Pub Date : 2022-07-08DOI: 10.26740/mathedunesa.v11n3.p779-793
Afifa Nur Arofa, I. Ismail
Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) merupakan sebuah penilaian kompetensi mendasar seperti literasi membaca dan numerasi siswa yang diperlukan dalam kehidupan. Pada penelitian ini akan dibahas tentang kemampuan numerasi yang memuat tiga konteks dan tiga proses kognitif pada konten aljabar. Penelitian dengan pendekatan kualitatif deskriptif ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan numerasi siswa dalam menyelesaikan soal yang setara dengan AKM. Subjek penelitian ini yaitu 36 siswa Madrasah Aliyah 1 Pasuruan kelas XI MIA-1 tahun ajaran 2021/2022. Subjek diberikan tes berupa soal setara AKM yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan numerasi yang kemudian diambil sebanyak 3 siswa untuk dilaksanakannya wawancara. Berdasarkan hasil dan wawancara, siswa kemampuan numerasi rendah dapat menentukan prosedur dan fakta dan dapat menyelesaikan permasalahan aljabar yang bersifat rutin dalam konteks personal. Dalam konteks sosial budaya dapat menyebutkan konsep aljabar yang digunakan dan pada konteks saintifik dapat menyebutkan fakta. Siswa kemampuan numerasi sedang dapat memahami fakta dan prosedur pada konteks personal, menyebutkan konsep pada konteks sosial budaya dan dapat meyebutkan fakta pada konteks saintifik, dapat menyelesaikan permasalahan aljabar yang bersifat rutin dalam konteks personal dan sosial budaya serta menyelesaikan masalah aljabar yang bersifat tidak rutin dalam konteks personal. Siswa kemampuan numerasi tinggi dapat menentukan prosedur dan fakta dalam konteks personal, dapat menentukan konsep pada konteks sosial budaya dan dapat menentukan fakta pada konteks saintifik. Dalam masalah yang bersifat rutin, dapat menyelesaikan masalah aljabar dari ketiga konteks sedangkan dalam masalah aljabar yang tidak rutin, siswa dapat menyelesaikan pada konteks personal dan saintifik. Oleh karena itu untuk meningkatkan kesiapan siswa dalam menghadapi AKM disarankan dalam kegiatan belajar mengajar guru memberikan banyak latihan soal yang setara AKM dengan konten aljabar.
{"title":"Kemampuan Numerasi Siswa MA dalam Menyelesaikan Soal Setara Asesmen Kompetensi Minimum pada Konten Aljabar","authors":"Afifa Nur Arofa, I. Ismail","doi":"10.26740/mathedunesa.v11n3.p779-793","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/mathedunesa.v11n3.p779-793","url":null,"abstract":"Asesmen Kompetensi Minimum (AKM) merupakan sebuah penilaian kompetensi mendasar seperti literasi membaca dan numerasi siswa yang diperlukan dalam kehidupan. Pada penelitian ini akan dibahas tentang kemampuan numerasi yang memuat tiga konteks dan tiga proses kognitif pada konten aljabar. Penelitian dengan pendekatan kualitatif deskriptif ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan numerasi siswa dalam menyelesaikan soal yang setara dengan AKM. Subjek penelitian ini yaitu 36 siswa Madrasah Aliyah 1 Pasuruan kelas XI MIA-1 tahun ajaran 2021/2022. Subjek diberikan tes berupa soal setara AKM yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan numerasi yang kemudian diambil sebanyak 3 siswa untuk dilaksanakannya wawancara. Berdasarkan hasil dan wawancara, siswa kemampuan numerasi rendah dapat menentukan prosedur dan fakta dan dapat menyelesaikan permasalahan aljabar yang bersifat rutin dalam konteks personal. Dalam konteks sosial budaya dapat menyebutkan konsep aljabar yang digunakan dan pada konteks saintifik dapat menyebutkan fakta. Siswa kemampuan numerasi sedang dapat memahami fakta dan prosedur pada konteks personal, menyebutkan konsep pada konteks sosial budaya dan dapat meyebutkan fakta pada konteks saintifik, dapat menyelesaikan permasalahan aljabar yang bersifat rutin dalam konteks personal dan sosial budaya serta menyelesaikan masalah aljabar yang bersifat tidak rutin dalam konteks personal. Siswa kemampuan numerasi tinggi dapat menentukan prosedur dan fakta dalam konteks personal, dapat menentukan konsep pada konteks sosial budaya dan dapat menentukan fakta pada konteks saintifik. Dalam masalah yang bersifat rutin, dapat menyelesaikan masalah aljabar dari ketiga konteks sedangkan dalam masalah aljabar yang tidak rutin, siswa dapat menyelesaikan pada konteks personal dan saintifik. Oleh karena itu untuk meningkatkan kesiapan siswa dalam menghadapi AKM disarankan dalam kegiatan belajar mengajar guru memberikan banyak latihan soal yang setara AKM dengan konten aljabar.","PeriodicalId":31516,"journal":{"name":"MATHEdunesa","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46871137","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-08DOI: 10.26740/mathedunesa.v11n3.p754-764
Nur Izzatul Isslamiyah, Pradnyo Wijayanti
Berpikir kritis sebagai salah satu keterampilan berpikir yang perlu dimiliki oleh setiap siswa. Pemberian soal matematika higher order thinking skills (HOTS) pada siswa dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa SMA dalam menyelesaikan soal matematika higher order thinking skills (HOTS) ditinjau dari jenis kelamin. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini terdiri dari dua siswa SMA, satu siswa laki-laki dan satu siswa perempuan dengan kategori kemampuan yang tinggi. Instrumen yang digunakan meliputi tes soal matematika higher order thinking skills (HOTS) beserta pedoman wawancara. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yakni metode tes dan wawancara. Teknik analisis data pada penelitian ini diantaranya analisis soal matematika higher order thinking skills (HOTS) dan analisis wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa interpretation siswa laki-laki mampu menuliskan permasalahan yang terdapat pada soal, analysis siswa laki-laki mampu menuliskan setiap langkah yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan pada soal, evaluation siswa laki-laki mampu menuliskan penyelesaian soal, inference siswa laki-laki mampu menarik kesimpulan pada setiap langkah yang digunakan, explanation siswa laki-laki mampu menuliskan hasil akhir dari penyelesaian soal, self-regulation siswa laki-laki mampu mereview ulang jawaban hasil pekerjaanya. Interpretation siswa perempuan mampu menuliskan permasalahan yang terdapat pada soal, analysis siswa perempuan mampu menuliskan setiap langkah yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan pada soal, evaluation siswa perempuan mampu menuliskan penyelesaian soal, inference siswa perempuan mampu menarik kesimpulan dari setiap langkah yang digunakan, explanation siswa perempuan mampu menuliskan hasil akhir dari penyelesaian soal, self-regulation siswa perempuan mampu mereview ulang jawaban hasil pekerjaanya. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru agar lebih memahami serta mengetahui kemampuan berpikir kritis yang dimiliki siswa jika ditinjau dari jenis kelamin untuk memperbaiki mutu pengajaran serta membiasakan siswa untuk menyelesaikan soal matematika HOTS guna untuk melatih kemampuan berpikir kritisnya.
