This article aims to describe political movement of employer (tauke) and kiai in Madura showing a significant role of their economic and religious capitals that have become basic of political movement to influence their society. They try to install their power by participating in a certain political party for occupying strategic positions either in village or regional level. An effort building connections with others local elites becomes one of political strategies in occupying structural power. In the one hand, Tauke are non-indigeneous people as Chinese ethnic and the other hand kiai are indigenous people as Madurese, they are having different basic resources of power. In the some case, they combined the power as political strategy to appease local democratic election (Pilkada) in Pamekasan Madura. By paying attention in a tobacco trade case, the power relation among employer, trader and broker is actually oriented towards managing huge profit in process. Finally, within elite's perspective, capital economics, cultural, social, and religion are always operated in all matter. Artikel ini bertujuan untuk menggambarkan gerakan politik pengusaha (tauke) dan kiai di Madura yang menunjukkan peran penting ibu kota ekonomi dan agama mereka yang telah menjadi dasar gerakan politik untuk mempengaruhi masyarakat mereka. Mereka mencoba memasang kekuatan mereka dengan berpartisipasi dalam partai politik tertentu untuk menduduki posisi strategis baik di tingkat desa maupun di tingkat regional. Upaya membangun hubungan dengan elite lokal lainnya menjadi salah satu strategi politik dalam menduduki kekuatan struktural. Di satu sisi, Tauke adalah orang-orang non-indigeneous karena etnis Tionghoa dan di sisi lain kiai adalah penduduk asli orang Madura, mereka memiliki sumber daya dasar yang berbeda. Dalam beberapa kasus, mereka menggabungkan kekuatan tersebut sebagai strategi politik untuk menenangkan Pilkada di Pamekasan Madura. Dengan memperhatikan kasus perdagangan tembakau, hubungan kekuasaan antara pengusaha, pedagang dan broker sebenarnya berorientasi pada pengelolaan keuntungan besar dalam proses. Akhirnya, dalam perspektif elit, ekonomi modal, budaya, sosial, dan agama selalu dioperasikan dalam segala hal.
本文旨在描述马杜拉的雇主(tauke)和kiai的政治运动,显示其经济和宗教资本的重要作用,这些资本已成为影响其社会的政治运动的基础。他们试图通过参加某个政党来占据村庄或地区一级的战略地位。与其他地方精英建立联系的努力成为占领结构性权力的政治策略之一。一方面,陶克是像华人一样的非土著民族,另一方面,凯伊是像马杜罗人一样的土著民族,他们拥有不同的基本权力资源。在某些情况下,他们将权力作为政治策略结合起来,以安抚帕梅卡桑马杜拉的地方民主选举(Pilkada)。在烟草交易案例中,雇主、交易者和经纪人之间的权力关系实际上是为了管理过程中的巨额利润。最后,在精英的观点中,资本经济、文化、社会和宗教总是在所有事物中起作用。我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是,我的意思是。Mereka mencoba memasang kekuatan Mereka dengan berpartisipasi dalam parti politikterntuk menduduki posisi strategy baik di tingkat desa maupun di tingkat region。Upaya成员bangun hubungan dengan精英地方ainnya menjadi salah satu strategi politik dalam menduduki kekuatan结构。Di satu sisi, Tauke adalah orange - orange非土著karena etnis Tionghoa dan Di sisi lain kiai adalah penduduk asli orang Madura, mereka memoriliki sumber daya dasar yang berbeda。我的前任,我的前任,我的前任,我的前任,我的前任,我的前任,我的前任,我的前任。登根成员perhatikan kasus perdagangan tembakau, hubungan kekuasaan antara pengusaha,教师和经纪人sebenarnya berorientaspada pengelolaan keuntunan besar dalam prose。Akhirnya, dalam视角,经济模式,budaya,社会,dan agama selalu dioperasikan dalam segala hal。
{"title":"AGAMA, ETNIS DAN POLITIK DALAM PANGGUNG KEKUASAAN: Dinamika Politik Tauke Dan Kiai Di Madura","authors":"M. Zamroni","doi":"10.18860/EL.V10I1.4596","DOIUrl":"https://doi.org/10.18860/EL.V10I1.4596","url":null,"abstract":"This article aims to describe political movement of employer (tauke) and kiai in Madura showing a significant role of their economic and religious capitals that have become basic of political movement to influence their society. They try to install their power by participating in a certain political party for occupying strategic positions either in village or regional level. An effort building connections with others local elites becomes one of political strategies in occupying structural power. In the one hand, Tauke are non-indigeneous people as Chinese ethnic and the other hand kiai are indigenous people as Madurese, they are having different basic resources of power. In the some case, they combined the power as political strategy to appease local democratic election (Pilkada) in Pamekasan Madura. By paying attention in a tobacco trade case, the power relation among employer, trader and broker is actually oriented towards managing huge profit in process. Finally, within elite's perspective, capital economics, cultural, social, and religion are always operated in all matter. Artikel ini bertujuan untuk menggambarkan gerakan politik pengusaha (tauke) dan kiai di Madura yang menunjukkan peran penting ibu kota ekonomi dan agama mereka yang telah menjadi dasar gerakan politik untuk mempengaruhi masyarakat mereka. Mereka mencoba memasang kekuatan mereka dengan berpartisipasi dalam partai politik tertentu untuk menduduki posisi strategis baik di tingkat desa maupun di tingkat regional. Upaya membangun hubungan dengan elite lokal lainnya menjadi salah satu strategi politik dalam menduduki kekuatan struktural. Di satu sisi, Tauke adalah orang-orang non-indigeneous karena etnis Tionghoa dan di sisi lain kiai adalah penduduk asli orang Madura, mereka memiliki sumber daya dasar yang berbeda. Dalam beberapa kasus, mereka menggabungkan kekuatan tersebut sebagai strategi politik untuk menenangkan Pilkada di Pamekasan Madura. Dengan memperhatikan kasus perdagangan tembakau, hubungan kekuasaan antara pengusaha, pedagang dan broker sebenarnya berorientasi pada pengelolaan keuntungan besar dalam proses. Akhirnya, dalam perspektif elit, ekonomi modal, budaya, sosial, dan agama selalu dioperasikan dalam segala hal.","PeriodicalId":31198,"journal":{"name":"El Harakah","volume":"418 1","pages":"13-30"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-04-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41291065","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Language consists of words organized based on grammar (Al-Qawaid alLughowiyyah) to construct sentences and of sound system representing specific meaning. Listening comprehension (Al-Maharah al Istima') is a skill in analyzing Arabic speech sounds to understand the text messages. Therefore, in practice it does not only need an understanding of textual meaning that refers to dictionary meaning (lexical meaning) or grammatical meaning, but also should take into account the linguistic aspects, that is, grammar (Nahwu and Sharf) and semantic unit (Ashwat). Considering the phenomena, the writer wants to discuss the problems based on Chomsky's theory oflnnovative-Transformative Grammar. The data supported this analysis are from Surah Al-Waqi' ah 77-79. The result of analysis is expected to prove the truth of the existing assumption. Bahasa terdiri dari kata-kata yang disusun berdasarkan tatabahasa (Al-Qawaid alLughowiyyah) untuk membangun kalimat dan sistem suara yang mewakili makna tertentu. Pemahaman pendengaran (Al-Maharah al Istima ') adalah keterampilan dalam menganalisis suara pidato bahasa Arab untuk memahami pesan teks. Oleh karena itu, dalam praktiknya, tidak hanya memerlukan pemahaman tentang makna tekstual yang mengacu pada makna kamus (makna leksikal) atau makna gramatikal, namun juga harus memperhatikan aspek linguistik, yaitu tata bahasa (Nahwu dan Sharf) dan unit semantik ( Ashwat). Dengan mempertimbangkan fenomena tersebut, penulis ingin membahas permasalahan berdasarkan teori Chofsky-Transformative Grammar. Data yang didukung analisis ini berasal dari Surah Al-Waqi 'ah 77-79. Hasil analisis diharapkan bisa membuktikan kebenaran asumsi yang ada.
