Rokok telah menjadi salah satu gaya hidup di kalangan remaja. Penggunaan rokok pada kelompok usia remaja semakin meningkat setiap tahunnya. Banyak remaja beranggapan bahwa merokok di usia muda belum memberikan dampak negatif dari kesehatan. Asap rokok yang masuk kedalam saluran pernapasan secara langsung dapat mempengaruhi fungsi paru. Hal ini dikarenakan banyaknya radikal bebas yang masuk kedalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui risiko gangguan awal fungsi paru pada perokok di kalangan remaja. Penelitian ini menggunakan metode observational dengan desain Case Control. Remaja usia 18-25 tahun akan dibagi menjadi dua kelompok yaitu perokok dan non perokok. Kedua kelompok akan dilakukan tes fungsi paru untuk mengukur FEV-1 dan FVC dengan menggunakan spirometri. Responden dinyatakan memiliki gangguan fungsi paru, apabila nilai FEV-1/FVC kurang dari 0,7. Data yang diperoleh akan dilakukan uji Odd Ratio untuk mengetahui peningkatan risiko. Hasil penelitian memperlihatkan adanya peningkatan risiko gangguan fungsi paru pada kelompok perokok sebesar 14 dibandingkan dengan kelompok non perokok. Selain itu, hasil spirometri juga memperlihatkan perbedaan pada kedua kelompok (p<0,05). Permasalahan kesehatan akibat rokok belum diperlihatkan pada perokok usia remaja. Namun perokok pada usia remaja memiliki risiko yang lebih besar terkena gangguan fungsi paru dibandingkan dengan non perokok.
{"title":"Studi Risiko Gangguan Fungsi Paru Terhadap Perokok Di Kalangan Remaja","authors":"Rivan Virlando Suryadinata, Amelia Lorensa","doi":"10.30587/ijpn.v4i1.5489","DOIUrl":"https://doi.org/10.30587/ijpn.v4i1.5489","url":null,"abstract":"Rokok telah menjadi salah satu gaya hidup di kalangan remaja. Penggunaan rokok pada kelompok usia remaja semakin meningkat setiap tahunnya. Banyak remaja beranggapan bahwa merokok di usia muda belum memberikan dampak negatif dari kesehatan. Asap rokok yang masuk kedalam saluran pernapasan secara langsung dapat mempengaruhi fungsi paru. Hal ini dikarenakan banyaknya radikal bebas yang masuk kedalam tubuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui risiko gangguan awal fungsi paru pada perokok di kalangan remaja. Penelitian ini menggunakan metode observational dengan desain Case Control. Remaja usia 18-25 tahun akan dibagi menjadi dua kelompok yaitu perokok dan non perokok. Kedua kelompok akan dilakukan tes fungsi paru untuk mengukur FEV-1 dan FVC dengan menggunakan spirometri. Responden dinyatakan memiliki gangguan fungsi paru, apabila nilai FEV-1/FVC kurang dari 0,7. Data yang diperoleh akan dilakukan uji Odd Ratio untuk mengetahui peningkatan risiko. Hasil penelitian memperlihatkan adanya peningkatan risiko gangguan fungsi paru pada kelompok perokok sebesar 14 dibandingkan dengan kelompok non perokok. Selain itu, hasil spirometri juga memperlihatkan perbedaan pada kedua kelompok (p<0,05). Permasalahan kesehatan akibat rokok belum diperlihatkan pada perokok usia remaja. Namun perokok pada usia remaja memiliki risiko yang lebih besar terkena gangguan fungsi paru dibandingkan dengan non perokok.","PeriodicalId":265196,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Professional Nursing","volume":"17 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133879696","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Stimulasi anak pada usia dini sangat penting untuk memaksimalkan proses tumbuh kembang anak yang diantaranya ada 4 indikator penting yaitu motorik halus, motorik kasar, bahasa dan personal social. Salah satu media yang paling efektif untuk melakukan stimulasi pada anak adalah dengan menggunakan alat permainan edukasi. Alat permainan edukasi sangat variatif dan fungsinya sangat ditentukan dari pendamping anak saat melakukan stimulasi. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan stimulasi alat permainan edukatif dengan perkembangan anak pra sekolah. Populasi penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak prasekolah di Taman Pendidikan Anak Usia Dini Hidayatulloh Kota Blitar. Subjek penelitian diambil secara total sampling sejumlah 27 responden. Rancangan penelitian korelasional ini menggunakan pendekatan cross sectional. Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner dan lembar Kuesioner Pra- Skrining Perkembangan (KPSP). Analisis data menggunakan Spearman Rank. Hasil penelitian menemukan ada hubungan antara stimulasi alat permainan edukatif dengan perkembangan anak prasekolah (p value 0,728) dengan tingkat signifikasi (α 0,05). Saran untuk para orang tua agar rutin melakukan stimulasi tumbuh kembang dengan alat permainan edukasi yang sesuai dengan usia anak agar perkembangan anak dapat maksimal.
