Pub Date : 2022-05-23DOI: 10.15578/jkpi.14.1.2022.47-58
Gulam Arafat, Budhi Gunawan, Iskandar Iskandar
Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan berbasis masyarakat, di berbagai tempat di dunia, dalam skala tertentu dan di tengah keterbatasan negara, telah banyak disebutkan sebagai satu bentuk pengelolaan yang mampu menjamin keberlanjutan sumberdaya alam dan lingkungan yang dikelola. Sejalan dengan gagasan tersebut, artikel ini menguraikan hasil kajian tentang salah satu sistem pengelolaan berbasis masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya perikanan (teripang) pada salah satu komunitas warga yang berada di kawasan pesisir utara Papua yang disebut dengan Egek. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan sistem egek yang dipraktikkan secara kolektif oleh warga masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya perikanan. Selain itu, studi ini juga megumpulkan data perikanan teripang yaitu (1) Distribusi Ukuran Panjang, (2) Kepadatan Populasi dan (3) Keanekaragaman jenis dengan menggunakan metode kuantitatif untuk mengetahui kondisi sumberdaya teripang yang dikelola oleh masyarakat. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sistem pengelolaan sumberdaya perikanan berbasis masyarakat di Kampung Malaumkarta telah memenuhi unsur pengelolaan yang baik dimana telah terdapat batasan wilayah pengelolaan, sistem aturan dan sanksi, hak pemanfaatan, sistem monitoring dan otoritas kelembagaan. Hal ini tentu berdampak positif terhadap kelestarian sumberdaya perikanan teripang yang merupakan salah satu objek biota egek dimana nilai keanekaragamannya masuk dalam kategori sedang yaitu 1,48 dengan kepadatan populasi masuk kategori baik yaitu 223,2 ind/ha dengan sebaran ukuran individu teripang didominasi pada ukuran dewasa yang sudah layak untuk dipanen yaitu ukuran >30 cm mencapai 68%.Community-based natural resource management, in various places in the world, on a certain scale and in the midst of state limitations, has been widely mentioned as a form of management that is able to ensure the sustainability of the natural resources and the environment being managed. In line with this idea, this article describes the results of a study on a community-based management system in the management of fishery resources (sea cucumbers) in a community of residents in the northern coastal area of Papua called “Egek”. This research uses qualitative and quantitative methods. Qualitative methods are used to describe the egek system that is practiced collectively by community members in the management of fishery resources. In addition, this study also collects data on sea cucumber fisheries, namely (1) Length Size Distribution, (2) Population Density and (3) Species diversity using quantitative methods to determine the condition of sea cucumber resources managed by the community. The results of the study show that, the community-based fisheries resources management system in Malaumkarta village has fulfilled the elements of good management where there are management boundaries, a system of rules and sanctions, utilization rights
在世界上许多地方,在国家的限制范围内,以社会为基础的自然资源和环境管理被广泛认为是确保自然资源和管理环境可持续发展的一种管理形式。与这一想法相一致的是,这篇文章概述了在被称为Egek的巴布亚北部沿海社区以渔业管理为基础的社会管理制度的研究。该研究采用定性和定量方法。描述社会公民在渔业资源管理方面集体实行的egek系统的定性方法。此外,该研究还将海参渔业的数据(1)长期分布、(2)人口密度和(3)通过定量方法确定社区管理的海参的资源状况而变得模糊。研究结果表明,以社区为基础的渔业资源管理制度符合一个良好的管理因素,即存在管理限制、监管制度和制裁制度、利用权利、监督制度和制度权威。这无疑对动物产生积极影响的海参是渔业资源景点之一egek生物keanekaragamannya进入类别的价值在哪里,即1,48通过类别人口密度好即223.2 ind -哈和零散的个体大小海参为主的成人尺码已经值得收获就是大小> 30厘米(12英寸)达到68%。一种基于自然资源管理的公共关系,在世界上不同的地方,在确定的天平上,在国家限制中,作为一种可以确保自然资源和环境管理的形式,一直是很严肃的。在这个想法的基础上,这篇文章描述了在一个名为“Egek”的巴布亚北部沿海地区进行的社区资源管理研究的结果。这个研究的资源和量量方法。有用的方法被用来描述由社区成员管理资源的egek系统。此外,这项研究还收集了海洋播种工具、namely (1) Length Size分布、(2)人口密度和(3)多样性物种的数据,使用量量方法来确定海源资源管理的情况。研究报告的结果,Malaumkarta村的公营渔业管理系统已经完善了良好管理的要素,有规则和奖励的制度、公用事业制度、会计系统和机构授权。这肯定有一个积极、可持续发展》impact on海cucumber fisheries资源,这是一个物体的《Egek》哪里境多样性价值是温和派都会类别,namely 1 . 48和a《祝类别的人口密度223和个体之distribution。2 ind -哈海cucumbers身为控制由成人大小的船只已经为harvesting好,神盾局> 30厘米(12英寸)大小河段的68%。
{"title":"PENGELOLAAN SUMBERDAYA TERIPANG BERBASIS MASYARAKAT DI KAMPUNG MALAUMKARTA, KABUPATEN SORONG, PAPUA BARAT","authors":"Gulam Arafat, Budhi Gunawan, Iskandar Iskandar","doi":"10.15578/jkpi.14.1.2022.47-58","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/jkpi.14.1.2022.47-58","url":null,"abstract":"Pengelolaan sumberdaya alam dan lingkungan berbasis masyarakat, di berbagai tempat di dunia, dalam skala tertentu dan di tengah keterbatasan negara, telah banyak disebutkan sebagai satu bentuk pengelolaan yang mampu menjamin keberlanjutan sumberdaya alam dan lingkungan yang dikelola. Sejalan dengan gagasan tersebut, artikel ini menguraikan hasil kajian tentang salah satu sistem pengelolaan berbasis masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya perikanan (teripang) pada salah satu komunitas warga yang berada di kawasan pesisir utara Papua yang disebut dengan Egek. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dan kuantitatif. Metode kualitatif digunakan untuk mendeskripsikan sistem egek yang dipraktikkan secara kolektif oleh warga masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya perikanan. Selain itu, studi ini juga megumpulkan data perikanan teripang yaitu (1) Distribusi Ukuran Panjang, (2) Kepadatan Populasi dan (3) Keanekaragaman jenis dengan menggunakan metode kuantitatif untuk mengetahui kondisi sumberdaya teripang yang dikelola oleh masyarakat. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa sistem pengelolaan sumberdaya perikanan berbasis masyarakat di Kampung Malaumkarta telah memenuhi unsur pengelolaan yang baik dimana telah terdapat batasan wilayah pengelolaan, sistem aturan dan sanksi, hak pemanfaatan, sistem monitoring dan otoritas kelembagaan. Hal ini tentu berdampak positif terhadap kelestarian sumberdaya perikanan teripang yang merupakan salah satu objek biota egek dimana nilai keanekaragamannya masuk dalam kategori sedang yaitu 1,48 dengan kepadatan populasi masuk kategori baik yaitu 223,2 ind/ha dengan sebaran ukuran individu teripang didominasi pada ukuran dewasa yang sudah layak untuk dipanen yaitu ukuran >30 cm mencapai 68%.Community-based natural resource management, in various places in the world, on a certain scale and in the midst of state limitations, has been widely mentioned as a form of management that is able to ensure the sustainability of the natural resources and the environment being managed. In line with this idea, this article describes the results of a study on a community-based management system in the management of fishery resources (sea cucumbers) in a community of residents in the northern coastal area of Papua called “Egek”. This research uses qualitative and quantitative methods. Qualitative methods are used to describe the egek system that is practiced collectively by community members in the management of fishery resources. In addition, this study also collects data on sea cucumber fisheries, namely (1) Length Size Distribution, (2) Population Density and (3) Species diversity using quantitative methods to determine the condition of sea cucumber resources managed by the community. The results of the study show that, the community-based fisheries resources management system in Malaumkarta village has fulfilled the elements of good management where there are management boundaries, a system of rules and sanctions, utilization rights","PeriodicalId":31078,"journal":{"name":"Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41826908","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-05-14DOI: 10.15578/jkpi.14.1.2022.1-10
Dwi Rosalina, M. Prihajatno
