Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan peranan kedai kopi sebagai ruang publik bagi masyarakat Kota Tanjungpinang. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif sesuai dengan permasalahan yang diangkat yaitu Kedai Kopi Sebagai Ruang Publik: Studi tentang Gaya Hidup Masyarakat Kota Tanjungpinang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beragam aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat Kota Tanjungpinang di kedai kopi. Aktivitas yang dilakukan masyarakat tidak hanya sebatas minum kopi dan makan makanan yang ada, namun terdapat beragam aktivitas baik itu aktivitas yang serius hingga aktivitas ringan. Beragamnya aktivitas yang dilakukan di kedai kopi telah memberikan kepuasan sehingga masyarakat rela menghabiskan waktu yang tidak sebentar di kedai kopi. Keragaman yang terdapat di kedai kopi bukan hanya keragaman aktivitas semata, latar belakang dan status pengunjung kedai kopi juga terdapat keragaman. Hal ini semakin menguatkan peranan kedai kopi sebagai ruang publik bagi masyarakat Kota Tanjungpinang dan pada akhirnya menjadi gaya hidup dalam masyarakat Kota Tanjungpinang
{"title":"Kedai Kopi Sebagai Ruang Publik: Studi Tentang Gaya Hidup Masyarakat Kota Tanjungpinang","authors":"Teguh Setiandika Igiasi","doi":"10.31629/jmm.v1i1.1660","DOIUrl":"https://doi.org/10.31629/jmm.v1i1.1660","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan peranan kedai kopi sebagai ruang publik bagi masyarakat Kota Tanjungpinang. Metode yang digunakan adalah kualitatif dengan pendekatan deskriptif sesuai dengan permasalahan yang diangkat yaitu Kedai Kopi Sebagai Ruang Publik: Studi tentang Gaya Hidup Masyarakat Kota Tanjungpinang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat beragam aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat Kota Tanjungpinang di kedai kopi. Aktivitas yang dilakukan masyarakat tidak hanya sebatas minum kopi dan makan makanan yang ada, namun terdapat beragam aktivitas baik itu aktivitas yang serius hingga aktivitas ringan. Beragamnya aktivitas yang dilakukan di kedai kopi telah memberikan kepuasan sehingga masyarakat rela menghabiskan waktu yang tidak sebentar di kedai kopi. Keragaman yang terdapat di kedai kopi bukan hanya keragaman aktivitas semata, latar belakang dan status pengunjung kedai kopi juga terdapat keragaman. Hal ini semakin menguatkan peranan kedai kopi sebagai ruang publik bagi masyarakat Kota Tanjungpinang dan pada akhirnya menjadi gaya hidup dalam masyarakat Kota Tanjungpinang","PeriodicalId":272434,"journal":{"name":"Jurnal Masyarakat Maritim","volume":"20 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114813735","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Terbatasnya ketersediaan tanah mengakibatkan bonus demografi mengalami kendala karena usia produktif yang melimpah hanya dapat memenuhi tanah dalam ruang yang terbatas. Reformasi agraria menjadi solusi yang diberikan pemerintah, dimana tanah terlantar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat baik untuk program pertanian maupun non pertanian. Eratnya keterkaitan lahan dengan kegiatan pertanian menyebabkan upaya perbaikan kesejahteraan petani tidak cukup hanya melalui perubahan teknologi dan kelembagaan yang terkait dengan proses produksi, perbaikan akses petani terhadap lahan akan banyak menentukan keberhasilan upaya perbaikan kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Lahan pertanian yang cenderung makin terbatas karena harus berkompetisi untuk berbagai penggunaan, sementara orang yang bekerja di pertanian secara absolut terus bertambah sehingga menyebabkan rata-rata pemilikan dan penguasaan lahan semakin sempit. Kondisi ini merupakan akibat dari akumulasi kesalahan di dalam penerapan kebijaksanaan pembangunan yang kurang berpihak pada pertanian, dengan dikeluarkannya berbagai undang-undang dan peraturan yang memudahkan investor untuk mendapatkan lahan, salah satunya lahan pertanian. Upaya reformasi agraria, dengan sasaran memperbaiki akses petani terhadap lahan, perlu diawali dengan mereformasi berbagai peraturan/perundangan yang ada. Dalam bentuk membatasi investasi jika berhubugan dengan lahan pertanian masyarakat indonesia, membentuk kebijakan untuk tanah kosong yang bergitu lama, dan dukungan pemerintah dalam peminjaman modal untuk produksi para petani.
