Pariwisata merupakan salah satu model dalam strategi pembangunan yang semakin banyak digunakan. Pariwisata berbasis masyarakat dan ekonomi kreatif merupakan trend konsep yang diyakini mampu menyejahterakan masyarakat dan melestarikan lingkungan. Desa wisata berkembang di Daerah Istimewa Yogyakarta sejak tahun 2010 dan terus meningkat jumlahnya. Pada sisi lain, kampung-kampung-wisata juga tumbuh di kawasan perkotaan dan perdesaan sejalan dengan pertumbuhan desa-desa wisata. Karangwaru Riverside terletak di Kalurahan Karangwaru sejak tahun 2012 telah dikenal sebagai destinasi wisata baru di Yogyakarta, sebagai ruang publik yang memanfaatkan sungai dan kawasan sekitar sungai. Idealnya, konsep kampung-wisata berbasis masyarakat dan potensi lokal menjadi dasar pengembangan Karangwaru Riverside sebagai kampung-wisata yang hijau, lestari, sejahtera berkelanjutan. Permasalahan yang dikaji adalah bagaimana konsep pengembangan Karangwaru Riverside yang berbasis masyarakat dan potensi lokal untuk menciptakan kemakmuran masyarakat dan kelestarian lingkungan secara berkelanjutan. Tujuan tulisan adalah merumuskan konsep pengembangan kawasan tepian sungai berbasis potensi lokal, ekonomi kreatif dan ekonomi digital pada kasus Karangwaru Riverside. Penelitian ini menggunakan metode observasi lapangan, wawancara dan studi pustaka tentang kampung-wisata, ekonomi kreatif dan pembangunan pariwisata hijau lestari. Hasilnya, Karangwaru Riverside sebagai kampung-kota berpotensi dikembangkan lebih maju dengan konsep kampung-wisata berbasis pada potensi lokal, partisipasi masyarakat, ekonomi kreatif, pembangunan hijau ramah lingkungan dan didukung ekonomi digital.
{"title":"Konsep Kampung-Wisata Sejahtera, Kreatif, Cerdas dan Lestari Berkelanjutan","authors":"Y. D. Purbadi, Reginaldo Christophori Lake","doi":"10.29080/eija.v5i1.641","DOIUrl":"https://doi.org/10.29080/eija.v5i1.641","url":null,"abstract":"Pariwisata merupakan salah satu model dalam strategi pembangunan yang semakin banyak digunakan. Pariwisata berbasis masyarakat dan ekonomi kreatif merupakan trend konsep yang diyakini mampu menyejahterakan masyarakat dan melestarikan lingkungan. Desa wisata berkembang di Daerah Istimewa Yogyakarta sejak tahun 2010 dan terus meningkat jumlahnya. Pada sisi lain, kampung-kampung-wisata juga tumbuh di kawasan perkotaan dan perdesaan sejalan dengan pertumbuhan desa-desa wisata. Karangwaru Riverside terletak di Kalurahan Karangwaru sejak tahun 2012 telah dikenal sebagai destinasi wisata baru di Yogyakarta, sebagai ruang publik yang memanfaatkan sungai dan kawasan sekitar sungai. Idealnya, konsep kampung-wisata berbasis masyarakat dan potensi lokal menjadi dasar pengembangan Karangwaru Riverside sebagai kampung-wisata yang hijau, lestari, sejahtera berkelanjutan. Permasalahan yang dikaji adalah bagaimana konsep pengembangan Karangwaru Riverside yang berbasis masyarakat dan potensi lokal untuk menciptakan kemakmuran masyarakat dan kelestarian lingkungan secara berkelanjutan. Tujuan tulisan adalah merumuskan konsep pengembangan kawasan tepian sungai berbasis potensi lokal, ekonomi kreatif dan ekonomi digital pada kasus Karangwaru Riverside. Penelitian ini menggunakan metode observasi lapangan, wawancara dan studi pustaka tentang kampung-wisata, ekonomi kreatif dan pembangunan pariwisata hijau lestari. Hasilnya, Karangwaru Riverside sebagai kampung-kota berpotensi dikembangkan lebih maju dengan konsep kampung-wisata berbasis pada potensi lokal, partisipasi masyarakat, ekonomi kreatif, pembangunan hijau ramah lingkungan dan didukung ekonomi digital.","PeriodicalId":31123,"journal":{"name":"Emara Indonesian Journal of Architecture","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-09-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48762699","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kampung Wisata Warna-Warni Jodipan dikenal sebagai kampung wisata dengan sederetan rumah warga yang menampilkan aneka warna pada dinding dan atap rumah warga dengan kondisi topografi lahan berkontur di bantaran Sungai Brantas. Pada jaringan jalan di Kampung Warna Warni Jodipan banyak di jumpai tangga yang berdampingan dengan ramp. