Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian mendadak. Dari sudut pandang patologi forensik sangat penting ditentukan penyebab kematian apakah kematian wajar atau tidak wajar sehingga dilakukan pemeriksaan forensik guna penerbitan visum et repertum. Pada beberapa kesimpulan visum et repertum disebutkan bahwa dengan hanya pemeriksaan luar postmortem maka penyebab kematian mendadak kardiovaskuler tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan pemeriksaan dalam (autopsi). Penyebab kematian berdasarkan pemeriksaan luar postmortem pada kasus kematian mendadak kardiovaskuler dapat ditentukan dengan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk kondisi tersebut dengan mengumpulkan data-data personal dasar, kesaksian, wawancara dengan keluarga, riwayat medik, riwayat pengobatan dan hal-hal yang berhubungan dengan kematian serta melihat tanda-tanda klinis spesifik setelah kematian. Penentuan sebab kematian dengan pemeriksaan luar postmortem ini disebut sebab kematian klinis dengan mengenali kondisi klinis sebelum pasien meninggal dunia. Apabila dilakukan autopsi baik klinis maupun forensik maka dapat dikatakan sebagai sebab kematian epidemiologis dan jika ditambahkan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan histologi, patologi, toksikologi, biokimia dan biomolekuler maka disebut sebab kematian kausalitas. Dari sudut pembuktian medikolegal masing-masing sebab kematian mempunyai kasta yang berbeda yang tentu saja pemeriksaan lengkap mulai dari pemeriksaan luar postmortem, autopsi dan pemeriksaan penunjang berada pada kasta tertinggi.
{"title":"PENENTUAN SEBAB KEMATIAN DALAM VISUM ET REPERTUM PADA KASUS KARDIOVASKULER","authors":"Taufik Suryadi","doi":"10.29103/AV.V5I1.1629","DOIUrl":"https://doi.org/10.29103/AV.V5I1.1629","url":null,"abstract":"Penyakit kardiovaskuler merupakan penyakit yang paling banyak menyebabkan kematian mendadak. Dari sudut pandang patologi forensik sangat penting ditentukan penyebab kematian apakah kematian wajar atau tidak wajar sehingga dilakukan pemeriksaan forensik guna penerbitan visum et repertum. Pada beberapa kesimpulan visum et repertum disebutkan bahwa dengan hanya pemeriksaan luar postmortem maka penyebab kematian mendadak kardiovaskuler tidak dapat ditentukan karena tidak dilakukan pemeriksaan dalam (autopsi). Penyebab kematian berdasarkan pemeriksaan luar postmortem pada kasus kematian mendadak kardiovaskuler dapat ditentukan dengan langkah-langkah yang harus dilakukan untuk kondisi tersebut dengan mengumpulkan data-data personal dasar, kesaksian, wawancara dengan keluarga, riwayat medik, riwayat pengobatan dan hal-hal yang berhubungan dengan kematian serta melihat tanda-tanda klinis spesifik setelah kematian. Penentuan sebab kematian dengan pemeriksaan luar postmortem ini disebut sebab kematian klinis dengan mengenali kondisi klinis sebelum pasien meninggal dunia. Apabila dilakukan autopsi baik klinis maupun forensik maka dapat dikatakan sebagai sebab kematian epidemiologis dan jika ditambahkan pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan histologi, patologi, toksikologi, biokimia dan biomolekuler maka disebut sebab kematian kausalitas. Dari sudut pembuktian medikolegal masing-masing sebab kematian mempunyai kasta yang berbeda yang tentu saja pemeriksaan lengkap mulai dari pemeriksaan luar postmortem, autopsi dan pemeriksaan penunjang berada pada kasta tertinggi.","PeriodicalId":313760,"journal":{"name":"AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130579179","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-07-25DOI: 10.29103/averrous.v5i1.1626
Nia Kurniawati, Herry Imran
Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati secara langsung ataupun secara tidak laangsung. Sikap dan perilaku ibu sangat mempengaruhi anak dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut karena ibu merupakan orang terdekat dengan anak. Dalam pemeliharaan kesehatan gigi memberi pengaruh yang sangat signifikasi terhadap sikap dan perilaku anak. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dirumah dengan kebersihan gigi dan mulut pada murid kelas V SD Negeri Kota Banda Aceh. Penelitian ini bersifat analitik, yang telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2018 dengan melakukan pemeriksaan OHI-S terhadap murid dan melakukan wawancara terhadap ibu murid. Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling yaitu 60 murid dan 60 ibu murid. Analisis data menggunakan uji Chi-Square (α = 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan tertinggi pada kriteria baik yaitu sebanyak 36 orang (74%), sikap tertinggi pada kriteria baik yaitu sebanyak 38 orang (73%), dan tindakan tertinggi pada kriteria baik sebanyak 35 orang (69%). Berdasarkan hasil uji statistik bahwa ada hubungan pengetahuan ( p = 0,02), ada hubungan sikap ( p = 0,01) dan tidak ada hubungan tindakan ( p = 0,72 ) dengan status kebersihan gigi dan mulut. Disarankan kepada ibu agar dapat memotivasi anak dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut, seperti memberikan contoh menyikat gigi sehari dua kali yaitu sesudah sarapan dan sebelum tidur.