{"title":"Reformasi Peraturan Agraria Dalam Menghadapi Bonus Demografi","authors":"Rindi Afriadi","doi":"10.31629/jmm.v1i1.1661","DOIUrl":"https://doi.org/10.31629/jmm.v1i1.1661","url":null,"abstract":"Terbatasnya ketersediaan tanah mengakibatkan bonus demografi mengalami kendala karena usia produktif yang melimpah hanya dapat memenuhi tanah dalam ruang yang terbatas. Reformasi agraria menjadi solusi yang diberikan pemerintah, dimana tanah terlantar dapat dimanfaatkan oleh masyarakat baik untuk program pertanian maupun non pertanian. Eratnya keterkaitan lahan dengan kegiatan pertanian menyebabkan upaya perbaikan kesejahteraan petani tidak cukup hanya melalui perubahan teknologi dan kelembagaan yang terkait dengan proses produksi, perbaikan akses petani terhadap lahan akan banyak menentukan keberhasilan upaya perbaikan kehidupan masyarakat secara keseluruhan. Lahan pertanian yang cenderung makin terbatas karena harus berkompetisi untuk berbagai penggunaan, sementara orang yang bekerja di pertanian secara absolut terus bertambah sehingga menyebabkan rata-rata pemilikan dan penguasaan lahan semakin sempit. Kondisi ini merupakan akibat dari akumulasi kesalahan di dalam penerapan kebijaksanaan pembangunan yang kurang berpihak pada pertanian, dengan dikeluarkannya berbagai undang-undang dan peraturan yang memudahkan investor untuk mendapatkan lahan, salah satunya lahan pertanian. Upaya reformasi agraria, dengan sasaran memperbaiki akses petani terhadap lahan, perlu diawali dengan mereformasi berbagai peraturan/perundangan yang ada. Dalam bentuk membatasi investasi jika berhubugan dengan lahan pertanian masyarakat indonesia, membentuk kebijakan untuk tanah kosong yang bergitu lama, dan dukungan pemerintah dalam peminjaman modal untuk produksi para petani.","PeriodicalId":272434,"journal":{"name":"Jurnal Masyarakat Maritim","volume":"13 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130019853","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Keberadaan waria (Wanita-Pria) di tanah Melayu menuai pro dan kontra. Norma, nilai dan agama yang dianut oleh masyarakat Melayu Kota Tanjungpinang membuat keberadaan waria di kota ini terkategori pada perilaku menyimpang. Alhasil, perlakuan yang diterima oleh para waria di Kota Tanjungpinang cenderung diskriminatif. Berangkat dari hal itulah maka waria di Kota Tanjungpinang berkeinginan untuk memperjuangkan hak mereka yakni mendapatkan pengakuan dari masyarakat akan identitas mereka sebagai waria. Perjuangan itu diawali dengan membentuk komunitas waria yang dikenal dengan Forum Komunikasi Rumpun Waria Sehati (FKRWS) Kota Tanjungpinang. Untuk itu dibutuhkan suatu analisa akademis melalui landasan penelitian ini dengan menggunakan metode kualitatif dimana yang diteliti adalah gambaran kehidupan dan tindakan manusia dalam interaksi sosialnya. Untuk mendapatkan data-data deskriptif (memaparkan, menuliskan, melaporkan) berupa data tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati atau informasi yang dapat membantu mengetahui bagaimana perjuangan kelompok minoritas: studi gerakan waria di Tanjungpinang. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa teridentifikasi bentuk-bentuk perjuangan waria agar diakui dalam masyarakat Tanjungpinang meskipun mereka dalam kelompok minoritas. Adapun upaya yang dilakukan adalah dengan bergabung dalam FKRWS Kota Tanjungpinang, bergabung dengan kegiatan sosialisasi penanggulangan HIV/AIDS, membuka usaha yang dimodali oleh pemerintah Kota Tanjungpinang, mengikuti perlombaan dalam bidang olahraga seperti volli dan senam di Kota Batam, serta terlibat dalam kegiatan sosial kemasyarakatan seperti mengikuti perayaan kemerdekaan Indonesia, menggalang bantuan untuk Rohingya dan menggalang kegiatan donor darah. Kegiatan yang dilakukan oleh waria FKRWS adalah bentuk dari perwujudan eksistensi mereka sebagai kelompok minoritas di tanah Melayu.
