Pub Date : 2018-12-10DOI: 10.21043/PALASTREN.V11I2.3298
S. M. O. Pattiasina, Izak Y. M. Lattu, E. I. Timo
Tulisan ini menganalisis peran perempuan dan tradisi Kain Gandong dalam liminalitas hubungan Islam-Kristen yang berfokus pada ritual Panas Pela dan ritual Pelantikan raja di negeri Hative Kecil dan Hitumessing, Maluku. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik wawancara, studi dokumenter dan studi pustaka. Hasil penelitian menemukan bahwa perempuan memiliki peran yang penting dalam tradisi Kain Gandong. Perempuan berperan sebagai pemegang Kain Gandong dengan mengacu pada arti dan makna dari kata gandong itu sendiri. Tradisi Kain Gandong menciptakan sebuah ruang kebersamaan yang disebut sebagai ruang liminalitas. Ruang tersebut dapat membebaskan masyarakat dari perbedaan-perbedaan status sosial, budaya dan agama. Berdasarkan data yang diperoleh, penulis menemukan tiga nilai yang dapat berguna untuk membangun kehidupan bersama, yakni nilai persaudaraan, nilai kesetaraan dan nilai perdamaian.
{"title":"PEREMPUAN DAN LIMINALITAS PERDAMAIAN: Hubungan Islam-Kristen dalam Liminalitas Simbolik Kain Gandong di Maluku","authors":"S. M. O. Pattiasina, Izak Y. M. Lattu, E. I. Timo","doi":"10.21043/PALASTREN.V11I2.3298","DOIUrl":"https://doi.org/10.21043/PALASTREN.V11I2.3298","url":null,"abstract":"Tulisan ini menganalisis peran perempuan dan tradisi Kain Gandong dalam liminalitas hubungan Islam-Kristen yang berfokus pada ritual Panas Pela dan ritual Pelantikan raja di negeri Hative Kecil dan Hitumessing, Maluku. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik wawancara, studi dokumenter dan studi pustaka. Hasil penelitian menemukan bahwa perempuan memiliki peran yang penting dalam tradisi Kain Gandong. Perempuan berperan sebagai pemegang Kain Gandong dengan mengacu pada arti dan makna dari kata gandong itu sendiri. Tradisi Kain Gandong menciptakan sebuah ruang kebersamaan yang disebut sebagai ruang liminalitas. Ruang tersebut dapat membebaskan masyarakat dari perbedaan-perbedaan status sosial, budaya dan agama. Berdasarkan data yang diperoleh, penulis menemukan tiga nilai yang dapat berguna untuk membangun kehidupan bersama, yakni nilai persaudaraan, nilai kesetaraan dan nilai perdamaian.","PeriodicalId":31236,"journal":{"name":"PALASTReN Jurnal Studi Gender","volume":"29 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"79561414","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-09-24DOI: 10.21043/PALASTREN.V11I1.3311
Tobirin Tobirin, Muhadjir M. Darwin, Ambar Widaningrum
Artikel ini mendiskusikan keberadaan industri rambut dan bulu mata palsu yang memberikan kemudahan aksesibilitas bagi perempuan untuk bekerja dan menghasilkan upah yang layak. Melalui kerja yang dibayar perempuan menjadi mandiri, dan memiliki status sosial yang meningkat. Namun masalah muncul pada saat perempuan bekerja, masalah tersebut berkaitan dengan pengasuhan dan pendidikan anak, beban ganda, disharmonisasi keluarga dan tingkat gugat cerai yang tinggi. Tujuan penulisan artikel ini menganalisis dampak industrialisasi dan respon negara dalam kebijakan ramah perempuan dan anak. Penelitian ini menggunakan metode mixed methode dengan subyek penelitian buruh perempuan dan keluarga, pelaku industri, aparat pemerintah daerah dan tokoh masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan perempuan buruh memiliki peran baru sebagai pencari nafkah utama danmandirisecara ekonomi, peningkatan partisipasi kerja perempuan dan tata nilai baru dalam masyarakat yang menganggap perempuan lebih dominan dibandingkan laki-laki, kebijakan ramah perempuan belum menyentuh persoalan sebenarnya dalam mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender.
