersebut maka perlu dilakukan proses penyemprotan dengan mesin. Penelitian ini membahas tentang perancangan mesin penyemprot otomatis candle filter untuk mengurangi waktu pengerjaan. Mesin ini dirancang untuk berbagai ukuran candle filter, dan mesin dapat membersihkan candle filter dari luar dan dalam secara bersamaan. Hasil perancangan yaitu mesin auto spray memiliki putaran untuk penggerak nosel yaitu 596,1 Rpm dan pemutar candle filter 480 Rpm. Kecepatan putaran dirancang dengan RPM yang dapat disesuaikan dan dikontrol oleh inverter pada panel. Mesin auto spray memiliki konstruksi yang tahan korosi dan kokoh dengan spesifikasi mesin sepanjang 3005 mm x lebar 515 mm x tinggi 1215 mm. Proses penyemprotan menghemat waktu yaitu mencapai 60% yang diperoleh dari perhitungan proses penyemprotan secara manual, dan menggunakan mesin otomatis masing-masing adalah 25 menit 10 menit. Dari segi kualitas, hasil penyemprotan menggunakan mesin juga lebih baik. Dari 40 sampel yang diuji dari setiap proses, nilai rata-rata partikel saat menggunakan mesin, dan secara manual masing-masing adalah 5,36 gram dan 23,6 gram.","PeriodicalId":239927,"journal":{"name":"Metal Indonesia","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130161579","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-06-30DOI: 10.32423/jmi.2020.v42.20-27
Alfa Sendya Hayu Marzuki, Satrio Herbirowo, Bintang Adjiantoro, Yeni Muriani Zulaida, Efendi Mabruri
Grinding ball merupakan salah satu komponen dari industri tambang dan pengolahan mineral yang mempengaruhi biaya produksi. Kebutuhan grinding ball dalam negeri saat ini masih bergantung pada produk impor. Pemilihan baja berbasis laterit karena cadangan laterit di Indonesia sangat melimpah, selain itu baja laterit sudah memiliki kandungan nikel dimana unsur paduan tersebut baik untuk meningkatkan kekerasan yang dibutuhkan pada grinding ball. Namun tingkat kekerasan baja berbasis laterit yang digunakan pada penelitian ini belum memiliki nilai yang cukup untuk digunakan sebagai material grinding ball. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan proses cryogenic treatment dengan variasi waktu perendaman 10, 60, dan 360 menit serta menggunakan perbedaan komposisi paduan Cr dan Mo kemudian dilakukan pengujian kekerasan, ketahanan aus, ketangguhan dan analisis struktur mikro. Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kekerasan setelah perlakuan mengalami peningkatan signifikan dari 17 menjadi 33,55 HRC. Selain itu, ketahanan abrasif setelah perlakuan juga meningkat seiring dengan penambahan waktu perendaman dari 0,000603 menjadi 0,000475 mg/cm2·putaran. Peningkatan tersebut terjadi karena adanya peningkatan persentase martensit pada sampel. Nilai kekerasan dan ketahanan aus terbaik terdapat pada sampel dengan paduan CrMo pada waktu perendaman 360 menit yaitu 44,1 HRC dan 0,000475 mg/cm2·putaran. Sehingga pada penelitian ini menunjukkan bahwa waktu perendaman cryogenic treatment dan komposisi paduan Cr dan Mo berpengaruh terhadap kekerasan, ketahanan abrasif serta ketangguhan baja nikel berbasis laterit. Grinding ball is a component of the mining and mineral processing industry that affects production costs. Grinding ball needs in Indonesia still depend on imported products. Laterite-based steel is chosen because of the resource of laterite in Indonesia are very abundant, besides laterite steel has nickel content which is great for increasing the hardness that needed in grinding ball. However, the hardness of Ni laterite steel used in this