S. Maharani, Surono Surono, A. Zubaidi, Hadi Sutarmanto
ABSTRACTThe Resilience of Pancasila Ideology had ups and downs conditions. Its could not be separated from the efforts and phenomenon in the society. That phenomenon caused the relisilience of Pancasila ideology be strengthened or weakened. Moreover, the condition of Indonesia was experiencing ideological problems right now. This paper decribed about the importance of the resilience of Pancasila ideology in supporting to national resilience, what were the factors that weakened and strengthened the resilience of Pancasila ideology, and what efforts should be made to strengthened the resilience of Pancasila ideology. The methods used in this research were field research and library research, namely interview, FGD, survey, and literature review. This research also briefly described about the instrument of Pancasila Ideology Index (IKIP). The main aspects measured in IKIP were divinity, humanity, unity, popularness, and social justice. The indicators of IKIP were politics, nationality, social, cultural, religious and economic. This article was written and based on research for two years (2017-2018) conducted in nine provinces in Indonesia. Namely: Manokwari (West Papua), Ambon (Maluku), Kupang (East Nusa Tenggara), Denpasar (Bali), Makassar (South Sulawesi), Medan (North Sumatra), Pontianak (West Kalimantan), Yogyakarta (Yogyakarta Special Region), and Jakarta. The location was chosen and based on the level of heterogeneity (religion, ethnicity, and culture). Sampling method used multi-stage random sampling.This article also described the portrait of resilience of Pancasila ideology in the nine (9) cities of IndonesiaABSTRAKKetahanan Ideologi Pancasila mengalami pasang surut. Hal ini tidak terlepas dari adanya upaya dan kejadian dalam masyarakat yang membuat ketahanan ideologi Pancasila menguat atau melemah, baik secara sengaja maupun di luar kesengajaan. Terkait dengan kondisi Indonesia saat ini yang tengah mengalami problematika ideologis, 278 Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 25, No. 2, Agustus 2019: 277-294 penelitian ini sangat diperlukan untuk mengkaji pentingnya ketahanan ideologi Pancasila dalam mendukung ketahanan nasional; apa saja faktor yang memperkuat dan memperlemah ketahanan ideologi Pancasila; serta upaya apa saja yang bisa dilakukan untuk meningkatkan ketahanan ideologi Pancasila. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan dan pustaka, di antaranya wawancara, FGD, survei, dan kajian pustaka. Penelitian ini juga menjelaskan secara ringkas instrument Indeks Ideologi (IKIP). Aspek utama yang diukur dalam IKIP ini adalah ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial. Pada setiap aspek dikategorsasikan lagi ke dalam indikator-indikator yaitu yaitu politik, kenegaraan-kebangsaan, sosial, kebudayaan, keagamaan, dan ekonomi. Artikel ini ditulis berdasarkan penelitian selama dua tahun (2017-2018) pada sembilan provinsi di Indonesia, yaitu Manokwari (Papua Barat), Ambon (Maluku), Kupang (NTT), Denp
【摘要】潘卡西拉思想的弹性有起伏的条件。这与社会的努力和现象是分不开的。这种现象导致潘卡西拉意识形态的弹性或增强或减弱。此外,印尼目前的状况正经历着意识形态问题。本文阐述了Pancasila意识形态弹性在支持国家弹性方面的重要性,削弱和增强Pancasila意识形态弹性的因素有哪些,加强Pancasila意识形态弹性的措施有哪些。本研究采用实地调研和图书馆调研相结合的方法,即访谈法、FGD法、调查法和文献法。本研究还简要介绍了Pancasila意识形态指数(iip)的测量方法。iip衡量的主要方面是神性、人性、团结、受欢迎程度和社会正义。iip的指标是政治、民族、社会、文化、宗教和经济。这篇文章是根据在印度尼西亚九个省进行的为期两年(2017-2018)的研究编写的。即:马诺瓦里(西巴布亚)、安汶(马鲁古)、库邦(东努沙登加拉)、登巴萨(巴厘岛)、望加锡(南苏拉威西)、棉兰(北苏门答腊)、庞提纳(西加里曼丹)、日惹(日惹特区)和雅加达。地点的选择是基于异质性(宗教、种族和文化)的水平。抽样方法采用多阶段随机抽样。本文还描述了潘卡西拉意识形态在印度尼西亚九(9)个城市的恢复力画像。Hal ini tidak terlepas dari adanya upaya dan kejadian dalam masyarakat yang成员ketahanan意识形态Pancasila menguat atau melemah, baik secara senjaja maupun di luar kesengajaan。Terkait dengan kondisi Indonesia saat ini yang tengah mengalami problematika ideology, 278, journal of Ketahanan national, Vol. 25, No. 2, august 2019: 277-294 penelitian ini sangat diperlukan untuk mengkaji pentingnya Ketahanan ideologi Pancasila dalam mendukung Ketahanan national;杨氏家族的成员、中国的成员、中国的成员、中国的意识形态;这是一种意识形态的潘卡西拉。Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan dan pustaka, di antaranya wawancara, FGD, survei, dan kajian pustaka。Penelitian ini juga menjelaskan secara ringkas instrument Indeks ideology (iip)。Aspek utama yang diukur dalam iip ini adalah ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan social。巴基斯坦设置了一个主要的词汇,如指标,指标,政治,国民经济,社会,国民经济,经济。Artikel ini ditulis berdasarkan penelitian selama dua tahun (2017-2018) pada sembilan provinsi di Indonesia, yitu Manokwari(巴布亚巴拉特),安汶(马鲁古),古邦(NTT),登巴萨(巴厘岛),望加锡(苏拉威西西巴拉特),Pontianak(加里曼丹巴拉特),日惹(DIY),雅加达(DKI雅加达),丹棉兰(苏门答腊北部)。译:pilihan lokasi berdasarkan tingkat heterogenitas agama, suku, dan budaya。方法是采用多阶段随机抽样法进行调查。我是说我的企鹅,我的企鹅,我的企鹅,我的企鹅,我的企鹅。
{"title":"Indeks Ketahanan Ideologi Pancasila","authors":"S. Maharani, Surono Surono, A. Zubaidi, Hadi Sutarmanto","doi":"10.22146/JKN.31823","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/JKN.31823","url":null,"abstract":"ABSTRACTThe Resilience of Pancasila Ideology had ups and downs conditions. Its could not be separated from the efforts and phenomenon in the society. That phenomenon caused the relisilience of Pancasila ideology be strengthened or weakened. Moreover, the condition of Indonesia was experiencing ideological problems right now. This paper decribed about the importance of the resilience of Pancasila ideology in supporting to national resilience, what were the factors that weakened and strengthened the resilience of Pancasila ideology, and what efforts should be made to strengthened the resilience of Pancasila ideology. The methods used in this research were field research and library research, namely interview, FGD, survey, and literature review. This research also briefly described about the instrument of Pancasila Ideology Index (IKIP). The main aspects measured in IKIP were divinity, humanity, unity, popularness, and social justice. The indicators of IKIP were politics, nationality, social, cultural, religious and economic. This article was written and based on research for two years (2017-2018) conducted in nine provinces in Indonesia. Namely: Manokwari (West Papua), Ambon (Maluku), Kupang (East Nusa Tenggara), Denpasar (Bali), Makassar (South Sulawesi), Medan (North Sumatra), Pontianak (West Kalimantan), Yogyakarta (Yogyakarta Special Region), and Jakarta. The location was chosen and based on the level of heterogeneity (religion, ethnicity, and culture). Sampling method used multi-stage random sampling.This article also described the portrait of resilience of Pancasila ideology in the nine (9) cities of IndonesiaABSTRAKKetahanan Ideologi Pancasila mengalami pasang surut. Hal ini tidak terlepas dari adanya upaya dan kejadian dalam masyarakat yang membuat ketahanan ideologi Pancasila menguat atau melemah, baik secara sengaja maupun di luar kesengajaan. Terkait dengan kondisi Indonesia saat ini yang tengah mengalami problematika ideologis, 278 Jurnal Ketahanan Nasional, Vol. 25, No. 2, Agustus 2019: 277-294 penelitian ini sangat diperlukan untuk mengkaji pentingnya ketahanan ideologi Pancasila dalam mendukung ketahanan nasional; apa saja faktor yang memperkuat dan memperlemah ketahanan ideologi Pancasila; serta upaya apa saja yang bisa dilakukan untuk meningkatkan ketahanan ideologi Pancasila. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan dan pustaka, di antaranya wawancara, FGD, survei, dan kajian pustaka. Penelitian ini juga menjelaskan secara ringkas instrument Indeks Ideologi (IKIP). Aspek utama yang diukur dalam IKIP ini adalah ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan sosial. Pada setiap aspek dikategorsasikan lagi ke dalam indikator-indikator yaitu yaitu politik, kenegaraan-kebangsaan, sosial, kebudayaan, keagamaan, dan ekonomi. Artikel ini ditulis berdasarkan penelitian selama dua tahun (2017-2018) pada sembilan provinsi di Indonesia, yaitu Manokwari (Papua Barat), Ambon (Maluku), Kupang (NTT), Denp","PeriodicalId":31252,"journal":{"name":"Jurnal Ketahanan Nasional","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46076250","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRACTThe 1997 reforms brought changes in regional governance from a centralized model to decentralization. The village autonomy Law number 6 year 2014 was showed a new era where the existence of villages was appreciated as the smallest unit of government system in Indonesia, with all its diversity as local wisdom to strengthened community resilience nationally starting from the village. This study used descriptive qualitative method, with the analysis step according to Bogdan and Biklen (1982), carried out 2 (two), namely the first stage of data analysis during the field and second analysis of data after collected. The research location of Pandansari village, Ngantang District, Malang Regency, was affected by the Mount Kelud eruption which affected the resilience of rural communities. Data was taken by interview techniques, observations and supporting documents. The results of the study showed that after the impact of the Mount Kelud disaster the resilience of the community was quite disturbed, but it could return to normal with the efforts to developed resilience of rural communities by integrating social capital that existed in the community. Thus, Social capital that developed in the community contributed to developed community resilience after natural disasters.ABSTRAKReformasi tahun 1997 membawa perubahan tatakelola pemerintahan daerah dari model sentralisasi kepada desentralisasi. Kemudian dalam otonomi desa terbit Undang-Undang nomor 6 tahun 2014. Hal ini menunjukkan era baru dimana keberadaan desa diapresiasi sebagai unit terkecil system pemerintahan di Indonesia, dengan segala keragamannya sebagai kearifan lokal, untuk memperkuat ketahanan masyarakat secara nasional yang dimulai dari desa.Penelitian ini menggunakan metode diskriptif kualitatif , dengan langkah analisis menurut Bogdan dan Biklen (1982), dilakukan 2 (dua) yaitu tahap pertama analisis data selama di lapangan dan kedua analisis data setelah terkumpul. Lokasi penelitian Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, yang terkena dampak bencana letusan Gunung Kelud yang berpengaruh terhadap ketahanan masyarakat desa. Data diambil dengan teknik wawancara, observasi dan dokumen pendukung.Hasil penelitian menunjukkan pasca dampak bencana Gunung Kelud ketahanan masyarakat cukup terganggu, tetapi dapat kembali normal dengan adanya upaya pengembangan ketahanan masyarakat desa dengan mengintegrasikan modal sosial (social capital) yang ada pada masyarakat. Modal sosial yang berkembang pada masyarakat memberikan kontribusi dalam mengembangkan ketahanan masyarakat pasca bencana alam.
摘要1997年的改革带来了区域治理由集中式向分权式的转变。2014年第6号《村庄自治法》显示了一个新时代,在这个时代,村庄的存在被认为是印度尼西亚最小的政府系统单位,它的所有多样性都是地方智慧,以加强从村庄开始的全国社区复原力。本研究采用描述性定性方法,按照Bogdan和Biklen(1982)的分析步骤,进行了2(2),即实地数据分析的第一阶段和收集后数据分析的第二阶段。研究地点为玛琅县Ngantang区Pandansari村,该村庄受到克鲁德火山喷发的影响,影响了农村社区的恢复能力。通过访谈技术、观察和支持文件获取数据。研究结果表明,克鲁德山灾害发生后,农村社区的复原力受到了很大的干扰,但通过整合社区现有的社会资本,努力发展农村社区的复原力,可以使其恢复正常。因此,在社区中发展的社会资本有助于自然灾害后社区恢复力的发展。[摘要]改革开放,1997年,中国中央集权化、中央集权化、中央集权化、中央集权化、中央集权化、中央集权化、中央集权化、中央集权化、中央集权化。2014年6月6日。Hal ini menunjukkan era baru dimana keberadaand desa diapresasi sebagai单位通信系统首长为印度尼西亚,denan segala keragamannya sebagai kearifan地方,untuk成员perkuat ketahanan masyarakat secara国家yang dimulai dari desa。Penelitian ini menggunakan方法diskriptif quality, dengan langkah分析menurut Bogdan dan Biklen (1982), dilakukan 2 (dua) yitittahap层析分析数据selama di lapangan dan kedua分析数据setelah terkumpul。Lokasi penelitian Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, yang terkena dampak bencana letusan Gunung Kelud yang berpengaruh terhadap ketahanan masyarakat Desa。数据来源:dengan tecknik wawanka,观测数据来源:dengan pendukung。Hasil penelitian menunjukkan pasca dampak bencana Gunung Kelud ketahanan masyarakat cuup terganggu, tetapi dapat kembali normal dengan adanya upaya pengembangan ketahanan masyarakat desa dengan mengintegrasikan modal social(社会资本)yang ada ada masyarakat。模态社会yang berkembang pada masyarakat memberikkan kontribusi dalam mengembangkan ketahanan masyarakat pasca bencanana alam。
{"title":"Memperkuat Ketahanan Masyarakat Berbasis Social Capital Pada Era Otonomi Desa (Studi Di Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang)","authors":"Mochammad Rozikin","doi":"10.22146/JKN.44904","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/JKN.44904","url":null,"abstract":" ABSTRACTThe 1997 reforms brought changes in regional governance from a centralized model to decentralization. The village autonomy Law number 6 year 2014 was showed a new era where the existence of villages was appreciated as the smallest unit of government system in Indonesia, with all its diversity as local wisdom to strengthened community resilience nationally starting from the village. This study used descriptive qualitative method, with the analysis step according to Bogdan and Biklen (1982), carried out 2 (two), namely the first stage of data analysis during the field and second analysis of data after collected. The research location of Pandansari village, Ngantang District, Malang Regency, was affected by the Mount Kelud eruption which affected the resilience of rural communities. Data was taken by interview techniques, observations and supporting documents. The results of the study showed that after the impact of the Mount Kelud disaster the resilience of the community was quite disturbed, but it could return to normal with the efforts to developed resilience of rural communities by integrating social capital that existed in the community. Thus, Social capital that developed in the community contributed to developed community resilience after natural disasters.ABSTRAKReformasi tahun 1997 membawa perubahan tatakelola pemerintahan daerah dari model sentralisasi kepada desentralisasi. Kemudian dalam otonomi desa terbit Undang-Undang nomor 6 tahun 2014. Hal ini menunjukkan era baru dimana keberadaan desa diapresiasi sebagai unit terkecil system pemerintahan di Indonesia, dengan segala keragamannya sebagai kearifan lokal, untuk memperkuat ketahanan masyarakat secara nasional yang dimulai dari desa.Penelitian ini menggunakan metode diskriptif kualitatif , dengan langkah analisis menurut Bogdan dan Biklen (1982), dilakukan 2 (dua) yaitu tahap pertama analisis data selama di lapangan dan kedua analisis data setelah terkumpul. Lokasi penelitian Desa Pandansari, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang, yang terkena dampak bencana letusan Gunung Kelud yang berpengaruh terhadap ketahanan masyarakat desa. Data diambil dengan teknik wawancara, observasi dan dokumen pendukung.Hasil penelitian menunjukkan pasca dampak bencana Gunung Kelud ketahanan masyarakat cukup terganggu, tetapi dapat kembali normal dengan adanya upaya pengembangan ketahanan masyarakat desa dengan mengintegrasikan modal sosial (social capital) yang ada pada masyarakat. Modal sosial yang berkembang pada masyarakat memberikan kontribusi dalam mengembangkan ketahanan masyarakat pasca bencana alam.","PeriodicalId":31252,"journal":{"name":"Jurnal Ketahanan Nasional","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43842280","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Ratih Ineke Wati, Alia Bihrajihant Raya, A. Widiastuti, F. Rohmah, D. Utami
