Pub Date : 2018-12-30DOI: 10.15578/JPBKP.V13I2.536
Ernie Halimatushadyah, Muhammad Da’i, M. Nursid
Teripang Holothuria atra merupakan biota laut yang banyak ditemukan di perairan Indonesia yang termasuk dalam filum Echinodermata dan berpotensi sebagai antikanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sitotoksisitas dan induksi apoptosis ekstrak etanol teripang H. atra secara in vitro terhadap beberapa sel lestari. Pengujian sitotoksisitas dilakukan dengan metode MTT (3-(4,5-dimethylthiazol-2-yl)-2,5-diphenyl tetrazolium bromide) menggunakan sel HeLa, T47D, WiDr dan sel normal Vero, sedangkan uji induksi apoptosis dilakukan terhadap sel dengan hasil uji sitotoksisitas terbaik menggunakan metode flowcytometry dan double staining. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol teripang H. atra mampu menghambat pertumbuhan sel kanker HeLa, T47D dan WiDr. Nilai IC50 ekstrak H. atra terhadap ketiga sel tersebut masing-masing sebesar 41,06±4,21; 20,89±1,55; 26,50±4,43 µg/ml tetapi esktrak tersebut memiliki sitotoksisitas yang lebih rendah terhadap sel Vero (IC50 sebesar 128,00). Analisis flowcytometry dan double staining pada sel T47D memperlihatkan bahwa ekstrak etanol teripang H.atra mampu menginduksi apoptosis pada sel tersebut.
{"title":"Sitotoksisitas dan Induksi Apoptosis Ekstrak Etanol Teripang holothuria atra Jaeger, 1833 pada beberapa Sel Kanker","authors":"Ernie Halimatushadyah, Muhammad Da’i, M. Nursid","doi":"10.15578/JPBKP.V13I2.536","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JPBKP.V13I2.536","url":null,"abstract":"Teripang Holothuria atra merupakan biota laut yang banyak ditemukan di perairan Indonesia yang termasuk dalam filum Echinodermata dan berpotensi sebagai antikanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sitotoksisitas dan induksi apoptosis ekstrak etanol teripang H. atra secara in vitro terhadap beberapa sel lestari. Pengujian sitotoksisitas dilakukan dengan metode MTT (3-(4,5-dimethylthiazol-2-yl)-2,5-diphenyl tetrazolium bromide) menggunakan sel HeLa, T47D, WiDr dan sel normal Vero, sedangkan uji induksi apoptosis dilakukan terhadap sel dengan hasil uji sitotoksisitas terbaik menggunakan metode flowcytometry dan double staining. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak etanol teripang H. atra mampu menghambat pertumbuhan sel kanker HeLa, T47D dan WiDr. Nilai IC50 ekstrak H. atra terhadap ketiga sel tersebut masing-masing sebesar 41,06±4,21; 20,89±1,55; 26,50±4,43 µg/ml tetapi esktrak tersebut memiliki sitotoksisitas yang lebih rendah terhadap sel Vero (IC50 sebesar 128,00). Analisis flowcytometry dan double staining pada sel T47D memperlihatkan bahwa ekstrak etanol teripang H.atra mampu menginduksi apoptosis pada sel tersebut.","PeriodicalId":31542,"journal":{"name":"Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"44748011","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-30DOI: 10.15578/JPBKP.V13I2.485
Nabila Tsarwatul Jannah, T. Agustini, Apri Dwi Anggo
Salah satu masalah pada mutu udang selama penanganan adalah munculnya melanosis. Melanosis merupakan bercak hitam yang timbul akibat aktivitas enzim PPO (polifenoloksidase). Tanaman putri malu (Mimosa pudica L.) memiliki senyawa bioaktif yang dapat berfungsi sebagai antioksidan seperti flavonoid, fenol dan tanin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dan konsentrasi terbaik ekstrak tanaman putri malu (Mimosa pudica L.) dalam proses enzimatis (melanosis) pada udang selama penyimpanan dingin. Konsentrasi yang digunakan adalah 0%, 3%, 5% dan 7% dengan penyimpanan selama 10 hari dan pengujian dilakukan setiap 2 hari (hari ke 0, 2, 4, 6, 8 dan 10). Paramater pengujian yang diamati adalah uji melanosis secara visual, TBA, TVBN, sensori dan pH. Rancangan percobaan yang digunakan adalah RAL. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak tanaman putri malu memberikan pengaruh nyata dalam mempertahankan mutu udang dari terjadinya reaksi melanosis hingga hari ke-6. Konsentrasi terbaik adalah konsentrasi 7% yang dapat mempertahankan mutu udang hingga hari ke-6 karena konsentrasi 7% memiliki nilai hasil uji melanosis, TBA, TVBN, dan pH yang terendah serta nilai sensori tertinggi.
