Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran perempuan pesisir pasca bencana alam gempa bumi di Desa Maliaya, Kabupaten Majene , serta upaya mereka mengatasi masalah ekonomi dan sosial dalam keluarga. Kami juga mengamati upaya perempuan sebagai cara untuk menghilangkan trauma pada anggota keluarga mereka. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan mewawancarai delapan ibu rumah tangga yang berpengalaman langsung dalam menghadapi bencana alam. Penelitian dilakukan di desa maliaya, kecamata, Malunda. Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara mendalam. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah tentang perempuan pesisir, peran perempuan dalam keluarga maupun masyarakat, ketahanan keluarga serta gender. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa Perempuan pesisir di Desa Maliaya memegang peranan penting dalam menjaga ketahanan keluarga pasca terjadinya gempa bumi yang melanda Kabupaten Majene. Secara ekonomi mereka sudah memenuhi indikator ketahanan keluarga, namun secara fisik, penulis masih banyak menemukan mereka yang belum memiliki rumah pribadi dan masih tinggal bersama orang tua. Keluarga di Desa Maliaya terutama perempuan dan anak- anak juga masih merasakan trauma pasca terjadinya gempa bumi yang melanda Kabupaten Majene. Perempuan pesisir di Desa Maliaya juga sudah menerapkan kesetaraan gender kepada keluarga dan juga anak-anaknya.
{"title":"Peran Perempuan Pesisir Terhadap Ketahanan Keluarga Pasca Bencana Alam Gempa Bumi Di Desa Maliaya, Kabupaten Majene Tahun 2021","authors":"Eni Susanti","doi":"10.22146/jkn.70466","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jkn.70466","url":null,"abstract":"Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran perempuan pesisir pasca bencana alam gempa bumi di Desa Maliaya, Kabupaten Majene , serta upaya mereka mengatasi masalah ekonomi dan sosial dalam keluarga. Kami juga mengamati upaya perempuan sebagai cara untuk menghilangkan trauma pada anggota keluarga mereka. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan mewawancarai delapan ibu rumah tangga yang berpengalaman langsung dalam menghadapi bencana alam. Penelitian dilakukan di desa maliaya, kecamata, Malunda. Kabupaten Majene, Provinsi Sulawesi Barat. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan wawancara mendalam. Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah tentang perempuan pesisir, peran perempuan dalam keluarga maupun masyarakat, ketahanan keluarga serta gender. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa Perempuan pesisir di Desa Maliaya memegang peranan penting dalam menjaga ketahanan keluarga pasca terjadinya gempa bumi yang melanda Kabupaten Majene. Secara ekonomi mereka sudah memenuhi indikator ketahanan keluarga, namun secara fisik, penulis masih banyak menemukan mereka yang belum memiliki rumah pribadi dan masih tinggal bersama orang tua. Keluarga di Desa Maliaya terutama perempuan dan anak- anak juga masih merasakan trauma pasca terjadinya gempa bumi yang melanda Kabupaten Majene. Perempuan pesisir di Desa Maliaya juga sudah menerapkan kesetaraan gender kepada keluarga dan juga anak-anaknya.","PeriodicalId":31252,"journal":{"name":"Jurnal Ketahanan Nasional","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45852042","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Nuryanti Nuryanti, S. B. Istiyanto, Agoeng Noegroho, Shinta Prastyanti, Agus Ganjar Runtiko, Adinna Islah Perwita
ABSTRACT In the era of the second new media, where technology is very fast and reaches a wider audience, new media has become a mandatory choice as a means of promotion for the world of business, industry, and even education. One of the BUMDES efforts to increase village income is to build village parks. The emergence of village parks simultaneously makes the competition more intense, therefore a strategy is needed on how to utilize new media so that the results are maximized. One of the village parks that is currently being promoted to attract more residents is the Lazuardi Park located in Susukan Village, Sumbang, Banyumas. This study will look at how the strategy of using new media is carried out by the Susukan BUMDES for community empowerment and increasing the number of visitors to Lazuardi Park, so that it can strengthen the economic resilience of rural communities.This research was conducted in Susukan Village Park, Sumbang, Banyumas using descriptive qualitative research methods, using data collection techniques in the form of FGDs, in-depth interviews, and literature studies.The results showed that the promotion carried out by the manager of Lazuardi Village park was by utilizing social media, namely fb, instagram, and websites. The efforts made by the manager of Lazuardi Park are one of the efforts to increase the economic resilience of Susukan Village, including by diversifying promotions, improving infrastructure, managing human resources and funding. Keywords: New Media, Promotion, BUMDes, Village Park, Economic resilience ABSTRAK Pada masa era media baru kedua, dimana teknologi bersifat sangat cepat dan menjangkau khalayak lebih luas, media baru menjadi pilihan wajib sebagai sarana promosi bagi dunia bisnis, industri, bahkan pendidikan. Salah satu usaha BUMDES untuk menambah pendapatan desa adalah dengan membangun taman desa. Kemunculan taman desa yang secara serentak membuat persaingan semakin ketat, oleh karena itu diperlukan sebuah