{"title":"KEBIJAKAN RAMAH PEREMPUAN DALAM MERESPON ANTAGONISME INDUSTRI RAMBUT DAN BULU MATA PALSU DI KABUPATEN PURBALINGGA","authors":"Tobirin Tobirin, Muhadjir M. Darwin, Ambar Widaningrum","doi":"10.21043/PALASTREN.V11I1.3311","DOIUrl":"https://doi.org/10.21043/PALASTREN.V11I1.3311","url":null,"abstract":"Artikel ini mendiskusikan keberadaan industri rambut dan bulu mata palsu yang memberikan kemudahan aksesibilitas bagi perempuan untuk bekerja dan menghasilkan upah yang layak. Melalui kerja yang dibayar perempuan menjadi mandiri, dan memiliki status sosial yang meningkat. Namun masalah muncul pada saat perempuan bekerja, masalah tersebut berkaitan dengan pengasuhan dan pendidikan anak, beban ganda, disharmonisasi keluarga dan tingkat gugat cerai yang tinggi. Tujuan penulisan artikel ini menganalisis dampak industrialisasi dan respon negara dalam kebijakan ramah perempuan dan anak. Penelitian ini menggunakan metode mixed methode dengan subyek penelitian buruh perempuan dan keluarga, pelaku industri, aparat pemerintah daerah dan tokoh masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan perempuan buruh memiliki peran baru sebagai pencari nafkah utama danmandirisecara ekonomi, peningkatan partisipasi kerja perempuan dan tata nilai baru dalam masyarakat yang menganggap perempuan lebih dominan dibandingkan laki-laki, kebijakan ramah perempuan belum menyentuh persoalan sebenarnya dalam mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender.","PeriodicalId":31236,"journal":{"name":"PALASTReN Jurnal Studi Gender","volume":"13 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-09-24","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"73363468","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-08-28DOI: 10.21043/PALASTREN.V12I1.5052
Tinggal Purwanto
Tafsir Al-Qur’an Tematik is a product of mufassir creative dialectic with the text of the Qur'an which contains interrelated elements among various interests as produced by involving the Government. This engagement raises the question of the supposedly dialectical interpretation, while raising questions about the product of tafsir, especially regarding the interpretation of gender equality which indicates a power-knowledge relations built for a particular interest. This study aims to explain how power-knowledge relations operate in the book, especially in constructing gender equality. With that purpose, the theory of gender equality and the theory of power-knowledge relations is used to achieve the intended purpose. The this study finds that power-knowledge relations flow in the Tafsir Al-Qur’an Tematik. Power relations operate in a dialectical and productive manner through initiation, election, accommodation, contestation, controversy, negotiation and compromise of the exegeteers in compiling the tafsir. The mufassir not only try to explain the book of the Qur'an alone, but also attempt to construct the life of the people to be in line with the Government agenda. The mufassir does attempt to construct an equal relationship between men and women, but the construction is not wholly objective and neutral as it still leaves a more discriminatory effect prioritizing men in the public domain and women in the domestic sphere. These power-knowledge relations operate systematically by controlling power relations with truth so as to give rise to more equitable constructions directed to regulate the lives of people on behalf of increased productivity. By its mechanism, power-knowledge normalizes the lives of people with a construction of gender equality that is essentially loaded with power politics. Keywords: tafsir, gender equality, and power relations.Tafsir Al-Qur’an Tematik is a product of mufassir creative dialectic with the text of the Qur'an which contains interrelated elements among various interests as produced by involving the Government. This engagement raises the question of the supposedly dialectical interpretation, while raising questions about the product of tafsir, especially regarding the interpretation of gender equality which indicates a power-knowledge relations built for a particular interest. This study aims to explain how power-knowledge relations operate in the book, especially in constructing gender equality. With that purpose, the theory of gender equality and the theory of power-knowledge relations is used to achieve the intended purpose. The this study finds that power-knowledge relations flow in the Tafsir Al-Qur’an Tematik. Power relations operate in a dialectical and productive manner through initiation, election, accommodation, contestation, controversy, negotiation and compromise of the exegeteers in compiling the tafsir. The mufassir not only try to explain the book of the Qur'an alone, but also attempt to construct the l
Tafsir al - quuran Tematik是mufassir创造性辩证法与古兰经文本的产物,其中包含了政府参与所产生的各种利益之间的相互关联因素。这种参与提出了所谓辩证解释的问题,同时提出了关于工作成果的问题,特别是关于性别平等的解释,这表明为特定利益而建立的权力-知识关系。本研究旨在解释权力-知识关系在书中如何运作,特别是在建构性别平等的过程中。为了达到这一目的,本文运用了性别平等理论和权力-知识关系理论。本研究发现,权力-知识关系在《古兰经》中是流动的。权力关系在编撰过程中,通过编纂者的发起、选举、迁就、争论、争论、协商和妥协,以辩证和富有成效的方式运行。穆法西尔不仅试图单独解释《古兰经》,而且还试图构建符合政府议程的人民生活。mufassir确实试图构建一种男女平等的关系,但这种构建并不是完全客观和中立的,因为它仍然留下了更多的歧视效果,优先考虑公共领域的男性和家庭领域的女性。这些权力-知识关系通过控制与真理的权力关系来系统地运作,从而产生更公平的结构,以代表提高的生产力来规范人们的生活。通过它的机制,权力知识以一种本质上承载着权力政治的性别平等的建构使人们的生活正常化。关键词:员工,性别平等,权力关系。Tafsir al - quuran Tematik是mufassir创造性辩证法与古兰经文本的产物,其中包含了政府参与所产生的各种利益之间的相互关联因素。这种参与提出了所谓辩证解释的问题,同时提出了关于工作成果的问题,特别是关于性别平等的解释,这表明为特定利益而建立的权力-知识关系。本研究旨在解释权力-知识关系在书中如何运作,特别是在建构性别平等的过程中。为了达到这一目的,本文运用了性别平等理论和权力-知识关系理论。本研究发现,权力-知识关系在《古兰经》中是流动的。权力关系在编撰过程中,通过编纂者的发起、选举、迁就、争论、争论、协商和妥协,以辩证和富有成效的方式运行。穆法西尔不仅试图单独解释《古兰经》,而且还试图构建符合政府议程的人民生活。mufassir确实试图构建一种男女平等的关系,但这种构建并不是完全客观和中立的,因为它仍然留下了更多的歧视效果,优先考虑公共领域的男性和家庭领域的女性。这些权力-知识关系通过控制与真理的权力关系来系统地运作,从而产生更公平的结构,以代表提高的生产力来规范人们的生活。通过它的机制,权力知识以一种本质上承载着权力政治的性别平等的建构使人们的生活正常化。