{"title":"Perjuangan Kelompok Minoritas: Studi Gerakan Waria Di Tanah Melayu Tanjungpinang","authors":"Marisa Elsera, Sri Wahyuni","doi":"10.31629/jmm.v1i1.1663","DOIUrl":"https://doi.org/10.31629/jmm.v1i1.1663","url":null,"abstract":"Keberadaan waria (Wanita-Pria) di tanah Melayu menuai pro dan kontra. Norma, nilai dan agama yang dianut oleh masyarakat Melayu Kota Tanjungpinang membuat keberadaan waria di kota ini terkategori pada perilaku menyimpang. Alhasil, perlakuan yang diterima oleh para waria di Kota Tanjungpinang cenderung diskriminatif. Berangkat dari hal itulah maka waria di Kota Tanjungpinang berkeinginan untuk memperjuangkan hak mereka yakni mendapatkan pengakuan dari masyarakat akan identitas mereka sebagai waria. Perjuangan itu diawali dengan membentuk komunitas waria yang dikenal dengan Forum Komunikasi Rumpun Waria Sehati (FKRWS) Kota Tanjungpinang. Untuk itu dibutuhkan suatu analisa akademis melalui landasan penelitian ini dengan menggunakan metode kualitatif dimana yang diteliti adalah gambaran kehidupan dan tindakan manusia dalam interaksi sosialnya. Untuk mendapatkan data-data deskriptif (memaparkan, menuliskan, melaporkan) berupa data tertulis atau lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati atau informasi yang dapat membantu mengetahui bagaimana perjuangan kelompok minoritas: studi gerakan waria di Tanjungpinang. Hasil penelitian mengungkapkan bahwa teridentifikasi bentuk-bentuk perjuangan waria agar diakui dalam masyarakat Tanjungpinang meskipun mereka dalam kelompok minoritas. Adapun upaya yang dilakukan adalah dengan bergabung dalam FKRWS Kota Tanjungpinang, bergabung dengan kegiatan sosialisasi penanggulangan HIV/AIDS, membuka usaha yang dimodali oleh pemerintah Kota Tanjungpinang, mengikuti perlombaan dalam bidang olahraga seperti volli dan senam di Kota Batam, serta terlibat dalam kegiatan sosial kemasyarakatan seperti mengikuti perayaan kemerdekaan Indonesia, menggalang bantuan untuk Rohingya dan menggalang kegiatan donor darah. Kegiatan yang dilakukan oleh waria FKRWS adalah bentuk dari perwujudan eksistensi mereka sebagai kelompok minoritas di tanah Melayu.","PeriodicalId":272434,"journal":{"name":"Jurnal Masyarakat Maritim","volume":"45 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116149163","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Untuk melihat masalah ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan memakai metode studi kasus. Informan penelitian adalah penduduk asli Desa Mantang. Dalam pemilihan informan, peneliti menggunakan purposive sampling yaitu menetapkan informan berdasarkan kriteria penelitian. Pengumpulan data dilaksanakan dengan teknik wawancara mendalam (deep interview) dan observasi langsung (participant as observer). Analisis data yang digunakan adalah analisis dengan membuat penjelasan yang nantinya bisa memberikan suatu penjelasan yang konkrit dan mendalam. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Di Desa Mantang merupakan desa yang masih tradisional dalam segi budaya sebagaimana diketahui bahwa tugas utama orangtua adalah mengurus anak seperti dari segi pendidikan. Seorang ibu dan ayah mempunyai peranan yang sangat penting dalam pendidikan anak, agar anak menjadi pintar, selalu berprestasi disegala bidang baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Menanamkan nilai tentang pentingnya pendidikan, pendidikan merupakan hal yang penting, baik itu pendidikan formal, informal maupun pendidikan non formal dan nilai tersebut telah diajarkan sejak anak masih di usia dini, sehingga sampai anak menginjak usia remaja. Nilai yang dilakukan oleh orangtua yang bekerja yaitu berupa nilai yang ideal khususnya tentang nilai agama karena orang tua menginginkan anak mereka bisa kedepannya menerapkan prilaku terpuji seperti mempunyai akhlak yang mulia, mempunyai sopan santun, saling harga mengahargai, tolong menolong, sedangkan untuk nilai aktual dari nilai ideal yang diajarkan berpengaruh kepada prilaku anak anak walaupun orang tua disibukkan dengan pekerjaan anak anak mampu mendapatkan prestasi di sekolah.