儿童在很小的时候就能最大限度地促进儿童生长过程,其中包括精细运动、粗野运动、语言和个人社交等四个重要指标。最有效的对儿童进行刺激的媒介之一是使用教育游戏工具。教育博具是非常多样化的,其功能是在儿童刺激时由同伴决定的。总的来说,这项研究的目的是找出刺激学前儿童发育的教育游戏工具之间的关系。这项研究的人口是所有在布利塔市希达亚图洛幼儿教育公园有学龄前儿童的母亲。研究对象对27名受访者进行了全部采样。这些相互关联的研究采用了横向交叉的方法。数据收集工具使用问卷和进度筛选前问卷表。Spearman Rank的数据分析。研究结果发现在学龄前儿童教育游戏工具刺激和发展之间的关系(p value 0.728)和signifikasi水平(α0。05)。给家长们的建议是,定期使用适合孩子年龄的教育游戏工具来进行鼓励,这样孩子就能最大限度地成长。
{"title":"Hubungan Stimulasi Alat Permainan Edukatif Dengan Perkembangan Anak Pra Sekolah","authors":"Laily Prima Monica, Maria Ulfa, Ika Agustina","doi":"10.30587/ijpn.v4i1.5796","DOIUrl":"https://doi.org/10.30587/ijpn.v4i1.5796","url":null,"abstract":"Stimulasi anak pada usia dini sangat penting untuk memaksimalkan proses tumbuh kembang anak yang diantaranya ada 4 indikator penting yaitu motorik halus, motorik kasar, bahasa dan personal social. Salah satu media yang paling efektif untuk melakukan stimulasi pada anak adalah dengan menggunakan alat permainan edukasi. Alat permainan edukasi sangat variatif dan fungsinya sangat ditentukan dari pendamping anak saat melakukan stimulasi. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan stimulasi alat permainan edukatif dengan perkembangan anak pra sekolah. Populasi penelitian ini adalah semua ibu yang memiliki anak prasekolah di Taman Pendidikan Anak Usia Dini Hidayatulloh Kota Blitar. Subjek penelitian diambil secara total sampling sejumlah 27 responden. Rancangan penelitian korelasional ini menggunakan pendekatan cross sectional. Instrumen pengumpulan data menggunakan kuesioner dan lembar Kuesioner Pra- Skrining Perkembangan (KPSP). Analisis data menggunakan Spearman Rank. Hasil penelitian menemukan ada hubungan antara stimulasi alat permainan edukatif dengan perkembangan anak prasekolah (p value 0,728) dengan tingkat signifikasi (α 0,05). Saran untuk para orang tua agar rutin melakukan stimulasi tumbuh kembang dengan alat permainan edukasi yang sesuai dengan usia anak agar perkembangan anak dapat maksimal.","PeriodicalId":265196,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Professional Nursing","volume":"146 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132809555","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Yhenti Widjayanti, Nurul Evi, Achmad Masfi, Muhammad Putra Ramadhan
Kontrasepsi suntik Depo Medroxy Progesterone Acetate (DMPA) salah satu metode kontrasepsi yang banyak digunakan pasangan usia subur. Ketidaktepatan pemilihan alat kontrasepsi dapat menimbulkan menimbulkan diskontinuitas penggunaan dan berakibat kegagalan kontrasepsi. Penyedia layanan kesehatan harus memahami hal-hal yang memengaruhi pemilihan sehingga dapat memberikan edukasi yang tepat terkait dengan pemilihan metode kontrasepsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi suntik DMPA. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Sampel penelitian ini sebanyak 36 akseptor KB suntik DMPA yang dikumpulkan dengan menggunakan teknik consecutive sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan dari faktor individu lebih dari 50% responden berusia 21-35 tahun dan lebih dari 50% responden merupakan keluarga dengan ekonomi rendah, dari faktor kesehatan : lebih dari 50% responden memiliki anak 2 dan masih memiliki keinginan untuk memiliki anak kembali sehingga tujuan penggunaan kontrasepsi adalah menjaga jarak kehamilan dengan jarak >2 tahu, dari faktor kontrasepsi : Sebagian besar responden (75,8%) mengalami efek samping dalam penggunaan kontrasepsi dengan efek samping terbanyak adalah gangguan menstruasi dan Responden terbanyak (30,3%) memilih KB DMPA karena alasan murah/hemat dan faktor lain Lebih dari 50% responden mendapatkan informasi awal tentang kontrasepsi DMPA adalah dari petugas kesehata. Bagi petugas kesehatan disarankan dalam memberikan konseling kepada calon akseptor KB perlu memperhatikan latar belakang calon akseptor terutama terkait dengan usia dan tujuan KB sehingga lebih bisa memilih alat kontrasepsi secara lebih rasional.