语言由根据语法(Al-Qawaid alLughowiyyah)组织起来的词和代表特定意义的声音系统组成。听力理解(al - maharah al Istima)是一种分析阿拉伯语语音以理解文本信息的技能。因此,在实践中,不仅需要对文本意义的理解,即词典意义(词汇意义)或语法意义,还需要考虑语言方面,即语法(Nahwu和Sharf)和语义单位(Ashwat)。针对这一现象,笔者试图从乔姆斯基的创新转换语法理论出发,对这一问题进行探讨。支持这一分析的数据来自苏拉77-79。分析结果有望证明现有假设的正确性。Bahasa terdiri dari kata-kata yang disusun berdasarkan tatabahasa (Al-Qawaid alLughowiyyah) untuk membangunn kalimat dan system suara yang mewakili makna tertentu。阿拉伯语:伊斯兰教的宗教信仰,伊斯兰教的宗教信仰,伊斯兰教的宗教信仰。蒙古语,蒙古语,蒙古语,蒙古语,蒙古语,蒙古语,蒙古语,蒙古语,蒙古语,蒙古语,蒙古语,蒙古语,蒙古语,蒙古语,蒙古语,蒙古语,蒙古语,蒙古语,蒙古语,蒙古语。在乔夫斯基的《转换语法》中,邓根语对翻译现象的理解是简单的,而对翻译现象的理解是简单的。数据yang didukung分析ini berasal dari苏拉Al-Waqi 'ah 77-79。Hasil分析diharapkan bisa memkbuktikan kebenaran假设yang ada。
{"title":"ANALISIS TEKS WACANA ISTIMA': Tinjauan Teori Inovatif Transformatif terhadap Surat At-Waqi'ah Ayat 77-79","authors":"Slamet Daroini","doi":"10.18860/EL.V8I2.4754","DOIUrl":"https://doi.org/10.18860/EL.V8I2.4754","url":null,"abstract":"Language consists of words organized based on grammar (Al-Qawaid alLughowiyyah) to construct sentences and of sound system representing specific meaning. Listening comprehension (Al-Maharah al Istima') is a skill in analyzing Arabic speech sounds to understand the text messages. Therefore, in practice it does not only need an understanding of textual meaning that refers to dictionary meaning (lexical meaning) or grammatical meaning, but also should take into account the linguistic aspects, that is, grammar (Nahwu and Sharf) and semantic unit (Ashwat). Considering the phenomena, the writer wants to discuss the problems based on Chomsky's theory oflnnovative-Transformative Grammar. The data supported this analysis are from Surah Al-Waqi' ah 77-79. The result of analysis is expected to prove the truth of the existing assumption. Bahasa terdiri dari kata-kata yang disusun berdasarkan tatabahasa (Al-Qawaid alLughowiyyah) untuk membangun kalimat dan sistem suara yang mewakili makna tertentu. Pemahaman pendengaran (Al-Maharah al Istima ') adalah keterampilan dalam menganalisis suara pidato bahasa Arab untuk memahami pesan teks. Oleh karena itu, dalam praktiknya, tidak hanya memerlukan pemahaman tentang makna tekstual yang mengacu pada makna kamus (makna leksikal) atau makna gramatikal, namun juga harus memperhatikan aspek linguistik, yaitu tata bahasa (Nahwu dan Sharf) dan unit semantik ( Ashwat). Dengan mempertimbangkan fenomena tersebut, penulis ingin membahas permasalahan berdasarkan teori Chofsky-Transformative Grammar. Data yang didukung analisis ini berasal dari Surah Al-Waqi 'ah 77-79. Hasil analisis diharapkan bisa membuktikan kebenaran asumsi yang ada.","PeriodicalId":31198,"journal":{"name":"El Harakah","volume":"8 1","pages":"277-286"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-01-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46136980","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Education is a process of individual continuously learning and adaptation to the cultural values and social ideals. Education is a comprehensive process including all the aspects of life to prepare them to be able to face all the challenges. Considering the definition, we will see how dominant the aspects of human life style management in order to be in accordance with the universe are. An education process is expected to produce tolerance, egalitarianism, and skills to actualize one's self in the constellation of human life dynamics. It is also expected to produce peace and harmony as a part of ideal community with the educated people as the members. It means that the education process is considered failed if it produces totalitarian cannibalism that can easily arouse conflicts among people. Therefore, the understanding of an ideal Islamic education that is accommodative to the values of plurality and brotherhood among people should emerge. Finally, the values can be the source of aspiration in rearranging the religious concept of this nation to regain the peace that has once been disappeared because of the conflict among the religious communities, through education Pendidikan adalah proses individu yang terus belajar dan beradaptasi dengan nilai budaya dan cita-cita sosial. Pendidikan adalah proses yang komprehensif termasuk semua aspek kehidupan untuk mempersiapkan mereka untuk dapat menghadapi semua tantangan. Dengan mempertimbangkan definisinya, kita akan melihat betapa dominannya aspek manajemen gaya hidup manusia agar sesuai dengan alam semesta tersebut. Proses pendidikan diharapkan bisa menghasilkan toleransi, egalitarianisme, dan keterampilan untuk mengaktualisasikan diri seseorang dalam konvergensi dinamika kehidupan manusia. Hal ini juga diharapkan dapat menghasilkan kedamaian dan harmoni sebagai bagian dari komunitas ideal dengan orang-orang terpelajar sebagai anggotanya. Artinya, proses pendidikan dianggap gagal jika menghasilkan kanibalisme totaliter yang bisa dengan mudah menimbulkan konflik antar manusia. Oleh karena itu, pemahaman tentang pendidikan Islam ideal yang akomodatif terhadap nilai pluralitas dan persaudaraan antarmanusia diharapkan muncul. Akhirnya, nilai-nilai bisa menjadi sumber aspirasi dalam menata ulang konsep religius bangsa ini untuk mendapatkan kembali kedamaian yang dulunya lenyap karena konflik antar umat beragama, melalui pendidikan.