{"title":"KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA HIGHER ORDER THINKING SKILLS (HOTS) DITINJAU DARI JENIS KELAMIN","authors":"Nur Izzatul Isslamiyah, Pradnyo Wijayanti","doi":"10.26740/mathedunesa.v11n3.p754-764","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/mathedunesa.v11n3.p754-764","url":null,"abstract":"Berpikir kritis sebagai salah satu keterampilan berpikir yang perlu dimiliki oleh setiap siswa. Pemberian soal matematika higher order thinking skills (HOTS) pada siswa dapat digunakan untuk mengetahui kemampuan berpikir kritis siswa. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan berpikir kritis siswa SMA dalam menyelesaikan soal matematika higher order thinking skills (HOTS) ditinjau dari jenis kelamin. Jenis penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif. Subjek penelitian ini terdiri dari dua siswa SMA, satu siswa laki-laki dan satu siswa perempuan dengan kategori kemampuan yang tinggi. Instrumen yang digunakan meliputi tes soal matematika higher order thinking skills (HOTS) beserta pedoman wawancara. Metode yang digunakan untuk mengumpulkan data yakni metode tes dan wawancara. Teknik analisis data pada penelitian ini diantaranya analisis soal matematika higher order thinking skills (HOTS) dan analisis wawancara. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa interpretation siswa laki-laki mampu menuliskan permasalahan yang terdapat pada soal, analysis siswa laki-laki mampu menuliskan setiap langkah yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan pada soal, evaluation siswa laki-laki mampu menuliskan penyelesaian soal, inference siswa laki-laki mampu menarik kesimpulan pada setiap langkah yang digunakan, explanation siswa laki-laki mampu menuliskan hasil akhir dari penyelesaian soal, self-regulation siswa laki-laki mampu mereview ulang jawaban hasil pekerjaanya. Interpretation siswa perempuan mampu menuliskan permasalahan yang terdapat pada soal, analysis siswa perempuan mampu menuliskan setiap langkah yang digunakan dalam menyelesaikan permasalahan pada soal, evaluation siswa perempuan mampu menuliskan penyelesaian soal, inference siswa perempuan mampu menarik kesimpulan dari setiap langkah yang digunakan, explanation siswa perempuan mampu menuliskan hasil akhir dari penyelesaian soal, self-regulation siswa perempuan mampu mereview ulang jawaban hasil pekerjaanya. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan bagi guru agar lebih memahami serta mengetahui kemampuan berpikir kritis yang dimiliki siswa jika ditinjau dari jenis kelamin untuk memperbaiki mutu pengajaran serta membiasakan siswa untuk menyelesaikan soal matematika HOTS guna untuk melatih kemampuan berpikir kritisnya.","PeriodicalId":31516,"journal":{"name":"MATHEdunesa","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43100216","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-08DOI: 10.26740/mathedunesa.v11n3.p794-811
Ana Agustini, Endah Budi Rahaju
Abstrak Berpikir relasional dalam memecahkan masalah matematika merupakan kemampuan berpikir untuk memahami potongan-potongan informasi yang tampak berbeda namun sebenarnya memiliki keterkaitan objek dari informasi yang diketahui pada soal menjadi bentuk simbol dan angka dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya untuk memecahkan masalah matematika. Dalam memecahkan masalah dapat dipengaruhi oleh beberapa hal salah satunya adalah gaya belajar siswa. Dalam penelitian ini gaya belajar yang digunakan berdasarkan cara individu memecahkan masalah berfokus pada subjek penelitian dengan gaya belajar auditori. Gaya belajar auditori yaitu gaya belajar yang mengandalkan indra pendengaran dalam proses mengingat dan menganalisis sebuah informasi yang didapatkan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan profil berpikir relasional dalam memecahkan masalah matematika pada siswa SMA dengan gaya belajar auditori. Subjek dari penelitian ini adalah 3 siswa SMA kelas XI yang memiliki gaya belajar auditori dan tuntas dalam menyelesaikan masalah matematika yang diberikan. Berdasarkan hasil analisis data ketiga siswa dengan gaya belajar auditori mampu melaksanakan aktivitas berpikir relasional dalam memecahkan masalah matematika pada tahapan memahami masalah dengan mengidentifikasi unsur penting dalam masalah dan membangun relasi dalam setiap unsur dan antar unsur yang diketahui siswa. Pada tahap membuat rencana dalam pemecahan masalah siswa auditori mampu membangun relasi dalam memilih strategi penyelesaian. Pada tahap melaksanakan strategi yang telah dipilih dalam memecahkan masalah siswa auditori mampu menggunakan aturan untuk memecahkan masalah serta menjelaskan keterkaitan hubungan operasi hitung bilangan, meskipun masih terdapat kesalahan dalam pengerjaan karena kurangnya ketelitian siswa. Pada tahap terakhir siswa auditori belum mampu dalam memeriksa kembali hasil dan tidak melakukan aktivitas berpikir relasional. Kata Kunci: Berpikir Relasional, Masalah Matematika, Gaya Belajar Auditori Abstract Relational thinking in solving mathematical problems is the ability to think to understand pieces of information that look different but actually have object relations from the information known in the problem into the form of symbols and numbers with previous knowledge to solve mathematical problems. In solving problems, it can be influenced by several things, one of which is student learning styles. In this study, the learning style used is based on the way individuals solve problems focusing on research subjects with auditory learning styles. Auditory learning style is a learning style that relies on the sense of hearing in the process of remembering and analyzing the information obtained. This study uses a qualitative descriptive approach that aims to explain the profile of relational thinking in solving mathematical problems in high school students with auditory learning styles. The subjects of this study