{"title":"Akseptor Keluarga Berencana : Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Kontrasepsi DEPO MEDROXY PROGESTERON ACETATE (DMPA)","authors":"Yhenti Widjayanti, Nurul Evi, Achmad Masfi, Muhammad Putra Ramadhan","doi":"10.30587/ijpn.v4i1.5687","DOIUrl":"https://doi.org/10.30587/ijpn.v4i1.5687","url":null,"abstract":"Kontrasepsi suntik Depo Medroxy Progesterone Acetate (DMPA) salah satu metode kontrasepsi yang banyak digunakan pasangan usia subur. Ketidaktepatan pemilihan alat kontrasepsi dapat menimbulkan menimbulkan diskontinuitas penggunaan dan berakibat kegagalan kontrasepsi. Penyedia layanan kesehatan harus memahami hal-hal yang memengaruhi pemilihan sehingga dapat memberikan edukasi yang tepat terkait dengan pemilihan metode kontrasepsi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan pemilihan kontrasepsi suntik DMPA. Desain penelitian yang digunakan adalah deskriptif. Sampel penelitian ini sebanyak 36 akseptor KB suntik DMPA yang dikumpulkan dengan menggunakan teknik consecutive sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan dari faktor individu lebih dari 50% responden berusia 21-35 tahun dan lebih dari 50% responden merupakan keluarga dengan ekonomi rendah, dari faktor kesehatan : lebih dari 50% responden memiliki anak 2 dan masih memiliki keinginan untuk memiliki anak kembali sehingga tujuan penggunaan kontrasepsi adalah menjaga jarak kehamilan dengan jarak >2 tahu, dari faktor kontrasepsi : Sebagian besar responden (75,8%) mengalami efek samping dalam penggunaan kontrasepsi dengan efek samping terbanyak adalah gangguan menstruasi dan Responden terbanyak (30,3%) memilih KB DMPA karena alasan murah/hemat dan faktor lain Lebih dari 50% responden mendapatkan informasi awal tentang kontrasepsi DMPA adalah dari petugas kesehata. Bagi petugas kesehatan disarankan dalam memberikan konseling kepada calon akseptor KB perlu memperhatikan latar belakang calon akseptor terutama terkait dengan usia dan tujuan KB sehingga lebih bisa memilih alat kontrasepsi secara lebih rasional.","PeriodicalId":265196,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Professional Nursing","volume":"44 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129622214","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Salah satu faktor yang mempengaruhi kelancaran menyusui adalah aspek psikologis, khususnya kecemasan. Biasanya, ibu pasca melahirkan, terutama yang baru pertama kali melahirkan, sering mengalami kelelahan dan fluktuasi suasana hati seperti kecemasan, perhatian pada diri sendiri, dan perhatian pada bayinya. Kemampuan ibu untuk mengeluarkan ASI dengan lancar dapat dipengaruhi oleh kecemasan. Aliran susu yang stabil mungkin terhambat oleh persalinan SC, dan ibu yang melahirkan dengan cara ini sering kesulitan untuk menyusui bayinya. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik dengan tujuan untuk mengetahui hubungan menyusui dengan tingkat kecemasan pada ibu primipara yang menjalani operasi caesar. Penelitian ini berdesain cross sectional dan menggunakan analisis korelasional. Menggunakan strategi non-probability sampling, digunakan purposive sampling dengan sampel 35 wanita primipara. Uji chi-square digunakan dalam penyelidikan ini. Hasilnya, 20 ibu primipara (57,1%) yang khawatir dibandingkan dengan 15 ibu primipara (42,9%) yang tidak khawatir. Sedangkan menyusui berjalan lancar pada 16 ibu primipara (45,7%), tidak lancar pada 19 ibu (54,3%). Nilai p 0,000 dari uji Chi-Square jauh lebih kecil dari ambang batas 0,005 yang digunakan untuk signifikansi statistik. Menurut temuan penelitian, menyusui di Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik dan tingkat kecemasan wanita primipara pasca operasi berhubungan.