Penyu lekang (Lepidochelys olivacea) yang sejenis dengan penyu hijau adalah termasuk ke dalam kategori terancam punah oleh IUCN. Penyu lekang termasuk jenis karnivora yang memakan kepiting, udang dan kerang remis. Tujuan penelitian ini adalah untuk engelolaan konservasi penyu lekang. Makalah ini membahas tentang identifikasi penyu, data pendaratan dan penetasan telur penyu lekang, deskripsi penyu dan proses kegiatan konservasi penyu lekang. Kegiatan ini berlokasi di Pantai Cemara, Banyuwangi, Jawa Timur. Metode yang digunakan yaitu pengamatan secara langsung dengan pengambilan data primer berupa dokumentasi, observasi, wawancara, kegiatan penangkaran, identifikasi jenis penyu dan data sekunder. Hasil kajian menunjukkan bahwa upaya konservasi pada penyu lekang yang dilakukan yaitu Teknis Peneluran Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea), Kegiatan Monitoring, Proses Penetasan, Penyelamatan dan Relokasi Telur Penyu, Masa Inkubasi, Pemeliharaan Tukik Penyu, Pelepasan Tukik Penyu, dan Edukasi Pengunjung. Koordinasi antara instansi terkait dan masyarakat dalam menangani dan menyelamatkan kepunahan dari penyu lekang saat ini sudah berjalan dengan baik. Diharapkan dengan adanya upaya konservasi penyu tersebut, penyu lekang tetap dapat dilestarikan.The sea turtle (Lepidochelys olivacea), which is similar to the green turtle, is included in the IUCN endangered category. The sea turtle is a carnivorous species that eat crabs, shrimp and mussels. The purpose of this study is to manage the conservation of the turtledove. This paper discusses the discovery of turtles, data, hatching of the turtle eggs, and description and process of the olive ridley turtle. This activity is located at Cemara Beach, Banyuwangi, East Java. The method used is the direct observation by collecting primary data, documentation, observation, interviews, captive activities, turtle species and secondary data. The results showed that the olive ridley turtle (Lepidochelys olivacea) conservation efforts were carried out, monitoring activities, hatching processes, saving and relocating turtle rearing eggs, incubation period, turtle hatchlings, releasing turtle hatchlings, and educating visitors. Coordination between relevant agencies and the community in handling and saving the extinction of the turtledove is currently going well. It is hoped that with these turtle conservation efforts, the turtle can still be preserved.
{"title":"UPAYA KONSERVASI PENYU LEKANG (Lepidochelys olivacea) DI WILAYAH KONSERVASI EDUKASI MANGROVE DAN PENYU PANTAI CEMARA, BANYUWANGI, JAWA TIMUR","authors":"Dwi Rosalina, M. Prihajatno","doi":"10.15578/jkpi.14.1.2022.1-10","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/jkpi.14.1.2022.1-10","url":null,"abstract":"Penyu lekang (Lepidochelys olivacea) yang sejenis dengan penyu hijau adalah termasuk ke dalam kategori terancam punah oleh IUCN. Penyu lekang termasuk jenis karnivora yang memakan kepiting, udang dan kerang remis. Tujuan penelitian ini adalah untuk engelolaan konservasi penyu lekang. Makalah ini membahas tentang identifikasi penyu, data pendaratan dan penetasan telur penyu lekang, deskripsi penyu dan proses kegiatan konservasi penyu lekang. Kegiatan ini berlokasi di Pantai Cemara, Banyuwangi, Jawa Timur. Metode yang digunakan yaitu pengamatan secara langsung dengan pengambilan data primer berupa dokumentasi, observasi, wawancara, kegiatan penangkaran, identifikasi jenis penyu dan data sekunder. Hasil kajian menunjukkan bahwa upaya konservasi pada penyu lekang yang dilakukan yaitu Teknis Peneluran Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea), Kegiatan Monitoring, Proses Penetasan, Penyelamatan dan Relokasi Telur Penyu, Masa Inkubasi, Pemeliharaan Tukik Penyu, Pelepasan Tukik Penyu, dan Edukasi Pengunjung. Koordinasi antara instansi terkait dan masyarakat dalam menangani dan menyelamatkan kepunahan dari penyu lekang saat ini sudah berjalan dengan baik. Diharapkan dengan adanya upaya konservasi penyu tersebut, penyu lekang tetap dapat dilestarikan.The sea turtle (Lepidochelys olivacea), which is similar to the green turtle, is included in the IUCN endangered category. The sea turtle is a carnivorous species that eat crabs, shrimp and mussels. The purpose of this study is to manage the conservation of the turtledove. This paper discusses the discovery of turtles, data, hatching of the turtle eggs, and description and process of the olive ridley turtle. This activity is located at Cemara Beach, Banyuwangi, East Java. The method used is the direct observation by collecting primary data, documentation, observation, interviews, captive activities, turtle species and secondary data. The results showed that the olive ridley turtle (Lepidochelys olivacea) conservation efforts were carried out, monitoring activities, hatching processes, saving and relocating turtle rearing eggs, incubation period, turtle hatchlings, releasing turtle hatchlings, and educating visitors. Coordination between relevant agencies and the community in handling and saving the extinction of the turtledove is currently going well. It is hoped that with these turtle conservation efforts, the turtle can still be preserved.","PeriodicalId":31078,"journal":{"name":"Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-14","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48971430","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-05-12DOI: 10.15578/jkpi.14.1.2022.25-33
Y. Paulangan, Hendrik Sombo, Pernandes Silaen, Johanis Valentino Fofied
Kelembagaan merupakan salah satu aspek yang penting dalam pengelolaan suatu Kawasan konservasi. Tumpang tindih kewenangan berpotensi menimbulkan konflik kepentingan yang dapat mengganggu efektifitas dan efisiensi pengelolaan kawasan konservasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pemangku kepentingan (stakeholder) sebagai lembaga dalam pengelolaan Calon Kawasan Konservasi Taman Pulau Kolepom. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara dan pengisian kuisioner serta diskusi pakar. Analisis data menggunakan metode (Interpretative Structural Modelling (ISM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa stakeholder yang berperan dalam pengelolaan Calon Kawasan Konservasi Taman Pulau Kolepom, yakni Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Papua, Loka Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (LPSPL) Sorong, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Papua, Pemerintahan Kampung, Pemerintahan Distrik, Lembaga Masyarakat Adat (LMA) wilayah Tabonji, Waan dan Kimaam, dan Lembaga Keagamaan (Gereja) sebagai elemen lembaga kunci dalam pengelolaan Calon Kawasan Konservasi Taman berkelanjutan.Institutional is one of the essential aspects in the management of a conservation area. The overlapping authority can create a potential conflict of interest that can disrupt the conservation area management's effectiveness and efficiency. This study aimed to identify stakeholders as the institution in the direction of the Kolepom Island Park Conservation Proposed Area. Data were collected using interview methods and filling out questionnaires as well as expert discussions—data analysis used with the Interpretative Structural Modeling (ISM) method. The results of the study indicate that the stakeholders who play a role in the management of the Prospective Conservation Area of the Kolepom Island Coastal Park, namely the Development Planning Agency at Sub-National Level Papua Province, Technical Unit of Marine and Coastal Resources Management at Sorong, Ministry of Marine Affairs and the Fisheries Republic of Indonesia, Marine and fisheries services Papua Province, Village Government, District Government, Indigenous Peoples Institutions (Tabonji, Waan & Kimaam) and Religious Institutions (Churches) as some key institutional elements in the sustainable management of the Prospective Park-Conservation Area.