教育是个人不断学习和适应文化价值观和社会理想的过程。教育是一个全面的过程,包括生活的各个方面,使他们能够面对所有的挑战。考虑到这个定义,我们将看到人类生活方式管理的各个方面如何占主导地位,以便与宇宙相一致。教育过程被期望产生宽容,平等主义,以及在人类生命动态的星座中实现自我的技能。它也被期望产生和平与和谐,作为一个理想社区的一部分,有受过教育的人作为成员。这意味着,如果教育过程中产生了容易引发人与人之间矛盾的极权主义的同类相食,那么教育过程就是失败的。因此,人们应该理解一种理想的伊斯兰教育,它能适应人们之间多元化和兄弟情谊的价值观。最后,价值观可以成为重新安排这个国家的宗教观念的愿望的源泉,重新获得曾经因宗教团体之间的冲突而消失的和平,通过教育Pendidikan adalah proses individual yang terus belajar dan beradaptasi dengan nilai budaya dan cita-cita - cita-cita -社会。彭迪迪坎·阿达拉赫提出了杨综合的termasuk semua, kehidupan untuk成员,kehidupan mereka untuk dapat menghadapi semua tantanangan。登干成员的定义,北上登干成员的定义,北上登干成员的定义,北上登干成员的定义,北上登干成员的定义,北上登干成员的定义,北上登干成员的定义,北上登干成员的定义,北上登干成员的定义,北上登干成员的定义。散文:pendidikan diharapkan bisa menghasilkan宽容,平等主义,但keterampilan untuk mengaktualisasikan diri seseorang dalam konvergensi dinamika kehidupan手稿。哈尔尼juga diharapkan dapat menghasilkan kedamaian danharmoni sebagai bagian dari komunitas理想的登甘,橘色,橘色,terpelajar sebagai anggoanya。阿提亚,作者:彭迪迪坎,dianggap, gagal, jika, menghasilkan, kanibalisme, totaliter, yang bisa, dengan, mudah, menimbulkan, konflik, antar,手稿。伊斯兰教的理想,即伊斯兰教的多元主义,即伊斯兰教的多元主义,即伊斯兰教的多元主义。在这里,你可以看到,在这里,你可以看到,在这里,你可以看到,在这里,你可以看到,在这里,你可以看到,在这里,你可以看到,在这里,你可以看到,在这里,你可以看到,在这里,你可以看到,在这里,你可以看到。
{"title":"PENDIDIKAN ISLAM DAN KERUKUNAN: Sebuah Refleksi terhadap Konflik antar Pemeluk Agama di Indonesia","authors":"M. S. Fauzi","doi":"10.18860/EL.V8I2.4750","DOIUrl":"https://doi.org/10.18860/EL.V8I2.4750","url":null,"abstract":"Education is a process of individual continuously learning and adaptation to the cultural values and social ideals. Education is a comprehensive process including all the aspects of life to prepare them to be able to face all the challenges. Considering the definition, we will see how dominant the aspects of human life style management in order to be in accordance with the universe are. An education process is expected to produce tolerance, egalitarianism, and skills to actualize one's self in the constellation of human life dynamics. It is also expected to produce peace and harmony as a part of ideal community with the educated people as the members. It means that the education process is considered failed if it produces totalitarian cannibalism that can easily arouse conflicts among people. Therefore, the understanding of an ideal Islamic education that is accommodative to the values of plurality and brotherhood among people should emerge. Finally, the values can be the source of aspiration in rearranging the religious concept of this nation to regain the peace that has once been disappeared because of the conflict among the religious communities, through education Pendidikan adalah proses individu yang terus belajar dan beradaptasi dengan nilai budaya dan cita-cita sosial. Pendidikan adalah proses yang komprehensif termasuk semua aspek kehidupan untuk mempersiapkan mereka untuk dapat menghadapi semua tantangan. Dengan mempertimbangkan definisinya, kita akan melihat betapa dominannya aspek manajemen gaya hidup manusia agar sesuai dengan alam semesta tersebut. Proses pendidikan diharapkan bisa menghasilkan toleransi, egalitarianisme, dan keterampilan untuk mengaktualisasikan diri seseorang dalam konvergensi dinamika kehidupan manusia. Hal ini juga diharapkan dapat menghasilkan kedamaian dan harmoni sebagai bagian dari komunitas ideal dengan orang-orang terpelajar sebagai anggotanya. Artinya, proses pendidikan dianggap gagal jika menghasilkan kanibalisme totaliter yang bisa dengan mudah menimbulkan konflik antar manusia. Oleh karena itu, pemahaman tentang pendidikan Islam ideal yang akomodatif terhadap nilai pluralitas dan persaudaraan antarmanusia diharapkan muncul. Akhirnya, nilai-nilai bisa menjadi sumber aspirasi dalam menata ulang konsep religius bangsa ini untuk mendapatkan kembali kedamaian yang dulunya lenyap karena konflik antar umat beragama, melalui pendidikan.","PeriodicalId":31198,"journal":{"name":"El Harakah","volume":"8 1","pages":"217-227"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-01-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42331992","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Many issues on "Modernism" and "Fundamentalism" prove the development of ideologies and sects as religious, social, and politic phenomena existing in society. Nevertheless, this study aims to focus on the religious phenomena only because each of the ideologies and sects cannot be separated from its historical root that is related much to the problems of Christian development in western countries. Furthermore, this study results from intellectual exploration that is able to find out and sketch the characteristics of "Modernism" and "Fundamentalism" as religious phenomena existing in society. As a result, it can finally distinguish the typology of social communities that include in the category of each ideology. Moreover, it explains that that various performances of religious movements in society can be included in the typology of each ideology Banyak isu tentang "Modernisme" dan "Fundamentalisme" membuktikan perkembangan ideologi dan sekte sebagai fenomena agama, sosial, dan politik yang ada di masyarakat. Namun demikian, penelitian ini bertujuan untuk fokus pada fenomena keagamaan hanya karena masing-masing ideologi dan sekte tidak dapat dipisahkan dari akar historisnya yang terkait dengan masalah perkembangan Kristen di negara-negara barat. Selanjutnya, hasil penelitian ini berasal dari eksplorasi intelektual yang mampu mengetahui dan membuat sketsa karakteristik "Modernisme" dan "Fundamentalisme" sebagai fenomena religius yang ada di masyarakat. Akibatnya, akhirnya bisa membedakan tipologi komunitas sosial yang termasuk dalam kategori masing-masing ideologi. Terlebih lagi, ini menjelaskan bahwa berbagai pertunjukan gerakan keagamaan di masyarakat dapat dimasukkan dalam tipologi masing-masing ideologi