strategi bagaimana memanfaatkan media baru sehingga hasilnya maksimal. Salah satu taman desa yang saat ini sedang melakukan promosi agar dikunjungi banyak warga adalah taman Lazuardi yang berada di Desa Susukan, Sumbang, Banyumas. Penelitian ini akan melihat bagaimana strategi pemanfaatan media baru yang dilakukan oleh BUMDES Susukan untuk pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan jumlah pengunjung taman Lazuardi, sehingga bisa menguatkan ketahanan ekonomi masyarakat desa.Penelitian ini dilakukan di Taman Desa Susukan, Sumbang, Banyumas dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, menggunakan teknik pengumpulan data berupa FGD, wawancara mendalam, dan studi pustaka.Hasil penelitian menunjukkan bahwa promosi yang dilakukan oleh pengelola taman Desa Lazuardi adalah dengan memanfaatkan media sosial, yaitu fb, instagram, dan website. Upaya yang dilakukan oleh pengelola taman Lazuardi adalah salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan ekonomi Desa Susukan, diantaranya adalah dengan diver
在第二个新媒体时代,技术发展速度非常快,受众范围越来越广,新媒体作为一种推广手段已经成为商业、工业甚至教育领域的强制性选择。BUMDES增加村庄收入的努力之一是修建村庄公园。同时,乡村公园的出现使得竞争更加激烈,因此,如何利用新媒体,使效果最大化,需要一个策略。为了吸引更多的居民,目前正在推广的乡村公园之一是位于Banyumas Sumbang Susukan村的Lazuardi公园。本研究将探讨Susukan BUMDES如何运用新媒体策略,赋予社区权力,增加Lazuardi公园的游客数量,从而增强农村社区的经济韧性。本研究在Banyumas Sumbang的Susukan Village Park进行,采用描述性定性研究方法,采用fgd形式的数据收集技术,深度访谈和文献研究。结果显示,Lazuardi Village park的管理者主要是利用社交媒体进行推广,即fb、instagram和网站。Lazuardi公园管理者所做的努力是提高Susukan村经济弹性的努力之一,包括多样化的促销、改善基础设施、管理人力资源和资金。【关键词】新媒体,推广,乡村公园,经济韧性】【摘要】帕达马萨时代媒体产业,科技产业,媒体产业,媒体产业,媒体产业,媒体产业,媒体产业。Salah satu usaha BUMDES untuk menambah pendapatan desa adalah dengan membanguan taman desa。昆山地区的政府官员说,政府官员说,政府官员说,政府官员说,政府官员说,政府官员说,政府官员说,政府官员说,政府官员说,政府官员说,政府官员说,政府官员说,政府官员说,政府官员说,政府官员说,政府官员说,政府官员说,政府官员说。Salah satu taman desa yang saat ini semang melakukan promosi agar dikunjungi banyak warga adalah taman Lazuardi yang berada di desa Susukan, Sumbang, Banyumas。印尼经济发展战略与经济发展战略与经济发展战略与经济发展战略与经济发展战略与经济发展战略与经济发展战略与经济发展战略与经济发展战略与经济发展战略与经济发展战略与经济发展战略与经济发展战略。Penelitian ini dilakukan di Taman Desa Susukan, Sumbang, Banyumas dengan menggunakan方法Penelitian quality quality deskriptif, menggunakan teknik pengumpulan数据berupa FGD, wawanara mendalam, dan studi pustaka。Hasil penelitian menunjukkan bahwa promosi yang dilakukan oleh pengelola taman Desa Lazuardi adalah dengan memanfaatkan媒体社交,yaitfb, instagram, dan网站。Upaya yang dilakukan oleh pengelola taman Lazuardi adalah salah satu Upaya untuk meningkatkan ketahanan ekonomi Desa Susukan, diantaranya adalah dengan多样性促进,perbaikan基础设施,pengelolaan SDM dan pendanan。Kata Kunci: Media Baru, Promosi, BUMDes, Taman Desa, Ketahanan economics
{"title":"Media Baru sebagai Sarana Promosi Taman Lazuardi dalam Rangka Memperkuat Ketahanan Ekonomi Masyarakat Desa Susukan","authors":"Nuryanti Nuryanti, S. B. Istiyanto, Agoeng Noegroho, Shinta Prastyanti, Agus Ganjar Runtiko, Adinna Islah Perwita","doi":"10.22146/jkn.69138","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jkn.69138","url":null,"abstract":"ABSTRACT In the era of the second new media, where technology is very fast and reaches a wider audience, new media has become a mandatory choice as a means of promotion for the world of business, industry, and even education. One of the BUMDES efforts to increase village income is to build village parks. The emergence of village parks simultaneously makes the competition more intense, therefore a strategy is needed on how to utilize new media so that the results are maximized. One of the village parks that is currently being promoted to attract more residents is the Lazuardi Park located in Susukan Village, Sumbang, Banyumas. This study will look at how the strategy of using new media is carried out by the Susukan BUMDES for community empowerment and increasing the number of visitors to Lazuardi Park, so that it can strengthen the economic resilience of rural communities.This research was conducted in Susukan Village Park, Sumbang, Banyumas using descriptive qualitative research methods, using data collection techniques in the form of FGDs, in-depth interviews, and literature studies.The results showed that the promotion carried out by the manager of Lazuardi Village park was by utilizing social media, namely fb, instagram, and websites. The efforts made by the manager of Lazuardi Park are one of the efforts to increase the economic resilience of Susukan Village, including by diversifying promotions, improving infrastructure, managing human resources and funding. Keywords: New Media, Promotion, BUMDes, Village Park, Economic resilience ABSTRAK Pada masa era media baru kedua, dimana teknologi bersifat sangat cepat dan menjangkau khalayak lebih luas, media baru menjadi pilihan wajib sebagai sarana promosi bagi dunia bisnis, industri, bahkan pendidikan. Salah satu usaha BUMDES untuk menambah pendapatan desa adalah dengan membangun taman desa. Kemunculan taman desa yang secara serentak membuat persaingan semakin ketat, oleh karena itu diperlukan sebuah strategi bagaimana memanfaatkan media baru sehingga hasilnya maksimal. Salah satu taman desa yang saat ini sedang melakukan promosi agar dikunjungi banyak warga adalah taman Lazuardi yang berada di Desa Susukan, Sumbang, Banyumas. Penelitian ini akan melihat bagaimana strategi pemanfaatan media baru yang dilakukan oleh BUMDES Susukan untuk pemberdayaan masyarakat dan meningkatkan jumlah pengunjung taman Lazuardi, sehingga bisa menguatkan