{"title":"HUBUNGAN PERILAKU IBU DIRUMAH DENGAN KEBERSIHAN GIGI DAN MULUT PADA MURID KELAS V SEKOLAH DASAR NEGERI DI KOTA BANDA ACEH","authors":"Nia Kurniawati, Herry Imran","doi":"10.29103/averrous.v5i1.1626","DOIUrl":"https://doi.org/10.29103/averrous.v5i1.1626","url":null,"abstract":"Perilaku manusia adalah semua kegiatan atau aktifitas manusia, baik yang dapat diamati secara langsung ataupun secara tidak laangsung. Sikap dan perilaku ibu sangat mempengaruhi anak dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut karena ibu merupakan orang terdekat dengan anak. Dalam pemeliharaan kesehatan gigi memberi pengaruh yang sangat signifikasi terhadap sikap dan perilaku anak. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dirumah dengan kebersihan gigi dan mulut pada murid kelas V SD Negeri Kota Banda Aceh. Penelitian ini bersifat analitik, yang telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2018 dengan melakukan pemeriksaan OHI-S terhadap murid dan melakukan wawancara terhadap ibu murid. Sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik total sampling yaitu 60 murid dan 60 ibu murid. Analisis data menggunakan uji Chi-Square (α = 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden dengan pengetahuan tertinggi pada kriteria baik yaitu sebanyak 36 orang (74%), sikap tertinggi pada kriteria baik yaitu sebanyak 38 orang (73%), dan tindakan tertinggi pada kriteria baik sebanyak 35 orang (69%). Berdasarkan hasil uji statistik bahwa ada hubungan pengetahuan ( p = 0,02), ada hubungan sikap ( p = 0,01) dan tidak ada hubungan tindakan ( p = 0,72 ) dengan status kebersihan gigi dan mulut. Disarankan kepada ibu agar dapat memotivasi anak dalam menjaga kebersihan gigi dan mulut, seperti memberikan contoh menyikat gigi sehari dua kali yaitu sesudah sarapan dan sebelum tidur.","PeriodicalId":313760,"journal":{"name":"AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"114149301","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-07-25DOI: 10.29103/AVERROUS.V5I1.1630
Noviana Zara, M. Yasir
Dermatofitosis adalah golongan penyakit jamur pada kulit yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita. Faktor yang mempengaruhi penyakit jamur adalah kondisi kebersihan lingkungan yang buruk dengan udara lembab, lingkungan rawa-rawa yang selalu basah, daerah pedesaan yang padat, kebiasaan menggunakan pakaian yang ketat atau lembab. Penelitian World Health Organization (WHO) terhadap insiden dari infeksi penyakit jamur pada kulit menyatakan 20% orang dari seluruh dunia mengalami infeksi kutaneus dengan infeksi dermatofitosis. Prevalensi penyakit jamur kulit di Kecamatan Tanah Pasir Kabupaten Aceh Utara masih tinggi yaitu (22,06%).Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh lingkungan fisik rumah dan personal hygiene terhadap kejadian dermatofitosis pada masyarakat nelayan di Kecamatan tanah pasir Kabupaten Aceh Utara tahun 2019. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Populasi berjumlah 150 orang dan sampel diambil 50 orang secara random, analisis data menggunakan uji chi-square dan regresi logistik berganda. Hasil penelitian variabel pencahayaan, kebersihan kulit, kebersihan pakaian, kebersihan tangan dan kuku, kebersihan rambut ada hubungan signifikan terhadap kejadian dermatofitosis. Sedangkan variabel kelembaban dan suhu tidak ada hubungan signifikan terhadap kejadian dermatofitosis. Di sarankan bagi Puskesmas Kecamatan Tanah pasir untuk meningkatkan penyuluhan terkait kejadian dermatofitosis agar menurunkan kasus penyakit dermatofitosis, dan pemeriksaan kesehatan kulit secara berkala.