{"title":"PROFIL BERPIKIR RELASIONAL SISWA SMA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR AUDITORI","authors":"Ana Agustini, Endah Budi Rahaju","doi":"10.26740/mathedunesa.v11n3.p794-811","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/mathedunesa.v11n3.p794-811","url":null,"abstract":"Abstrak \u0000Berpikir relasional dalam memecahkan masalah matematika merupakan kemampuan berpikir untuk memahami potongan-potongan informasi yang tampak berbeda namun sebenarnya memiliki keterkaitan objek dari informasi yang diketahui pada soal menjadi bentuk simbol dan angka dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya untuk memecahkan masalah matematika. Dalam memecahkan masalah dapat dipengaruhi oleh beberapa hal salah satunya adalah gaya belajar siswa. Dalam penelitian ini gaya belajar yang digunakan berdasarkan cara individu memecahkan masalah berfokus pada subjek penelitian dengan gaya belajar auditori. Gaya belajar auditori yaitu gaya belajar yang mengandalkan indra pendengaran dalam proses mengingat dan menganalisis sebuah informasi yang didapatkan. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menjelaskan profil berpikir relasional dalam memecahkan masalah matematika pada siswa SMA dengan gaya belajar auditori. Subjek dari penelitian ini adalah 3 siswa SMA kelas XI yang memiliki gaya belajar auditori dan tuntas dalam menyelesaikan masalah matematika yang diberikan. Berdasarkan hasil analisis data ketiga siswa dengan gaya belajar auditori mampu melaksanakan aktivitas berpikir relasional dalam memecahkan masalah matematika pada tahapan memahami masalah dengan mengidentifikasi unsur penting dalam masalah dan membangun relasi dalam setiap unsur dan antar unsur yang diketahui siswa. Pada tahap membuat rencana dalam pemecahan masalah siswa auditori mampu membangun relasi dalam memilih strategi penyelesaian. Pada tahap melaksanakan strategi yang telah dipilih dalam memecahkan masalah siswa auditori mampu menggunakan aturan untuk memecahkan masalah serta menjelaskan keterkaitan hubungan operasi hitung bilangan, meskipun masih terdapat kesalahan dalam pengerjaan karena kurangnya ketelitian siswa. Pada tahap terakhir siswa auditori belum mampu dalam memeriksa kembali hasil dan tidak melakukan aktivitas berpikir relasional. \u0000Kata Kunci: Berpikir Relasional, Masalah Matematika, Gaya Belajar Auditori \u0000 \u0000Abstract \u0000Relational thinking in solving mathematical problems is the ability to think to understand pieces of information that look different but actually have object relations from the information known in the problem into the form of symbols and numbers with previous knowledge to solve mathematical problems. In solving problems, it can be influenced by several things, one of which is student learning styles. In this study, the learning style used is based on the way individuals solve problems focusing on research subjects with auditory learning styles. Auditory learning style is a learning style that relies on the sense of hearing in the process of remembering and analyzing the information obtained. This study uses a qualitative descriptive approach that aims to explain the profile of relational thinking in solving mathematical problems in high school students with auditory learning styles. The subjects of this study ","PeriodicalId":31516,"journal":{"name":"MATHEdunesa","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47540238","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-08DOI: 10.26740/mathedunesa.v11n3.p826-836
Putri Hidayah Yonicha Sari, Janet Trineke Manoy
Penelitian ini merupakan analisis deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menguraikan kemampuan representasi matematis siswa dalam menyelesaikan soal open-ended ditinjau dari self-concept siswa. Tiga siswa kelas XI sebagai subjek pada penelitian dipilih dengan metode pemilihan subjek secara purposive sampling. Tes self-concept berbentuk kuesioner, tes kemampuan representasi matematis berupa soal open-ended, serta pedoman wawancara digunakan sebagai instrumen pada penelitian ini. Subjek dipilih pada awal penelitian menggunakan tes self-concept, berikutnya subjek diberikan tes soal open-ended dan selanjutnya dilakukan wawancara. Perolehan data dianalisis melalui metode analisis data dengan langkah pengumpulan informasi, penyajian informasi, serta pengambilan kesimpulan dan verifikasi. Hasil analisis memperlihatkan bahwa subjek dengan kategori self-concept tinggi, yang memiliki pandangan sangat positif terhadap kemampuan yang dimilikinya, mampu memunculkan tiga bentuk representasi pada langkah menyusun rencana penyelesaian yaitu representasi visual, representasi simbolik, dan representasi verbal ketika diberikan soal berbentuk open-ended. Kemudian subjek dengan kategori self-concept sedang yang memiliki pandangan cukup positif terhadap kemampuan yang dimilikinya, mampu memunculkan dua bentuk representasi pada langkah menyusun rencana penyelesaian yaitu representasi visual dan representasi simbolik serta pada langkah melaksanakan rencana penyelesaian yaitu representasi simbolik dan representasi verbal ketika diberikan soal berbentuk open-ended. Sedangkan subjek dengan kategori self-concept rendah yang memiliki pandangan negatif terhadap kemampuan yang dimilikinya, mampu menunjukkan dua bentuk representasi pada langkah menyusun rencana penyelesaian yaitu representasi visual dan representasi simbolik ketika diberikan soal berbentuk open-ended.