许多关于“现代主义”和“原教旨主义”的问题证明了意识形态和教派的发展是存在于社会中的宗教、社会和政治现象。然而,本研究之所以着眼于宗教现象,只是因为每一种意识形态和教派都离不开其历史根源,这与西方国家基督教发展的问题有很大关系。此外,这一研究是智力探索的结果,能够发现和描绘出“现代主义”和“原教旨主义”作为宗教现象存在于社会中的特征。因此,它最终可以区分社会群体的类型学,包括在每个意识形态的范畴。此外,它还解释了宗教运动在社会中的各种表现可以包括在每种意识形态的类型学中。Banyak isu tentang“现代主义”和“原教旨主义”。membuktikan perkembangan ideology dan sekte sebagai现象。Namun demikian, penelitian ini bertujuan untuk聚焦于政治现象keagamaan hanya karena - masmasan - masmasaan - masmasaan - masmasaan - masmasaan -negara - barat - negara-negara。Selanjutnya, hasil penelitian, ini berassal, dari, eksplorasi知识分子yang mampu mengetahui,成员,sketsa karakterisist“现代主义”和“原教旨主义”sebagai现象religius yang ada di masyarakat。秋叶,秋叶,秋叶,秋叶,秋叶,秋叶,秋叶,秋叶,秋叶,秋叶,秋叶,秋叶,秋叶Terlebih lagi, ini menjelaskan bahwa berbagai pertunjukan gerakan keagamaan di masyarakat dapat dimasukkan dalam tipologi masmasukkan意识形态
{"title":"MODERNISME DAN FUNDAMENTALISME SEBAGAI FENOMENA GERAKAN KEAGAMAAN DALAM SOSIAL MASYARAKAT","authors":"Mohammad Asrori Alfa","doi":"10.18860/el.v8i2.4749","DOIUrl":"https://doi.org/10.18860/el.v8i2.4749","url":null,"abstract":"Many issues on \"Modernism\" and \"Fundamentalism\" prove the development of ideologies and sects as religious, social, and politic phenomena existing in society. Nevertheless, this study aims to focus on the religious phenomena only because each of the ideologies and sects cannot be separated from its historical root that is related much to the problems of Christian development in western countries. Furthermore, this study results from intellectual exploration that is able to find out and sketch the characteristics of \"Modernism\" and \"Fundamentalism\" as religious phenomena existing in society. As a result, it can finally distinguish the typology of social communities that include in the category of each ideology. Moreover, it explains that that various performances of religious movements in society can be included in the typology of each ideology Banyak isu tentang \"Modernisme\" dan \"Fundamentalisme\" membuktikan perkembangan ideologi dan sekte sebagai fenomena agama, sosial, dan politik yang ada di masyarakat. Namun demikian, penelitian ini bertujuan untuk fokus pada fenomena keagamaan hanya karena masing-masing ideologi dan sekte tidak dapat dipisahkan dari akar historisnya yang terkait dengan masalah perkembangan Kristen di negara-negara barat. Selanjutnya, hasil penelitian ini berasal dari eksplorasi intelektual yang mampu mengetahui dan membuat sketsa karakteristik \"Modernisme\" dan \"Fundamentalisme\" sebagai fenomena religius yang ada di masyarakat. Akibatnya, akhirnya bisa membedakan tipologi komunitas sosial yang termasuk dalam kategori masing-masing ideologi. Terlebih lagi, ini menjelaskan bahwa berbagai pertunjukan gerakan keagamaan di masyarakat dapat dimasukkan dalam tipologi masing-masing ideologi","PeriodicalId":31198,"journal":{"name":"El Harakah","volume":"8 1","pages":"199-216"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-01-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47156641","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
In the process of the development of intellectualism, Moslem scholars were successful to make a dynamic atmosphere in Islamic thoughts to point out. Their popular and well-socialized thoughts develop and bring positive impact on the knowledge and the perception of religion in the society. The development of the scholar's Islamic thought has different characteristic and pattern which is interesting to analyse. The purpose of this paper is to explore the Islamic thought especially those which were written in daily newspaper Jawa Pos during the Ramadhan 1425 H. The essays written by some Moslem scholars have different characteristic as the understandings about fasting are varied. The scholars have different perception on it. The different point of view creates different way of thinking covering formalistic, transformatic, realistic, and Idealistic which all lead to sociocultural change. Dalam proses pengembangan intelektualisme, ulama muslim berhasil membuat suasana dinamis dalam pemikiran Islam untuk ditunjukkan. Pikiran mereka yang populer dan disosialisasikan dengan baik berkembang dan membawa dampak positif pada pengetahuan dan persepsi agama di masyarakat. Perkembangan pemikiran Islam cendekiawan memiliki karakteristik dan pola yang berbeda yang menarik untuk dianalisis. Tujuan makalah ini adalah untuk menggali pemikiran Islam terutama yang ditulis di surat kabar Jawa Pos selama bulan Ramadhan 1425 H. Esai yang ditulis oleh beberapa ilmuwan muslim memiliki karakteristik yang berbeda karena pemahaman tentang puasa bervariasi. Para ilmuwan memiliki persepsi yang berbeda mengenai hal itu. Sudut pandang yang berbeda menciptakan cara berpikir yang berbeda yang mencakup formalistik, transformasional, realistis, dan Idealistik yang semuanya mengarah pada perubahan sosiokultural.
