Pub Date : 2022-07-28DOI: 10.26740/mathedunesa.v11n3.p948-957
Ni'amatul Aulia Nur Fitri, I. Ismail
Berpikir kritis merupakan proses berpikir seseorang dalam mengolah informasi yang diperoleh hingga mendapatkan simpulan yang valid. Untuk mengidentifikasi proses berpikir kritis siswa salah satunya bisa dengan kegiatan pemecahan masalah. Salah satu faktor yang memberi pengaruh terhadap berpikir kritis ialah gaya belajar yang digunakan oleh siswa. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mendeskripsikan profil berpikir kritis siswa SMP dalam menyelesaikan masalah sistem persamaan linear dua variabel yang ditinjau dari gaya belajar kinestik, auditorial, dan visual. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah tiga siswa yang mempunyai gaya belajar yang berbeda, memiliki jenis kelamin yang sama dan kemampuan matematika yang setara. Penelitian ini juga menggunakan pedoman wawancara, tes berpikir kritis, dan angket gaya belajar sebagai instrumen penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa dengan gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik pada proses pengenalan, siswa menentukan pokok permasalahan dengan tepat. Pada proses analisis, siswa dengan gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik menentukan strategi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dan membuat kesimpulan. Pada proses evaluasi, siswa dengan gaya belajar visual, audirorial, dan kinestetik mengecek kembali perhitungan dan langkah-langkah yang digunakan dalam menyelesaikan masalah. Pada proses memikirkan alternatif penyelesaian, siswa dengan gaya belajar visual dan kinestetik memikirkan alternatif penyelesaian lain dalam memecahkan permasalahan. Sedangkan siswa dengan gaya belajar auditorial tidak memikirkan alternatif penyelesaian lain.
{"title":"PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA SMP DALAM MENYELESAIKAN MASALAH SPLDV DITINJAU DARI GAYA BELAJAR","authors":"Ni'amatul Aulia Nur Fitri, I. Ismail","doi":"10.26740/mathedunesa.v11n3.p948-957","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/mathedunesa.v11n3.p948-957","url":null,"abstract":"Berpikir kritis merupakan proses berpikir seseorang dalam mengolah informasi yang diperoleh hingga mendapatkan simpulan yang valid. Untuk mengidentifikasi proses berpikir kritis siswa salah satunya bisa dengan kegiatan pemecahan masalah. Salah satu faktor yang memberi pengaruh terhadap berpikir kritis ialah gaya belajar yang digunakan oleh siswa. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mendeskripsikan profil berpikir kritis siswa SMP dalam menyelesaikan masalah sistem persamaan linear dua variabel yang ditinjau dari gaya belajar kinestik, auditorial, dan visual. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek dalam penelitian ini adalah tiga siswa yang mempunyai gaya belajar yang berbeda, memiliki jenis kelamin yang sama dan kemampuan matematika yang setara. Penelitian ini juga menggunakan pedoman wawancara, tes berpikir kritis, dan angket gaya belajar sebagai instrumen penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa siswa dengan gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik pada proses pengenalan, siswa menentukan pokok permasalahan dengan tepat. Pada proses analisis, siswa dengan gaya belajar visual, auditorial, dan kinestetik menentukan strategi yang digunakan untuk menyelesaikan masalah dan membuat kesimpulan. Pada proses evaluasi, siswa dengan gaya belajar visual, audirorial, dan kinestetik mengecek kembali perhitungan dan langkah-langkah yang digunakan dalam menyelesaikan masalah. Pada proses memikirkan alternatif penyelesaian, siswa dengan gaya belajar visual dan kinestetik memikirkan alternatif penyelesaian lain dalam memecahkan permasalahan. Sedangkan siswa dengan gaya belajar auditorial tidak memikirkan alternatif penyelesaian lain.","PeriodicalId":31516,"journal":{"name":"MATHEdunesa","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-28","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48103283","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-26DOI: 10.26740/mathedunesa.v11n3.p938-947
Anggi Atika Sari, Ika Kurniasari
Perbedaan tipe kepribadian yang dimiliki setap orang dapat menyebabkan perbedaan dalam memecahkan suatu masalah. Tujuan dari penelitian ini ialah mencari perbedaan kemampuan pemecahan masalah antara siswa ekstrovert dan introvert berdasarkan langkah pemecahan masalah menurut Polya. Subjek dalam penelitian ini ialah siswa kelas X IPA-3 yang berjumlah 28 orang di salah satu SMA Negeri yang ada di Bojonegoro. Instrumen yang digunakan ialah angket tipe kepribadian dan tes pemecahan masalah materi SPLTV. Teknik analisis data secara kuantitatif digunakan untuk menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah dilihat dari rata-rata hasil skor sedangkan untuk mengetahui perbedaan lebih jauh mengenai perbedaan tersebut maka dianalisa secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada langkah memahami masalah 58% siswa ekstrovert kurang lengkap dalam menyebutkan informasi yang terdapat pada soal. Sementara , 88% siswa introvert menyebutkan keseluruhan informasi yang terdapat dalam soal, baik yang diketahui maupun yang ditanyakan. Pada langkah merencanakan pemecahan masalah 67% siswa ekstrovert hanya menuliskan satu metode saja yang akan mereka gunakan, yakni metode eliminasi. Sementara itu, 94% siswa introvert menuliskan kedua metode yang akan digunakan, yakni eliminasi dan substitusi. Pada langkah melaksanakan pemecahan masalah, 50% siswa ekstrovert tidak mampu menyelesaikan jawaban sampai akhir. Disisi lain, 81% siswa introvert mampu menyelesaikan masalah sampai akhir secara lengkap dan sistematis. Pada langkah memeriksa kembali, 42% siswa ekstrovert hanya memeriksa sebagian langkah yang telah dilakukan. Hal berbeda ditunjukkan oleh 75% siswa introvert yang teliti memeriksa langkah demi langkah yang telah dilalui dan menyocokkan kembali hasil jawaban dengan perintah dalam soal sehingga menghasilkan jawaban yang tepat. Kata Kunci: kemampuan pemecahan masalah, materi SPLTV, tipe kepribadian ekstrovert dan introvert.