{"title":"Kemampuan Representasi Matematis Siswa dalam Menyelesaikan Soal Open-Ended Ditinjau dari Self-Concept","authors":"Putri Hidayah Yonicha Sari, Janet Trineke Manoy","doi":"10.26740/mathedunesa.v11n3.p826-836","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/mathedunesa.v11n3.p826-836","url":null,"abstract":"Penelitian ini merupakan analisis deskriptif kualitatif yang bertujuan untuk menguraikan kemampuan representasi matematis siswa dalam menyelesaikan soal open-ended ditinjau dari self-concept siswa. Tiga siswa kelas XI sebagai subjek pada penelitian dipilih dengan metode pemilihan subjek secara purposive sampling. Tes self-concept berbentuk kuesioner, tes kemampuan representasi matematis berupa soal open-ended, serta pedoman wawancara digunakan sebagai instrumen pada penelitian ini. Subjek dipilih pada awal penelitian menggunakan tes self-concept, berikutnya subjek diberikan tes soal open-ended dan selanjutnya dilakukan wawancara. Perolehan data dianalisis melalui metode analisis data dengan langkah pengumpulan informasi, penyajian informasi, serta pengambilan kesimpulan dan verifikasi. Hasil analisis memperlihatkan bahwa subjek dengan kategori self-concept tinggi, yang memiliki pandangan sangat positif terhadap kemampuan yang dimilikinya, mampu memunculkan tiga bentuk representasi pada langkah menyusun rencana penyelesaian yaitu representasi visual, representasi simbolik, dan representasi verbal ketika diberikan soal berbentuk open-ended. Kemudian subjek dengan kategori self-concept sedang yang memiliki pandangan cukup positif terhadap kemampuan yang dimilikinya, mampu memunculkan dua bentuk representasi pada langkah menyusun rencana penyelesaian yaitu representasi visual dan representasi simbolik serta pada langkah melaksanakan rencana penyelesaian yaitu representasi simbolik dan representasi verbal ketika diberikan soal berbentuk open-ended. Sedangkan subjek dengan kategori self-concept rendah yang memiliki pandangan negatif terhadap kemampuan yang dimilikinya, mampu menunjukkan dua bentuk representasi pada langkah menyusun rencana penyelesaian yaitu representasi visual dan representasi simbolik ketika diberikan soal berbentuk open-ended.","PeriodicalId":31516,"journal":{"name":"MATHEdunesa","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"47591874","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-08DOI: 10.26740/mathedunesa.v11n3.p812-825
Anis Nur Aini, Rini Setianingsih
Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam menyampaikan ide matematika baik dalam tulisan maupun secara lisan. Kemampuan komunikasi matematis perlu ditumbuhkan dalam diri siswa agar dapat menyampaikan ide dan pemikirannya terhadap suatu konsep tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan komunikasi matematis siswa SMA dalam menyelesaikan masalah matematika pada materi program linear ditinjau dari self-confidence. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 3 orang siswa dimana subjek diperoleh dari penyebaran angket self-confidence kepada 32 orang siswa kelas XI IPA 5 pada salah satu SMA di Sidoarjo yang dipilih masing-masing satu siswa dengan self-confidence tinggi, sedang, dan rendah. Teknik pengumpulan data menggunakan 2 butir soal tes esai materi program linear, angket self-confidence, dan wawancara. Data yang diperoleh kemudian dianalisis berdasarkan indikator kemampuan komunikasi matematis melalui tiga tahapan yaitu kondensasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa dengan self-confidence tinggi mempunyai kemampuan komunikasi matematis yang tinggi dan mampu memenuhi semua indikator kemampuan komunikasi matematis, sedangkan siswa dengan self-confidence sedang dan rendah memiliki kemampuan komunikasi matematis sedang dan hanya mampu memenuhi dua indikator kemampuan komunikasi matematis dari tiga indikator yang ada. Oleh karena itu, guru diharapkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dengan memperbanyak kegiatan diskusi bersama, presentasi, sesi tanya jawab antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa serta memberikan banyak latihan soal kepada siswa agar self-confidence yang dimiliki siswa juga meningkat.
