Pub Date : 2022-09-05DOI: 10.33061/jitipari.v7i2.7236
Asa Pratita Aninditya, Yannie Asrie Widanti, N. Suhartatik
Permen jelly adalah permen dengan bahan dasar gelatin yang mengakibatkan bertekstur kenyal. Pada penelitian ini dibuat permen jelly yang berbahan dasar daun ungu, rosella dan jahe sehingga akan menghasilkan produk permen jelly yang kaya akan antioksidan. Tujuan dari penelitian ini yaitu menentukan formulasi optimal pada pembuatan permen jelly daun ungu dan rosella dengan penambahan jahe yang menghasilkan permen jelly yang tinggi aktivitas antioksidan dan mempunyai sifat sensoris yang disukai serta menentukan karakteristik sifat fisikokimia dan sensoris permen jelly. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor perbandingan ekstrak jahe, ekstrak daun ungu dan ekstrak bunga rosella. Formulasi yang dihasilkan ada sembilan antara lain F1 (5%; 71,25%; 23,75%), F2 (5%; 47,5%; 47,5%), F3 (5%; 23,75%; 71,25%), F4 (10%; 67,50%; 22,50%), F5 (10%; 47,00%; 47,00%), F6 (10%; 22,50%; 67,50%), F7 (15%; 63,75%; 21,25%), F8 (15%; 42,50%; 42,50%) dan F9 (15%; 21,25%; 63,75%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi terbaik permen jelly daun ungu dan rosella dengan penambahan jahe berdasarkan nilai kimia dan organoleptik adalah ekstrak jahe 15%, daun ungu 63,75% dan rosella 21,25% dengan kadar air sebesar 17,64%, kadar abu sebesar 0,23%, kadar gula reduksi 19,25%, total fenol sebesar 1,32 mg GAE/ml serta aktivitas antioksidan DPPH 7,29%.
{"title":"Aktivitas Antioksidan Permen Jelly Daun Ungu (Graptophyllum pictum (L.) Griff) Dan Rosella (Hisbiscus Sabdariffa) Dengan Penambahan Jahe (Zingiber officinale)","authors":"Asa Pratita Aninditya, Yannie Asrie Widanti, N. Suhartatik","doi":"10.33061/jitipari.v7i2.7236","DOIUrl":"https://doi.org/10.33061/jitipari.v7i2.7236","url":null,"abstract":"Permen jelly adalah permen dengan bahan dasar gelatin yang mengakibatkan bertekstur kenyal. Pada penelitian ini dibuat permen jelly yang berbahan dasar daun ungu, rosella dan jahe sehingga akan menghasilkan produk permen jelly yang kaya akan antioksidan. Tujuan dari penelitian ini yaitu menentukan formulasi optimal pada pembuatan permen jelly daun ungu dan rosella dengan penambahan jahe yang menghasilkan permen jelly yang tinggi aktivitas antioksidan dan mempunyai sifat sensoris yang disukai serta menentukan karakteristik sifat fisikokimia dan sensoris permen jelly. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan satu faktor perbandingan ekstrak jahe, ekstrak daun ungu dan ekstrak bunga rosella. Formulasi yang dihasilkan ada sembilan antara lain F1 (5%; 71,25%; 23,75%), F2 (5%; 47,5%; 47,5%), F3 (5%; 23,75%; 71,25%), F4 (10%; 67,50%; 22,50%), F5 (10%; 47,00%; 47,00%), F6 (10%; 22,50%; 67,50%), F7 (15%; 63,75%; 21,25%), F8 (15%; 42,50%; 42,50%) dan F9 (15%; 21,25%; 63,75%). Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi terbaik permen jelly daun ungu dan rosella dengan penambahan jahe berdasarkan nilai kimia dan organoleptik adalah ekstrak jahe 15%, daun ungu 63,75% dan rosella 21,25% dengan kadar air sebesar 17,64%, kadar abu sebesar 0,23%, kadar gula reduksi 19,25%, total fenol sebesar 1,32 mg GAE/ml serta aktivitas antioksidan DPPH 7,29%.","PeriodicalId":306445,"journal":{"name":"JITIPARI (Jurnal Ilmiah Teknologi dan Industri Pangan UNISRI)","volume":"22 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-09-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116565703","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-09-01DOI: 10.33061/jitipari.v7i2.7146
Dewi Ayu Wulandari Setyobudi, Nanik Suhartatik, Akhmad Mustofa
Nori merupakan olahan rumput laut jenis Phorphyra yang dibuat dengan cara dihaluskan, dibumbui dan dikeringkan sehingga menghasilkan bentuk lembaran tipis. Penelitian ini menggunakan penambahan daun kelor untuk meningkatkan aktivitas antioksidan dari nori rumput laut hijau yang dibuat. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan formulasi yang tepat dalam pembuatan nori dari rumput laut hijau dan daun kelor sehingga diperoleh produk nori yang memiliki aktivitas antioksidan tinggi dan disukai konsumen. Penelitian ini dilakukan dengan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 2 faktor yaitu perbandingan rumput laut hijau dan daun kelor dengan variasi suhu pengeringan. Faktor pertama perbandingan rumput laut hijau dan daun kelor (10:90, 20:80, dan 30:70), sedangkan faktor kedua variasi suhu pengeringan nori (45, 55 dan 65˚C). Hasil uji kimia dan sensorik terbaik berdasarkan aktivitas antioksidan adalah substitusi daun kelor dan rumput laut hijau (30:70) dengan variasi suhu pengeringan 45˚C dengan hasil kadar air 13,38%, kadar abu 8,82%, aktivitas antioksidan 69,73% dan kuat tarik 0,86. Hasil uji warna hijau kehitaman pada skor 4,06, flavor daun kelor agak langu pada skor 2,65, kerenyahan nori tidak terlalu renyah pada skor 2,96, kelaotan nori tidak alot pada skor 2,76 dan kesukaan keseluruhan 2,68.