ABSTRACTCacao was the mainfarmcommodity cultivated by farmers in Nglengkong Hamlet since 1980s. So far, farming activities of cacao, including cultivation till marketing, were conducted dominanly by male farmer. The research aimed to dug the potency of women in supporting the cacao beans marketing in order to realized the food resilience of farm household in Ngelngkong Hamlet, Giripurwo Village, Girimulyo District, Kulon Progo Regency.This research used descriptive qualitative approach with Participation Action Research (PAR) method. The data were obtained by Focus Group Discussion (FGD) with the farmer wifes and women representative from each neighbourhood association (Rukun Tetangga – RT) as the informant. The collected information was then analized using SWOT.The result showed that the farmer wife could be involved in marketing process of cacao beanss by using social capital that had been developed among the women in order to got information, expanded the network, and gained the potential buyers. Farmer wive were willing to involeved when their contribution could be the assurance of achiving household food resilience. All this time, the low cacao selling price became the main problem because each farmer sold the beans in the small amount with ununiformed quality. The deal of farmer wives was necessary to built the marketing pattern of cacao beans because they had potency to influenced farmers in selecting the market. The establishment of women farmer group by using social capital could be one of the solution. Beside engaged in the marketing, women could help the post-harvest activities, such as fermentation and dring cacao beans. Post-harvest activities were not as heavy as cultivation one but needed persistence thus opened the big opportunity for women participation. If the farmer could manage the farm, did fermentation, and dried the beans well according to SNI 01-2323-2008, the chance to met the global marketing challenge would increase. Finally, the women involvement in cacao farming would realize the food resilience of farm household through the the increasing household income.ABSTRAKKakao merupakan komoditas unggulan perkebunan yang diusahakan masyarakat tani Dusun Nglengkong sejak tahun 1980an. Selama ini,aktivitas usaha tani kakao dari penanaman hingga pemasaran dilakukan secara dominan oleh petani pria. Penelitian bertujuan untuk menggali potensi wanita dalam mendukung pemasaran biji kakao guna mewujudkan ketahanan pangan rumah tangga tani di Dusun Nglengkong, Desa Giripurwo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif diskriptif dengan metode Participation Action Research (PAR). Data diperoleh melalui Focus Group Discussion (FGD) dengan informan istri petani kakao dan perwakilan wanita tiap Rukun Tetangga (RT). Informasi yang dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan SWOT.Hasil penelitian menunjukkan bahwa istri petani kakao dapat dilibatkan dalam proses pemasaran biji kakao dengan
{"title":"Potensi Wanita Dalam Mendukung Pemasaran Biji Kakao Untuk Mewujudkan Ketahanan Pangan Rumah Tangga (Studi Di Dusun Nglengkong, Desa Giripurwo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo, Jawa Tengah)","authors":"Ratih Ineke Wati, Alia Bihrajihant Raya, A. Widiastuti, F. Rohmah, D. Utami","doi":"10.22146/JKN.43700","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/JKN.43700","url":null,"abstract":" ABSTRACTCacao was the mainfarmcommodity cultivated by farmers in Nglengkong Hamlet since 1980s. So far, farming activities of cacao, including cultivation till marketing, were conducted dominanly by male farmer. The research aimed to dug the potency of women in supporting the cacao beans marketing in order to realized the food resilience of farm household in Ngelngkong Hamlet, Giripurwo Village, Girimulyo District, Kulon Progo Regency.This research used descriptive qualitative approach with Participation Action Research (PAR) method. The data were obtained by Focus Group Discussion (FGD) with the farmer wifes and women representative from each neighbourhood association (Rukun Tetangga – RT) as the informant. The collected information was then analized using SWOT.The result showed that the farmer wife could be involved in marketing process of cacao beanss by using social capital that had been developed among the women in order to got information, expanded the network, and gained the potential buyers. Farmer wive were willing to involeved when their contribution could be the assurance of achiving household food resilience. All this time, the low cacao selling price became the main problem because each farmer sold the beans in the small amount with ununiformed quality. The deal of farmer wives was necessary to built the marketing pattern of cacao beans because they had potency to influenced farmers in selecting the market. The establishment of women farmer group by using social capital could be one of the solution. Beside engaged in the marketing, women could help the post-harvest activities, such as fermentation and dring cacao beans. Post-harvest activities were not as heavy as cultivation one but needed persistence thus opened the big opportunity for women participation. If the farmer could manage the farm, did fermentation, and dried the beans well according to SNI 01-2323-2008, the chance to met the global marketing challenge would increase. Finally, the women involvement in cacao farming would realize the food resilience of farm household through the the increasing household income.ABSTRAKKakao merupakan komoditas unggulan perkebunan yang diusahakan masyarakat tani Dusun Nglengkong sejak tahun 1980an. Selama ini,aktivitas usaha tani kakao dari penanaman hingga pemasaran dilakukan secara dominan oleh petani pria. Penelitian bertujuan untuk menggali potensi wanita dalam mendukung pemasaran biji kakao guna mewujudkan ketahanan pangan rumah tangga tani di Dusun Nglengkong, Desa Giripurwo, Kecamatan Girimulyo, Kabupaten Kulon Progo.Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif diskriptif dengan metode Participation Action Research (PAR). Data diperoleh melalui Focus Group Discussion (FGD) dengan informan istri petani kakao dan perwakilan wanita tiap Rukun Tetangga (RT). Informasi yang dikumpulkan kemudian dianalisis menggunakan SWOT.Hasil penelitian menunjukkan bahwa istri petani kakao dapat dilibatkan dalam proses pemasaran biji kakao dengan ","PeriodicalId":31252,"journal":{"name":"Jurnal Ketahanan Nasional","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-08-23","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48846088","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
F. X. Dako, R. Purwanto, Lies Rahayu Wijayanti Faida, S. Sumardi
ABSTRACT This study aimed to determined the consumption of various types of foodstuffs by the people in and around the Mutis Timau protected forest area, South Central Timor District Forest Management Unit. The method used was a survey method with a qualitative and quantitative approach with a sample of 353 farmer households distributed proportionally to each village which included Nunbena, Noebesi, Leloboko, Tunua, Ajaobaki, Nuapin, Nenas, Kuanoel, and Fatumnasi. The research was conducted through several stages which included the preparation stage, data collection and analysis phase. Methods of data collection in this study were conducted using structured questionnaires, in-depth interviews, field observations, and literature studies. The data obtained was processed by tabulating data and then analyzed qualitatively and quantitatively by a descriptive method. The results showed that consumption of various types of food per family per day varied in each village with an average consumption of rice 0.86 kg, corn 0.83 kg, cassava 0.25 kg, sweet potatoes 0.28 kg, green beans 0.10 kg and tourist nuts 0.09 kg. While the average consumption per capita per day for rice was 0.18 kg, corn was 0.17 kg, cassava was 0.05 kg, sweet potatoes were 0.06 kg, green beans were 0.02 kg and nuts were 0.01 kg. The number of households that consumed the type of food that was combined every time they cooked includes corn rice (BJ) 12.46%, sweet potato rice (BJU) 60.05%, corn sweet potato rice (BJUK) 24.92%, corn bean rice (BJK) 1.41% and sweet potato (BU) 1.13%. This combination of eating patterns showed that there were efforts made by households in the society to maintained family food resilience, and widely to maintained society food resilienceABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsumsi berbagai jenis bahan makanan oleh masyarakat yang berada di dalam dan sekitar kawasan hutan lindung Mutis Timau, Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Timor Tengah Selatan.Metode yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan sampel 353 KK petani yang terdistribusi secara proporsional pada setiap desa yang meliputi Nunbena, Noebesi, Leloboko, Tunua, Ajaobaki, Nuapin, Nenas, Kuanoel dan Fatumnasi. Penelitian dilakukan melalui beberapa tahapan yang meliputi tahap persiapan, tahap pengumpulan dan analisis data. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner terstruktur, wawancara mendalam, observasi lapangan dan studi literatur. Data yang diperoleh diolah dengan melakukan tabulasi data dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif dengan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi berbagai jenis bahan makanan setiap keluarga per hari bervariasi pada setiap desa dengan rata-rata konsumsi beras 0,86 kg, jagung 0,83 kg, ubi kayu 0,25 kg, ubi jalar 0,28 kg, kacang hijau 0,10 kg, dan kacang turis 0,09 kg. Sedangkan konsumsi rata-rata per kapita per hari untuk beras 0,