{"title":"Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMA dalam Menyelesaikan Masalah Matematika Ditinjau dari Self-Confidence","authors":"Anis Nur Aini, Rini Setianingsih","doi":"10.26740/mathedunesa.v11n3.p812-825","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/mathedunesa.v11n3.p812-825","url":null,"abstract":"Kemampuan komunikasi matematis adalah kemampuan siswa dalam menyampaikan ide matematika baik dalam tulisan maupun secara lisan. Kemampuan komunikasi matematis perlu ditumbuhkan dalam diri siswa agar dapat menyampaikan ide dan pemikirannya terhadap suatu konsep tertentu. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan komunikasi matematis siswa SMA dalam menyelesaikan masalah matematika pada materi program linear ditinjau dari self-confidence. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Subjek dalam penelitian ini berjumlah 3 orang siswa dimana subjek diperoleh dari penyebaran angket self-confidence kepada 32 orang siswa kelas XI IPA 5 pada salah satu SMA di Sidoarjo yang dipilih masing-masing satu siswa dengan self-confidence tinggi, sedang, dan rendah. Teknik pengumpulan data menggunakan 2 butir soal tes esai materi program linear, angket self-confidence, dan wawancara. Data yang diperoleh kemudian dianalisis berdasarkan indikator kemampuan komunikasi matematis melalui tiga tahapan yaitu kondensasi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa dengan self-confidence tinggi mempunyai kemampuan komunikasi matematis yang tinggi dan mampu memenuhi semua indikator kemampuan komunikasi matematis, sedangkan siswa dengan self-confidence sedang dan rendah memiliki kemampuan komunikasi matematis sedang dan hanya mampu memenuhi dua indikator kemampuan komunikasi matematis dari tiga indikator yang ada. Oleh karena itu, guru diharapkan dapat meningkatkan kemampuan komunikasi matematis siswa dengan memperbanyak kegiatan diskusi bersama, presentasi, sesi tanya jawab antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa serta memberikan banyak latihan soal kepada siswa agar self-confidence yang dimiliki siswa juga meningkat.","PeriodicalId":31516,"journal":{"name":"MATHEdunesa","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45352742","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-08DOI: 10.26740/mathedunesa.v11n3.p765-778
Dewi Isarotur Rohmahh, Abdul Haris Rosyidi
Pemecahan masalah merupakan aktivitas penting dalam pembelajaran matematika. Masih terdapat siswa yang mengalami kegagalan dalam pemecahan masalah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kegagalan siswa dalam pemecahan masalah kontekstual materi kesebangunan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan subjek 4 siswa dari SMA Negeri di Bojonegoro. Subjek penelitian dipilih dari siswa yang mengalami kegagalan di tahapan pemecahan masalah Polya yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan pada tahap memahami masalah siswa gagal dalam menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan soal, siswa gagal dalam menentukan informasi yang cukup untuk mencari yang ditanyakan, gagal memvisualisasikan masalah dengan tepat, dan memberikan argumen pemahamannya yang tidak sesuai dengan soal. Pada tahap merencanakan masalah, siswa gagal dalam mengkaitkan masalah dengan materi matematika, kurang tepat dalam menyebutkan teorema atau definisi yang terkait dengan masalah. Pada tahap menyelesaikan pemecahan masalah siswa menjalankan penyelesaian tidak sesuai dengan rencana yang sudah disusun, menyelesaikan masalah dengan langkah yang kurang tepat, dan gagal membuktikan penyelesaiannya adalah benar. Pada tahap melihat kembali pemecahan masalah siswa gagal menemukan alternatif penyelesaian lain. Ketidakmampuan siswa menemukan konsep atau teorema yang relevan menjadi indikasi bahwa ada masalah dalam menerapkan konsep matematika di kehidupan sehari-hari.
{"title":"ANALISIS KEGAGALAN SISWA SMA DALAM PEMECAHAN MASALAH KONTEKSTUAL MATERI KESEBANGUNAN","authors":"Dewi Isarotur Rohmahh, Abdul Haris Rosyidi","doi":"10.26740/mathedunesa.v11n3.p765-778","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/mathedunesa.v11n3.p765-778","url":null,"abstract":"Pemecahan masalah merupakan aktivitas penting dalam pembelajaran matematika. Masih terdapat siswa yang mengalami kegagalan dalam pemecahan masalah. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kegagalan siswa dalam pemecahan masalah kontekstual materi kesebangunan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan subjek 4 siswa dari SMA Negeri di Bojonegoro. Subjek penelitian dipilih dari siswa yang mengalami kegagalan di tahapan pemecahan masalah Polya yang berbeda. Hasil penelitian menunjukkan pada tahap memahami masalah siswa gagal dalam menentukan apa yang diketahui dan apa yang ditanyakan soal, siswa gagal dalam menentukan informasi yang cukup untuk mencari yang ditanyakan, gagal memvisualisasikan masalah dengan tepat, dan memberikan argumen pemahamannya yang tidak sesuai dengan soal. Pada tahap merencanakan masalah, siswa gagal dalam mengkaitkan masalah dengan materi matematika, kurang tepat dalam menyebutkan teorema atau definisi yang terkait dengan masalah. Pada tahap menyelesaikan pemecahan masalah siswa menjalankan penyelesaian tidak sesuai dengan rencana yang sudah disusun, menyelesaikan masalah dengan langkah yang kurang tepat, dan gagal membuktikan penyelesaiannya adalah benar. Pada tahap melihat kembali pemecahan masalah siswa gagal menemukan alternatif penyelesaian lain. Ketidakmampuan siswa menemukan konsep atau teorema yang relevan menjadi indikasi bahwa ada masalah dalam menerapkan konsep matematika di kehidupan sehari-hari.","PeriodicalId":31516,"journal":{"name":"MATHEdunesa","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44793559","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-08DOI: 10.26740/mathedunesa.v11n3.p837-849