{"title":"PENGARUH LINGKUNGAN FISIK RUMAH DAN PERSONAL HYGIENE TERHADAP KEJADIAN TINEA PADA MASYARAKAT NELAYAN KUALA KERTO BARAT KECAMATAN TANAH PASIR","authors":"Noviana Zara, M. Yasir","doi":"10.29103/AVERROUS.V5I1.1630","DOIUrl":"https://doi.org/10.29103/AVERROUS.V5I1.1630","url":null,"abstract":"Dermatofitosis adalah golongan penyakit jamur pada kulit yang disebabkan oleh jamur golongan dermatofita. Faktor yang mempengaruhi penyakit jamur adalah kondisi kebersihan lingkungan yang buruk dengan udara lembab, lingkungan rawa-rawa yang selalu basah, daerah pedesaan yang padat, kebiasaan menggunakan pakaian yang ketat atau lembab. Penelitian World Health Organization (WHO) terhadap insiden dari infeksi penyakit jamur pada kulit menyatakan 20% orang dari seluruh dunia mengalami infeksi kutaneus dengan infeksi dermatofitosis. Prevalensi penyakit jamur kulit di Kecamatan Tanah Pasir Kabupaten Aceh Utara masih tinggi yaitu (22,06%).Tujuan penelitian ini untuk menganalisis pengaruh lingkungan fisik rumah dan personal hygiene terhadap kejadian dermatofitosis pada masyarakat nelayan di Kecamatan tanah pasir Kabupaten Aceh Utara tahun 2019. Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dengan menggunakan desain penelitian cross sectional. Populasi berjumlah 150 orang dan sampel diambil 50 orang secara random, analisis data menggunakan uji chi-square dan regresi logistik berganda. Hasil penelitian variabel pencahayaan, kebersihan kulit, kebersihan pakaian, kebersihan tangan dan kuku, kebersihan rambut ada hubungan signifikan terhadap kejadian dermatofitosis. Sedangkan variabel kelembaban dan suhu tidak ada hubungan signifikan terhadap kejadian dermatofitosis. Di sarankan bagi Puskesmas Kecamatan Tanah pasir untuk meningkatkan penyuluhan terkait kejadian dermatofitosis agar menurunkan kasus penyakit dermatofitosis, dan pemeriksaan kesehatan kulit secara berkala.","PeriodicalId":313760,"journal":{"name":"AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127236020","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Komplikasi persalinan merupakan keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi karena gangguan akibat dari persalinan. Komplikasi persalinan dapat meningka tapabila terjadinya strespsikososial pada ibu hamil. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan stresorpsikososial yaitu masalah internal keluarga, perubahan hidup dan lingkungan tempat tinggal, kekhawatiran masalah keuangan, kehamilan sekarang, serta beban pekerjaan dengan komplikasi persalinan. Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan rancangan case control dengan jumlahsampel berjumlah 46 yang terdiri atas 23 kasus dan 23 kontrol. Metode analisis data dilakukan dengan menggunakan uji statistik Chi square test untuk mengetahui hubungan stressor psikososial dengan komplikasi persalinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stressor masalah internal keluarga mempunyai hubungan yang signifikan dengan komplikasi persalinan dimana ibu bersalin yang memiliki masalah internal keluarga mempunyai risiko 8,229 kali untuk mengalami komplikasi persalinan. Stressor perubahan hidup dan lingkungan tempat tinggal mempunyai hubungan yang signifikandengan komplikasi persalinan, dimana ibu bersalin yang mengalami perubahan hidup dan lingkungan tempat tinggal mempunyai risiko 7,273 kali untuk mengalami komplikasi persalinan. Stressor kekhawatiran masalah keuangan mempunyai hubungan yang signifikan dengan komplikasi persalinan, dimana ibu bersalin yang mengalami kekhawatiran masalah keuangan mempunyai risiko 4,282 kali untuk mengalami komplikasi persalinan. Sementara itu stresor kehamilan sekarang dan stresor beban pekerjaan tidak terbukti signifikan berhubungan dengan komplikasi persalinan