ketahanan ekonomi masyarakat desa.Penelitian ini dilakukan di Taman Desa Susukan, Sumbang, Banyumas dengan menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, menggunakan teknik pengumpulan data berupa FGD, wawancara mendalam, dan studi pustaka.Hasil penelitian menunjukkan bahwa promosi yang dilakukan oleh pengelola taman Desa Lazuardi adalah dengan memanfaatkan media sosial, yaitu fb, instagram, dan website. Upaya yang dilakukan oleh pengelola taman Lazuardi adalah salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan ekonomi Desa Susukan, diantaranya adalah dengan diver","PeriodicalId":31252,"journal":{"name":"Jurnal Ketahanan Nasional","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41617564","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Hidayat Chusnul Chotimah, Muhammad Ridha Iswardhana, Lucitania Rizky
Plastic pollution waste has become one of the world crisis that moves transboundary. Once at sea, plastic waste breaks down into small particles, so-called, microplastics are spread the marine ecosystems. It threatens human health and has harmful economic consequences for the marine sector. Indonesia is the second-largest contributor to the abundance of plastic waste in the ocean which in the same time as an archipelago country which rich in marine products. Indonesia is taking proactive steps as the responsible act for overcoming challenge of marine plastic pollution. So, the maritime environment resilience can be realized through a collaborative governance approach. This study uses a qualitative approach by collecting data from interviews, webinars and literature studies. The results of the study indicate that a collaborative governance approach is crucial to address marine plastic pollution by involving collaborating action from multi-stakeholders, government and non-government actors. Plastic pollution waste could be accomplished by strengthening the role and responsibility of each actor. In the process of collaboration, there are some dialogues, trust between the collaborating actors, commitment to the process of collaboration, shared understanding towards the common idea or goals, and intermediate outcome of collaboration between stakeholders in marine plastic waste management.
{"title":"Model Collaborative Governance dalam Pengelolaan Sampah Plastik Laut Guna Mewujudkan Ketahanan Maritim di Indonesia","authors":"Hidayat Chusnul Chotimah, Muhammad Ridha Iswardhana, Lucitania Rizky","doi":"10.22146/jkn.69661","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jkn.69661","url":null,"abstract":"Plastic pollution waste has become one of the world crisis that moves transboundary. Once at sea, plastic waste breaks down into small particles, so-called, microplastics are spread the marine ecosystems. It threatens human health and has harmful economic consequences for the marine sector. Indonesia is the second-largest contributor to the abundance of plastic waste in the ocean which in the same time as an archipelago country which rich in marine products. Indonesia is taking proactive steps as the responsible act for overcoming challenge of marine plastic pollution. So, the maritime environment resilience can be realized through a collaborative governance approach. This study uses a qualitative approach by collecting data from interviews, webinars and literature studies. The results of the study indicate that a collaborative governance approach is crucial to address marine plastic pollution by involving collaborating action from multi-stakeholders, government and non-government actors. Plastic pollution waste could be accomplished by strengthening the role and responsibility of each actor. In the process of collaboration, there are some dialogues, trust between the collaborating actors, commitment to the process of collaboration, shared understanding towards the common idea or goals, and intermediate outcome of collaboration between stakeholders in marine plastic waste management.","PeriodicalId":31252,"journal":{"name":"Jurnal Ketahanan Nasional","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43501128","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The Indonesian Government has carried out security in the Indonesia-Malaysia border area by placing various cross-border posts and security posts. The use of Unmanned Aerial Vahicles (UAVs) has proven to be very helpful in reconnaissance, and data collection, even in very difficult terrain conditions. This study aimed to find out more about the benefits of using UAVs in securing land borders in Kalimantan and their impact on the regional resilience.This study was a qualitative research, using a case study approach, which was used because the Researcher wanted to examine in depth the use of the UAV in a limited context and time period. The data used was primary data obtained from relevant informants, and secondary data obtained from official government documents and obtained by the previous researchers. To get the findings, the Researcher analyzed them using the theory of border area management and the theory of national resilience.The findings from the analysis was in the form of the impact of the use of UAVs, that the utilization has been increasing the resilience of border areas by realizing more effective and efficient border management. Thus, within the border area there has been an increase in the protection of various aspects of the regional resilience.