{"title":"Hubungan Tingkat Kecemasan Ibu Primipara Post Sectio Caesarea Dengan Pengeluaran ASI Di Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik","authors":"Rizky Rahayu Fenty Sari, Widya Lita Fitrianur, Diah Fauzia Zuhroh","doi":"10.30587/ijpn.v4i1.6241","DOIUrl":"https://doi.org/10.30587/ijpn.v4i1.6241","url":null,"abstract":"Salah satu faktor yang mempengaruhi kelancaran menyusui adalah aspek psikologis, khususnya kecemasan. Biasanya, ibu pasca melahirkan, terutama yang baru pertama kali melahirkan, sering mengalami kelelahan dan fluktuasi suasana hati seperti kecemasan, perhatian pada diri sendiri, dan perhatian pada bayinya. Kemampuan ibu untuk mengeluarkan ASI dengan lancar dapat dipengaruhi oleh kecemasan. Aliran susu yang stabil mungkin terhambat oleh persalinan SC, dan ibu yang melahirkan dengan cara ini sering kesulitan untuk menyusui bayinya. Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik dengan tujuan untuk mengetahui hubungan menyusui dengan tingkat kecemasan pada ibu primipara yang menjalani operasi caesar. Penelitian ini berdesain cross sectional dan menggunakan analisis korelasional. Menggunakan strategi non-probability sampling, digunakan purposive sampling dengan sampel 35 wanita primipara. Uji chi-square digunakan dalam penyelidikan ini. Hasilnya, 20 ibu primipara (57,1%) yang khawatir dibandingkan dengan 15 ibu primipara (42,9%) yang tidak khawatir. Sedangkan menyusui berjalan lancar pada 16 ibu primipara (45,7%), tidak lancar pada 19 ibu (54,3%). Nilai p 0,000 dari uji Chi-Square jauh lebih kecil dari ambang batas 0,005 yang digunakan untuk signifikansi statistik. Menurut temuan penelitian, menyusui di Rumah Sakit Muhammadiyah Gresik dan tingkat kecemasan wanita primipara pasca operasi berhubungan.","PeriodicalId":265196,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Professional Nursing","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"126892430","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Salah satu target pemerintah dalam menurunkan prevalensi stunting, Komunikasi terapeutik termasuk bagian dari komunikasi interpersonal dengan memberikan pemahaman antara tenaga kesehatan dengan masyarakat, khususnya pada ibu yang mempunyai anak dengan stunting.Desain penelitian ini menggunakan pre-eksperimental dengan pendekatan one group pretest – posttes design.Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak dengan stunting. Jumlah sampel dalam penelitian sebesar 18 responden. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan uji paired sample t-test untuk membandingan perilaku dalam penanganan stunting sebelum dan sesudah intervensi. hasil uji paired sample t-test membuktikan bahwa terjadi peningkatan mean antara sebelum dan sesudah perlakuan sebesar 3,17 point. ρvalue =0.000 ˂ α=0,005 yang artinya terdapat perbedaan sebelumdan sesudah intervensi. Terjadinya perubahan perilaku pada kategori baik sesudah intervensi disebabkan oleh strategi dalam melaksanakan komunikasi terapeutik pada kelompok. Upaya penerapan strategi dalam metode komunikasi terapeutik pada kelompok dengan memposisikan komunikator atau tenaga kesehatan terhadap ibu yang mempunyai anak dengan kondisi stunting. Peserta yang mengikuti terapi komunikasi terapeutik diharapkan patuh terhadap peraturan dan saling menghargai antar peserta lainnya.