{"title":"ANALISIS KELEMBAGAAN LOKAL PENGELOLAAN CALON KAWASAN KONSERVASI TAMAN PULAU KOLEPOM KABUPATEN MERAUKE PROVINSI PAPUA","authors":"Y. Paulangan, Hendrik Sombo, Pernandes Silaen, Johanis Valentino Fofied","doi":"10.15578/jkpi.14.1.2022.25-33","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/jkpi.14.1.2022.25-33","url":null,"abstract":"Kelembagaan merupakan salah satu aspek yang penting dalam pengelolaan suatu Kawasan konservasi. Tumpang tindih kewenangan berpotensi menimbulkan konflik kepentingan yang dapat mengganggu efektifitas dan efisiensi pengelolaan kawasan konservasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi pemangku kepentingan (stakeholder) sebagai lembaga dalam pengelolaan Calon Kawasan Konservasi Taman Pulau Kolepom. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode wawancara dan pengisian kuisioner serta diskusi pakar. Analisis data menggunakan metode (Interpretative Structural Modelling (ISM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa stakeholder yang berperan dalam pengelolaan Calon Kawasan Konservasi Taman Pulau Kolepom, yakni Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Papua, Loka Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (LPSPL) Sorong, Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Provinsi Papua, Pemerintahan Kampung, Pemerintahan Distrik, Lembaga Masyarakat Adat (LMA) wilayah Tabonji, Waan dan Kimaam, dan Lembaga Keagamaan (Gereja) sebagai elemen lembaga kunci dalam pengelolaan Calon Kawasan Konservasi Taman berkelanjutan.Institutional is one of the essential aspects in the management of a conservation area. The overlapping authority can create a potential conflict of interest that can disrupt the conservation area management's effectiveness and efficiency. This study aimed to identify stakeholders as the institution in the direction of the Kolepom Island Park Conservation Proposed Area. Data were collected using interview methods and filling out questionnaires as well as expert discussions—data analysis used with the Interpretative Structural Modeling (ISM) method. The results of the study indicate that the stakeholders who play a role in the management of the Prospective Conservation Area of the Kolepom Island Coastal Park, namely the Development Planning Agency at Sub-National Level Papua Province, Technical Unit of Marine and Coastal Resources Management at Sorong, Ministry of Marine Affairs and the Fisheries Republic of Indonesia, Marine and fisheries services Papua Province, Village Government, District Government, Indigenous Peoples Institutions (Tabonji, Waan & Kimaam) and Religious Institutions (Churches) as some key institutional elements in the sustainable management of the Prospective Park-Conservation Area.","PeriodicalId":31078,"journal":{"name":"Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46361299","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-05-05DOI: 10.15578/jkpi.14.1.2022.35-46
Ali Suman, D. D. Kembaren, Muhammad Taufik
Pemanfatatan sumber daya udang jerbung (Penaeus merguiensis) di perairan Kepulauan Aru dan sekitarnya sudah berlangsung cukup lama dan dilakukan sangat intensif. Untuk menjaga keberlanjutannya, dibutuhkan opsi pengelolaan agar sumber daya ini dapat dimanfaatkan secara berkesinambungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji status stok dan kemungkinan pengelolaan udang jerbung di perairan Kepulauan Aru dan sekitarnya. Penelitian dilakukan pada periode survei 2013-2017 dengan metode survei dan diperkaya dengan sintesis hasil-hasil penelitian di perairan Kepulauan Aru, Laut Arafura. Hasil analisis menunjukkan bahwa struktur ukuran udang jerbung berkisar antara 16-54 mm dengan perbadingan kelamin didominasi udang betina, sementara pola pertumbuhannya bersifat allometrik negatif. Ukuran udang jerbung yang tertangkap pada umumnya belum memijah. Laju pertumbuhan (K) udang jerbung sebagai 1,3/tahun dengan panjang karapas maksimum (Loo) 60,0 mm. Laju kematian total (Z) dan laju kematian alamiah (M) masing-masing 3,79/tahun dan 1,57/tahun. Laju kematian karena penangkapan (F) sebagai 2,22/tahun dan laju pengusahaan (E) sekitar 0,59/tahun, sementara spawning potential ratio (SPR) adalah 3 %. Dengan demikian status stok udang jerbung sudah berada pada penangkapan berlebih (overfishing). Untuk menjamin keberlanjutannya, maka perlu disusun opsi-opsi pengelolaan meliputi penutupan daerah/musim penangkapan pada bulan Maret, melakukan pengurangan upaya penangkapan sekitar 18 % dari kondisi saat ini dan penetapan ukuran udang jerbung terkecil yang boleh ditangkap yaitu pada ukuran panjang karapas 38,8 mm. The exploitation level of banana prawn (Penaeus merguiensis) resources in Aru Island and surrounding waters has been done very intensive for a long time and until now. To preserve the banana prawn resources, it needs management options to sustain the use of these resources. The aim of this study was to identify the stock status and management of banana prawn in Aru Island and surrounding waters. The research was conducted during 2013 to 2017 using survey methods and supplemented by the synthesis of investigation results from Aru Island waters. Results show that the banana prawn’s size structure ranged between 16-54 mm, the sex ratio was dominated by female and the growth pattern was negative allometric. Most of the banana prawn were caught in immature condition. The growth rate (K) was 1.3/year with maximum carapace length (L∞) of 60.0 mm. Total mortality (Z) and natural mortality (M) was 3.79/year and 1.57/year respectively. The fishing mortality (F) was at 2.22/year and exploitation level (E) was around 0.59/year, while the spawning potential ratio (SPR) was 3 %. Hence the banana prawn stock in Aru Island and surrounding waters is in overfishing condition. Management options are proposed in order to keep the sustainability of the resources, such as: closed area/season in April, reducing effort to 18% from current condition, and legal-size catch limitation
在阿鲁群岛及其周边水域,磷虾资源的反射已经持续了很长时间,非常密集。要维持持续性,需要管理选项,以便可持续利用这些资源。这项研究的目的是评估阿鲁群岛内外可能的磷虾状况和管理情况。这项研究是在2013-2017年的调查期间进行的,该研究方法采用了调查方法,并因在阿鲁群岛、阿拉富拉海海域的研究结果综合而丰富。分析结果显示,杰孔虾米的结构为16至54毫米(16-54毫米),由雌对虾控制,生长模式为阴性。一般来说,捕捉到的虾的大小并不少见。虾的生长速度为1.3年/年,最高甲壳长度为60.0毫米。总死亡率(Z)和自然死亡率(M)分别是3.79年和1.57年。逮捕率(F)为2.22年/年,企业家率(E)约为0.59年,而潜伏期强奸率(SPR)为3%。因此,杰布的库存状况已被过度捕捞。为了确保进展,有必要设立管理选项,包括3月份关闭整个地区/季节,减少目前的捕获努力约18%,并在甲壳的长度为38.8毫米的甲壳类动物中捕获最小的虾大小。在Aru和surrounding waters已经做了很长一段时间了。为了preserve the banana prawn resources,它需要管理工具来维持这些资源的使用。这项研究的目标是在阿鲁岛发现香蕉养殖场的股票状况和管理。这项研究是在2013年至2017年使用来自Aru Island waters的调查结果的调查方法进行的。据报道,香蕉大草原的比例是16-54毫米,性挑逗是由女性主导的,增长模式是负面的异位。大多数香蕉大草原陷入僵局。增长速率(K)是1。3 /年和最高carapace长度正好和(L∞)的60 0毫米。总死亡率为3.79/年,1.57/年。F的死亡率是2.22年盛产香蕉大草原在阿鲁岛管理选择建议维持资源的可持续发展,such: 4月份关闭地区/季节,减少1.18%的当前条件,以及38.8毫米的酸化抓水。