{"title":"Penerapan Ekstrak Putri Malu (Mimosa pudica L.) sebagai Penghambat Melanosis pada Udang selama Penyimpanan Dingin","authors":"Nabila Tsarwatul Jannah, T. Agustini, Apri Dwi Anggo","doi":"10.15578/JPBKP.V13I2.485","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JPBKP.V13I2.485","url":null,"abstract":"Salah satu masalah pada mutu udang selama penanganan adalah munculnya melanosis. Melanosis merupakan bercak hitam yang timbul akibat aktivitas enzim PPO (polifenoloksidase). Tanaman putri malu (Mimosa pudica L.) memiliki senyawa bioaktif yang dapat berfungsi sebagai antioksidan seperti flavonoid, fenol dan tanin. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas dan konsentrasi terbaik ekstrak tanaman putri malu (Mimosa pudica L.) dalam proses enzimatis (melanosis) pada udang selama penyimpanan dingin. Konsentrasi yang digunakan adalah 0%, 3%, 5% dan 7% dengan penyimpanan selama 10 hari dan pengujian dilakukan setiap 2 hari (hari ke 0, 2, 4, 6, 8 dan 10). Paramater pengujian yang diamati adalah uji melanosis secara visual, TBA, TVBN, sensori dan pH. Rancangan percobaan yang digunakan adalah RAL. Hasil penelitian menunjukkan ekstrak tanaman putri malu memberikan pengaruh nyata dalam mempertahankan mutu udang dari terjadinya reaksi melanosis hingga hari ke-6. Konsentrasi terbaik adalah konsentrasi 7% yang dapat mempertahankan mutu udang hingga hari ke-6 karena konsentrasi 7% memiliki nilai hasil uji melanosis, TBA, TVBN, dan pH yang terendah serta nilai sensori tertinggi.","PeriodicalId":31542,"journal":{"name":"Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"48462634","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Spirulina platensis merupakan sumber makanan organik yang mengandung protein tinggi dengan asam amino yang seimbang. Spirulina juga memiliki kandungan senyawa aktif yaitu fikosianin dan flavonoid. Senyawa aktif tersebut pada umumnya memiliki aktivitas yang potential sebagai suplemen dan sediaan bahan aktif pada pangan fungsional. Salah satu faktor yang mempengaruhi kandungan fikosianin dan flavonoid dari mikroalga adalah nutrisi yang digunakan dalam media pertumbuhan sehingga perlu dilakukan kajian mengenai pengaruh komposisi media terhadap kandungan fikosianin dan flavonoid. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh variasi kandungan NaNO3 pada media pertumbuhan terhadap kandungan fikosianin dan flavonoid S. platensis; serta menentukan konsentrasi NaNO3 terbaik pada media Walne untuk menghasilkan biomassa S. platensis dengan kandungan fikosianin dan flavonoid tertinggi. Penelitian ini terdiri dari 2 tahapan yaitu kultivasi S. platensis; dan ekstraksi fikosianin, flavonoid, dan komponen aktif lainnya. Kultur S. platensis menggunakan media Walne dengan variasi kandungan NaNO3 yaitu masing-masing sebesar 80, 100 dan 120 g selama 11 hari. Total protein dan nitrogen tertinggi diperoleh pada perlakuan 100 g NaNO3 masing-masing sebesar 44,30% dan 7,09%. Biomassa S. platensis setiap perlakuan NaNO3 mengandung flavonoid, steroid, fenol dan saponin. Konsentrasi dan rendemen fikosianin terbaik diperoleh pada perlakuan 80 g NaNO3 sebesar 1,32 mg/ml dan 32,93%.Total flavonoid ekstrak S. platensis tertinggi diperoleh pada perlakuan 80 g NaNO3 sebesar 16,56%. S. platensis terpilih adalah perlakuan NaNO3 80 g karena menghasilkan kandungan senyawa aktif flavonoid dan fikosianin tertinggi. ncentration.