study does not have enough hardness to be used as a grinding ball material. Therefore, in this study cryogenic treatment was carried out with variations in soaking time during10, 60 and 360 minutes and also using differences in the alloying composition of Cr/Mo then performed characterization of hardness, abrasive resistance, toughness and microstructure analysis. Based on the results obtained showed that hardness after treatment increases with increasing soaking time from 17 to 33,55 HRC significantly. In addition, abrasive resistance after treatment also increases with increasing soaking time from 0,000603 to 0,000475 mg/cm2.cycle. This increase occurred because of an increase in the percentage of the martensite phase in the sample. The optimum value of hardness and wear resistance is found in samples with CrMo alloy at 360 minutes soaking time, which is 44.1 HRC and 0.000475 mg/cm2·cycle. This study show
{"title":"Studi Pengaruh Paduan Cr/Mo dengan Waktu Perendaman Cryogenic Treatment terhadap Sifat Keras, Tangguh, Tahan Abrasif, dan Struktur Mikro Baja Ni berbasis Laterit","authors":"Alfa Sendya Hayu Marzuki, Satrio Herbirowo, Bintang Adjiantoro, Yeni Muriani Zulaida, Efendi Mabruri","doi":"10.32423/jmi.2020.v42.20-27","DOIUrl":"https://doi.org/10.32423/jmi.2020.v42.20-27","url":null,"abstract":"Grinding ball merupakan salah satu komponen dari industri tambang dan pengolahan mineral yang mempengaruhi biaya produksi. Kebutuhan grinding ball dalam negeri saat ini masih bergantung pada produk impor. Pemilihan baja berbasis laterit karena cadangan laterit di Indonesia sangat melimpah, selain itu baja laterit sudah memiliki kandungan nikel dimana unsur paduan tersebut baik untuk meningkatkan kekerasan yang dibutuhkan pada grinding ball. Namun tingkat kekerasan baja berbasis laterit yang digunakan pada penelitian ini belum memiliki nilai yang cukup untuk digunakan sebagai material grinding ball. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan proses cryogenic treatment dengan variasi waktu perendaman 10, 60, dan 360 menit serta menggunakan perbedaan komposisi paduan Cr dan Mo kemudian dilakukan pengujian kekerasan, ketahanan aus, ketangguhan dan analisis struktur mikro. Berdasarkan hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa kekerasan setelah perlakuan mengalami peningkatan signifikan dari 17 menjadi 33,55 HRC. Selain itu, ketahanan abrasif setelah perlakuan juga meningkat seiring dengan penambahan waktu perendaman dari 0,000603 menjadi 0,000475 mg/cm2·putaran. Peningkatan tersebut terjadi karena adanya peningkatan persentase martensit pada sampel. Nilai kekerasan dan ketahanan aus terbaik terdapat pada sampel dengan paduan CrMo pada waktu perendaman 360 menit yaitu 44,1 HRC dan 0,000475 mg/cm2·putaran. Sehingga pada penelitian ini menunjukkan bahwa waktu perendaman cryogenic treatment dan komposisi paduan Cr dan Mo berpengaruh terhadap kekerasan, ketahanan abrasif serta ketangguhan baja nikel berbasis laterit. Grinding ball is a component of the mining and mineral processing industry that affects production costs. Grinding ball needs in Indonesia still depend on imported products. Laterite-based steel is chosen because of the resource of laterite in Indonesia are very abundant, besides laterite steel has nickel content which is great for increasing the hardness that needed in grinding ball. However, the hardness of Ni laterite steel used in this study does not have enough hardness to be used as a grinding ball material. Therefore, in this study