{"title":"Pemanfaatan Pesawat Terbang Tanpa Awak untuk Pengamanan Perbatasan Kalimantan dan Dampaknya Terhadap Ketahanan Wilayah","authors":"Syaifullah Anwar","doi":"10.22146/jkn.69622","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jkn.69622","url":null,"abstract":"The Indonesian Government has carried out security in the Indonesia-Malaysia border area by placing various cross-border posts and security posts. The use of Unmanned Aerial Vahicles (UAVs) has proven to be very helpful in reconnaissance, and data collection, even in very difficult terrain conditions. This study aimed to find out more about the benefits of using UAVs in securing land borders in Kalimantan and their impact on the regional resilience.This study was a qualitative research, using a case study approach, which was used because the Researcher wanted to examine in depth the use of the UAV in a limited context and time period. The data used was primary data obtained from relevant informants, and secondary data obtained from official government documents and obtained by the previous researchers. To get the findings, the Researcher analyzed them using the theory of border area management and the theory of national resilience.The findings from the analysis was in the form of the impact of the use of UAVs, that the utilization has been increasing the resilience of border areas by realizing more effective and efficient border management. Thus, within the border area there has been an increase in the protection of various aspects of the regional resilience.","PeriodicalId":31252,"journal":{"name":"Jurnal Ketahanan Nasional","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42710631","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
This research will open up a new discussion regarding the resilience of a region in facing the Covid-19 Pandemic. Aim of this researcher is to depict vulnerability of the region towards pandemic Covid-19. The analysis of this research uses a descriptive qualitative approach with spatial identification and literature review. From the literature review, there are 5 factors of defense geography that can be used to identified regional vulnerability, which are secure location, topographical depression, population density, land use and distribution of health services. Based on the results obtained, it is known that there are some regions that have Tinggi vulnerability and yet still struggling in facing the Pandemic Covid-19 such as Karimun and Kundur. But there are also regions that have Tinggi vulnerability but can push down the spreading such as Moro, Durai,Meral, Meral Barat and Tebing Subdistricts. Some other regions that have Sedang and Rendah vulnerability also can deal with pandemic very well.
{"title":"Ketahanan Wilayah Kabupaten Karimun Dalam Menghadapi Pandemi Covid-19","authors":"Diky Budiman, A. B. Kapiarsa","doi":"10.22146/jkn.70040","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jkn.70040","url":null,"abstract":"This research will open up a new discussion regarding the resilience of a region in facing the Covid-19 Pandemic. Aim of this researcher is to depict vulnerability of the region towards pandemic Covid-19. The analysis of this research uses a descriptive qualitative approach with spatial identification and literature review. From the literature review, there are 5 factors of defense geography that can be used to identified regional vulnerability, which are secure location, topographical depression, population density, land use and distribution of health services. Based on the results obtained, it is known that there are some regions that have Tinggi vulnerability and yet still struggling in facing the Pandemic Covid-19 such as Karimun and Kundur. But there are also regions that have Tinggi vulnerability but can push down the spreading such as Moro, Durai,Meral, Meral Barat and Tebing Subdistricts. Some other regions that have Sedang and Rendah vulnerability also can deal with pandemic very well.","PeriodicalId":31252,"journal":{"name":"Jurnal Ketahanan Nasional","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-01-01","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41501565","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
The dynamics of social, national and state life continue to develop along with the development of phenomena, science, and technology. Nowadays, national problems continue to appear in the form of various phenomena that can be said to be actual, but clichéd. In the world of education, recently, for example, several viral news have appeared in the mass media and social media about problems that can be said to be clichés, namely intolerance. News or news about the issue of intolerance, for example, is a recorded conversation between the Principal of SMKN 2 Padang and a student's parents regarding the issue of uniforms for students to wear headscarves even though they are not Muslim. It can be said that this problem is not a new problem, because a few years ago there was also a problem that was essentially the same, only in a different context, namely the prohibition of the use of the hijab in several schools in the province of Bali. Then several other problems also emerged, such as the news about the case of a teacher at SMAN 58 Ciracas, East Jakarta who intervened in the election of the OSIS chairman, as well as what happened at SMAN 6 Depok which had gone viral on social media regarding the same issue, namely the problem of selecting the OSIS chairman. All of these problems are about intolerance. However, there are not a few other problems that occur in the world of primary and secondary education such as problems of radicalism and bullying. These problems are considered as a violation of the values of Pancasila. Therefore, the Ministry of Education and Culture continues to strive to prepare and implement appropriate policies to overcome these various problems. One of the efforts made is by initiating the "Profil Pelajar Pancasila", an ideal profile of Indonesian students, of course according to Pancasila. The purpose of this study is to find out more about the "Profil Pelajar Pancasila", and what its implications are for students' personal resilience. The method used in this study is a qualitative method. The results of the study indicate that the profile referred to in the "Profil Pelajar Pancasila are noble, independent, critical reasoning, creative, mutual cooperation and global diversity. The Ministry of Education and Culture in the idea of a student profile has conveyed what are the indicators of the "Profil Pelajar Pancasila". This profile is an indicator used to measure how the criteria for Indonesian students are in accordance with Pancasila, which was initiated by the Ministry of Education and Culture's Character Strengthening Center. In his study of the "Profil Pelajar Pancasila" which contains characters that refer to Pancasila, it has implications for students' personal resilience, where the Pancasila Student Profile directs students to become individuals with character in accordance with Pancasila which is summarized in a "Profil Pelajar Pancasila".