{"title":"Kandungan Senyawa Aktif Spirulina platensis yang Ditumbuhkan pada Media Walne dengan Konsentrasi NaNO3 Berbeda","authors":"Hartoyo Notonegoro, Iriani Setyaningsih, Kustiariyah Tarman","doi":"10.15578/JPBKP.V13I2.555","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JPBKP.V13I2.555","url":null,"abstract":"Spirulina platensis merupakan sumber makanan organik yang mengandung protein tinggi dengan asam amino yang seimbang. Spirulina juga memiliki kandungan senyawa aktif yaitu fikosianin dan flavonoid. Senyawa aktif tersebut pada umumnya memiliki aktivitas yang potential sebagai suplemen dan sediaan bahan aktif pada pangan fungsional. Salah satu faktor yang mempengaruhi kandungan fikosianin dan flavonoid dari mikroalga adalah nutrisi yang digunakan dalam media pertumbuhan sehingga perlu dilakukan kajian mengenai pengaruh komposisi media terhadap kandungan fikosianin dan flavonoid. Penelitian ini bertujuan untuk menentukan pengaruh variasi kandungan NaNO3 pada media pertumbuhan terhadap kandungan fikosianin dan flavonoid S. platensis; serta menentukan konsentrasi NaNO3 terbaik pada media Walne untuk menghasilkan biomassa S. platensis dengan kandungan fikosianin dan flavonoid tertinggi. Penelitian ini terdiri dari 2 tahapan yaitu kultivasi S. platensis; dan ekstraksi fikosianin, flavonoid, dan komponen aktif lainnya. Kultur S. platensis menggunakan media Walne dengan variasi kandungan NaNO3 yaitu masing-masing sebesar 80, 100 dan 120 g selama 11 hari. Total protein dan nitrogen tertinggi diperoleh pada perlakuan 100 g NaNO3 masing-masing sebesar 44,30% dan 7,09%. Biomassa S. platensis setiap perlakuan NaNO3 mengandung flavonoid, steroid, fenol dan saponin. Konsentrasi dan rendemen fikosianin terbaik diperoleh pada perlakuan 80 g NaNO3 sebesar 1,32 mg/ml dan 32,93%.Total flavonoid ekstrak S. platensis tertinggi diperoleh pada perlakuan 80 g NaNO3 sebesar 16,56%. S. platensis terpilih adalah perlakuan NaNO3 80 g karena menghasilkan kandungan senyawa aktif flavonoid dan fikosianin tertinggi. ncentration.","PeriodicalId":31542,"journal":{"name":"Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"46505301","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-12-30DOI: 10.15578/JPBKP.V13I2.562
Nurrahmi Dewi Fajarningsih, Naomi Intaqta, D. Praseptiangga, C. Anam, Ekowati Chasanah
Kemampuan lektin untuk mengikat karbohidrat secara spesifik dan reversible dapat dikembangkan dalam berbagai aplikasi, misalnya sebagai reagen histokimia. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari spesifisitas pengikatan lektin makroalga Sargassum polycystum dan Turbinaria ornata pada berbagai jenis karbohidrat, stabilitas aktivitas hemaglutinasi lektin pada berbagai rentang suhu dan pH, serta pengaruh kation divalen pada aktivitasnya. Uji penghambatan hemaglutinasi secara kualitatif dan kuantitatif dilakukan untuk mempelajari spesifisitas pengikatan lektin terhadap 20 jenis gula dan glikoprotein. Untuk melihat stabilitas aktivitasnya, lektin S. polycystum dan T. ornata diberi perlakuan pemanasan pada rentang suhu 30-100 oC, perlakuan pH 3-10 dan perlakuan kation divalen MgCl2 dan CaCl2 kemudian diuji aktivtitas hemagglutinasinya. Ekstrak kaya lektin S. polycystum dan T. ornata mampu mengenali dan mengikat 8 glikoprotein secara kualititatif, yaitu fetuin (Fe), asialo Fe (aFe), thyroglobulin from bovine (BTG), asialo BTG, thyroglobulin from porcine (PTG), asialo PTG (aPTG), asialo mucin from bovine submaxillary glands (aBSM), dan asialo transferrin (aTf), namun tidak mempunyai afinitas terhadap gula sederhana. Lektin S. polycystum memiliki spesifisitas pengikatan terbaik terhadap aFe dan transferrin (Minimum Inhibitory Concentration/MIC 250 µg/ml), sementara Lektin T. ornata memiliki spesifisitas pengikatan terbaik terhadap aPTG (MIC 31.25 µg/ml), PTG (MIC 125 µg/ml), dan BTG (MIC 250 µg/ml). Aktivitas hemaglutinasi lektin S. polycystum stabil pada suhu 30-80 oC dan suasana netral hingga basa (pH 7-10), namun kurang stabil pada suasana asam (pH 3-6). Aktivitas lektin T. ornata relatif tidak stabil pada suhu 40-100 oC, sedikit menurun pada pH sangat asam, namun stabil pada rentang pH 5-10. Keberadaan kation divalent Ca2+ dan Mg2+ sedikit menurunkan aktivitas lektin S. polycystum dan T. ornata.