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana masyarakat Kampung Warna Warni Jodipan menentukan standar kemiringan dan lebar ramp pada jaringan jalan sebagai bentuk adaptasi pada lahan berkontur dengan kondisi jaringan jalan yang sempit agar dapat dilalui kendaraan atau barang beroda. Kondisi lahan berkontur memaksa masyarakat Kampung Warna Warni Jodipan beradaptasi dengan lingkungan setempat, baik fisik maupun lingkungan sosial. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif karena permasalahan yang diteliti merupakan kondisi yang berhubungan dengan sosial masyarakat yang terkait dengan tempat dan aktivitas yang berinteraksi secara sinergis. Hasil penelitian ini menunjukan cara masyarakat Kampung Wisata Warna-Warni Jodipan beradaptasi dalam menata jaringan sirkulasi dalam pemukimannya menyesuaikan dengan kondisi topografinya yang berkontur.
{"title":"Fenomena Ramp Sebagai Adaptasi Sirkulasi pada Permukiman Kampung Wisata Warna Warni Jodipan Malang","authors":"Faisal Bahar, Yusfan Adeputera Yusran, Antariksa Antariksa","doi":"10.29080/eija.v5i1.501","DOIUrl":"https://doi.org/10.29080/eija.v5i1.501","url":null,"abstract":"Kampung Wisata Warna-Warni Jodipan dikenal sebagai kampung wisata dengan sederetan rumah warga yang menampilkan aneka warna pada dinding dan atap rumah warga dengan kondisi topografi lahan berkontur di bantaran Sungai Brantas. Pada jaringan jalan di Kampung Warna Warni Jodipan banyak di jumpai tangga yang berdampingan dengan ramp. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana masyarakat Kampung Warna Warni Jodipan menentukan standar kemiringan dan lebar ramp pada jaringan jalan sebagai bentuk adaptasi pada lahan berkontur dengan kondisi jaringan jalan yang sempit agar dapat dilalui kendaraan atau barang beroda. Kondisi lahan berkontur memaksa masyarakat Kampung Warna Warni Jodipan beradaptasi dengan lingkungan setempat, baik fisik maupun lingkungan sosial. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif karena permasalahan yang diteliti merupakan kondisi yang berhubungan dengan sosial masyarakat yang terkait dengan tempat dan aktivitas yang berinteraksi secara sinergis. Hasil penelitian ini menunjukan cara masyarakat Kampung Wisata Warna-Warni Jodipan beradaptasi dalam menata jaringan sirkulasi dalam pemukimannya menyesuaikan dengan kondisi topografinya yang berkontur.","PeriodicalId":31123,"journal":{"name":"Emara Indonesian Journal of Architecture","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43375820","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Qurrotul A’yun, Puspita Cahya Wati, Muhammad Choirul Khafidz
Kenyamanan termal menjadi faktor penting dalam menunjang efektifitas kinerja di dalam ruang. Untuk memaksimalkan kenyamanan termal tanpa merusak lingkungan, potensi angin dapat dimanfaatkan melalui sistem ventilasi silang. Ventilasi silang dapat menjadi media yang baik sebagai pengalir udara, jika memperhatikan 3 (tiga) aspek, yaitu ukuran, bentuk, dan posisi ventilasi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengeksplorasi desain ventilasi terbaik untuk mencapai kenyamanan termal yang dimaksud, khususnya pada ruang-ruang perkuliahan. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriprif kuantitatif untuk menghasilkan sebuah rekomendasi desain, yang diikuti dengan validasi data menggunakan software ecotect. Ruang-ruang perkuliahan di Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Ampel dipilih untuk menjadi studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ventilasi silang melalui jendela besar berjenis vertically pivoted merupakan ventilasi yang paling efektif untuk dipakai di ruang-ruang perkuliahan Fakultas Ushuluddin. Model ini dapat memaksimalkan aliran udara hingga 75%, dan membuat ruangan 1,4-2,7°C lebih sejuk.