{"title":"Aktivitas Antioksidan Nori Rumput Laut Hijau (Ulva lactuca) dengan Substitusi Daun Kelor (Moringa oleifera) dan Variasi Suhu Pengeringan","authors":"Dewi Ayu Wulandari Setyobudi, Nanik Suhartatik, Akhmad Mustofa","doi":"10.33061/jitipari.v7i2.7146","DOIUrl":"https://doi.org/10.33061/jitipari.v7i2.7146","url":null,"abstract":"Nori merupakan olahan rumput laut jenis Phorphyra yang dibuat dengan cara dihaluskan, dibumbui dan dikeringkan sehingga menghasilkan bentuk lembaran tipis. Penelitian ini menggunakan penambahan daun kelor untuk meningkatkan aktivitas antioksidan dari nori rumput laut hijau yang dibuat. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan formulasi yang tepat dalam pembuatan nori dari rumput laut hijau dan daun kelor sehingga diperoleh produk nori yang memiliki aktivitas antioksidan tinggi dan disukai konsumen. Penelitian ini dilakukan dengan metode Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang terdiri dari 2 faktor yaitu perbandingan rumput laut hijau dan daun kelor dengan variasi suhu pengeringan. Faktor pertama perbandingan rumput laut hijau dan daun kelor (10:90, 20:80, dan 30:70), sedangkan faktor kedua variasi suhu pengeringan nori (45, 55 dan 65˚C). Hasil uji kimia dan sensorik terbaik berdasarkan aktivitas antioksidan adalah substitusi daun kelor dan rumput laut hijau (30:70) dengan variasi suhu pengeringan 45˚C dengan hasil kadar air 13,38%, kadar abu 8,82%, aktivitas antioksidan 69,73% dan kuat tarik 0,86. Hasil uji warna hijau kehitaman pada skor 4,06, flavor daun kelor agak langu pada skor 2,65, kerenyahan nori tidak terlalu renyah pada skor 2,96, kelaotan nori tidak alot pada skor 2,76 dan kesukaan keseluruhan 2,68.","PeriodicalId":306445,"journal":{"name":"JITIPARI (Jurnal Ilmiah Teknologi dan Industri Pangan UNISRI)","volume":"142 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-09-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116076761","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-08-29DOI: 10.33061/jitipari.v7i2.7686
Fahrizal Agung Guntara, W. Yulianto, Dwiyati Pujimulyani, W. Wulandari, Okavia Kasuci
Tape is a traditional fermented food whose benefits can be increased by adding probiotic cells such as Saccharomyces boulardii and Lactobacillus plantarum Dad-13. Tape tends to be easily damaged, so to maintain the viability of probiotics and as a food diversification, tape can be substituted for ice cream dough. The purpose of this research was to determine the effect of substitution and the proportion of substitution of glutinous rice and cassava tape in the manufacture of ice cream on the characteristics and preference level of probiotic ice cream. This research method was carried out using a completely randomized design with a factorial pattern with two factors, the first factor was the type of tape, and the second factor was the proportion of substitution. The type of tape used are white cassava tape, yellow cassava tape, white glutinous rice tape, and black glutinous rice tape with substitution proportions of 0%, 10%, 20%, 30%, and 40%. Analysis of probiotic sticky rice tape and cassava ice cream included water content, total solids, melting time, antioxidant activity, total lactic acid bacteria, total yeast, and preference level. The data obtained will be calculated using the Anova statistikal method. If there is a significant difference between treatments, it is carried out with Duncan's Multiple Range Test significant difference test at a confidence level of α= 5%. The results showed that glutinous rice and cassava tape types and their substitution proportions affected the water content, total solids, melting time, antioxidant activity, total lactic acid bacteria, total yeast, and preference level. Based on the preference level and antioxidant activity, the best ice cream was produced with the substitution of 20% white cassava tape or 20% yellow cassava tape, which had an antioxidant activity of 32.41% and 33.17% RSA and total lactic acid bacteria of 1.79 x 108 and 1.67 x 108 CFU/g, respectively.