{"title":"Peningkatan Perilaku Ibu Dalam Penanganan Stunting Dengan Metode Komunikasi Terapeutik","authors":"Levita Sari, Ita Noviasari, Wahyu Wibisono","doi":"10.30587/ijpn.v4i1.5748","DOIUrl":"https://doi.org/10.30587/ijpn.v4i1.5748","url":null,"abstract":"Salah satu target pemerintah dalam menurunkan prevalensi stunting, Komunikasi terapeutik termasuk bagian dari komunikasi interpersonal dengan memberikan pemahaman antara tenaga kesehatan dengan masyarakat, khususnya pada ibu yang mempunyai anak dengan stunting.Desain penelitian ini menggunakan pre-eksperimental dengan pendekatan one group pretest – posttes design.Populasi dalam penelitian ini adalah ibu yang mempunyai anak dengan stunting. Jumlah sampel dalam penelitian sebesar 18 responden. Analisa data dalam penelitian ini menggunakan uji paired sample t-test untuk membandingan perilaku dalam penanganan stunting sebelum dan sesudah intervensi. hasil uji paired sample t-test membuktikan bahwa terjadi peningkatan mean antara sebelum dan sesudah perlakuan sebesar 3,17 point. ρvalue =0.000 ˂ α=0,005 yang artinya terdapat perbedaan sebelumdan sesudah intervensi. Terjadinya perubahan perilaku pada kategori baik sesudah intervensi disebabkan oleh strategi dalam melaksanakan komunikasi terapeutik pada kelompok. Upaya penerapan strategi dalam metode komunikasi terapeutik pada kelompok dengan memposisikan komunikator atau tenaga kesehatan terhadap ibu yang mempunyai anak dengan kondisi stunting. Peserta yang mengikuti terapi komunikasi terapeutik diharapkan patuh terhadap peraturan dan saling menghargai antar peserta lainnya.","PeriodicalId":265196,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Professional Nursing","volume":"18 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"131777886","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Menurut temuan survei Status Gizi Indonesia 2021, 1 dari 4 anak stunting dan 1 dari 10 anak kurang gizi di Indonesia. Asupan makanan merupakan salah satu aspek yang bisa menyebabkan malnutrisi. Untuk mengetahui bagaimana status gizi anak prasekolah di TK Dharma Wanita Desa Sembayat yang terkait dengan asupan makannya. Desain penelitian observasional analitik cross-sectional dipakai dalam studi ini. Populasi penelitian terdiri dari 100 anak, penelitian dilakukan secara sistematik random sampling sebanyak 80 anak prasekolah dengan menggunakan uji chi-square. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah asupan makanan, sedangkan variabel terikatnya adalah status gizi. Penelitian asupan makanan menggunakan tabel food frequency dan penelitian status gizi anak menggunakan tabel Z-score (BB/U). Pada penelitian didapatkan hasil bahwa nilai p 0,173, hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada hubungan asupan makanan dengan status gizi anak prasekolah di TK Dharma Wanita Desa Sembayat. Kesehatan gizi anak prasekolah di TK Dharma Wanita Desa Sembayat tidak berhubungan dengan asupan makannya.
{"title":"Hubungan Asupan Makanan Dengan Status Gizi Anak Prasekolah Di TK Dharma Wanita Desa Sembayat","authors":"N. Rahmawati, Diah Fauzia Zuhroh, Wiwi Widiyawati","doi":"10.30587/ijpn.v4i1.5747","DOIUrl":"https://doi.org/10.30587/ijpn.v4i1.5747","url":null,"abstract":"Menurut temuan survei Status Gizi Indonesia 2021, 1 dari 4 anak stunting dan 1 dari 10 anak kurang gizi di Indonesia. Asupan makanan merupakan salah satu aspek yang bisa menyebabkan malnutrisi. Untuk mengetahui bagaimana status gizi anak prasekolah di TK Dharma Wanita Desa Sembayat yang terkait dengan asupan makannya. Desain penelitian observasional analitik cross-sectional dipakai dalam studi ini. Populasi penelitian terdiri dari 100 anak, penelitian dilakukan secara sistematik random sampling sebanyak 80 anak prasekolah dengan menggunakan uji chi-square. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah asupan makanan, sedangkan variabel terikatnya adalah status gizi. Penelitian asupan makanan menggunakan tabel food frequency dan penelitian status gizi anak menggunakan tabel Z-score (BB/U). Pada penelitian didapatkan hasil bahwa nilai p 0,173, hasil penelitian menyatakan bahwa tidak ada hubungan asupan makanan dengan status gizi anak prasekolah di TK Dharma Wanita Desa Sembayat. Kesehatan gizi anak prasekolah di TK Dharma Wanita Desa Sembayat tidak berhubungan dengan asupan makannya.","PeriodicalId":265196,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Professional Nursing","volume":"41 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132385950","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kondisi bayi berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan bayi dengan berat badan lahir normal. Di Indonesia, BBLR menjadi penyebab kematian neonatal yang paling umum pada tahun 2020. Salah satu penyebab dari terjadinya BBLR adalah anemia pada kehamilan. Dimana hal tersebut dapat memberikan hambatan pada pertumbuhan janin, serta dapat menyebabkan bayi lahir dalam keadaan BBLR. Studi ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara anemia pada ibu hamil dengan kejadian BBLR di Puskesmas Kasihan I Bantul. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif korelasional dengan pendekatan retrospektif. Populasi penelitian terdiri dari 65 bayi yang mengalami BBLR di Puskesmas Kasihan I Bantul, dan total sampling menjadi acuan dalam teknik pengambilan sampel. Intstrumen menggunakan master table, data yang terkumpul berasal dari rekam medis, dan proses analisis data menggunakan korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa adanya hubungan antara anemia pada ibu hamil dan kejadian BBLR di Puskesmas Kasihan I Bantul. Hal ini diperoleh melalui uji statistik menggunakan Rank Spearman, dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dan kekuatan hubungan sebesar 0,483 atau berkorelasi sedang. Diharapkan bahwa ibu hamil dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya mencegah anemia pada kehamilan guna mengurangi risiko kelahiran BBLR.