{"title":"Peran Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak (Studi Desa Mantang Besar Kabupaten Bintan)","authors":"Arsyad, Subhi, Hidayatun Saliha, Ulpa Sulitiyas","doi":"10.31629/jmm.v1i1.1658","DOIUrl":"https://doi.org/10.31629/jmm.v1i1.1658","url":null,"abstract":"Untuk melihat masalah ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif dengan memakai metode studi kasus. Informan penelitian adalah penduduk asli Desa Mantang. Dalam pemilihan informan, peneliti menggunakan purposive sampling yaitu menetapkan informan berdasarkan kriteria penelitian. Pengumpulan data dilaksanakan dengan teknik wawancara mendalam (deep interview) dan observasi langsung (participant as observer). Analisis data yang digunakan adalah analisis dengan membuat penjelasan yang nantinya bisa memberikan suatu penjelasan yang konkrit dan mendalam. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa Di Desa Mantang merupakan desa yang masih tradisional dalam segi budaya sebagaimana diketahui bahwa tugas utama orangtua adalah mengurus anak seperti dari segi pendidikan. Seorang ibu dan ayah mempunyai peranan yang sangat penting dalam pendidikan anak, agar anak menjadi pintar, selalu berprestasi disegala bidang baik dilingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat. Menanamkan nilai tentang pentingnya pendidikan, pendidikan merupakan hal yang penting, baik itu pendidikan formal, informal maupun pendidikan non formal dan nilai tersebut telah diajarkan sejak anak masih di usia dini, sehingga sampai anak menginjak usia remaja. Nilai yang dilakukan oleh orangtua yang bekerja yaitu berupa nilai yang ideal khususnya tentang nilai agama karena orang tua menginginkan anak mereka bisa kedepannya menerapkan prilaku terpuji seperti mempunyai akhlak yang mulia, mempunyai sopan santun, saling harga mengahargai, tolong menolong, sedangkan untuk nilai aktual dari nilai ideal yang diajarkan berpengaruh kepada prilaku anak anak walaupun orang tua disibukkan dengan pekerjaan anak anak mampu mendapatkan prestasi di sekolah.","PeriodicalId":272434,"journal":{"name":"Jurnal Masyarakat Maritim","volume":"64 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133413498","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Social changes are any changes in social institutions within a society, which affect the social system, including the values, attitudes and behavior patterns among groups in society. Pressure on the definition is the basic set of social institutions as human beings, the changes which then affect other social systems. Based on preliminary observations of this LPG conversion program apparently was sudden and unplanned comprehensively. Framework will be operationalized concept refers to the opinion Selo Soemardjan and Bertrand which state that social change affects the social system, where the elements of the social system, namely beliefs, feelings and thoughts, goals, rules / norms, status/ role and facilities. Qualitative research with a qualitative descriptive design format, which aims to describe, to tell a variety of conditions, situations and phenomena of social realities that exist in society. Sampled data were collected through interviews with informants as many as 14 people. From the research results can be concluded that the kerosene to LPG in the Village of West Tanjungpinang has given the change to more efficient public spending among others so survival is more assured, the pattern of behavior among members of the public is more awake, environmental sustainability is maintained by the reduction of air pollution so as to create of a society that is more practical, efficient and effective
{"title":"Perubahan Sosial Masyarakat Akibat Konversi Minyak Tanah Ke LPG di Kelurahan Tanjungpinang Barat","authors":"I. Suciati, Suryaningsih, Emmy Solina","doi":"10.31629/jmm.v1i1.1657","DOIUrl":"https://doi.org/10.31629/jmm.v1i1.1657","url":null,"abstract":"Social changes are any changes in social institutions within a society, which affect the social system, including the values, attitudes and behavior patterns among groups in society. Pressure on the definition is the basic set of social institutions as human beings, the changes which then affect other social systems. Based on preliminary observations of this LPG conversion program apparently was sudden and unplanned comprehensively. Framework will be operationalized concept refers to the opinion Selo Soemardjan and Bertrand which state that social change affects the social system, where