{"title":"Intensifikasi Profil Pelajar Pancasila dan Implikasinya Terhadap Ketahanan Pribadi Siswa","authors":"Rusnaini Rusnaini, Raharjo Raharjo, Anis Suryaningsih, Widya Noventari","doi":"10.22146/JKN.67613","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/JKN.67613","url":null,"abstract":"The dynamics of social, national and state life continue to develop along with the development of phenomena, science, and technology. Nowadays, national problems continue to appear in the form of various phenomena that can be said to be actual, but clichéd. In the world of education, recently, for example, several viral news have appeared in the mass media and social media about problems that can be said to be clichés, namely intolerance. News or news about the issue of intolerance, for example, is a recorded conversation between the Principal of SMKN 2 Padang and a student's parents regarding the issue of uniforms for students to wear headscarves even though they are not Muslim. It can be said that this problem is not a new problem, because a few years ago there was also a problem that was essentially the same, only in a different context, namely the prohibition of the use of the hijab in several schools in the province of Bali. Then several other problems also emerged, such as the news about the case of a teacher at SMAN 58 Ciracas, East Jakarta who intervened in the election of the OSIS chairman, as well as what happened at SMAN 6 Depok which had gone viral on social media regarding the same issue, namely the problem of selecting the OSIS chairman. All of these problems are about intolerance. However, there are not a few other problems that occur in the world of primary and secondary education such as problems of radicalism and bullying. These problems are considered as a violation of the values of Pancasila. Therefore, the Ministry of Education and Culture continues to strive to prepare and implement appropriate policies to overcome these various problems. One of the efforts made is by initiating the \"Profil Pelajar Pancasila\", an ideal profile of Indonesian students, of course according to Pancasila. The purpose of this study is to find out more about the \"Profil Pelajar Pancasila\", and what its implications are for students' personal resilience. The method used in this study is a qualitative method. The results of the study indicate that the profile referred to in the \"Profil Pelajar Pancasila are noble, independent, critical reasoning, creative, mutual cooperation and global diversity. The Ministry of Education and Culture in the idea of a student profile has conveyed what are the indicators of the \"Profil Pelajar Pancasila\". This profile is an indicator used to measure how the criteria for Indonesian students are in accordance with Pancasila, which was initiated by the Ministry of Education and Culture's Character Strengthening Center. In his study of the \"Profil Pelajar Pancasila\" which contains characters that refer to Pancasila, it has implications for students' personal resilience, where the Pancasila Student Profile directs students to become individuals with character in accordance with Pancasila which is summarized in a \"Profil Pelajar Pancasila\".","PeriodicalId":31252,"journal":{"name":"Jurnal Ketahanan Nasional","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41359428","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRACT The success of state defense education at an early age is crucial for the formation of personal resilience.Problems that appear (1) how is the implementation of state defense education for early childhood in kindergarten?;(2) what are the factors that support and hinder the educational process of defending the state in kindergarten?;dan (3) what is the effectiveness of state defense education to realize personal resilience?. The location of theresearch was carried out at TKIT Bintang Qur’an Boyolali using descriptive qualitative research methods withHuberman analysis techniques. The results showed that the implementation of state defense education for childernaged 5-6 years at TKIT Bintang Qur’an has been running systematically and realistically in accordance with theinstitution’s goals, namely to create a generation that faithful, pious, has noble character, has good character andhas personal resilience. In the implementation of state defense education, there are supporting and inhibiting factors,child development abilities, environment, facilities and infrastucture, exemplary attitudes of educators as well ascollaboration programs with parents and the learning strategies used. The effectiveness of state defense educationcan be seen from the characteer of the students at TKIT Bintang Qur’an who have a sense of love for the homelandas evidences by implementing behavior in accordanc with Pancasila, childern are able to sing national and regionalsongs, like various cultures that exist in Indonesia. Has empathy and tolerance, is accustomed to doing activitiescooperatively and mutual cooperation, has self confidence and the spirit of a leade
早期国防教育的成功与否对个人韧性的形成至关重要。出现的问题有:(1)幼儿园幼儿国防教育的实施情况如何;(2)幼儿园国防教育过程的支持和阻碍因素有哪些;(3)国防教育对实现个人韧性的有效性如何。研究地点采用描述性定性研究方法和huberman分析技术在TKIT Bintang quuran Boyolali进行。结果表明,我校5-6岁幼儿国防教育的实施,是按照学校的办学目标,即培养忠实、虔诚、品德高尚、品德优良、具有个人韧性的一代人,系统、现实地进行的。在国防教育的实施中,存在着儿童发展能力、环境、设施和基础设施、教育工作者的模范态度以及与家长的合作方案和使用的学习策略等支持和抑制因素。国防教育的有效性可以从TKIT Bintang古兰经学生的性格中看出,他们对祖国有一种爱的感觉,作为证据,通过按照Pancasila实施行为,孩子们能够唱民族和地区的歌曲,就像印度尼西亚存在的各种文化一样。有同理心和宽容,习惯做活动合作和相互合作,有自信和领导精神