{"title":"Anemia Pada Ibu Hamil Sebagai Faktor Risiko Kejadian BBLR","authors":"Eti Widianti, Enny Fitriahadi","doi":"10.30587/ijpn.v4i1.5617","DOIUrl":"https://doi.org/10.30587/ijpn.v4i1.5617","url":null,"abstract":"Kondisi bayi berat badan lahir rendah (BBLR) memiliki risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan bayi dengan berat badan lahir normal. Di Indonesia, BBLR menjadi penyebab kematian neonatal yang paling umum pada tahun 2020. Salah satu penyebab dari terjadinya BBLR adalah anemia pada kehamilan. Dimana hal tersebut dapat memberikan hambatan pada pertumbuhan janin, serta dapat menyebabkan bayi lahir dalam keadaan BBLR. Studi ini bertujuan untuk mengeksplorasi hubungan antara anemia pada ibu hamil dengan kejadian BBLR di Puskesmas Kasihan I Bantul. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif korelasional dengan pendekatan retrospektif. Populasi penelitian terdiri dari 65 bayi yang mengalami BBLR di Puskesmas Kasihan I Bantul, dan total sampling menjadi acuan dalam teknik pengambilan sampel. Intstrumen menggunakan master table, data yang terkumpul berasal dari rekam medis, dan proses analisis data menggunakan korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa adanya hubungan antara anemia pada ibu hamil dan kejadian BBLR di Puskesmas Kasihan I Bantul. Hal ini diperoleh melalui uji statistik menggunakan Rank Spearman, dengan nilai signifikansi 0,000 < 0,05 dan kekuatan hubungan sebesar 0,483 atau berkorelasi sedang. Diharapkan bahwa ibu hamil dapat meningkatkan pengetahuan dan kesadaran tentang pentingnya mencegah anemia pada kehamilan guna mengurangi risiko kelahiran BBLR.","PeriodicalId":265196,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Professional Nursing","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125979590","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ahmadi Ahmadi, Mukhlish Hidayat, Mochammad Atom Muzaki
Banyak keluarga yang tinggal bersama penderita tuberkulosis tidak memahami tugas dalam merawat penderita tuberculosis. Discharge planning termasuk salah satu upaya tepat yang dilakukan perawat guna meningkatkan peran serta keluarga dalam penanganan pasien tuberculosis. Perawat perlu melakukan discharge planning dengan baik supaya keluarga dapat menjalankan tugas perawatan pada pasien tuberculosis di Rumah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pelaksanaan discharge planning dengan kesiapan keluarga dalam menjalankan tugas perawatan kesehatan. Desain penelitian yang digunakan adalah Analitik Cross Sectional. Populasi penelitian adalah seluruh pasien tuberculosis di Ruang Tulip RSUD dr Mohammad Zyn Kabupaten Sampang sebanyak 30 responden kemudian diambil menggunakan teknik Simpel Random sampling sehingga didapat sampel 28 responden, Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan ditabulasi dalam bentuk distribusi frekuensi dan prosentase serta analisis data dengan uji spearman rho. Hasil penelitian diperoleh Sebagian besar pelaksanaan discharge planning keluarga pasien adalah cukup sebesar 16 (57,1%), Sebagian besar kesiapan keluarga pasien dalam menjalankan tugas perawatan kesehatan pada pasien tuberculosis adalah cukup siap sebesar 20 (71,4%). Berdasarkan hasil uji Spearman rank. didapatkan bahwa p = 0,000 pada α = 0,05 maka artinya p < α menandakan ada hubungan antara pelaksanaan discharge planning dengan kesiapan keluarga dalam menjalankan tugas perawatan kesehatan pada pasien tuberculosis, nilai kekuatan hubungan sebesar r= 0,663 artinya kedua variable tersebut memiliki nilai korelasi bersifat positif dengan kekuatan hubungan kuat. Perawat perlu lebih meningkatkan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai discharge planning sehingga tercipta pelayanan kesehatan yang berkesinambungan bagi pasien yang menjalani pengobatan jangka Panjang.