the elements of the social system, namely beliefs, feelings and thoughts, goals, rules / norms, status/ role and facilities. Qualitative research with a qualitative descriptive design format, which aims to describe, to tell a variety of conditions, situations and phenomena of social realities that exist in society. Sampled data were collected through interviews with informants as many as 14 people. From the research results can be concluded that the kerosene to LPG in the Village of West Tanjungpinang has given the change to more efficient public spending among others so survival is more assured, the pattern of behavior among members of the public is more awake, environmental sustainability is maintained by the reduction of air pollution so as to create of a society that is more practical, efficient and effective","PeriodicalId":272434,"journal":{"name":"Jurnal Masyarakat Maritim","volume":"92 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124582366","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tri Fena Febri Situmorang, S. Wahyuni, Marisa Elsera
Menjadi cantik merupakan dambaan setiap perempuan tanpa terkecuali. Makna cantik dalam suatu ruang lingkup masyarakat tentunya tidak terlepas dari konstruksi yang ada ditengah-tengah masyarakat. Masyarakat Melayu memiliki ciri khas tersendiri dalam memaknai kecantikan, namun seiring dengan berkembangnya zaman, makna kecantikanpun seolah ikut berkembang. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif untuk mendeskripsikan secara jelas mengenai penyebab terjadinya pergeseran dalam makna kecantikan bagi perempuan Melayu, yang kemudian dianalisis menggunakan teori Hegemoni dari Antonio Gramsci dalam bukunya Sejarah dan Budaya. Penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling dalam menentukan informan, dengan jumlah informan 8 orang, diantaranya 7 orang perempuan Melayu serta 1 orang Tokoh Lembaga Adat Melayu Provinsi Kepri, Kota Tanjungpinang. Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan ialah dengan observasi, wawancara bertahap, serta dokumentasi. Dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, adapun penyebab terjadinya pergeseran makna kecantikan dalam Budaya Melayu, yaitu faktor lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan pertemanan, keinginan untuk mendapat pasangan, tuntutan pekerjaan, serta tidak memiliki rasa percaya diri
{"title":"Pengeseran Makna Kecantikan Dalam Budaya Melayu","authors":"Tri Fena Febri Situmorang, S. Wahyuni, Marisa Elsera","doi":"10.31629/jmm.v3i1.1698","DOIUrl":"https://doi.org/10.31629/jmm.v3i1.1698","url":null,"abstract":"Menjadi cantik merupakan dambaan setiap perempuan tanpa terkecuali. Makna cantik dalam suatu ruang lingkup masyarakat tentunya tidak terlepas dari konstruksi yang ada ditengah-tengah masyarakat. Masyarakat Melayu memiliki ciri khas tersendiri dalam memaknai kecantikan, namun seiring dengan berkembangnya zaman, makna kecantikanpun seolah ikut berkembang. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif untuk mendeskripsikan secara jelas mengenai penyebab terjadinya pergeseran dalam makna kecantikan bagi perempuan Melayu, yang kemudian dianalisis menggunakan teori Hegemoni dari Antonio Gramsci dalam bukunya Sejarah dan Budaya. Penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling dalam menentukan informan, dengan jumlah informan 8 orang, diantaranya 7 orang perempuan Melayu serta 1 orang Tokoh Lembaga Adat Melayu Provinsi Kepri, Kota Tanjungpinang. Adapun teknik pengumpulan data yang peneliti gunakan ialah dengan observasi, wawancara bertahap, serta dokumentasi. Dari hasil penelitian yang telah peneliti lakukan, adapun penyebab terjadinya pergeseran makna kecantikan dalam Budaya Melayu, yaitu faktor lingkungan, baik lingkungan keluarga maupun lingkungan pertemanan, keinginan untuk mendapat pasangan, tuntutan pekerjaan, serta tidak memiliki rasa percaya diri","PeriodicalId":272434,"journal":{"name":"Jurnal Masyarakat Maritim","volume":"214 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"132333847","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