{"title":"Karakterisasi Biokimia Lektin Makroalga Sargassum polycystum dan Turbinaria ornata/Biochemical Characterisation of Lectin Derived from Sargassum polycystum and Turbinaria ornata Macroalgae","authors":"Nurrahmi Dewi Fajarningsih, Naomi Intaqta, D. Praseptiangga, C. Anam, Ekowati Chasanah","doi":"10.15578/JPBKP.V13I2.562","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JPBKP.V13I2.562","url":null,"abstract":"Kemampuan lektin untuk mengikat karbohidrat secara spesifik dan reversible dapat dikembangkan dalam berbagai aplikasi, misalnya sebagai reagen histokimia. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari spesifisitas pengikatan lektin makroalga Sargassum polycystum dan Turbinaria ornata pada berbagai jenis karbohidrat, stabilitas aktivitas hemaglutinasi lektin pada berbagai rentang suhu dan pH, serta pengaruh kation divalen pada aktivitasnya. Uji penghambatan hemaglutinasi secara kualitatif dan kuantitatif dilakukan untuk mempelajari spesifisitas pengikatan lektin terhadap 20 jenis gula dan glikoprotein. Untuk melihat stabilitas aktivitasnya, lektin S. polycystum dan T. ornata diberi perlakuan pemanasan pada rentang suhu 30-100 oC, perlakuan pH 3-10 dan perlakuan kation divalen MgCl2 dan CaCl2 kemudian diuji aktivtitas hemagglutinasinya. Ekstrak kaya lektin S. polycystum dan T. ornata mampu mengenali dan mengikat 8 glikoprotein secara kualititatif, yaitu fetuin (Fe), asialo Fe (aFe), thyroglobulin from bovine (BTG), asialo BTG, thyroglobulin from porcine (PTG), asialo PTG (aPTG), asialo mucin from bovine submaxillary glands (aBSM), dan asialo transferrin (aTf), namun tidak mempunyai afinitas terhadap gula sederhana. Lektin S. polycystum memiliki spesifisitas pengikatan terbaik terhadap aFe dan transferrin (Minimum Inhibitory Concentration/MIC 250 µg/ml), sementara Lektin T. ornata memiliki spesifisitas pengikatan terbaik terhadap aPTG (MIC 31.25 µg/ml), PTG (MIC 125 µg/ml), dan BTG (MIC 250 µg/ml). Aktivitas hemaglutinasi lektin S. polycystum stabil pada suhu 30-80 oC dan suasana netral hingga basa (pH 7-10), namun kurang stabil pada suasana asam (pH 3-6). Aktivitas lektin T. ornata relatif tidak stabil pada suhu 40-100 oC, sedikit menurun pada pH sangat asam, namun stabil pada rentang pH 5-10. Keberadaan kation divalent Ca2+ dan Mg2+ sedikit menurunkan aktivitas lektin S. polycystum dan T. ornata.","PeriodicalId":31542,"journal":{"name":"Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-12-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"41767194","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-06-30DOI: 10.15578/jpbkp.v13i1.537
Jpbkp Jpbkp
{"title":"Cover Depan JPBKP Vol. 13 No. 1 Tahun 2018","authors":"Jpbkp Jpbkp","doi":"10.15578/jpbkp.v13i1.537","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/jpbkp.v13i1.537","url":null,"abstract":"","PeriodicalId":31542,"journal":{"name":"Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45688957","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-06-30DOI: 10.15578/JPBKP.V13I1.489
Rodiah Nurbaya Sari, Ekowati Chasanah, N. Nurhayati