在理智主义的发展过程中,穆斯林学者成功地将伊斯兰思想中的动态氛围加以指出。他们的思想大众化、社会化程度高,对社会对宗教的认识和认知产生了积极的影响。学者伊斯兰思想的发展具有不同的特点和模式,值得分析。本文的目的是探讨伊斯兰教的思想,特别是在1425年斋月期间写在《爪哇邮报》上的那些文章。由于对斋戒的理解各不相同,一些穆斯林学者的文章也有不同的特点。学者们对此有不同的看法。不同的观点创造了不同的思维方式,包括形式主义、变革主义、现实主义和理想主义,这些都导致了社会文化的变革。Dalam提出了pengembangan知识分子主义,穆斯林berhasil成员suasana dinamis Dalam pemikiran Islam untuk ditunjukkan。Pikiran mereka yang受欢迎,但disosialisasikan dengan baik berkembang,但membawa danpak,积极的pgetahuan,但persepsi agama di masyarakat。Perkembangan pemikiran Islam cendekiawan memiliki karakteristik dan pola yang berbeda yang menarik untuk dianalis。公元1425年,伊斯兰教教义教义,教义教义,教义教义,教义教义,教义教义,教义教义,教义教义,教义教义,教义教义,教义教义,教义教义,教义教义,教义教义。Para ilmuwan memoriliki persepsi yang berbeda mengenai hal。Sudut pandang yang berbeda menciptakan cara berpikir yang berbeda yang menencakup形式主义,转型主义,现实主义,但理想主义yang semuanya mengarah padperubahan社会文化。
{"title":"TIPOLOGI PEMIKIRAN CENDEKIAWAN MUSLIM","authors":"R. Ridwan, Abdul Wahab Rosyidi","doi":"10.18860/el.v8i2.4751","DOIUrl":"https://doi.org/10.18860/el.v8i2.4751","url":null,"abstract":"In the process of the development of intellectualism, Moslem scholars were successful to make a dynamic atmosphere in Islamic thoughts to point out. Their popular and well-socialized thoughts develop and bring positive impact on the knowledge and the perception of religion in the society. The development of the scholar's Islamic thought has different characteristic and pattern which is interesting to analyse. The purpose of this paper is to explore the Islamic thought especially those which were written in daily newspaper Jawa Pos during the Ramadhan 1425 H. The essays written by some Moslem scholars have different characteristic as the understandings about fasting are varied. The scholars have different perception on it. The different point of view creates different way of thinking covering formalistic, transformatic, realistic, and Idealistic which all lead to sociocultural change. Dalam proses pengembangan intelektualisme, ulama muslim berhasil membuat suasana dinamis dalam pemikiran Islam untuk ditunjukkan. Pikiran mereka yang populer dan disosialisasikan dengan baik berkembang dan membawa dampak positif pada pengetahuan dan persepsi agama di masyarakat. Perkembangan pemikiran Islam cendekiawan memiliki karakteristik dan pola yang berbeda yang menarik untuk dianalisis. Tujuan makalah ini adalah untuk menggali pemikiran Islam terutama yang ditulis di surat kabar Jawa Pos selama bulan Ramadhan 1425 H. Esai yang ditulis oleh beberapa ilmuwan muslim memiliki karakteristik yang berbeda karena pemahaman tentang puasa bervariasi. Para ilmuwan memiliki persepsi yang berbeda mengenai hal itu. Sudut pandang yang berbeda menciptakan cara berpikir yang berbeda yang mencakup formalistik, transformasional, realistis, dan Idealistik yang semuanya mengarah pada perubahan sosiokultural.","PeriodicalId":31198,"journal":{"name":"El Harakah","volume":"8 1","pages":"229-244"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-01-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46745112","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Every society will not remain in one condition only, but undergoing continuous change in its various aspects; social, economic, and political. No single society is fixed and unchanged. Therefore, it can be said that every society is changing, and always changing. The educational curriculum must be flexible and can be improved. If there are substantial changes occurring within a society, the educational curriculum needs to be reviewed so that it can go hand in hand with the change, then its value and function can serve as a correct tool for educating the children of the community. If not, then the educational curriculum will become something foreign, which is no longer suitable for the people who have undergone a change. The educational curriculum is required to give sufficient attention to the orientation of the phenomenon, the extent of its impact and its influence on people's lives. Setiap masyarakat tidak akan tetap berada dalam satu kondisi saja, tetapi mengalami perubahan secara terus menerus dalam berbagai aspeknya; sosial, ekonomi, dan politik. Tidak ada satu masyarakat pun yang tetap dan tidak berubah. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa setiap masyarakat itu mengalami perubahan, dan senantiasa berubah. Kurikulum pendidikan itu harus lentur dan bisa diperbaiki. Jika ada perubahan mencasar yang terjadi di dalam suatu masyarakat, maka kurikulum pendidikannya perlu ditinjau kembali agar dapat berjalan seiring dengan perubahan tersebut, lalu nilai dan fungsinya dapat dijadikan sebagai satu perangkat yang benar untuk mendidik anak-anak masyarakat. Jika tidak, maka kurikulum pendidikan tersebut akan menjadi sesuatu yang asing, yang tidak cocok lagi untuk masyarakatnya yang telah mengalami perubahan. Kurikulum pendidikan dituntut untuk memberikan perhatian yang cukup kepada orientasi fenomena, sejauh mana dampak dan pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat.