This study the authors used descriptive research type. Sampling technique is done by purposive sampling. Primary data obtained by observation (Observation) and using an interview guide. Techniques of data analysis using qualitative methods and frequency tables. Population and samples in this study were the wives of fishermen who work in the Village Tanjung Tembeling. This study aims to determine the role of the fisherman's wife in improving the economy of the family. The usefulness of this study is expected to be the results of this study in particular input Bintan regency governments in developing existing potential for the region's development and research are also expected to be a reference and comparison to other studies related to this research. The results generally show that the wives of fishermen who work to help her family make ends meet motivated by economic factors and to supplement her family's income. Most educational level fisherman's wife owned only a primary school, where the wives of fishermen working in the informal sector, which does not require high education and skills
{"title":"Kontribusi Istri Nelayan dalam Meningkatkan Perekonomian Keluarga di Kelurahan Tembeling Tanjung Kecamatan Teluk Bintan","authors":"Yozi Rahmadeni","doi":"10.31629/jmm.v3i1.1697","DOIUrl":"https://doi.org/10.31629/jmm.v3i1.1697","url":null,"abstract":"This study the authors used descriptive research type. Sampling technique is done by purposive sampling. Primary data obtained by observation (Observation) and using an interview guide. Techniques of data analysis using qualitative methods and frequency tables. Population and samples in this study were the wives of fishermen who work in the Village Tanjung Tembeling. This study aims to determine the role of the fisherman's wife in improving the economy of the family. The usefulness of this study is expected to be the results of this study in particular input Bintan regency governments in developing existing potential for the region's development and research are also expected to be a reference and comparison to other studies related to this research. The results generally show that the wives of fishermen who work to help her family make ends meet motivated by economic factors and to supplement her family's income. Most educational level fisherman's wife owned only a primary school, where the wives of fishermen working in the informal sector, which does not require high education and skills","PeriodicalId":272434,"journal":{"name":"Jurnal Masyarakat Maritim","volume":"11 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"125542558","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi pedagang barang bekas impor menjaga eksistensinya di Tembilahan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, serta dokumentasi. Informan penelitian terdiri dari enam orang pedagang barang bekas dan dua orang pembeli. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian ini menemukan bahwa strategi yang dilakukan pedagang barang bekas impor dalam menjaga eksistensinya dapat dikaitkan berdasarkan empat tipe tindakan sosial. Pertama, tindakan rasionalitas instrumental yaitu dengan mempertahankan pelanggan tetap; jaringan sosial pedagang barang bekas; dan memberikan promosi dengan menumpukkan barang; kedua, tindakan rasional nilai yaitu dengan mempertahankan kualitas; ketiga, tindakan afektif yaitu memberikan bonus; dan keempat, tindakan tradisional yaitu menjual barang bekas secara turun-temurun
{"title":"Eksistensi Pedagang Barang Bekas Import di Tembilahan Kabupaten Indragiri Provinsi Riau","authors":"Jumriati, R. Syafitri","doi":"10.31629/jmm.v3i1.1700","DOIUrl":"https://doi.org/10.31629/jmm.v3i1.1700","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana strategi pedagang barang bekas impor menjaga eksistensinya di Tembilahan. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, serta dokumentasi. Informan penelitian terdiri dari enam orang pedagang barang bekas dan dua orang pembeli. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data dan menarik kesimpulan. Hasil penelitian ini menemukan bahwa strategi yang dilakukan pedagang barang bekas impor dalam menjaga eksistensinya dapat dikaitkan berdasarkan empat tipe tindakan sosial. Pertama, tindakan rasionalitas instrumental yaitu dengan mempertahankan pelanggan tetap; jaringan sosial pedagang barang bekas; dan memberikan promosi dengan menumpukkan barang; kedua, tindakan rasional nilai yaitu dengan mempertahankan kualitas; ketiga, tindakan afektif yaitu memberikan bonus; dan keempat, tindakan tradisional yaitu menjual barang bekas secara turun-temurun","PeriodicalId":272434,"journal":{"name":"Jurnal Masyarakat Maritim","volume":"49 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"133134926","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Strategi pencegahan korupsi pada umumnya ialah mengurangi perbuatan yang merugikan