{"title":"Karakteristik dan Tingkat Kesukaan Es Krim Tape Ketan (Oryza sativa) dan Singkong (Manihot esculenta) Probiotik","authors":"Fahrizal Agung Guntara, W. Yulianto, Dwiyati Pujimulyani, W. Wulandari, Okavia Kasuci","doi":"10.33061/jitipari.v7i2.7686","DOIUrl":"https://doi.org/10.33061/jitipari.v7i2.7686","url":null,"abstract":"Tape is a traditional fermented food whose benefits can be increased by adding probiotic cells such as Saccharomyces boulardii and Lactobacillus plantarum Dad-13. Tape tends to be easily damaged, so to maintain the viability of probiotics and as a food diversification, tape can be substituted for ice cream dough. The purpose of this research was to determine the effect of substitution and the proportion of substitution of glutinous rice and cassava tape in the manufacture of ice cream on the characteristics and preference level of probiotic ice cream. This research method was carried out using a completely randomized design with a factorial pattern with two factors, the first factor was the type of tape, and the second factor was the proportion of substitution. The type of tape used are white cassava tape, yellow cassava tape, white glutinous rice tape, and black glutinous rice tape with substitution proportions of 0%, 10%, 20%, 30%, and 40%. Analysis of probiotic sticky rice tape and cassava ice cream included water content, total solids, melting time, antioxidant activity, total lactic acid bacteria, total yeast, and preference level. The data obtained will be calculated using the Anova statistikal method. If there is a significant difference between treatments, it is carried out with Duncan's Multiple Range Test significant difference test at a confidence level of α= 5%. The results showed that glutinous rice and cassava tape types and their substitution proportions affected the water content, total solids, melting time, antioxidant activity, total lactic acid bacteria, total yeast, and preference level. Based on the preference level and antioxidant activity, the best ice cream was produced with the substitution of 20% white cassava tape or 20% yellow cassava tape, which had an antioxidant activity of 32.41% and 33.17% RSA and total lactic acid bacteria of 1.79 x 108 and 1.67 x 108 CFU/g, respectively.","PeriodicalId":306445,"journal":{"name":"JITIPARI (Jurnal Ilmiah Teknologi dan Industri Pangan UNISRI)","volume":"39 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114814536","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-08-29DOI: 10.33061/jitipari.v7i2.7407
Febby Intan Sari, Agus Slamet, Bayu Kanetro
Bubur instan merupakan bubur yang telah mengalami proses pengolahan lebih lanjut sehingga dalam penyajiannya tidak diperlukan proses pemasakan. Penyajian bubur instan dapat dilakukan hanya dengan menambahkan air panas. Pemanfaatan beras merah, labu kuning dan kacang tunggak sebagai bahan baku pembuatan bubur instan merupakan alternatif diversifikasi pangan instan yang mempunyai sifat fisik, kimia yang memenuhi syarat dan disukai panelis. Rancangan penelitian menggunakan pola faktorial 2 faktor dengan 2 kali ulangan. Faktor pertama adalah rasio beras merah, labu kuning dan kacang tunggak dengan perbandingan 1:1:1, 1:2:1, dan 1:3:1. Faktor kedua adalah suhu pengeringan sebanyak 3 taraf yaitu 130°C, 140°C, dan 150°C. Bubur instan yang dihasilkan dilakukan uji fisik, tingkat kesukaan dan analisis kimia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, ada pengaruh rasio beras merah, labu kuning, dan kacang tunggak serta suhu pengeringan terhadap sifat fisik, kimia dan tingkat kesukaan bubur instan, yaitu penurunan rendemen, penurunan densitas kamba dan penurunan intensitas warna. Bubur instan yang paling disukai panelis adalah bubur instan dengan rasio beras merah, labu kuning, dan kacang tunggak 1:2:1 serta suhu pengeringan 140°C yang memiliki kadar air 5,69%, kadar abu 2,34%, kadar protein 14,48%, kadar lemak 4,17%, aktivitas antioksidan 26,46% RSA, total fenol 11,52 mg EAG/g dan kadar beta karoten 127,5 µg/g.
{"title":"Sifat Fisikokimia dan Tingkat Kesukaan Bubur Instan Campuran Labu Kuning, Beras Merah dan Kacang Tunggak (Vigna unguiculata)","authors":"Febby Intan Sari, Agus Slamet, Bayu Kanetro","doi":"10.33061/jitipari.v7i2.7407","DOIUrl":"https://doi.org/10.33061/jitipari.v7i2.7407","url":null,"abstract":"Bubur instan merupakan bubur yang telah mengalami proses pengolahan lebih lanjut sehingga dalam penyajiannya tidak diperlukan proses pemasakan. Penyajian bubur instan dapat dilakukan hanya dengan menambahkan air panas. Pemanfaatan beras merah, labu kuning dan kacang tunggak sebagai bahan baku pembuatan bubur instan merupakan alternatif diversifikasi pangan instan yang mempunyai sifat fisik, kimia yang memenuhi syarat dan disukai panelis. Rancangan penelitian menggunakan pola faktorial 2 faktor dengan 2 kali ulangan. Faktor pertama adalah rasio beras merah, labu kuning dan kacang tunggak dengan perbandingan 1:1:1, 1:2:1, dan 1:3:1. Faktor kedua adalah suhu pengeringan sebanyak 3 taraf yaitu 130°C, 140°C, dan 150°C. Bubur instan yang dihasilkan dilakukan uji fisik, tingkat kesukaan dan analisis kimia. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, ada pengaruh rasio beras merah, labu kuning, dan kacang tunggak serta suhu pengeringan terhadap sifat fisik, kimia dan tingkat kesukaan bubur instan, yaitu penurunan rendemen, penurunan densitas kamba dan penurunan intensitas warna. Bubur instan yang paling disukai panelis adalah bubur instan dengan rasio beras merah, labu kuning, dan kacang tunggak 1:2:1 serta suhu pengeringan 140°C yang memiliki kadar air 5,69%, kadar abu 2,34%, kadar protein 14,48%, kadar lemak 4,17%, aktivitas antioksidan 26,46% RSA, total fenol 11,52 mg EAG/g dan kadar beta karoten 127,5 µg/g.","PeriodicalId":306445,"journal":{"name":"JITIPARI (Jurnal Ilmiah Teknologi dan Industri Pangan UNISRI)","volume":"55 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122988362","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kerupuk ikan adalah produk makanan kering yang terbuat dari tepung dengan menambahkan daging ikan, bumbu, dan pengembang. Kerupuk ikan dalam penelitian ini menggunakan daging ikan gabus dan tepung mocaf untuk disubstitusikan dengan ikan tenggiri dan tepung tapioka. Ikan gabus mengandung protein khususnya albumin yang lebih tinggi dibandingkan ikan tenggiri serta kandungan gizi keseluruhan mocaf yang lebih baik dari tapioka. Penelitian ini bertujuan menentukan formulasi serta karakteristik fisik, kimia, dan organoleptik kerupuk ikan sehingga diperoleh kerupuk ikan dengan kadar protein paling tinggi dan disukai konsumen berdasarkan kesukaan keseluruhan. Penelitian ini menggunakan RAL dua faktor formulasi daging ikan dan tepung. Faktor 1 adalah formulasi daging ikan yaitu 400g gabus + 100g tenggiri, 300g gabus + 200g tenggiri, 200g gabus + 300 tenggiri. Faktor 2 adalah formulasi tepung yaitu 40% tapioka + 60% mocaf, 60% tapioka + 40% mocaf, 80% tapioka + 20% mocaf. Pengujian kerupuk ikan gabus - tenggiri substitusi mocaf meliputi uji kimia (kadar air, protein, abu, lemak, dan gula total), uji fisik (volume pengembangan), dan uji organoleptik (warna, rasa, tekstur, dan kesukaan keseluruhan). Hasil terbaik yang memiliki kadar protein paling tinggi berdasarkan nilai kesukaan keseluruhan oleh panelis sebesar 4,23 (disukai) terdapat pada perlakuan formulasi daging ikan (300g ikan gabus + 200g ikan tenggiri) dan formulasi tepung 40% tapioka + 60% mocaf dengan kandungan kadar air 5,08%, protein 8,68%, abu 0,980%, lemak 0,27%, gula total 3,54%, volume pengembangan 176,55% memiliki warna krem kecoklatan, rasa ikan yang gurih, berbentuk utuh, rapi, serta ketebalan rata.
{"title":"Karakteristik Kerupuk Ikan Gabus (Channa striata) – Ikan Tenggiri (Scomberomorus commerson) dengan Substitusi Tepung Mocaf","authors":"Danar Agi Fauzi, Merkuria Karyantina, Akhmad Mustofa","doi":"10.33061/jitipari.v7i2.7077","DOIUrl":"https://doi.org/10.33061/jitipari.v7i2.7077","url":null,"abstract":"Kerupuk ikan adalah produk makanan kering yang terbuat dari tepung dengan menambahkan daging ikan, bumbu, dan pengembang. Kerupuk ikan dalam penelitian ini menggunakan daging ikan gabus dan tepung mocaf untuk disubstitusikan dengan ikan tenggiri dan tepung tapioka. Ikan gabus mengandung protein khususnya albumin yang lebih tinggi dibandingkan ikan tenggiri serta kandungan gizi keseluruhan mocaf yang lebih baik dari tapioka. Penelitian ini bertujuan menentukan formulasi serta karakteristik fisik, kimia, dan organoleptik kerupuk ikan sehingga diperoleh kerupuk ikan dengan kadar protein paling tinggi dan disukai konsumen berdasarkan kesukaan keseluruhan. Penelitian ini menggunakan RAL dua faktor formulasi daging ikan dan tepung. Faktor 1 adalah formulasi daging ikan yaitu 400g gabus + 100g tenggiri, 300g gabus + 200g tenggiri, 200g gabus + 300 tenggiri. Faktor 2 adalah formulasi tepung yaitu 40% tapioka + 60% mocaf, 60% tapioka + 40% mocaf, 80% tapioka + 20% mocaf. Pengujian kerupuk ikan gabus - tenggiri substitusi mocaf meliputi uji kimia (kadar air, protein, abu, lemak, dan gula total), uji fisik (volume pengembangan), dan uji organoleptik (warna, rasa, tekstur, dan kesukaan keseluruhan). Hasil terbaik yang memiliki kadar protein paling tinggi berdasarkan nilai kesukaan keseluruhan oleh panelis sebesar 4,23 (disukai) terdapat pada perlakuan formulasi daging ikan (300g ikan gabus + 200g ikan tenggiri) dan formulasi tepung 40% tapioka + 60% mocaf dengan kandungan kadar air 5,08%, protein 8,68%, abu 0,980%, lemak 0,27%, gula total 3,54%, volume pengembangan 176,55% memiliki warna krem kecoklatan, rasa ikan yang gurih, berbentuk utuh, rapi, serta ketebalan rata.","PeriodicalId":306445,"journal":{"name":"JITIPARI (Jurnal Ilmiah Teknologi dan Industri Pangan UNISRI)","volume":"2 