{"title":"PERUBAHAN SOSIAL DAN PENGARUHNYA TERHADAP PERUBAHAN KURIKULUM PENDIDIKAN","authors":"A. Ibrahim, Bakhruddin Fannani","doi":"10.18860/el.v2i1.4740","DOIUrl":"https://doi.org/10.18860/el.v2i1.4740","url":null,"abstract":"Every society will not remain in one condition only, but undergoing continuous change in its various aspects; social, economic, and political. No single society is fixed and unchanged. Therefore, it can be said that every society is changing, and always changing. The educational curriculum must be flexible and can be improved. If there are substantial changes occurring within a society, the educational curriculum needs to be reviewed so that it can go hand in hand with the change, then its value and function can serve as a correct tool for educating the children of the community. If not, then the educational curriculum will become something foreign, which is no longer suitable for the people who have undergone a change. The educational curriculum is required to give sufficient attention to the orientation of the phenomenon, the extent of its impact and its influence on people's lives. Setiap masyarakat tidak akan tetap berada dalam satu kondisi saja, tetapi mengalami perubahan secara terus menerus dalam berbagai aspeknya; sosial, ekonomi, dan politik. Tidak ada satu masyarakat pun yang tetap dan tidak berubah. Oleh sebab itu, dapat dikatakan bahwa setiap masyarakat itu mengalami perubahan, dan senantiasa berubah. Kurikulum pendidikan itu harus lentur dan bisa diperbaiki. Jika ada perubahan mencasar yang terjadi di dalam suatu masyarakat, maka kurikulum pendidikannya perlu ditinjau kembali agar dapat berjalan seiring dengan perubahan tersebut, lalu nilai dan fungsinya dapat dijadikan sebagai satu perangkat yang benar untuk mendidik anak-anak masyarakat. Jika tidak, maka kurikulum pendidikan tersebut akan menjadi sesuatu yang asing, yang tidak cocok lagi untuk masyarakatnya yang telah mengalami perubahan. Kurikulum pendidikan dituntut untuk memberikan perhatian yang cukup kepada orientasi fenomena, sejauh mana dampak dan pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat.","PeriodicalId":31198,"journal":{"name":"El Harakah","volume":"2 1","pages":"57-68"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-01-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49084060","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
A careful examination of the human rights portrait that develops in the reality of macro society, it seems that the theme can not be separated from the theoretical scientists who are considered to still have relevance. Human rights concepts emerging from individuals will always contradict the offer of human rights concepts born from institutions, ranging from micro to macro (state institutions). Because in practice the tendency of the concept of human rights will always be closely related to the interests of the ruler of each of the human rights concept creators. Human rights in Islam have never been suspected as a historical product arising from ideological thought, but it has a theological dimension. Of course in the future all will be accountable before the Divine. In kasamya human rights in the view of Islam is not as a result of political development, but human rights that are transcendently transcribed for the benefit of humans through the Islamic Shariah derived through His revelation. Where is this all encouraged by a belief to raise the dignity of humanity as a noble creature. Mengamati secara cermat potret HAM yang berkembang dalam realitas masyarakat makro, nampaknya tema tersebut belum bisa lepas dari teoriteori ilmuan yang dianggap masih memiliki relevansi. Konsep HAM yang muncul dari individu akan selalu berseberangan dengan tawaran konsep HAM yang lahir dari institusi, mulai dari yang mikro hingga yang makro (institusi kenegaraan). Karena dalam prakteknya kecenderungan konsep HAM akan selalu berkaitan erat dengan kepentingan penguasa dari masing-masing pembuat konsep HAM tersebut. HAM dalam Islam tidak pemah diduga sebagai produk historik yang muncul dari pemikiran ideologis, melainkan ia memiliki dimensi teologis. Tentu kelak ini semua akan dipertanggung jawabkan dihadapan Ilahi. Secara kasamya HAM dalam pandangan Islam bukanlah sebagai akibat dari perkembangan politik, melainkan hak asasi yang tertuang secara transeden untuk kepentingan manusia melalui syariat Islam yang diturunkan lewat wahyu-Nya. Dimana ini semua disemangati oleh satu keyakinan untuk mengangkat harkat kemanusiaan sebagai makhluk yang luhur.
{"title":"ISLAM DAN HAM: Tarik Menarik antara Absolutisme dan Relativisme)","authors":"Roibin Roibin","doi":"10.18860/EL.V2I1.4723","DOIUrl":"https://doi.org/10.18860/EL.V2I1.4723","url":null,"abstract":"A careful examination of the human rights portrait that develops in the reality of macro society, it seems that the theme can not be separated from the theoretical scientists who are considered to still have relevance. Human rights concepts emerging from individuals will always contradict the offer of human rights concepts born from institutions, ranging from micro to macro (state institutions). Because in practice the tendency of the concept of human rights will always be closely related to the interests of the ruler of each of the human rights concept creators. Human rights in Islam have never been suspected as a historical product arising from ideological thought, but it has a theological dimension. Of course in the future all will be accountable before the Divine. In kasamya human rights in the view of Islam is not as a result of political development, but human rights that are transcendently transcribed for the benefit of humans through the Islamic Shariah derived through His revelation. Where is this all encouraged by a belief to raise the dignity of humanity as a noble creature. Mengamati secara cermat potret HAM yang berkembang dalam realitas masyarakat makro, nampaknya tema tersebut belum bisa lepas dari teoriteori ilmuan yang dianggap masih memiliki relevansi. Konsep HAM yang muncul dari individu akan selalu berseberangan dengan tawaran konsep HAM yang lahir dari institusi, mulai dari yang mikro hingga yang makro (institusi kenegaraan). Karena dalam prakteknya kecenderungan konsep HAM akan selalu berkaitan erat dengan kepentingan penguasa dari masing-masing pembuat konsep HAM tersebut. HAM dalam Islam tidak pemah diduga sebagai produk historik yang muncul dari pemikiran ideologis, melainkan ia memiliki dimensi teologis. Tentu kelak ini semua akan dipertanggung jawabkan dihadapan Ilahi. Secara kasamya HAM dalam pandangan Islam bukanlah sebagai akibat dari perkembangan politik, melainkan hak asasi yang tertuang secara transeden untuk kepentingan manusia melalui syariat Islam yang diturunkan lewat wahyu-Nya. Dimana ini semua disemangati oleh satu keyakinan untuk mengangkat harkat kemanusiaan sebagai makhluk yang luhur.","PeriodicalId":31198,"journal":{"name":"El Harakah","volume":"2 1","pages":"10-14"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-01-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44983402","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The Islamic economic system is a promising alternative system and therefore worthy of careful consideration. However, not a few also question whether it is true Islamic economic system is a promising alternative, especially efforts to solve the economic problems of this very crowded nation, although at this time have started many who apply this sharia economic system in the banking world. The application of sharia ethics as a consequence of the company's goal of maximizing the grace of giving birth to what is called amanah management. The whole process in this management is always imbued by, and practiced with, sharia ethics to maximize grace. Therefore, emphasized by the trustful management is how to maximize the rahmat can be done. Therefore, the strategy to apply the trust management needs to be done so that the management trust becomes the corporate culture of the company. Sistem ekonomi Islam merupakan sebuah sistem alternatif yang menjanjikan dan oleh karenanya layak dipertimbangkan secara seksama. Namun demikian, tidak sedikit pula yang mempertanyakan, apakah benar sistem ekonomi Islam merupakan sebuah alternatif yang menjanjikan, khususnya upaya menyelesaikan masalah ekonomi bangsa yang sangat menyesakan ini, walaupun pada saaat ini sudah mulai banyak yang menerapkan sistem ekonomi syariah ini dalan dunia perbankan. Aplikasi etika syariah sebagai konsekuensi dari tujuan perusahaan yang memaksimalkan rahmat melahirkan apa yang disebut dengan manajemen amanah. Seluruh proses dalam manajemen ini selalu dijiwai oleh, dan dipraktikan dengan, etika syariah untuk memaksimalkan rahmat. Oleh karena itu, ditekankan oleh manajemen amanah adalah bagaimana memaksimalkan rahrnat dapat dilakukan. Untuk itu strategi untuk mengaplikasikan manajemen amanah perlu dilakukan agar manajemen amanah menjadi corporate culture dari perusahaan.