{"title":"KESETARAAN GENDER DAN RELASI KUASA DALAM TAFSIR AL-QUR’AN TEMATIK KEMENTERIAN AGAMA REPUBLIK INDONESIA","authors":"Tinggal Purwanto","doi":"10.21043/PALASTREN.V12I1.5052","DOIUrl":"https://doi.org/10.21043/PALASTREN.V12I1.5052","url":null,"abstract":"Tafsir Al-Qur’an Tematik is a product of mufassir creative dialectic with the text of the Qur'an which contains interrelated elements among various interests as produced by involving the Government. This engagement raises the question of the supposedly dialectical interpretation, while raising questions about the product of tafsir, especially regarding the interpretation of gender equality which indicates a power-knowledge relations built for a particular interest. This study aims to explain how power-knowledge relations operate in the book, especially in constructing gender equality. With that purpose, the theory of gender equality and the theory of power-knowledge relations is used to achieve the intended purpose. The this study finds that power-knowledge relations flow in the Tafsir Al-Qur’an Tematik. Power relations operate in a dialectical and productive manner through initiation, election, accommodation, contestation, controversy, negotiation and compromise of the exegeteers in compiling the tafsir. The mufassir not only try to explain the book of the Qur'an alone, but also attempt to construct the life of the people to be in line with the Government agenda. The mufassir does attempt to construct an equal relationship between men and women, but the construction is not wholly objective and neutral as it still leaves a more discriminatory effect prioritizing men in the public domain and women in the domestic sphere. These power-knowledge relations operate systematically by controlling power relations with truth so as to give rise to more equitable constructions directed to regulate the lives of people on behalf of increased productivity. By its mechanism, power-knowledge normalizes the lives of people with a construction of gender equality that is essentially loaded with power politics. Keywords: tafsir, gender equality, and power relations.Tafsir Al-Qur’an Tematik is a product of mufassir creative dialectic with the text of the Qur'an which contains interrelated elements among various interests as produced by involving the Government. This engagement raises the question of the supposedly dialectical interpretation, while raising questions about the product of tafsir, especially regarding the interpretation of gender equality which indicates a power-knowledge relations built for a particular interest. This study aims to explain how power-knowledge relations operate in the book, especially in constructing gender equality. With that purpose, the theory of gender equality and the theory of power-knowledge relations is used to achieve the intended purpose. The this study finds that power-knowledge relations flow in the Tafsir Al-Qur’an Tematik. Power relations operate in a dialectical and productive manner through initiation, election, accommodation, contestation, controversy, negotiation and compromise of the exegeteers in compiling the tafsir. The mufassir not only try to explain the book of the Qur'an alone, but also attempt to construct the l","PeriodicalId":31236,"journal":{"name":"PALASTReN Jurnal Studi Gender","volume":"3 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-08-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81791444","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-07-18DOI: 10.21043/PALASTREN.V11I1.2438
Harjito Harjito
Catatan perjalanan hidup seseorang yang terdapat dalam memoar memuat cara pandang seseorang atas peristiwa yang diceritakannnya. Memoar buruh migran perempuan mengungkapkan cara pemaknaan atas persoalan mereka. Tulisan ini bertujuan mengungkap struktur memoar dan penggunaannya sebagai media perlawanan buruh migran perempuan. Dalam menganalisis memoar, dipergunakan pendekatan sosiologi sastra. Bangunan strukur memoar terdiri dari empat pola tentang simbol sukses, naiknya status sosial, cara menghadapi dan cara memaknai penderitaan. Bangunan inimencerminkan upaya mereka dalam menghadapi penderitaan dan kesuksesan sebagai situasi sosial pengarangnya. Memoar membuka penafsiran yang berbeda atas makna hidup sukses bagi buruh migran. Memoar juga merupakan alternatif perlawanan bagi buruh migran perempuan dalam menghadapi problem sosial yang dihadapi yaitu menegasi kisah hidup sukses buruh migran yang tumbuh dan berkembang dalam budaya lisan. Kata kunci: Buruh migran , narasi memoar, pengalaman perempuan The journey note of life of a person in the memoirs contains a person’s perspective on the events she/he told. The memoirs ofwomen migrant workers reveals ways to interpret their problems. This paper aims to reveal the structure of memoirs and their use as a resistance media for women migrant workers. In analyzing the memoirs, the sociology of literature is used. The memoirs building structure consists of four patterns i.e. the symbol of success, the rising of social status, how to deal with and how to interpret suffering. This building reflects their efforts in dealing with suffering and success as the author’s social situation. Memoirs open up different interpretations of the meaning of successful life for migrant workers. Memoir sare also an alternative to resistance for women migrant workers in dealing with social problems faced. Memoirs are an alternative to the resistance of women migrant workers. Memoirs are a living part of women migrant workers who seek to fight against the success stories of women migrant workers growing and developing in oral cultures. Keywords: migrant workers, narrative memoirs, women’s experiences