Katherina Estherika Anggraini, Rini Setianingsih
AKM berfungsi untuk mengukur kompetensi siswa maka soal AKM terdiri dari berbagai konten atau topik, beragam konteks serta beberapa tingkat proses kognitif. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan tujuan untuk mendeskripsikan kemampuan numerasi siswa SMA dalam meyelesaikan soal AKM. Subjek penelitian ini adalah tiga orang siswa dari kelas X dengan diberikan soal tes AKM dan melakukan wawancara. Hasil penelitian ini yaitu berdasarkan hasil tes soal AKM dari 15 siswa terdapat 11 siswa dengan kemampuan numerasi rendah, tiga siswa dengan kemampuan numerasi sedang, dan satu orang siswa dengan kemampuan numerasi tinggi. Berdasarkan hasil wawancara, siswa dengan kemampuan numerasi rendah pada level pemahaman menentukan informasi dari bacaan dengan tepat, pada level penerapan siswa belum mampu memberikan solusi penyelesaian dari soal, dan pada level penalaran siswa belum mampu menganalisis dan menyelesaikan soal. Siswa dengan kemampuan numerasi sedang pada level pemahaman mendapatkan informasi dari bacaan dengan tepat, pada level penerapan siswa memberikan solusi penyelesaian dari soal, dan pada level penalaran siswa cukup mampu dalam menganalisis dan menyelesaikan soal dan disertai alasan yang tepat. Sedangkan siswa dengan kemampuan numerasi tinggi pada level pemahaman mendapatkan informasi dari bacaan dengan tepat sehingga siswa memahami soal, pada level penerapan siswa memberikan solusi penyelesaian dari soal, dan pada level penalaran siswa mampu menganalisis dan menyelesaikan soal disertai alasan yang tepat. Peneliti menyarankan agar guru dan siswa memperbanyak latihan soal AKM untuk melatih kemampuan numerasi siswa dalam pemahaman, penerapan, dan penalaran siswa agar siswa menjadi terbiasa dalam proses kognitifnya serta mempersiapkan siswa menghadapi soal AKM.
{"title":"Analisis Kemampuan Numerasi Siswa SMA dalam Menyelesaikan Soal Asesmen Kompetensi Minimum (AKM)","authors":"Katherina Estherika Anggraini, Rini Setianingsih","doi":"10.26740/mathedunesa.v11n3.p837-849","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/mathedunesa.v11n3.p837-849","url":null,"abstract":"AKM berfungsi untuk mengukur kompetensi siswa maka soal AKM terdiri dari berbagai konten atau topik, beragam konteks serta beberapa tingkat proses kognitif. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan tujuan untuk mendeskripsikan kemampuan numerasi siswa SMA dalam meyelesaikan soal AKM. Subjek penelitian ini adalah tiga orang siswa dari kelas X dengan diberikan soal tes AKM dan melakukan wawancara. Hasil penelitian ini yaitu berdasarkan hasil tes soal AKM dari 15 siswa terdapat 11 siswa dengan kemampuan numerasi rendah, tiga siswa dengan kemampuan numerasi sedang, dan satu orang siswa dengan kemampuan numerasi tinggi. Berdasarkan hasil wawancara, siswa dengan kemampuan numerasi rendah pada level pemahaman menentukan informasi dari bacaan dengan tepat, pada level penerapan siswa belum mampu memberikan solusi penyelesaian dari soal, dan pada level penalaran siswa belum mampu menganalisis dan menyelesaikan soal. Siswa dengan kemampuan numerasi sedang pada level pemahaman mendapatkan informasi dari bacaan dengan tepat, pada level penerapan siswa memberikan solusi penyelesaian dari soal, dan pada level penalaran siswa cukup mampu dalam menganalisis dan menyelesaikan soal dan disertai alasan yang tepat. Sedangkan siswa dengan kemampuan numerasi tinggi pada level pemahaman mendapatkan informasi dari bacaan dengan tepat sehingga siswa memahami soal, pada level penerapan siswa memberikan solusi penyelesaian dari soal, dan pada level penalaran siswa mampu menganalisis dan menyelesaikan soal disertai alasan yang tepat. Peneliti menyarankan agar guru dan siswa memperbanyak latihan soal AKM untuk melatih kemampuan numerasi siswa dalam pemahaman, penerapan, dan penalaran siswa agar siswa menjadi terbiasa dalam proses kognitifnya serta mempersiapkan siswa menghadapi soal AKM.","PeriodicalId":31516,"journal":{"name":"MATHEdunesa","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-08","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43771757","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-06DOI: 10.26740/mathedunesa.v11n3.p732-743
Pradnya Paramitha Solikhah, E. B. Rahaju, N. R. Prihartiwi
Mathematical literacy is defined as the ability possessed by an individual in formulating, employing, and interpreting mathematics in a variety of contexts. This research aims to describe the mathematical literacy processes of Junior High School students in solving PISA-like problems on space and shape content. The method in this research used qualitative descriptive. The research subject was students of the ninth grade in SMP Negeri 2 Krembung on Sidoarjo, which consisted of twenty-nine students. The instruments used were test and interview. The results showed that the students’ mathematical literacy was classified as less for the process of formulating. Some students still find many difficulties, such as difficulty in determining the strategy used in solving the problem as well as errors in calculation and drawing conclusion. The students’ mathematical literacy was classified as quite good for the process of employing. Students understand the intent of the problem and know what strategy used, although there were some minor errors in calculation or drawing a conclusion. The students’ mathematical literacy was classified as very lacking in the process of interpreting. Students only guess because students were still unable to understand the meaning of the questions and what strategies were used to solve the given problems to answer questions.