{"title":"Implementasi Sikap Bela Negara Guna Mewujudkan Ketahanan Pribadi (Studi di KB-TKIT Bintang Qur’an di Boyolali)","authors":"Halimah Rachmadany","doi":"10.22146/jkn.66741","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/jkn.66741","url":null,"abstract":"ABSTRACT The success of state defense education at an early age is crucial for the formation of personal resilience.Problems that appear (1) how is the implementation of state defense education for early childhood in kindergarten?;(2) what are the factors that support and hinder the educational process of defending the state in kindergarten?;dan (3) what is the effectiveness of state defense education to realize personal resilience?. The location of theresearch was carried out at TKIT Bintang Qur’an Boyolali using descriptive qualitative research methods withHuberman analysis techniques. The results showed that the implementation of state defense education for childernaged 5-6 years at TKIT Bintang Qur’an has been running systematically and realistically in accordance with theinstitution’s goals, namely to create a generation that faithful, pious, has noble character, has good character andhas personal resilience. In the implementation of state defense education, there are supporting and inhibiting factors,child development abilities, environment, facilities and infrastucture, exemplary attitudes of educators as well ascollaboration programs with parents and the learning strategies used. The effectiveness of state defense educationcan be seen from the characteer of the students at TKIT Bintang Qur’an who have a sense of love for the homelandas evidences by implementing behavior in accordanc with Pancasila, childern are able to sing national and regionalsongs, like various cultures that exist in Indonesia. Has empathy and tolerance, is accustomed to doing activitiescooperatively and mutual cooperation, has self confidence and the spirit of a leade ","PeriodicalId":31252,"journal":{"name":"Jurnal Ketahanan Nasional","volume":"1 1","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"68344879","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRAK Penelitian ini berangkat dari kondisi global akan tingginya intensitas penyebaran budaya Korea yang mulai menggeser dominasi Westernisasi. Saat ini, Korean Wave atau Hallyu merupakan bentuk globalisasi budaya versi Asia yang sangat kuat penyebarannya di Indonesia. Penelitian ini hendak membahas mengenai persepsi siswa sekolah menengah atas (SMA) di Purwokerto menghadapi Korean Wave dan implikasinya bagi ketahanan budaya daerah.Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah metode campuran (mix method), yaitu kuantitatif dan kualitatif, dengan menggunakan metode survei, wawancara dan focused group discussion (FGD). Penulis melakukan survei kepada para siswa dari satu SMA negeri dan dua SMA berbasis agama di Purwokerto dengan penyebaran kuesioner. Penulis juga melakukan wawancara dan FGD dengan para guru, Kabid Budaya Disporabudpar Kabupaten Banyumas, dan perwakilan Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Tengah Wilayah X.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketahanan budaya lokal diperlukan sebagai upaya penguatan karakter budaya bangsa menghadapi penyebaran budaya Hallyu yang masif. Bagi siswa SMA di Purwokerto, menjadi bagian dari masyarakat global tidak berarti harus kehilangan identitas budaya lokal. Para siswa SMA di Purwokerto masih memiliki ketahanan individu dalam unsur-unsur budaya lokal, seperti pengungkapan gaya bahasa dan asas-asas kekeluargaan dalam masyarakat. Selain itu, satu hal penting yang perlu ditingkatkan untuk memupuk ketahanan budaya daerah adalah unsur penghayatan terhadap kesenian lokal. ABSTRAK Penelitian ini berangkat dari kondisi global akan tingginya intensitas penyebaran budaya Korea yang mulai menggeser dominasi Westernisasi. Saat ini, Korean Wave atau Hallyu merupakan bentuk globalisasi budaya versi Asia yang sangat kuat penyebarannya di Indonesia. Penelitian ini hendak membahas mengenai persepsi siswa sekolah menengah atas (SMA) di Purwokerto menghadapi Korean Wave dan implikasinya bagi ketahanan budaya daerah.Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah metode campuran (mix method), yaitu kuantitatif dan kualitatif, dengan menggunakan metode survei, wawancara dan focused group discussion (FGD). Penulis melakukan survei kepada para siswa dari satu SMA negeri dan dua SMA berbasis agama di Purwokerto dengan penyebaran kuesioner. Penulis juga melakukan wawancara dan FGD dengan para guru, Kabid Budaya Disporabudpar Kabupaten Banyumas, dan perwakilan Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Tengah Wilayah X.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketahanan budaya lokal diperlukan sebagai upaya penguatan karakter budaya bangsa menghadapi penyebaran budaya Hallyu yang masif. Bagi siswa SMA di Purwokerto, menjadi bagian dari masyarakat global tidak berarti harus kehilangan identitas budaya lokal. Para siswa SMA di Purwokerto masih memiliki ketahanan individu dalam unsur-unsur budaya lokal, seperti pengungkapan gaya bahasa dan asas-asas kekeluargaan dalam masyarakat. Selain itu, satu hal penting yang perlu ditingkatka