伊斯兰经济制度是一个有希望的替代制度,因此值得仔细考虑。然而,也有不少人质疑伊斯兰经济体系是否真的是一个有希望的替代方案,特别是在解决这个非常拥挤的国家的经济问题方面的努力,尽管此时已经开始许多人将这种伊斯兰经济体系应用于银行业。伊斯兰教法伦理的应用是公司目标的结果,即最大限度地发挥所谓的amanah管理。在这个管理的整个过程中,总是充满了伊斯兰教的道德规范,并实践了伊斯兰教的道德规范,以最大限度地提高优雅。因此,诚信管理所强调的是如何做到诚信最大化。因此,需要制定实施信任管理的策略,使管理信任成为公司的企业文化。系统经济学家Islam merupakan sebuah系统替代方案yang menjanjikan danoleh karenanya layak dipertimbangkan secara seksama。Namun demikian, tidak sedikit pula yang成员,apakah benar系统经济学Islam merupakan sebuah alternatif yang menjanjikan, khususnya upaya menyelesaikan masalah ekonomi bangsa yang sangat menyesakan ini, walaupun paada saaat ini sudah mulai banyak yang menerapkan系统经济学ysariah ini dalan dunia perbankan。我的意思是,我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思是我的意思。Seluruh教授在selalu dijiwai oleh, dan dipraktikan dengan, etika syariah untuk memaksimalkan rahmat上进行了dalam管理。Oleh karena itu, ditekankan Oleh管理amanah adalah bagaimana memaksimalkan rahrnat dapat dilakukan。企业文化,企业战略,企业战略,企业战略,企业战略,企业战略,企业战略,企业战略,企业战略
{"title":"KONSEP MANAJEMEN AMANAH: Kajian Teoritik terbadap Sistem Finansial Perbankan Islam","authors":"E. Suprayitno","doi":"10.18860/EL.V2I1.4738","DOIUrl":"https://doi.org/10.18860/EL.V2I1.4738","url":null,"abstract":"The Islamic economic system is a promising alternative system and therefore worthy of careful consideration. However, not a few also question whether it is true Islamic economic system is a promising alternative, especially efforts to solve the economic problems of this very crowded nation, although at this time have started many who apply this sharia economic system in the banking world. The application of sharia ethics as a consequence of the company's goal of maximizing the grace of giving birth to what is called amanah management. The whole process in this management is always imbued by, and practiced with, sharia ethics to maximize grace. Therefore, emphasized by the trustful management is how to maximize the rahmat can be done. Therefore, the strategy to apply the trust management needs to be done so that the management trust becomes the corporate culture of the company. Sistem ekonomi Islam merupakan sebuah sistem alternatif yang menjanjikan dan oleh karenanya layak dipertimbangkan secara seksama. Namun demikian, tidak sedikit pula yang mempertanyakan, apakah benar sistem ekonomi Islam merupakan sebuah alternatif yang menjanjikan, khususnya upaya menyelesaikan masalah ekonomi bangsa yang sangat menyesakan ini, walaupun pada saaat ini sudah mulai banyak yang menerapkan sistem ekonomi syariah ini dalan dunia perbankan. Aplikasi etika syariah sebagai konsekuensi dari tujuan perusahaan yang memaksimalkan rahmat melahirkan apa yang disebut dengan manajemen amanah. Seluruh proses dalam manajemen ini selalu dijiwai oleh, dan dipraktikan dengan, etika syariah untuk memaksimalkan rahmat. Oleh karena itu, ditekankan oleh manajemen amanah adalah bagaimana memaksimalkan rahrnat dapat dilakukan. Untuk itu strategi untuk mengaplikasikan manajemen amanah perlu dilakukan agar manajemen amanah menjadi corporate culture dari perusahaan.","PeriodicalId":31198,"journal":{"name":"El Harakah","volume":"2 1","pages":"46-50"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-01-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48802924","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The selection of universities still seems to be a problematic issue. Because until now, the variables to measure whether higher education institutions, especially PTI, are successful and reliable as a vehicle and means to foster and simulate their next generation is still and will remain questionable extension. Especially when the issue of "educated unemployment" becomes the focus of more parties, doubts about the extension of college are becoming increasingly sharp. An educational institution, especially higher education, is said to be successful or does not need to be viewed from various points of view; input (students), output (achievement), organizational processes and external components (parents and community). All of these components in successful educational institutions must be able to be achieved and implemented properly and able to establish cooperation in a constructive, intense and professional. Building a successful higher education is not an easy and easy job. Continuous effort in actualizing these ideals should not stop without seeing a satisfactory success. Pemilihan perguruan tinggi tampaknya masih menjadi semacam persoalan yang masih sangat problematis. Karena sampai saat ini, variabel untuk mengukur apakah lembaga pendidikan tinggi, lebih-lebih PTI, itu berhasil dan bisa diandalkan sebagai wahana dan sarana untuk memupuk sekaligus mengkader generasi penerusnya masih terus dan akan tetap dipertanyakan ekstensinya. Lebih-lebih ketika isu "pengangguran terdidik" menjadi sorotan lebih banyak pihak, keraguan terhadap ekstensi perguruan tinggi menjadi semakin tajam. Suatu Iembaga pendidikan terutama pendidikan tinggi, dikatakan berhasil atau tidak perlu dilihat dari berbagai sudut pandang; input (mahasiswa), output (pencapaian), proses organisasi dan komponen ekstemal (orang tua dan masyarakat). Semua komponen ini dalam lembaga pendidikan yang berhasil harus mampu dicapai dan dilaksanakan dengan baik dan mampu menjalin kerja sama secara konstruktif, intens dan profesional. Membangun sebuah pendidikan tinggi yang berhasil, bukanlah suatu pekerjaan yang gampang dan mudah. Usaha secara kontinuitas dalam mengaktualisasikan cita-cita tersebut tidak boleh berhenti begitu saja tanpa melihat suatu keberhasilan yang memuaskan.