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128548307","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penelitian ini menggunakan bahan baku dami nangka. Dami nangka merupakan bagian terbesar kedua setelah daging buah yang jumlahnya cukup banyak. Namun pada saat buah matang, dami sering kali dibuang karena rasanya yang tidak manis. Teh memiliki kandungan senyawa polifenol yang cukup tinggi, seperti flavonoid, fenol dan antioksidan. Minuman beralkohol yang digabungkan dengan teh dapat membantu mengurangi efek negatif terhadap kesehatan seperti berkurangnya antioksidan dalam darah, meningkatnya berat badan, dan timbulnya penyakit sirosis hati. Manfaat penambahan gula pada proses fermentasi bertujuan untuk memperoleh kadar alkohol yang lebih tinggi, tetapi bila kadar gula terlalu tinggi aktivitas khamir dapat terhambat. Tujuan dari penelitian ini yaitu menentukan pengaruh kadar gula dan jenis teh agar dihasilkan minuman alkohol yang memiliki aktivitas antioksidan tinggi dan menentukan minuman alkohol yang disukai panelis. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor pertama yaitu penambahan gula 75, 125, dan 175 gram. Faktor kedua yaitu penambahan jenis teh hitam, teh hijau, teh oolong. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan gula dan teh berpengaruh nyata terhadap sifat kimia pada minuman beralkohol dami nangka. Formulasi minuman beralkohol dami nangka yang tinggi antioksidan adalah penambahan gula 75 gram dan teh hijau dengan aktivitas antioksidan paling tinggi yaitu 85.90%.
{"title":"Aktivitas Antioksidan Minuman Beralkohol Berbasis Dami Nangka dengan Variasi Kadar Gula dan Jenis Teh","authors":"Rama Bagaskara Yulianto, Akhmad Mustofa, Nanik Suhartatik","doi":"10.33061/jitipari.v7i2.7207","DOIUrl":"https://doi.org/10.33061/jitipari.v7i2.7207","url":null,"abstract":"\u0000 \u0000 \u0000 \u0000Penelitian ini menggunakan bahan baku dami nangka. Dami nangka merupakan bagian terbesar kedua setelah daging buah yang jumlahnya cukup banyak. Namun pada saat buah matang, dami sering kali dibuang karena rasanya yang tidak manis. Teh memiliki kandungan senyawa polifenol yang cukup tinggi, seperti flavonoid, fenol dan antioksidan. Minuman beralkohol yang digabungkan dengan teh dapat membantu mengurangi efek negatif terhadap kesehatan seperti berkurangnya antioksidan dalam darah, meningkatnya berat badan, dan timbulnya penyakit sirosis hati. Manfaat penambahan gula pada proses fermentasi bertujuan untuk memperoleh kadar alkohol yang lebih tinggi, tetapi bila kadar gula terlalu tinggi aktivitas khamir dapat terhambat. Tujuan dari penelitian ini yaitu menentukan pengaruh kadar gula dan jenis teh agar dihasilkan minuman alkohol yang memiliki aktivitas antioksidan tinggi dan menentukan minuman alkohol yang disukai panelis. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor pertama yaitu penambahan gula 75, 125, dan 175 gram. Faktor kedua yaitu penambahan jenis teh hitam, teh hijau, teh oolong. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan gula dan teh berpengaruh nyata terhadap sifat kimia pada minuman beralkohol dami nangka. Formulasi minuman beralkohol dami nangka yang tinggi antioksidan adalah penambahan gula 75 gram dan teh hijau dengan aktivitas antioksidan paling tinggi yaitu 85.90%. \u0000 \u0000 \u0000 \u0000","PeriodicalId":306445,"journal":{"name":"JITIPARI (Jurnal Ilmiah Teknologi dan Industri Pangan UNISRI)","volume":"76 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128207628","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Tempe ampas tahu merupakan tempe yang terbuat dari limbah padat atau ampas dalam pengolahan tahu. Tempe ampas tahu mengandung komposisi gizi yang cukup baik (karbohidrat, protein, lemak, serat, vitamin B12 dan mineral), akan tetapi keberadaan tempe ampas tahu di Indonesia masih terbebani dengan predikat makanan murah. Penambahan kacang merah pada tempe ampas tahu bertujuan untuk mendapatkan nilai tambah dari segi nilai gizi terutama serat. Kacang merah merupakan sumber serat yang baik. Setiap 100 gram kacang merah kering menyediakan serat sekitar 24 gram, yang terdiri dari campuran serat larut dan tidak larut air. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor pertama yaitu lama fermentasi dengan waktu 24 jam, 36 jam, dan 48 jam. Faktor kedua yaitu penambahan kacang merah yaitu sebanyak 10%, 30% dan 50%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kacang merah berpengaruh nyata seiring dengan lamanya fermentasi pada kadar air, kadar protein, kadar serat kasar, tekstur dan kekompakan, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar abu. Produk terbaik dari beberapa formulasi tempe ampas tahu kacang merah secara kimia maupun fisik adalah tempe ampas tahu dengan penambahan kacang merah pada konsentrasi 30% dan lama fermentasi 36 jam dengan kadar air 73,24%, kadar abu 0,42%, kadar protein 5,21%, dan kadar serat kasar 7,91%, dengan tekstur 4,17 (padat) dan kekompakan 4,09 (kompak).