{"title":"Eksplorasi Disain Ventilasi Ruang Kuliah Untuk Mencapai Kenyamanan Termal","authors":"Qurrotul A’yun, Puspita Cahya Wati, Muhammad Choirul Khafidz","doi":"10.29080/EIJA.V4I2.445","DOIUrl":"https://doi.org/10.29080/EIJA.V4I2.445","url":null,"abstract":"Kenyamanan termal menjadi faktor penting dalam menunjang efektifitas kinerja di dalam ruang. Untuk memaksimalkan kenyamanan termal tanpa merusak lingkungan, potensi angin dapat dimanfaatkan melalui sistem ventilasi silang. Ventilasi silang dapat menjadi media yang baik sebagai pengalir udara, jika memperhatikan 3 (tiga) aspek, yaitu ukuran, bentuk, dan posisi ventilasi. Tujuan dari penelitian ini adalah mengeksplorasi desain ventilasi terbaik untuk mencapai kenyamanan termal yang dimaksud, khususnya pada ruang-ruang perkuliahan. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriprif kuantitatif untuk menghasilkan sebuah rekomendasi desain, yang diikuti dengan validasi data menggunakan software ecotect. Ruang-ruang perkuliahan di Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Ampel dipilih untuk menjadi studi kasus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ventilasi silang melalui jendela besar berjenis vertically pivoted merupakan ventilasi yang paling efektif untuk dipakai di ruang-ruang perkuliahan Fakultas Ushuluddin. Model ini dapat memaksimalkan aliran udara hingga 75%, dan membuat ruangan 1,4-2,7°C lebih sejuk.","PeriodicalId":31123,"journal":{"name":"Emara Indonesian Journal of Architecture","volume":"15 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81997179","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Penggunaan material bambu telah dikenal penggunaannya sejak jaman dahulu. Namun bambu juga dikenal memiliki beberapa kelemahan, diantaranya rentan terhadap serangan rayap dan jamur bila terkena air. Oleh karenanya diperlukan perlakuan khusus untuk memperpanjang usia penggunaan bambu bila hendak digunakan sebagai material konstruksi. Metode pengawetan dengan perebusan adalah salah satu metode baru yang diterapkan dilapangan untuk memenuhi pasokan bambu awet, selain metode Visual Soak Diffusion (VSD) yang cenderung memakan waktu yang lebih lama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat mekanik kuat-lentur bambu Petung dengan metode pengawetan perebusan. Hasil pengujian memperlihatkan peningkatan kuat-lentur bambu yang signifikan (dua puluh persen lebih kuat-lentur) setelah diawetkan dengan metode perebusan, meskipun kadar air dalam bambu meningkat yang berimbas pada potensi serangan jamur. Hal ini dapat diatasi dengan cara menambahkan bahan anti jamur pada larutan pengawetan. Metode pengawetan dengan perebusan ini mampu menjadi alternatif utama pengganti bahan pengawet kimia.