{"title":"PERBEDAAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA PADA MATERI SPLTV DITINJAU DARI TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT DAN INTROVERT","authors":"Anggi Atika Sari, Ika Kurniasari","doi":"10.26740/mathedunesa.v11n3.p938-947","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/mathedunesa.v11n3.p938-947","url":null,"abstract":"Perbedaan tipe kepribadian yang dimiliki setap orang dapat menyebabkan perbedaan dalam memecahkan suatu masalah. Tujuan dari penelitian ini ialah mencari perbedaan kemampuan pemecahan masalah antara siswa ekstrovert dan introvert berdasarkan langkah pemecahan masalah menurut Polya. Subjek dalam penelitian ini ialah siswa kelas X IPA-3 yang berjumlah 28 orang di salah satu SMA Negeri yang ada di Bojonegoro. Instrumen yang digunakan ialah angket tipe kepribadian dan tes pemecahan masalah materi SPLTV. Teknik analisis data secara kuantitatif digunakan untuk menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kemampuan pemecahan masalah dilihat dari rata-rata hasil skor sedangkan untuk mengetahui perbedaan lebih jauh mengenai perbedaan tersebut maka dianalisa secara kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada langkah memahami masalah 58% siswa ekstrovert kurang lengkap dalam menyebutkan informasi yang terdapat pada soal. Sementara , 88% siswa introvert menyebutkan keseluruhan informasi yang terdapat dalam soal, baik yang diketahui maupun yang ditanyakan. Pada langkah merencanakan pemecahan masalah 67% siswa ekstrovert hanya menuliskan satu metode saja yang akan mereka gunakan, yakni metode eliminasi. Sementara itu, 94% siswa introvert menuliskan kedua metode yang akan digunakan, yakni eliminasi dan substitusi. Pada langkah melaksanakan pemecahan masalah, 50% siswa ekstrovert tidak mampu menyelesaikan jawaban sampai akhir. Disisi lain, 81% siswa introvert mampu menyelesaikan masalah sampai akhir secara lengkap dan sistematis. Pada langkah memeriksa kembali, 42% siswa ekstrovert hanya memeriksa sebagian langkah yang telah dilakukan. Hal berbeda ditunjukkan oleh 75% siswa introvert yang teliti memeriksa langkah demi langkah yang telah dilalui dan menyocokkan kembali hasil jawaban dengan perintah dalam soal sehingga menghasilkan jawaban yang tepat. \u0000Kata Kunci: kemampuan pemecahan masalah, materi SPLTV, tipe kepribadian ekstrovert dan introvert.","PeriodicalId":31516,"journal":{"name":"MATHEdunesa","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-26","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45842788","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-25DOI: 10.26740/mathedunesa.v11n3.p924-937
Sherina Ayu Salsabilah, Endah Budi Rahaju
Miskonsepsi pada siswa dapat terjadi apabila siswa tidak memahami secara baik dan benar mengenai konsep matematika beserta keterkaitan antar konsep. Pengetahuan awal siswa yang tidak dipertimbangkan dan dipersiapkan dengan baik menyebabkan miskonsepsi semakin kompleks, khususnya pada materi grafik fungsi kuadrat. Dalam mengukur sebuah miskonsepsi dapat digunakan metode CRI (Certainty of Response Index), yakni tingkat kepastian atau keyakinan yang dapat diukur melalui soal-soal yang diberikan kepada responden. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui miskonsepsi yang dialami siswa kelas IX di salah satu SMPN di daerah taman dalam menyelesaikan soal grafik fungsi kuadrat dan mengetahui faktor penyebab miskonsepsi yang dialami siswa kelas IX dalam menyelesaikan soal grafik fungsi kuadrat menggunakan tes CRI dan wawancara terhadap subjek miskonsepsi. Pendekatan penelitian digunakan dengan metode kualitatif. Populasi penelitian yaitu siswa kelas IX-F SMPN 3 Taman berjumlah 30 siswa dengan diberikan tes CRI tentang materi grafik fungsi kuadrat. Dari hasil tes CRI, ditemukan 3 siswa yang mengalami miskonsepsi pada materi grafik fungsi kuadrat. Hasil penelitiannya adalah miskonsepsi dalam menentukan konsep prasyarat atau konsep awal persamaan fungsi kuadrat, miskonsepsi terjadi pada penulisan symbol dan atribut yang digunakan dalam rumus persamaan fungsi kuadrat, dan miskonsepsi dalam menerapkan rumus persamaan fungsi kuadrat. Sedangkan faktor penyebab miskonsepsi adalah ketidaksiapan siswa sebelum pembelajaran berlangsung yang berkaitan dengan konsep awal bentuk persamaan fungsi kuadrat. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi wawasan evaluasi bagi pengajar matematika untuk memperhatikan kembali dengan baik kondisi pemahaman siswa, khususnya dalam pemahaman materi grafik fungsi kuadrat agar tidak terjadi miskonsepsi. Kata kunci: Miskonsepsi, Grafik Fungsi Kuadrat, CRI