{"title":"HUBUNGAN STRESOR PSIKOSOSIAL PADA KEHAMILAN DENGAN KOMPLIKASI PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS LAPANG ACEH UTARA","authors":"Iskandar Iskandar, Rizka Sofia","doi":"10.29103/AV.V5I1.1627","DOIUrl":"https://doi.org/10.29103/AV.V5I1.1627","url":null,"abstract":"Komplikasi persalinan merupakan keadaan penyimpangan dari normal, yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi karena gangguan akibat dari persalinan. Komplikasi persalinan dapat meningka tapabila terjadinya strespsikososial pada ibu hamil. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan stresorpsikososial yaitu masalah internal keluarga, perubahan hidup dan lingkungan tempat tinggal, kekhawatiran masalah keuangan, kehamilan sekarang, serta beban pekerjaan dengan komplikasi persalinan. Penelitian ini merupakan studi analitik observasional dengan rancangan case control dengan jumlahsampel berjumlah 46 yang terdiri atas 23 kasus dan 23 kontrol. Metode analisis data dilakukan dengan menggunakan uji statistik Chi square test untuk mengetahui hubungan stressor psikososial dengan komplikasi persalinan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa stressor masalah internal keluarga mempunyai hubungan yang signifikan dengan komplikasi persalinan dimana ibu bersalin yang memiliki masalah internal keluarga mempunyai risiko 8,229 kali untuk mengalami komplikasi persalinan. Stressor perubahan hidup dan lingkungan tempat tinggal mempunyai hubungan yang signifikandengan komplikasi persalinan, dimana ibu bersalin yang mengalami perubahan hidup dan lingkungan tempat tinggal mempunyai risiko 7,273 kali untuk mengalami komplikasi persalinan. Stressor kekhawatiran masalah keuangan mempunyai hubungan yang signifikan dengan komplikasi persalinan, dimana ibu bersalin yang mengalami kekhawatiran masalah keuangan mempunyai risiko 4,282 kali untuk mengalami komplikasi persalinan. Sementara itu stresor kehamilan sekarang dan stresor beban pekerjaan tidak terbukti signifikan berhubungan dengan komplikasi persalinan","PeriodicalId":313760,"journal":{"name":"AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"130846839","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2019-07-25DOI: 10.29103/averrous.v5i1.1625
Maulina Debbyousha, Harvina Sawitri, Anna Millizia, E. Siregar, Muhammad Jailani
Pasien diabetes melitus (DM) cenderung menujukkan percepatan proses aterosklerotik dan akibatnya risiko penyakit kardiovaskular lebih tinggi seperti penyakit jantung koroner.DM sering dipersulit dangan komorbiditas lainnya yang berkontribusi terhadap peningkatan risiko penyakit kardiovaskular (seperti, hipertensi, penyakit ginjal kronis, dan dislipidemia). Kontrol glikemik yang tidak adekuat atau terjadinya resistensi insulin mengaktifkan saraf simpatis, yang memicu MBPS berlebihan pada pasien DM.MBPS berlebihan terlibat dalam patogenesis kejadian kardiovaskular pada pagi hari dengan mencetuskan stres hemodinamik. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengendalian glukosa darah dan MBPS, serta hubungan antara MBPS dan kejadian penyakit jantung koroner pada pasien diabetes melitus di Rumah Sakit Umum Cut Meutia. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan potong lintang (cross sectional). Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari data primer berdasarkan hasil identifikasi karakteristik pasien, pengukuran morning blood pressure surge, kadar gula darah puasa dan pemeriksaan EKG. Hasil penelitian menunjukkan sebesar 75% responden pada penelitian ini (n = 32) memiliki kadar gula darah puasa yang tidak terkontrol, 53,1% responden dengan morning hypertension dan 62,5% responden mengalami Penyakit Jantung Koroner (PJK). Pada analisis bivariat, hasil menunjukkan terdapat hubungan antara kontrol gula darah puasa dengan morning hypertension (p value = 0.024%). Secara umum terdapat hubungan timbal balik antara DM dengan hipertensi.
{"title":"HUBUNGAN PENGENDALIAN GLUKOSA DARAH DAN MORNING BLOOD PRESSURE SURGE DENGAN KEJADIAN PENYAKIT JANTUNG KORONER PADA PASIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT UMUM CUT MEUTIA","authors":"Maulina Debbyousha, Harvina Sawitri, Anna Millizia, E. Siregar, Muhammad Jailani","doi":"10.29103/averrous.v5i1.1625","DOIUrl":"https://doi.org/10.29103/averrous.v5i1.1625","url":null,"abstract":"Pasien diabetes melitus (DM) cenderung menujukkan percepatan proses aterosklerotik dan akibatnya risiko penyakit kardiovaskular lebih tinggi seperti penyakit jantung koroner.DM sering dipersulit dangan komorbiditas lainnya yang berkontribusi terhadap peningkatan risiko penyakit kardiovaskular (seperti, hipertensi, penyakit ginjal kronis, dan dislipidemia). Kontrol glikemik yang tidak adekuat atau terjadinya resistensi insulin mengaktifkan saraf simpatis, yang memicu MBPS berlebihan pada pasien DM.MBPS berlebihan terlibat dalam patogenesis kejadian kardiovaskular pada pagi hari dengan mencetuskan stres hemodinamik. Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara pengendalian glukosa darah dan MBPS, serta hubungan antara MBPS dan kejadian penyakit jantung koroner pada pasien diabetes melitus di Rumah Sakit Umum Cut Meutia. Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan rancangan potong lintang (cross sectional). Sumber data dalam penelitian ini diperoleh dari data primer berdasarkan hasil identifikasi karakteristik pasien, pengukuran morning blood pressure surge, kadar gula darah puasa dan pemeriksaan EKG. Hasil penelitian menunjukkan sebesar 75% responden pada penelitian ini (n = 32) memiliki kadar gula darah puasa yang tidak terkontrol, 53,1% responden dengan morning hypertension dan 62,5% responden mengalami Penyakit Jantung Koroner (PJK). Pada analisis bivariat, hasil menunjukkan terdapat hubungan antara kontrol gula darah puasa dengan morning hypertension (p value = 0.024%). Secara umum terdapat hubungan timbal balik antara DM dengan hipertensi.","PeriodicalId":313760,"journal":{"name":"AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2019-07-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"116343004","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-11-05DOI: 10.29103/averrous.v4i2.1039
J. Fitriany, Ahmad Sabiq
Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat. Ada 2 jenis makhluk yang berperan besar dalam penularan malaria yaitu parasit malaria (yang disebut Plasmodium) dan nyamuk anopheles betina. Plasmodium terbagi dalam empat jenis spesies di dunia yang dapat menginfeksi sel darah merah manusia. Pengobatan yang diberikan meliputi pengobatan radikal malaria dengan membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia bertujuan sebagai pengobatan radikal untuk mendapat kesembuhan kilinis dan parasitologik serta memutuskan rantai penularan. Kemoprofilaksis bertujuan untuk mengurangi resiko terinfeksi malaria sehingga bila terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat. Prognosis malaria berat tergantung kecepatan diagnosa dan ketepatan & kecepatan pengobatan.
{"title":"MALARIA","authors":"J. Fitriany, Ahmad Sabiq","doi":"10.29103/averrous.v4i2.1039","DOIUrl":"https://doi.org/10.29103/averrous.v4i2.1039","url":null,"abstract":"Malaria merupakan salah satu penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan bagi masyarakat. Ada 2 jenis makhluk yang berperan besar dalam penularan malaria yaitu parasit malaria (yang disebut Plasmodium) dan nyamuk anopheles betina. Plasmodium terbagi dalam empat jenis spesies di dunia yang dapat menginfeksi sel darah merah manusia. Pengobatan yang diberikan meliputi pengobatan radikal malaria dengan membunuh semua stadium parasit yang ada di dalam tubuh manusia bertujuan sebagai pengobatan radikal untuk mendapat kesembuhan kilinis dan parasitologik serta memutuskan rantai penularan. Kemoprofilaksis bertujuan untuk mengurangi resiko terinfeksi malaria sehingga bila terinfeksi maka gejala klinisnya tidak berat. Prognosis malaria berat tergantung kecepatan diagnosa dan ketepatan & kecepatan pengobatan.","PeriodicalId":313760,"journal":{"name":"AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"129136096","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Talasemia mayor sebagai penyakit genetik yang diderita seumur hidup akan membawa banyak masalah bagi penderitanya. Mulai dari kelainan darah berupa anemia kronik akibat proses hemolisis, sampai kelainan berbagai organ tubuh baik sebagai akibat penyakitnya sendiri ataupun akibat pengobatan yang diberikan. Sampai saat ini, transfusi darah masih merupakan penatalaksanaan utama untuk menanggulangi anemia pada talasemia mayor. Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan desain cross sectional pada 50 responden di Badan Layanan Umum Rumah sakit Cut Meutia dengan teknik convenient sampling untuk mengetahui karakteristik pasien thalasemia yang menjalani transfusi darah. Hasil penelitian menunjukkan pasien dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan pasien dengan jenis kelamin perempuan, rata-rata usia 9,82 tahun (SD ± 3,44), rata-rata berat badan adalah 23,64 Kg (SD ± 8,26), rata-rata kadar hemoglobin adalah 6,15 mg/dL (SD ± 1,32) dan rata-rata kebutuhan darah adalah 299,5 ml (SD ± 98).