{"title":"Pengujian Kuat-Lentur Bambu Petung Yang Diawetkan Dengan Metode Perebusan","authors":"Efa Suriani","doi":"10.29080/EIJA.V4I2.418","DOIUrl":"https://doi.org/10.29080/EIJA.V4I2.418","url":null,"abstract":"Penggunaan material bambu telah dikenal penggunaannya sejak jaman dahulu. Namun bambu juga dikenal memiliki beberapa kelemahan, diantaranya rentan terhadap serangan rayap dan jamur bila terkena air. Oleh karenanya diperlukan perlakuan khusus untuk memperpanjang usia penggunaan bambu bila hendak digunakan sebagai material konstruksi. Metode pengawetan dengan perebusan adalah salah satu metode baru yang diterapkan dilapangan untuk memenuhi pasokan bambu awet, selain metode Visual Soak Diffusion (VSD) yang cenderung memakan waktu yang lebih lama. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sifat mekanik kuat-lentur bambu Petung dengan metode pengawetan perebusan. Hasil pengujian memperlihatkan peningkatan kuat-lentur bambu yang signifikan (dua puluh persen lebih kuat-lentur) setelah diawetkan dengan metode perebusan, meskipun kadar air dalam bambu meningkat yang berimbas pada potensi serangan jamur. Hal ini dapat diatasi dengan cara menambahkan bahan anti jamur pada larutan pengawetan. Metode pengawetan dengan perebusan ini mampu menjadi alternatif utama pengganti bahan pengawet kimia.","PeriodicalId":31123,"journal":{"name":"Emara Indonesian Journal of Architecture","volume":"144 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"76435729","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Oktavi Elok Hapsari, Muhamad Ratodi, Rafiika Narulita Sari
Taman sebagai ruang terbuka kota, dipercaya mampu memberikan kontribusi baik secara makro maupun mikro terhadap kualitas perkotaan dan penduduknya. Sebagai ajaran yang komprehensif, Islam pun telah mengatur panduan penataan lanskap dengan prinsip Islamic Garden. Penelitian ini bertujuan untuk mengobservasi bagaimana penerapan sembilan prinsip taman Islam dengan sejumlah parameter pada taman-taman kota di Surabaya, kota yang dikenal luas dengan keberadaan taman-taman kotanya. Dengan metode purposive sampling, ditentukan lima taman kota aktif pada lima wilayah kota Surabaya yang dijadikan objek pengamatan. Hasil observasi menunjukkan bahwa parameter urutan dan pola telah terpenuhi pada keseluruh lokasi amatan, khususnya terkait aspek keseimbangan besaran Ruang Terbuka Hijau dan Ruang Terbuka Non-Hijau serta Bentukan geometri yang terdapat di hampir seluruh taman. Sedangkan Taman Bungkul dan Taman Flora menjadi taman kota yang paling banyak memenuhi penerapan parameter Islamic Garden di Kota Surabaya
{"title":"Penerapan Prinsip Islamic Garden pada Taman Kota di Surabaya","authors":"Oktavi Elok Hapsari, Muhamad Ratodi, Rafiika Narulita Sari","doi":"10.29080/EIJA.V4I2.433","DOIUrl":"https://doi.org/10.29080/EIJA.V4I2.433","url":null,"abstract":"Taman sebagai ruang terbuka kota, dipercaya mampu memberikan kontribusi baik secara makro maupun mikro terhadap kualitas perkotaan dan penduduknya. Sebagai ajaran yang komprehensif, Islam pun telah mengatur panduan penataan lanskap dengan prinsip Islamic Garden. Penelitian ini bertujuan untuk mengobservasi bagaimana penerapan sembilan prinsip taman Islam dengan sejumlah parameter pada taman-taman kota di Surabaya, kota yang dikenal luas dengan keberadaan taman-taman kotanya. Dengan metode purposive sampling, ditentukan lima taman kota aktif pada lima wilayah kota Surabaya yang dijadikan objek pengamatan. Hasil observasi menunjukkan bahwa parameter urutan dan pola telah terpenuhi pada keseluruh lokasi amatan, khususnya terkait aspek keseimbangan besaran Ruang Terbuka Hijau dan Ruang Terbuka Non-Hijau serta Bentukan geometri yang terdapat di hampir seluruh taman. Sedangkan Taman Bungkul dan Taman Flora menjadi taman kota yang paling banyak memenuhi penerapan parameter Islamic Garden di Kota Surabaya","PeriodicalId":31123,"journal":{"name":"Emara Indonesian Journal of Architecture","volume":"18 1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-02-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90463989","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