cryogenic treatment was carried out with variations in soaking time during10, 60 and 360 minutes and also using differences in the alloying composition of Cr/Mo then performed characterization of hardness, abrasive resistance, toughness and microstructure analysis. Based on the results obtained showed that hardness after treatment increases with increasing soaking time from 17 to 33,55 HRC significantly. In addition, abrasive resistance after treatment also increases with increasing soaking time from 0,000603 to 0,000475 mg/cm2.cycle. This increase occurred because of an increase in the percentage of the martensite phase in the sample. The optimum value of hardness and wear resistance is found in samples with CrMo alloy at 360 minutes soaking time, which is 44.1 HRC and 0.000475 mg/cm2·cycle. This study show","PeriodicalId":239927,"journal":{"name":"Metal Indonesia","volume":"5 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124380286","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-30DOI: 10.32423/JMI.2019.V41.29-36
Ade Trya Aprilliansyah, S. Sunardi, M. S. Anwar, Efendi Mabruri
Sudu turbin uap umumnya menggunakan baja tahan karat martensitik 13Cr yang ditempa (forging) namun baja martensitik cor masih sedikit penggunaanya untuk sudu turbin uap. Penelitian ini metode pengecoran dipilih karena dapat mempersingkat proses produksi dan pemesinan serta sebagai subtitusi baja martensit tempa yang selama ini masih impor. Pada penelitian ini telah dilakukan modifikasi baja tahan karat cor CA-15 dengan menambahkan unsur Mo dan Ni sebanyak masing-masing 3%. Tujuannya adalah untuk meningkatkan sifat mekanik dari baja tahan karat cor CA-15. Proses austenisasi pada temperatur 1100oC selama 3 jam dan dilakukan normalizing. Kemudian dilanjutkan pada proses tempering dengan tujuh variasi temperatur temper dan tiga variasi waktu tahan yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya secondary hardening. Variasi suhu yangdigunakan yaitu 300oC, 400oC, 500oC, 550oC, 600oC, 650oC dan 700oC serta waktu tahan masing-masing selama 1, 3, dan 5 jam.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secondary hardening yang ditunjukkan dengan kenaikan nilai kekerasan terjadi pada temperatur 400°C dengan waktu tahan 1, 3, dan 5 jam sebesar 54,53; 53,1; 42,4 HRC.Karena itu baja menjadi keras dan getas dan tidak sesuai dengan kriteria material standar komersial baja tahan karat 13Crsebagai sudu turbin uap. Baja martensitik cor modifikasi CA-15 yang telah ditemper pada temperatur 650 dan 700 °C dan waktu tahan 5 jam menghasilkan baja yang sesuai dengan kriteria sudu turbin uap dengan fasa martensit temper dengan nilai kekerasan HRC 35,1 dan 34,73 serta nilai kehilangan berat setalah uji abrasi sebesar 18,6 dan 23,8 mg/cm2.
{"title":"PENGARUH SUHU DAN WAKTU TEMPERING TERHADAP STRUKTUR MIKRO, KEKERASAN, DAN KETAHANAN ABRASIF BAJA TAHAN KARAT MARTENSITIK COR MODIFIKASI CA-15","authors":"Ade Trya Aprilliansyah, S. Sunardi, M. S. Anwar, Efendi Mabruri","doi":"10.32423/JMI.2019.V41.29-36","DOIUrl":"https://doi.org/10.32423/JMI.2019.V41.29-36","url":null,"abstract":"Sudu turbin uap umumnya menggunakan baja tahan karat martensitik 13Cr yang ditempa (forging) namun baja martensitik cor masih sedikit penggunaanya untuk sudu turbin uap. Penelitian ini metode pengecoran dipilih karena dapat mempersingkat proses produksi dan pemesinan serta sebagai subtitusi baja martensit tempa yang selama ini masih impor. Pada penelitian ini telah dilakukan modifikasi baja tahan karat cor CA-15 dengan