地中海贫血是一种终生的遗传性疾病,它会给患者带来很多问题。从由血液病引起的慢性贫血到由疾病或治疗引起的各种器官疾病。到目前为止,输血仍然是地中海贫血的主要治疗方案。这类研究是一项研究,该研究采用医院公共服务机构Cut Meutia的交叉设计设计,对接受输血的地中海贫血患者进行抽样研究。研究结果显示病人用的男性比女性,平均年龄和性别9.82年(±SD 3.44小学),平均体重是23.64公斤(±8,26),平均血红蛋白水平是6,15 mg / dL (SD±1,32)和平均需要血是299.5 ml (SD±98)。
{"title":"KARAKTERISTIK PASIEN THALASEMIA MAYOR DI BLUD RSU CUT MEUTIA ACEH UTARA TAHUN 2018","authors":"Harvina Sawitri, C. Husna","doi":"10.29103/av.v4i2.1038","DOIUrl":"https://doi.org/10.29103/av.v4i2.1038","url":null,"abstract":"Talasemia mayor sebagai penyakit genetik yang diderita seumur hidup akan membawa banyak masalah bagi penderitanya. Mulai dari kelainan darah berupa anemia kronik akibat proses hemolisis, sampai kelainan berbagai organ tubuh baik sebagai akibat penyakitnya sendiri ataupun akibat pengobatan yang diberikan. Sampai saat ini, transfusi darah masih merupakan penatalaksanaan utama untuk menanggulangi anemia pada talasemia mayor. Jenis penelitian ini adalah penelitian dengan menggunakan desain cross sectional pada 50 responden di Badan Layanan Umum Rumah sakit Cut Meutia dengan teknik convenient sampling untuk mengetahui karakteristik pasien thalasemia yang menjalani transfusi darah. Hasil penelitian menunjukkan pasien dengan jenis kelamin laki-laki lebih banyak dibandingkan dengan pasien dengan jenis kelamin perempuan, rata-rata usia 9,82 tahun (SD ± 3,44), rata-rata berat badan adalah 23,64 Kg (SD ± 8,26), rata-rata kadar hemoglobin adalah 6,15 mg/dL (SD ± 1,32) dan rata-rata kebutuhan darah adalah 299,5 ml (SD ± 98).","PeriodicalId":313760,"journal":{"name":"AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"127716129","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-11-05DOI: 10.29103/AVERROUS.V4I2.1042
Rajuddin Rajuddin, K. Komalasari, Roziana Roziana
Ruptur uteri inkomplit secara klinis signifikan terjadi setelah persalinan caesar sebelumnya dan merujuk pada gangguan lengkap dari semua lapisan uterus, kecuali serosa. Meskipun kejadiaanya sangat jarang, kurang dari 1% dari seluruh uji coba persalinan setelah kelahiran sesar (TOLAC). Komplikasi ini dapat memberikan outcome buruk termasuk komplikasi yang berhubungan dengan perdarahan berat, laserasi kandung kemih, histerektomi, dan morbiditas neonatal yang terkait dengan hipoksia intrauterin. Ruptur uteri inkomplit merupakan salah satu komplikasi TOLAC yang harus segera dikenali agar mendapatkan outcome maternal dan fetal yang lebih baik. Kami melaporkan satu kasus ruptur uteri inkomplit sebagai komplikasi TOLAC pada wanita multipara (G2P1A0) berusia 33 tahun hamil 39-40 minggu dengan ketuban pecah dini. Pasien menolak untuk terminasi kehamilan melalui tindakan seksio sesaria dan diputuskan untuk menjalani TOLAC dengan skor VBAC (Vaginal birth after cesarean delivery) adalah 2 (60%) dan skor Weinstein 4 (58%). Ketika observasi kemajuan persalinan pasien mengalami nyeri perut hebat, kontraksi hipertonik tanpa kelainan denyut jantung janin dan tanpa ring bundlesign. Pasien kemudian menjalani terminasi kehamilan perabdominal. Temuan intraoperatif menunjukkan suatu hematoma di bawah lapisan serosa sebagai akibat dari ruptur uterus inkomplit hingga ke lateral kiri. Setelah menjalani tindakan SC(Sectio Caesarea), ibu dan bayi dalam kondisi yang baik. Ruptur uteri inkomplit terjadi pada sekitar kurang dari 1% dari pasien yang menjalani TOLAC. Ketuban pecah dini yang terkait dengan abruptio plasenta dapat menjadi risiko terjadinya komplikasi ruptur uteri pada TOLAC. Namun, hal ini masih membutuhkan penelitian lanjutan. Sebagian besar ruptur uteri inkomplit asimptomatis atau menunjukkan gejala yang tidak khas. Pengenalan awal kondisi ini dapat menghasilkan outcome maternal dan fetal yang lebih baik.