Pemanfaatan rumput laut untuk disintesis secara biologi (biosintesis) menjadi nanopartikel logam telah banyak dilakukan sebagai alternatif produksi ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan mendapatkan nanopartikel seng oksida (ZnO) melalui biosintesis ekstrak rumput laut coklat Sargassum sp. dan Padina sp. dengan menggunakan prekursor zink nitrat 10 mM pada variasi pH larutan 8-12. Analisis meliputi gugus fungsi, distribusi ukuran partikel, morfologi, dan kristalinitas. Hasil penelitian menunjukkan gugus fungsi hidroksil dan sulfat polisakarida berperan dalam proses reduksi kation Zn2+ membentuk nanopartikel ZnO sedangkan protein untuk kestabilan nano-partikel. Nanopartikel ZnO dari biosintesis ekstrak Sargassum sp. dan Padina sp. masing-masing menghasilkan rata-rata ukuran partikel berkisar antara 1.396,53-3.090,50 dan 655,91-3.253,06 nm. Distribusi ukuran sudah homogen namun belum memenuhi besaran ukuran nanometer. Rata-rata ukuran partikel terkecil terdapat pada pH 10 dan 9. Kisaran % mass elemen Zn dan O nanopartikel ZnO biosintesis ekstrak Sargassum sp. yang mirip standar adalah pada pH 10 yaitu 95,98% dan 4,02% sedangkan dari ekstrak Padina sp. pada pH 9 dengan 94,67% dan 5,33%. Struktur kristalinitas menunjukkan ZnO biosintesis ekstrak Sargassum sp. pada pH 8-11 dan Padina sp. pada pH 9 hampir seluruhnya memiliki puncak dengan nilai sudut 2q yang hampir sama, dan setelah dikonfirmasi dengan program Match! 3 menunjukkan struktur kristal ZnO wurtzit berbentuk heksagonal. Perlakuan terbaik ZnO biosintesis dari ekstrak Sargassum sp. dan Padina sp. adalah pada kondisi pH 10 dan 9.
{"title":"Nanopartikel Seng Oksida (ZnO) dari Biosintesis Ekstrak Rumput Laut Coklat Sargassum sp. dan Padina sp.","authors":"Rodiah Nurbaya Sari, Ekowati Chasanah, N. Nurhayati","doi":"10.15578/JPBKP.V13I1.489","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JPBKP.V13I1.489","url":null,"abstract":"Pemanfaatan rumput laut untuk disintesis secara biologi (biosintesis) menjadi nanopartikel logam telah banyak dilakukan sebagai alternatif produksi ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan mendapatkan nanopartikel seng oksida (ZnO) melalui biosintesis ekstrak rumput laut coklat Sargassum sp. dan Padina sp. dengan menggunakan prekursor zink nitrat 10 mM pada variasi pH larutan 8-12. Analisis meliputi gugus fungsi, distribusi ukuran partikel, morfologi, dan kristalinitas. Hasil penelitian menunjukkan gugus fungsi hidroksil dan sulfat polisakarida berperan dalam proses reduksi kation Zn2+ membentuk nanopartikel ZnO sedangkan protein untuk kestabilan nano-partikel. Nanopartikel ZnO dari biosintesis ekstrak Sargassum sp. dan Padina sp. masing-masing menghasilkan rata-rata ukuran partikel berkisar antara 1.396,53-3.090,50 dan 655,91-3.253,06 nm. Distribusi ukuran sudah homogen namun belum memenuhi besaran ukuran nanometer. Rata-rata ukuran partikel terkecil terdapat pada pH 10 dan 9. Kisaran % mass elemen Zn dan O nanopartikel ZnO biosintesis ekstrak Sargassum sp. yang mirip standar adalah pada pH 10 yaitu 95,98% dan 4,02% sedangkan dari ekstrak Padina sp. pada pH 9 dengan 94,67% dan 5,33%. Struktur kristalinitas menunjukkan ZnO biosintesis ekstrak Sargassum sp. pada pH 8-11 dan Padina sp. pada pH 9 hampir seluruhnya memiliki puncak dengan nilai sudut 2q yang hampir sama, dan setelah dikonfirmasi dengan program Match! 3 menunjukkan struktur kristal ZnO wurtzit berbentuk heksagonal. Perlakuan terbaik ZnO biosintesis dari ekstrak Sargassum sp. dan Padina sp. adalah pada kondisi pH 10 dan 9. ","PeriodicalId":31542,"journal":{"name":"Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"45836304","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-06-30DOI: 10.15578/JPBKP.V13I1.504