{"title":"Tipologi Pola Konsumsi Pangan Untuk Menjaga Ketahanan Pangan Masyarakat Sekitar Kawasan Hutan Lindung Mutis Timau KPH Kabupaten Timor Tengah Selatan","authors":"F. X. Dako, R. Purwanto, Lies Rahayu Wijayanti Faida, S. Sumardi","doi":"10.22146/JKN.39544","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/JKN.39544","url":null,"abstract":"ABSTRACT This study aimed to determined the consumption of various types of foodstuffs by the people in and around the Mutis Timau protected forest area, South Central Timor District Forest Management Unit. The method used was a survey method with a qualitative and quantitative approach with a sample of 353 farmer households distributed proportionally to each village which included Nunbena, Noebesi, Leloboko, Tunua, Ajaobaki, Nuapin, Nenas, Kuanoel, and Fatumnasi. The research was conducted through several stages which included the preparation stage, data collection and analysis phase. Methods of data collection in this study were conducted using structured questionnaires, in-depth interviews, field observations, and literature studies. The data obtained was processed by tabulating data and then analyzed qualitatively and quantitatively by a descriptive method. The results showed that consumption of various types of food per family per day varied in each village with an average consumption of rice 0.86 kg, corn 0.83 kg, cassava 0.25 kg, sweet potatoes 0.28 kg, green beans 0.10 kg and tourist nuts 0.09 kg. While the average consumption per capita per day for rice was 0.18 kg, corn was 0.17 kg, cassava was 0.05 kg, sweet potatoes were 0.06 kg, green beans were 0.02 kg and nuts were 0.01 kg. The number of households that consumed the type of food that was combined every time they cooked includes corn rice (BJ) 12.46%, sweet potato rice (BJU) 60.05%, corn sweet potato rice (BJUK) 24.92%, corn bean rice (BJK) 1.41% and sweet potato (BU) 1.13%. This combination of eating patterns showed that there were efforts made by households in the society to maintained family food resilience, and widely to maintained society food resilienceABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui konsumsi berbagai jenis bahan makanan oleh masyarakat yang berada di dalam dan sekitar kawasan hutan lindung Mutis Timau, Kesatuan Pengelolaan Hutan Kabupaten Timor Tengah Selatan.Metode yang digunakan adalah metode survey dengan pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan sampel 353 KK petani yang terdistribusi secara proporsional pada setiap desa yang meliputi Nunbena, Noebesi, Leloboko, Tunua, Ajaobaki, Nuapin, Nenas, Kuanoel dan Fatumnasi. Penelitian dilakukan melalui beberapa tahapan yang meliputi tahap persiapan, tahap pengumpulan dan analisis data. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan kuesioner terstruktur, wawancara mendalam, observasi lapangan dan studi literatur. Data yang diperoleh diolah dengan melakukan tabulasi data dan selanjutnya dianalisis secara kualitatif dan kuantitatif dengan metode deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsumsi berbagai jenis bahan makanan setiap keluarga per hari bervariasi pada setiap desa dengan rata-rata konsumsi beras 0,86 kg, jagung 0,83 kg, ubi kayu 0,25 kg, ubi jalar 0,28 kg, kacang hijau 0,10 kg, dan kacang turis 0,09 kg. Sedangkan konsumsi rata-rata per kapita per hari untuk beras 0,","PeriodicalId":31252,"journal":{"name":"Jurnal Ketahanan Nasional","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42702178","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Corryati Wardani, Jamhari Jamhari, S. Hardyastuti, A. Suryantini
ABSTRACT The study analyzed rice resiliencei Indonesia using the rice security index indicator to described the performance of rice resilience by comparing Java and Outside Java condition in the period of 2005-2017. The method used was a descriptive approach, based on secondary data in the form of time series data from the Central Statistics Agency (BPS), Ministry of Agriculture (MOA), and Logistics Affairs Agency (Bulog). The data was in the form of rice production, rice consumption, rice stocks, export and import of rice and other relevant data. The study was conducted by compiling a food balance sheet and calculating the ratio of the availability of per capita rice to the consumption of per capita rice, considering the expectation of rice self-sufficiency. The results of the analysis showed that either in Java, Outside Java or at the national level, it indicated that rice production increased due to the increase of productivity, national rice consumption growth -0.0013 percent driven by per capita rice consumption growth -1.35 percent despite population growth of 1.47 percent while rice resilience grew 7.68 percent per year. Condition Outside Java had a better performance of rice resilience than Java with an increase in the relative surplus of rice availability which was 44.54 percent higher than Java. Java achieved a lower increase in rice resilience due to the lower growth in the availability of per capita rice and decreased per capita rice consumption compared to Outside Java.Optimizing of rice production Outside Java and management of community consumption patterns through means to diversified staple foods and increased the nutritional quality of consumption need to be done so that rice resilience in the future will increasedABSTRAKPenelitian mengkaji ketahanan beras di Indonesia menggunakan indikator indeks ketahanan beras untukmengambarkan kinerja ketahanan beras denganmembandingkan Jawa dan luar Jawa periode 2005-2017. Metode yang digunakan adalah pendekatan deskriptif, berdasarkan data sekunder berupa data Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Pertanian (Kementan), dan Badan Urusan Logistik (Bulog), berupadata produksi padi, konsumsi beras, stok beras, ekspor dan impor beras serta data lain yang relevan. Kajian dilakukan dengan menyusun neraca bahan makanan dan menghitung rasio ketersediaan beras per kapitadengan konsumsi beras per kapita, mempertimbangkan harapan kemandirian beras. Hasil analisis regional Jawa dan luar Jawa maupun nasional menunjukkan produksi padi meningkat karena peningkatan produktivitas. Pertumbuhan konsumsi beras nasional -0,0013 persen didorongpertumbuhan konsumsi beras per kapita-1,35 persen meskipun terjadi pertumbuhan penduduk 1,47 persen, sehingga kinerja ketahanan beras tumbuh 7,68 persen per tahun.Kinerja ketahanan beras luar Jawalebih baik daripada Jawa dengan peningkatan surplus relatif ketersediaan beras lebih tinggi 44,54 persen dibanding Jawa.Peningkatan ketahanan berasJawa lebih rendah karena pert
{"title":"Kinerja Ketahanan Beras Di Indonesia: Komparasi Jawa Dan Luar Jawa Periode 2005-2017","authors":"Corryati Wardani, Jamhari Jamhari, S. Hardyastuti, A. Suryantini","doi":"10.22146/JKN.41770","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/JKN.41770","url":null,"abstract":"ABSTRACT The study analyzed rice resiliencei Indonesia using the rice security index indicator to described the performance of rice resilience by comparing Java and Outside Java condition in the period of 2005-2017. The method used was a descriptive approach, based on secondary data in the form of time series data from the Central Statistics Agency (BPS), Ministry of Agriculture (MOA), and Logistics Affairs Agency (Bulog). The data was in the form of rice production, rice consumption, rice stocks, export and import of rice and other relevant data. The study was conducted by compiling a food balance sheet and calculating the ratio of the availability of per capita rice to the consumption of per capita rice, considering the expectation of rice self-sufficiency. The results of the analysis showed that either in Java, Outside Java or at the national level, it indicated that rice production increased due to the increase of productivity, national rice consumption growth -0.0013 percent driven by per capita rice consumption growth -1.35 percent despite population growth of 1.47 percent while rice