{"title":"BEBERAPA ASPEK BIOLOGI UDANG JERBUNG (Penaeus merguiensis) DI PERAIRAN KEPULAUAN ARU DAN SEKITARNYA (LAUT ARAFURA) SEBAGAI DASAR KEBIJAKAN PENGELOLAANNYA SECARA BERKELANJUTAN","authors":"Ali Suman, D. D. Kembaren, Muhammad Taufik","doi":"10.15578/jkpi.14.1.2022.35-46","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/jkpi.14.1.2022.35-46","url":null,"abstract":"Pemanfatatan sumber daya udang jerbung (Penaeus merguiensis) di perairan Kepulauan Aru dan sekitarnya sudah berlangsung cukup lama dan dilakukan sangat intensif. Untuk menjaga keberlanjutannya, dibutuhkan opsi pengelolaan agar sumber daya ini dapat dimanfaatkan secara berkesinambungan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengkaji status stok dan kemungkinan pengelolaan udang jerbung di perairan Kepulauan Aru dan sekitarnya. Penelitian dilakukan pada periode survei 2013-2017 dengan metode survei dan diperkaya dengan sintesis hasil-hasil penelitian di perairan Kepulauan Aru, Laut Arafura. Hasil analisis menunjukkan bahwa struktur ukuran udang jerbung berkisar antara 16-54 mm dengan perbadingan kelamin didominasi udang betina, sementara pola pertumbuhannya bersifat allometrik negatif. Ukuran udang jerbung yang tertangkap pada umumnya belum memijah. Laju pertumbuhan (K) udang jerbung sebagai 1,3/tahun dengan panjang karapas maksimum (Loo) 60,0 mm. Laju kematian total (Z) dan laju kematian alamiah (M) masing-masing 3,79/tahun dan 1,57/tahun. Laju kematian karena penangkapan (F) sebagai 2,22/tahun dan laju pengusahaan (E) sekitar 0,59/tahun, sementara spawning potential ratio (SPR) adalah 3 %. Dengan demikian status stok udang jerbung sudah berada pada penangkapan berlebih (overfishing). Untuk menjamin keberlanjutannya, maka perlu disusun opsi-opsi pengelolaan meliputi penutupan daerah/musim penangkapan pada bulan Maret, melakukan pengurangan upaya penangkapan sekitar 18 % dari kondisi saat ini dan penetapan ukuran udang jerbung terkecil yang boleh ditangkap yaitu pada ukuran panjang karapas 38,8 mm. The exploitation level of banana prawn (Penaeus merguiensis) resources in Aru Island and surrounding waters has been done very intensive for a long time and until now. To preserve the banana prawn resources, it needs management options to sustain the use of these resources. The aim of this study was to identify the stock status and management of banana prawn in Aru Island and surrounding waters. The research was conducted during 2013 to 2017 using survey methods and supplemented by the synthesis of investigation results from Aru Island waters. Results show that the banana prawn’s size structure ranged between 16-54 mm, the sex ratio was dominated by female and the growth pattern was negative allometric. Most of the banana prawn were caught in immature condition. The growth rate (K) was 1.3/year with maximum carapace length (L∞) of 60.0 mm. Total mortality (Z) and natural mortality (M) was 3.79/year and 1.57/year respectively. The fishing mortality (F) was at 2.22/year and exploitation level (E) was around 0.59/year, while the spawning potential ratio (SPR) was 3 %. Hence the banana prawn stock in Aru Island and surrounding waters is in overfishing condition. Management options are proposed in order to keep the sustainability of the resources, such as: closed area/season in April, reducing effort to 18% from current condition, and legal-size catch limitation","PeriodicalId":31078,"journal":{"name":"Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41430345","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-05-05DOI: 10.15578/jkpi.14.1.2022.11-23
A. Yudistira, P. Muljono, Andin H. Taryoto
Selama pembelajaran daring akibat pandemi Covid-19 di Program Studi Penyuluhan Perikanan Politeknik AUP, tujuh taruna tidak menyelesaikan pendidikan di Semester I. Penelitian sebelumnya menunjukkan hubungan antara kinerja belajar dengan komunikasi interpersonal, tingkat kehadiran, efikasi diri terhadap pembelajaran daring, kemandirian belajar, dan motivasi akademik. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara efikasi diri terhadap pembelajaran daring, kemampuan komunikasi interpersonal, kemandirian belajar, motivasi akademik, dan tingkat kehadiran terhadap kinerja belajar. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode sensus. Dari 311 orang taruna, hanya 200 taruna mengisi instrumen penelitian. Kuesioner yang digunakan adalah Interpersonal Communication Competence Inventory, Online Learning Readiness Scale, Online Self-regulated Learning Questionnaire, dan Academic Motivation Scale. Data indeks prestasi, indeks prestasi kumulatif, dan tingkat kehadiran diperoleh dari Bagian Administrasi Akademik dan Ketarunaan Politeknik AUP. Data dianalisis menggunakan Partial Least Square (PLS) dengan hierarchical component models dengan dua tingkatan variabel. Dimensi setiap variabel sebagai tingkat pertama (first order) dan variabel efikasi diri terhadap pembelajaran daring; kemampuan komunikasi interpersonal; kemandirian belajar; motivasi sebagai tingkat kedua (second order). Model pengukuran telah memenuhi validitas dan reliabilitas. Sedangkan model struktural mempunyai koefisien determinasi yang lemah. Model struktural yang dibuat terpisah untuk semester II, semester IV, dan Semester VI dan VIII memperlihatkan nilai koefisien determinasi yang lebih besar dibandingkan dengan gabungan keseluruhan taruna. Hasil pengujian hipotesis memperlihatkan, hanya tingkat kehadiran yang berhubungan nyata dengan kinerja belajar pada seluruh model. Kemampuan komunikasi interpersonal juga berhubungan nyata dengan kinerja belajar pada taruna semester II. The Covid-19 pandemic caused all education activities to shift to online learning. During online learning, seven cadets from the Fisheries Extension Study Program of The Jakarta Technical University of Fisheries were dropped out in the first semester. Previous research has shown a relationship between learning performance and interpersonal communication, attendance level, self-efficacy towards online learning, self-regulated learning, and academic motivation. This study examines the relationship between self-efficacy toward online education, interpersonal communication skills, self-regulated learning, academic motivation, attendance levels, and learning performance. The research sample was obtained through a census. Of 311 cadets, only 200 cadets who fill the questionnaires. The questionnaires used were Interpersonal Communication Competence Inventory, Online Learning Readiness Scale, Online Self-regulated Learning Questionnaire, and Academic Motivation Scale. GPA and attendance level were collected from the Aca