{"title":"MEMOAR BURUH MIGRAN PEREMPUAN DAN MEDIA PERLAWANAN","authors":"Harjito Harjito","doi":"10.21043/PALASTREN.V11I1.2438","DOIUrl":"https://doi.org/10.21043/PALASTREN.V11I1.2438","url":null,"abstract":"Catatan perjalanan hidup seseorang yang terdapat dalam memoar memuat cara pandang seseorang atas peristiwa yang diceritakannnya. Memoar buruh migran perempuan mengungkapkan cara pemaknaan atas persoalan mereka. Tulisan ini bertujuan mengungkap struktur memoar dan penggunaannya sebagai media perlawanan buruh migran perempuan. Dalam menganalisis memoar, dipergunakan pendekatan sosiologi sastra. Bangunan strukur memoar terdiri dari empat pola tentang simbol sukses, naiknya status sosial, cara menghadapi dan cara memaknai penderitaan. Bangunan inimencerminkan upaya mereka dalam menghadapi penderitaan dan kesuksesan sebagai situasi sosial pengarangnya. Memoar membuka penafsiran yang berbeda atas makna hidup sukses bagi buruh migran. Memoar juga merupakan alternatif perlawanan bagi buruh migran perempuan dalam menghadapi problem sosial yang dihadapi yaitu menegasi kisah hidup sukses buruh migran yang tumbuh dan berkembang dalam budaya lisan. Kata kunci: Buruh migran , narasi memoar, pengalaman perempuan The journey note of life of a person in the memoirs contains a person’s perspective on the events she/he told. The memoirs ofwomen migrant workers reveals ways to interpret their problems. This paper aims to reveal the structure of memoirs and their use as a resistance media for women migrant workers. In analyzing the memoirs, the sociology of literature is used. The memoirs building structure consists of four patterns i.e. the symbol of success, the rising of social status, how to deal with and how to interpret suffering. This building reflects their efforts in dealing with suffering and success as the author’s social situation. Memoirs open up different interpretations of the meaning of successful life for migrant workers. Memoir sare also an alternative to resistance for women migrant workers in dealing with social problems faced. Memoirs are an alternative to the resistance of women migrant workers. Memoirs are a living part of women migrant workers who seek to fight against the success stories of women migrant workers growing and developing in oral cultures. Keywords: migrant workers, narrative memoirs, women’s experiences","PeriodicalId":31236,"journal":{"name":"PALASTReN Jurnal Studi Gender","volume":"73 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-18","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"76306822","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-07-02DOI: 10.21043/PALASTREN.V10I2.2734
F. Hermawan
Tulisan ini bermaksud menganalisis identitas perempuan muslim kontemporer Indonesia melalui iklan kosmetik muslim Wardah. Iklan kosmetik tidak hanya berfungsi sebagai bagian dari bisnis semata tetapi juga menjadi arena kontestasi, negosiasi, dan resistensi konstruksi identitas perempuan muslim Indonesia. Hasil analisis menunjukkan identitas perempuan muslim yang dibangun adalah tidak hanya sosok perempuan urban yang berpendidikan, taat pada ajaran agama, dan sopan tetapi juga dituntut untuk bersikap kosmopolit dengan bergabung pada pergerakan kebudayaan global, berinteraksi dengan orang asing, bahkan hidup di wilayah lain yang dalam hal ini wilayah barat. Selain itu, iklan Wardah juga menjadi sarana negosiasi dan resistensi ajaran Islam dan stigma media yang cenderung memberatkan perempuan. Iklan Wardah berusaha memberikan interpretasi ajaran Islam yang lebih ramah terhadap perempuan. Perempuan muslim Indonesia kontemporer dicitrakan sebagai sosok yang aktif di ruang publik tetapi tetap berjiwa sosial, tidak bergantung pada laki-laki, dan memiliki agensi diri untuk menentukan masa depan kehidupannya. Dari analisis yang dilakukan juga menunjukkan posisi perempuan berhijab dalam iklan Wardah memiliki posisi yang penting karena ia menjelma menjadi sosok otoritatif dalam menentukan keunggulan produk yang ditawarkan dalam iklan. This paper aims to analyze the identity of Muslim women in contemporary Indonesia through Wardah Muslim cosmetics advertising. Cosmetics’ advertising is not only function as a mere part of the business but also becomes an arena for contests, negotiations, and resistance to the construction of the identity of Indonesia’s Muslim women. The result shows that the identity of Muslim women are not only mirrored as a figure of an educated urban woman who is obedient to religion teachings and is also polite, but they are also forced to be cosmopolite by joining cultural movements globally, interacting with strangers, and even living in the other part of the world in this case in the West. Moreover, Wardah advertising is also become the media of negotiation and resistance to Islamic teachings and media stigma which tend to incriminate women. Wardah advertising attempts to provide interpretations of Islamic teachings that are more hospitable to women. Muslim women in contemporary Indonesia imaged as an active figure in public spaces but they still have a social spirit and not depend on men, and furthermore they have their own right to determine their future life. The analysis also shows that the position of a woman wearing “hijab” (a veil) in Wardah advertising has an important position because she has transformed into an authoritative figure to determine the excellence of products offered in the advertisement.