resilience grew 7.68 percent per year. Condition Outside Java had a better performance of rice resilience than Java with an increase in the relative surplus of rice availability which was 44.54 percent higher than Java. Java achieved a lower increase in rice resilience due to the lower growth in the availability of per capita rice and decreased per capita rice consumption compared to Outside Java.Optimizing of rice production Outside Java and management of community consumption patterns through means to diversified staple foods and increased the nutritional quality of consumption need to be done so that rice resilience in the future will increasedABSTRAKPenelitian mengkaji ketahanan beras di Indonesia menggunakan indikator indeks ketahanan beras untukmengambarkan kinerja ketahanan beras denganmembandingkan Jawa dan luar Jawa periode 2005-2017. Metode yang digunakan adalah pendekatan deskriptif, berdasarkan data sekunder berupa data Badan Pusat Statistik (BPS), Kementerian Pertanian (Kementan), dan Badan Urusan Logistik (Bulog), berupadata produksi padi, konsumsi beras, stok beras, ekspor dan impor beras serta data lain yang relevan. Kajian dilakukan dengan menyusun neraca bahan makanan dan menghitung rasio ketersediaan beras per kapitadengan konsumsi beras per kapita, mempertimbangkan harapan kemandirian beras. Hasil analisis regional Jawa dan luar Jawa maupun nasional menunjukkan produksi padi meningkat karena peningkatan produktivitas. Pertumbuhan konsumsi beras nasional -0,0013 persen didorongpertumbuhan konsumsi beras per kapita-1,35 persen meskipun terjadi pertumbuhan penduduk 1,47 persen, sehingga kinerja ketahanan beras tumbuh 7,68 persen per tahun.Kinerja ketahanan beras luar Jawalebih baik daripada Jawa dengan peningkatan surplus relatif ketersediaan beras lebih tinggi 44,54 persen dibanding Jawa.Peningkatan ketahanan berasJawa lebih rendah karena pert","PeriodicalId":31252,"journal":{"name":"Jurnal Ketahanan Nasional","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43524935","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRACTThis study aimed to analyzed form and capabilities of youth control, as well as to assessed their implications for regional resilience. Regional resilience was analyzed through the aspect of environmental, economic, social and security resilience, in which they were directly related to the oil and gas project activities in Cepu Block, namely Banyuurip area, Jambaran Tiung Biru area, and Pipe Line area. This study used qualitative methods, as it seeked to revealed the complex and deep social reality in the Cepu Block area. Using theory of access from Ribbot and Peluso (2003) which emphasized the ability of youth in controlling the flow of benefits and the impact of a resource. Control was defined as the ability to organized and directed relational actions. The flow of benefits and impacts were controlled in the form of employment benefits and Corporate Social Responsibility (CSR) programs, as well as environmental impacts. Youth had bundle of power to strengthened their control in the form of identity and social relations. This study revealed the diverse realities associated with youth control capabilities, and their implications for regional resilience. The most significant implications were environmental resilience, while economic, social, and security resilience were still vulnerable.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan mengkaji bentuk dan kemampuan kontrol pemuda, serta implikasinya terhadap ketahanan wilayah. Ketahanan wilayah dikaji dalam gatra ketahanan lingkungan, ekonomi, sosial, dan keamanan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, karena berupaya mengungkap realitas sosial yang kompleks dan mendalam di kawasan Blok Cepu. Kontrol pemuda dianalisis menggunakan teori akses dari Ribbot dan Peluso (2003) yang menekankan kemampuan pemuda dalam mengontrol aliran manfaat dan dampak dari suatu sumber daya.Kontrol didefinisikan sebagai kemampuan mengatur dan mengarahkan tindakan relasional. Aliran manfaat dan dampak yang dikontrol berupa manfaat pekerjaan dan program CSR, serta dampak lingkungan. Pemuda menggunakan ikatan kekuatan (bundle of power) untuk memperkuat kontrolnya, terutama berupa identitas dan relasi sosial. Penelitian ini mengungkap realitas yang beragam terkait kemampuan kontrol pemuda, dan implikasinya padaketahanan wilayah. Implikasi yang paling signifikan terdapat pada ketahanan lingkungan, sedangkan ketahanan ekonomi, sosial, dan keamanan masih bersifat rentan.
摘要本研究旨在分析青少年控制的形式和能力,并评估其对区域弹性的影响。从环境、经济、社会和安全韧性四个方面分析区域韧性,其中与Cepu区块的油气项目活动直接相关,即Banyuurip地区、Jambaran Tiung Biru地区和Pipe Line地区。本研究采用定性方法,力图揭示蒲块地区复杂而深刻的社会现实。使用Ribbot和Peluso(2003)的获取理论,该理论强调青年控制利益流动和资源影响的能力。控制被定义为组织和指导关系行为的能力。利益和影响的流动以就业福利和企业社会责任(CSR)计划以及环境影响的形式进行控制。青年以身份和社会关系的形式加强了自己的控制力。这项研究揭示了与青年控制能力相关的各种现实,以及它们对区域复原力的影响。最显著的影响是环境恢复力,而经济、社会和安全恢复力仍然脆弱。摘要/ abstract摘要:penelitian ini bertujuan mengkaji bentuk和kemampuan控制pemuda, serta implikasinya terhadap ketahanan wilayah。Ketahanan wilayah dikaji dalam gatra Ketahanan lingkungan,经济,社会,dan keamanan。Penelitian ini mongunakan方法定性,karena berupaya monungakan realitas social yang kompleks dan mendalam di kawasan Blok Cepu。[3][杨梅内坎坎,孟山都,孟山都,孟山都,孟山都,孟山都,孟山都,孟山都,孟山都,孟山都。]控制定义kan sebagai kemampuan mengatur dan mengarahkan tindakan关系。Aliran manfaat dan danpak yang dicontrol berupa manfaat pekerjaan dan程序CSR, serta danpak lingkungan。Pemuda menggunakan ikatan kekuatan(权力束)untuk成员的权力控制,terutama berupa身份和释放社会。Penelitian ini mengungkap realitas yang beragam terkait kemampuan control pemuda, dan implikasinya padaketahanan wilayah。杨Implikasi木栅signifikan terdapat篇ketahanan lingkungan,而ketahanan ekonomi, sosial,丹keamanan masih bersifat rentan。
{"title":"Kontrol Pemuda Terhadap Tata Kelola Migas Dan Implikasinya Pada Ketahanan Wilayah Di Kawasan Migas Blok Cepu Kabupaten Bojonegoro","authors":"Danang Wahyuhono, Suryo Purwono, Dyah Mutiarin","doi":"10.22146/JKN.38265","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/JKN.38265","url":null,"abstract":"ABSTRACTThis study aimed to analyzed form and capabilities of youth control, as well as to assessed their implications for regional resilience. Regional resilience was analyzed through the aspect of environmental, economic, social and security resilience, in which they were directly related to the oil and gas project activities in Cepu Block, namely Banyuurip area, Jambaran Tiung Biru area, and Pipe Line area. This study used qualitative methods, as it seeked to revealed the complex and deep social reality in the Cepu Block area. Using theory of access from Ribbot and Peluso (2003) which emphasized the ability of youth in controlling the flow of benefits and the impact of a resource. Control was defined as the ability to organized and directed relational actions. The flow of benefits and impacts were controlled in the form of employment benefits and Corporate Social Responsibility (CSR) programs, as well as environmental impacts. Youth had bundle of power to strengthened their control in the form of identity and social relations. This study revealed the diverse realities associated with youth control capabilities, and their implications for regional resilience. The most significant implications were environmental resilience, while economic, social, and security resilience were still vulnerable.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan mengkaji bentuk dan kemampuan kontrol pemuda, serta implikasinya terhadap ketahanan wilayah. Ketahanan wilayah dikaji dalam gatra ketahanan lingkungan, ekonomi, sosial, dan keamanan. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif, karena berupaya mengungkap realitas sosial yang kompleks dan mendalam di kawasan Blok Cepu. Kontrol pemuda dianalisis menggunakan teori akses dari Ribbot dan Peluso (2003) yang menekankan kemampuan pemuda dalam mengontrol aliran manfaat dan dampak dari suatu sumber daya.Kontrol didefinisikan sebagai kemampuan mengatur dan mengarahkan tindakan relasional. Aliran manfaat dan dampak yang dikontrol berupa manfaat pekerjaan dan program CSR, serta dampak lingkungan. Pemuda menggunakan ikatan kekuatan (bundle of power) untuk memperkuat kontrolnya, terutama berupa identitas dan relasi sosial. Penelitian ini mengungkap realitas yang beragam terkait kemampuan kontrol pemuda, dan implikasinya padaketahanan wilayah. Implikasi yang paling signifikan terdapat pada ketahanan lingkungan, sedangkan ketahanan ekonomi, sosial, dan keamanan masih bersifat rentan. ","PeriodicalId":31252,"journal":{"name":"Jurnal Ketahanan Nasional","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46627036","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRACTThis study aimed to determined the resilience of religious people in preventing the occurrence of radicalism in the city of Mataram. This research used indept interview method, field observation, and documentation, while data analysis usedgrounded theory design, that was expressing the experience of the people involved and knowing the problem being studied. This results of this study indicated that the form of cooperation between religious communities in the city of Mataram ran naturally, without any forms of cooperation based on written rules among religious followers. Collaboration based on human values and traditional customs among Hindus, Muslims and Christians. Collaboration with each other helping other religious people in various religious activities was a call and obligation that had been taught by their respective religions. There was an awareness that religion in the theological domain recognizes the existence of the One God, although the expression of religious people was different in defining the form of God in their midst. These forms of natural cooperation could prevent the emergence of religious radicalism in the city of Mataram.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan umat beragama dalam mencegah terjadinya radikalisme di Kota Mataram. Penelitian ini menggunakan metode indept interview, observasi lapangan, dan dokumentasi, sedang analisis data menggunakan desainGrounded Theory, yaitu mengungkapkan pengalaman orang-orang yang terlibat dan mengetahui suatu masalah yang diteliti. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk kerjasama antar umat beragama di Kota Mataram berjalan secara natural, tanpa adanya bentuk-bentuk kerjasama yang didasari oleh aturan-aturan tertulis antar pemeluk agama. Kerjasama yang didasari oleh nilai-nilai kemanusiaan dan adat istiadat turun temurun antar pemeluk agama Hindu, Islam, dan Kristen. Kerjasama saling membantu umat agama lain dalam berbagai kegiatan keagamaan merupakan panggilan dan kewajiban yang telah diajarkan oleh agama masing-masing. Adanya kesadaran bahwa agama dalam ranah teologis mengakui adanya Tuhan Yang Esa, walaupun ekspresi umat beragama berbeda-beda dalam mendefinisikan wujud Tuhan yang berada ditengah-tengah mereka. Bentuk-bentuk kerjasama yang bersifat natural tersebut dapat mencegah munculnya radikalisme agama di Kota Mataram.
{"title":"Ketahanan Umat Beragama Dalam Mencegah Radikalisme di Kota Mataram Nusa Tenggara Barat","authors":"F. Muhtar, Salimul Jihad","doi":"10.22146/JKN.41443","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/JKN.41443","url":null,"abstract":"ABSTRACTThis study aimed to determined the resilience of religious people in preventing the occurrence of radicalism in the city of Mataram. This research used indept interview method, field observation, and documentation, while data analysis usedgrounded theory design, that was expressing the experience of the people involved and knowing the problem being studied. This results of this study indicated that the form of cooperation between religious communities in the city of Mataram ran naturally, without any forms of cooperation based on written rules among religious followers. Collaboration based on human values and traditional customs among Hindus, Muslims and Christians. Collaboration with each other helping other religious people in various religious activities was a call and obligation that had been taught by their respective religions. There was an awareness that religion in the theological domain recognizes the existence of the One God, although the expression of religious people was different in defining the form of God in their midst. These forms of natural cooperation could prevent the emergence of religious radicalism in the city of Mataram.ABSTRAKPenelitian ini bertujuan untuk mengetahui ketahanan umat beragama dalam mencegah terjadinya radikalisme di Kota Mataram. Penelitian ini menggunakan metode indept interview, observasi lapangan, dan dokumentasi, sedang analisis data menggunakan desainGrounded Theory, yaitu mengungkapkan pengalaman orang-orang yang terlibat dan mengetahui suatu masalah yang diteliti. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa bentuk kerjasama antar umat beragama di Kota Mataram berjalan secara natural, tanpa adanya bentuk-bentuk kerjasama yang didasari oleh aturan-aturan tertulis antar pemeluk agama. Kerjasama yang didasari oleh nilai-nilai kemanusiaan dan adat istiadat turun temurun antar pemeluk agama Hindu, Islam, dan Kristen. Kerjasama saling membantu umat agama lain dalam berbagai kegiatan keagamaan merupakan panggilan dan kewajiban yang telah diajarkan oleh agama masing-masing. Adanya kesadaran bahwa agama dalam ranah teologis mengakui adanya Tuhan Yang Esa, walaupun ekspresi umat beragama berbeda-beda dalam mendefinisikan wujud Tuhan yang berada ditengah-tengah mereka. Bentuk-bentuk kerjasama yang bersifat natural tersebut dapat mencegah munculnya radikalisme agama di Kota Mataram.","PeriodicalId":31252,"journal":{"name":"Jurnal Ketahanan Nasional","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43893323","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRACT In this study, it discussed the development of youth in the Indonesian Alumni Paskibraka organization in planting the values of national defense and its implications for personal resilience. This research was conducted at the Purna Paskibraka Indonesia (PPI) organization in Bandung Regency. The purpose of this study were to knew and analyzed the formation of youth in the Full Paskibraka Indonesia in Bandung Regency in the cultivation of values of national defense during the education and training process, and to knew and analyzed the implications of internalizing the defense of the Bandung Regency in terms of personal resilience the paskibraka and alumni. This research used descriptive qualitative research method, where the subject of the researchwas Purna Paskibraka Indonesia, Bandung Regency and the object of research was PPI youth in activities to maintained the values of state defense and its implications for personal resilience. Methods of data collection used the structured interviews, observation, literature studies, documentation studies, and online page search. Data analysis techniques in this study used data reduction, data presentation, and conclusion. The results of the study showed that understanding the concept of state defense was a matter that must be understood and carried out by every citizen according to the guidance of the Act. PPI as a youth organization consisting of selected elements of civil society and special education, must took responsibility for the country’s defense efforts in accordance with the capacity of their organization.Purna Paskibraka Indonesia (PPI) participating in the state defense activities in Bandung Regency was carried out through four models of activities which also produced pillars of commitment. From this participation, it provided an understanding of the values of the nation and state, which then gave awareness to the obligation to defended the country, and also stated its commitment to defended the country. The youth who became the Alumni Paskibraka Indonesia of Bandung Regency showed a strong sense of belonging to the nation and state of Indonesia, showing the pride of identity as an Indonesian nation, having good personal character and showing nationalism at a real level. Therefore, the internalization of state defense must be improved, so that personal resilience could be realized and helped to createdthe national resilience in Indonesia.ABSTRAK Pada penelitian ini membahas tentang pembinaan pemuda dalam organisasi Purna Paskibraka Indonesia dalam penanaman nilai-nilai bela negara dan implikasinya terhadap ketahanan pribadi. Penelitian ini dilakukan pada organisasi Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten Bandung. Tujuan penelitian ini adalahuntuk mengetahui dan menganalisis pembinaan pemuda Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten Bandung dalam penanaman nilai-nilai bela negara selama mengikuti proses pendidikan dan latihan, danuntuk mengetahui dan menganalisis implikasi internalisa