当学生对数学概念以及概念之间的相关性没有正确理解时,就会出现学生的误解。学生的初步知识没有经过考虑和充分准备,会导致误解变得更加复杂,尤其是在二次函数的图形问题上。在衡量误解时,可以使用肯定性反应指数(CRI)方法,即可以通过向受访者提出的问题来衡量的确定性或置信度。本研究的目的是找出九班学生在花园区的一个SMPN中解决二次函数图时所经历的误解,并通过对误解对象的CRI测试和访谈,找出造成九班学生解决二次曲线图时所体验的误解的因素。研究方法采用定性方法。研究人群是一个IX-F SMPN 3级学生公园,有30名学生接受了二次函数图形的CRI测试。根据CRI测试的结果,发现三名学生对二次函数的图形有误解。研究结果表明,在确定二次函数方程的前提概念或初始概念时存在误解,在书写二次函数复方程中使用的符号和属性时出现误解,在应用二次函数复方程时存在误解。而造成误解的原因是学生在继续学习之前对二次函数方程的初始概念的准备。这项研究希望成为数学家重新考虑学生所了解的条件的一个评估领域,特别是在理解二次函数的图形问题时,这样就不会有误解。关键词:误解,Grafik Fungsi Kuadrat,CRI
{"title":"Miskonsepsi Siswa SMP Pada Materi Grafik Fungsi Kuadrat","authors":"Sherina Ayu Salsabilah, Endah Budi Rahaju","doi":"10.26740/mathedunesa.v11n3.p924-937","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/mathedunesa.v11n3.p924-937","url":null,"abstract":"Miskonsepsi pada siswa dapat terjadi apabila siswa tidak memahami secara baik dan benar mengenai konsep matematika beserta keterkaitan antar konsep. Pengetahuan awal siswa yang tidak dipertimbangkan dan dipersiapkan dengan baik menyebabkan miskonsepsi semakin kompleks, khususnya pada materi grafik fungsi kuadrat. Dalam mengukur sebuah miskonsepsi dapat digunakan metode CRI (Certainty of Response Index), yakni tingkat kepastian atau keyakinan yang dapat diukur melalui soal-soal yang diberikan kepada responden. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui miskonsepsi yang dialami siswa kelas IX di salah satu SMPN di daerah taman dalam menyelesaikan soal grafik fungsi kuadrat dan mengetahui faktor penyebab miskonsepsi yang dialami siswa kelas IX dalam menyelesaikan soal grafik fungsi kuadrat menggunakan tes CRI dan wawancara terhadap subjek miskonsepsi. Pendekatan penelitian digunakan dengan metode kualitatif. Populasi penelitian yaitu siswa kelas IX-F SMPN 3 Taman berjumlah 30 siswa dengan diberikan tes CRI tentang materi grafik fungsi kuadrat. Dari hasil tes CRI, ditemukan 3 siswa yang mengalami miskonsepsi pada materi grafik fungsi kuadrat. Hasil penelitiannya adalah miskonsepsi dalam menentukan konsep prasyarat atau konsep awal persamaan fungsi kuadrat, miskonsepsi terjadi pada penulisan symbol dan atribut yang digunakan dalam rumus persamaan fungsi kuadrat, dan miskonsepsi dalam menerapkan rumus persamaan fungsi kuadrat. Sedangkan faktor penyebab miskonsepsi adalah ketidaksiapan siswa sebelum pembelajaran berlangsung yang berkaitan dengan konsep awal bentuk persamaan fungsi kuadrat. Penelitian ini diharapkan dapat menjadi wawasan evaluasi bagi pengajar matematika untuk memperhatikan kembali dengan baik kondisi pemahaman siswa, khususnya dalam pemahaman materi grafik fungsi kuadrat agar tidak terjadi miskonsepsi. \u0000Kata kunci: Miskonsepsi, Grafik Fungsi Kuadrat, CRI","PeriodicalId":31516,"journal":{"name":"MATHEdunesa","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-25","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43551008","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-21DOI: 10.26740/mathedunesa.v11n3.p884-893
Candra Ainur Rofiq, Pradnyo Wijayanti
Siswa berkebutuhan khusus adalah siswa yang memiliki keterbatasan fisik, emosi dan sosial. Salah satu siswa berkebutuhan adalah siswa tunarungu. Konsep unsur dan operasi bentuk aljabar wajib dikuasai oleh siswa karena merupakan materi dasar aljabar dan menjadi prasyarat untuk materi-materi berikutnya. Kemampuan pemahaman konsep matematika menjadi salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah yang harus dicapai oleh siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk emberikan gambaran bagaimana kemampuan siswa tunarungu memahami konsep matematika pada topik aljabar dalam materi unsur dan operasi bentuk aljabar menurut teori APOS. Subjek penelitian ini adalah seorang siswa tunarungu kelas X. Subjek penelitian yang dipilih adalah siswa tunarungu kurang dengar dengan tujuan memungkinkan interaksi yang baik antara peneliti dan subjek. Instrumen penelitian menggunakan tes dan wawancara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif eksploratif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Siswa tunarungu belum mampu menjelaskan unsur-unsur dan operasi bentuk aljabar secara langsung dengan benar; 2) Siswa tunarungu dapat menyelesaikan sebagian masalah aljabar menggunakan sifat-sifat operasi aljabar dari tes yang diberikan, tetapi siswa tidak memberikan respon ketika diminta menjelaskan hasil kerja siswa dalam menyelesaikan permasalahan mengenai sifat-sifat operasi aljabar; 3) Siswa tunarungu tidak memperhatikan nilai negatif pada suatu suku dalam memilah dan mengelompokkan unsur-unsur aljabar. Dalam menghadapi masalah pengelompokkan unsur-unsur aljabar, siswa tunarungu tidak menyederhanakan bentuk aljabar terlebih dahulu untuk kemudian memilah dan mengelompokkan unsur-unsur aljabar; 4) Siswa belum mampu mengaplikasikan operasi bentuk aljabar. Siswa tunarungu juga hanya menyebutkan dan tidak dapat menjelaskan contoh masalah kehidupan sehari-hari yang dapat diselesaikan dengan memanfaatkan konsep unsur dan operasi bentuk aljabar. Kata Kunci: Pemahaman Konsep, Siswa Tunarungu, Aljabar