{"title":"Karakteristik Fisikokimia Tempe Ampas Tahu-Kacang Merah (Phaseolus vulgaris L)","authors":"Amin Syahadi, Nanik Suhartatik, Yannie Asrie Widanti","doi":"10.33061/jitipari.v7i2.7148","DOIUrl":"https://doi.org/10.33061/jitipari.v7i2.7148","url":null,"abstract":"Tempe ampas tahu merupakan tempe yang terbuat dari limbah padat atau ampas dalam pengolahan tahu. Tempe ampas tahu mengandung komposisi gizi yang cukup baik (karbohidrat, protein, lemak, serat, vitamin B12 dan mineral), akan tetapi keberadaan tempe ampas tahu di Indonesia masih terbebani dengan predikat makanan murah. Penambahan kacang merah pada tempe ampas tahu bertujuan untuk mendapatkan nilai tambah dari segi nilai gizi terutama serat. Kacang merah merupakan sumber serat yang baik. Setiap 100 gram kacang merah kering menyediakan serat sekitar 24 gram, yang terdiri dari campuran serat larut dan tidak larut air. Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan faktor pertama yaitu lama fermentasi dengan waktu 24 jam, 36 jam, dan 48 jam. Faktor kedua yaitu penambahan kacang merah yaitu sebanyak 10%, 30% dan 50%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan kacang merah berpengaruh nyata seiring dengan lamanya fermentasi pada kadar air, kadar protein, kadar serat kasar, tekstur dan kekompakan, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap kadar abu. Produk terbaik dari beberapa formulasi tempe ampas tahu kacang merah secara kimia maupun fisik adalah tempe ampas tahu dengan penambahan kacang merah pada konsentrasi 30% dan lama fermentasi 36 jam dengan kadar air 73,24%, kadar abu 0,42%, kadar protein 5,21%, dan kadar serat kasar 7,91%, dengan tekstur 4,17 (padat) dan kekompakan 4,09 (kompak).","PeriodicalId":306445,"journal":{"name":"JITIPARI (Jurnal Ilmiah Teknologi dan Industri Pangan UNISRI)","volume":"7 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-13","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115133587","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-08-11DOI: 10.33061/jitipari.v7i2.6822
Fransisca harumi Pardamean, Binardo Adi Seno Mawarno, Y. Sembiring
Susu kacang-kacangan merupakan alternatif pengganti susu sapi yang saat ini banyak dikonsumsi masyarakat. Kacang kedelai dan kacang almond merupakan dua jenis kacang yang banyak digunakan sebagai bahan baku susu kacang yang banyak dijumpai di pasaran. Diantara jenis kacang-kacangan di Indonesia, kacang mete merupakan salah satu jenis yang banyak dibudidayakan di daerah Wonogiri Jawa Tengah. Salah satu kelemahan susu nabati yang berasal dari kacang-kacangan adalah ketidakstabilannya selama penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh jenis dan konsentrasi zat penstabil terhadap sifat fisik, kimia dan sensori kualitas susu meteberdasarkan jenis dan variasi konsentrasi penambahan zat penstabilxanthan gum, guar gum dan arabicgum dengan variasi konsentrasi 1% dan 0,5%. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri atas penambahan variasi konsentrasi zat penstabil 0,5% dan 1% serta datadianalisis menggunakan uji Duncan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa susu kacang mete yang paling banyak disukai secara keseluruhan secara sensoris adalah susu kacang mete dengan penambahan penstabil berupa Arabic gum sebanyak 0,5%. Berdasarkan hasil analisis kimia adalah kadar air sebesar 1,023%, kadar abu sebesar 1,06%, kadar protein kasar sebesar 1,78% dan kadar lemak sebesar 2,7%. Kata kunci : fisikokimia, penstabil, sensoris, susu kacang mete
{"title":"Pengaruh Jenis dan Konsentrasi Zat Penstabil terhadap Karakteristik Kimiawi dan Sensoris Susu Kacang Mete (Anacardium occidentale)","authors":"Fransisca harumi Pardamean, Binardo Adi Seno Mawarno, Y. Sembiring","doi":"10.33061/jitipari.v7i2.6822","DOIUrl":"https://doi.org/10.33061/jitipari.v7i2.6822","url":null,"abstract":"Susu kacang-kacangan merupakan alternatif pengganti susu sapi yang saat ini banyak dikonsumsi masyarakat. Kacang kedelai dan kacang almond merupakan dua jenis kacang yang banyak digunakan sebagai bahan baku susu kacang yang banyak dijumpai di pasaran. Diantara jenis kacang-kacangan di Indonesia, kacang mete merupakan salah satu jenis yang banyak dibudidayakan di daerah Wonogiri Jawa Tengah. Salah satu kelemahan susu nabati yang berasal dari kacang-kacangan adalah ketidakstabilannya selama penyimpanan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat pengaruh jenis dan konsentrasi zat penstabil terhadap sifat fisik, kimia dan sensori kualitas susu meteberdasarkan jenis dan variasi konsentrasi penambahan zat penstabilxanthan gum, guar gum dan arabicgum dengan variasi konsentrasi 1% dan 0,5%. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL), yang terdiri atas penambahan variasi konsentrasi zat penstabil 0,5% dan 1% serta datadianalisis menggunakan uji Duncan.Hasil penelitian menunjukkan bahwa susu kacang mete yang paling banyak disukai secara keseluruhan secara sensoris adalah susu kacang mete dengan penambahan penstabil berupa Arabic gum sebanyak 0,5%. Berdasarkan hasil analisis kimia adalah kadar air sebesar 1,023%, kadar abu sebesar 1,06%, kadar protein kasar sebesar 1,78% dan kadar lemak sebesar 2,7%. \u0000 \u0000Kata kunci : fisikokimia, penstabil, sensoris, susu kacang mete","PeriodicalId":306445,"journal":{"name":"JITIPARI (Jurnal Ilmiah Teknologi dan Industri Pangan UNISRI)","volume":"522 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129745803","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-08-11DOI: 10.33061/jitipari.v7i2.7511