这篇文章旨在通过穆斯林化妆品广告来分析印尼当代穆斯林女性的身份。化妆品广告不仅是商业活动的一部分,也是印尼穆斯林身份的培养、谈判和反对身份的场所。分析表明,建立在穆斯林女性身份上的不仅是受过教育、虔诚的宗教教义和彬彬有礼的城市女性,而且还必须采取宇宙学的态度,加入全球文化运动,与外国人接触,甚至生活在西方其他地区。此外,广告也是谈判和伊斯兰教义阻力以及对女性不利的耻辱媒介的一种手段。媒体试图对伊斯兰教教义进行更友好的解释。今天的印尼穆斯林女性被认为是一个活跃的公众形象,但仍然具有社会意识,不依赖男性,并有自己的机构来决定她生活的未来。根据所做的分析,在Wardah广告中,戴面纱的女性的地位很重要,因为她在决定广告产品的卓越方面发挥了威权的作用。这篇关于现代印尼穆斯林妇女身份的论文通过穆斯林媒体进行广告分析。化妆品的广告不仅像商业的一部分一样有趣,而且还变成了竞争、谈判和反抗印尼穆斯林女性身份的场所。穆斯林妇女的论点节目《身份》不仅是美国mirrored a玩偶of an urban受过教育的女人是要把obedient teachings和宗教是谁也有礼貌,但他们是还强迫to be joining偏cosmopolite文化运动globally,作用甚至陌生人,和住在另一部分》《西部世界在这个案例。此外,媒体广告还成为了伊斯兰教教学和羞辱女性的媒介。Wardah广告提供对妇女更有益的伊斯兰教教学的解释。今天印尼的穆斯林妇女被描绘成一个公共空间的活跃人物,但她们仍然有社会精神,而不是依靠男人,而且她们更有权利决定自己的未来。分析还显示,在Wardah广告中戴面纱的女人的位置有一个重要的位置,因为她已经转化为一个authoriation图形,以确定在广告中出现的产品的卓越之处。
{"title":"KOSMOPOLITANISME, NEGOSIASI, DAN RESISTENSI: IDENTITAS PEREMPUAN MUSLIM DALAM IKLAN KOSMETIK MUSLIM DI INDONESIA","authors":"F. Hermawan","doi":"10.21043/PALASTREN.V10I2.2734","DOIUrl":"https://doi.org/10.21043/PALASTREN.V10I2.2734","url":null,"abstract":"Tulisan ini bermaksud menganalisis identitas perempuan muslim kontemporer Indonesia melalui iklan kosmetik muslim Wardah. Iklan kosmetik tidak hanya berfungsi sebagai bagian dari bisnis semata tetapi juga menjadi arena kontestasi, negosiasi, dan resistensi konstruksi identitas perempuan muslim Indonesia. Hasil analisis menunjukkan identitas perempuan muslim yang dibangun adalah tidak hanya sosok perempuan urban yang berpendidikan, taat pada ajaran agama, dan sopan tetapi juga dituntut untuk bersikap kosmopolit dengan bergabung pada pergerakan kebudayaan global, berinteraksi dengan orang asing, bahkan hidup di wilayah lain yang dalam hal ini wilayah barat. Selain itu, iklan Wardah juga menjadi sarana negosiasi dan resistensi ajaran Islam dan stigma media yang cenderung memberatkan perempuan. Iklan Wardah berusaha memberikan interpretasi ajaran Islam yang lebih ramah terhadap perempuan. Perempuan muslim Indonesia kontemporer dicitrakan sebagai sosok yang aktif di ruang publik tetapi tetap berjiwa sosial, tidak bergantung pada laki-laki, dan memiliki agensi diri untuk menentukan masa depan kehidupannya. Dari analisis yang dilakukan juga menunjukkan posisi perempuan berhijab dalam iklan Wardah memiliki posisi yang penting karena ia menjelma menjadi sosok otoritatif dalam menentukan keunggulan produk yang ditawarkan dalam iklan. This paper aims to analyze the identity of Muslim women in contemporary Indonesia through Wardah Muslim cosmetics advertising. Cosmetics’ advertising is not only function as a mere part of the business but also becomes an arena for contests, negotiations, and resistance to the construction of the identity of Indonesia’s Muslim women. The result shows that the identity of Muslim women are not only mirrored as a figure of an educated urban woman who is obedient to religion teachings and is also polite, but they are also forced to be cosmopolite by joining cultural movements globally, interacting with strangers, and even living in the other part of the world in this case in the West. Moreover, Wardah advertising is also become the media of negotiation and resistance to Islamic teachings and media stigma which tend to incriminate women. Wardah advertising attempts to provide interpretations of Islamic teachings that are more hospitable to women. Muslim women in contemporary Indonesia imaged as an active figure in public spaces but they still have a social spirit and not depend on men, and furthermore they have their own right to determine their future life. The analysis also shows that the position of a woman wearing “hijab” (a veil) in Wardah advertising has an important position because she has transformed into an authoritative figure to determine the excellence of products offered in the advertisement.","PeriodicalId":31236,"journal":{"name":"PALASTReN Jurnal Studi Gender","volume":"BC-10 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"72576585","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-07-02DOI: 10.21043/PALASTREN.V10I2.2679
Yanti Dwi Astuti