{"title":"Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Tunarungu pada Aljabar: Unsur dan Bentuk Operasi Aljabar","authors":"Candra Ainur Rofiq, Pradnyo Wijayanti","doi":"10.26740/mathedunesa.v11n3.p884-893","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/mathedunesa.v11n3.p884-893","url":null,"abstract":"Siswa berkebutuhan khusus adalah siswa yang memiliki keterbatasan fisik, emosi dan sosial. Salah satu siswa berkebutuhan adalah siswa tunarungu. Konsep unsur dan operasi bentuk aljabar wajib dikuasai oleh siswa karena merupakan materi dasar aljabar dan menjadi prasyarat untuk materi-materi berikutnya. Kemampuan pemahaman konsep matematika menjadi salah satu tujuan pembelajaran matematika di sekolah yang harus dicapai oleh siswa. Tujuan penelitian ini adalah untuk emberikan gambaran bagaimana kemampuan siswa tunarungu memahami konsep matematika pada topik aljabar dalam materi unsur dan operasi bentuk aljabar menurut teori APOS. Subjek penelitian ini adalah seorang siswa tunarungu kelas X. Subjek penelitian yang dipilih adalah siswa tunarungu kurang dengar dengan tujuan memungkinkan interaksi yang baik antara peneliti dan subjek. Instrumen penelitian menggunakan tes dan wawancara. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif eksploratif dengan pendekatan kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Siswa tunarungu belum mampu menjelaskan unsur-unsur dan operasi bentuk aljabar secara langsung dengan benar; 2) Siswa tunarungu dapat menyelesaikan sebagian masalah aljabar menggunakan sifat-sifat operasi aljabar dari tes yang diberikan, tetapi siswa tidak memberikan respon ketika diminta menjelaskan hasil kerja siswa dalam menyelesaikan permasalahan mengenai sifat-sifat operasi aljabar; 3) Siswa tunarungu tidak memperhatikan nilai negatif pada suatu suku dalam memilah dan mengelompokkan unsur-unsur aljabar. Dalam menghadapi masalah pengelompokkan unsur-unsur aljabar, siswa tunarungu tidak menyederhanakan bentuk aljabar terlebih dahulu untuk kemudian memilah dan mengelompokkan unsur-unsur aljabar; 4) Siswa belum mampu mengaplikasikan operasi bentuk aljabar. Siswa tunarungu juga hanya menyebutkan dan tidak dapat menjelaskan contoh masalah kehidupan sehari-hari yang dapat diselesaikan dengan memanfaatkan konsep unsur dan operasi bentuk aljabar. \u0000Kata Kunci: Pemahaman Konsep, Siswa Tunarungu, Aljabar","PeriodicalId":31516,"journal":{"name":"MATHEdunesa","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48560150","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-21DOI: 10.26740/mathedunesa.v11n3.p904-923
Dwi Fatmarani, Rini Setianingsih
Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu keterampilan 4c harus dimiliki oleh siswa sebagai generasi abad 21. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa SMP dalam menyelesaikan soal aljabar mengacu pada Watson Glaser Critical Thinking Appraisal. Analisis kemampuan berpikir kritis penelitian ini menggunakan kriteria dari Ennis yaitu Focus, Reason, Inference, Situation, Clarity, dan Overview. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan instrumen utama yaitu peneliti sendiri dan instrumen pendukung berupa tes tertulis kemampuan berpikir kritis dan pedoman wawancara. Subjek yang dipilih adalah siswa kelas VII masing-masing satu siswa pada tiap kategori kemampuan berpikir kritis siswa yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa berkategori tinggi memiliki kemampuan berpikir kritis tertinggi dengan memenuhi 6 kriteria yaitu FRISCO pada tiap soal WGCTA dengan hasil sangat kritis. Siswa berkategori sedang memiliki kemampuan berpikir kritis dengan memenuhi 5 kriteria yaitu FRISC pada soal penarikan kesimpulan dan menafsirkan informasi dengan hasil sangat kritis, 4 kriteria yaitu FISC pada soal asumsi dengan hasil kritis, dan 3 kriteria FRS pada soal deduksi dan menganalisis argumen dengan hasil kritis. Siswa berkategori rendah memiliki kemampuan berpikir kritis terendah dengan memenuhi 2 kriteria yaitu FC pada soal asumsi dengan hasil tidak kritis dan 1 kriteria yaitu F pada soal penarikan kesimpulan, deduksi, menafsirkan informasi, dan menganalisis argumen dengan hasil tidak kritis. Hasil penelitian ini menjadi masukan bagi guru untuk mendorong siswa meningkatkan kemampuan berpikir kritis melalui kegiatan didalam kelas seperti diskusi agar terjadinya interaksi antar siswa dan siswa dengan guru untuk memudahkan siswa mengolah informasi pada soal, serta guru dapat memberikan latihan soal kepada siswa dengan tipe WGCTA seperti penarikan kesimpulan, asumsi, deduksi, menafsirkan informasi, dan menganalisis argumen untuk melatih berpikir kritis siswa. Kata Kunci: Kemampuan Berpikir Kritis, Kategori Subjek, FRISCO.