数学素养是指个人在各种背景下制定、运用和解释数学的能力。本研究旨在描述初中生在解决类似PISA的空间和形状内容问题时的数学素养过程。本研究采用定性描述的方法。研究对象是Sidoarjo上的SMP Negeri 2 Krembung的九年级学生,共有二十九名学生。使用的工具是测试和访谈。结果表明,学生的数学素养在公式化过程中被归为较低。一些学生仍然发现许多困难,例如难以确定解决问题的策略,以及计算和得出结论的错误。学生的数学素养被归类为在就业过程中相当好。学生们理解问题的意图,知道使用了什么策略,尽管在计算或得出结论时存在一些小错误。在口译过程中,学生的数学素养被归类为非常缺乏。学生们只是猜测,因为学生们仍然无法理解问题的含义,以及用什么策略来解决给定的问题来回答问题。
{"title":"Students' Mathematical Literacy Processes on PISA-Like Tasks with The Domain of Space and Shape","authors":"Pradnya Paramitha Solikhah, E. B. Rahaju, N. R. Prihartiwi","doi":"10.26740/mathedunesa.v11n3.p732-743","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/mathedunesa.v11n3.p732-743","url":null,"abstract":"Mathematical literacy is defined as the ability possessed by an individual in formulating, employing, and interpreting mathematics in a variety of contexts. This research aims to describe the mathematical literacy processes of Junior High School students in solving PISA-like problems on space and shape content. The method in this research used qualitative descriptive. The research subject was students of the ninth grade in SMP Negeri 2 Krembung on Sidoarjo, which consisted of twenty-nine students. The instruments used were test and interview. The results showed that the students’ mathematical literacy was classified as less for the process of formulating. Some students still find many difficulties, such as difficulty in determining the strategy used in solving the problem as well as errors in calculation and drawing conclusion. The students’ mathematical literacy was classified as quite good for the process of employing. Students understand the intent of the problem and know what strategy used, although there were some minor errors in calculation or drawing a conclusion. The students’ mathematical literacy was classified as very lacking in the process of interpreting. Students only guess because students were still unable to understand the meaning of the questions and what strategies were used to solve the given problems to answer questions.","PeriodicalId":31516,"journal":{"name":"MATHEdunesa","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-06","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"49380264","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-04DOI: 10.26740/mathedunesa.v11n3.ppdf_720-731
Nicki Fabasti Asmah, Endah Budi Rahaju
Kemampuan pemecahan masalah adalah kesanggupan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika dengan memenuhi proses menemukan jawaban berdasarkan tahap pemecahan masalah. Masalah yang dipecahkan dapat berupa masalah kontekstual. Kemampuan pemecahan masalah kontekstual siswa dapat dipengaruhi oleh gaya kognitif, yaitu field dependent (FD) dan field independent (FI). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah siswa FD dan FI ketika memecahkan masalah matematika kontekstual materi program linear. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Instrumen yang digunakan yaitu GEFT (Group Embeded Figure Test), Tes Pemecahan Masalah, dan pedoman wawancara. Subjek penelitian adalah 2 siswa SMA kelas XI IPS dengan kemampuan setara. Hasil penelitian ini menunjukkan siswa FD dan FI dapat melakukan 4 tahap pemecahan masalah dalam memecahkan masalah matematika kontekstual pada materi program linear. Siswa FD pada saat memahami masalah telah membaca permasalahan dengan cermat dan dibaca sekali, sedangkan siswa FI membaca berulang kali. Siswa FD dapat menentukan apa yang diketahui, tetapi mereka tidak dapat menentukan apa yang ditanyakan. Sedangkan siswa FI tidak menuliskan apa yang diketahui dan yang ditanyakan dalam permasalahan. Siswa FD dan FI dapat merencanakan penyelesaian permasalahan. Siswa FD dan FI menuliskan langkah pemecahan serta hasil akhir. Siswa FD dan FI dalam pembentukan kesimpulan dapat menjawab permasalahan dengan benar. Siswa FD memastikan langkah yang dilakukan sudah benar dengan memeriksa kembali dan melakukan perhitungan ulang, sedangkan siswa FI memeriksa kembali dengan membaca ulang permasalahan dan melakukan perhitungan ulang. Hasil penelitian ini menjadi masukan bagi guru sebaiknya mengingatkan siswa untuk menuliskan informasi yang ada pada suatu permasalahan dan apa yang ditanyakan.Kata Kunci: kemampuan pemecahan masalah, masalah matematika kontekstual, gaya kognitif, field dependent, field independent.