{"title":"Pelaksanaan Discharge Planning Keluarga Penderita Tuberculosis Paru","authors":"Ahmadi Ahmadi, Mukhlish Hidayat, Mochammad Atom Muzaki","doi":"10.30587/ijpn.v4i1.5625","DOIUrl":"https://doi.org/10.30587/ijpn.v4i1.5625","url":null,"abstract":"Banyak keluarga yang tinggal bersama penderita tuberkulosis tidak memahami tugas dalam merawat penderita tuberculosis. Discharge planning termasuk salah satu upaya tepat yang dilakukan perawat guna meningkatkan peran serta keluarga dalam penanganan pasien tuberculosis. Perawat perlu melakukan discharge planning dengan baik supaya keluarga dapat menjalankan tugas perawatan pada pasien tuberculosis di Rumah. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan pelaksanaan discharge planning dengan kesiapan keluarga dalam menjalankan tugas perawatan kesehatan. Desain penelitian yang digunakan adalah Analitik Cross Sectional. Populasi penelitian adalah seluruh pasien tuberculosis di Ruang Tulip RSUD dr Mohammad Zyn Kabupaten Sampang sebanyak 30 responden kemudian diambil menggunakan teknik Simpel Random sampling sehingga didapat sampel 28 responden, Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner dan ditabulasi dalam bentuk distribusi frekuensi dan prosentase serta analisis data dengan uji spearman rho. Hasil penelitian diperoleh Sebagian besar pelaksanaan discharge planning keluarga pasien adalah cukup sebesar 16 (57,1%), Sebagian besar kesiapan keluarga pasien dalam menjalankan tugas perawatan kesehatan pada pasien tuberculosis adalah cukup siap sebesar 20 (71,4%). Berdasarkan hasil uji Spearman rank. didapatkan bahwa p = 0,000 pada α = 0,05 maka artinya p < α menandakan ada hubungan antara pelaksanaan discharge planning dengan kesiapan keluarga dalam menjalankan tugas perawatan kesehatan pada pasien tuberculosis, nilai kekuatan hubungan sebesar r= 0,663 artinya kedua variable tersebut memiliki nilai korelasi bersifat positif dengan kekuatan hubungan kuat. Perawat perlu lebih meningkatkan edukasi kepada pasien dan keluarga mengenai discharge planning sehingga tercipta pelayanan kesehatan yang berkesinambungan bagi pasien yang menjalani pengobatan jangka Panjang.","PeriodicalId":265196,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Professional Nursing","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125175320","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Permasalahan terhadap aspek perkembangan motorik halus masih banyak ditemukan, masalah perkembangan tersebut mempunyai dampak terhadap kemampuan untuk mengkoordinasikan fleksibilitas gerakan tangan maupun jemari. Penyimpangan tersebut dapat diakibatkan karena kurangnya stimulus pada anak. Salah satu stimulus untuk merangsang perkembangan motorik halus anak yaitu diantaranya adalah dengan bermain puzzle. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen, sampel pada penelitian ini adalah anak sebanyak 32 anak dengan menggunakan tehnik total sampling. Variabel independen penelitian ini yaitu bermain puzzle dan variabel dependen dalam penelitian ini yaitu perkembangan motorik halus anak. Instrumen penelitian ini menggunakan lembar ceklist dan observasional. Analisis data dilakukan secara univariat dan analisis dua variabel yang diduga berpengaruh menggunakan uji regresi logistic sederhana dengan bantuan SPSS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak usia 24-36 bulan di Desa Jaddih Bangkalan hampir seluruhnya mampu mencapai indikator permainan puzzle yang diberikan (71,9%) dan sebagian besar memiliki kemampuan motorik halus yang baik (59,4%). Ada pengaruh permainan puzzle terhadap perkembangan motorik halus anak pada usia 24-36 bulan, hasil ini signifikan secara statistic (p = 0,004). Orang tua dan tenaga kesehatan diharapkan dapat terus konsisten melakukan stimulasi perkembangan motorik halus anak melalui permainan edukatif, yang salah satunya dapat diberikan melalui permainan puzzle.