{"title":"Analisis Kemampuan Berpikir Kritis Siswa SMP dalam Menyelesaikan Soal Aljabar Mengacu pada Watson-Glaser Critical Thinking Appraisal","authors":"Dwi Fatmarani, Rini Setianingsih","doi":"10.26740/mathedunesa.v11n3.p904-923","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/mathedunesa.v11n3.p904-923","url":null,"abstract":"Kemampuan berpikir kritis merupakan salah satu keterampilan 4c harus dimiliki oleh siswa sebagai generasi abad 21. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa SMP dalam menyelesaikan soal aljabar mengacu pada Watson Glaser Critical Thinking Appraisal. Analisis kemampuan berpikir kritis penelitian ini menggunakan kriteria dari Ennis yaitu Focus, Reason, Inference, Situation, Clarity, dan Overview. Jenis penelitian ini adalah deskriptif kualitatif dengan instrumen utama yaitu peneliti sendiri dan instrumen pendukung berupa tes tertulis kemampuan berpikir kritis dan pedoman wawancara. Subjek yang dipilih adalah siswa kelas VII masing-masing satu siswa pada tiap kategori kemampuan berpikir kritis siswa yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa berkategori tinggi memiliki kemampuan berpikir kritis tertinggi dengan memenuhi 6 kriteria yaitu FRISCO pada tiap soal WGCTA dengan hasil sangat kritis. Siswa berkategori sedang memiliki kemampuan berpikir kritis dengan memenuhi 5 kriteria yaitu FRISC pada soal penarikan kesimpulan dan menafsirkan informasi dengan hasil sangat kritis, 4 kriteria yaitu FISC pada soal asumsi dengan hasil kritis, dan 3 kriteria FRS pada soal deduksi dan menganalisis argumen dengan hasil kritis. Siswa berkategori rendah memiliki kemampuan berpikir kritis terendah dengan memenuhi 2 kriteria yaitu FC pada soal asumsi dengan hasil tidak kritis dan 1 kriteria yaitu F pada soal penarikan kesimpulan, deduksi, menafsirkan informasi, dan menganalisis argumen dengan hasil tidak kritis. Hasil penelitian ini menjadi masukan bagi guru untuk mendorong siswa meningkatkan kemampuan berpikir kritis melalui kegiatan didalam kelas seperti diskusi agar terjadinya interaksi antar siswa dan siswa dengan guru untuk memudahkan siswa mengolah informasi pada soal, serta guru dapat memberikan latihan soal kepada siswa dengan tipe WGCTA seperti penarikan kesimpulan, asumsi, deduksi, menafsirkan informasi, dan menganalisis argumen untuk melatih berpikir kritis siswa. \u0000Kata Kunci: Kemampuan Berpikir Kritis, Kategori Subjek, FRISCO.","PeriodicalId":31516,"journal":{"name":"MATHEdunesa","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44824652","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-21DOI: 10.26740/mathedunesa.v11n3.p894-903
Evalia Nuryana, A. Wintarti
In order to create a joyful learning environment, especially during a pandemic that requires learning to be carried out online, an innovation is needed such as the use of interactive learning media for mutual learning which can be accessed online. Electronic modules with Augmented Reality are packaged in the form of learning media that can be used independently everytime and everywhere. This study aims to develop an electronic module with android-based Augmented Reality named "AR LIMAS" as a media to improve students' abilities on pyramid geometry problem. The selection of pyramid material in the electronic module was based on several previous studies regarding the misconceptions experienced by students on pyramid. The development of this electronic module used the ADDIE research method by taking into account the scores of validity, practicality, and effectiveness for the creation of good learning media. This electronic module was tested on 3 students of VII grade who have low, medium, and high mathematical ability. The categorization of students' mathematical ability was based on the final examination scores in the previous semester. Based on the assessment of experts, this electronic module was declared to have a good category with a validity percentage of 86.59%. Then the results of the questionnaire using the electronic module obtained a practicality percentage value of 98.35% with a very good category. The results of pretest with an average score of 15 increased in posttest with an average score of 82.5, so the module was considered effective in improving students' understanding on pyramid. Keywords: electronic module, android, augmented reality, pyramid, development.