摘要本研究探讨印尼校友会Paskibraka组织青年在培养国防价值观方面的发展及其对个人韧性的影响。这项研究是在印度尼西亚万隆县的Purna Paskibraka (PPI)组织进行的。本研究的目的在于了解并分析万隆摄政的印尼全员青年在教育与训练过程中,在国防价值观的培养上的形成,以及了解和分析万隆摄政的国防内在化对青年和校友的个人弹性的影响。本研究采用描述性质的研究方法,研究对象为印度尼西亚万隆县的Purna Paskibraka,研究对象为PPI青年在维护国家防卫价值观的活动及其对个人弹性的影响。数据收集方法采用结构化访谈法、观察法、文献研究法、文献研究法和在线页面检索法。本研究的数据分析技术采用数据简化、数据呈现和结论。研究结果表明,理解国防概念是每个公民必须根据该法的指导理解和执行的事情。PPI作为一个青年组织,由民间社会和特殊教育的选定元素组成,必须根据其组织的能力承担国家国防工作的责任。参与万隆县国防活动的印尼人民自卫队(PPI)通过四种活动模式进行,这些活动也产生了承诺的支柱。从这种参与中,它提供了对民族和国家价值观的理解,从而使人们意识到保卫国家的义务,并表明了保卫国家的承诺。成为万隆摄政“印尼校友”的青年对印尼民族和国家有强烈的归属感,表现出作为印尼民族的自豪感,具有良好的个人品格,真正表现出民族主义。因此,必须提高国防的内部化,从而实现个人的弹性,并帮助印尼建立国家的弹性。【摘要】【摘要】在印尼,印尼的农民是农民,而农民是农民,而农民是农民。Penelitian ini dilakukan padadorganisaspurna Paskibraka Indonesia Kabupaten Bandung。印度尼西亚语:kabupten Bandung dalam penanaman nilai-nilai bela negara selama mengikuti proprodidikan dan latihan,印度尼西亚语:kabupten Bandung terhadap ketahanan pribadi parkibraka dan alumninya。Penelitian ini menggunakan metde Penelitian kuititalah Purna Paskibraka印度尼西亚Kabupaten Bandung dan objek Penelitian adalah pemuda PPI dalam kegiatan untuk penanaman nilai-nilai bela negara dan implikasinya terhadap ketahanan pribadi。人口普查数据的方法、结构、观测、研究数据、文献研究、人口普查、人口普查等。技术分析数据包括:penelitian数据、penelitian数据、penelitian数据、penelitian数据、penarikan数据、penarikan数据。哈西尔penelitian menunjukkan bahwa pemahaman konsep bela negara menjadi suatu hal yang harus dipahai dan dilakukan oleh setiap warga negara sesuai tunan undang。PPI selaku organisasi kepemudaan yang terdiri atas unsur masyarakat sipil yang terpilih dantelah menempuh pendidikan secara khusus, harus turut bertanggung jawab atas usaha-usaha pembelaan negara sesuai kapasitas kemampuan organisasinya。Purna Paskibraka印度尼西亚berpartisipasi dalam kegiatan bela negara di Kabupaten万隆dilakukan melalui empat模型kegiatan yang juga menghasilkan支柱-支柱komitmen。达里党是一个政党成员,他是一个政党成员,他是一个政党成员,他是一个政党成员,他是一个政党成员,他是一个政党成员。印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚,印度尼西亚。Oleh karena itu internalisasi bela negara harus terus ditingkatkan, sehinga ketahanan pribadapat terwujud and membantu terciptanya ketahanan national di Indonesia。
{"title":"Internalisasi Bela Negara Dalam Pembinaan Kegiatan Pemuda Purna Paskibraka Kabupaten Bandung Untuk Pembentukan Ketahanan Pribadi","authors":"Widodo Surya Ningrat, A. Armawi, Djoko Soerjo","doi":"10.22146/JKN.41866","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/JKN.41866","url":null,"abstract":"ABSTRACT In this study, it discussed the development of youth in the Indonesian Alumni Paskibraka organization in planting the values of national defense and its implications for personal resilience. This research was conducted at the Purna Paskibraka Indonesia (PPI) organization in Bandung Regency. The purpose of this study were to knew and analyzed the formation of youth in the Full Paskibraka Indonesia in Bandung Regency in the cultivation of values of national defense during the education and training process, and to knew and analyzed the implications of internalizing the defense of the Bandung Regency in terms of personal resilience the paskibraka and alumni. This research used descriptive qualitative research method, where the subject of the researchwas Purna Paskibraka Indonesia, Bandung Regency and the object of research was PPI youth in activities to maintained the values of state defense and its implications for personal resilience. Methods of data collection used the structured interviews, observation, literature studies, documentation studies, and online page search. Data analysis techniques in this study used data reduction, data presentation, and conclusion. The results of the study showed that understanding the concept of state defense was a matter that must be understood and carried out by every citizen according to the guidance of the Act. PPI as a youth organization consisting of selected elements of civil society and special education, must took responsibility for the country’s defense efforts in accordance with the capacity of their organization.Purna Paskibraka Indonesia (PPI) participating in the state defense activities in Bandung Regency was carried out through four models of activities which also produced pillars of commitment. From this participation, it provided an understanding of the values of the nation and state, which then gave awareness to the obligation to defended the country, and also stated its commitment to defended the country. The youth who became the Alumni Paskibraka Indonesia of Bandung Regency showed a strong sense of belonging to the nation and state of Indonesia, showing the pride of identity as an Indonesian nation, having good personal character and showing nationalism at a real level. Therefore, the internalization of state defense must be improved, so that personal resilience could be realized and helped to createdthe national resilience in Indonesia.ABSTRAK Pada penelitian ini membahas tentang pembinaan pemuda dalam organisasi Purna Paskibraka Indonesia dalam penanaman nilai-nilai bela negara dan implikasinya terhadap ketahanan pribadi. Penelitian ini dilakukan pada organisasi Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten Bandung. Tujuan penelitian ini adalahuntuk mengetahui dan menganalisis pembinaan pemuda Purna Paskibraka Indonesia Kabupaten Bandung dalam penanaman nilai-nilai bela negara selama mengikuti proses pendidikan dan latihan, danuntuk mengetahui dan menganalisis implikasi internalisa","PeriodicalId":31252,"journal":{"name":"Jurnal Ketahanan Nasional","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45489870","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRACTIndependence in the Field of Major Weapons Systems, especially technology in the defense industry, the government through PT. Dahana in collaboration with PT. Sari Bahari Malang, had developed and produced P 100 Live Bombs. The P 100 Live bomb was a type of high explosive fragmented bomb but was not included in the smart bomb group. The presence of the P 100 Live Bomb was expected to strengthened the Sukhoi Air Force Combat Aircraft storefront for meeting domestic needs to supported the durability of the Weapon System Main Tool. At present the bomb had been mass produced but in its production there were still a number of obstacles this research needs. This study aimed to determined the role of PT. Dahana, knew the inhibiting and supporting factors and formulated strategies in the production of Live P 100 Bombs. The study was conducted using descriptive analysis methods that presented data and facts. Alternative strategies were analyzed by SWOT analysis. The results of the study showed that First, the role of PT. Dahana in the production of Live P 100 Bombs as a lead integrator. Second, six prominent aspects were found, namely technology / machine aspects, regulatory aspects, capital aspects, HR aspects, management aspects, and material aspects. The six aspects, which made the inhibiting factors were material aspects, HR, and capital, while those that made the driving factors were the aspects of technology / machinery, regulation, and management. Third, the SWOT analysis described Quadrant IV, namely the consolidation strategy, “optimizing opportunities and minimizing weaknesses”.ABSTRAKKemandirian dibidang Alat Utama Sistem Senjata khususnya teknologi industri pertahanan, pemerintah melalui PT. Dahana yang bekerjasama dengan PT. Sari Bahari Malang, telah mengembangkan dan memproduksi Bom P 100 Live.Bom P 100 Live adalah jenis bom berfragmentasi daya ledak tinggi tetapibukan termasuk kedalam golonganbom pintar.Hadirnya Bom P 100 Live diharapkan dapat memperkuat etalase senjata Pesawat Tempur Sukhoi TNI AU untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri guna mendukung ketahanan Alat Utama Sistem Senjata.Saat ini bom tersebut telah di produksi secara massal namun dalam produksinya masih menjumpai sejumlah kendala hal ini diperlukannya penelitian.Penelitian ini bertujuan mengetahui peran PT. Dahana, mengetahui faktor penghambat dan pendukung serta merumuskan strategi dalam produksi Bom P 100 Live. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analisis yang memaparkan data dan fakta. Strategi alternatif dianalisis dengan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwaPertama, peran PT. Dahana dalam produksi Bom P 100 Live sebagai lead integrator. Kedua, ditemukan enam aspek yang menonjol yaituaspek teknologi/mesin, aspekregulasi, aspek modal, aspek SDM, aspek manjemen, dan aspek material. Keenam aspek tersebut, yang menjadikan faktor penghambat yaitu aspek material, SDM, dan modal, sedangkan yang menjadikan faktor pendorong yaitu as