{"title":"Kemampuan Pemecahan Masalah Kontekstual Materi Program Linear Siswa SMA Bergaya Kognitif Field Dependent Dan Field Independent","authors":"Nicki Fabasti Asmah, Endah Budi Rahaju","doi":"10.26740/mathedunesa.v11n3.ppdf_720-731","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/mathedunesa.v11n3.ppdf_720-731","url":null,"abstract":"Kemampuan pemecahan masalah adalah kesanggupan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika dengan memenuhi proses menemukan jawaban berdasarkan tahap pemecahan masalah. Masalah yang dipecahkan dapat berupa masalah kontekstual. Kemampuan pemecahan masalah kontekstual siswa dapat dipengaruhi oleh gaya kognitif, yaitu field dependent (FD) dan field independent (FI). Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah siswa FD dan FI ketika memecahkan masalah matematika kontekstual materi program linear. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Instrumen yang digunakan yaitu GEFT (Group Embeded Figure Test), Tes Pemecahan Masalah, dan pedoman wawancara. Subjek penelitian adalah 2 siswa SMA kelas XI IPS dengan kemampuan setara. Hasil penelitian ini menunjukkan siswa FD dan FI dapat melakukan 4 tahap pemecahan masalah dalam memecahkan masalah matematika kontekstual pada materi program linear. Siswa FD pada saat memahami masalah telah membaca permasalahan dengan cermat dan dibaca sekali, sedangkan siswa FI membaca berulang kali. Siswa FD dapat menentukan apa yang diketahui, tetapi mereka tidak dapat menentukan apa yang ditanyakan. Sedangkan siswa FI tidak menuliskan apa yang diketahui dan yang ditanyakan dalam permasalahan. Siswa FD dan FI dapat merencanakan penyelesaian permasalahan. Siswa FD dan FI menuliskan langkah pemecahan serta hasil akhir. Siswa FD dan FI dalam pembentukan kesimpulan dapat menjawab permasalahan dengan benar. Siswa FD memastikan langkah yang dilakukan sudah benar dengan memeriksa kembali dan melakukan perhitungan ulang, sedangkan siswa FI memeriksa kembali dengan membaca ulang permasalahan dan melakukan perhitungan ulang. Hasil penelitian ini menjadi masukan bagi guru sebaiknya mengingatkan siswa untuk menuliskan informasi yang ada pada suatu permasalahan dan apa yang ditanyakan.Kata Kunci: kemampuan pemecahan masalah, masalah matematika kontekstual, gaya kognitif, field dependent, field independent.","PeriodicalId":31516,"journal":{"name":"MATHEdunesa","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48286111","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2022-07-04DOI: 10.26740/mathedunesa.v11n3.p710-719
Renova Mirojul Lail, Mega Teguh Budiarto
Etnomatematika merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan kemampuan literasi matematis siswa guna mencapai keberhasilan dalam belajar matematika. Unsur budaya berupa sistem peralatan hidup dan teknologi serta kesenian masih dilestarikan di kampung Kemasan Gresik. Penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi ini bertujuan mendeskripsikan bentuk etnomatematika pada bangunan tua, alat musik dan gerakan tari Pencak Macan Gresik, serta literasi matematis budaya di Kampung Kemasan Gresik dalam perspektif etnomatematika. Pengumpulan data terdiri dari observasi, wawancara, dokumentasi, dan study literatur. Instrumen penelitian yaitu pedoman wawancara dan alat rekaman. Teknik analisis data menggunakan triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada sistem peralatan hidup dan teknologi bangunan rumah di kampung Kemasan Gresik terdapat konsep matematika yaitu bangun datar (segitiga siku-siku, lingkaran, persegi, segitiga sama kaki, trapesium sama kaki, segi enam beraturan, belah ketupat, dan persegi panjang), bangun ruang (prisma, tabung, limas terpancung, balok, dan kubus), kekongruenan , dan transformasi geometri (refleksi dan translasi). Pada sistem kesenian alat musik dan gerakan tari Pencak Macan Gresik terdapat konsep matematika yaitu sudut (sudut siku-siku, tumpul, dan lancip), bangun datar (lingkaran, persegi, segitiga sama kaki, trapesium, persegi panjang, dan gabungan dua bangun datar), bangun ruang (kerucut terpancung, tabung, bola, dan gabungan dua bangun ruang), kedudukan dua garis (dua garis sejajar, dan berpotongan), kedudukan dua lingkaran (L1 dan L2 bersinggungan di luar, dan L2 terletak di dalam L1 (konsetris)), garis lengkung, dan transformasi geometri. Dengan demikian budaya kampung Kemasan Gresik dapat meningkatkan kemampuan literasi matematis siswa.
{"title":"Eksplorasi Etnomatematika Budaya Kampung Kemasan Gresik","authors":"Renova Mirojul Lail, Mega Teguh Budiarto","doi":"10.26740/mathedunesa.v11n3.p710-719","DOIUrl":"https://doi.org/10.26740/mathedunesa.v11n3.p710-719","url":null,"abstract":"Etnomatematika merupakan salah satu faktor untuk meningkatkan kemampuan literasi matematis siswa guna mencapai keberhasilan dalam belajar matematika. Unsur budaya berupa sistem peralatan hidup dan teknologi serta kesenian masih dilestarikan di kampung Kemasan Gresik. Penelitian kualitatif dengan pendekatan etnografi ini bertujuan mendeskripsikan bentuk etnomatematika pada bangunan tua, alat musik dan gerakan tari Pencak Macan Gresik, serta literasi matematis budaya di Kampung Kemasan Gresik dalam perspektif etnomatematika. Pengumpulan data terdiri dari observasi, wawancara, dokumentasi, dan study literatur. Instrumen penelitian yaitu pedoman wawancara dan alat rekaman. Teknik analisis data menggunakan triangulasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada sistem peralatan hidup dan teknologi bangunan rumah di kampung Kemasan Gresik terdapat konsep matematika yaitu bangun datar (segitiga siku-siku, lingkaran, persegi, segitiga sama kaki, trapesium sama kaki, segi enam beraturan, belah ketupat, dan persegi panjang), bangun ruang (prisma, tabung, limas terpancung, balok, dan kubus), kekongruenan , dan transformasi geometri (refleksi dan translasi). Pada sistem kesenian alat musik dan gerakan tari Pencak Macan Gresik terdapat konsep matematika yaitu sudut (sudut siku-siku, tumpul, dan lancip), bangun datar (lingkaran, persegi, segitiga sama kaki, trapesium, persegi panjang, dan gabungan dua bangun datar), bangun ruang (kerucut terpancung, tabung, bola, dan gabungan dua bangun ruang), kedudukan dua garis (dua garis sejajar, dan berpotongan), kedudukan dua lingkaran (L1 dan L2 bersinggungan di luar, dan L2 terletak di dalam L1 (konsetris)), garis lengkung, dan transformasi geometri. Dengan demikian budaya kampung Kemasan Gresik dapat meningkatkan kemampuan literasi matematis siswa.","PeriodicalId":31516,"journal":{"name":"MATHEdunesa","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2022-07-04","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45030272","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}