Dina Fransiska, G. Giyatmi, Hari Eko Irianto, Muhamad Darmawan, Susiana Melanie
Bahan plastik biodegradable saat ini sedang populer dikembangkan untuk menggantikan plastik kemasan konvensional yang tidak ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan polietilen glikol (PEG) terhadap karakteristik film berbahan dasar k-karaginan. k-karaginan yang digunakan dalam formulasi pembuatan film yaitu sebanyak 1,5% (b/v), sedangkan konsentrasi PEG yang ditambahkan bervariasi yaitu 2, 4, 6, 8, dan 10 % (b/b). Larutan dipanaskan hingga suhu 85 oC kemudian dicetak dalam bentuk film tipis, lalu didinginkan dan dikeringkan dengan oven hingga didapatkan berat konstan. Film yang diperoleh kemudian dilakukan analisis termal, kuat tarik, elongasi dan water vapor transmission rate (WVTR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar polietilen glikol yang ditambahkan pada film karaginan dapat meningkatkan titik leleh dan entalpi, tetapi menurunkan nilai kuat tariknya, dan juga tidak mempengaruhi nilai WVTR. Penambahan PEG sampai konsentrasi 4% juga meningkatkan nilai elongasi film. Dari hasil pengujian diperoleh jumlah optimal penambahan PEG yaitu sebesar 4% dengan nilai kuat tarik sebesar 0,86±0,16MPa, elongasi 25,40±6,64%, dan WVTR 116,02±8,00 g/m2/24 jam.
目前,生物可降解塑料正在被开发,以取代传统的、对环境不友好的包装塑料。本研究旨在确定聚乙烯乙二醇(PEG)对碳酸电影特征的影响。在电影配方中使用的k-碳化酶为1.5% (b/v),而增加的PEG浓度为2、4、6、8和10% (b/b)。溶液被加热到85盎司的温度,然后以薄胶片的形式印刷,然后用烤箱冷却和干燥,直到达到恒定的重量。然后拍摄的影片进行热力、强拉、重复和水价(WVTR)分析。研究结果表明,加入电影业的聚乙烯乙二醇越多,就会增加莱利点和固定点,但会降低其吸引力的强度,也不会影响WVTR的价值。增加对位到4%的浓度也增加了电影的回声值。大的最佳测试结果数量增加PEG拉以其强大的价值高达4% 0,86±0,16MPa,拉长25,40±6,64%,WVTR 116.02±8,00 g - m2/24小时。
{"title":"Karakteristik Film k-karaginan dengan Penambahan Plasticizer Polietilen Glikol","authors":"Dina Fransiska, G. Giyatmi, Hari Eko Irianto, Muhamad Darmawan, Susiana Melanie","doi":"10.15578/JPBKP.V13I1.504","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JPBKP.V13I1.504","url":null,"abstract":"Bahan plastik biodegradable saat ini sedang populer dikembangkan untuk menggantikan plastik kemasan konvensional yang tidak ramah lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan polietilen glikol (PEG) terhadap karakteristik film berbahan dasar k-karaginan. k-karaginan yang digunakan dalam formulasi pembuatan film yaitu sebanyak 1,5% (b/v), sedangkan konsentrasi PEG yang ditambahkan bervariasi yaitu 2, 4, 6, 8, dan 10 % (b/b). Larutan dipanaskan hingga suhu 85 oC kemudian dicetak dalam bentuk film tipis, lalu didinginkan dan dikeringkan dengan oven hingga didapatkan berat konstan. Film yang diperoleh kemudian dilakukan analisis termal, kuat tarik, elongasi dan water vapor transmission rate (WVTR). Hasil penelitian menunjukkan bahwa semakin besar polietilen glikol yang ditambahkan pada film karaginan dapat meningkatkan titik leleh dan entalpi, tetapi menurunkan nilai kuat tariknya, dan juga tidak mempengaruhi nilai WVTR. Penambahan PEG sampai konsentrasi 4% juga meningkatkan nilai elongasi film. Dari hasil pengujian diperoleh jumlah optimal penambahan PEG yaitu sebesar 4% dengan nilai kuat tarik sebesar 0,86±0,16MPa, elongasi 25,40±6,64%, dan WVTR 116,02±8,00 g/m2/24 jam.","PeriodicalId":31542,"journal":{"name":"Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"42846618","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}