{"title":"KOMUNIKASI INTERPERSONAL DAN KINERJA BELAJAR TARUNA PROGRAM STUDI PENYULUHAN PERIKANAN POLITEKNIK AUP SELAMA PANDEMI COVID-19","authors":"A. Yudistira, P. Muljono, Andin H. Taryoto","doi":"10.15578/jkpi.14.1.2022.11-23","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/jkpi.14.1.2022.11-23","url":null,"abstract":"Selama pembelajaran daring akibat pandemi Covid-19 di Program Studi Penyuluhan Perikanan Politeknik AUP, tujuh taruna tidak menyelesaikan pendidikan di Semester I. Penelitian sebelumnya menunjukkan hubungan antara kinerja belajar dengan komunikasi interpersonal, tingkat kehadiran, efikasi diri terhadap pembelajaran daring, kemandirian belajar, dan motivasi akademik. Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara efikasi diri terhadap pembelajaran daring, kemampuan komunikasi interpersonal, kemandirian belajar, motivasi akademik, dan tingkat kehadiran terhadap kinerja belajar. Pengambilan sampel dilakukan menggunakan metode sensus. Dari 311 orang taruna, hanya 200 taruna mengisi instrumen penelitian. Kuesioner yang digunakan adalah Interpersonal Communication Competence Inventory, Online Learning Readiness Scale, Online Self-regulated Learning Questionnaire, dan Academic Motivation Scale. Data indeks prestasi, indeks prestasi kumulatif, dan tingkat kehadiran diperoleh dari Bagian Administrasi Akademik dan Ketarunaan Politeknik AUP. Data dianalisis menggunakan Partial Least Square (PLS) dengan hierarchical component models dengan dua tingkatan variabel. Dimensi setiap variabel sebagai tingkat pertama (first order) dan variabel efikasi diri terhadap pembelajaran daring; kemampuan komunikasi interpersonal; kemandirian belajar; motivasi sebagai tingkat kedua (second order). Model pengukuran telah memenuhi validitas dan reliabilitas. Sedangkan model struktural mempunyai koefisien determinasi yang lemah. Model struktural yang dibuat terpisah untuk semester II, semester IV, dan Semester VI dan VIII memperlihatkan nilai koefisien determinasi yang lebih besar dibandingkan dengan gabungan keseluruhan taruna. Hasil pengujian hipotesis memperlihatkan, hanya tingkat kehadiran yang berhubungan nyata dengan kinerja belajar pada seluruh model. Kemampuan komunikasi interpersonal juga berhubungan nyata dengan kinerja belajar pada taruna semester II. The Covid-19 pandemic caused all education activities to shift to online learning. During online learning, seven cadets from the Fisheries Extension Study Program of The Jakarta Technical University of Fisheries were dropped out in the first semester. Previous research has shown a relationship between learning performance and interpersonal communication, attendance level, self-efficacy towards online learning, self-regulated learning, and academic motivation. This study examines the relationship between self-efficacy toward online education, interpersonal communication skills, self-regulated learning, academic motivation, attendance levels, and learning performance. The research sample was obtained through a census. Of 311 cadets, only 200 cadets who fill the questionnaires. The questionnaires used were Interpersonal Communication Competence Inventory, Online Learning Readiness Scale, Online Self-regulated Learning Questionnaire, and Academic Motivation Scale. GPA and attendance level were collected from the Aca","PeriodicalId":31078,"journal":{"name":"Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-05-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44054623","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2020-05-30DOI: 10.15578/jkpi.12.1.2020.23-33
Rizki Dewi Kristikareni, Abdul Rokhman, A. Poernomo
Udang merupakan komoditas unggulan ekspor Indonesia yang memerlukan bahan baku yang berkualitas dan aman. Untuk mendapatkan bahan baku udang yang sesuai, seluruh anggota rantai pasok harus menerapkan persyaratan jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan sesuai Kepmen KP Nomor: 52A/KEPMEN-KP/2013. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi penerapan persyaratan jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan sepanjang rantai pasok bahan baku udang untuk unit pengolahan ikan (UPI) di Jakarta Utara. Dua UPI telah dipilih menjadi responden untuk dirunut ke hulu mengenai pemenuhan persyaratan dimaksud. Pengumpulan data dilakukan melalui survei, observasi dan wawancara kepada UPI, pengumpul/pemasok, pembudidaya dan pembenih. Analisis kesenjangan dan uji korelasi berganda digunakan untuk menilai kesesuaian penerapan persyaratan jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan. Hasil identifikasi menunjukkan masih terdapat kesenjangan penerapan yang dilakukan oleh pembudidaya dan pengumpul/pemasok dengan standar yang ada. Tingkat kesesuaian pada pembudidaya 58% (kurang sesuai) dan pemasok 48% (tidak sesuai). Apresiasi UPI terhadap mutu dan keamanan hasil perikanan masih belum memadai, diduga karena permintaan di pasar global sangat tinggi sedangkan pasokannya tidak sesuai. Penerbitan sertifikat yang terpisah-pisah di antara rantai pasok diduga menjadi salah satu penyebab. Diperlukan perubahan strategi kebijakan dalam pelaksanaan sistem sertifikasi udang budidaya untuk ekspor yang terintegrasi dalam satu sertifikat.Shrimp is Indonesia's leading export commodity that requires quality and safe raw materials. To get appropriate shrimp raw materials, all members of the supply chain must apply the quality assurance and safety requirements of fishery products in accordance with Ministerial Decree KP Number: 52A/KEPMEN-KP/2013. This study aimed to evaluate the implementation of quality assurance and safety requirements for fishery products along the supply chain of cultured shrimp raw material suppliers for fish processing units (UPI) in North Jakarta. Two UPIs have been selected as respondents whose suppliers were evaluated regarding the fulfillment of the specified requirements. Data collection was carried out through surveys, observations, and interviews with UPI, collectors/suppliers, farmers, and breeders. Gap analysis and multiple correlation tests were used to assess the appropriateness of the implementation of quality assurance and fishery product safety requirements. The results show that gaps existed between the implementation of the requirement by farmers and suppliers compared with existing standards. The implementation level for farmers is 58% (less according) and the supplier 48% (not according). It was observed that UPI's appreciation of the quality and safety of fishery products was inadequate, allegedly because demand in the global market is very high while the supply does not meet the demand. Issuance of separate quality and safety certificates along the su