Tingginya pemanfaatan internet dan media sosial melahirkan fenomena munculnya kreativitas warganet menciptakan berbagai parody gambar ( meme ) untuk mengekspresikan perasaan, kondisi dan mengkritisi sebuah fenomena. Meme telah membuka jalan baru untuk mengkombinasikan berbagai unsur seperti kreatifitas, seni, pesan dan humor kedalam budaya internet. Salah satu fenomenanya mengenai meme ibu-ibu naik motor yang lebih menekankan unsur parody yang cenderung hyperrealitas, hiperbola dan repetisi/alterasi menunjukkan bahwa kasus ini menarik dan layak diteliti lebih lanjut karena media bukanlah sebuah saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya. Penelitian ini menggunakan metode analisis semiotik sebagai pisau analisis untuk membedah pesan/makna yang terkandung dalam 12 meme ibu-ibu naik motor yang hits dimedia sosial dengan menggunakan model segi tiga makna Charles Saunders Pierce, yaitu: Sign (tanda), object (objek) dan interpretasi (interpretant). Hasil penelitian menyimpulkan ada hubungan yang erat antara tanda, obyek dan penafsir. Tanda (gambar) meme yang dibangun warganet menanggapi perilaku ibu-ibu naik motor di jalan umum. Obyek (makna) umumnya berisi cibiran, sindiran dan ketidaksukaan warganet terhadap Ibu-ibu naik motor dan dikemas dalam bentuk satire (humor). Sementara penafsir atau sikap (pemikiran) kreator meme dan para warganet tidak semuanya sama. Dimana warganet umumnya ada yang menerima dan ada yang tidak setuju dengan isi meme ini. Beberapa warganet melabeli ibu-ibu naik motor sebagai sosok yang pantas di antisipasi.
{"title":"Kontruksi Perempuan dalam Media Baru: Analisis Semiotik Meme Ibu-Ibu Naik Motor di Media Sosial","authors":"Yanti Dwi Astuti","doi":"10.21043/PALASTREN.V10I2.2679","DOIUrl":"https://doi.org/10.21043/PALASTREN.V10I2.2679","url":null,"abstract":"Tingginya pemanfaatan internet dan media sosial melahirkan fenomena munculnya kreativitas warganet menciptakan berbagai parody gambar ( meme ) untuk mengekspresikan perasaan, kondisi dan mengkritisi sebuah fenomena. Meme telah membuka jalan baru untuk mengkombinasikan berbagai unsur seperti kreatifitas, seni, pesan dan humor kedalam budaya internet. Salah satu fenomenanya mengenai meme ibu-ibu naik motor yang lebih menekankan unsur parody yang cenderung hyperrealitas, hiperbola dan repetisi/alterasi menunjukkan bahwa kasus ini menarik dan layak diteliti lebih lanjut karena media bukanlah sebuah saluran yang bebas, ia juga subjek yang mengonstruksi realitas, lengkap dengan pandangan, bias, dan pemihakannya. Penelitian ini menggunakan metode analisis semiotik sebagai pisau analisis untuk membedah pesan/makna yang terkandung dalam 12 meme ibu-ibu naik motor yang hits dimedia sosial dengan menggunakan model segi tiga makna Charles Saunders Pierce, yaitu: Sign (tanda), object (objek) dan interpretasi (interpretant). Hasil penelitian menyimpulkan ada hubungan yang erat antara tanda, obyek dan penafsir. Tanda (gambar) meme yang dibangun warganet menanggapi perilaku ibu-ibu naik motor di jalan umum. Obyek (makna) umumnya berisi cibiran, sindiran dan ketidaksukaan warganet terhadap Ibu-ibu naik motor dan dikemas dalam bentuk satire (humor). Sementara penafsir atau sikap (pemikiran) kreator meme dan para warganet tidak semuanya sama. Dimana warganet umumnya ada yang menerima dan ada yang tidak setuju dengan isi meme ini. Beberapa warganet melabeli ibu-ibu naik motor sebagai sosok yang pantas di antisipasi.","PeriodicalId":31236,"journal":{"name":"PALASTReN Jurnal Studi Gender","volume":"40 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"81302334","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-07-02DOI: 10.21043/palastren.v10i2.2664
H. N. Agustina, Tenia Ramalia
Afghan women and girls became the portray of the victim of violence in the last years until the recent years. The issue of violence toward Afghan women and girls often arise and being the debate in the international public. The news about the tragedy spread through the newspaper, printed and online, and also in the literature world. The exposure of their sufferings as the impact of war, conflict among the ethnics, Talizam rezim reflected in the Parvana's Trilogy named The Breadwinner (2000), Parvana's Journey (2002), and Mud City (2003). These trilogy were wriiten by Deborah Ellis. How the women and girls became the most victim which received violence caused by all of the trigger displayed obviously show the social facts of violence and the structure of violence toward happened to them. Those will be discussed in this paper to get the deep comprehension about the woman and girls' impact after they get the violence. The theory of violence and framing analysis will be used to analyze in order to get the result of the cause by the viooence and abuse itself. The outcome of the study shows that many efforts done by women and girls to overcome their difficult lives, such as pretending being boys, human trafficking, and living as refugees are the ways to survive from the worst violence caused by the war, conflict between ethnics and Taliban rezime.