La Ode Abdul Rachmad Sabdin Andisiri, Arman Faslih, M. Umar
Arsitektur tradisional Kulisusu ibarat sebuah kitab tertulis dengan ruang, bentuk dan symbol sebagai huruf-huruf yang bercerita. Kitab tersebut hanya dapat dibaca dengan pemahaman sejarah dan penjiwaan terhadap agama, keyakinan dan falsafah hidup masyarakat setempat. Bangunan Raha Bulelenga terdiri dari substansi ruhani dan materi dimana falsafah hidup, keyakinan dan agama telah ditransformasikan pada wujud fisik bangunan. Berdasarkan dari hal tersebut, bangunan Raha Bulelenga mengandung esensi kehidupan hakiki dan dijadikan sebagai sarana masyarakat tradisional Kulisusu untuk mewujudkan visi kehidupan. Penelitian ini bertujuan untuk mendokumentasikan konsepsi religius masyarakat tradisional Kulisusu yang menjiwai penampilan fisik bangunan Raha Bulelenga serta menemukan penerapan konsepsi religius masayarakat Kulisusu pada bangunan Raha Bulelenga. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Kulisusu pada kawasan benteng Lipu-Wa Pala dengan paradigma post-positivisme sebagai landasan penelitiannya dan menggunakan metode etnografi dengan pendekatan kualitatif. Aspek yang dianalisis meliputi konsepsi religius masyarakat tradisional Kulisusu pada saat pembangunan dan tingkatan hati manusia dalam ajaran Tasawuf. Hasil penelitian menunjukkan konsepsi religius masyarakat Kulisusu didasarkan kepada Undang-undang Islam Martabat tujuh sebagai paradigma arsitektur tradisional Kulisusu. Selain itu itu penelitian juga memperoleh gambaran tentang penerapan konsep religius martabat alam insani berupa tingkatan hati manusia pada bangunan Raha Bulelenga.
{"title":"Transformasi Prinsip Ajaran Islam Tasawuf pada Bangunan Raha Bulelenga","authors":"La Ode Abdul Rachmad Sabdin Andisiri, Arman Faslih, M. Umar","doi":"10.29080/EIJA.V4I2.416","DOIUrl":"https://doi.org/10.29080/EIJA.V4I2.416","url":null,"abstract":"Arsitektur tradisional Kulisusu ibarat sebuah kitab tertulis dengan ruang, bentuk dan symbol sebagai huruf-huruf yang bercerita. Kitab tersebut hanya dapat dibaca dengan pemahaman sejarah dan penjiwaan terhadap agama, keyakinan dan falsafah hidup masyarakat setempat. Bangunan Raha Bulelenga terdiri dari substansi ruhani dan materi dimana falsafah hidup, keyakinan dan agama telah ditransformasikan pada wujud fisik bangunan. Berdasarkan dari hal tersebut, bangunan Raha Bulelenga mengandung esensi kehidupan hakiki dan dijadikan sebagai sarana masyarakat tradisional Kulisusu untuk mewujudkan visi kehidupan. Penelitian ini bertujuan untuk mendokumentasikan konsepsi religius masyarakat tradisional Kulisusu yang menjiwai penampilan fisik bangunan Raha Bulelenga serta menemukan penerapan konsepsi religius masayarakat Kulisusu pada bangunan Raha Bulelenga. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Kulisusu pada kawasan benteng Lipu-Wa Pala dengan paradigma post-positivisme sebagai landasan penelitiannya dan menggunakan metode etnografi dengan pendekatan kualitatif. Aspek yang dianalisis meliputi konsepsi religius masyarakat tradisional Kulisusu pada saat pembangunan dan tingkatan hati manusia dalam ajaran Tasawuf. Hasil penelitian menunjukkan konsepsi religius masyarakat Kulisusu didasarkan kepada Undang-undang Islam Martabat tujuh sebagai paradigma arsitektur tradisional Kulisusu. Selain itu itu penelitian juga memperoleh gambaran tentang penerapan konsep religius martabat alam insani berupa tingkatan hati manusia pada bangunan Raha Bulelenga.","PeriodicalId":31123,"journal":{"name":"Emara Indonesian Journal