{"title":"Persepsi Siswa Sekolah Menengah Atas di Purwokerto terhadap Gelombang Budaya Korea (Korean Wave) dan Implikasinya bagi Ketahanan Budaya Daerah","authors":"Tunjung Linggarwati, A. Darmawan, Renny Miryanti","doi":"10.22146/JKN.63536","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/JKN.63536","url":null,"abstract":"ABSTRAK Penelitian ini berangkat dari kondisi global akan tingginya intensitas penyebaran budaya Korea yang mulai menggeser dominasi Westernisasi. Saat ini, Korean Wave atau Hallyu merupakan bentuk globalisasi budaya versi Asia yang sangat kuat penyebarannya di Indonesia. Penelitian ini hendak membahas mengenai persepsi siswa sekolah menengah atas (SMA) di Purwokerto menghadapi Korean Wave dan implikasinya bagi ketahanan budaya daerah.Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah metode campuran (mix method), yaitu kuantitatif dan kualitatif, dengan menggunakan metode survei, wawancara dan focused group discussion (FGD). Penulis melakukan survei kepada para siswa dari satu SMA negeri dan dua SMA berbasis agama di Purwokerto dengan penyebaran kuesioner. Penulis juga melakukan wawancara dan FGD dengan para guru, Kabid Budaya Disporabudpar Kabupaten Banyumas, dan perwakilan Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Tengah Wilayah X.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketahanan budaya lokal diperlukan sebagai upaya penguatan karakter budaya bangsa menghadapi penyebaran budaya Hallyu yang masif. Bagi siswa SMA di Purwokerto, menjadi bagian dari masyarakat global tidak berarti harus kehilangan identitas budaya lokal. Para siswa SMA di Purwokerto masih memiliki ketahanan individu dalam unsur-unsur budaya lokal, seperti pengungkapan gaya bahasa dan asas-asas kekeluargaan dalam masyarakat. Selain itu, satu hal penting yang perlu ditingkatkan untuk memupuk ketahanan budaya daerah adalah unsur penghayatan terhadap kesenian lokal. ABSTRAK Penelitian ini berangkat dari kondisi global akan tingginya intensitas penyebaran budaya Korea yang mulai menggeser dominasi Westernisasi. Saat ini, Korean Wave atau Hallyu merupakan bentuk globalisasi budaya versi Asia yang sangat kuat penyebarannya di Indonesia. Penelitian ini hendak membahas mengenai persepsi siswa sekolah menengah atas (SMA) di Purwokerto menghadapi Korean Wave dan implikasinya bagi ketahanan budaya daerah.Metode penelitian yang digunakan dalam artikel ini adalah metode campuran (mix method), yaitu kuantitatif dan kualitatif, dengan menggunakan metode survei, wawancara dan focused group discussion (FGD). Penulis melakukan survei kepada para siswa dari satu SMA negeri dan dua SMA berbasis agama di Purwokerto dengan penyebaran kuesioner. Penulis juga melakukan wawancara dan FGD dengan para guru, Kabid Budaya Disporabudpar Kabupaten Banyumas, dan perwakilan Dinas Pendidikan Propinsi Jawa Tengah Wilayah X.Hasil penelitian menunjukkan bahwa ketahanan budaya lokal diperlukan sebagai upaya penguatan karakter budaya bangsa menghadapi penyebaran budaya Hallyu yang masif. Bagi siswa SMA di Purwokerto, menjadi bagian dari masyarakat global tidak berarti harus kehilangan identitas budaya lokal. Para siswa SMA di Purwokerto masih memiliki ketahanan individu dalam unsur-unsur budaya lokal, seperti pengungkapan gaya bahasa dan asas-asas kekeluargaan dalam masyarakat. Selain itu, satu hal penting yang perlu ditingkatka","PeriodicalId":31252,"journal":{"name":"Jurnal Ketahanan Nasional","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44269846","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pada banyak negara berkembang termasuk Indonesia, secara umum sektor pertanian kurang populer karena generasi muda menilai sektor ini memiliki skala usaha sangat kecil, dijalankan secara konvensional, sulit memperoleh akses pembiayaan, lemah terhadap akses perlindungan, dan terbatas dalam layanan penyuluhan dan pendampingan. Namun demikian, usaha pertanian pada berbagai sub-sektor memiliki karakteristik yang berbeda yang nampaknya juga menjadi isu penting dalam proses regenerasi petani. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui problematika, pola, dan strategi petani mempersiapkan regenerasi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengkajian fenomena regenerasi petani dilakukan di tiga komoditas yang berbeda, yaitu komoditas tanaman pangan di Kabupaten Sleman, komoditas hortikultura di Kabupaten Kulon Progo, dan komoditas perkebunan di Kabupaten Gunungkidul. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui FGD, wawancara mendalam, dan observasi. Informan adalah petani senior dan petani muda di ketiga lokasi penelitian. Hasil penelitianmenujukkan bahwa (1) problematika dalam proses regenerasi petani di Daerah Istimewa Yogyakarta adalahperubahan kondisi iklim dan cuaca, sulitnya permodalan di bidang pertanian, rendahnya dorongan dari orang tua, citra buruk petani, alih fungsi lahan, petani sebagai pekerjaan sampingan, serta pertumbuhan sektor industri dan pariwisata yang lebihmenjanjikan bagi generasi muda; (2) pola regenerasi petani di Daerah Istimewa Yogyakarta adalahdenganmelibatkan anak petani dalam proses budidaya sehingga mereka memiliki bekal dalam bertani serta mewariskan lahan sawah atau lahan kering kepada anak dengan pembagian sama rata; (3) strategi dalam mendukung regenerasi petani di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah dengan menanam berbagai komoditas dan mengusahakan ternak untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, mengembangkan pasar yang menguntungkan dan berkelanjutansecara berkelompok, meningkatkan kemampuan petani muda melalui pendidikan dan pelatihan, serta mendukung figur petani muda berprestasi sebagai role model yang dapat memotivasi petani muda lainnya.
在包括印度尼西亚在内的许多发展中国家,农业部门总体上不太受欢迎,因为年轻一代估计,该部门的业务规模很小,按惯例开展,难以获得资金,难以获得保护,小数点和辅助服务有限。然而,各个细分行业的农业具有不同的特点,这似乎也是农业再生过程中的一个重要问题。本研究的目的是找出日惹专区农民准备再生的问题、模式和策略。对农民再生现象的研究分为三种不同的商品,即Sleman Cape的商品、Progo Kulon Cape的园艺商品和Mountain Cape的作物商品。研究采用定性描述方法和数据收集技术,通过FGD、深入访谈和观察。举报者是三个研究地点的资深农民和年轻农民。研究表明,(1)日惹地区农民再生过程中的问题是气候变化和天气、难以适应农业、父母积极性低、农民形象差、土地功能差、农民是副业以及对年轻一代更有希望的工业和旅游业的发展;(2) 日惹农民的再生模式是让农民参与他们的生计过程,使他们在农场中有供应,并将耕地或旱地平等地继承给儿童;(3) 支持日惹特别地区农民复兴的战略是种植各种商品,努力使牛满足家庭经济的需求,以群体的方式发展一个有利可图和持续的市场,通过教育和培训提高年轻农民的能力,它还支持年轻农民发挥模范作用,激励其他年轻农民。