menambahkan unsur Mo dan Ni sebanyak masing-masing 3%. Tujuannya adalah untuk meningkatkan sifat mekanik dari baja tahan karat cor CA-15. Proses austenisasi pada temperatur 1100oC selama 3 jam dan dilakukan normalizing. Kemudian dilanjutkan pada proses tempering dengan tujuh variasi temperatur temper dan tiga variasi waktu tahan yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya secondary hardening. Variasi suhu yangdigunakan yaitu 300oC, 400oC, 500oC, 550oC, 600oC, 650oC dan 700oC serta waktu tahan masing-masing selama 1, 3, dan 5 jam.Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa secondary hardening yang ditunjukkan dengan kenaikan nilai kekerasan terjadi pada temperatur 400°C dengan waktu tahan 1, 3, dan 5 jam sebesar 54,53; 53,1; 42,4 HRC.Karena itu baja menjadi keras dan getas dan tidak sesuai dengan kriteria material standar komersial baja tahan karat 13Crsebagai sudu turbin uap. Baja martensitik cor modifikasi CA-15 yang telah ditemper pada temperatur 650 dan 700 °C dan waktu tahan 5 jam menghasilkan baja yang sesuai dengan kriteria sudu turbin uap dengan fasa martensit temper dengan nilai kekerasan HRC 35,1 dan 34,73 serta nilai kehilangan berat setalah uji abrasi sebesar 18,6 dan 23,8 mg/cm2.","PeriodicalId":239927,"journal":{"name":"Metal Indonesia","volume":"38 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132489619","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-30DOI: 10.32423/JMI.2019.V41.9-15
Diman Raymond S. Tambunan, Golfrid Gultom, Dejoy I. Situngkir
Salah satu bentuk pemanfaatan dari energi matahari paling banyak saat ini adalah untuk pemanasan air. Temperatur air yang kurang panas merupakan salah satu permasalahan yang disebabkan oleh rendahnya temperatur pelat pemanas/kolektor. Kondisi ini disebabkan oleh rendahnya absorptansi cat terhadap radiasi surya dan tingginya emitansinya cat terhadap sinar surya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya nilai absorpsivitas intensitas surya cat hitam sintetis enamel kusam pelapis yang banyak terdapat di pasaran. Penelitian dilakukan terhadap absorpsivitas cat hitam jenis sintetis enamel kusam berbahan dasar resin alkyd dengan tipe high gloss selama 5 (lima) hari dengan pengambilan data yang acak. Pengambilan data berupa pengukuran data temperatur kolektor dan data temperatur air dilakukan berbeda-beda lama pengamatannya selama 5 (lima) hari berturut-turut. Penggunaan cat hitam jenis sintetis enamel kusam berbahan dasar resin alkyd dengan tipe high gloss dengan sistem pelapisan yang menggunakan cara semprotan. Hal ini merupakan salah satu solusi yang cepat dan murah untuk mengatasi rendahnya temperatur pelat pemanas karena selain mudah didapatkan dipasaran juga harganya yang terjangkau serta mudah pengaplikasiannya sebagai warna pelapis kolektor dengan range absorpsivitas yang diperoleh melalui metode perhitungan sebesar 0,186 – 0,436 dengan nilai rata-rata absorpsivitas cat sebesar 0,342 dan temperatur plat yang dihasilkan sebesar 86,00 0C serta temperatur air yang dipanasi sebesar 64,80 0C. Nilai absorpsivitas dari cat yang diamati dibawah daripada standar absorpsivitas cat khusus pelapis kolektor surya dengan nilai standar absorpsinya minimal sebesar 0,9. Selain itu pada penelitian ini diperoleh juga rata-rata pengukuran intensitas surya harian di kota Medan sebesar 18 MJ/m2/hari. Untuk aplikasi pemanasan air penggunaan cat hitam jenis sintetis enamel doff (kusam) berbahan dasar resin alkyd dengan tipe high gloss dapat menjadi solusi pelapis kolektor yang murah.