of Architecture","volume":"25 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-01-29","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"87445574","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Currently the development of pesantren in Indonesia is very rapid, while there is still no concept that is used as a reference in designing of the dormitory building. There are several standards or references used in dormitories but currently only found for campus dormitories. In addition, there are some problems in pesantren dormitory such as infrastructure that is less supportive and very high occupancy density, therefore students make adaptations. This study aims to formulate the parameters used in designing pesantren based on preferences and adaptation. Preference is included because there is relationship between preference and adaptation. The method used is qualitative by comparing from some literatures. The results consist of thread of thought, determining of pesantren and variable, indicator used. There are five thread that used to formulated design concept, among others existing, typology, preference, adaptation and proposal design. Variable and indicators of activity, facility and environmental scope can be assessed on student preference and adaptation in any contexts and type of pesantren. Further, the upcoming result of parameter can be set as the underlying consideration for the designing of pesantren dormitory.
{"title":"Pesantren’s Dormitory Design Parameters Based on Student’s Preference and Adaptation","authors":"Mimin Aminah Yusuf, A. Hayati, M. Faqih","doi":"10.29080/EIJA.V4I2.395","DOIUrl":"https://doi.org/10.29080/EIJA.V4I2.395","url":null,"abstract":"Currently the development of pesantren in Indonesia is very rapid, while there is still no concept that is used as a reference in designing of the dormitory building. There are several standards or references used in dormitories but currently only found for campus dormitories. In addition, there are some problems in pesantren dormitory such as infrastructure that is less supportive and very high occupancy density, therefore students make adaptations. This study aims to formulate the parameters used in designing pesantren based on preferences and adaptation. Preference is included because there is relationship between preference and adaptation. The method used is qualitative by comparing from some literatures. The results consist of thread of thought, determining of pesantren and variable, indicator used. There are five thread that used to formulated design concept, among others existing, typology, preference, adaptation and proposal design. Variable and indicators of activity, facility and environmental scope can be assessed on student preference and adaptation in any contexts and type of pesantren. Further, the upcoming result of parameter can be set as the underlying consideration for the designing of pesantren dormitory. ","PeriodicalId":31123,"journal":{"name":"Emara Indonesian Journal of Architecture","volume":"2 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-01-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"73260293","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Kekayaan budaya dan keberagaman kondisi alam menyebabkan muncul keberagaman arsitektur di Nusantara. Arsitektur Nusantara yang beranekaragam, tetap dipandang oleh sebagian golongan sebagai sebuah kekunoan, dan ketidaklayakan untuk dijadikan sebagai hunian. Ketidaklayakan itu tergambarkan dari penggunaan material alami yang mudah lapuk atau aus, konstruksi dengan sambungan tanpa paku sehingga menyebabkan konstruksi rumah menjadi miring. Tulisan ini merupakan kajian terhadap penerapan teori vitruvius dalam arsitektur nusantara sekaligus pembuktian kelayakan huni bangunan arsitektur nusantara. Metode kualitatif