{"title":"ANALISIS JAMINAN MUTU DAN KEAMANAN PANGAN SEPANJANG RANTAI PASOK UDANG BUDIDAYA (ANALYSIS OF QUALITY AND SAFETY ASSURANCE ALONG THE SUPPLY CHAIN OF CULTURED SHRIMP)","authors":"Rizki Dewi Kristikareni, Abdul Rokhman, A. Poernomo","doi":"10.15578/jkpi.12.1.2020.23-33","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/jkpi.12.1.2020.23-33","url":null,"abstract":" Udang merupakan komoditas unggulan ekspor Indonesia yang memerlukan bahan baku yang berkualitas dan aman. Untuk mendapatkan bahan baku udang yang sesuai, seluruh anggota rantai pasok harus menerapkan persyaratan jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan sesuai Kepmen KP Nomor: 52A/KEPMEN-KP/2013. Tujuan penelitian ini adalah mengevaluasi penerapan persyaratan jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan sepanjang rantai pasok bahan baku udang untuk unit pengolahan ikan (UPI) di Jakarta Utara. Dua UPI telah dipilih menjadi responden untuk dirunut ke hulu mengenai pemenuhan persyaratan dimaksud. Pengumpulan data dilakukan melalui survei, observasi dan wawancara kepada UPI, pengumpul/pemasok, pembudidaya dan pembenih. Analisis kesenjangan dan uji korelasi berganda digunakan untuk menilai kesesuaian penerapan persyaratan jaminan mutu dan keamanan hasil perikanan. Hasil identifikasi menunjukkan masih terdapat kesenjangan penerapan yang dilakukan oleh pembudidaya dan pengumpul/pemasok dengan standar yang ada. Tingkat kesesuaian pada pembudidaya 58% (kurang sesuai) dan pemasok 48% (tidak sesuai). Apresiasi UPI terhadap mutu dan keamanan hasil perikanan masih belum memadai, diduga karena permintaan di pasar global sangat tinggi sedangkan pasokannya tidak sesuai. Penerbitan sertifikat yang terpisah-pisah di antara rantai pasok diduga menjadi salah satu penyebab. Diperlukan perubahan strategi kebijakan dalam pelaksanaan sistem sertifikasi udang budidaya untuk ekspor yang terintegrasi dalam satu sertifikat.Shrimp is Indonesia's leading export commodity that requires quality and safe raw materials. To get appropriate shrimp raw materials, all members of the supply chain must apply the quality assurance and safety requirements of fishery products in accordance with Ministerial Decree KP Number: 52A/KEPMEN-KP/2013. This study aimed to evaluate the implementation of quality assurance and safety requirements for fishery products along the supply chain of cultured shrimp raw material suppliers for fish processing units (UPI) in North Jakarta. Two UPIs have been selected as respondents whose suppliers were evaluated regarding the fulfillment of the specified requirements. Data collection was carried out through surveys, observations, and interviews with UPI, collectors/suppliers, farmers, and breeders. Gap analysis and multiple correlation tests were used to assess the appropriateness of the implementation of quality assurance and fishery product safety requirements. The results show that gaps existed between the implementation of the requirement by farmers and suppliers compared with existing standards. The implementation level for farmers is 58% (less according) and the supplier 48% (not according). It was observed that UPI's appreciation of the quality and safety of fishery products was inadequate, allegedly because demand in the global market is very high while the supply does not meet the demand. Issuance of separate quality and safety certificates along the su","PeriodicalId":31078,"journal":{"name":"Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46322259","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Efektifitas pengelolaan perikanan harus mempertimbangkan pola produksi dan produktivitas usaha penangkapan. Untuk itu penilaian terhadap efektivitas alat perlu dilakukan untuk menjamin keberlanjutan pengelolaan perikanan. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Banten pada tahun 2018 dengan menggunakan data tahun 2003-2017. Analisis efektivitas penangkapan dengan mengunakan matrik analisis antara produksi dan produktivitas. Dan juga didukung dengan analisis statistik deskriptif terhadap sebaran hasil tangkapan. Hasil penelitian untuk kategori alat tangkap yang lebih efektif adalah Payang, Pukat Cincin, Jaring Insang, dan Bagan Perahu. Payang memiliki tingkat produksi 280.560 kg per tahun dan produktivitas 31.612 ton per tahun, Pukat Cincin memiliki produksi sebesar 517,341 ton per tahun dan produktivitas 44.986 per tahun, dan Jaring Insang pada tingkat produksi sebesar 1074.311 ton per tahun dan produktivitas 9.231 ton per tahun. Alat tangkap yang termasuk kategori tidak efektif adalah Sero, Jaring Udang, Rawai Hanyut dan Perangkap. Program rekonstruksi alat tangkap penting untuk mengurangi kapasitas penangkapan ikan dan meningkatkan ekonomi. Dalam hal ini, penelitian ini belum melibatkan skala ekonomi nelayan dalam aktivitas operasi sehari-hari.The effectiveness of fisheries management must consider the pattern of production and productivity of fishing businesses. For this reason, an assessment of the effectiveness of the tools needs to be carried out to ensure the sustainability of fisheries management. This research was conducted in Banten Province in 2018 using data from 2003-2017. Fishing effectiveness analysis using a matrix analysis between production and productivity. And also supported by using statistical analysis of the average value and distribution of catches. The results of the research for the more effective categories of fishing gear were Payang, Pure Seine, Gillnet Drift, and Boat Liftnet. Payang has a production rate of 280,560 kg per year and productivity of 31,612 tons per year, Purse seine has a production of 517,341 tons per year and productivity of 44,986 per year, and Gillnet Drift at a production rate of 1074,311 tons per year and productivity of 9,231 tons per year. The fishing gear included in the ineffective category is Sero, Shrimp net, Drifting Rawai and traps. The reconstruction program is important to reduce fishing capacity and improve the economic community. In this case, this study has not involved the economies of scale of fishermen in daily operations.