{"title":"ABSORPSIVITAS CAT SINTETIS ENAMEL KUSAM (DOFF) BERBAHAN DASAR RESIN ALKYD DENGAN TIPE HIGH GLOSS PADA APIKASI CAT PELAPIS PEMANAS AIR SURYA","authors":"Diman Raymond S. Tambunan, Golfrid Gultom, Dejoy I. Situngkir","doi":"10.32423/JMI.2019.V41.9-15","DOIUrl":"https://doi.org/10.32423/JMI.2019.V41.9-15","url":null,"abstract":"Salah satu bentuk pemanfaatan dari energi matahari paling banyak saat ini adalah untuk pemanasan air. Temperatur air yang kurang panas merupakan salah satu permasalahan yang disebabkan oleh rendahnya temperatur pelat pemanas/kolektor. Kondisi ini disebabkan oleh rendahnya absorptansi cat terhadap radiasi surya dan tingginya emitansinya cat terhadap sinar surya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya nilai absorpsivitas intensitas surya cat hitam sintetis enamel kusam pelapis yang banyak terdapat di pasaran. Penelitian dilakukan terhadap absorpsivitas cat hitam jenis sintetis enamel kusam berbahan dasar resin alkyd dengan tipe high gloss selama 5 (lima) hari dengan pengambilan data yang acak. Pengambilan data berupa pengukuran data temperatur kolektor dan data temperatur air dilakukan berbeda-beda lama pengamatannya selama 5 (lima) hari berturut-turut. Penggunaan cat hitam jenis sintetis enamel kusam berbahan dasar resin alkyd dengan tipe high gloss dengan sistem pelapisan yang menggunakan cara semprotan. Hal ini merupakan salah satu solusi yang cepat dan murah untuk mengatasi rendahnya temperatur pelat pemanas karena selain mudah didapatkan dipasaran juga harganya yang terjangkau serta mudah pengaplikasiannya sebagai warna pelapis kolektor dengan range absorpsivitas yang diperoleh melalui metode perhitungan sebesar 0,186 – 0,436 dengan nilai rata-rata absorpsivitas cat sebesar 0,342 dan temperatur plat yang dihasilkan sebesar 86,00 0C serta temperatur air yang dipanasi sebesar 64,80 0C. Nilai absorpsivitas dari cat yang diamati dibawah daripada standar absorpsivitas cat khusus pelapis kolektor surya dengan nilai standar absorpsinya minimal sebesar 0,9. Selain itu pada penelitian ini diperoleh juga rata-rata pengukuran intensitas surya harian di kota Medan sebesar 18 MJ/m2/hari. Untuk aplikasi pemanasan air penggunaan cat hitam jenis sintetis enamel doff (kusam) berbahan dasar resin alkyd dengan tipe high gloss dapat menjadi solusi pelapis kolektor yang murah.","PeriodicalId":239927,"journal":{"name":"Metal Indonesia","volume":"21 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131117272","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-30DOI: 10.32423/JMI.2019.V41.23-28
Robby Debriand Rumbara, Mas Sahid Bhm, Hendri Siswanto, M. D. Purwanto
Injection pump adalah peralatan medis untuk memasukkan cairan obat secara otomatis pada pasien, dikarenakan alat ini masih tergantung dengan negara luar/diimpor maka perlu dibuat prototipe untuk mendukung kemandirian nasional. Prototipe injection pump menggunakan arduino uno sebagai mikrokontroler yang dilengkapi motor penggerak, layar LCD, dan beberapa tombol untuk melakukan pengaturan. Alat ini telah diuji sesuai kondisi injection pump komersial (6 tipe suntikan): yaitu: 3 cc, 5 cc, 10 cc, 20 cc, 30 cc dan 50 cc. Prototipe ini dapat berfungsi dengan baik dan dapat memasukkan cairan obat dengan debit 0.1 mL/h hingga 999 mL/h dengan ketelitian 0.1mL.