{"title":"DEVELOPMENT OF ELECTRONIC MODULE WITH AUGMENTED REALITY ON PYRAMID FOR VIII GRADE","authors":"Evalia Nuryana, A. Wintarti","doi":"10.26740/mathedunesa.v11n3.p894-903","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/mathedunesa.v11n3.p894-903","url":null,"abstract":"In order to create a joyful learning environment, especially during a pandemic that requires learning to be carried out online, an innovation is needed such as the use of interactive learning media for mutual learning which can be accessed online. Electronic modules with Augmented Reality are packaged in the form of learning media that can be used independently everytime and everywhere. This study aims to develop an electronic module with android-based Augmented Reality named \"AR LIMAS\" as a media to improve students' abilities on pyramid geometry problem. The selection of pyramid material in the electronic module was based on several previous studies regarding the misconceptions experienced by students on pyramid. The development of this electronic module used the ADDIE research method by taking into account the scores of validity, practicality, and effectiveness for the creation of good learning media. This electronic module was tested on 3 students of VII grade who have low, medium, and high mathematical ability. The categorization of students' mathematical ability was based on the final examination scores in the previous semester. Based on the assessment of experts, this electronic module was declared to have a good category with a validity percentage of 86.59%. Then the results of the questionnaire using the electronic module obtained a practicality percentage value of 98.35% with a very good category. The results of pretest with an average score of 15 increased in posttest with an average score of 82.5, so the module was considered effective in improving students' understanding on pyramid. \u0000Keywords: electronic module, android, augmented reality, pyramid, development. ","PeriodicalId":31516,"journal":{"name":"MATHEdunesa","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-21","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48805038","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-11DOI: 10.26740/mathedunesa.v11n3.p868-883
Siti Makrufah
Berpikir kritis adalah aktivitas mental individu untuk mengembangkan pengetahuan yang dimiliki dengan mempertimbangkan, mengevaluasi, dan menghubungkan informasi dengan fakta atau informasi lain dari berbagai sumber untuk tujuan membuat keputusan yang rasional. Ada beberapa faktor yang memengaruhi proses berpikir kritis matematis seseorang, salah satunya adalah adanya perbedaan kecemasan matematika. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan profil berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan soal High Order thinking Skills (HOTS) ditinjau dari tingkat kecemasan matematika. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini dari 2 siswa kelas VIII dengan tingkat kemampuan matematika dan jenis kelamin sama antara lain siswa dengan kecemasan matematika rendah dan siswa dengan kecemasan matematika tinggi. Pengambilan data dilakukan dengan memberikan tes kemampuan matematika, angket kecemasan matematika (AKM), tes pemecahan masalah (TPM), dan wawancara. Selanjutnya data pemecahan masalah yang diperoleh dianalis menggunakan kriteria berpikir kritis menurut Enis yang disingkat dengan FRISCO yaitu Focus (Fokus), Reason (Alasan), Inference (Kesimpulan), Situation (Situasi), Clarity (Kejelasan), dan Overview (Meninjau Kembali). Pada hasil penelitian didapat bahwa siswa yang berkecemasan matematika rendah menunjukkan semua kriteria berpikir kritis Fokus, Reason, Inference, Situation, Clarity, Overview dalam menyelesaikan soal HOTS level menganalisis(C4), level mengevaluasi (C5), sekaligus level mencipta(C6). Namun siswa berkecemasan matematika tinggi menjukkan semua kriteria berpikir kritis Fokus, Reason, Inference, Situation, Clarity, Overview dalam menyelesaikan soal HOTS level menganalisis(C4), menunjukkan kriteria berpikir kritis kritis Focus, Reason, Overview dalam menyelesaikan soal HOTS level mengevaluasi (C5), dan menunjukkan kriteria berpikir kritis kritis Reason saja dalam menyelesaikan soal HOTS level mencipta (C6). Hal ini menunjukkan bahwa siswa berkecemasan matematika rendah memiliki proses berpikir kritis lebih baik dibandingkan siswa berkecemasan matematka tinggi. Kata Kunci : Berpikir Kritis, High Order thinking Skills, Kecemasan Matematika
{"title":"PROFIL BERPIKIR KRITIS SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL HIGHER ORDER THINKING SKILLS DITINJAU DARI TINGKAT KECEMASAN MATEMATIKA","authors":"Siti Makrufah","doi":"10.26740/mathedunesa.v11n3.p868-883","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/mathedunesa.v11n3.p868-883","url":null,"abstract":"Berpikir kritis adalah aktivitas mental individu untuk mengembangkan pengetahuan yang dimiliki dengan mempertimbangkan, mengevaluasi, dan menghubungkan informasi dengan fakta atau informasi lain dari berbagai sumber untuk tujuan membuat keputusan yang rasional. Ada beberapa faktor yang memengaruhi proses berpikir kritis matematis seseorang, salah satunya adalah adanya perbedaan kecemasan matematika. Tujuan penelitian ini adalah mendeskripsikan profil berpikir kritis siswa dalam menyelesaikan soal High Order thinking Skills (HOTS) ditinjau dari tingkat kecemasan matematika. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Subjek penelitian ini dari 2 siswa kelas VIII dengan tingkat kemampuan matematika dan jenis kelamin sama antara lain siswa dengan kecemasan matematika rendah dan siswa dengan kecemasan matematika tinggi. Pengambilan data dilakukan dengan memberikan tes kemampuan matematika, angket kecemasan matematika (AKM), tes pemecahan masalah (TPM), dan wawancara. Selanjutnya data pemecahan masalah yang diperoleh dianalis menggunakan kriteria berpikir kritis menurut Enis yang disingkat dengan FRISCO yaitu Focus (Fokus), Reason (Alasan), Inference (Kesimpulan), Situation (Situasi), Clarity (Kejelasan), dan Overview (Meninjau Kembali). Pada hasil penelitian didapat bahwa siswa yang berkecemasan matematika rendah menunjukkan semua kriteria berpikir kritis Fokus, Reason, Inference, Situation, Clarity, Overview dalam menyelesaikan soal HOTS level menganalisis(C4), level mengevaluasi (C5), sekaligus level mencipta(C6). Namun siswa berkecemasan matematika tinggi menjukkan semua kriteria berpikir kritis Fokus, Reason, Inference, Situation, Clarity, Overview dalam menyelesaikan soal HOTS level menganalisis(C4), menunjukkan kriteria berpikir kritis kritis Focus, Reason, Overview dalam menyelesaikan soal HOTS level mengevaluasi (C5), dan menunjukkan kriteria berpikir kritis kritis Reason saja dalam menyelesaikan soal HOTS level mencipta (C6). Hal ini menunjukkan bahwa siswa berkecemasan matematika rendah memiliki proses berpikir kritis lebih baik dibandingkan siswa berkecemasan matematka tinggi. \u0000Kata Kunci : Berpikir Kritis, High Order thinking Skills, Kecemasan Matematika","PeriodicalId":31516,"journal":{"name":"MATHEdunesa","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-11","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47234747","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-10DOI: 10.26740/mathedunesa.v11n3.p859-867
Tuwuh Dwi Putra Wardana, R. Ekawati
Learning media is a learning aid that act as an intermediary in conveying instructional information which are one of the instruments that determine the success of learning process. The research aim is to produce an edutainment mathematics learning media based android on ellipse materials that is good and decent that can be used in the learning process. The media was developed to attract students' interest in ellipse which is considered difficult by some students The qualification of the media cover three aspects of validity, practical, and effective. This research is developed using ADDIE model which consists of analysis, design, development, implementation, and evaluation. The developed media was conducted with limited trials with the research subjects are grade XI students of SMAN 1 Kedungwaru. The instrument used on this research are validation sheets, questionnaires test of practicality, and students test. Based on the data obtained the result of validity test from the experts stated that the media was categorized as valid, from the questionnaires test of practicality from students the media was categorized as practical, and from the student test result showed that 80% of the students met the completeness limit so the media categorized as effective. The result concluded that the developed media categorized as decent and can be used in learning process. Keywords: ADDIE, android, edutainment, ellips, development, learning media
{"title":"DEVELOPMENT OF ANDROID-BASED EDUTAINMENT MATHEMATICS LEARNING MEDIA ON ELLIPSE MATERIAL","authors":"Tuwuh Dwi Putra Wardana, R. Ekawati","doi":"10.26740/mathedunesa.v11n3.p859-867","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/mathedunesa.v11n3.p859-867","url":null,"abstract":"Learning media is a learning aid that act as an intermediary in conveying instructional information which are one of the instruments that determine the success of learning process. The research aim is to produce an edutainment mathematics learning media based android on ellipse materials that is good and decent that can be used in the learning process. The media was developed to attract students' interest in ellipse which is considered difficult by some students The qualification of the media cover three aspects of validity, practical, and effective. This research is developed using ADDIE model which consists of analysis, design, development, implementation, and evaluation. The developed media was conducted with limited trials with the research subjects are grade XI students of SMAN 1 Kedungwaru. The instrument used on this research are validation sheets, questionnaires test of practicality, and students test. Based on the data obtained the result of validity test from the experts stated that the media was categorized as valid, from the questionnaires test of practicality from students the media was categorized as practical, and from the student test result showed that 80% of the students met the completeness limit so the media categorized as effective. The result concluded that the developed media categorized as decent and can be used in learning process. \u0000Keywords: ADDIE, android, edutainment, ellips, development, learning media","PeriodicalId":31516,"journal":{"name":"MATHEdunesa","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-10","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49561089","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-09DOI: 10.26740/mathedunesa.v11n3.p850-858
Firstian Angger Aprilio, R. Ekawati
Mathematics uses a lot of visual representations, one of which is geometry. In capturing mathematical information, visual sensing plays a very important role. This has an impact on low vision students in understanding and mastering the material. This study is interested to describe errors experienced by a low vision student in solving the problem of determining the area and circumference of plane figures and its alternative solutions. This research is an intrinsic case study research with a qualitative approach. The research subject was one low vision student with normal cognitive development. Data analysis to determine student errors is described using Newman's Error Analysis. The results showed that students did not have difficulty in reading, but experienced major errors in determining the completion steps for a problem (Transformation Errors). Errors in understanding the context (Comprehension Errors) problems often occur when students are faced with complex problems. Other errors occur in the calculation (Process Skill Errors) and writing the final result (Encoding Errors). This research can be an evaluation for teachers in planning mathematics learning activities using appropriate and varied learning methods and media.