{"title":"KAJIAN TINGKAT EFEKTIFITAS PERIKANAN UNTUK PENGEMBANGAN SECARA BERKELANJUTAN DI PROVINSI BANTEN","authors":"Yonvitner Yonvitner, Mennofatria Boer, Rahmat Kurnia","doi":"10.15578/jkpi.12.1.2020.35-46","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/jkpi.12.1.2020.35-46","url":null,"abstract":"Efektifitas pengelolaan perikanan harus mempertimbangkan pola produksi dan produktivitas usaha penangkapan. Untuk itu penilaian terhadap efektivitas alat perlu dilakukan untuk menjamin keberlanjutan pengelolaan perikanan. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Banten pada tahun 2018 dengan menggunakan data tahun 2003-2017. Analisis efektivitas penangkapan dengan mengunakan matrik analisis antara produksi dan produktivitas. Dan juga didukung dengan analisis statistik deskriptif terhadap sebaran hasil tangkapan. Hasil penelitian untuk kategori alat tangkap yang lebih efektif adalah Payang, Pukat Cincin, Jaring Insang, dan Bagan Perahu. Payang memiliki tingkat produksi 280.560 kg per tahun dan produktivitas 31.612 ton per tahun, Pukat Cincin memiliki produksi sebesar 517,341 ton per tahun dan produktivitas 44.986 per tahun, dan Jaring Insang pada tingkat produksi sebesar 1074.311 ton per tahun dan produktivitas 9.231 ton per tahun. Alat tangkap yang termasuk kategori tidak efektif adalah Sero, Jaring Udang, Rawai Hanyut dan Perangkap. Program rekonstruksi alat tangkap penting untuk mengurangi kapasitas penangkapan ikan dan meningkatkan ekonomi. Dalam hal ini, penelitian ini belum melibatkan skala ekonomi nelayan dalam aktivitas operasi sehari-hari.The effectiveness of fisheries management must consider the pattern of production and productivity of fishing businesses. For this reason, an assessment of the effectiveness of the tools needs to be carried out to ensure the sustainability of fisheries management. This research was conducted in Banten Province in 2018 using data from 2003-2017. Fishing effectiveness analysis using a matrix analysis between production and productivity. And also supported by using statistical analysis of the average value and distribution of catches. The results of the research for the more effective categories of fishing gear were Payang, Pure Seine, Gillnet Drift, and Boat Liftnet. Payang has a production rate of 280,560 kg per year and productivity of 31,612 tons per year, Purse seine has a production of 517,341 tons per year and productivity of 44,986 per year, and Gillnet Drift at a production rate of 1074,311 tons per year and productivity of 9,231 tons per year. The fishing gear included in the ineffective category is Sero, Shrimp net, Drifting Rawai and traps. The reconstruction program is important to reduce fishing capacity and improve the economic community. In this case, this study has not involved the economies of scale of fishermen in daily operations.","PeriodicalId":31078,"journal":{"name":"Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2020-05-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44087008","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-11-12DOI: 10.15578/jkpi.11.2.2019.125-137
Yeyen Mardyani, Rahmat Kurnia, Luky Adrianto
Pemanfaatan wilayah perairan di sekitar Pulau Bangka oleh sektor perikanan khususnya perikanan skala kecil semakin terdesak akibat daerah penangkapan ikan (DPI) yang semakin berkurang dikarenakan wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) di laut semakin bertambah. Hal ini menyebabkan ruang gerak nelayan semakin sempit. Penelitian ini bertujuan untuk menilai status keragaan pengelolaan perikanan skala kecil berdasarkan Zona DPI yang dibagi menjadi 3, yaitu Zona A (DPI dengan IUP aktif), Zona A1 (DPI dengan IUP non aktif), dan Zona B (DPI tanpa IUP). Status keragaan dinilai melalui pendekatan Ecosystem Approach for Fisheries Management (EAFM) dengan menggunakan indikator pada domain sumberdaya ikan, habitat dan ekosistem, teknologi penangkapan ikan, sosial, ekonomi, dan kelembagaan. Hasil penilaian menunjukkan bahwa status pengelolaan perikanan pada masing-masing zona DPI yaitu Zona A dengan nilai total agregat sebesar 1.179,50 termasuk dalam kategori status sedang; Zona A1 dengan nilai total agregat 1.404,5 termasuk dalam kategori status baik, dan Zona B dengan nilai total agregat sebesar 1.377 yang termasuk kategori status sedang. Pengelolaan perikanan dengan keputusan taktis diprioritaskan pada indikator range collaps, kapasitas penangkapan, ekosistem terumbu karang, konflik perikanan, pendapatan nelayan, dan penguatan kelembagaan.The use of Bangka waters by the fisheries sector, especially small scale fisheries, is increasingly pushed due to the reduced fishing ground (DPI) because of the increasing area of the Sea Mining Business License (IUP). This causes less space for fishermen. This study aims to assess the performance status of small scale fisheries management based on the DPI Zone which is divided into 3, namely Zone A (DPI with active IUP), Zone A1 (DPI with non-active IUP), and Zone B (DPI without IUP). Performance status is assessed through the Ecosystem Approach for Fisheries Management (EAFM) approach using indicators in the domain of fish resources, habitat and ecosystem, fisheries technology, social, economic, and institutional. The assessment results indicate that the status of fisheries management in each DPI zone, namely Zone A with an aggregate total value of 1,179.50, is included in the medium status category; Zone A1 with a total aggregate value of 1,404.5 is included in the good status category, and Zone B with an aggregate value of 1,377 which is included in the medium status category. Fisheries management with tactical decisions are prioritized on indicators of range collapse, fishing capacity, coral reef ecosystems, fisheries conflicts, fishermen income, and institutional strengthening.
{"title":"STATUS PENGELOLAAN PERIKANAN SKALA KECIL BERBASIS ZONASI DI WILAYAH PERAIRAN KABUPATEN BANGKA","authors":"Yeyen Mardyani, Rahmat Kurnia, Luky Adrianto","doi":"10.15578/jkpi.11.2.2019.125-137","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/jkpi.11.2.2019.125-137","url":null,"abstract":"Pemanfaatan wilayah perairan di sekitar Pulau Bangka oleh sektor perikanan khususnya perikanan skala kecil semakin terdesak akibat daerah penangkapan ikan (DPI) yang semakin berkurang dikarenakan wilayah Izin Usaha Pertambangan (IUP) di laut semakin bertambah. Hal ini menyebabkan ruang gerak nelayan semakin sempit. Penelitian ini bertujuan untuk menilai status keragaan pengelolaan perikanan skala kecil berdasarkan Zona DPI yang dibagi menjadi 3, yaitu Zona A (DPI dengan IUP aktif), Zona A1 (DPI dengan IUP non aktif), dan Zona B (DPI tanpa IUP). Status keragaan dinilai melalui pendekatan Ecosystem Approach for Fisheries Management (EAFM) dengan menggunakan indikator pada domain sumberdaya ikan, habitat dan ekosistem, teknologi penangkapan ikan, sosial, ekonomi, dan kelembagaan. Hasil penilaian menunjukkan bahwa status pengelolaan perikanan pada masing-masing zona DPI yaitu Zona A dengan nilai total agregat sebesar 1.179,50 termasuk dalam kategori status sedang; Zona A1 dengan nilai total agregat 1.404,5 termasuk dalam kategori status baik, dan Zona B dengan nilai total agregat sebesar 1.377 yang termasuk kategori status sedang. Pengelolaan perikanan dengan keputusan taktis diprioritaskan pada indikator range collaps, kapasitas penangkapan, ekosistem terumbu karang, konflik perikanan, pendapatan nelayan, dan penguatan kelembagaan.The use of Bangka waters by the fisheries sector, especially small scale fisheries, is increasingly pushed due to the reduced fishing ground (DPI) because of the increasing area of the Sea Mining Business License (IUP). This causes less space for fishermen. This study aims to assess the performance status of small scale fisheries management based on the DPI Zone