{"title":"Strategi Produksi “Bom P 100 Live” Untuk Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri Guna Mendukung Ketahanan Alat Utama Sistem Senjata (Studi Di PT. Dahana (Persero) Subang, Provinsi Jawa Barat)","authors":"Deden Ependi, Agus Prasetya, A. Armawi","doi":"10.22146/JKN.42697","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/JKN.42697","url":null,"abstract":" ABSTRACTIndependence in the Field of Major Weapons Systems, especially technology in the defense industry, the government through PT. Dahana in collaboration with PT. Sari Bahari Malang, had developed and produced P 100 Live Bombs. The P 100 Live bomb was a type of high explosive fragmented bomb but was not included in the smart bomb group. The presence of the P 100 Live Bomb was expected to strengthened the Sukhoi Air Force Combat Aircraft storefront for meeting domestic needs to supported the durability of the Weapon System Main Tool. At present the bomb had been mass produced but in its production there were still a number of obstacles this research needs. This study aimed to determined the role of PT. Dahana, knew the inhibiting and supporting factors and formulated strategies in the production of Live P 100 Bombs. The study was conducted using descriptive analysis methods that presented data and facts. Alternative strategies were analyzed by SWOT analysis. The results of the study showed that First, the role of PT. Dahana in the production of Live P 100 Bombs as a lead integrator. Second, six prominent aspects were found, namely technology / machine aspects, regulatory aspects, capital aspects, HR aspects, management aspects, and material aspects. The six aspects, which made the inhibiting factors were material aspects, HR, and capital, while those that made the driving factors were the aspects of technology / machinery, regulation, and management. Third, the SWOT analysis described Quadrant IV, namely the consolidation strategy, “optimizing opportunities and minimizing weaknesses”.ABSTRAKKemandirian dibidang Alat Utama Sistem Senjata khususnya teknologi industri pertahanan, pemerintah melalui PT. Dahana yang bekerjasama dengan PT. Sari Bahari Malang, telah mengembangkan dan memproduksi Bom P 100 Live.Bom P 100 Live adalah jenis bom berfragmentasi daya ledak tinggi tetapibukan termasuk kedalam golonganbom pintar.Hadirnya Bom P 100 Live diharapkan dapat memperkuat etalase senjata Pesawat Tempur Sukhoi TNI AU untuk pemenuhan kebutuhan dalam negeri guna mendukung ketahanan Alat Utama Sistem Senjata.Saat ini bom tersebut telah di produksi secara massal namun dalam produksinya masih menjumpai sejumlah kendala hal ini diperlukannya penelitian.Penelitian ini bertujuan mengetahui peran PT. Dahana, mengetahui faktor penghambat dan pendukung serta merumuskan strategi dalam produksi Bom P 100 Live. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif analisis yang memaparkan data dan fakta. Strategi alternatif dianalisis dengan analisis SWOT. Hasil penelitian menunjukkan bahwaPertama, peran PT. Dahana dalam produksi Bom P 100 Live sebagai lead integrator. Kedua, ditemukan enam aspek yang menonjol yaituaspek teknologi/mesin, aspekregulasi, aspek modal, aspek SDM, aspek manjemen, dan aspek material. Keenam aspek tersebut, yang menjadikan faktor penghambat yaitu aspek material, SDM, dan modal, sedangkan yang menjadikan faktor pendorong yaitu as","PeriodicalId":31252,"journal":{"name":"Jurnal Ketahanan Nasional","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49198241","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
ABSTRACTWest Java had been considered as the most vulnerable area for the spread of radicalism in Indonesia, its presence brought new threats which were considered more difficult to detected than a network of structured terrorism organizations. This article emphasized the issue of lone wolf terrorism and the history of its development from structured terrorism organizations in West Java.By using 4 typologies proposed by Raffaello Pantucci namely loner, lone wolf, lone wolf pack and lone attacker this article concluded that the occurrence of a network-based terrorism movement or Transnational Organized Crime to Lone Wolf Terrorism in West Java was the same pattern carried out in conflict areas in Iraq and Syria. This was caused by the disconnection of structural-organizational communication between its members and recruiting process was conducted randomly.ABSTRAK Jawa Barat telah dianggap sebagai daerah paling rawan penyebaran paham radikalisme di Indonesia, kehadirannya membawa ancaman baru yang dinilai lebih sulit untuk dideteksi daripada jaringan organisasi terorisme terstruktur. Artikel ini menekankan pada isu lone wolf terrorism dan sejarah perkembangannya dari organisasi terorisme terstruktur di Jawa Barat.Dengan menggunakan 4 tipologi yang dikemukakan oleh Raffaello Pantucci yakni loner, lone wolf, lone wolf pack dan lone attacker artikel ini menyimpulkan bahwasanya terjadinya pergeseran gerakan terorisme berbasis jaringan atau Transnational Organized Crime ke Lone Wolf Terrorism di Jawa Barat merupakan pola yang sama dilakukan di daerah konflik di Irak dan Suriah. Hal tersebut disebabkan oleh diputuskannya komunikasi struktural-organisasional antar anggotanya serta perekrutan dilakukan secara acak.
{"title":"Ketahanan Nasional Menghadapi Ancaman Lone Wolf Terrorism Di Jawa Barat","authors":"Tiara Firdaus Jafar, Arfin Sudirman, Affabile Rifawan","doi":"10.22146/JKN.41244","DOIUrl":"https://doi.org/10.22146/JKN.41244","url":null,"abstract":"ABSTRACTWest Java had been considered as the most vulnerable area for the spread of radicalism in Indonesia, its presence brought new threats which were considered more difficult to detected than a network of structured terrorism organizations. This article emphasized the issue of lone wolf terrorism and the history of its development from structured terrorism organizations in West Java.By using 4 typologies proposed by Raffaello Pantucci namely loner, lone wolf, lone wolf pack and lone attacker this article concluded that the occurrence of a network-based terrorism movement or Transnational Organized Crime to Lone Wolf Terrorism in West Java was the same pattern carried out in conflict areas in Iraq and Syria. This was caused by the disconnection of structural-organizational communication between its members and recruiting process was conducted randomly.ABSTRAK Jawa Barat telah dianggap sebagai daerah paling rawan penyebaran paham radikalisme di Indonesia, kehadirannya membawa ancaman baru yang dinilai lebih sulit untuk dideteksi daripada jaringan organisasi terorisme terstruktur. Artikel ini menekankan pada isu lone wolf terrorism dan sejarah perkembangannya dari organisasi terorisme terstruktur di Jawa Barat.Dengan menggunakan 4 tipologi yang dikemukakan oleh Raffaello Pantucci yakni loner, lone wolf, lone wolf pack dan lone attacker artikel ini menyimpulkan bahwasanya terjadinya pergeseran gerakan terorisme berbasis jaringan atau Transnational Organized Crime ke Lone Wolf Terrorism di Jawa Barat merupakan pola yang sama dilakukan di daerah konflik di Irak dan Suriah. Hal tersebut disebabkan oleh diputuskannya komunikasi struktural-organisasional antar anggotanya serta perekrutan dilakukan secara acak. ","PeriodicalId":31252,"journal":{"name":"Jurnal Ketahanan Nasional","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-04-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44224174","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}