{"title":"Parvana’s Trilogy: A Study of Violence toward Afghanistan Women and Girls","authors":"H. N. Agustina, Tenia Ramalia","doi":"10.21043/palastren.v10i2.2664","DOIUrl":"https://doi.org/10.21043/palastren.v10i2.2664","url":null,"abstract":"Afghan women and girls became the portray of the victim of violence in the last years until the recent years. The issue of violence toward Afghan women and girls often arise and being the debate in the international public. The news about the tragedy spread through the newspaper, printed and online, and also in the literature world. The exposure of their sufferings as the impact of war, conflict among the ethnics, Talizam rezim reflected in the Parvana's Trilogy named The Breadwinner (2000), Parvana's Journey (2002), and Mud City (2003). These trilogy were wriiten by Deborah Ellis. How the women and girls became the most victim which received violence caused by all of the trigger displayed obviously show the social facts of violence and the structure of violence toward happened to them. Those will be discussed in this paper to get the deep comprehension about the woman and girls' impact after they get the violence. The theory of violence and framing analysis will be used to analyze in order to get the result of the cause by the viooence and abuse itself. The outcome of the study shows that many efforts done by women and girls to overcome their difficult lives, such as pretending being boys, human trafficking, and living as refugees are the ways to survive from the worst violence caused by the war, conflict between ethnics and Taliban rezime.","PeriodicalId":31236,"journal":{"name":"PALASTReN Jurnal Studi Gender","volume":"10 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-07-02","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85997227","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-06-27DOI: 10.21043/palastren.v11i1.2589
Khoirul Huda, Anjar Mukti Wibowo
Domestifikasi peran perempuan dalam sektor ekonomi tidak dialami oleh perempuan Kapuk Samin Tapelan Bojonegoro. Meskipun suku Samin dikenal sebagai suku yang memiliki kekhasan adat, partisipasi perempuan dapat ditemukan dalam banyak aktivitas. Riset ini berjenis kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Sumber data melalui wawancara dan dokumentasi.Hasil penelitian menunjukkan terdapat tiga bentuk peran perempuan Kapuk dalam sektor ekonomi. Pertama,sektor ekonomi publikutama yaitu berjualan Kapuk dengan sistem ngreyeng dan corek . Kedua,sektor publik sekunder adalah dengan memelihara ternak dan berladang, Ketiga,sektor relation-ekonomi dengan wirausaha warung, arisan, dan jualan ayam potong. Peran ekonomi perempuan Suku Samin Tapelan memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian keluarga. Kata Kunci: Peran, Perempuan Kapuk, Samin, ekonomi
{"title":"PERAN PEREMPUAN KAPUK DALAM PEREKONOMIAN SUKU SAMIN TAPELAN","authors":"Khoirul Huda, Anjar Mukti Wibowo","doi":"10.21043/palastren.v11i1.2589","DOIUrl":"https://doi.org/10.21043/palastren.v11i1.2589","url":null,"abstract":"Domestifikasi peran perempuan dalam sektor ekonomi tidak dialami oleh perempuan Kapuk Samin Tapelan Bojonegoro. Meskipun suku Samin dikenal sebagai suku yang memiliki kekhasan adat, partisipasi perempuan dapat ditemukan dalam banyak aktivitas. Riset ini berjenis kualitatif dengan pendekatan studi kasus. Sumber data melalui wawancara dan dokumentasi.Hasil penelitian menunjukkan terdapat tiga bentuk peran perempuan Kapuk dalam sektor ekonomi. Pertama,sektor ekonomi publikutama yaitu berjualan Kapuk dengan sistem ngreyeng dan corek . Kedua,sektor publik sekunder adalah dengan memelihara ternak dan berladang, Ketiga,sektor relation-ekonomi dengan wirausaha warung, arisan, dan jualan ayam potong. Peran ekonomi perempuan Suku Samin Tapelan memberikan kontribusi yang signifikan bagi perekonomian keluarga. Kata Kunci: Peran, Perempuan Kapuk, Samin, ekonomi","PeriodicalId":31236,"journal":{"name":"PALASTReN Jurnal Studi Gender","volume":"88 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-27","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"73666478","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-06-08DOI: 10.21043/PALASTREN.V9I2.2049
Nur Hasyim
Kekerasan terhadap anak menjadi salah satu masalah serius yang dihadapi Indonesia saat ini yang menuntut langkah-langkah terstruktur untuk mencegahnya. Perlindungan anak dari tindak kekerasan sangat penting karena menyangkut masa depan bangsa ini sekaligus merupakan tanggungjawab negara sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 dan instrumen hak asasi manusia internasional khususnya Konvensi Hak Anak yang telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia. Paper ini menilai pemulihan adalah hak bagi anak korban kekerasan dan negara melalui pemerintah berkewajiban untuk melakukan dan mengupayakan hasil pemenuhan hak pemulihan tersebut. Patut dihargai bahwa pemerintah telah melakukan langkah-langkah legislasi serta membangun mekanisme pemulihan dengan membangun lembaga-lambaga penyedia layanan untuk anak korban kekerasan, namun berbagai tantangan masih harus dihadapi oleh pemerintah dan berbagai pihak yang terkait dengan penyelenggaraan pemulihan ini. Paper ini mengidentifikasi tantangan-tantangan sekaligus menawarkan rekomendasi yang harus dilakukan oleh berbagai pihak terkait pemulihan untuk anak korban kekerasan di Indonesia.