{"title":"RUPTUR UTERI SEBAGAI KOMPLIKASI TOLAC PADA PASIEN DENGAN KETUBAN PECAH DINI","authors":"Rajuddin Rajuddin, K. Komalasari, Roziana Roziana","doi":"10.29103/AVERROUS.V4I2.1042","DOIUrl":"https://doi.org/10.29103/AVERROUS.V4I2.1042","url":null,"abstract":"Ruptur uteri inkomplit secara klinis signifikan terjadi setelah persalinan caesar sebelumnya dan merujuk pada gangguan lengkap dari semua lapisan uterus, kecuali serosa. Meskipun kejadiaanya sangat jarang, kurang dari 1% dari seluruh uji coba persalinan setelah kelahiran sesar (TOLAC). Komplikasi ini dapat memberikan outcome buruk termasuk komplikasi yang berhubungan dengan perdarahan berat, laserasi kandung kemih, histerektomi, dan morbiditas neonatal yang terkait dengan hipoksia intrauterin. Ruptur uteri inkomplit merupakan salah satu komplikasi TOLAC yang harus segera dikenali agar mendapatkan outcome maternal dan fetal yang lebih baik. Kami melaporkan satu kasus ruptur uteri inkomplit sebagai komplikasi TOLAC pada wanita multipara (G2P1A0) berusia 33 tahun hamil 39-40 minggu dengan ketuban pecah dini. Pasien menolak untuk terminasi kehamilan melalui tindakan seksio sesaria dan diputuskan untuk menjalani TOLAC dengan skor VBAC (Vaginal birth after cesarean delivery) adalah 2 (60%) dan skor Weinstein 4 (58%). Ketika observasi kemajuan persalinan pasien mengalami nyeri perut hebat, kontraksi hipertonik tanpa kelainan denyut jantung janin dan tanpa ring bundlesign. Pasien kemudian menjalani terminasi kehamilan perabdominal. Temuan intraoperatif menunjukkan suatu hematoma di bawah lapisan serosa sebagai akibat dari ruptur uterus inkomplit hingga ke lateral kiri. Setelah menjalani tindakan SC(Sectio Caesarea), ibu dan bayi dalam kondisi yang baik. Ruptur uteri inkomplit terjadi pada sekitar kurang dari 1% dari pasien yang menjalani TOLAC. Ketuban pecah dini yang terkait dengan abruptio plasenta dapat menjadi risiko terjadinya komplikasi ruptur uteri pada TOLAC. Namun, hal ini masih membutuhkan penelitian lanjutan. Sebagian besar ruptur uteri inkomplit asimptomatis atau menunjukkan gejala yang tidak khas. Pengenalan awal kondisi ini dapat menghasilkan outcome maternal dan fetal yang lebih baik.","PeriodicalId":313760,"journal":{"name":"AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"124461844","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-11-05DOI: 10.29103/AVERROUS.V4I2.1037
Anna Millizia, Fury Maulina
Nyeri tenggorok adalah komplikasi umum yang terjadi pasca operasi dengan anestesi umum intubasi endotrakeal. Nyeri tenggorok dikaitkan dengan beberapa faktor risiko pasien pasca operasi dengan anestesi umum intubasi endotrakeal seperti usia, jenis kelamin, riwayat merokok, durasi intubasi dan ukuran pipa endotrakeal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan nyeri tenggorok dan faktor risiko pasien pasca operasi dengan anestesi umum intubasi endotrakeal di PPK BLUD RSU Cut Meutia Aceh Utara. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yang diadakan pada 41 pasien yang mengalami nyeri tenggorok pasca operasi dengan anestesi umum intubasi pada April-Mei 2018, dengan menggunakan uji Pearson Chi-square. Distribusi frekuensi nyeri tenggorok derajat sedang dalam 24 jam Pasca operasi adalah 61%, usia 18-60 tahun yaitu 95,1%, jenis kelamin laki-laki yaitu 63,4%, perokok yaitu 56,1%, durasi itubasi >60 menit yaitu 56,1% dan yang sering digunakan adalah ukuran pipa endotrakeal 7,0 ID. Berdasarkan uji Pearson Chi-Square, didapatkan bahwa nyeri tenggorok tidak berhubungan dengan usia, jenis kelamin serta terdapat hubungan nyeri tenggorok dan riwayat merokok (p=0,004); durasi intubasi (p=0,011) dan ukuran pipa endotrakeal (p=0,002) pasien pasca operasi dengan anestesi umum intubasi endotrakeal di PPK BLUD RSU Cut Meutia Aceh Utara. Kesimpulannya adalah terdapat hubungan nyeri tenggorok dan riwayat merokok, durasi intubasi serta ukuran pipa endotrakeal pasien pasca operasi dengan anestesi umum intubasi endotrakeal di PPK BLUD RSU Cut Meutia Aceh Utara.