{"title":"Pengaruh Permainan Puzzle Terhadap Perkembangan Motorik Halus Pada Anak Usia 24-36 Bulan","authors":"Nurun Nikmah, Selvia Nurul Qomari, Hamimatus Zainiyah","doi":"10.30587/ijpn.v4i1.5773","DOIUrl":"https://doi.org/10.30587/ijpn.v4i1.5773","url":null,"abstract":"Permasalahan terhadap aspek perkembangan motorik halus masih banyak ditemukan, masalah perkembangan tersebut mempunyai dampak terhadap kemampuan untuk mengkoordinasikan fleksibilitas gerakan tangan maupun jemari. Penyimpangan tersebut dapat diakibatkan karena kurangnya stimulus pada anak. Salah satu stimulus untuk merangsang perkembangan motorik halus anak yaitu diantaranya adalah dengan bermain puzzle. Penelitian ini menggunakan desain eksperimen, sampel pada penelitian ini adalah anak sebanyak 32 anak dengan menggunakan tehnik total sampling. Variabel independen penelitian ini yaitu bermain puzzle dan variabel dependen dalam penelitian ini yaitu perkembangan motorik halus anak. Instrumen penelitian ini menggunakan lembar ceklist dan observasional. Analisis data dilakukan secara univariat dan analisis dua variabel yang diduga berpengaruh menggunakan uji regresi logistic sederhana dengan bantuan SPSS. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa anak usia 24-36 bulan di Desa Jaddih Bangkalan hampir seluruhnya mampu mencapai indikator permainan puzzle yang diberikan (71,9%) dan sebagian besar memiliki kemampuan motorik halus yang baik (59,4%). Ada pengaruh permainan puzzle terhadap perkembangan motorik halus anak pada usia 24-36 bulan, hasil ini signifikan secara statistic (p = 0,004). Orang tua dan tenaga kesehatan diharapkan dapat terus konsisten melakukan stimulasi perkembangan motorik halus anak melalui permainan edukatif, yang salah satunya dapat diberikan melalui permainan puzzle.","PeriodicalId":265196,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Professional Nursing","volume":"52 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133259698","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang memerlukan pengelolaan yang baik untuk mengontrol kadar gula darah. Kepatuhan terhadap pengelolaan penyakit ini sangat penting dalam mencegah komplikasi jangka panjang dan meningkatkan kualitas hidup penderita. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan pada penderita diabetes adalah mekanisme koping atau cara individu menghadapi dan mengatasi stres atau tuntutan yang dihadapi. Tujuan penelitian menganalisis hubungan mekanisme koping dengan tingkat kepatuhan pada penderita penyakit diabetes mellitus. Penelitian observasional bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah penderita diabetes mellitus dengan besar sample 52 orang menggunakan simple random sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan mekanisme koping yang paling besar adalah adaptif (61,5%), sedangkan untuk kepatuhan adalah dalam kategori patuh yang paling banyak (57,6%) dengan nilai uji statistik p=0,00. Ada hubungan mekanisme koping dengan tingkat kepatuhan pada penderita penyakit diabetes mellitus.
{"title":"Mekanisme Koping Dan Tingkat Kepatuhan Pada Penderita Penyakit Diabetes Mellitus","authors":"Diah Jerita eka Sari, Widiharti Widiharti, Nuning Khurotul Afida","doi":"10.30587/ijpn.v4i1.6201","DOIUrl":"https://doi.org/10.30587/ijpn.v4i1.6201","url":null,"abstract":"Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang memerlukan pengelolaan yang baik untuk mengontrol kadar gula darah. Kepatuhan terhadap pengelolaan penyakit ini sangat penting dalam mencegah komplikasi jangka panjang dan meningkatkan kualitas hidup penderita. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi tingkat kepatuhan pada penderita diabetes adalah mekanisme koping atau cara individu menghadapi dan mengatasi stres atau tuntutan yang dihadapi. Tujuan penelitian menganalisis hubungan mekanisme koping dengan tingkat kepatuhan pada penderita penyakit diabetes mellitus. Penelitian observasional bersifat analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi pada penelitian ini adalah penderita diabetes mellitus dengan besar sample 52 orang menggunakan simple random sampling. Instrumen penelitian menggunakan kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan mekanisme koping yang paling besar adalah adaptif (61,5%), sedangkan untuk kepatuhan adalah dalam kategori patuh yang paling banyak (57,6%) dengan nilai uji statistik p=0,00. Ada hubungan mekanisme koping dengan tingkat kepatuhan pada penderita penyakit diabetes mellitus.","PeriodicalId":265196,"journal":{"name":"Indonesian Journal of Professional Nursing","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2023-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129108618","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}