{"title":"PROBLEMATIKA, POLA, DAN STRATEGI PETANI DALAM MEMPERSIAPKAN REGENERASI DI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA","authors":"Ratih Ineke Wati, S. Subejo, Yuhan Farah Maulida","doi":"10.22146/JKN.65568","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/JKN.65568","url":null,"abstract":"Pada banyak negara berkembang termasuk Indonesia, secara umum sektor pertanian kurang populer karena generasi muda menilai sektor ini memiliki skala usaha sangat kecil, dijalankan secara konvensional, sulit memperoleh akses pembiayaan, lemah terhadap akses perlindungan, dan terbatas dalam layanan penyuluhan dan pendampingan. Namun demikian, usaha pertanian pada berbagai sub-sektor memiliki karakteristik yang berbeda yang nampaknya juga menjadi isu penting dalam proses regenerasi petani. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui problematika, pola, dan strategi petani mempersiapkan regenerasi di Daerah Istimewa Yogyakarta. Pengkajian fenomena regenerasi petani dilakukan di tiga komoditas yang berbeda, yaitu komoditas tanaman pangan di Kabupaten Sleman, komoditas hortikultura di Kabupaten Kulon Progo, dan komoditas perkebunan di Kabupaten Gunungkidul. Penelitian menggunakan metode deskriptif kualitatif dengan teknik pengumpulan data melalui FGD, wawancara mendalam, dan observasi. Informan adalah petani senior dan petani muda di ketiga lokasi penelitian. Hasil penelitianmenujukkan bahwa (1) problematika dalam proses regenerasi petani di Daerah Istimewa Yogyakarta adalahperubahan kondisi iklim dan cuaca, sulitnya permodalan di bidang pertanian, rendahnya dorongan dari orang tua, citra buruk petani, alih fungsi lahan, petani sebagai pekerjaan sampingan, serta pertumbuhan sektor industri dan pariwisata yang lebihmenjanjikan bagi generasi muda; (2) pola regenerasi petani di Daerah Istimewa Yogyakarta adalahdenganmelibatkan anak petani dalam proses budidaya sehingga mereka memiliki bekal dalam bertani serta mewariskan lahan sawah atau lahan kering kepada anak dengan pembagian sama rata; (3) strategi dalam mendukung regenerasi petani di Daerah Istimewa Yogyakarta adalah dengan menanam berbagai komoditas dan mengusahakan ternak untuk memenuhi kebutuhan ekonomi keluarga, mengembangkan pasar yang menguntungkan dan berkelanjutansecara berkelompok, meningkatkan kemampuan petani muda melalui pendidikan dan pelatihan, serta mendukung figur petani muda berprestasi sebagai role model yang dapat memotivasi petani muda lainnya.","PeriodicalId":31252,"journal":{"name":"Jurnal Ketahanan Nasional","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41739424","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Shoim Mardiyah, Darto Wahidin, Kaelan Kaelan, A. Armawi
ABSTRAK Ecological citizenship sebagai bentuk pemahaman dan implementasi keterlibatan warga negara dalam menjaga lingkungan hidupnya tidak akan terwujud tanpa adanya transformasi sosial yang mengawali. Penguatan ecological citizenship sejatinya sangat diperlukan demi mendukung terwujudnya suatu ketahanan lingkungan daerah. Penelitian ini dilakukan di Dusun Tapak, Kelurahan Tugurejo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Pendekatan yang digunakan yakni kualitatif dengan bentuk data yang bersifat deskriptif. Informan ditentukan secara purposive sampling yang dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara mendalam, focus group discussion (FGD), dan dokumentasi.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya strategi yang dilakukan Komunitas Prenjak Tapak untuk mentransformasi masyarakat sekitar. Transformasi yang terjadi selama ini berbentuk transformasi lingkungan dan transformasi mindset masyarakatnya. Saat ini Komunitas Prenjak Tapak tengah menghadapi para investor yang akan menanamkan investasinya di lahan sekitar area konservasi mangrove. Adapun kepedulian Pemerintah Daerah Kota Semarang saat ini lebih memihak kepada para investor. Padahal mangrove sangat dibutuhkan untuk memperkuat ketahanan lingkungan Kota Semarang yang telah dikenal dengan banjir robnya setiap tahunnya
{"title":"Strategi Transformasi Sosial Komunitas Prenjak Tapak dalam Penguatan Ecological Citizenship Terhadap Ketahanan Lingkungan Daerah Kota Semarang","authors":"Shoim Mardiyah, Darto Wahidin, Kaelan Kaelan, A. Armawi","doi":"10.22146/JKN.68756","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/JKN.68756","url":null,"abstract":"ABSTRAK Ecological citizenship sebagai bentuk pemahaman dan implementasi keterlibatan warga negara dalam menjaga lingkungan hidupnya tidak akan terwujud tanpa adanya transformasi sosial yang mengawali. Penguatan ecological citizenship sejatinya sangat diperlukan demi mendukung terwujudnya suatu ketahanan lingkungan daerah. Penelitian ini dilakukan di Dusun Tapak, Kelurahan Tugurejo, Kecamatan Tugu, Kota Semarang, Provinsi Jawa Tengah. Pendekatan yang digunakan yakni kualitatif dengan bentuk data yang bersifat deskriptif. Informan ditentukan secara purposive sampling yang dipilih dengan pertimbangan dan tujuan tertentu. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu observasi, wawancara mendalam, focus group discussion (FGD), dan dokumentasi.Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa adanya strategi yang dilakukan Komunitas Prenjak Tapak untuk mentransformasi masyarakat sekitar. Transformasi yang terjadi selama ini berbentuk transformasi lingkungan dan transformasi mindset masyarakatnya. Saat ini Komunitas Prenjak Tapak tengah menghadapi para investor yang akan menanamkan investasinya di lahan sekitar area konservasi mangrove. Adapun kepedulian Pemerintah Daerah Kota Semarang saat ini lebih memihak kepada para investor. Padahal mangrove sangat dibutuhkan untuk memperkuat ketahanan lingkungan Kota Semarang yang telah dikenal dengan banjir robnya setiap tahunnya","PeriodicalId":31252,"journal":{"name":"Jurnal Ketahanan Nasional","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2021-10-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48377120","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}