Pub Date : 2018-06-30DOI: 10.15578/JPBKP.V13I1.515
D. J. Prasetyo, T. Jatmiko, C. D. Poeloengasih
Dalam penelitian ini karakteristik pengeringan dari rumput laut Ulva sp. dan Sargassum sp. telah dipelajari. Proses pengeringan dilakukan pada kondisi variasi suhu 40, 50, dan 60 °C di dalam alat pengering laboratorium. Laju pengeringan dievaluasi dengan empat model pengeringan lapis tipis, yakni Newton, Page, Two-Term, dan Midilli. Model yang paling sesuai ditentukan dari nilai sum square error (SSE) dan root mean square error (RMSE) terendah, serta nilai r tertinggi. Laju pengeringan kedua rumput laut memperlihatkan adanya periode laju pengeringan menurun dan tidak ada periode laju pengeringan konstan pada pengeringan Ulva sp. dan Sargassum sp. Hasil menunjukkan bahwa laju pengeringan meningkat seiring peningkatan kadar air dan suhu, dan laju pengeringan menurun seiring dengan berjalannya waktu. Laju pengeringan tertinggi diperoleh pada suhu 60 °C untuk Ulva sp. dan Sargassum sp. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa model Midilli memiliki nilai SSE dan RMSE terendah, serta nilai r tertinggi. Berdasarkan hasil tersebut model Midilli merupakan model yang paling sesuai untuk menggambarkan laju pengeringan Ulva sp. dan Sargassum sp.
{"title":"Karakteristik Pengeringan Rumput Laut Ulva sp. dan Sargassum sp.","authors":"D. J. Prasetyo, T. Jatmiko, C. D. Poeloengasih","doi":"10.15578/JPBKP.V13I1.515","DOIUrl":"https://doi.org/10.15578/JPBKP.V13I1.515","url":null,"abstract":"Dalam penelitian ini karakteristik pengeringan dari rumput laut Ulva sp. dan Sargassum sp. telah dipelajari. Proses pengeringan dilakukan pada kondisi variasi suhu 40, 50, dan 60 °C di dalam alat pengering laboratorium. Laju pengeringan dievaluasi dengan empat model pengeringan lapis tipis, yakni Newton, Page, Two-Term, dan Midilli. Model yang paling sesuai ditentukan dari nilai sum square error (SSE) dan root mean square error (RMSE) terendah, serta nilai r tertinggi. Laju pengeringan kedua rumput laut memperlihatkan adanya periode laju pengeringan menurun dan tidak ada periode laju pengeringan konstan pada pengeringan Ulva sp. dan Sargassum sp. Hasil menunjukkan bahwa laju pengeringan meningkat seiring peningkatan kadar air dan suhu, dan laju pengeringan menurun seiring dengan berjalannya waktu. Laju pengeringan tertinggi diperoleh pada suhu 60 °C untuk Ulva sp. dan Sargassum sp. Hasil evaluasi menunjukkan bahwa model Midilli memiliki nilai SSE dan RMSE terendah, serta nilai r tertinggi. Berdasarkan hasil tersebut model Midilli merupakan model yang paling sesuai untuk menggambarkan laju pengeringan Ulva sp. dan Sargassum sp.","PeriodicalId":31542,"journal":{"name":"Jurnal Pascapanen dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan","volume":" ","pages":""},"PeriodicalIF":0.0,"publicationDate":"2018-06-30","publicationTypes":"Journal Article","fieldsOfStudy":null,"isOpenAccess":false,"openAccessPdf":"","citationCount":null,"resultStr":null,"platform":"Semanticscholar","paperid":"43307264","PeriodicalName":null,"FirstCategoryId":null,"ListUrlMain":null,"RegionNum":0,"RegionCategory":"","ArticlePicture":[],"TitleCN":null,"AbstractTextCN":null,"PMCID":"","EPubDate":null,"PubModel":null,"JCR":null,"JCRName":null,"Score":null,"Total":0}