{"title":"PEMBUATAN ALAT INJECTION PUMP BERBASIS OTOMASI DI BALAI BESAR LOGAM DAN MESIN","authors":"Robby Debriand Rumbara, Mas Sahid Bhm, Hendri Siswanto, M. D. Purwanto","doi":"10.32423/JMI.2019.V41.23-28","DOIUrl":"https://doi.org/10.32423/JMI.2019.V41.23-28","url":null,"abstract":"Injection pump adalah peralatan medis untuk memasukkan cairan obat secara otomatis pada pasien, dikarenakan alat ini masih tergantung dengan negara luar/diimpor maka perlu dibuat prototipe untuk mendukung kemandirian nasional. Prototipe injection pump menggunakan arduino uno sebagai mikrokontroler yang dilengkapi motor penggerak, layar LCD, dan beberapa tombol untuk melakukan pengaturan. Alat ini telah diuji sesuai kondisi injection pump komersial (6 tipe suntikan): yaitu: 3 cc, 5 cc, 10 cc, 20 cc, 30 cc dan 50 cc. Prototipe ini dapat berfungsi dengan baik dan dapat memasukkan cairan obat dengan debit 0.1 mL/h hingga 999 mL/h dengan ketelitian 0.1mL.","PeriodicalId":239927,"journal":{"name":"Metal Indonesia","volume":"42 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115594300","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-06-30DOI: 10.32423/JMI.2019.V41.1-8
Hafid Abdullah, Taisuke Nishida
Makalah ini menyajikan hasil penelitian analisis perbaikan kualitas produk pada industri pembuat komponen logam melalui penerapan metode QCC. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas produk logam agar dapat memuaskan konsumen (mitra usahanya) sehingga mampu bersaing di pasar global. Dalam penelitian ini, diberikan contoh kasus implementasi QCC di salah satu industri pendukung pembuat komponen alat berat di Indonesia. Cara peningkatan melalui implementasi manajemen QCC (Quality Control Circle) untuk penanggulangan perbaikan yang berkesinambungan. Hasil implementasi QCC di PT. MTM adalah perbaikan kualitas produk spacer karena komponen tersebut mempunyai rasio kerusakan paling tinggi yang di klaim PT. Komatsu Indonesia sebagai konsumen (mitra usahanya) sehingga menjadi prioritas utama ditanggulangi. Hasil perbaikan adalah presentasi rasio cacat komponen spacer sekitar 25% (sebelum perbaikan) dan dapat diturunkan menjadi 0% (setelah perbaikan).
本文介绍了通过应用QCC方法对金属成分制造行业质量改进的研究结果。其目的是提高金属产品的质量,以满足消费者(商业伙伴),使他们能够在全球市场上竞争。在本研究中,有一个关于QCC实施的例子,该行业支持重型设备组件。通过QCC管理(qucc Control Circle)的实施提高的方法,为持续改进的对策。QCC在PT. MTM的实施是对spacer产品质量的改进,因为该部件具有印尼PT. Komatsu作为消费者(业务伙伴)所称的对消费者的损害比例最高,因此是最优先处理的。改进结果是容化率约为25%(修理前),可降解为0%(修理后)。
{"title":"PERBAIKAN KUALITAS PRODUK PADA INDUSTRI PEMBUAT KOMPONEN LOGAM DENGAN PENERAPAN METODE QCC","authors":"Hafid Abdullah, Taisuke Nishida","doi":"10.32423/JMI.2019.V41.1-8","DOIUrl":"https://doi.org/10.32423/JMI.2019.V41.1-8","url":null,"abstract":"Makalah ini menyajikan hasil penelitian analisis perbaikan kualitas produk pada industri pembuat komponen logam melalui penerapan metode QCC. Tujuannya adalah meningkatkan kualitas produk logam agar dapat memuaskan konsumen (mitra usahanya) sehingga mampu bersaing di pasar global. Dalam penelitian ini, diberikan contoh kasus implementasi QCC di salah satu industri pendukung pembuat komponen alat berat di Indonesia. Cara peningkatan melalui implementasi manajemen QCC (Quality Control Circle) untuk penanggulangan perbaikan yang berkesinambungan. Hasil implementasi QCC di PT. MTM adalah perbaikan kualitas produk spacer karena komponen tersebut mempunyai rasio kerusakan paling tinggi yang di klaim PT. Komatsu Indonesia sebagai konsumen (mitra usahanya) sehingga menjadi prioritas utama ditanggulangi. Hasil perbaikan adalah presentasi rasio cacat komponen spacer sekitar 25% (sebelum perbaikan) dan dapat diturunkan menjadi 0% (setelah perbaikan).","PeriodicalId":239927,"journal":{"name":"Metal Indonesia","volume":"43 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128329348","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}