digunakan dalam penelitian ini dengan melakukan studi literatur terhadap arsitektur Waerebo dan Toraja sebagai pembandingnya dan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap fenomena tersebut. Aspek Firmitas, Utilitas dan Venustas mulai dari material alami, konstruksi sebagai kekokohan dan keindahan arsitektur menjadi objek kajian yang diteliti. Hasil kajian menunjukkan arsitektur Nusantara juga memiliki tingkat kekokohan yang stabil dengan teknik konstruksi material alaminya yang khas. Pemaknaan utilitas pada bangunan arsitektur nusantara juga tidak tergambar dalam makna kegunaan atau fungsi bangunan melainkan kepada identitas status sosial. Sedangkan penerapan venustas terlihat pada ornamen, seni ukir dan teknik ikat. Hasil dari penelitian ini juga dimaksudkan untuk memberikan acuan teoretis tentang kekokohan, kegunaan, dan keindahan berbagai rumah adat di Nusantara yang dibangun dari material alami lokal saja
{"title":"Terapan Trilogi Vitruvius Dalam Arsitektur Nusantara","authors":"Josephine Roosandriantini","doi":"10.29080/EIJA.V4I2.267","DOIUrl":"https://doi.org/10.29080/EIJA.V4I2.267","url":null,"abstract":"Kekayaan budaya dan keberagaman kondisi alam menyebabkan muncul keberagaman arsitektur di Nusantara. Arsitektur Nusantara yang beranekaragam, tetap dipandang oleh sebagian golongan sebagai sebuah kekunoan, dan ketidaklayakan untuk dijadikan sebagai hunian. Ketidaklayakan itu tergambarkan dari penggunaan material alami yang mudah lapuk atau aus, konstruksi dengan sambungan tanpa paku sehingga menyebabkan konstruksi rumah menjadi miring. Tulisan ini merupakan kajian terhadap penerapan teori vitruvius dalam arsitektur nusantara sekaligus pembuktian kelayakan huni bangunan arsitektur nusantara. Metode kualitatif digunakan dalam penelitian ini dengan melakukan studi literatur terhadap arsitektur Waerebo dan Toraja sebagai pembandingnya dan untuk memberikan pemahaman yang lebih baik terhadap fenomena tersebut. Aspek Firmitas, Utilitas dan Venustas mulai dari material alami, konstruksi sebagai kekokohan dan keindahan arsitektur menjadi objek kajian yang diteliti. Hasil kajian menunjukkan arsitektur Nusantara juga memiliki tingkat kekokohan yang stabil dengan teknik konstruksi material alaminya yang khas. Pemaknaan utilitas pada bangunan arsitektur nusantara juga tidak tergambar dalam makna kegunaan atau fungsi bangunan melainkan kepada identitas status sosial. Sedangkan penerapan venustas terlihat pada ornamen, seni ukir dan teknik ikat. Hasil dari penelitian ini juga dimaksudkan untuk memberikan acuan teoretis tentang kekokohan, kegunaan, dan keindahan berbagai rumah adat di Nusantara yang dibangun dari material alami lokal saja","PeriodicalId":31123,"journal":{"name":"Emara Indonesian Journal of Architecture","volume":"34 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-01-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"86683954","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
This study aims to investigate and analyse design and optimisation methods of educational and recreational environments for educable mentally disabled children. This study is conducted using a descriptive-analytical method based on library research, documents and field surveys. The research studied sixty mentally disabled children aged 6-17 years, twenty instructors and sixty mothers through purposive sampling. Then the quantitative data of questionnaires and the qualitative data of interviews and paintings are analysed using SPSS and Excel. The results of this research determine the useful criteria used to design an attractive and friendly environment for mentally disabled children. In addition to promoting the sense of safety and security in these spaces, it improves recreational activities of mentally disabled children both individually and collectively.