which is divided into 3, namely Zone A (DPI with active IUP), Zone A1 (DPI with non-active IUP), and Zone B (DPI without IUP). Performance status is assessed through the Ecosystem Approach for Fisheries Management (EAFM) approach using indicators in the domain of fish resources, habitat and ecosystem, fisheries technology, social, economic, and institutional. The assessment results indicate that the status of fisheries management in each DPI zone, namely Zone A with an aggregate total value of 1,179.50, is included in the medium status category; Zone A1 with a total aggregate value of 1,404.5 is included in the good status category, and Zone B with an aggregate value of 1,377 which is included in the medium status category. Fisheries management with tactical decisions are prioritized on indicators of range collapse, fishing capacity, coral reef ecosystems, fisheries conflicts, fishermen income, and institutional strengthening.","PeriodicalId":31078,"journal":{"name":"Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-12","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49513225","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-11-11DOI: 10.15578/jkpi.11.2.2019.113-123
Armen Zulham, Rani Hafsaridewi, Freshty Yulia Arthatani, Mira Mira
Tindakan sosial adalah perilaku pelaku usaha perikanan terhadap pelaku lain dengan tujuan dan motivasi tertentu. Permasalahannya, tindakan sosial pelaku usaha pada kawasan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Sabang tidak responsif mendukung beroperasinya SKPT Sabang. Tujuan tulisan ini mempelajari karakteristik aspek sosial budaya masyarakat perikanan Sabang serta tindakan sosial yang terkait dengan hal itu agar SKPT Sabang dapat berfungsi. Data dan informasi diperoleh dari Focus Group Discussion (FGD). Observasi langsung (aktuelles verstehen), dan pemahaman motif tindakan (eklarendes verstehen) digunakan sebagai teknik untuk mendalami infomasi hasil FGD tersebut. Pengumpulan data dilakukan pada Oktober 2018. Hasil penelitian ini menunjukkan: tindakan sosial tradisional mendominasi keputusan pelaku usaha dalam penangkapan ikan. Pelaku usaha perikanan tersebut harus taat hukum adat laot yang dipantau Panglima Laot; tindakan sosial rasional instrumental mendominasi tindakan pelaku usaha pada kegiatan penanganan hasil tangkapan serta distribusi dan pemasaran ikan. Motif tindakan sosial yang terakhir ini mempengaruhi pelaku usaha lain, agar pasokan ikan dapat diperoleh atau mengoptimalkan manfaat karena tindakan pelaku usaha lain. Tulisan ini merekomendasikan agar di SKPT Sabang dilakukan perubahan sosial melalui transformasi 30% - 40% dari 684 unit armada perikanan <3 GT menjadi armada >10 GT. Transformasi ini akan mendorong tindakan sosial pada trip penangkapan ikan, peningkatan permintaan tenaga kerja trampil (pawang) dan penggunaan teknologi dalam penanganan serta pemasaran/distribusi ikan.Social action is defined as the action among business actors for specific purposes or motives. The problem of social action in the SKPT (integrated marine and fisheries center) Sabang is that the business actors in fisheries are not responsive to support the operationalization of SKPT Sabang. The purpose of this paper is to learn the characteristics of business actors on socio-cultural aspects and social action to support the daily operation of SKPT Sabang. Data and information were collected from the Focus Group Discussion (FGD). Direct observation (aktuelles verstehen) and Empathetic Understanding (eklarendes verstehen) were used as techniques to collect advanced information. Data were collected in October 2018. The research findings are: traditional social actions dominate fishing actors’ activities. The business actors remain to obey on the local traditional rule (adat laot rule) observed by Panglima Laot; instrumental rational social actions are always carried out by business actors on the post-harvest fishing activities as well as distribution and fish marketing. The last social action motives are to influence others to provide fish and to reach optimal benefit due to other business actor action. This paper recommends preparing the social change through transformation 30% - 40% of < 3 GT fishing vessel to > 10 GT in Sabang. It will then change th
{"title":"ANALISIS TINDAKAN SOSIAL DALAM PEMBANGUNAN SENTRA KELAUTAN DAN PERIKANAN TERPADU DI SABANG","authors":"Armen Zulham, Rani Hafsaridewi, Freshty Yulia Arthatani, Mira Mira","doi":"10.15578/jkpi.11.2.2019.113-123","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/jkpi.11.2.2019.113-123","url":null,"abstract":"Tindakan sosial adalah perilaku pelaku usaha perikanan terhadap pelaku lain dengan tujuan dan motivasi tertentu. Permasalahannya, tindakan sosial pelaku usaha pada kawasan Sentra Kelautan dan Perikanan Terpadu (SKPT) Sabang tidak responsif mendukung beroperasinya SKPT Sabang. Tujuan tulisan ini mempelajari karakteristik aspek sosial budaya masyarakat perikanan Sabang serta tindakan sosial yang terkait dengan hal itu agar SKPT Sabang dapat berfungsi. Data dan informasi diperoleh dari Focus Group Discussion (FGD). Observasi langsung (aktuelles verstehen), dan pemahaman motif tindakan (eklarendes verstehen) digunakan sebagai teknik untuk mendalami infomasi hasil FGD tersebut. Pengumpulan data dilakukan pada Oktober 2018. Hasil penelitian ini menunjukkan: tindakan sosial tradisional mendominasi keputusan pelaku usaha dalam penangkapan ikan. Pelaku usaha perikanan tersebut harus taat hukum adat laot yang dipantau Panglima Laot; tindakan sosial rasional instrumental mendominasi tindakan pelaku usaha pada kegiatan penanganan hasil tangkapan serta distribusi dan pemasaran ikan. Motif tindakan sosial yang terakhir ini mempengaruhi pelaku usaha lain, agar pasokan ikan dapat diperoleh atau mengoptimalkan manfaat karena tindakan pelaku usaha lain. Tulisan ini merekomendasikan agar di SKPT Sabang dilakukan perubahan sosial melalui transformasi 30% - 40% dari 684 unit armada perikanan <3 GT menjadi armada >10 GT. Transformasi ini akan mendorong tindakan sosial pada trip penangkapan ikan, peningkatan permintaan tenaga kerja trampil (pawang) dan penggunaan teknologi dalam penanganan serta pemasaran/distribusi ikan.Social action is defined as the action among business actors for specific purposes or motives. The problem of social action in the SKPT (integrated marine and fisheries center) Sabang is that the business actors in fisheries are not responsive to support the operationalization of SKPT Sabang. The purpose of this paper is to learn the characteristics of business actors on socio-cultural aspects and social action to support the daily operation of SKPT Sabang. Data and information were collected from the Focus Group Discussion (FGD). Direct observation (aktuelles verstehen) and Empathetic Understanding (eklarendes verstehen) were used as techniques to collect advanced information. Data were collected in October 2018. The research findings are: traditional social actions dominate fishing actors’ activities. The business actors remain to obey on the local traditional rule (adat laot rule) observed by Panglima Laot; instrumental rational social actions are always carried out by business actors on the post-harvest fishing activities as well as distribution and fish marketing. The last social action motives are to influence others to provide fish and to reach optimal benefit due to other business actor action. This paper recommends preparing the social change through transformation 30% - 40% of < 3 GT fishing vessel to > 10 GT in Sabang. It will then change th","PeriodicalId":31078,"journal":{"name":"Jurnal Kebijakan Perikanan Indonesia","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-11-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45959092","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}