{"title":"HUBUNGAN NYERI TENGGOROK DAN FAKTOR RISIKO PASIEN PASCA OPERASI DENGAN ANESTESI UMUM INTUBASI ENDOTRAKEAL DI PPK BLUD RSU CUT MEUTIA ACEH UTARA","authors":"Anna Millizia, Fury Maulina","doi":"10.29103/AVERROUS.V4I2.1037","DOIUrl":"https://doi.org/10.29103/AVERROUS.V4I2.1037","url":null,"abstract":"Nyeri tenggorok adalah komplikasi umum yang terjadi pasca operasi dengan anestesi umum intubasi endotrakeal. Nyeri tenggorok dikaitkan dengan beberapa faktor risiko pasien pasca operasi dengan anestesi umum intubasi endotrakeal seperti usia, jenis kelamin, riwayat merokok, durasi intubasi dan ukuran pipa endotrakeal. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan nyeri tenggorok dan faktor risiko pasien pasca operasi dengan anestesi umum intubasi endotrakeal di PPK BLUD RSU Cut Meutia Aceh Utara. Penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional yang diadakan pada 41 pasien yang mengalami nyeri tenggorok pasca operasi dengan anestesi umum intubasi pada April-Mei 2018, dengan menggunakan uji Pearson Chi-square. Distribusi frekuensi nyeri tenggorok derajat sedang dalam 24 jam Pasca operasi adalah 61%, usia 18-60 tahun yaitu 95,1%, jenis kelamin laki-laki yaitu 63,4%, perokok yaitu 56,1%, durasi itubasi >60 menit yaitu 56,1% dan yang sering digunakan adalah ukuran pipa endotrakeal 7,0 ID. Berdasarkan uji Pearson Chi-Square, didapatkan bahwa nyeri tenggorok tidak berhubungan dengan usia, jenis kelamin serta terdapat hubungan nyeri tenggorok dan riwayat merokok (p=0,004); durasi intubasi (p=0,011) dan ukuran pipa endotrakeal (p=0,002) pasien pasca operasi dengan anestesi umum intubasi endotrakeal di PPK BLUD RSU Cut Meutia Aceh Utara. Kesimpulannya adalah terdapat hubungan nyeri tenggorok dan riwayat merokok, durasi intubasi serta ukuran pipa endotrakeal pasien pasca operasi dengan anestesi umum intubasi endotrakeal di PPK BLUD RSU Cut Meutia Aceh Utara.","PeriodicalId":313760,"journal":{"name":"AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"128194509","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Bakteri Staphylococcus merupakan salah satu bakteri yang sering menimbulkan infeksi pada manusia.Beberapa spesiesnya merupakan flora normal pada kulit dan selaput lendir manusia, ada yang bersifat patogen yang dapat menyebabkan infeksi piogenik bahkan septikemia. Staphylococcus aureus merupakan spesies yang paling invasif. Bakteri ini memiliki beragam faktor virulensi, yang mencakup protein-protein permukaan yang berperan dalam perlekatan kuman, enzim-enzim yang menguraikan protein, dan toksin yang merusak sel penjamu. Faktor virulensi S. aureus saling mempengaruhi, dengan struktur dan sekresi produknya yang berperan dalam patogenesis infeksi. Banyak faktor yang berperan dalam patogenitas bakteri Staphylococcus aureus, mulai dari metabolit bakteri, faktor virulensi sampai perananprotein adhesi matriks ekstraseluler.
{"title":"PERANAN PROTEIN ADHESI MATRIKS EKSTRASELULAR DALAM PATOGENITAS BAKTERI STAPHYLOCOCCUS AUREUS","authors":"C. Husna","doi":"10.29103/AV.V4I2.1041","DOIUrl":"https://doi.org/10.29103/AV.V4I2.1041","url":null,"abstract":"Bakteri Staphylococcus merupakan salah satu bakteri yang sering menimbulkan infeksi pada manusia.Beberapa spesiesnya merupakan flora normal pada kulit dan selaput lendir manusia, ada yang bersifat patogen yang dapat menyebabkan infeksi piogenik bahkan septikemia. Staphylococcus aureus merupakan spesies yang paling invasif. Bakteri ini memiliki beragam faktor virulensi, yang mencakup protein-protein permukaan yang berperan dalam perlekatan kuman, enzim-enzim yang menguraikan protein, dan toksin yang merusak sel penjamu. Faktor virulensi S. aureus saling mempengaruhi, dengan struktur dan sekresi produknya yang berperan dalam patogenesis infeksi. Banyak faktor yang berperan dalam patogenitas bakteri Staphylococcus aureus, mulai dari metabolit bakteri, faktor virulensi sampai perananprotein adhesi matriks ekstraseluler.","PeriodicalId":313760,"journal":{"name":"AVERROUS: Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Malikussaleh","volume":null,"pages":null},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-11-05","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"122812854","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}