S. Supriyanto, Ellya Noor Azizaah, Cahyo Indarto
Snack bars are known to meet consumers' needs for nutrition, taste and practicality. There needs to be additional raw materials that are high in nutrients so that the products produced are beneficial to the body and also provide health effects. One plant that is high in nutrients and also provides benefits for the body is the Moringa plant. Moringa is known to contain more than 90 types of nutrients, namely in the form of essential vitamins, minerals, amino acids, anti-aging and anti-inflammatory. Our body needs antioxidants that can help protect the body from free radical attacks, considering that very many free radicals come from outside the body, namely in the form of foods that contain preservatives, dyes, fats, pesticides, pollution, dust and ultraviolet radicals. The process of making snack bars, roasting temperature and the proportion of flour are among those that can affect the characteristics and maturity levels of the resulting product. This study was conducted to determine the effect of temperature and flour formulations on sensory, texture profiles and antioxidants. The study used RALf (complete random design of factorial) 2 factors. From the results of this study obtained the results of roasting temperature affecting the profile value of the texture parameters hardness / hardness, gummieness / stickiness, chewieness / chewing power but has no effect on the results of antioxidant activity and hedonic sensory. The formulation of cornstarch and moringa flour on the results of the texture profile affects the parameters of resielience / snack bars. Formulation of corn flour snack bars and Moringa flour has a real effect on the antioxidant activity value of corn flour snack bars and moringa flour. Where the addition of moringa as much as 10% with a temperature of 120oC has a value of %ibhibisi as much as 87.66 and flour formulations also have a real effect on all hedonic sensory parameters, namely aroma, color, taste and overall.
{"title":"Profil Tekstur Snack Bar Tepung Jagung yang Diperkaya Antioksidan dari Tepung Kelor (Moringa oleifera L.)","authors":"S. Supriyanto, Ellya Noor Azizaah, Cahyo Indarto","doi":"10.33061/jitipari.v7i2.7511","DOIUrl":"https://doi.org/10.33061/jitipari.v7i2.7511","url":null,"abstract":"Snack bars are known to meet consumers' needs for nutrition, taste and practicality. There needs to be additional raw materials that are high in nutrients so that the products produced are beneficial to the body and also provide health effects. One plant that is high in nutrients and also provides benefits for the body is the Moringa plant. Moringa is known to contain more than 90 types of nutrients, namely in the form of essential vitamins, minerals, amino acids, anti-aging and anti-inflammatory. Our body needs antioxidants that can help protect the body from free radical attacks, considering that very many free radicals come from outside the body, namely in the form of foods that contain preservatives, dyes, fats, pesticides, pollution, dust and ultraviolet radicals. The process of making snack bars, roasting temperature and the proportion of flour are among those that can affect the characteristics and maturity levels of the resulting product. This study was conducted to determine the effect of temperature and flour formulations on sensory, texture profiles and antioxidants. The study used RALf (complete random design of factorial) 2 factors. From the results of this study obtained the results of roasting temperature affecting the profile value of the texture parameters hardness / hardness, gummieness / stickiness, chewieness / chewing power but has no effect on the results of antioxidant activity and hedonic sensory. The formulation of cornstarch and moringa flour on the results of the texture profile affects the parameters of resielience / snack bars. Formulation of corn flour snack bars and Moringa flour has a real effect on the antioxidant activity value of corn flour snack bars and moringa flour. Where the addition of moringa as much as 10% with a temperature of 120oC has a value of %ibhibisi as much as 87.66 and flour formulations also have a real effect on all hedonic sensory parameters, namely aroma, color, taste and overall.","PeriodicalId":306445,"journal":{"name":"JITIPARI (Jurnal Ilmiah Teknologi dan Industri Pangan UNISRI)","volume":"123 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"115384078","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-08-11DOI: 10.33061/jitipari.v7i2.6887