{"title":"Menyoal Pemulihan Anak Korban Kekerasan di Indonesia","authors":"Nur Hasyim","doi":"10.21043/PALASTREN.V9I2.2049","DOIUrl":"https://doi.org/10.21043/PALASTREN.V9I2.2049","url":null,"abstract":"Kekerasan terhadap anak menjadi salah satu masalah serius yang dihadapi Indonesia saat ini yang menuntut langkah-langkah terstruktur untuk mencegahnya. Perlindungan anak dari tindak kekerasan sangat penting karena menyangkut masa depan bangsa ini sekaligus merupakan tanggungjawab negara sebagaimana diamanatkan oleh Undang-Undang Dasar 1945 dan instrumen hak asasi manusia internasional khususnya Konvensi Hak Anak yang telah diratifikasi oleh pemerintah Indonesia. Paper ini menilai pemulihan adalah hak bagi anak korban kekerasan dan negara melalui pemerintah berkewajiban untuk melakukan dan mengupayakan hasil pemenuhan hak pemulihan tersebut. Patut dihargai bahwa pemerintah telah melakukan langkah-langkah legislasi serta membangun mekanisme pemulihan dengan membangun lembaga-lambaga penyedia layanan untuk anak korban kekerasan, namun berbagai tantangan masih harus dihadapi oleh pemerintah dan berbagai pihak yang terkait dengan penyelenggaraan pemulihan ini. Paper ini mengidentifikasi tantangan-tantangan sekaligus menawarkan rekomendasi yang harus dilakukan oleh berbagai pihak terkait pemulihan untuk anak korban kekerasan di Indonesia.","PeriodicalId":31236,"journal":{"name":"PALASTReN Jurnal Studi Gender","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"90441824","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-06-05DOI: 10.21043/PALASTREN.V11I1.3444
Zaki Mubarok
Sinoman dirumuskan sebagai tradisi saling membantu antar anggota masyarakat dalam aspek politik, sosial dan agama. Sinoman lazim dilakukan perempuan baik berupa pemberian materi atau pekerjaan nir transaksional. Dalam konteks politik pemilihan kepala desa, sinoman menjadi mekanisme vote gatter, kampaye, memberi dan menyajikan logistik selama pemilihan kepala desa. Meski berperan penting, perempuan tidak otomatis menjadi figur yang berada di tengah kekuasaan atau masuk dalam inti struktur kekuasaan. Sebaliknya, ia menjadi bagian luar dari sistem kekuasaan atau politik yang berjalan. Peran penting mereka dalam politik desa didasarkan pada semangat ibadah yang bersumber pada ajaran patuh kepada perintah suami atau laki-laki yang berkedudukan sebagai imam. Karena pilihan politik suami menjadi pilihan politik yang harus dipatuhi istri atau saudara perempuan lainnya. Peran perempuan dalam Sinoman memiliki pengaruh atas pembagian kekuasaan untuk suami atau saudara laki-lakinya di desa.
{"title":"PERAN POLITIK PEREMPUAN MELALUI SINOMAN DI DESA GROBOG WETAN TEGAL DALAM PERSPEKTIF GENDER","authors":"Zaki Mubarok","doi":"10.21043/PALASTREN.V11I1.3444","DOIUrl":"https://doi.org/10.21043/PALASTREN.V11I1.3444","url":null,"abstract":"Sinoman dirumuskan sebagai tradisi saling membantu antar anggota masyarakat dalam aspek politik, sosial dan agama. Sinoman lazim dilakukan perempuan baik berupa pemberian materi atau pekerjaan nir transaksional. Dalam konteks politik pemilihan kepala desa, sinoman menjadi mekanisme vote gatter, kampaye, memberi dan menyajikan logistik selama pemilihan kepala desa. Meski berperan penting, perempuan tidak otomatis menjadi figur yang berada di tengah kekuasaan atau masuk dalam inti struktur kekuasaan. Sebaliknya, ia menjadi bagian luar dari sistem kekuasaan atau politik yang berjalan. Peran penting mereka dalam politik desa didasarkan pada semangat ibadah yang bersumber pada ajaran patuh kepada perintah suami atau laki-laki yang berkedudukan sebagai imam. Karena pilihan politik suami menjadi pilihan politik yang harus dipatuhi istri atau saudara perempuan lainnya. Peran perempuan dalam Sinoman memiliki pengaruh atas pembagian kekuasaan untuk suami atau saudara laki-lakinya di desa.","PeriodicalId":31236,"journal":{"name":"PALASTReN Jurnal Studi Gender","volume":"17 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"85330568","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}