{"title":"Analysis of Educational Spaces Design Methods for Educable Mentally Disable Children","authors":"S. Tabaeian, Neda Abbasi Kerdabadi, A. Abedi","doi":"10.29080/EIJA.V4I2.324","DOIUrl":"https://doi.org/10.29080/EIJA.V4I2.324","url":null,"abstract":"This study aims to investigate and analyse design and optimisation methods of educational and recreational environments for educable mentally disabled children. This study is conducted using a descriptive-analytical method based on library research, documents and field surveys. The research studied sixty mentally disabled children aged 6-17 years, twenty instructors and sixty mothers through purposive sampling. Then the quantitative data of questionnaires and the qualitative data of interviews and paintings are analysed using SPSS and Excel. The results of this research determine the useful criteria used to design an attractive and friendly environment for mentally disabled children. In addition to promoting the sense of safety and security in these spaces, it improves recreational activities of mentally disabled children both individually and collectively.","PeriodicalId":31123,"journal":{"name":"Emara Indonesian Journal of Architecture","volume":"2 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-03","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"83715375","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The road corridor in Pontianak City has different shading output depending on the sun orientation. The difference has caused a temperature difference that affects the pedestrian thermal comfort along the corridor. Identification and measurement of shading temperatures that occur due to buildings and trees were carried out for three days in each afternoon with relatively similar weather conditions. The road corridor that becomes the research location was at A. Yani St.-Gajah Mada St.-Tanjung Pura St., which has a North-South orientation and Teuku Umar St.-Diponegoro St.-Sisingamangaraja St., who has an East-West direction. The analysis phase is done by comparing the effectiveness of imagery produced by buildings and trees. After that, the identification and measurement results are compared with Indonesian thermal comfort standards SNI T-14-1993-03 to obtain suitable thermal comfort in the road corridors in Pontianak City.
Pontianak市的道路走廊根据太阳的方向有不同的明暗处理输出。这种差异导致了温度差异,影响了走廊沿线行人的热舒适性。在天气条件相对相似的情况下,每天下午对建筑物和树木造成的遮阳温度进行为期三天的识别和测量。成为研究地点的道路走廊位于A.Yani St.-Gajah Mada St.-Tanjung Pura St.(南北走向)和Teuku Umar St.-Diponegoro St.-Sisingamangaraja St.(东西走向)。分析阶段是通过比较建筑物和树木产生的图像的有效性来完成的。然后,将识别和测量结果与印尼热舒适性标准SNI T-14-1993-03进行比较,以获得蓬蒂亚纳克市道路走廊的适当热舒适性。
{"title":"Efektifitas Pembayangan yang dihasilkan Pohon dan Bangunan di Koridor Jalan Perkotaan Untuk Mencapai Kenyamanan Termal","authors":"Jockie Zudhy Fibrianto, M. Hilmy","doi":"10.29080/emara.v4i1.177","DOIUrl":"https://doi.org/10.29080/emara.v4i1.177","url":null,"abstract":"The road corridor in Pontianak City has different shading output depending on the sun orientation. The difference has caused a temperature difference that affects the pedestrian thermal comfort along the corridor. Identification and measurement of shading temperatures that occur due to buildings and trees were carried out for three days in each afternoon with relatively similar weather conditions. The road corridor that becomes the research location was at A. Yani St.-Gajah Mada St.-Tanjung Pura St., which has a North-South orientation and Teuku Umar St.-Diponegoro St.-Sisingamangaraja St., who has an East-West direction. The analysis phase is done by comparing the effectiveness of imagery produced by buildings and trees. After that, the identification and measurement results are compared with Indonesian thermal comfort standards SNI T-14-1993-03 to obtain suitable thermal comfort in the road corridors in Pontianak City.","PeriodicalId":31123,"journal":{"name":"Emara Indonesian Journal of Architecture","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-08-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44547314","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}