{"title":"PERSPEKTIF KEBERHASILAN PENDIDIKAN TINGGI: Ikhtiar Mencari Strategi Untuk Pengembangan Pendidikan Tinggi Islam","authors":"Baharuddin Baharuddin","doi":"10.18860/el.v2i1.4739","DOIUrl":"https://doi.org/10.18860/el.v2i1.4739","url":null,"abstract":"The selection of universities still seems to be a problematic issue. Because until now, the variables to measure whether higher education institutions, especially PTI, are successful and reliable as a vehicle and means to foster and simulate their next generation is still and will remain questionable extension. Especially when the issue of \"educated unemployment\" becomes the focus of more parties, doubts about the extension of college are becoming increasingly sharp. An educational institution, especially higher education, is said to be successful or does not need to be viewed from various points of view; input (students), output (achievement), organizational processes and external components (parents and community). All of these components in successful educational institutions must be able to be achieved and implemented properly and able to establish cooperation in a constructive, intense and professional. Building a successful higher education is not an easy and easy job. Continuous effort in actualizing these ideals should not stop without seeing a satisfactory success. Pemilihan perguruan tinggi tampaknya masih menjadi semacam persoalan yang masih sangat problematis. Karena sampai saat ini, variabel untuk mengukur apakah lembaga pendidikan tinggi, lebih-lebih PTI, itu berhasil dan bisa diandalkan sebagai wahana dan sarana untuk memupuk sekaligus mengkader generasi penerusnya masih terus dan akan tetap dipertanyakan ekstensinya. Lebih-lebih ketika isu \"pengangguran terdidik\" menjadi sorotan lebih banyak pihak, keraguan terhadap ekstensi perguruan tinggi menjadi semakin tajam. Suatu Iembaga pendidikan terutama pendidikan tinggi, dikatakan berhasil atau tidak perlu dilihat dari berbagai sudut pandang; input (mahasiswa), output (pencapaian), proses organisasi dan komponen ekstemal (orang tua dan masyarakat). Semua komponen ini dalam lembaga pendidikan yang berhasil harus mampu dicapai dan dilaksanakan dengan baik dan mampu menjalin kerja sama secara konstruktif, intens dan profesional. Membangun sebuah pendidikan tinggi yang berhasil, bukanlah suatu pekerjaan yang gampang dan mudah. Usaha secara kontinuitas dalam mengaktualisasikan cita-cita tersebut tidak boleh berhenti begitu saja tanpa melihat suatu keberhasilan yang memuaskan.","PeriodicalId":31198,"journal":{"name":"El Harakah","volume":"2 1","pages":"51-56"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-01-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49078541","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Islamic education is an effort to develop an Islamic view of life, to be manifested in life and life skills (manual and mental-social) in harmony with their interests, talents, abilities and areas of expertise. the development of STAIN towards UIN seeks to capture ibrah, values, attitudes and ways of thinking and behaving scholars (scientists) in the classical period mentioned above, because it is considered capable of facing increasing and complicated challenges, caused by the rapid progress of science and technology . As an implication, the Islamic education system built and developed through UIN is expected to produce a rational and professional cleric; broad-minded; virtuous noble character; his knowledge is not limited to "religious science" alone, but also includes "general science"; and able to stand alone (independent). Challenges to be anticipated by future UIN leaders, as well as the managers and developers of departments /courses in it, not to get caught up in the "ka 'adamihi" (presence as absence) in the midst of the struggles and competitions among the various the surrounding college. Pendidikan Islam adalah suatu upaya pengembangan pandangan hidup yang Islami, untuk dimanifestasikan dalam sikap hidup dan keterampilan hidupnya (manual maupun mental-sosial) selaras dengan minat, bakat, kemampuan dan bidang keahliannya masing-masing. pengembangan STAIN menuju ke UIN berusaha menangkap ibrah, nilai-nilai, sikap dan cara berfikir dan berperilaku ulama (ilmuwan) pada periode klasik tersebut di atas, karena hal itu dianggap mampu menghadapi tantangan yang makin banyak dan ruwet, yang ditimbulkan oleh kemajuan iptek yang pesat. Sebagai implikasinya, sistem pendidikan Islam yang dibangun dan dikembangkan lewat UIN diharapkan mampu menghasilkan ulama yang bersikap rasional dan profesional; berpandangan luas; berbudi pekerti luhur; pengetahuannya tidak terbatas pada "ilmu keagamaan" saja, tetapi juga mencakup "ilmu pengetahuan umum"; serta mampu berdiri sendiri (mandiri). Tantangan yang perlu diantisipasi oleh para pirnpinan UIN masa depan, serta para pengelola dan pengembang jurusan/ program studi yang ada di dalamnya, untuk tidak terjebak pada "wujuduhu ka 'adamihi" (adanya bagaikan tidak adanya) di tengah-tengah pergumulan dan kompetisi antar berbagai perguruan tinggi yang ada di sekitarnya.
{"title":"PENGEMBANGAN JURUSAN/PROGRAM STUDI DALAM PERSPEKTIF UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)","authors":"M. Muhaimin","doi":"10.18860/EL.V2I1.4728","DOIUrl":"https://doi.org/10.18860/EL.V2I1.4728","url":null,"abstract":"Islamic education is an effort to develop an Islamic view of life, to be manifested in life and life skills (manual and mental-social) in harmony with their interests, talents, abilities and areas of expertise. the development of STAIN towards UIN seeks to capture ibrah, values, attitudes and ways of thinking and behaving scholars (scientists) in the classical period mentioned above, because it is considered capable of facing increasing and complicated challenges, caused by the rapid progress of science and technology . As an implication, the Islamic education system built and developed through UIN is expected to produce a rational and professional cleric; broad-minded; virtuous noble character; his knowledge is not limited to \"religious science\" alone, but also includes \"general science\"; and able to stand alone (independent). Challenges to be anticipated by future UIN leaders, as well as the managers and developers of departments /courses in it, not to get caught up in the \"ka 'adamihi\" (presence as absence) in the midst of the struggles and competitions among the various the surrounding college. Pendidikan Islam adalah suatu upaya pengembangan pandangan hidup yang Islami, untuk dimanifestasikan dalam sikap hidup dan keterampilan hidupnya (manual maupun mental-sosial) selaras dengan minat, bakat, kemampuan dan bidang keahliannya masing-masing. pengembangan STAIN menuju ke UIN berusaha menangkap ibrah, nilai-nilai, sikap dan cara berfikir dan berperilaku ulama (ilmuwan) pada periode klasik tersebut di atas, karena hal itu dianggap mampu menghadapi tantangan yang makin banyak dan ruwet, yang ditimbulkan oleh kemajuan iptek yang pesat. Sebagai implikasinya, sistem pendidikan Islam yang dibangun dan dikembangkan lewat UIN diharapkan mampu menghasilkan ulama yang bersikap rasional dan profesional; berpandangan luas; berbudi pekerti luhur; pengetahuannya tidak terbatas pada \"ilmu keagamaan\" saja, tetapi juga mencakup \"ilmu pengetahuan umum\"; serta mampu berdiri sendiri (mandiri). Tantangan yang perlu diantisipasi oleh para pirnpinan UIN masa depan, serta para pengelola dan pengembang jurusan/ program studi yang ada di dalamnya, untuk tidak terjebak pada \"wujuduhu ka 'adamihi\" (adanya bagaikan tidak adanya) di tengah-tengah pergumulan dan kompetisi antar berbagai perguruan tinggi yang ada di sekitarnya.","PeriodicalId":31198,"journal":{"name":"El Harakah","volume":"2 1","pages":"34-40"},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-01-22","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44841007","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}