Monica Novia Ardani, Agung Sugiharto
Ikan nila merupakan ikan air tawar yang dibudidayakan masyarakat indonesia. Ikan nila mengandung protein, lemak, dan kalsium.Kandungan asam amino pada gelatin tulang ikan nila cukup lengkap sehingga sangat diperlukan oleh tubuh serta berpotensi sebagai sumber bahan pangan .Salah satunya dapat dimanfaatkan untuk pembuatan sirup yang menggunakan gelatin dari tulang ikan nila. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui konsentrasi asam klorida dan waktu perendaman yang optimal untuk pembuatan gelatin yang ditambahkan pada sirup. Sirup yang dihasilkan diarapkan dapat memenuhi standar mutu SNI dan disukai oleh konsumen. Metode yang digunakan yaitu metode ekstraksi dengan tahapan sebagai berikut: tahap persiapan bahan baku, degreasing, pembuatan larutan, demineralisasi, ekstraksi, pengeringan dan pengaplikasian pada sirup nanas. Pada proses degreasing dilakukan perendaman tulang ikan nila selama 1 jam yang bertujuan untuk membersikan tulang ikan nila. Selanjutnya tahap demineralisasi, sebanyak 20 gram bahan baku direndam dengan larutan konsentrasi asam klorida 1%, 3% dan 5% dengan waktu (10, 12, dan 24) jam sampai terbentuk Ossein (tulang lunak). Pada proses ekstraksi menggunakan hotplate dengan suhu 60oC selama 4 jam setelah itu disaring dengan kertas saring. Lalu untuk proses selanjutnya pengeringan menggunakan oven dengan suhu 60oC selama 12 jam hingga benar-benar kering. Lalu pengaplikasian gelatin tulang ikan nila dengan sirup. Analisa pada gelatin tulang ikan nila terdiri dari rendemen, derajat keasaman (pH) dan viskositas. Berdasarkan hasil penelitiannya diperoleh bahwa rendemen tertinggi pada konsentrasi 1% dengan waktu 24 jam yaitu sebesar 4,41 %. Sedangkan hasil penelitian gelatin sebagai pengental sirup sesuai dengan mutu SNI, pada konsentrasi HCL 1% dan waktu 24 jam didapatkan pH 3.8 dan viskositas 5.0149 Cp.
{"title":"Pengaruh Konsentrasi Asam Klorida dan Waktu Perendaman pada Pembuatan Gelatin dari Tulang Ikan Nila (Oreochromis niloticus) sebagai Pengental Sirup Nanas","authors":"Monica Novia Ardani, Agung Sugiharto","doi":"10.33061/jitipari.v7i2.6887","DOIUrl":"https://doi.org/10.33061/jitipari.v7i2.6887","url":null,"abstract":"Ikan nila merupakan ikan air tawar yang dibudidayakan masyarakat indonesia. Ikan nila mengandung protein, lemak, dan kalsium.Kandungan asam amino pada gelatin tulang ikan nila cukup lengkap sehingga sangat diperlukan oleh tubuh serta berpotensi sebagai sumber bahan pangan .Salah satunya dapat dimanfaatkan untuk pembuatan sirup yang menggunakan gelatin dari tulang ikan nila. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui konsentrasi asam klorida dan waktu perendaman yang optimal untuk pembuatan gelatin yang ditambahkan pada sirup. Sirup yang dihasilkan diarapkan dapat memenuhi standar mutu SNI dan disukai oleh konsumen. Metode yang digunakan yaitu metode ekstraksi dengan tahapan sebagai berikut: tahap persiapan bahan baku, degreasing, pembuatan larutan, demineralisasi, ekstraksi, pengeringan dan pengaplikasian pada sirup nanas. Pada proses degreasing dilakukan perendaman tulang ikan nila selama 1 jam yang bertujuan untuk membersikan tulang ikan nila. Selanjutnya tahap demineralisasi, sebanyak 20 gram bahan baku direndam dengan larutan konsentrasi asam klorida 1%, 3% dan 5% dengan waktu (10, 12, dan 24) jam sampai terbentuk Ossein (tulang lunak). Pada proses ekstraksi menggunakan hotplate dengan suhu 60oC selama 4 jam setelah itu disaring dengan kertas saring. Lalu untuk proses selanjutnya pengeringan menggunakan oven dengan suhu 60oC selama 12 jam hingga benar-benar kering. Lalu pengaplikasian gelatin tulang ikan nila dengan sirup. Analisa pada gelatin tulang ikan nila terdiri dari rendemen, derajat keasaman (pH) dan viskositas. Berdasarkan hasil penelitiannya diperoleh bahwa rendemen tertinggi pada konsentrasi 1% dengan waktu 24 jam yaitu sebesar 4,41 %. Sedangkan hasil penelitian gelatin sebagai pengental sirup sesuai dengan mutu SNI, pada konsentrasi HCL 1% dan waktu 24 jam didapatkan pH 3.8 dan viskositas 5.0149 Cp.","PeriodicalId":306445,"journal":{"name":"JITIPARI (Jurnal Ilmiah Teknologi dan Industri Pangan UNISRI)","volume":"1 1","pages":"0"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-08-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129632368","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}