{"title":"Low Vision Student Errors in Solving Area and Circumference of Plane Figures Problems and Its Alternative Solutions","authors":"Firstian Angger Aprilio, R. Ekawati","doi":"10.26740/mathedunesa.v11n3.p850-858","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/mathedunesa.v11n3.p850-858","url":null,"abstract":"Mathematics uses a lot of visual representations, one of which is geometry. In capturing mathematical information, visual sensing plays a very important role. This has an impact on low vision students in understanding and mastering the material. This study is interested to describe errors experienced by a low vision student in solving the problem of determining the area and circumference of plane figures and its alternative solutions. This research is an intrinsic case study research with a qualitative approach. The research subject was one low vision student with normal cognitive development. Data analysis to determine student errors is described using Newman's Error Analysis. The results showed that students did not have difficulty in reading, but experienced major errors in determining the completion steps for a problem (Transformation Errors). Errors in understanding the context (Comprehension Errors) problems often occur when students are faced with complex problems. Other errors occur in the calculation (Process Skill Errors) and writing the final result (Encoding Errors). This research can be an evaluation for teachers in planning mathematics learning activities using appropriate and varied learning methods and media.","PeriodicalId":31516,"journal":{"name":"MATHEdunesa","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-09","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48147216","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-08DOI: 10.26740/mathedunesa.v11n3.p744-753
Aghni Mey Azahra, Masriyah Masriyah
Berpikir aljabar merupakan aktivitas mental seseorang dalam menyelesaikan masalah yang ditentukan dari enam aktivitas berpikir matematis untuk menganalisis, menggunakan simbol-simbol aljabar, menggunakan model matematika untuk mengetahui dan mewakili hubungan situasi matematika dengan aljabar serta perubahan dalam berbagai konteks. Pendekatan yang paling tepat untuk membangun dan mengembangkan berpikir aljabar siswa adalah pemecahan masalah Salah satu karakteristik siswa yang harus dipahami dan diperhatikan oleh seorang guru dalam proses pembelajaran adalah gaya belajar siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan berpikir aljabar siswa SMP dalam menyelesaikan masalah aljabar ditinjau dari gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket gaya belajar, soal tes proses berpikir aljabar siswa, dan pedoman wawancara. Subjek penelitian 3 siswa kelas VIII di SMPN 1 Krian berdasarkan gaya belajar yang diperoleh dari hasil angket gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik dengan kemampuan matematika yang setara yaitu kemampuan matematika sedang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga subjek melakukan keenam indikator dari tahap generalisasi, abstraksi, berpikir dinamis, pemodelan, berpikir analitis, dan organisasi. Siswa gaya belajar visual dan kinestetik menentukan aturan umum persamaan yang digunakan dalam memecahkan masalah menggunakan simbol aljabar. Sedangkan siswa gaya belajar auditorial mengungkapkan penjelasan secara verbal (kata-kata). Kata Kunci: Berpikir aljabar, masalah aljabar, gaya belajar.
{"title":"Berpikir Aljabar Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Ditinjau dari Gaya Blajar Visual, Auditori, dan Kinestetik.","authors":"Aghni Mey Azahra, Masriyah Masriyah","doi":"10.26740/mathedunesa.v11n3.p744-753","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/mathedunesa.v11n3.p744-753","url":null,"abstract":"Berpikir aljabar merupakan aktivitas mental seseorang dalam menyelesaikan masalah yang ditentukan dari enam aktivitas berpikir matematis untuk menganalisis, menggunakan simbol-simbol aljabar, menggunakan model matematika untuk mengetahui dan mewakili hubungan situasi matematika dengan aljabar serta perubahan dalam berbagai konteks. Pendekatan yang paling tepat untuk membangun dan mengembangkan berpikir aljabar siswa adalah pemecahan masalah Salah satu karakteristik siswa yang harus dipahami dan diperhatikan oleh seorang guru dalam proses pembelajaran adalah gaya belajar siswa. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk mendeskripsikan berpikir aljabar siswa SMP dalam menyelesaikan masalah aljabar ditinjau dari gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket gaya belajar, soal tes proses berpikir aljabar siswa, dan pedoman wawancara. Subjek penelitian 3 siswa kelas VIII di SMPN 1 Krian berdasarkan gaya belajar yang diperoleh dari hasil angket gaya belajar visual, auditori, dan kinestetik dengan kemampuan matematika yang setara yaitu kemampuan matematika sedang. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ketiga subjek melakukan keenam indikator dari tahap generalisasi, abstraksi, berpikir dinamis, pemodelan, berpikir analitis, dan organisasi. Siswa gaya belajar visual dan kinestetik menentukan aturan umum persamaan yang digunakan dalam memecahkan masalah menggunakan simbol aljabar. Sedangkan siswa gaya belajar auditorial mengungkapkan penjelasan secara verbal (kata-kata). \u0000Kata Kunci: Berpikir aljabar, masalah aljabar, gaya belajar.","PeriodicalId":31516,"journal":{"name":"MATHEdunesa","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46792198","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}