masyarakat dan merugikan negara. Dalam hal ini perlu adanya pendekatan dari ekonomi, budaya, etika atau moralitas. Pendekatan ini bertujuan memangkas secara berkala tindakan korupsi di birokrasi baik secara kelompok maupun individu serta meminimalisir korupsi yang meningkat siginifikan dalam beberapa tahun ini. Segala perbuatan korupsi di kepulauan riau mengarah pada tujuan memperkaya diri karena kurangnya pemikiran yang jernih akan ketidaktakutan melakukan tindakan tersebut. Dalam studi kepustakaan, penelitian ini menunjukan selain pendekatan, strategi dalam pencegahannya yang harus dilaksanakan melihat dari unsur manusia itu sendiri dengan melibatkankan pengawasan oleh partisipasinya masyarakat serta meningkatkan tanggung jawab moral serta kehidupan dilingkungan sekitar yang ditanamkan sikap anti korupsi dalam upaya menyelamatkan generasi muda yang akan datang
{"title":"Strategi Pencegahan Korupsi di Provinsi Kepulauan Riau","authors":"Ramadhani Setiawan","doi":"10.31629/jmm.v3i1.1699","DOIUrl":"https://doi.org/10.31629/jmm.v3i1.1699","url":null,"abstract":"Strategi pencegahan korupsi pada umumnya ialah mengurangi perbuatan yang merugikan masyarakat dan merugikan negara. Dalam hal ini perlu adanya pendekatan dari ekonomi, budaya, etika atau moralitas. Pendekatan ini bertujuan memangkas secara berkala tindakan korupsi di birokrasi baik secara kelompok maupun individu serta meminimalisir korupsi yang meningkat siginifikan dalam beberapa tahun ini. Segala perbuatan korupsi di kepulauan riau mengarah pada tujuan memperkaya diri karena kurangnya pemikiran yang jernih akan ketidaktakutan melakukan tindakan tersebut. Dalam studi kepustakaan, penelitian ini menunjukan selain pendekatan, strategi dalam pencegahannya yang harus dilaksanakan melihat dari unsur manusia itu sendiri dengan melibatkankan pengawasan oleh partisipasinya masyarakat serta meningkatkan tanggung jawab moral serta kehidupan dilingkungan sekitar yang ditanamkan sikap anti korupsi dalam upaya menyelamatkan generasi muda yang akan datang","PeriodicalId":272434,"journal":{"name":"Jurnal Masyarakat Maritim","volume":"35 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"121307822","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Mengukur kinerja individu merupakan sebagai upaya dalam melihat kapasitas apa yang dilakukan serta yang dikerjakan pegawai dalam sebuah pekerjaan di dalam organisasi sebagai aktivitas penyelesaian tugas mempunyai penerapan dengan pengetahuan dan kemampuan tersendiri. Peneliti mengunakan Koopmans, Bernaad & Hildebrandt (2014) untuk mengukur kinerja individu yang melibatkan kinerja tugas, kinerja kontekstual dan perilaku kontraproduktif. Dalam penentuan sampel menggunakan teknik Stratified Random Sampling sebanyak 87 responden dengan hasil penelitian bahwa kinerja pegawai masih kurang maksimal menciptakan organisasi yang memiliki kualitas kinerja yang tinggi. Kemudian secara psikologi pegawai dalam pengukurannya menunjukan bahwa merasa cukup memberikan konstribusi dengan pekerjaan yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Kepulauan Riau
{"title":"Mengukur Kinerja Individu Pegawai Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Kepulauan Riau","authors":"Yudithia Yudithia, Ramadhani Setiawan, Mahadiansar Mahadiansar","doi":"10.31629/JMM.V3I1.1701","DOIUrl":"https://doi.org/10.31629/JMM.V3I1.1701","url":null,"abstract":"Mengukur kinerja individu merupakan sebagai upaya dalam melihat kapasitas apa yang dilakukan serta yang dikerjakan pegawai dalam sebuah pekerjaan di dalam organisasi sebagai aktivitas penyelesaian tugas mempunyai penerapan dengan pengetahuan dan kemampuan tersendiri. Peneliti mengunakan Koopmans, Bernaad & Hildebrandt (2014) untuk mengukur kinerja individu yang melibatkan kinerja tugas, kinerja kontekstual dan perilaku kontraproduktif. Dalam penentuan sampel menggunakan teknik Stratified Random Sampling sebanyak 87 responden dengan hasil penelitian bahwa kinerja pegawai masih kurang maksimal menciptakan organisasi yang memiliki kualitas kinerja yang tinggi. Kemudian secara psikologi pegawai dalam pengukurannya menunjukan bahwa merasa cukup memberikan konstribusi dengan pekerjaan yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Provinsi Kepulauan Riau","PeriodicalId":272434,"journal":{"name":"Jurnal Masyarakat Maritim","volume":"125 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-31","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114209966","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}